Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KRITERIA PERENCANAAN
2.1 Karakteristik Penutup Atap
Berikut Karakteristik Penutup atap yang saya rencanankan , yaitu menggunakan penutup
atap Spandek :
2.1.1 Spandek
Atap ini merupakan salah satu jenis atap yang terbuat dari campuran bahan aluminium,
silikon dan juga seng, dimana untuk aluminium sekitar 55%, seng 45% dan silikon 2%.
Dengan kombinasi campuran tersebut menjadikan bahan yang satu ini dikenal kokoh,
awet, ringan dan mudah dibentuk.
2.1.2 Jenisnya
1. Jenis Berdasar Bahan
Jenis atap ini bermacam-macam mulai dari bahan penyusun dan juga bahan
tambahan yang menjadi campurannya. Dibawah ini adalah beberapa jenis
berdasar bahan penyusunnya.

 Atap Model lapis foil


 Atap Model coating (warna)
 Atap Model laminasi
 Atap Model bening (transparan)
 Atap Model cliplock
 Atap Model yang dilengkapi dengan peredam suara
 Atap Model pasir
 Atap Model galvalum, dan lain – lain.

2. Jenis Berdasar Bentuk


Bukan hanya berdasar bahan atau material penyusunnya saja, atap ini juga
memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang memiliki gelombang besar,
kecil dan juga klipok. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

 Atap Model gelombang besar. Sesuai namanya, atap jenis ini memiliki
lengkung gelombang dengan jarak yang cukup jauh.
 Atap Model dengan gelombang kecil
 Atap Model dengan gelombang bending atau lengkung
 Atap Model cliplock (kliplok). Atap ini memiliki lengkungan yang
cukup dalam yang menjadi bagian penyambungnya dengan bagian
rangka atap.
2.1.3 Ukuran

Lalu berbicara mengenai ukuran, ada beberapa macam ukuran atap jenis spandek yang
kita bahas kali ini. Pada paragraf diatas juga sudah sempat kita singgung bahwa atap
ini memiliki ukuran yang bervariasi, diantaranya adalah sebagai berikut.

 Atap Berukuran Tebal 0,30


 Atap Berukuran Tebal 0,35
 Atap Berukuran Tebal 0,40
 Atap Berukuran Tebal 0,45
 Atap Berukuran Tebal 0,50

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan

1. Kelebihan
 Pilihan warna yang variatif
 Daya Tahan yang Awet dan Tahan Lama
 Anti Pecah dan Anti Rayap
 Harga Terjangkau
 Pemasangan Mudah
2. Kekurangan
 Berisik Ketika Hujan
 Menyebabkan Suhu Panas di Dalam Ruangan

2.2 Karakteristik Baja

Berikut adalah karakteristik dari material baja :

1. Sifat Mekanis Baja

Sifat-sifat mekanis baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan


sebagai berikut berdasarkan SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.

 Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa


 Modulus geser : G = 80.000 Mpa
 Nisbah poisson : μ = 0,3
 Koefisien pemuaian : α = 12 × 10-6 /ºC
Tabel 2. 1 Sifat Mekanis Baja Struktural

2.3 Pembebanan

2.3.1 Beban Mati

Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang,
termasuk dinding, lanati, atap, plafon, tangga, dingding partisi tetap, fisihsing,
klading gedung dan komponen arsitektural lainnya serta peraltan layan terpasang lain
termasuk berat keran. Berdasarkan PPIUG Untuk Komponen Gedung Beban penutup
Spandek per m2 adalah 3,39 kg/m2 https://amanahbaja.com/harga-spandek/

2.3.2 Beban Hidup

Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh penggunaan dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban kontruksi dab beban
lingkungan seperti angina, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati.
(SNI-1726-2013)

2.3.3 Beban Hujan

Setiap bagian dari suatu atap harus dirancang mampu menahan beban dari semua air
hujan yang terkumpul apabila ditambah beban mereta yang disebabkan kenaikan air
diatas lubang masuk ke system draunase sekunder pada aliran rencana. (SNI-1726-
2013)

R = 0,0098 (ds+dh)

Keterangan:

R = Beban air hujan pada atap (Kn/m2)


dh = tambahan kedalaman air (mm)

ds =kedalam pada air atap (mm)

2.3.4 Beban Angin

Beban yang diakibatkan oleh angin, termasuk dengan memperhitungkan bentuk


erodinamika bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh dan
tornado, bila diperlukan.

2.4 Kombinasi Beban

Berdasarkan SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan


Gedung Dan Struktur Lain, kombinasi dasar untuk stuktur, komponen dan fondasi harus
dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari
beban terfaktor dalam kombinasi berikut.

1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E

Keterangan :

a. D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan layan tetap
b. L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk
kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan dan lain-lain.
Faktor beban L boleh direduksi sebesar 0,5 apabila besarnya kurang atau sama
dengan 4,79 kPa, dengan pengecualian pada area garasi parkir, daerah yang
digunakan untuk pertemuan umum
c. Lr adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan dan material atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak
d. R adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
e. W adalah beban angin
(Sumber SNI 1726:2013)

2.5 Batang Lentur

1. Kontrol tegangan
Mu ≤ Ø Mn → Ø = 0.9

2. Kontrol Lendutan
1
fijin = 240 . 𝑙

Berdasarkan kelangsingan :
1. Penampang Kompak
Untuk penampang-penampang yang memenuhi λ ≤ λ p ,kuat lentur nominal
penampang adalah, Mn= Mp
2. Penampang Tak Kompak
Untuk penampang yang memenuhi λ p < λ ≤ λr,kuat lentur nominal penampang
ditentukan sebagai berikut:
𝛌−𝛌𝐩
Mn = Mp-(Mp – Mr) 𝛌𝐫−𝛌𝐩

3. Penampang Langsing
Untuk pelat sayap yang memenuhi λr ≤ λ, kuat lentur nominal penampang adalah :
Mn = Mr(λr/ λ)2
Catatan :
Mp = Z .fy
Mr = S(fy-fr)
λ = b/t
λp = 170/fy0.5
370
λr =
√𝑓𝑦−𝑓𝑟

S = modulus penampang elastis


fr = tegangan tekan residual pada pelat sayap
= 70 MPa untuk penampang dirol
= 115 MPa untuk penampang dilas

Berdasarkan Panjang Bentang :

1. Bentang Pendek
Untuk komponen struktur yang memenuhi L ≤ Lp kuat nominal komponen
struktur terhadap momen lentur
Mn = M p adalah
2. Bentang Menengah
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lp ≤ L ≤ Lr ,kuat
nominal komponen struktur terhadap momen lentur adalah
(𝑳𝒓−𝑳)
Mn = 𝑪𝒃 [𝑴𝒓 + (𝑴𝒑 − 𝑴𝒓) ( ] ≤ 𝑴𝒑
𝑳𝒓−𝑳𝒑)

𝟏𝟐,𝟓 𝐌𝐦𝐚𝐱
𝐂𝐛 = 𝟐,𝟓.𝐌𝐦𝐚𝐱+𝟑𝐌𝐚+𝟒𝐌𝐛+𝟑𝐌𝐜

3. Bentang Panjang
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr ≤ L ,kuat nominal
komponen struktur terhadap lentur adalah
Mn = Mcr ≤ M p
𝛑 𝛑.𝐄 𝟐
𝐌𝐜𝐫= 𝐂𝐛 𝐋 .√𝐄. 𝐈𝐲. 𝐆. 𝐉 + ( 𝐋
) . 𝐈𝐲. 𝐈𝐰 ≤ 𝐌

Table 2.2 bentang untuk pengekang lateral

( Sumber : SNI 03 – 1729 – 2002 halaman 38 )


2.6 Batang Tekan
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris akibat beban
terfaktor, Nu , harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Nu ≤ φnNn
Keterangan:
a. Φn adalah faktor reduksi kekuatan yaitu 0,85
b. Nn adalah kuat tekan nominal komponen struktur
2) Perbandingan kelangsingan.
a. kelangsingan elemen penampang <λr
𝐿𝑘
b. kelangsingan komponen struktur tekan, λ= 𝑟
< 200

Rumus tambahan :
𝑓𝑦
1. nNn = Ag 𝜔

2. Lk = Kc . L
1 𝐿𝑘 𝑓𝑦
3. 𝜆𝑐 = 𝜋 . 𝑟
. √𝐸
4. Untuk𝑋𝑐 ≤ 0,25maka𝜔 =1
1,43
5. Untuk 0,25<𝑋𝑐 < 1,2 maka 𝜔 = 1,6−0,67 .𝑋
𝑐
2
6. Untuk𝜆𝑐 ≥ 1,2 maka = 1,25 𝑋𝑐
2.7 Batang Tarik

Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu harus memenuhi:
Nu ≤φNn dengan φNn adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai
terendah di antara dua perhitungan menggunakan harga-harga φ dan Nn di bawah ini:

φ= 0,9

Nn= Ag f y

dan

φ= 0,75

Nn= Aefu

Keterangan:

a. Ag adalah luas penampang bruto, mm2


b. Ae adalah luas penampang efektif menurut Butir 10.2, mm2
c. fy adalah tegangan leleh, MPa
d. fu adalah tegangan tarik putus, Mpa
e. Ae = AU

Keterangan:

a. A adalah luas penampang


b. U adalah faktor reduksi yaitu 0,9
2.8 Batang Geser

Berikut adalah ketentuan untuk komponen struktur untuk geser


berdasarkan SNI 1729:2015 tentang Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung
Baja Struktural.

1. Ketentuan Umum

Kekuatan geser desain, ∅vVn dan kekuatan geser izin, Vn / Ωv harus ditentukan
sebagai berikut.

∅v = 0,90 (DFBK) Ωv = 1,67 (DKI)

2.9 Sambungan

Kekuatan desain, ØRn untuk kelompok las linear dengan suatu ukuran kaki
yang seragam, dibebani melalui titik berat:
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 × 𝐴𝑤𝑒
Untuk mencari tegangan nominal dari logam las:
𝐹𝑛𝑤 = 0,60𝐹𝐸𝑋𝑋
Untuk mencari luas efektif las:
𝑤
𝐴𝑤𝑒 =
√2
Dengan :
Fnw = Tegangan nominal logam
FEXX = Kekuatan elektroda logam pengisi/las, (MPa)
Awe = Luas efektif las (mm2)
w = Tebal las
Untuk mencari panjang las:
𝑃𝑢
𝐿𝑟𝑒𝑞 =
∅𝑅𝑛
Dengan :
Lreq = Panjang las (mm)
Pu = Gaya batang (N)
Ø = Throat efektif (0,80)
Tabel 2. 1 Ukuran Minimum Las Sudut

Tabel 2. 2 Kekuatan Elektroda Las


2.10 Diagram Alir Perencanaan
BAB III
PEMBEBANAN

3.1. Beban Mati


Beban mati yang bekerja pada gording merupakan beban mati akibat berat
penutup atap, plafon, penggantung dan rangka plafon. Sedangkan penutup atap
menggunakan Spandek, 2 susun x 3 daun (6 daun).

3.1.1. Data spandek

a. Jenis Penutup atap = Spandek, 2 susun x 3 daun (6 daun)


b. Panjang = 880mm
c. Lebar = 800mm
d. Berat efektif / perlembar = 800 x 750
e. Jumlah per m2 = 1,67 lembar
f. Berat per lembar = 2,11 kg
g. Berat m2 = 3.39 kg

Maka, beban mati = Berat spandek

= 3.39 kg
Maka beban mati per grid :

Tabel 3.1 Beban Mati


Grid Berat Beban Mati (P)
Spandek(Kg/m2) (Kg/m2)

A,B,C,D,E,F,H,I Berat spandek x ½. Jarak gording


3.39 3,54
,I,J dan K,L,M
G 3.39 Berat spandek x Jarak gording 7,08
Sumber: analisis

3.2. Beban Hidup


Beban hidup pada atap adalah beban yang diakibatkan oleh pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, peralaran dan material dan selama masa layan
struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak seperti tanaman atau benda
dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian. Berdasarkan table 4-
1 SNI 1727-2013 (halaman 25) untuk beban semua permukaan atap dan beban
pekerja pemeliharaan atap adalah sebesar 1,33 KN atau sebesar 135,714 Kg.

3.3. Beban Hujan


Beban hujan adalah beban yang diakibatkan oleh air hujan yang mengalir di atap.
Berdasarkan SNI 1723-2013 beban hujan dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
R = 0.0098 (ds + dh)
Dimana : R = Beban air hujan pada atap (kN/m2)
ds = Kedalaman air pada atap (mm)
dh = Tambahan kedalaman air (mm)
Direncanakan ds = 10mm dan dh = 10mm
R = 0,0098 (10 + 10)
= 0,0098 (20)
= 0,196 kN/m2 = 19,986 kg/m2
Dari perhitungan tersebut didapat beban air hujan sebesar 19,986 kg/m2. Untuk
beban hujan pada gording beban yang bekerja adalah beban merata besarnya sebagai
berikut :
Dari perhitungan diatas maka untuk beban mati yang bekerja pada gording adalah
sebagai berikut :

Untuk Grid A, G, & M

Beban Air Hujan = 19,986 kg/m2

Jarak antar gording = 2,09 m

Berat total beban air hujan dirumuskan


= beban mati x (½ jarak antar gording)
= 3.39 kg/m2 x (½ x 2,09)

= 3,54 kg/m

Untuk titik buhul B, C, D, E, F, H, I, J,K,L

Beban Air Hujan = 19,986 kg/m2

Jarak antar gording = 2,09 m

Berat total beban air hujan dirumuskan


= beban mati x jarak gording
= 3.39 kg/m2 x 2.09 m
= kg/m
7,08
Tabel 3.2 Beban Air Hujan

Beban Air
Titik Jarak Total
Hujan
Buhul
kg/m2 (m) (Kg/m2)
A&M 19,986 2,0929 3,54
B&L 19,986 2,0929 7,08
C&K 19,986 2,0929 7,08
D&J 19,986 2,0929 7,08
E&I 19,986 2,0929 7,08
F& H 19,986 2,0929 7,08
G 19,986 2,0929 3,54

3.4. Beban Angin

Beban angin adalah beban yang disebabkan oleh angin termasuk dengan
memperhitungkan aerodinamika bangunan dan peninjauan pengaruh angin topan,
puyuh dan tornado, bila diperlukan sesuai dengan SNI 1727 : 2013.

1. Menentukan kategori risiko bangunan

Bangunan diasumsikan berupa gedung dan struktur lain yang merupakan


risisko rendah untuk kehidupan manusia dalam kejadian kegagalan dengan
kategori risiko I.

2. Menentukan kecepatan angin dasar, V

Kecepatan angin dasar, V, karena bangunan dibangun jauh dari pantai maka
kecepatan angin diperkirakan sebesar 10 m/s..

3. Penentuan parameter beban angin


a. Penentuan factor arah angin, Kd, (berdasarkan Tabel 26.6-1, SNI 1727:2013)

Berdasarkan tipe struktur, struktur bangunan berupa bangunan geduung


dengan factor arah angin sebesar, Kd, 0.85.

b. Penentuan kategori eksposur


Digunakan kategori eksposur C

c. Factor topografi, Kzt.

Factor topografi yang digunakan adalah 1.0, karena kondisi situs dan
lokasi gedung dan struktur bangunan lain tidak memenuhi semua kondisi
pada syarat.

d. Factor efek tiupan angin, G

Berdasarkan SNI 1727:2013, untuk factor efek tiupan angin boleh


diambil sebesar 0.85.

e. Klasifikasi ketertutupan

Bangunan diasumsikan tertutup (0.18 dan -0.18)

f. Koefisien tekanan internal (GCpi)

Nilai Koefisien tekanan internal (GC pi) berdasarkan klasifikasi


ketertutupan bangunan adalah 0.18 untuk tekanan yang bekerja menuju
permukaan internal dan -0.18 untuk tekanan yang menjauhi permukaan
internal.

4. Penentuan eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh

Berdasarkan kategori eksposur, yaitu kategori C dapat ditentukan eksposur


tekaknan velositasnya.

Tinggi atap = 5,34 m

Tinggi bangunan =6m

Tinggi bangunan total = 11,34 m

Berdasarkan table 26.9-1 pada SNI 1727:2013 untuk eksposur kategori

C, didapat nilai α = 9.5 dan nilai Zg = 274.32.


𝑧 2
𝐾𝑧 = 2.01( )∝
𝑍𝑔

10.5 2
𝐾𝑧 = 2.01( )9.5
274.32

𝐾𝑧 = 1.011

5. Tentukan tekanan velositas, q

Tekanan velositas q, dievaluasi pada ketinggian z harus dihitung dengan


persamaan berikut:

𝑞𝑧 = 0.613𝐾𝑍 𝐾𝑧𝑡 𝐾𝑑 𝑉 2
𝑞𝑧 = 0.613 × 1.011 × 1.00 × 0.85 × 102

𝑞𝑧 = 0.613 × 1.011 × 1.00 × 0.85 × 102

𝑞𝑧 = 52.678 𝑁/𝑚2

6. Penentuan koefisien tekanan eksternal, GCp,

Berdasarkan SNI 1729:2013 nilai koefisien eksternal GCp, berdasarkan qz


didapat sebesar 0.8

7. Menghitung tekanan angin, p untuk setiap permukaan bangunan

Karena bangunan diasumsikan sebagai bangunan kaku dan tertutup maka


besar nilai tekanan angin, p, untuk setiap permukaan adalah:

Untuk angin tekan:

𝑝 = 𝑞𝐺𝐶𝑝 − 𝑞𝑧 𝐺𝐶𝑝𝑖

𝑝 = 52.678 × 0.8 − 52.678 × 0.18

𝑝 = 32.6691 N/m2
Untuk angin hisap:

𝑝 = 𝑞𝐺𝐶𝑝 − 𝑞𝑧 𝐺𝐶𝑝𝑖

𝑝 = 52.678 × 0.8 − 52.678 × (−0.18)

𝑝 = −32.6691 N/m2

a. Beban angin tekan pada setiap gording adalah sebagai berikut:

Untuk titik buhul F

Beban Angin Tekan = 32.6691 N/m2

Jarak antar gording = 2,09 m

Berat total beban angin tekan:

= beban angin tekan x 0.5 x jarak antar gording

= 32.6691 N/m2 x 0.5 x 2.09 m

= 3,4139 N/m = 3,4139 Kg/m

Untuk titik buhul A, B, C, D, E, G, H, I, J, K,L,M

Beban Angin Tekan = 32.6691 N/m2

Jarak antar gording = 2.09m

Berat total beban angin:

= beban angin x jarak antar gording

= 32.6691 N/m2 x 2,09 m

= 6,8728 N/m = 6,8728 Kg/m

b. Beban angin hisap pada setiap gording adalah sebagai berikut:

Untuk titik buhul A, G, dan M


Beban Angin hisap = −32.6691 N/m2

Jarak antar gording = 2,09 m

Berat total beban angin Hisap:

= beban angin hisap x 0.5 x jarak antar gording

= −32.6691 N/m2 x 0.5 x 2,09 m

= -3,4139 N/m = -3,4139 Kg/m

Untuk titik buhul A, B, C, D, E, G, H, I, J, K,L,M

Beban Angin hisap = −32.6691 N/m2

Jarak antar gording = 2,09 m

Berat total beban angin:

= beban angin hisap x jarak antar gording

= −32.6691 N/m2 x 2,09m

= -6,8728 N/m = -6,8728 Kg/m


Table 3.3 Beban Angin Tekan Atap

Titik Buhul Beban Angin Tekan Jarak Total


(N/m2) (m) (Kg/m)
A&M 32,6691 2,0929 3,4139
B&L 32,6691 2,0929 6,8728
C&K 32,6691 2,0929 6,8728
D&J 32,6691 2,0929 6,8728
E&I 32,6691 2,0929 6,8728
F&H 32,6691 2.0929 6,8728
G 32,6691 2.0929 3,4139

Table 3.4 Beban Angin Tekan Atap

Titik Buhul Beban Angin Tekan Jarak Total


(N/m2) (m) (Kg/m)
A&M -32,6691 2,0929 -3,4139
B&L -32,6691 2,0929 -6,8728
C&K -32,6691 2,0929 -6,8728
D&J -32,6691 2,0929 -6,8728
E&I -32,6691 2,0929 -6,8728
F&H -32,6691 2.0929 -6,8728
G -32,6691 2.0929 -3,4139

Anda mungkin juga menyukai