TINJAUAN PUSTAKA
5
6
didapat struktur yang lebih kecil dan ringan.Untuk bentang kanopi yang tidak
terlalu panjang (misal 10m), bisa digunakan baja profil biasa, untuk yang
lebih panjang dapat digunakan profil baja misal baja I/WF (wide flange).
Serta komponen lain seperti ikatan angin, gording, baut, las dan angkur
∅ Rn>𝛾𝑜 𝛾𝑖 ∙ 𝒬𝑖
Dimana :
∅ = faktor resistensi
Rn = kekuatan nominal
γ = faktor kelebihan beban
Q = beban (beban mati, beban hidup, beban angin)
Ruas kiri menyatakan kekuatan nominal Rn yang sikalikan oleh faktor
pengurangan kapasitas (undercapacity) ∅ ,yaitu bilangan yang lebih kecil
dari 1,0 untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam besarnya daya tahan
(resistance uncertainties).
Ruas kanan merupakan jumlah hasil kali pengaruh beban Qi dan faktor
kelebihan beban (overload) γi.jumlah hasil kali ini dikalikan dengan faktor
analisa γo (bilangan lebih besar rai 1,0) untuk memperhitungkan
ketidakpastian dalam analisa struktur. Sebagai perbandingan dengan filosofi
1. Beban mati
Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri
bangunan dan unsur bangunan termasuk segala unsur tambahan yang
merupakan suatu kesatuan dengannya. (Peraturan pembebanan
Indonesia untuk gedung 1983 hal. 10 pasal 2.2)
2. Beban hidup
a) Beban terbagi rata/m² berasal dari beban air hujan sebesar (40 –
0,8 α) kg/m². Dimana α adalah sudut kemiringan atap dalam derajat,
dengan ketentuan bahwa beban tersebut tidak perlu diambil lebih
besar dari 20 kg/m² dan tidak perlu ditinjau bila kemiringan atapnya
adalah lebih besar dari 50 derajat.
R=0,0098(ds+dh)..........................................................(2.1)
Keterangan
R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut, lb/ft2.
(N/mm2)
1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H )
1,2 D + 1,6 L ( La atau H ) + ( 0,5 L atau 0,8 W )
1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 ( La atau H )
1,2 D + 1,0 E + 0,5 L
0,9 D – ( 1,3 W atau 1,0 E )
Beban-beban layanan nominal yang ditunjukan oleh persamaan diatas
adalah:
D = Beban mati yang diakibatkan dengan berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga dan
peralatan layan tetap.
L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh pengunaan gedung, termasuk
kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan
dan lain-lain. (SNI 03 – 1729 2002, Hal:13, Pasal 6.2.2)
2.5.1 Gording
a. Pembebanan
Adapun beban yang bekerja pada gording sebagai berikut :
b) Berat atap
b) Beban pekerja
b. Kombinasi pembebanan :
Kuat perlu (U) yang menahan beban mati (D) dan beban hidup(L)
paling tidak harus sama dengan :
U = 1,2 D + 1,6 L
Mux Muy
+ ≤1
∅ Mnx ∅ Mny
Dimana :
∅=0,9
1
δ= ¿) (Beban terpusat ditengah/beban pekerja)
48
5. q . l 4
δ= (Beban merata)
348. EI
2.5.2 Trekstang
Cara perhitungan diambil dari kombinasi pembebanan gording dan
menggunakan beban terfaktor. V yang diambil adalah yang terbesar
untuk menentukan luas dan diameter trekstang tersebut.
V = fy . ATrekstang
V = fy . ¼ π.d2
bf
- Perbandingan lebar flens terhadap tabel flens : λf = tidak
2t f
170
memenuhi λpf = (dalam MPa) atau λpf = 65 𝑓𝑦(dalam ksi)
√ fy
hw h−(2 tf )
- Perbandingan lebar terhadap tebal : λw = = tidak
tw tw
memenuhi λpw = 1680 𝑓𝑦 (dalam MPa) atau λpw = 640 𝑓𝑦 (dalam
ksi)
Ig
dengan ry =
√ A
Untuk komponen struktur yang memenuhi L <Lp kuat nominal
komponen struktur terhadap momen lentur adalah Mn = Mp.
Dalam kasus perhitungan disini mengunakan bentang pendek.
Jika L <Lp maka penampang sudah kuat terhadap tekuk lateral.
[
Mn = Cb Mr+ ( Mp−Mr ) .
(Lr−L)
( Lr−Lp) ]
< Mp , dengan
12,5· Mmax
Cb = < 2,3
2,5· Mmax+ 3 Ma +4 Mb+3 Mc
φbMn > Mu
dimana :
Mn = Mp = Z ·Fy
Dimana :
Z = modulus plastic
h kn· E
Untuk Bentang Pendek :
tw
≤1,10
fy√
Maka kuat geser nominal pelat badan, φ·Vn = 0,6 Fy· Aw
Fy = tegangan leleh
Aw = luas badan
kn · E h kn · E
Untuk Bentang Menengah : 1,10
√ fy
< <1,37
tw √
fy
[ √ ]
φ·Vn=0,6 Fy· Aw 1,10
kn · E 1
fy (h /tw )
kn· E h
Untuk Bentang Panjang :1,37
√ fy
≤
tw
Aw · Kn· E
φ·Vn=0,9·
(h /tw )²
5
dengan Kn=5+
( a/h)²
dimana :
φ·Vn> Vu
dengan
τcr. Karena balok tempa dimiliki rasio h/tw yang rendah, tekuk
yang diakibatkan geser tidak akan terjadi. Bila jarak antar pengaku
a membuat a/tw cukup rendah dan ukurannya cukup
memungkinkan, mereka bekerja sebagai elemen vertikal tekan
dalam sebuah rangka (truss). Kekuatan paska tekuk (aksi
medantarik) akan tersedia dan dapat dimanfaatkan dalam desain.
Jika h/tw< 260 dan Vn< Cv (0,6 Fy) · Aw maka penggaku tidak
diperlukan. Persamaan diatas logisnya berlaku untuk situasi-situasi
dengan dan tanpa pengaku antara bila sasarannya adalah untuk
mencegah tekuk yang diakibatkan oleh geser.
(1−Cv)
𝑉 𝑛 = 0,06 ∙ 𝑓 𝑦 ∙ 𝐴𝑤 ∙ Cv+
1,15 ∙ √ ¿ ¿ ¿
Dengan
𝐶𝑣 = 1,10 ∙
√ Kn ∙ E /fy
(h /tw )
(1−Cv)
𝑉 𝑛 = 0,06 ∙ 𝑓 𝑦 ∙ 𝐴𝑤 ∙ Cv+
1,15 ∙ √ ¿ ¿ ¿
Dengan
Kn. E 1
.
𝐶𝑣 = 1,5 ∙ fy h 2
( )
tw
Mu Vu
+ 0,625 ≤ 1,375
ɸ Mn ɸV n
Penggunaan baja pada proyek ini untuk balok induk adalah IWF
400.200.8.13, balok anak 1 menggunakan IWF 300x150x6,5x9, balok
anak 2 menggunakan IWF 250x125x6x9, balok anak 3 menggunakan
IWF 200x100x5,5x8 . Didalam pelaksanaan kerja proyek ini
menggunakan 2 macam sambungan yaitu dengan cara menggunakan baut
dan las. Pemilihan cara tersebut dikarenakan logam baja mudah untuk
pelaksanaan pengelasan, teguh dan liat terhadap struktur yang berbutir
halus yang dapat memikul beban baik dalam keadaan angin maupun
panas. Tebal pelat dicoba-coba disesuaikan dengan diameter baut yang
akan digunakan. Pelat ini digunakan sebagai pelat pembantu dalam
penyambungan antara profil sehingga profil tersebut menjadi satu
kesatuan dengan baut dan las.
Jarak minimum:
S1 > 1,75mm
S > 3d
Jarak maksimum:
S1 < 150mm
S < 200mm
fy = 250 MPa
fu = 380 MPa
V
Vi= (Ruv)
n
M . yi
Ti= (Rvt)
∑ yi2
2 2
Ruv Rvt
[ ∅ v . Rnv ][
+
∅ v . Rnt
≤1 ]
∅ = Faktor reduksi (0,75)
Rnv = Kuat geser nominal baut
∅ Rn=∅ tc ( 0,6 F EX )
a yang dibutuhkan
∅ Rn
a=
∅ Rnw
a. Expansion.
b. Undercut.
Baut angkur tipe ini dipasang pada beton yang telah mengeras
atau beton eksisting. Pemasangan tipe ini dapat digunakan pada
konstruksi baru ataupun rehabilitasi konstruksi lama. Berikut
beberapa tipe angkur dipasang:
2. Undercut anchors.
1. Expansion Anchor
2. Undercut Anchor
Tipe angkur ini adalah tipe angkur yang cukup kuat dalam
mengikat masing – masing elemen dibandingkan tipe lainnya.
Karena itu angkur ini biasa digunakan di tempat-tempat yang
beresiko, seperti: roller coaster, bangunan tenaga nuklir, dan
struktur lainnya yang menuntut keamanan tinggi. Angkur ini
biasa digunakan pada struktur beban dinamik dan perkuatan
bangunan gempa. Undercut anchor sangat kuat sehingga tidak
akan runtuh terlebih dahulu daripada betonnya, maka tipe ini
lebih banyak dipilih oleh para insinyur.
3. Bonded Anchor
1
dengan 1 diameter angkur atau lebih kecil, maka dapat
2
dikatagorikan sebagai adhesive anchor, sebaliknya jika diameter
1
lubang lebih besar 1 kali diameter angkur, maka dapat
2
dikategorikan sebagai grouted anchor.
3. Ukuran.
g
eksentrisitas eN dari gaya tarik grup ( N ) harus diperhitungkan untuk
s
mendapatkan kekuatan nominal grup angkur.
g
eV dari gaya tarik grup (V ) harus diperhitungkan sesuai Gambar
s
2.11 dan 2.12untuk mendapatkan kekuatan nominal grup angkur.
Nsa = Ase,N . Fu
Ac , N
Nrk , c=N 0Rk , c Ψ s , N . Ψ rs ,N . Ψ ec , N
A 0c , N
a. Nilai awal ketahanan angkur untuk beton retak dan tidak retak
N 0Rk, c =k 1. √ f ck ,cube
. hef 1,5
Dimana :
c
Ψ,= 0.7 + 0.3 ≤1
ccr , N
Anc
N cb= ❑ Ψ ed , N .Ψ c, N . Ψ cp ,N . Nb (2-3)
A nco
A nc
N cb g= Ψ ec , N .Ψ ed, N . Ψ c , N . Ψ cp, N . Nb
A❑nco
(2-4)
N❑
b =k c . λa √ f c k,}} . {hef} ^ {1,5}¿ ¿¿ (2-6)
Dimana :
Kc = 10 (untuk angkur dicor didalam)
Kc = 7 ( untuk angkur pasca pasang)
Nilai Kc untuk angkur pasca pasang diizinkan untuk ditingkatkan
diatas 7 berdasarkan pada uji spesifik produk ACI 355.2 atau ACI
355.4 tetapi tidak boleh dalam semua kasusmelebihi 10
c. Bila angkur terletak kurang dari 1,5 hef dari tiga tepi atau lebih , nilai
hef yang digunakan untuk perhitungan Anc sesuai dengan (a),
demikian juga dalam pers (2-3) hingga (2-10) hrus lebih besar dari
Ca,max/1,5 dan s/3, dimana s adalah maksimum antara angkur
dalam kelompok
Np = 0,9.f”c.ehda
Dimana 3da<eh<4,5da
, Ψ c , P=1,0