Anda di halaman 1dari 11

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN

SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS


PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

Nama Mahasiswa : Aan Fauzi


NRP : 3109 105 018
Jurusan : Teknik Sipil, FTSP-ITS
Dosen Konsultasi : Data Iranata, ST, MT, Ph.D

ABSTRAK

Apartemen Metropolis merupakan gedung yang terdiri dari 15 lantai yang pada awalnya didesain
dengan menggunakan struktur beton bertulang. Sebagai bahan studi perancangan bangunan ini
dimodifikasi menjadi 25 lantai menggunakan struktur baja. Konstruksi baja merupakan suatu alternatif
yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur lainnya berdasarkan pertimbangan
ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran
tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih
tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari
baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih
kecil
Dalam Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan ulang menggunakan struktur baja dengan sistem
rangka bresing konsentris khusus (SRBKK) memakai jenis bresing inverted V. Sistem Rangka Bresing
Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tidak berpengaku atau lebih dikenal dengan
Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem
penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Pada struktur gedung tinggi,
kekakuan merupakan syarat penting untuk diperhatikan, karena kekakuan dapat menahan gaya beban
lateral. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku bresing yang berfungsi sebagai penahan
gaya lateral yang terjadi pada struktur.
Tujuan dari Tugas akhir ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung baja meliputi
perencanaan pelat lantai, tangga, atap beton, balok anak, balok induk ,kolom dan pondasi yang memenuhi
persyaratan keamanan struktur berdasarkan SNI 03-2847-2002, SNI 03-1729-2002, SNI 03-1726-2002, dan
PPIUG 1983.

Kata kunci : baja, bresing, konsentris

BAB I saat terjadi gempa dapat terjamin. Perencanaan


struktur ini dapat dilakukan dengan dua alternatif
PENDAHULUAN
desain yaitu membuat sistem struktur yang
1.

berperilaku elastis saat memikul beban gempa dan


1.1 Latar Belakang sistem struktur yang berperilaku inelastis saat
terjadi gempa.
Indonesia merupakan salah satu negara Desain struktur yang berperilaku tetap
yang memiliki ancaman gempa bumi cukup elastis mempunyai keunggulan saat terjadi beban
tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan gempa tidak ada satupun bagian dari struktur yang
bangunan di daerah gempa gaya gempa yang mengalami deformasi permanen, sehingga elemen
terjadi harus diperhitungkan dan digunakan dalam struktur yang digunakan akan memerlukan
mendesain supaya struktur tetap memiliki penampang yang jauh lebih besar dan struktur
kekakuan yang cukup untuk dapat berdiri (tidak akan menjadi sangat tidak ekonomis. Sedangkan
runtuh) sehingga keselamatan pengguna bangunan desain struktur yang berperilaku inelastis
Page 1 of 11
mempunyai keunggulan pada saat terjadi gempa dalam hal perbaikan kerusakan struktur. Hal ini
terdapat bagian tertentu dari struktur tersebut yang disebabkan karena pada SRBKK, elemen bresing
akan mengalami plastifikasi akibat penyerapan yang direncanakan leleh terlebih dahulu sehingga
energi gempa. Sistem struktur tersebut tentunya lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan
akan mengalami deformasi plastis pada bagian- elemen link pada SRBE dan elemen balok pada
bagian tertentu namun tetap memiliki kekakuan SRPM. Dengan menggunakan konfigurasi bresing
yang cukup untuk dapat bertahan. Oleh sebab itu tipe V terbalik.
perlu dilakukan perencanaan kapasitas untuk
menjamin bahwa struktur mampu bertahan 1.2 Rumusan Permasalahan
terhadap gempa yang sangat kuat dengan Permasalahan utama dalam penyusunan
melakukan perubahan bentuk secara daktail. tugas akhir ini adalah Bagaimana melakukan
Konstruksi baja merupakan suatu alternatif perancangan modifikasi gedung Apartemen
yang menguntungkan dalam pembangunan Metropolis menggunakan struktur rangka bresing
gedung dan struktur lainnya berdasarkan konsentris khusus (SRBKK), Sedangkan
pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, permasalahan detil dari penyusunan tugas akhir
cocok untuk pemikul beban. Oleh karena itu baja ini adalah :
banyak dipakai sebagai bahan struktur, misalnya
untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai 1. Bagaimana menentukan Preliminary desain
kolom dan balok, sistem penyangga atap dengan penampang struktur baja.
bentangan panjang seperti gedung olahraga, 2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder
hanggar, menara antena, dan jembatan. yang meliputi pelat, balok anak dan tangga.
Beberapa keunggulan baja sebagai bahan 3. Bagaimana memodelkan dan menganalisa
struktur dapat diuraikan sebagai berikut. Batang struktur dengan menggunakan program bantu
struktur dari baja mempunyai ukuran tampang ETABS 9.7.1
yang lebih kecil daripada batang struktur dengan 4. Bagaimana merencanakan struktur utama
bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi yang meliputi balok dan kolom.
daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang 5. Bagaimana merencanakan Bresing konsentris
tinggi ini terdistribusi secara merata. (The Kozai pada struktur bangunan.
Club 1983) menyatakan kekuatan baja bervariasi 6. Bagaimana merencanakan hubungan
dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang sambungan yang memenuhi kriteria
tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat perancangan struktur, yaitu kekuatan
dari baja lebih ringan daripada struktur dengan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability).
bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi 7. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan
juga lebih kecil. Selain itu baja mempunyai sifat dan perencanaan dalam bentuk gambar tenik.
mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat
dibongkar untuk kemudian dipasang kembali, 1.3 Batasan Masalah
sehingga elemen struktur baja dapat dipakai
berulang-ulang dalam berbagai bentuk. Perencanaan struktur gedung ditinjau dari
Kebanyakan struktur bangunan dengan material segi teknis saja, yaitu:
baja menggunakan profil baja solid.
SNI 03-1729-2002 mengkIasifikasikan 1. Perencanaan tidak meninjau metode
beberapa macam sistem struktur untuk bangunan pelaksanaan dan biaya konstruksi.
baja tahan gempa, yang meliputi: 2. Perencanaan ini tidak termasuk
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus memperhitungkan sistem utilitas bangunan,
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas perencanaan pembuangan saluran air bersih
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa dan kotor, instalasi/ jaringan listrik, finishing,
4. Sistem Rangka Batang Pemikul Momen dsb.
Khusus
5. Sistem Rangka Bresing Konsentris Khusus 1.4 Tujuan
6. Sistem Rangka Bresing Konsentris Biasa Tujuan yang diharapkan dalam perencanaan
7. Sistem Rangka Bresing Eksentrik struktur gedung ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Preliminary desain penampang
Pada tugas akhir ini digunakan tipe SRBKK struktur baja.
karena memiliki salah satu keuntungan yang tidak 2. Merencanakan struktur sekunder yang
dimiliki sistem yang lain, yaitu Iebih mudah meliputi pelat, balok anak dan tangga.

Page 2 of 11
3. Memodelkan dan menganalisa struktur pada struktur tersebut, di antaranya beban
dengan menggunakan program bantu ETABS gravitasional dan beban lateral. Beban gravitasi
9.7.1 adalah beban mati struktur dan beban hidup,
4. Merencanakan struktur utama yang meliputi sedangkan yang termasuk beban lateral adalah
balok dan kolom. beban angin dan beban gempa.
5. Merencanakan Bresing Konsentris pada Tujuan desain bangunan tahan gempa
struktur bangunan. adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan
6. Merencanakan hubungan sambungan yang struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga
memenuhi kriteria perancangan struktur, kriteria standar sebagai berikut:
yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan
stabilitas (stability). 1. Gempa ringan  Bangunan tidak boleh rusak
7. Menuangkan hasil perhitungan dan secara struktural dan arsitektural (komponen
perencanaan dalam bentuk gambar tenik. arsitektural diperbolehkan terjadi kerusakan
seminimum mungkin)
1.5 Manfaat 2. Gempa sedang Komponen struktural (balok
Manfaat yang bisa didapatkan dari dan kolom) tidak diperbolehkan rusak sama
perancangan ini adalah : sekali tetapi komponen arsiektural
1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan acuan diperbolehkan terjadi kerusakan (seperti :
untuk perencanaan bangunan yang akan kaca)
dirancang ulang dengan struktur baja. 3. Gempa Berat  Boleh terjadi kerusakan pada
2. Dari Perencanaan ini bisa diketahui hal-hal komponen struktural tetapi tidak menyebabkan
yang harus diperhatikan pada saat keruntuhan bangunan.
perancangan sehingga kegagalan struktur
2.2.1 Perencanaan LRFD (Load Resistance
bisa diminimalisasi.
Factor Design)
BAB II Perencanaan struktur baja yang selama ini
dilakukan di Indonesia menganut konsep tegangan
TINJAUAN PUSTAKA
ijin atau lebih dikenal dengan Allowable Stress
2.

Design (ASD).
2.1 Umum Metode ASD telah digunakan selama kurun
waktu 100 tahun, dan dalam 20 tahun terakhir
Indonesia merupakan daerah gempa aktif, telah bergeser ke perencanaan batas (LRFD) yang
berdasarkan SNI 03-1726-2002 wilayah gempa di lebih rasional dan berdasarkan konsep
Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah. Bangunan probabilitas.
harus didesain supaya mampu menahan gempa Keadaan batas adalah kondisi struktur
yang kira-kira akan terjadi di daerahnya. Dalam diambang batas kemampuan dalam memenuhi
memilih sistem stniktur yang tepat, ada beberapa fungsi-fungsinya. Keadaan batas dibagi dalam dua
faktor yang perlu dipertimbangkan misalnya katagori yaitu tahanan dan kemampuan layan.
tinggi bangunan, arsitektural, dan fungsi Keadaan batas tahanan (atau keamanan) adalah
bangunan. Dengan mendesain bangunan sesuai perilaku struktur saat mencapai tahanan plastis,
dengan berbagai ketentuan yang ada di SNI tekuk, leleh, fraktur, guling, dan gelincir. Keadaan
diharapkan struktur bangunan tersebut tidak batas kemampuan layan berkaitan dengan
mengalami keruntuhan pada saat terjadi gempa. kenyamanan penggunaan bangunan, antara lain
Di dalam SNI 03-1726-2002 dijelaskan masalah lendutan, getaran, perpindahan
mengenai ketentuan-ketentuan mengenai permanen, dan retak-retak.
pengelompokan gedung beraturan dan tidak Kuat rencana setiap komponen struktur
beraturan, daktilitas struktur, pembehanan gempa tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan
nominal, wilayah gempa Indonesia beserta yang ditentukan berdasarkan kombinasi
respons spektrum gempa untuk masing-masing pembebanan LRFD
wilayah. kinerja struktur gedung, dan lain-lain. Ru   .Rn
Dimana :
2.2 Konsep Perencanaan Struktur Baja Tahan
Ru = kekuatan yang dibutuhkan (LRFD)
Gempa
Rn = kekuatan nominal
Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi φ =faktor tahanan (< 1.0) (SNI: faktor reduksi)
harus dapat memikul beban-beban yang bekerja
Page 3 of 11
2.3 Perencanaan Elemen Struktur tersebut. Dan untuk mengatasinya ádalah dengan
menggunakan rangka pengaku brasing.
2.3.1 Kolom Komposit Sistem Rangka Bresing Konsentrik
Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja merupakan pengembangan dari sistem portal tidak
yang dibuat dari potongan baja giling (rolled) berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment
built-up dan di cor di dalam beton struktural atau Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing
terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan
beton struktural (Salmon & Jonson 1996). gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang
Adapun batasan digolongkannya sebagai kolom cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan
komposit mengacu SNI-03-1729-2002 Pasal sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai
12.3.1 penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi
akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi
2.3.2 Balok sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada
struktur. Sistem ini penyerapan energinya
Sebuah balok yang memikul beban lentur dilakukan melalui pelelehan yang dirancang
murni terfaktor, Mu harus direncanakan terjadi pada pelat buhul. Sistem ini daktilitasnya
sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi kurang begitu baik sehingga kegagalannya
hubungan : ditentukan oleh tekuk bresing.
Mu ≤ φMn Pengembangan daktilitas dilakukan melalui
di mana : aksi yang terjadi pada bresing dengan cara:
Mu adalah momen lentur terfaktor, 1. Bresing leleh pada bagian yang tertarik
φ adalah faktor reduksi = 0,9 2. Bresing mengalami tekuk pada bagian
Mn adalah kuat nominal dari momen lentur yang tertekan
penampang

2.3.3 Sambungan
Sambungan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan
berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam
(momen, lintang/geser, dan/atau aksial) antar
komponen-komponen struktur yang disambung, Gambar 2.1 Kekakuan struktur setelah dipakai
sesuai dengan perilaku struktur yang bresing.
direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja Charles G. Salmon dan John E. Jonson
untuk bekerja dengan mekanisme yang menyatakan bahwa pada dasarnya kerangka
direncanakan sangat tergantung oleh keandalan berpenopang lebih tepat didefinisikan sebagai
sambungan. sebagai kerangka dimana tekuk goyangan
Berdasarkan perilaku struktur yang (sideway buckling) dicegah oleh elemen-elemen
direncanakan, sambungan dapat dibagi menjadi: topangan struktur tersebut dan bukan oleh
1. Sambungan kaku kerangka struktural itu sendiri.
2. Sambungan semi-kaku
3. Sambungan sederhana  

2.4 Konsep Desain Bresing Konsentris


Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus
(SRBKK) sesuai dengan SNI 02-1729-2002 butir
15.1. Pada struktur gedung tinggi, kekakuan
merupakan syarat penting untuk diperhatikan,
karena kekakuan dapat menahan gaya beban
lateral. Adanya aksi gaya beban lateral pada portal
(frame) dapat menimbulkan momen lentur, Gambar 2.2 Macam-macam bresing
momen puntir, gaya geser dan gaya aksial pada
semua elemen struktur. Sehingga gaya-gaya Konsep batang bresing dalam menerima gaya
tersebut menyebabkan perlemahan pada struktur gempa dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 4 of 11
- Beban mati (berat sendiri bondek dan pelat
beton) sudah diperhitungkan
- Berat berguna yang digunakan adalah jumlah
beban hidup dan beban-beban finishing lainya.
- Beton menggunakan mutu K-225 kg/cm2
Gambar 2.3 Batang bresing menerima gaya gempa. - Bondex Menggunakan Tebal 0,75 mm
- Tulangan susut menggunakan Wiremesh M5
BAB III
4.1.1 Pelat Lantai Atap
3. METODOLOGI
Data-Data Bondek :
- bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m
3.1 Diagram Alur Penyelesaian Tugas Akhir - beban berguna = 200 kg/m2
- bentang menerus dengan tulangan negatif,
tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan
negatif 2,09 cm2/m
Digunakan tulangan Ø 10-300
TULANGAN SUSUT TULANGAN UTAMA Ø10-300
WATER PROOFING
WIREMESH M5

90
60
BETON K-225 BONDEX LYSAGHT
T=0,75 mm

Gambar 4.1 Penulangan Bondek Atap

4.1.2 Perencanaan Pelat Lantai Apartemen.


Data-Data Bondek
- bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m
- beban berguna = 400 kg/m2
- bentang menerus dengan tulangan negatif,
tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan
negatif 3,02 cm2/m
Digunakan tulangan Ø 10-250
KERAMIK
SPESI LANTAI TULANGAN SUSUT TULANGAN UTAMA Ø10-250
WIREMESH M5
90
60

BETON K-225 BONDEX LYSAGHT


T=0,75 mm

Gambar 3.1 Diagram alur metodologi


Gambar 4.2 Penulangan Bondek Lantai Apartemen
penyelesaian Tugas Akhir
4.1.3 Perencanaan Pelat Lantai Parkir.
Data-Data Bondek
BAB IV
- bentang = 2,67 m ≈ 2,75 m
4. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER - beban berguna = 500 kg/m2
- bentang menerus dengan tulangan negatif,
tebal pelat diambil 10 cm, dan tulangan
4.1 Perencanaan Dimensi Pelat Lantai negatif 3,11 cm2/m
Gedung Digunakan tulangan Ø 10 – 250
Perencanaan pelat lantai pada gedung ini FLOOR HARDENER
TULANGAN SUSUT
WIREMESH M5
TULANGAN UTAMA Ø10-300

menggunakan bantuan tabel perencanaan praktis


yang ada dari PT BRC LYSAGHT INDONESIA.
100
70

Spesifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut BETON K-225 BONDEX LYSAGHT
T=0,75 mm

:
Gambar 4.3 Penulangan Bondek Lantai Parkir

Page 5 of 11
4.2 Perencanaan balok anak
Fungsi dari balok anak adalah
meneruskan beban yang dipikul plat lantai ke
balok induk
BALOK ANAK
6450

2667
Gambar 4.5 Denah Struktur Lift
PELAT

4.4 Perencanaan Tangga


Data perencanaan tangga lantai 1-25 tipikal
2667 2667 2667
- Tinggi antar lantai = 300 cm
8000
- Tinggi bordes = 150 cm
- Lebar injakan( i ) = 28 cm
Gambar 4.4Denah pembebanan balok anak - Panjang tangga = 265 cm
- Lebar pegangan tangga = 10 cm
Dari hasil perhitungan didapatkan : - Perecanaan Jumlah Injakan Tangga :
a. Balok anak atap menggunakan Profil Tinggi injakan ( t ) = 18 cm
WF 300 x 150 x 6,5 x 9
b. Balok anak lantai apartemenm enggunakan Jumlah tanjakan = 150 = 8,33  8 buah
18
Profil 350 x 175 x 7 x 11 Jumlah injakan ( n ) = 8 - 1= 7 buah
c. Balok anak lantai apartemenm enggunakan 60 cm < ( 2 x 18 +28 ) < 65 cm
Profil 350 x 175 x 7 x 11 60 cm < (64) < 65 cm..................Ok
Lebar bordes = 100 cm
4.3 Perencanaan Balok Lift Lebar tangga = 125 cm
Pada perencanaan Balok Lift ini meliputi a = arc tg  150  = 32,73º
balok-balok yang berkaitan dengan ruang mesin  265 
lift yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok 25º < 29,51º < 40º ..................Ok
penggantung lift. Pada bangunan ini
menggunakan lift penumpang dengan data-data
sebagai berikut :

- Tipe lift : Passenger Elevators


- Merk : HYUNDAI
- Kapasitas : 10 Orang – 700 kg
- Lebar pintu (opening width) : 800 mm
- Dimensi ruang luncur (hoistway Inside)
2 Car : 3700 x 1830 mm2
- Dimensi sangkar (car size)
Internal : 1400 x 1250 mm2
External : 1460 x 1405 mm2
- Dimensi ruang mesin : 4000 x 3600 mm2 Gambar 4.6 Denah tangga
- Beban reaksi ruang mesin
R1 = 4200 kg
R2 = 2700 kg
- Balok Penumpu lift WF 300 x 150 x 6,5 x 9

Page 6 of 11
 Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum (SNI
1726 ps 7.1.3)
Dari persamaan respon spektrum wilayah gempa 6
0,95
tanah lunak nilai C1  sehingga didapat nilai
T
0,95 0,95
C1    0,39752
T 2,3898
Base reactions gempa ragam pertama dihitung
sebagai berikut :
Gambar 4.7 Potongan tangga C1.I 0, 39752 1
V1  Wt  18873448,16kg
R. 6, 4
tebal plat injak t = 3 mm
 1172290, 72kg
Balok bordes WF 100 x 50 x 5 x 7
Balok tangga WF 200 x 100 x 4,5 x 7 Dari analisa struktur menggunakan program
Balok penumpu WF 250 x 125 x 6 x 9 ETABS 9.7.1 dengan asumsi – asumsi yang telah
dijelaskan diatas, maka didapatkan output untuk
BAB V nilai gaya geser dasar (base shear) sebagai berikut

5. PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Tabel 5.1 Base shear respon spektrum.


Global FX Global FY
5.1 Kontrol Desain Beban Gempa
kg kg
Sesuai dengan peraturan SNI 03-1726-2002, RSP X 1,244,353.25 363,939.05
maka hasil analisis struktur harus dikontrol
terhadap suatu batasan-batasan tertentu untuk RSP Y 373,347.35 1,212,983.15
menentukan kelayakan sistem struktur tersebut.
Adapun hal-hal yang harus dikontrol adalah Maka untuk arah X,
sebagai berikut : VRSPX  0,8.V1
 Kontrol Partisipasi Massa (SNI 1726 ps 7.2.1) 1244353, 25  937832,57kg..........Oke
Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ Maka untuk arah Y,
1 2.3898 0.004 59.664 0 0.004 59.664 0 VRSPY  0,8.V1
2 2.2775 58.193 0.014 0 58.197 59.677 0
3 2.1448 2.185 0.078 0 60.381 59.755 0
1212983,15  937832,57kg..........Oke
4 0.761 0.001 16.402 0 60.382 76.157 0 Sehingga nilai akhir respon spektrum memenuhin
5 0.7286 16.248 0.004 0 76.630 76.161 0
persyaratan SNI 03–1726–2002 Ps. 7.1.3.
6 0.6893 0.254 0.065 0 76.884 76.226 0
7 0.4176 0.001 8.640 0 76.885 84.866 0
8 0.4014 6.558 0.003 0 83.443 84.868 0  Periode waktu getar alami secara empiris (T1)
9 0.3977 2.054 0.001 0 85.496 84.870 0 Rumus Empiris pakai methode A dari UBC
10 0.2871 0.008 4.350 0 85.504 89.220 0
section1630.2.2.
11 0.2804 0.133 0.697 0 85.637 89.917 0
12 0.2743 4.736 0.003 0 90.372 89.920 0
Tinggi gedung hn = 80 m
13 0.2144 0.000 2.611 0 90.373 92.531 0 Ct = 0,0488
14 0.2066 0.834 0.026 0 91.207 92.557 0 T = 0,0488 x (80)3/4 = 1,31 detik
15
16
0.2051
0.169
1.630
0.000
0.009
1.476
0
0
92.837
92.837
92.566
94.042
0
0
 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (SNI
17 0.1625 1.353 0.000 0 94.190 94.042 0 03–1726–2002 Ps.5.6)
18 0.1602 0.066 0.000 0 94.255 94.042 0 T < ζ n = 0,15 x 26 = 3,90 detik > Tempiris... OK
19 0.1383 0.000 1.067 0 94.255 95.110 0
20 0.1334 0.994 0.000 0 95.250 95.110 0 Dimana :
21 0.1315 0.041 0.001 0 95.291 95.111 0  = 0,15 (Tabel 8 SNI 03-1726-2002)
22 0.1168 0.000 0.878 0 95.291 95.988 0
23 0.1129 0.663 0.000 0 95.954 95.988 0
n = jumlah tingkat = 26
24 0.1122 0.190 0.000 0 96.144 95.988 0
Dari hasil analisa ETABS 9.7.1 didapat,
25 0.1007 0.000 0.719 0 96.144 96.707 0
T1 = 2,33 detik < (0,15  26) = 3,90 dt……OK

 Kontrol Kinerja Struktur Gedung ( SNI 1726


ps 8)

Page 7 of 11
Tabel 5.2 Kontrol batas layan dan kinerja batas 5.2 Perencanaan Elemen Struktur Primer
ultimat akibat beban gempa RSPX
Tingkat Tingg Drift Syarat Drift Syarat 5.2.1 Bresing Konsentris Khusus
∆s
Bangun i Zi ∆s Drift Ket. ∆m Drift Ket.
an ∆s ∆m Sesuai dengan SNI 03-1729-2002 butir 15.1
m mm mm mm mm mm batang-bantng breisng mempunyai persyaratan
Atap 80 124.73 3.42 14.06 OK 15.33 60.00 OK khusus yang harus dipenuhi.
Lt.25 77 121.31 3.67 14.06 OK 16.44 60.00 OK
Lt.24 74 117.64 3.95 14.06 OK 17.68 60.00 OK 1. Kontrol distribusi beban lateral
Lt.23 71 113.69 4.22 14.06 OK 18.89 60.00 OK
Lt.22 68 109.47 4.47 14.06 OK 20.03 60.00 OK RSP X RSPY
Lantai
Lt.21 65 105.00 4.71 14.06 OK 21.09 60.00 OK Bresing X (%) Ket. Bresing Y (%) Ket.
Lt.20 62 100.30 4.97 14.06 OK 22.26 60.00 OK Atap 49.58 OK 50.29 OK
Lt.19 59 95.33 4.98 14.06 OK 22.32 60.00 OK 25 36.55 OK 50.07 OK
Lt.18 56 90.34 5.17 14.06 OK 23.17 60.00 OK 24 38.76 OK 50.42 OK
Lt.17 53 85.17 5.31 14.06 OK 23.81 60.00 OK 23 41.23 OK 52.36 OK
Lt.16 50 79.86 5.43 14.06 OK 24.35 60.00 OK 22 42.57 OK 53.39 OK
Lt.15 47 74.42 5.53 14.06 OK 24.78 60.00 OK 21 40.71 OK 50.30 OK
Lt.14 44 68.89 5.60 14.06 OK 25.10 60.00 OK 20 34.82 OK 42.08 OK
Lt.13 41 63.29 5.69 14.06 OK 25.49 60.00 OK 19 35.60 OK 43.10 OK
Lt.12 38 57.60 5.57 14.06 OK 24.95 60.00 OK 18 36.34 OK 44.16 OK
Lt.11 35 52.03 5.60 14.06 OK 25.11 60.00 OK 17 37.13 OK 45.39 OK
Lt.10 32 46.43 5.57 14.06 OK 24.98 60.00 OK 16 38.02 OK 46.78 OK
Lt.9 29 40.85 5.47 14.06 OK 24.52 60.00 OK 15 39.03 OK 48.29 OK
Lt.8 26 35.38 5.36 14.06 OK 24.02 60.00 OK 14 40.17 OK 49.88 OK
Lt.7 23 30.02 5.22 14.06 OK 23.39 60.00 OK 13 41.34 OK 51.43 OK
Lt.6 20 24.80 5.03 14.06 OK 22.53 60.00 OK 12 42.09 OK 52.36 OK
Lt.5 17 19.77 4.66 14.06 OK 20.85 60.00 OK 11 40.49 OK 50.02 OK
Lt.4 14 15.11 4.97 16.41 OK 22.29 70.00 OK 10 36.95 OK 45.39 OK
Lt.3 10 10.14 4.38 16.41 OK 19.63 70.00 OK 9 39.84 OK 47.21 OK
Lt.2 6 5.76 3.78 16.41 OK 16.93 70.00 OK 8 41.25 OK 49.26 OK
Lt.1 3 1.98 1.98 16.41 OK 8.86 70.00 OK 7 42.78 OK 51.16 OK
6 43.96 OK 52.42 OK
5 43.90 OK 51.57 OK
Tabel 5.3 Kontrol batas layan dan kinerja batas 4 46.68 OK 53.59 OK
ultimat akibat beban gempa RSPX 3 43.55 OK 48.24 OK
2 41.41 OK 47.24 OK
Tingkat Tingg Drift Syarat Drift Syarat
∆s Ket 1 36.24 OK 33.76 OK
Banguna i Zi ∆s Drift ∆m Drift Ket.
.
n ∆s ∆m
m mm mm mm mm mm Persentase gaya horisontal yang dipikul
Atap 80 135.56 3.72 14.06 OK 16.68 60.00 OK oleh batang bresing tarik pada tabel diatas
Lt.25 77 131.83 4.00 14.06 OK 17.90 60.00 OK berkisar pada (33,76%-53,59%). Maka, batang
Lt.24 74 127.84 4.30 14.06 OK 19.27 60.00 OK
bresing telah memenuhi syarat distribusi beban
Lt.23 71 123.54 4.60 14.06 OK 20.60 60.00 OK
Lt.22 68 118.94 4.88 14.06 OK 21.86 60.00 OK
lateral SNI 03-1729-2002 Pasal 15.11.2.3. yakni
Lt.21 65 114.06 5.14 14.06 OK 23.02 60.00 OK masing-masing arah gaya lateral yang sejajar
Lt.20 62 108.92 5.41 14.06 OK 24.25 60.00 OK dengan bidang bresing, minimal 30% tapi tidak
Lt.19 59 103.51 5.44 14.06 OK 24.36 60.00 OK lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul
Lt.18 56 98.07 5.63 14.06 OK 25.23 60.00 OK
Lt.17 53 92.44 5.78 14.06 OK 25.92 60.00 OK
oleh batang bresing tarik.
Lt.16 50 86.65 5.91 14.06 OK 26.49 60.00 OK
Lt.15 47 80.74 6.02 14.06 OK 26.95 60.00 OK 2. Kontrol penampang
Lt.14 44 74.73 6.10 14.06 OK 27.32 60.00 OK 4
Lt.13 41 68.63 6.20 14.06 OK 27.76 60.00 OK
][ 300.100.10.16 d 300 mm Ix 16127 cm
4
Lt.12 38 62.43 6.07 14.06 OK 27.20 60.00 OK bf 100 mm Iy 2527.4 cm
Lt.11 35 56.36 6.11 14.06 OK 27.38 60.00 OK 3
tw 10 mm ix 11.71 cm
Lt.10 32 50.25 6.07 14.06 OK 27.20 60.00 OK 3
tf 16 mm iy 4.64 cm
Lt.9 29 44.18 5.92 14.06 OK 26.54 60.00 OK
2 3
Lt.8 26 38.25 5.79 14.06 OK 25.96 60.00 OK A g 117,6 cm Sx 1075.12 cm
3
Lt.7 23 32.46 5.64 14.06 OK 25.27 60.00 OK r 16 mm Sy 240.7 cm
Lt.6 20 26.82 5.44 14.06 OK 24.39 60.00 OK 3
tp 10 mm Zx 1267.92 cm
Lt.5 17 21.38 5.09 14.06 OK 22.82 60.00 OK 3
Lt.4 14 16.28 5.48 16.41 OK 24.54 70.00 OK h 230,8 mm Zy 405.6 cm
Lt.3 10 10.80 4.73 16.41 OK 21.18 70.00 OK
Lt.2 6 6.08 4.01 16.41 OK 17.96 70.00 OK
Lt.1 3 2.07 2.07 16.41 OK 9.26 70.00 OK

Page 8 of 11
Persyaratan kelangsingan batang bresing untuk Untuk Pu > 0,2...........rumus 2 SNI 03-1729
SRBKK sesuai SNI 03-1729-2002 Butir 15.11.2.1  .Pn
yaitu : ps.12.5-2
kondisi tumpuan sendi-sendi, kc = 1 Pu 8  Mux Muy 
    1, 0
kc L 2625  .Pn 9   .Mnx  .Mny 
 dengan  L  3502  4002  531,51cm
r fy 8 4223602 1482618 
0, 65     1, 0
1.531,51 2625 9  0,9  20662707, 48 0, 9  20931243, 48 
  55, 64  169, 44....oke
9,552 240 0.92  1, 0.....oke

5.2.2 Perhitungan Elemen Balok Jadi kolom komposit interior digunakan profil
King cros H 588.200.12.20 dengan
1 Balok bresing beton 80cm x 80 cm.
WF 500.200.10.16 d 500 mm Ix 47800 cm4
4
bf 200 mm Iy 2140 cm 5.3 Perencanaan sambungan
tw 10 mm ix 20.50 cm3
40 120 40

tf 16 mm iy 4.33 cm3
2 3
A g 89.65 cm Sx 1910.0 cm
A A
r 20 mm Sy 214.0 cm3

40

40
3
h 428 mm Zx 2096.00 cm

120

120
3

40

40
Zy 332.00 cm PLATE t=15 mm
ASTM A-325 16 M22 ASTM A-325 12 M22
PLATE t=15 mm

rasio kapasitas momen KC 588x300x12x20

40 120 40

Mu 34636,536
 0, 77  1(memenuhi)
 .M n 45273, 6
rasio kapasitas geser PLATE t=15 mm
ASTM A-325 16 M22
Vu 26891,33
  0, 48  1 (memenuhi)
40

40
 .Vn 55468,8
80

80
80

80
80

80
80

80
80

80
5.2.3 Perhitungan Kolom
80

80
80

80
40 80 40 40 80 40
40

40

Persyaratan SNI 03-1729-2002 Butir 15.11.5.1 PLATE t=15 mm


ASTM A-325 16 M22

Kolom SRBKK perbandingan lebar terhadap tebal


penampang kolom dalam tekan sesuai butir
15.11.2.4. harus bersifat kompak. KC 588x300x12x20

K 588.300.12.20 fy 240 Mpa Ix 127020 cm4


d 588 mm Iy 132585 cm4 Gambar 5.2 Sambungan kolom dengan kolom
bf 300 mm ix 18,16 cm3
tw 12 mm iy 18,16 cm3
tf 20 mm Sx 4320,4 cm3 KOLOM KC 588x300x12x20

2 3
Ag 385 cm Sy 4419,5 cm
3 CONTINUITY PLATE t=16 mm
r 28 mm Zx 5228.64 cm 200 BOLT ASTM A-325 4 M24
3 40 120 40
BOLT ASTM A-325 6 M24
h 492 mm Zy 5340.53 cm 100 80 70
40

40
200

200
120

120

4D22
40

40
60

60 30
60

L 70x70x7
240
60
60

30 60

BOLT ASTM A-325 M24


60

200 435
K 600.200.11.17 40 120 40

BALOK INDUK PARKIR WF


500x200x10x16
Ø12-250 100 80 70 WF 500x200x10x16
40

40

T 350x350x14x22
200

120

200
120
40

40

290
BOLT ASTM A-325 M24

Gambar 5.3 Sambungan Balok dan Kolom


Gambar 5.1 Penampang Kolom Komposit
Page 9 of 11
6.2 Sloof
KOLOM KC 588x300x12x20 600 600

6 4D22 4D22

800 Ø10-300 800 Ø10-300


BRESING DOUBLE CANAL
300x100x10x16
4D22 4D22
200 BOLT ASTM A325
40 120 40
6 M24
40
100 80 70

2tp Tumpuan Lapangan


40

40
200

200
120

120
40

40

6
Gambar 6.2 Penampang Sloof 60/80 daerah tumpuan
60

60 30

& Lapangan
60

L 70x70x7
240
60
60

30 60

BOLT ASTM A-325 M24


60

200 435
40 120 40

BALOK INDUK PARKIR


100 80 70 WF 500x200x10x16 BAB VII
T 350x350x14x22
40

40

PENUTUP
200

120

200
120

7.

BOLT ASTM A-325 M24


40

40

290

7.1 Kesimpulan
Gambar 5.4 Sambungan Bracing pada Balok
Dari hasil perhitungan dan analisa yang
Kolom
BALOK INDUK
telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
6
WF 500x200x10x16
sebagai berikut :

6
1. Dari hasil analisa perhitungan struktur
40
sekunder didapatkan :
2tp
BOLT ASTM A325 Pelat lantai menggunakan Bondex PT. BRC
6 M24
LYSAGHT INDONESIA t = 0,75 mm, dengan
BRESING DOUBLE CANAL
tebal plat beton :
300x100x10x16
- Atap t = 90 mm
- Lantai apartemen t = 90 mm
- Lantai parkir t = 100 mm
Gambar 5.5 Sambungan Bracing pada Balok Balok anak
BAB VI - Atap Profil WF 300x150x6,5x9
- Lantai apartemen Profil WF 350x175x7x11
6. PERENCANAAN PONDASI - Lantai parkir Profil WF 350 x175 x7 x11
2. Dari hasil analisa perhitungan struktur primer
didapatkan :
6.1 Pondasi group Profil baja dipakai dari PT. Gunung Garuda.
Y
Mx
My P
Balok persilangan bresing :
Mx
- Atap Profil WF 400 x200 x8 x13
75

1 2 3
- Lantai apartemen Profil WF 450 x200x9x14
12 5

- Lantai parkir Profil WF 500 x200 x10 x116


100

My X
6 Hx
40 0

4 5
Balok induk :
1 25

Hy
7 8 9 - Atap Profil WF 400 x200 x8 x13
75

75 125 125 75 - Lantai apartemen Profil WF 450 x200 x9 x14


75 125 1 25 75
400
- Lantai parkir Profil WF 500 x200 x10 x116
400
Kolom komposit :
Gambar 6.1 Pondasi tiang pancang - Lantai 1-5 King Cross 588 x300 x12 x20;
beton 80 x 80 cm
1. Kedalaman tiang pancang rencana = 24 m - Lantai 6-13 King Cross 500 x200 x10 x16;
2. Diameter tiang pancang = 50 cm beton 70 x 70 cm
- Lantai 14-20 King Cross 450 x200 x9 x14;
qtiang = η  Pijin tiang beton 60 x 60 cm
= 0,93  112135,58 kg - Lantai 21-25 King Cross 400 x200 x8 x13;
= 104286,1 kg > Pmax = 84629,81 kg beton 50 x 50 cm

3. Bresing dipakai tipe Konsentris khusus


dengan model inverted V menggunakan
Page 10 of 11
profil Double Canal 300x100x10x16. Lampiran.
Persentase gaya horisontal yang dipikul oleh
batang bresing tarik dari analisa berkisar
pada (30,05%-66,03%). Maka, berdasarkan
hasil analisa batang bresing telah memenuhi
syarat distribusi beban lateral SNI 03-1729-
2002 Pasal 15.11.2.3. yakni masing-masing
arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang
bresing, minimal 30% tapi tidak lebih dari
70% gaya horizontal total harus dipikul oleh
batang bresing tarik.
4. Pondasi memakai tiang pancang PT. WIKA
Beton untuk
D = 50 cm (tipe A3 ) dengan kedalaman 24
m dari hasil penyelidikan tanah sondir.

7.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk
menghasilkan perencanaan struktur dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan
estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat
dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di
lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan
tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis, dan
tepat waktu dalam pelaksanaannya.

8. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 03 –1729


2002 Tata Cara Perencaaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung. Departemen
Pekerjaan Umum

Badan Standarisasi Nasional 2002, SNI 03 –2847


2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, Departemen
Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional 2002, SNI 03 –1726


2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung, Departemen
Pekerjaan Umum.

Isdarmanu, dkk. 2006. Struktur Baja I. Surabaya


: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS.

Salmon CG and John E. Johnson . 1992. Struktur


Baja Desain dan Perilaku Edisi 1. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

The Kozai Club, 1983, Steel Construction


Guidebook – Civil Engineering, Tokyo.
Page 11 of 11

Anda mungkin juga menyukai