Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya peradaban manusia, semakin beragam pula kebutuhan


manusia. Ini dapat dilihat dari aspek teknik sipil pada zaman dahulu orang membuat jalan
hanya dengan menyusun batu-batuan atau kerikil-kerikil, tapi kini semuanya telah berubah,
manuisa berusaha membuat jalan sebagai sarana transportasi dengan kualitas yang baik
menggunakan teknologi rekayasa guna memenuhi kebutuhannya, pembangunan dalm bidang
yang berhubungan dalam teknik sipil dimulai dari bangunan gedung, jembatan, jalan dan
bangunan lainnya tidak akan terpisahkan dari bahan yang berasal dari bahan perut bumi.
mulai dari batuan ,batu bara, minyak bumi sampai berbagai macam mineral yang langsung
digunakan maupun diolah terlebih dahulu untuk itu dalam kesempatan ini, akan di bahas
tentang baja. masalah ini diangkat karena ingin mengetahui tentang struktur baja, material
baja dan sifa sifatnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan struktur baja?
2. apa saja material baja serta sifat sifatnya ?
1.3 Tujuan
Mengetahui tentang struktur baja, material baja beserta sifat-sifatnya.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Perancangan Struktur


Perancangan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran anatar seni dan ilmu
penghetahuan yang dikombinasikan dengan intusisi seorang ahli stuktur mengenai rpilaku
struktur dengan dasar- dasar pengetahuan dalam statisitika, dinamika, mekanika bahan, dan
analsisa struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama masa
layannya
Tujuan dari peranacangan struktur menurut tata cara perancanagan struktur baja untuk
bangunan gedung (SNI 03-1729-2015) adalah untuk memberikan acuan dalam sektor
kontruksi dan rekayasa sipil, khususnya terkait dengan gudung baja struktural. Standar ini
memberikan persyaratan umum, persyaratan desain, analisis, persyaratan desain komponen
struktur dan sambungan, sistem rangka-momen, sistem rangka-terbreis dan dinding geser,
fabrikasi dan erkesi, pngendalian kualitas dan penjaminan kualitas, ketentuan pengujian
prakualifikasi dan kualifikasi siklik.
Perancangan adalah sebuah proses untuk mendapatkan suatu hasil yang optimum
suatu struktur diakatakan optimum apabila memnuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Biaya minimum
2. Berat minimum
3. Waktu kontruksi minimum.
4. Tenaga kerja minimum
5. Biaya manufaktur minimum
6 .Manfaat maksimum pada masa layan.
Kerangka perencanaan struktur adalah pemilihan susunan dan ukuran dari elemen
struktur sehingga beban bekerja dapat dipikul secara aman, dan perpindahan yang terjadi
masih dalam batas-batas yang diisyaratkan prosedur perencanaan struktur secara iterasi dapat
dilakukan sebagai berikut:
1.Perencaaan. penetapan fungsi struktur
2.Penetapan konfigurasi struktur awal (premilinary) sesuai langkah 1 termasuk
pemilihan jenis material yang akan digunakan.
3. Penetapan beban kerja struktur
4. Pemilihan awal bentuk dan ukuran elemen struktur berdasarkan langkah ,2,3.
5. Analisa struktur. untuk memperoleh gaya-gaya dalam dan perpindahan elemen
6. Evaluasi. apakah pernacanagn sudah optimum sesuai yang diharapakan
7. Perancanga ulang langkah 1 hingga 6

2
8. Perencanaan akhir, apakah langkah 2 hingga 7 sudah memberikan hasil optimum
Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunkan. jenis jenis material yang selam ini dikenal
dalam dunia kontruksi antara lain adalah baja. beton bertulang, serat kayu, material baja
sebagai bahan kontruksi yang telah digunakan sejak lama mengingat beberapa
keunggulannya dibadingkan material yang lain. Berikut merupakan keuntungan baja sebagai
material kontruksi, anatra lain.
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur hal ini cu cukup penguntungkan bagi
struktur-strukr jembatan yang panjang gedung yang tinggi attau jugak bengunan
bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk.
2. Keragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton berulang
yang terdiri dari beberpa macam bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam
serta mempunyai tingkat kesulitan jauh lebih tinggi.
3. Sifat elastis mempunyai prilaku yang cukup dekat dengan sumsi-asumsi yang
digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berprilaku elastis hingga
tegangan yang cukup tinggi mengikuti hukum hooke
4. Dektilitas baja cukup tinggi karena suatu barang baja yang menerima tegangan
tarik yang tinggi akan mengalami tegangan tarik cukup besar sebelum terjadi
keruntuhan.
5. Beberapa keuntungan lain pemakian baja sebagai material kontruksi adalah
kemudahan penyambungan anatelemen yang satu dengan lainnya menggunakan alat
sambung las atau baut.
Selain keuntungan yang telah disebutkan tersebut, material baja jugak memiliki
kekurangan terutama dari sisi pemeliharaan. kontruksi baja yang berhubungan langsung
dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran
juga harus menjadi perhatian yang serius, sebab material baj akan mengalami penurunan
kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, disamping itu baja
juga merupakan conductor panas yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru
dapat menyebar dengan cepat.kelemahan lain ialah masalah tekuk yang merupakan fungsi
dari kelengsingan suatu penampangan.

2.2. Beban
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur, penentuan secara pasti
besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layanannya merupakan salah
satu pekerjaan yang cukup sulit. Pada umumnya penentuan besarnya beban hanya merupakan

3
suatu estimasi saja. Berikut merupakan beberapa jenis beban yang sering dijumpai anatra lain

1. Beban mati, adalah berat dari semua bagian gedung/ bangunan yang bersifat tetap
selama masa layanan struktur, termasuk unsur snsur tambahan, finishing, mesin-
mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ban
pengunaan pengunaan suatu gedungguna tersebut
2. Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja dalam masa lainnya, dan timbul
akibat pengunaan suatau gedung. termasuk berat manusi sebagian contohnya.
3. Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan dari struktur
dan gerkan angin.
4. Beban gempa adalah semua beban statik yang bekerja pada struktur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal maupun horizontal.

2.3. Konsep Dasar LRFD


LRFD (Load And Resistance Factor Deisgn) adalah spesifikasi yang dikeluarkan oleh
AISC (America Instate Of Steel Construction) untuk desain konstruksi baja, berdasarkan
ketahanan metode kekuatan ultimit (Metode Plastis). LRFD memberikan perbandingan yang
lebih spesifik antara beban Q dan resistensi Rn, seperti persamaan untuk persyaratan
mendapatkan keamanan sebagai berikut:
ϕRn ≥ ∑ γi Qi ................................................................................................... (2.1)
Dimana :
∑ = Penjumlahan
i = menunjukan berbagai kondisi
Qi = pengaruh beban nominal
Yi = faktor beban terkait beban Qi yang ditinjau
Yi Qi = kuat perlu, dari kondisi batas yang paling ekstrim
Rn = kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
ϕ = faktor tahanan sesuai jenis struktur yang di tinjau
ϕRn = kuat rencana, kekuatan struktur yang direncanakan
Dimana ruas kiri mewakili resistensi (kekuatan) dari komponen atau sistem,
sedangkan ruas kanan mewakili beban yang diharapkan akan ditanggung sehingga cenderung
memberikan struktur yang lebih aman, Pada sisi kekuatan harga nominasi resistensi Rn
dikalikan dengan faktor resistensi (reduksi kekuatan) ϕ untuk mendapatkan kekuatan desain.
Pada sisi beban berbagai efek beban Qi (seperti beban mati, beban hidup, dan beban salju)
dikalikan dengan faktor-faktor kelebihan beban γi untuk mendapatkan jumlah ∑ γi Qi dari
beban-beban terfaktor

4
LRFD (Load And Resistance Factor Design) adalah suatu metode dalam perencanaan
bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor ketahanan material. Konsep
desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi dalam setiap elemen struktur harus lebih kecil
dari tegangan yang di ijinkan. Dengan pengertian lain, beban yang bekerja harus lebih kecil dari
kapasitas kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety factor.

2.4. Peluang Kegagalan


Dalam konteks analisa keandalan suatu struktur, yang dimaksud dengan istilah
kegagalan (failure) adalah terjadinya salah satu dari sejumlah kondisi batas yang telah
ditentukan sebelumnya. faktor beban dan tahanan dipilih sedemikian rupa sehingga peluang
kegagalan suatu struktur adalah kecil sekali atau masih dalam batasa-batas yang dapat
diterima. peluang kegagalan suatu struktur dapat ditentukan jika tersedia data data statistik
dari tahanan dan tersedia pula fungsi distribusi dari beban

2.5. Sajarah pengunaan material baja


Pada baja mulai digunakan sekitar tahun 4000 SM, besi (sebagai komponen utama penyusun
baja) digunakan untuk membuat peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi tempa,
yanng diperoleh dengan memanaskan bijih-bijih besi dengan menggunakan arang. Sekitar akhir abad
ke 18 dan permulaan abak ke- 19, besi tuang dan besi tempa sudah banyak mulai banyak digunakan
untuk pembuatan struktur jembatan. Jembatan lengkung coalbrookdale yang melintas diatas sungai
Severn (Inggris) adalah jembatan pertama yang terbuat dari besi tuang. Jembatan dengan panjang
sekitar 30 m dibangun oleh Abrahan Darby III.

Gambar 2.1 Jembatan The viaduct La Polvorilla, Salta Argentina


Pada abad ke-19 mulai muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang merupakan
logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar karbon yang lebih sedikit
daripada besi tuang, dan mulai digunakan untuk industri-industri berat. Sir Henry dari Inggris
merupakan yang pertama kali membuat baja dalam volume besar dan menerima hak paten dari

5
pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut. Beliau mempelajari bahwa dengan
menghembuskan udara diatas besi cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada dalam besi
tersebut, namun secara bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen seperti
karbon dan mangan. Selanjutnya komponen-komponen penting ini dapat digantikan dengan suatu
logam paduan antara besi, karbon dan mangan, disamping itu juga ditambahkan batu kapur sebagai
pengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan ditemukannya proses bassemer, maka di tahun 1870 baja
mulai dapat diproduksi dalam sekala besar dan secara perlahan material baja mulai mengantikan besi
tuang sebagai elemen kontruksi.
Di Amerika Serikat jembatan kereta api pertma yang dibuat dari baja adalah jembatan Eads,
yang diselesaikan pada tahun 1874 terdiri dari tiga buah bentangan.

2.6. Pengertian Baja

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai
unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga
2,1% berat sesuai grade–nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur
paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom
(chromium), vanadium, dan nikel. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur
paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan
karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile
strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility).

Baja merupakan suatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur
bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya luar ya ng besar
maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan untuk konstruksi menara air rangka baja.
Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum :

a. Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang
tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban
aksial.
b. Struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung utamanya mengalami
tarikan aksial yang dominan.
c. Struktur selaput (sheel), yang tegangan aksialnya dominan.

2.7. Jenis Baja


Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja
karbon (Carbon Steel), baja paduan rendah mutu tinggi (High Strength–Low Alloy Steel,

6
HSLA) dan baja paduan (Alloy Steel). Sifat – sifat mekanik dari baja tersebut seperti
tegangan leleh dan tegangan putusnya diatur dalam ASTM A6/A6M.

a. Baja karbon (Carbon Steel)


carbon steel adalah baja yang terdiri dari elemen -elemen yang persentase
kandungan karbonnya, yaitu baja karbon rendah (C = 0,03 – 0,035%), baja karbon medium
(C = 0,35 – 0,50%), dan baja karbon tinggi (C = 0,55 – 1,70%). Baja yang sering
digunakan dalam struktur adalah baja karbon medium, misalnya BJ 37. Kandungan karbon
baja medium bervariasi dari 0,25 – 0,29% terantung ketebalan. Selain karbon, unsur lain
yang juga terdapat dalam baja karbon adalah mangan (0,25 – 1,50%), Silikon (0,25 –
0,30%), fosfor (maksimal 0,40%) dan sulfur (0,50%). carbon dan manganese adalah bahan
pokok untuk meninggikan tegangan dari baja murni. Baja karbon menunjukkan peralihan
leleh yang jelas, seperti nampak dalam Gambar 2.2, kurva a. Naiknya presentase karbon
meningkatkan tegangan leleh namun menurunkan daktalitas, salah satu dampaknya adalah
membuat pekerjaan las menjadi lebih sulit. Baja karbon umumnya memiliki tegangan leleh
(fy) antara 210 – 250 MPa.

b. Baja paduan rendah mutu tinggi (High Strength-Low Alloy Steel, HSLA)
Baja yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi mempunyai tegangan
leleh berkisar antara 290 – 550 Mpa dengan tegangan putus (fu) antara 415 – 700 Mpa. Titik
peralihan leleh dari baja ini nampak dengan jelas (Gambar 2.2, kurva b). Penambahan bahan-
bahan paduan seperti chromium, columbium, angan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau
zinkonium dapat memperbaiki sifat–sifat mekaniknya. Jika baja karbon mendapatkan
kekuatannya seiring dengan penambahan presentase karbon, maka bahan-bahan aduan ini mampu
memperbaiki sifat mekanik baja dengan membentuk mikrostruktur dalam bahan aja yang lebih
halus. . Baja paduan semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di gunakan untuk
baja paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.

7
c. Baja paduan (Alloy Steel)
Baja paduan rendah dapat ditempa dan dipanaskan untuk memperoleh tegangan
antara 550 – 700 Mpa. Titik peralihan leleh tidak tampak dengan jelas (Gambar 2.2, kurva
c). Tegangan leleh dari baja paduan biasanya ditemukan sebagai tegangan yang terjadi saat
timbul regangan permanen sebesar 0,2% atau dapat ditentukan pula sebagai tegangan pada
saat regangan mencapai 0,5%.

Gambar 2.2 Hubungan tegangan – regangan tipikal

8
2.8. Sifat – Sifat Mekanik Baja
Seorang ahli struktur harus memahami sifat – sifat mekanik dari baja agar dapat
memahami perilaku suatu struktur baja. Model pengujian yang paling tepat untuk
mendapatkan sifat – sifat mekanik material baja adalah dengan melakukan uji tarik terhadap
suatu benda uji baja. Uji tekan tidak dapat memberikan data yang akurat terhadap sifat – sifat
mekanik material baja, karena disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi tekuk pada
benda uji yang mengakibatkan ketidakstabilan dari benda uji tersebut, selain itu perhitungan
tegangan yang terjadi di dalam benda uji lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji
tekan. Gambar 2.3 dan 2.4 menunjukkan suatu hasil uji tarik material baja yang dilakukan
pada suhu kamar serta dengan memberikan laju regangan yang normal. Tegangan nominal (f)
yang terjadi dalam benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan regangan (e) yang
merupakan perbandingan antara pertambahan panjang dengan panjang mula–mula (DL/L)
diplot pada sumbu horizontal. Gambar 2.3 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda uji baja
yang dilakukan hingga benda uji mengalami keruntuhan, sedangkan Gambar 2.4
menunjukkan gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji hingga mencapai regangan
sebesar ± 2%.

Gambar 2.3 Kurva Hubungan Tegangan (f) vs Regangan ( )

9
Gambar 2.4 Kurva Hubungan Tegangan (f) – Regangan ( ) yang Diperbesar
Titik – titik penting dalam kurva tegangan – regangan antara lain adalah : fp :
batas proporsional
fe : batas elastis
fyu , fy : tegangan leleh atas dan bawah
fu : tegangan putus (Ultimate Stress)
sh : regangan saat mulai terjadi efek strain–hardening (penguatan regangan)
u : regangan saat tercapainya tegangan putus

Titik – titik penting ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa daerah
sebagai berikut :
a. Daerah linear antara 0 dan fp, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke, kemiringan
dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus Elastisitas atau Modulus
Young, E (= f / )
b. Daerah elastis antara 0 dan fe, pada daerah ini jika beban dihilangkan maka benda
uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa benda uji tersebut masih
bersifat elastis.
c. Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2% hingga 1,2 – 1,5%, pada
bagaian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar fy. Daerah ini
dapat menunjukkan pula tingkat daktilitas dari material baja tersebut. Pada baja mutu tinggi
terdapat pula daerah plastis, namun pada daerah ini tegangan masih mengalami kenaikan.

10
Karena itu baja jenis ini tidak mempunyai daerah plastis yang benar – benar datar sehingga
tak dapat dipakai dalam analisa plastis
d. Daerah penguatan regangan (strain–hardening) antara sh dan u. Untuk regangan
lebih besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan kembali mengalami
kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada kemiringan daerah elastis.
Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan (strain–hardening), yang berlanjut hingga
mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan
(Est).
Dalam perencanaan struktur baja, SNI 1729–2015 mengambil beberapa sifat – sifat
mekanik dari material baja yang sama yaitu :

Modulus Elastisitas, E = 29.000 ksi (200.000 MPa)


Modulus Geser, G = 11.200 ksi (72.200 MPa) Angka
poisson = 0,3 Koefisien muai panjang, a = 12.10 -6 /°C

2.8. Keuletan Material


Dalam perencanaan struktur baja, keuletan material (toughness)adalah ukuran
dari suatu material untuk menahan terjadinya putus fracture) dalam uji tarik
uniaksial,keuletan material dapat dihitung sebagai luas total dari kurva tegangan-
tegangan hingga titik putus benda uji pada saat kurva tegangan-regangan berakhir).

- KriteriaLelehHuber – VonMises –Hencky Kriteria leleh untukkondisi tegangantriaksialmenurutHuber adalah:


𝜎�2 = 1/ 2 [(𝜎1 − 𝜎2)2 + (𝜎2 − 𝜎3)2 + (𝜎3 − 𝜎1)2] ≤ 𝑓�2

- TeganganGeser Leleh Titik leleh untukkondisi gesermurni, dapatditentukandarikurva tegangan


regangandenganbeban geser. Modulus geser (G), dirumuskan sebagai G = � / 2(1+�)

2.9. Perilaku Baja Pada Temperatur Tinggi


Pada temperatur sekitar 93ºC, kurva tegangan-regangan akan berubah menjaddi tak
linear lagi, dan secara bersamaan titik leleh material tidak tampak dengan jelas. Modulus
elastisitas, tegangan leleh dan tegangan tarik semuanya akan tereduksi seiring dengan
naiknya temperatur material.

2.10. Pengerjaan Dingin dan Penguatan Regangan


Setelah regangan leleh 𝜖� = 𝑓�/��, pada leleh pertama terlampaui, dan benda uji
dibebaskan, pembebanan kembali akan memberikan hubungan tegangan-regangan yang

11
berbeda dari hubungan semula. Proses pembebanan di luar daerah elastis yang berakibat
perubahan daktilitas bahan, dan dilakukan pada temperatur ruangan dikenal dengan istilah
pengerjaan dingin (cold form).

2.11. Keruntuhan Getas


Keruntuhan getas adalah merupakan suatu keruntuhan yang terjadi secara tiba tiba tanpa
didahului deformasi plastis, terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Keruntuhan ini
dipengaruhi oleh temperatur, kecepatan pembebanan, tingkat tegangan, tebal pelat, dan sistem
pengerjaan. secara garis besar, faktor faktor yang dapat menimbulkan kereruntuhan getas pada
suatu elemen struktur ditampilkan dalam tabel 2.1 berikut ini:
No Faktor Pengaruh Efek
1 tempertaur Makintinggi temperature makin besar peluang terjadinya
keruntuhan geta
2 Tegangan tarik Keruntuhan getas hanya dapat terjadi dibawah tegangan
tarik
3 Ketebalan material Makin tebal material baja, makin besar peluang terjadinya
keruntuhan getas
4 Kontinuitas 3 dimensi Menimbulkan efek tegangan multuaksial yang cendrung
mengekang proses leleh baja dan meningkatkan
kecendrungan terjadinya keruntuhan getas
5 Tekikan Adanya tekikan akan meningkatkan potensi keruntuhan
getas
6 Kecepatan Makin cepat cepat kelajuan pembebanan, makin besar
pembebanan pula peluang terjadinya ketuntuhan getas
7 Perubahan laju Naiknya kelajuan tegangan akan meningkatkan potensi
tegangan keruntuhan getas
8 las Retakan pada las akan dapat beraksi sebagai tekikan

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Potensial Menimbulkan Keruntuhan Getas

2.12. Sobekan Lamelar


Sobekan lamelar merupakan keruntuhan getas yang terjadi pada bidang gilas akibat
gaya tarik besar yang bekerja tegak lurus ketebalan elemen pelat profil. Karena regangan
yang diakibatkan oleh beban layan biasanya lebih kecil dari regangan leleh, maka beban
layan tak diperhatikan sebagai penyebab sobekan lamelar.

12
2.13 Keruntuhan Lelah
Pembebanan yang bersifat siklik (khususnya beban tarik) dapat menyebabkan
keruntuhan, meskipun tegangan leleh baja tak pernah tercapai. Keruntuhan ini dinamakan
keruntuhan lelah (fatigue failure). Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh 3 faktor,yakni:
- Jumlah siklus pembebanan
- daerah tegangan layan (perbedaan antara tegangan maksimum dan minimum)
- cacat-cacat dalam material tersebut, seperti retak-retak kecil

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Baja merupakan suatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur
bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya luar yang besar
maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan untuk konstruksi. Baja terdiri dari campuran
logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya.
Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga 2,1% berat sesuai grade–nya.
Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser
pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi.

3.2. Saran

Dalam paper ini tentunya terdapat banyak kekurangan maupun kesalhan dalam
penulisan, maupun pemaparan, serta materi yang disampaikan banyak kekurangan maka dari
itu ktitik dan saran membangun dari pembaca sangat diharpkan untuk memperbaiki tulisan ini
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional. "Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural".


Jakarta:2015.

Murtianimapnur. "material baja dan sifat sifatnya".


https://www.scribd.com/doc/259444793/material-baja-dan-sifat-sifatnya . diakses 10
februari 2019.

Jagat, Beta Satria."Analisis Tegangan Dan Deformasi Balok Kantilever Castellated


Ibukan Heksagonal Penampang Non Prismatis Menggunakan Metode Elemen Hingga
(Variasi Sudut Lubang, Jarak Anatar Lubang, Diameter Lubang, Dan Panjang
Bentang"Teknik Sipil .Ft Umy.2017

Setawan,Agus. "Struktur Baja Dengan Metode Lrfd". Penerbit Erlangga.Jakarta:2008.

Universitas Muhamdiyah Malang. http://eprints.umm.ac.id/35100/3/jiptummpp-


gdl-noventatia-48521-3-babii.pdf Diakses 9 Februari 2019

Oentong. "Kontruksi Baja ". Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta:2000.

15

Anda mungkin juga menyukai