PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
8. Perencanaan akhir, apakah langkah 2 hingga 7 sudah memberikan hasil optimum
Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunkan. jenis jenis material yang selam ini dikenal
dalam dunia kontruksi antara lain adalah baja. beton bertulang, serat kayu, material baja
sebagai bahan kontruksi yang telah digunakan sejak lama mengingat beberapa
keunggulannya dibadingkan material yang lain. Berikut merupakan keuntungan baja sebagai
material kontruksi, anatra lain.
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur hal ini cu cukup penguntungkan bagi
struktur-strukr jembatan yang panjang gedung yang tinggi attau jugak bengunan
bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk.
2. Keragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton berulang
yang terdiri dari beberpa macam bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam
serta mempunyai tingkat kesulitan jauh lebih tinggi.
3. Sifat elastis mempunyai prilaku yang cukup dekat dengan sumsi-asumsi yang
digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berprilaku elastis hingga
tegangan yang cukup tinggi mengikuti hukum hooke
4. Dektilitas baja cukup tinggi karena suatu barang baja yang menerima tegangan
tarik yang tinggi akan mengalami tegangan tarik cukup besar sebelum terjadi
keruntuhan.
5. Beberapa keuntungan lain pemakian baja sebagai material kontruksi adalah
kemudahan penyambungan anatelemen yang satu dengan lainnya menggunakan alat
sambung las atau baut.
Selain keuntungan yang telah disebutkan tersebut, material baja jugak memiliki
kekurangan terutama dari sisi pemeliharaan. kontruksi baja yang berhubungan langsung
dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran
juga harus menjadi perhatian yang serius, sebab material baj akan mengalami penurunan
kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, disamping itu baja
juga merupakan conductor panas yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru
dapat menyebar dengan cepat.kelemahan lain ialah masalah tekuk yang merupakan fungsi
dari kelengsingan suatu penampangan.
2.2. Beban
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur, penentuan secara pasti
besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layanannya merupakan salah
satu pekerjaan yang cukup sulit. Pada umumnya penentuan besarnya beban hanya merupakan
3
suatu estimasi saja. Berikut merupakan beberapa jenis beban yang sering dijumpai anatra lain
1. Beban mati, adalah berat dari semua bagian gedung/ bangunan yang bersifat tetap
selama masa layanan struktur, termasuk unsur snsur tambahan, finishing, mesin-
mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ban
pengunaan pengunaan suatu gedungguna tersebut
2. Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja dalam masa lainnya, dan timbul
akibat pengunaan suatau gedung. termasuk berat manusi sebagian contohnya.
3. Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan dari struktur
dan gerkan angin.
4. Beban gempa adalah semua beban statik yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal.
4
LRFD (Load And Resistance Factor Design) adalah suatu metode dalam perencanaan
bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor ketahanan material. Konsep
desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi dalam setiap elemen struktur harus lebih kecil
dari tegangan yang di ijinkan. Dengan pengertian lain, beban yang bekerja harus lebih kecil dari
kapasitas kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety factor.
5
pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut. Beliau mempelajari bahwa dengan
menghembuskan udara diatas besi cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada dalam besi
tersebut, namun secara bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen seperti
karbon dan mangan. Selanjutnya komponen-komponen penting ini dapat digantikan dengan suatu
logam paduan antara besi, karbon dan mangan, disamping itu juga ditambahkan batu kapur sebagai
pengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan ditemukannya proses bassemer, maka di tahun 1870 baja
mulai dapat diproduksi dalam sekala besar dan secara perlahan material baja mulai mengantikan besi
tuang sebagai elemen kontruksi.
Di Amerika Serikat jembatan kereta api pertma yang dibuat dari baja adalah jembatan Eads,
yang diselesaikan pada tahun 1874 terdiri dari tiga buah bentangan.
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai
unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga
2,1% berat sesuai grade–nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur
paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom
(chromium), vanadium, dan nikel. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur
paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan
karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile
strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility).
Baja merupakan suatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur
bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya luar ya ng besar
maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan untuk konstruksi menara air rangka baja.
Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum :
a. Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang
tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban
aksial.
b. Struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung utamanya mengalami
tarikan aksial yang dominan.
c. Struktur selaput (sheel), yang tegangan aksialnya dominan.
6
HSLA) dan baja paduan (Alloy Steel). Sifat – sifat mekanik dari baja tersebut seperti
tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6/A6M.
b. Baja paduan rendah mutu tinggi (High Strength-Low Alloy Steel, HSLA)
Baja yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi mempunyai tegangan
leleh berkisar antara 290 – 550 Mpa dengan tegangan putus (fu) antara 415 – 700 Mpa. Titik
peralihan leleh dari baja ini nampak dengan jelas (Gambar 2.2, kurva b). Penambahan bahan-
bahan paduan seperti chromium, columbium, angan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau
zinkonium dapat memperbaiki sifat–sifat mekaniknya. Jika baja karbon mendapatkan
kekuatannya seiring dengan penambahan presentase karbon, maka bahan-bahan aduan ini mampu
memperbaiki sifat mekanik baja dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan aja yang lebih
halus. . Baja paduan semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di gunakan untuk
baja paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.
7
c. Baja paduan (Alloy Steel)
Baja paduan rendah dapat ditempa dan dipanaskan untuk memperoleh tegangan
antara 550 – 700 Mpa. Titik peralihan leleh tidak tampak dengan jelas (Gambar 2.2, kurva
c). Tegangan leleh dari baja paduan biasanya ditemukan sebagai tegangan yang terjadi saat
timbul regangan permanen sebesar 0,2% atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada
saat regangan mencapai 0,5%.
8
2.8. Sifat – Sifat Mekanik Baja
Seorang ahli struktur harus memahami sifat – sifat mekanik dari baja agar dapat
memahami perilaku suatu struktur baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat – sifat mekanik material baja adalah dengan melakukan uji tarik terhadap
suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang akurat terhadap sifat – sifat
mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi tekuk pada
benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan
tegangan yang terjadi di dalam benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji
tekan. Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan suatu hasil uji tarik material baja yang dilakukan
pada suhu kamar serta dengan memberikan laju regangan yang normal. Tegangan nominal (f)
yang terjadi dalam benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan regangan (e) yang
merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula–mula (DL/L)
diplot pada sumbu horizontal. Gambar 2.3 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja
yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan, sedangkan Gambar 2.4
menunjukkan gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan
sebesar ± 2%.
9
Gambar 2.4 Kurva Hubungan Tegangan (f) – Regangan ( ) yang Diperbesar
Titik – titik penting dalam kurva tegangan – regangan antara lain adalah : fp :
batas proporsional
fe : batas elastis
fyu , fy : tegangan leleh atas dan bawah
fu : tegangan putus (Ultimate Stress)
sh : regangan saat mulai terjadi efek strain–hardening (penguatan regangan)
u : regangan saat tercapainya tegangan putus
Titik – titik penting ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa daerah
sebagai berikut :
a. Daerah linear antara 0 dan fp, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke, kemiringan
dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus Elastisitas atau Modulus
Young, E (= f / )
b. Daerah elastis antara 0 dan fe, pada daerah ini jika beban dihilangkan maka benda
uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda uji tersebut masih
bersifat elastis.
c. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2 – 1,5%, pada
bagaian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar fy. Daerah ini
dapat menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja tersebut. Pada baja mutu tinggi
terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini tegangan masih mengalami kenaikan.
10
Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai daerah plastis yang benar – benar datar sehingga
tak dapat dipakai dalam analisa plastis
d. Daerah penguatan regangan (strain–hardening) antara sh dan u. Untuk regangan
lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan kembali mengalami
kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada kemiringan daerah elastis.
Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan (strain–hardening), yang berlanjut hingga
mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan
(Est).
Dalam perencanaan struktur baja, SNI 1729–2015 mengambil beberapa sifat – sifat
mekanik dari material baja yang sama yaitu :
11
berbeda dari hubungan semula. Proses pembebanan di luar daerah elastis yang berakibat
perubahan daktilitas bahan, dan dilakukan pada temperatur ruangan dikenal dengan istilah
pengerjaan dingin (cold form).
12
2.13 Keruntuhan Lelah
Pembebanan yang bersifat siklik (khususnya beban tarik) dapat menyebabkan
keruntuhan, meskipun tegangan leleh baja tak pernah tercapai. Keruntuhan ini dinamakan
keruntuhan lelah (fatigue failure). Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh 3 faktor,yakni:
- Jumlah siklus pembebanan
- daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan maksimum dan minimum)
- cacat-cacat dalam material tersebut, seperti retak-retak kecil
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Baja merupakan suatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur
bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya luar yang besar
maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan untuk konstruksi. Baja terdiri dari campuran
logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya.
Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga 2,1% berat sesuai grade–nya.
Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser
pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi.
3.2. Saran
Dalam paper ini tentunya terdapat banyak kekurangan maupun kesalhan dalam
penulisan, maupun pemaparan, serta materi yang disampaikan banyak kekurangan maka dari
itu ktitik dan saran membangun dari pembaca sangat diharpkan untuk memperbaiki tulisan ini
kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15