Anda di halaman 1dari 7

BAHAN AJAR

PERTEMUAN KE 2

Program Studi : Teknik Sipil


Nama Mata Kuliah/Kode : STRUKTUR BAJA I
Jumlah SKS :2
Pengajar : 1. Prof. Dr-Ing. Herman Parung
2. Dr. Eng. Rita Irmawaty, ST., MT.
Sasaran Belajar : Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu
menjelaskan perilaku baja, dan merencanakan struktur
rangka batang.
Mata Kuliah Prasyarat : Statika dan Mekanika Bahan
Deskripsi Mata Kuliah :
I PENDAHULUAN
1.1 Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran

1.2 Sasaran Pembelajaran


Mahasiswa mampu menjelaskan perilaku mekanis baja, prinsip dan filosopi
desain struktur rangka baja.

1.3 Manfaat,
Setelah mempelajari materi ini maka mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan perilaku mekanis baja, prinsip dan filosopi desain struktur rangka
baja.

1.4 Urutan Pembahasan


 Keuntungan kerugian baja
 Sifat-sifat mekanis
 Prinsip desain
 Beban-beban
 Filosopi desain
 Faktor beban
II PENYAJIAN

PENDAHULUAN

PRINSIP DESAIN

Desain struktur dapat didefenisikan sebagai suatu paduan dari sains dan seni,
yang mengkombinasikan perasaan intuitif seorang insinyur yang berpengalaman
mengenai perilaku struktur dengan pengetahuan yang mendalam mengenai prinsip-
prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisis structural, untuk
menciptakan suatu struktur yang aman dan ekonomis sehingga dapat berfungsi
seperti yang diharapkan.

Pada sebuah struktur, ada beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan untuk
memperoleh penyelesaian yang optimum, seperti:

a. Biaya yang minimum


b. Berat yang minimum
c. Waktu konstruksi yang minimum
d. Jumlah tenaga kerja minimum
e. Efisiensi pengoperasian yang maksimum bagi pemilik

Secara garis besar, prosedur desain dapat digambarkan sbb:


1. Perencanaan, penentuan fungsi-fungsi yang akan dilayani oleh struktur yang
bersangkutan
2. Konfigurasi struktur pendahuluan, susunan dari elemen-elemen yang akan
melayani fungsi-fungsi pada langkah 1.
3. Penentuan beban-beban yang harus dipikul
4. Pemilihan batang pendahuluan
5. Analisis, dengan membuat model beban-beban dan kerangka kerja structural
untuk mendapatkan gaya-gaya internal dan defleksi yang dikehendaki.
6. Evaluasi, apakah semua persyaratan kekuatan dan kemampuan kerja telah
terpenuhi dan mencapai hasil optimum ?
7. Redesain, sebagai hasil dari evaluasi, diperlukan pengulangan bagian mana
saja dari urutan langkah 1 s/d 6.
8. Keputusan akhir, penentuan apakah desain optimum telah tercapai atau
belum ?

BEBAN-BEBAN

Beban-beban yang akan ditanggung oleh suatu struktur atau elemen struktur tidak
selalu dapat diramalkan dengan tepat sebelumnya, sehingga seringkali
membutuhkan asumsi dan pendekatan.

1. Beban mati, yaitu beban yang ditimbulkan oleh berat dari berbagai
komponen struktur itu sendiri dan segala hal yang tertempel pada struktur
tersebut seperti pipa-pipa, saluran listrik, saluran AC dan pemanasan,
peralatan pencahayaan, penutup lantai, penutup atap, plafon, dsb, yakni
segala hal yang tetap berada pada tempatnya sepanjang umur struktur
tersebut.
2. Beban hidup, yaitu beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur telah
berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya beban
orang, furniture, perkakas yang dapat bergerak, dan kendaraan. Penentuan
besar beban hidup pada umumnya mengacu pada peraturan pembebanan
yang ditentukan oleh pemerintah.
3. Beban angin, semua struktur akan terkena beban angin. Namun, selain
jembatan-jembatan panjang, hanya struktur dari bangunan tiga lantai atau
lebih yang membutuhkan pertimbangan angin secara khusus. Kecepatan
angin yang ditetapkan dalam PPI 1983 minimum sebesar 25 kg/m 2 untuk
kondisi umum, sedangkan untuk daerah dekat pantai harus diambil sebesar
40 kg/m2, kecepatan angin yang mungkin dapat menimbulkan tekanan lebih
besar lagi kondisi ini harus dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = V2 / 16 (kg/m2)

Dimana V = adalah kecepatan angin dalam m/detik.

4. Beban akibat Pengaruh Alam, beban ini dapat berupa beban angin, beban
gempa, tekanan tanah atau air, serta beban akibat perbedaan suhu. Beban-
beban ini bergantung pada lokasi bangunan, peninjauan gempa haruslah
diperhatikan peta wilayah gempa yang ada dalam peraturan perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung SNI 03-1726-2002.
FILOSOFI DESAIN

Dewasa ini dipergunakan dua filosofi desain yaitu:

1. Desain tegangan kerja (Allowable Stress Design, ASD)


2. Desain keadaan batas (Load and Resistance Factor Design, LRFD)
Desain tegangan kerja telah menjadi filosofi utama selama lebih 100 tahun. Selama
30 tahun terakhir, desain structural telah bergeser menuju prosedur desain yang
lebih rasional dan berdasarkan pada probabilitas yang disebut sebagai desain
“keadaan batas”. Desain keadaan batas meliputi metode-metode yang umumnya
disebut sebagai “desain kekuatan ultimit” (ultimate strength design), “desain
kekuatan” (strength design), “desain plastic” (plastic design), “desain factor beban”
(load factor design), “desain batas” (limit design), dan sekarang “desain factor
resistensi/kekuatan dan beban” (LRFD).

Struktur dan batang-batang struktur harus memiliki kekuatan yang cukup seperti
kekakuan dan ketahanan yang cukup sehingga dapat berfungsi selama umur
layanan dari struktur tersebut. Desain structural harus memberikan keamanan yang
cukup, baik terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekuatan
material yang lebih rendah (understrength).

Kelebihan beban dapat terjadi akibat :

 Perubahan fungsi struktur


 Terlalu rendahnya taksiran beban karena penyederhanaan berlebihan dalam
analisis strukturalnya.
 Variasi-variasi dalam prosedur konstruksinya.

Kekuatan material yang lebih rendah dapat terjadi karena:

 Penyimpangan dalam dimensi batang


 Material (elemen batang, baut dan las) memiliki kekuatan yang lebih kecil
daripada yang digunakan dalam perhitungan desain
 Tegangan leleh di bawah harga minimum yang dispesifikasikan
FAKTOR BEBAN

Berdasarkan beban-beban tersebut di atas, maka struktur baja harus


mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 03-1729-2002
(Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung), sbb

1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W)
1,2 D + 1,3 W + (L L +0,5 (La atau H)
1,2 D ± 1,0 E + L L
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E)

Keterangan :

D = beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen


L = beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung
La = beban hidup di atap
H = beban hujan, tidak termasuk akibat genangan air
W = beban angin
E = beban gempa, menurut SNI 03-1726-2002

Dengan

L = 0,5 bila L < 5 kPa dan L = 1 bila L ≥ 5 kPa


III PENUTUP

3.1 Rangkuman

3.2 Soal tes formatif,

3.3 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai