Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan System Struktur dan Cara Analisis yang Digunakan


A. Analisa Struktur
- Struktur Atap
Struktur atap dari rumah tempat tinggal menggunakan struktur
rangka baja dengan kuda kuda pelana. Dengan menggunakan sudut
kemiringan 26O, penutup yang akan digunakan adalah genteng
zincolum.
B. Dasar Perancangan
Perancangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu manual
dan dengan menggunakan komputer. Dalam analisis perhitungan secara
manualnya berpedoman pada SNI Beton 2004 dan untuk perancangan baja
dilakukan menggunakan metode analisis LRFD (Load Resistance Factor
Design) dengan berpedoman pada SNI Baja 2002, sedangkan analis
secara komputer menggunakan software SAP 2000 versi 14 (Structure
Analysis Program).
2.2 Dasar Dasar Perancangan
A. Peraturan-peraturan yang digunakan:
1. SNI 03 2847 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
2. SNI 03 1729 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung
3. SKBI-1.3.53.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung.
4. Tabel profil konstruksi baja

3
B. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja BJ 37
Modulus Elastisitas ( E ) : 2,1 x 106 kg/cm2
Modulus Geser ( G ) : 8 x 105 kg/cm2
Poisson Ratio ( ) : 0,3
Koefisien pemuaian ( ) : 12 x 10-6/oC
Tegangan Leleh ( y ) : 2400 kg/cm2
Tegangan Dasar ( ) : 1600 kg/cm2
Tegangan putus ( fu ) : 3700 kg/ cm2
Tegangan Geser ( ) : 928 kg/cm2
C. Pembebanan Yang Digunakan
1. Bentuk Pembebanan Yang Terjadi
a. beban langsung
b. beban tidak langsung
c. beban terdistribusi merata
beban lantai
beban angin
d. beban terdistribusi linear
e. beban terpusat
2. Tipe Pembebanan
1. beban mati / dead load (D)
Beban mati adalah berat seluruh bagian dari struktur gedung
yang bersifat tetap, termasuk tambahan, penyelesaian
(finishing), mesin-mesin, serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut.
2. beban hidup / live load (L)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung dan termasuk
beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah, peralatan dan mesin-mesin yang
bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung dan

4
dapat diganti selama masa penggunaan dari gedung
tersebut, sehingga mengakibatkan perubahaan dalam
pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus untuk atap
yang termasuk beban hidup dapat berasal dari air hujan
yang baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh
(energi kinetik) butiran air. Beban angin, dan beban khusus
tidak termasuk ke dalam beban hidup.
3. beban angin (W)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada
bangunan atau bagian dari bangunan yang disebabkan oleh
selisih tekanan udara.
D. Faktor Reduksi Beban Hidup
a. Peluang untuk tercapainya suatu persentase tertentu dari beban
hidup yang membebani struktur pemikul suatu gedung selama
umur gedung tersebut, bergantung pada bagian atau unsur struktur
yang ditinjau dan bergantung pula pada penggunaan gedung itu dan
untuk apa beban hidup tersebut ditinjau. Berhubung peluang untuk
terjadinya beban hidup penuh yang membebani semua gedung dan
semua unsur struktur pemikul secara serempak selama umur
gedung tersebut adalah sangat kecil maka dapat dikalikan dengan
suatu koefisien reduksi.
b. Pada perencanaan balok-balok induk dan portal-portal dari sistem
struktur pemikul beban dari suatu gedung maka untuk
memperhitungkan peluang terjadinya nilai-nilai beban hidup yang
berubah-ubah, dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang
nilainya bergantung pada penggunaan gedung.
c. Pada perencanaan sistem struktur penahan beban horizontal dari
suatu gedung, beban hidup pada gedung itu ikut menentukan
besarnya beban gempa yang harus dipikul oleh sistem struktur
tersebut. Dalam hal ini untuk memperhitungkan peluang terjadinya
beban hidup yang berubah-ubah, maka dapat dikalikan dengan
koefisien reduksi.

5
d. Pada perencanaan unsur-unsur struktur vertikal seperti kolom-
kolom dan dinding-dinding serta pondasinya yang memikul
beberapa lantai tingkat, beban hidup yang bekerja pada masing-
masing lantai tingkat tersebut mempunyai peranan penting dalam
menentukan kekuatan. Dalam hal ini untuk memperhitungkan
peluang terjadinya beban hidup yang berubah-ubah, maka untuk
perhitungan gaya normal (aksial) di dalam unsur-unsur struktur
vertikal, dapat dikalikan dengan koefisien reduksi
e. Pada perencanaan pondasi pengaruh beban hidup pada lantai yang
menumpu di atas tanah harus ditinjau. Dalam hal ini, beban hidup
pada lantai tersebut tetap diambil penuh tanpa dikalikan dengan
suatu koefisien reduksi.
f. koefisien reduksi beban hidup kumulatif untuk 2 lantai adalah 1.0.

Tabel 2.1 Koefisien Reduksi Beban Hidup


Koefisien Reduksi Beban Hidup
Penggunaan Gedung untuk perencanaan untuk peninjauan
balok induk dan portal gempa
pabrik, bengkel 1.00 0.90
gang dan tangga 0.90 0.50

g. Beban Angin
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan
positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja tegak lurus pada
bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan
negatif ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalikan
tekanan tiup dan koefisien-koefisien angin.
a. tekanan tiup angin : 25 kg/m2
b. dinding vertikal
pada dinding vertikal sisi muka angin :+0.9
pada dinding sisi belakang angin : -0.4
pada dinding sejajar arah angin : -0.4

6
c. atap segitiga dengan sudut kemiringan :
sisi muka angin ( < 65o) : 0.02() 0.4
sisi belakang angin, untuk semua : -0.4
E. Kombinasi Pembebanan Yang Digunakan
Tipe-tipe kombinasi pembebanan menurut SNI-03-1729-2002:
a. 1.4 D
b. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (La atau H)
c. 1.2 D + 1.6 (La atau H) + (L. L atau 0.8 W)
d. 1.2 D + 1.3 W + 0.5 (La atau H) + L. L
e. 1.2 D 1 E + L. L
f. 0.9 D (1.3 W atau 1.0 E)
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
La = beban hidup di atap
H = beban hujan, tidak termasuk genangan air
W = beban angin
E = beban gempa
F. Koefisien Reduksi Kekuatan
Kekuatan material dikalikan dengan faktor reduksi , dimana nilai
sangat terkait dari jenis pemeriksaan kekuatan material. Dalam hal ini,
kekuatan material desain menjadi Rn. Jenis pemeriksaan dari nilai
reduksi ():
a. untuk baja
lentur pada balok : 0.9
geser pada balok : 0.9
gaya aksial tekan pada elemen : 0.85
gaya aksial tarik pada elemen;
saat leleh : 0.9
saat failure : 0.75
sambungan baut : 0.75
sambungan las baut : 0.75

7
BAB III
PERENCANAAN ATAP
3.1 Perhitungan Gording
M

L N

K O 2.44

1.39 J P

A 26 I
B C D E F G H

10.00

Gambar 3.1 sketsa kuda kuda

3.1.1 Spesifikasi Umum


Mutu Baja : BJ 37
Modulus Elastisitas (E) : 2 x 106 kg/cm2
Modulus Geser (G) : 8 x 105 kg/cm2
Poisson Ratio () : 0.3
Koefisien Pemuaian : 12 x 10-6 /C
Tegangan Leleh (y) : 2400 kg/cm2
Tegangan Putus (u) : 3700 kg/cm2
Tegangan Geser () : 928 kg/cm2
Jarak antar gording : 1,39 m
Jarak antar kuda-kuda : 4,6 m
Atap
Penutup Atap : Genteng Zincolum
Berat Penutup Atap : 10 kg/m2
Kemiringan Atap : 26
3.1.2 Spesifikasi Gording
Jenis Profil yang digunakan : Channel
Ukuran : C150x19,3
Spesifikasi Baja Gording
Web Channal (h) : 15,240 cm
Flange channal (bf) : 5,486 cm
Web thickness (tw) : 1,11 cm

8
Flange thickness (tf) : 0,71 cm
Section Area (A) : 24,581cm2
Weight : 19,3 kg/m
Moment of Inertia : Ix= 720,08 cm4; Iy= 43,704 cm4
Radius of Gyration : rx= 5,41 cm; ry= 1,331 cm
Section of Modulus : Zx= 119,462 cm3; Zy= 22,123 cm3
Plastic Modulus : Sx= 94,717 cm3; Sy=10,455 cm3
Torsion Constant : J = 9,865 cm4
Warping Constant : Cw = 1930,773 cm6
3.1.3 Pembebanan
Beban Mati / Dead Load (DL)
Berat sendiri gording : 19,347 kg/m
Berat Penutup Atap : 10 kg/m2 x 1,39 m (jarak gording)
= 13.9 kg/m
Maka Total Beban Mati (DL) : 19,347 + 13,9 = 33,2 kg/m
Beban Pekerja (La)
Beban Pekerja (La) : 100 kg
Beban Angin (W)
Tekanan Tiup Angin : 25 kg/m2
Angin Muka
Angin muka (qw) = (0.02-0.4) x tekanan tiup angin x jarak
gording
= ((0.02x20)-0.4) x 25 x 1,065
= 0 kg/m
Angin Belakang
Angin belakang (qw) = -0.4 x tekanan tiup angin x jarak gording
= -0.4 x 25 x 1,39
= -13,9 kg/m
Beban Hujan (Ha)
= (40-0.8) = (40-0.8(26)) = 19,2 kg/m2
Beban Hujan (Ha) = 19,2 kg/m2 x 1,39 m (jarak gording)

9
3.1.4 Perhitungan Momen Lentur
Balok di atas dua perletakan

Akibat beban mati (qDL = 33,2 kg/m)

26

Gambar 3.2 skema pembebanan


qx = qDL x sin 26 = 33,2 x sin 26 = 14,55 kg/m
qy = qDL x cos 26 = 33,2 x cos 26 = 29,84 kg/m
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 29,84 x 4,62 = 78,93 kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 14,55 x 4,62 = 38,5 kg.m
Vx = x qy x L = x 29,84 x 4,6 = 68,63 kg
Vy = x qx x L = x 14,55 x 4,6 = 33,47 kg
Akibat beban pekerja (La = 100 kg)
Px = PLa x sin 26 = 100 x sin 26 = 43,84 kg
Py = PLa x cos 26 = 100 x cos 26 = 89,88 kg
Mx = x Py x L = x 89.88 x 4,6 = 103,36 kg.m
My = x Px x L = x 43,84 x 4,6 = 50,41 kg.m
Vx = x Py = x 89,88 = 44,94 kg
Vy = x Px = x 43,84 = 21,92 kg
Akibat beban angin
Angin muka
qw = 0 kg/m
Angin belakang tidak diperhitungkan karena hanya akan mengurangi
beban struktur.
Akibat beban hujan (qH = 26,69 kg/m)
qx = qH x sin 26 = 26,69 x sin 26 = 11,7 kg/m
qy = qH x cos 26 = 26,69 x cos 26 = 23,99 kg/m

10
Mx = 1/8 x qy x L2 = 1/8 x 23,99 x 4,62 = 63,45 kg.m
My = 1/8 x qx x L2 = 1/8 x 11,7 x 4,62 = 30,94 kg.m
Vx = x qy x L = x 23.99 x 4,6 = 55,17 kg
Vy = x qx x L = x 11,7 x 4,6 = 26,91 kg
3.1.5 Kombinasi Pembebanan dan Perhitungan Momen Lentur
Tabel 3.1 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi Momen Mux (kg.m) Muy (kg.m)
1.4D 110,50 53,89
1.2D + 1.6L + 0.5La 146,39 71,40
1.2D + 1.6L + 0.5H 67,53 110,18
1.2D + 1.6La + 0.8W 260,09 118,10
1.2D + 1.6H + 0.8W 196,23 95,71
1.2D + 1.3W + 0.5La 146,39 71,40
1.2D + 1.3W + 0.5H 126,43 61,67
Sehingga didapat nilai momen ultimate :
Mux = 260,09 kg.m Muy = 118,10 kg.m
Syarat: Mu .Mn (dimana = 0.9 dan Mn = Kuat lentur nominal
penampang)
Mux .Mnx
260,09 x 104 N.mm 0.9 x Mnx
Mnx 288,98 x 104 N.mm
Muy .Mny
118,10 x 104 N.mm 0.9 x Mny
Mny 131,22 x 104 N.mm
Jika Mn = Mp, Mp = y.Z (y BJ-37 = 240 MPa)
Mpx = y.Zx
286,71 x 104 N.mm = 240 N/mm2 . Zx
Zx = 119462 mm3 = 19,462 cm3 Zxbeban < Zxprofil profil
sesuai!
Mpy = y.Zy
53,10 x 104 N.mm = 240 N/mm2 . Zy
Zy = 22123 mm3 = 22,123 cm3 Zybeban < Zyprofil profil sesuai!

11
3.1.6 Pemeriksaan Local Buckling
Flange (sayap)
5,486
= = = 7,73
0,71

170
p = 0,38 = = 10,97
240

p Sesuai
Web (badan)
15,24
= = = 13,73
1,11

1680 1680
p =3,76 = = = 108,54
240

p Sesuai
Maka profil dinyatakan compact, dan hanya mengalami Lateral
Torsional Buckling.
3.1.7 Kontrol terhadap Lateral Torsional Buckling
Lb = 4,6 m = 4600 mm (jarak kuda-kuda)
2000000
Lp = 1.76 = 1.76 13,31 = 676,22
24000

fL = fy-fr = (240 70) = 170 N/mm2


... 20000080000986502458,1
X1 = ( ) ( )=( ) ( ) = 4,617 104
2 94717 2

2 94717 2 1930773000 4
X2 = 4 (.) ( ) = 4 (8000098650) ( 437040
) = 2,54 106 2

1
= . ( ) . (1 + 1 + (2). 2 )

46170
= 13,31 ( ) (1 + 1 + (2,54 106 )1702 )
170

= 5111,27
Karena Lp < Lb < Lr, maka termasuk bentang menengah sehingga
kita menggunakan pasal 8.3.4 untuk perhitungan Mn.

12
3.1.8 Perhitungan untuk Cb
Berdasarkan SNI Baja Pasal 8.3.1, Cb dihitung dengan rumus
12,5
= 2,3
2,5 + 3 + 4 +3

Dengan
MA = momen sejarak seperempat bentang
MB = momen di tengah bentang
MC = momen sejarak tiga per empat bentang
Nilai Cb tidak lebih dari 2,3
Untuk itu, diperlukan perhitungan MA, MB dan MC akibat kombinasi
pembebanan
1.2D + 1.6La + 0.8W
Untuk perhitungan momen akibat beban terbagi ratanya ditunjukkan
sebagai berikut,

Gambar 3.3 Analisis Nilai Cb Akibar Beban Terbagi Merata


Sedangkan, untuk beban terpusat

Gambar 3.4 Analisis Nilai Cb Akibar Beban Terpusat

13
Sehingga, kita dapatkan nilai momennya
Beban Mati (D)
Momen terhadap sumbu x
q = 14,55 kg/m
MA = MC = (3/32) x (14,55) x 4,62 = 28,87 kg.m
Momen terhadap sumbu y
q = 29,84 kg/m
MA = MC = (3/32) x (29,84) x 4,62 = 59,20 kg.m
Beban Pekerja (La)
Momen terhadap sumbu x
P = 43,84 kg
MA = MC = (1/8) x (43,84) x 4,6 = 115,95 kg.m
Momen terhadap sumbu y
P = 89,88 kg
MA = MC = (1/8) x (89,88) x 4,6 = 237,73 kg.m
Beban Angin (W)
Momen terhadap sumbu x
q = 0 kg/m
MA = MC = 0 kg.m
Momen terhadap sumbu y
q=0
MA = MC = 0 kg.m
Sehingga, dengan kombinasi pembebanan yang ada didapat nilai
MA, MB dan MC
MAx = MCx = 1.2D + 1.6La + 0.8W
= 1.2(28,87) + 1.6(115,95) + 0.8(0)
= 220,16 kg.m
MAy = MCy = 1.2D + 1.6La + 0.8W
= 1.2(59,20) + 1.6(237,73) + 0.8(0)
= 451,40 kg.m
Mmax x = MBx = 3929,91 kg.m
Mmax y = MBy = 8057,50 kg.m

14
Maka, dapat diperoleh nilai Cb
12,5
= 2,5 + 3 + 4 +3

12,5 (262,372 )
= = 1,83
2,5(3929,91) + 3(220,16) + 4(3929,91) + 3(220,16)
12,5
= 2,5 + 3 + 4 +3

12,5 (8057,50 )
= = 1.83
2,5( 8057,50 ) + 3(451,40) + 4(8057,50) + 3(451,40)
Dari nilai Cb, dapat dicari kuat nominal terhadap lenturnya, yaitu

= [ + ( ) ( )]

= ( ) = (240 70) 94717 = 16101890 .


= = 240 119462 = 28670880 .
= ( ) = (240 70) 10455 = 1777350 .
= = 240 22123 = 5309520 .

= [ + ( ) ( )]

4600 676,24
= 1.83 [16101890 + (28670880 16101890) ( )]
511,27 676,24

= 32092046,56 .
= = 5309520 .
Maka kuat nominal tereduksinya
Mnx = 0.9 x 32092046,56 = 28882841,9 N.mm
Mny = 0.9 x 5309520 = 4778568 N.mm
sedangkan
Mux = 2600901,45 N.mm
Muy = 11880976,74 N.mm
Karena Mnx > Mux dan Mny > Muy, maka profil ini kuat
terhadap lateral torsional buckling.

15
Kontrol akhir momen (yang disebabkan momen tidak simetris)

+ <1
. .

2600901,45 11880976,74
+ <1
28882841,9 4778568
0,34 < 1, maka profil ini aman!
3.1.9 Pemeriksaan Terhadap Geser
Dead Load
Vx = x qy x L = x 29,84 x 4,6 = 66,83 kg
Vy = x qx x L = x 14,55 x 4,6 = 33,47 kg
Pekerja
Vx = x Py = x 89,88 = 44,94 kg
Vy = x Px = x 43,84 = 21,92 kg
Angin
Angin muka
Vx = x qy x L = x 0 x 4,6 = 0 kg
Vy = x qx x L = x 0 x 4,6 = 0 kg
Hujan
Vx = x qy x L = x 23,99 x 4,6 = 55,17 kg
Vy = x qx x L = x 11,7 x 4,6 = 26,91 kg

Tabel 3.2 Kombinasi Beban Terpusat


Kombinasi V Vux (kg) Vuy (kg)
1.4D 96,08 46,86
1.2D + 1.6L + 0.5La 104,83 51,13
1.2D + 1.6L + 0.5H 109,94 53,62
1.2D + 1.6La + 0.8W 154,26 75,24
1.2D + 1.6H + 0.8W 170,03 83,22
1.2D + 1.3W + 0.5La 104,83 51,13
1.2D + 1.3W + 0.5H 109,94 95,81

16
Lintang maksimum
Vux = 154,26 kg
Vuy = 75,24 kg
Perhitungan ini didasarkan pada SNI baja Pasal 8.8.2
15,24
= = = 13,73
1,11

= 5
. 5200000
1.1 = 1.1 = 71.00
240

.
Karena 1.1 maka digunakan rumus kuat geser pada pasal 8.8.3

Vnx = x 0.6 x fy x Aw
= 0.9 x 0.6 x 240 x 1695,8
= 219775,7 kg
Vny = x 0.6 x fy x (Ag-Aw)
= 0.9 x 0.6 x 240 x (2458,1-1695,8)
= 98794,08 kg
Maka karena Vn > Vux dan Vn > Vuy, profil yang digunakan
aman terhadap kuat geser
3.1.10 Kontrol terhadap Lendutan Ijin
4600
Lendutan ijin (ijin) = 240 = = 19,17
240

Lendutan akibat Dead Load


5 4 5 0,1546004
= 384 = 384 200000437040 =9,71 mm

5 4 5 0,3046004
= 384 = 384 2000007200800 =1,21 mm

Lendutan akibat beban pekerja


1 3 1 438,3746003
= 48 = 48 200000437040 =1,02 mm

1 3 1 898,7946003
= 48 = 48 2000007200800 = 0,13 mm

Lendutan akibat beban angin


tidak di perhitungkan karena hanya akan mengurangi nilai total
lendutan

17
Lendutan akibat beban hujan
5 4 5 0,11746004
= 384 = 384 200000437040 =7,80 mm

5 4 5 0,24046004
= 384 = 384 2000007200800 =0,97 mm

Tabel 3.3 Kombinasi Lendutan


Kombinasi x (mm) y (mm) (mm)
D 9,71 1,21 9,78
D + L + La 10,73 1,33 10,81
D+L+H 17,51 2,18 17,65
D + La + W 10,73 1,33 10,81
D+H+W 17,51 2,18 17,65
D + H + La 18,53 2,31 18,67

Kombinasi lendutan terbesar = 18,67 mm


< ijin Ok!!
3.1.11 Kesimpulan
Gording desain dengan ukuran C150x19,3 telah cukup kuat untuk
menahan semua jenis beban yang akan terjadi.
3.2 PERENCANAAN KUDA-KUDA
3.2.1 GAMBAR RENCANA KUDA-KUDA

Gambar 3.5 Perencanaan Kuda-Kuda

18
3.2.2 PEMBEBANAN
Pada pembebanan kuda-kuda terdapat dua jenis pembebanan :
1. Beban Atas : beban yang bekerja pada titik kumpul kuda-kuda bagian
atas

Gambar 3.6 Perencanaan Beban Atas


2. Beban Bawah : beban yang bekerja pada titik kumpul kuda-kuda
bagian bawah

Gambar 3.7 Perencanaan Beban Bawah


Perencanaan pembebanan rangka batang kami dibagi menjadi 2 area :
a. Area 1 : panjang area = x 1,39 m = 0,695 m
b. Area 2 : panjang area = x 1,39 m + x 1,39 m = 1,39 m

19
Gambar 3.8 Perencanaan Pembebanan Rangka

Gambar 3.9 Distribusi Pembebanan Penutup Atap Dan Gording

DISTRIBUSI PEMBEBANAN PENUTUP ATAP DAN GORDING


a. Beban Mati (DL)
Beban Mati Atas
Jenis penutup atap menggunakan Genteng Zincolum dengan berat
atap = 10 kg/m2 (sudah termasuk reng dan kaso)
Area 1
qpenutupatap = berat atap x panjang area 1
= 10 kg/m2 x 0.695 m
= 6,95 kg/m

20
Area 2
qpenutupatap = berat atap x panjang area 2
= 10 kg/m2 x 1,39 m
= 13,9 kg/m
Berat satuan gording = 19,30 kg/m
Jadi beban mati atas adalah :
Tabel 3.4 Perencanaan Beban Atas
Panjang
Titik Berat Satuan antar Beban
Kuda-Kuda
Titik A dan I
Berat Atap 6,95 kg/m 4,6 m 31,97 kg
Berat Gording 19,30 kg/m 4,6 m 88,78 kg
120,75 kg

Titik J s/d P
Berat Atap 13,9 kg/m 4,6 m 63,94kg
BeratGording 19,30 kg/m 4,6 m 88,78 kg
152,72 kg

Beban Mati Bawah


Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (SKBI 1.3.53.1987), penutup langit-langit
menggunakan sistem plafon rangka metal merk Jayaboard tipe
CS18 Standard-Direct Fixing, dengan menggunakan 1 lapis papan
gypsum Jayaboard Standard ukuran 12 mm dengan berat sistem
sebesar 9 kg/m.
Titik A dan I
Berat Plafond = berat jenis total x panjang area x jarak
kuda-kuda
= 9 kg/m2 x ( x 1,25 m) x 4,6 m
= 25,88 kg

21
Titik B s/d H
Berat Plafond = berat jenis total x panjang area x jarak
kuda- kuda
= 9 kg/m2 x ( x 1,25 m + x 1,25 m) x
4,6 m
= 51,75 kg
Jadi beban mati bawah adalah :
Tabel 3.5 Perencanaan Beban Bawah

Beban Mati
Titik
Bawah

A dan I 25,88 kg
B s/d H 51,75 kg

Beban Sendiri Kuda-kuda


Profil kuda-kuda yang kami pakai adalah profil siku ganda :
(240 x 40 x 4)
qkuda-kuda = 2 x 2,39 kg/m = 4,78 kg/m

Gambar 3.10 profil 2L 40x40x4


Tiap member batang kuda-kuda mempunyai panjang yang berbeda-
beda, maka diperlukan perhitungan khusus. Setiap titik kumpul
menanggung beban setengah bagian rangka bagian kanan dan
kirinya.

22
Untuk perhitungan beban yang di tanggung oleh titik kumpul,
dapat dicontohkan seperti berikut :
Titik A = menanggung berat setengah batang 1 dan 22
Titik B = menanggung setengah batang 1, 2, dan 21.
Dst
Jadi beban total tiap titik adalah :
Tabel 3.6 Pembebanan Total Tiap Titik
Beban Atas Beban Bawah Beban Kuda-Kuda Beban Total
Titik
(KN) (KN) (KN) (KN)
A 1,208 0,258 0,063 1,529
B - 0,517 0,074 0,591
C - 0,517 0,122 0,639
D - 0,517 0,145 0,662
E - 0,517 0,224 0,741
F - 0,517 0,145 0,662
G - 0,517 0,122 0,639
H - 0,517 0,074 0,591
I 1,208 0,258 0,063 1,529
J 1,527 - 0,114 1,641
K 1,527 - 0,137 1,665
L 1,527 - 0,163 1,690
M 1,527 - 0,125 1,652
N 1,527 - 0,163 1,690
O 1,527 - 0,137 1,665
P 1,527 - 0,114 1,641

23
Gambar 3.11 Perencanaa Pembebanan Beban Mati
b. Beban Hidup (La)
Berat seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan
peralatan dengan total berat 100 kg. Beban hidup kami asumsikan ada 3
orang seperti terlihat pada gambar :

Gambar 3.12 Perencanaan Pembebanan Beban Hidup


c. Beban Hujan (H)
Berat hujan di hitung dengan rumus : (40 0.8) kg/m2
Berathujan = 40 0,8 x 26 = 19,2 kg/m2
Titik A dan I
Beban Hujan = berat hujan x panjang area 1x panjang
kuda-kuda
= 19,2 kg/m2 x 0.695 m x 4,6 m
= 16,003 kg

24
Titik J s/d P
Beban Hujan = berat hujan x panjang area 2 x panjang
kuda-kuda
= 19,2 kg/m2 x 1,39 m x 4,6 m
= 12,806 kg

Gambar 3.13 Perencanaan Pembebanan Beban Hujan


d. Beban Angin (W)
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
Angin Muka
qanginmuka = koefisien angin muka x tekanan tiup angin
= (0.02 0.4) x 25 kg/m2
= 0 kg/m2
Angin muka tidak memberi beban pada kuda-kuda.
Angin Belakang
qanginbelakang = koefisien angin belakang x tekanan tiup angin
= -0.4 x 25 kg/m2
= -10 kg/m2
Titik I
Beban Angin = qanginbelakang x panjang area 1x panjang kuda-kuda
= -10kg/m2 x 0,695 m x 4,6 m
= -31,97 kg
Sb x = Beban angin x sin 26 = 14,01 kg
Sb y = Beban angin x cos 26 = -28,73 kg

25
Titik M s/d P
Beban Angin = qanginbelakang x panjang area 2x panjang kuda-kuda
= -10kg/m2 x 1,39 m x 4,6 m
= -63,94 kg
Sb x = Beban angin x sin 26 = 28,03 kg
Sb y = Beban angin x cos 26 = -57,47 kg

Gambar 3.14 Perencanaan Pembebanan Beban Angin


GAYA-GAYA TIAP BATANG
Dengan menggunakan software SAP 2000 v14, didapatkan gaya-gaya tiap
batang sebagai berikut :
Tabel 3.7 Gaya Dalam Aksial Batang Akibat Pembebanan
Akibat Akibat Beban Akibat Beban Akibat Beban
Batang Beban Mati Pekerja Hujan Angin
(KN) (KN) (KN) (KN)
1 16.67 3.07 0.92 -0.55

2 16.67 3.07 0.92 -0.55

3 14.28 3.07 0.79 -0.55

4 11.94 2.39 0.66 -0.55

5 11.94 2.39 0.66 -1.27

6 14.28 3.07 0.79 -2

7 16.67 3.07 0.92 -2.72

26
8 16.67 3.07 0.92 -2.72

9 0.59 0 0 0

10 -2.54 0 -0.15 0.81

11 1.75 0 -0.06 -0.35

12 -3.26 -0.95 -0.18 1.01

13 2.94 0.67 -0.13 -0.71

14 -4.21 -0.61 -0.23 1.28

15 7.69 1 0.38 -1.06

16 -4.21 -0.61 -0.23 0

17 2.94 0.67 -0.13 0

18 -3.26 -0.95 -0.18 0

19 1.75 0 -0.06 0

20 -2.54 0 -0.15 0

21 0.59 0 0 0

22 -18.43 -3.42 -1.02 2.01

23 -15.89 -3.42 -0.88 2.01

24 -13.29 -2.66 -0.73 2.01

25 -10.65 -2.28 -0.58 2.01

26 -10.65 -2.28 -0.58 1.7

27 -13.29 -2.66 -0.73 2.2

28 -15.89 -3.42 -0.88 2.69

29 -18.43 -3.42 -1.02 3.18

27
KOMBINASI BEBAN TIAP BATANG
Beban-beban / Gaya-gaya di atas lalu dikombinasikan untuk mendapatkan
beban terbesar dengan kombinasi sebagai berikut :
kombinasi 1 = 1.4 D
kombinasi 2 = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 La
kombinasi 3 = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 H
kombinasi 4 = 1.2 D + 1.6 La + 0.8 W
kombinasi 5 = 1.2 D + 1.6 H + 0.8 W
kombinasi 6 = 1.2 D + 1.3 W + 0.5 La
kombinasi 7 = 1.2 D + 1.3 W + 0.5 H
maka di dapatkan kombinasi tiap batang sebagai berikut :
Tabel 3.8 Gaya Dalam Aksial Batang Akibat Kombinasi Pembebanan
1,2D+ 1,2D+ 1,2D+ 1,2D+ 1,2D+ 1,2D
1,6L+ 1,6L+ 1,6La 1,6H+ 1,3W+ +1,3W
Batang 1,4D 0,5La 0,5H +0.8W 0,8W 0,5La +0,5H
1 23.34 21.54 20.46 24.48 21.04 20.82 19.75
2 23.34 21.54 20.46 24.48 21.04 20.82 19.75
3 19.99 18.67 17.53 21.61 17.96 17.96 16.82
4 16.72 15.52 14.66 17.71 14.94 14.81 13.94
5 16.72 15.52 14.66 17.14 14.37 13.87 13.01
6 19.99 18.67 17.53 20.45 16.80 16.07 14.93
7 23.34 21.54 20.46 22.74 19.30 18.00 16.93
8 23.34 21.54 20.46 22.74 19.30 18.00 16.93
9 0.83 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71
10 -3.56 -3.05 -3.12 -2.40 -2.64 -2.00 -2.07
11 2.45 2.10 2.07 1.82 1.72 1.65 1.62
12 -4.56 -4.39 -4.00 -4.62 -3.39 -3.07 -2.69
13 4.12 3.86 3.46 4.03 2.75 2.94 2.54
14 -5.89 -5.36 -5.17 -5.00 -4.40 -3.69 -3.50
15 10.77 9.73 9.42 9.98 8.99 8.35 8.04
16 -5.89 -5.36 -5.17 -6.03 -5.42 -5.36 -5.17
17 4.12 3.86 3.46 4.60 3.32 3.86 3.46
18 -4.56 -4.39 -4.00 -5.43 -4.20 -4.39 -4.00
19 2.45 2.10 2.07 2.10 2.00 2.10 2.07
20 -3.56 -3.05 -3.12 -3.05 -3.29 -3.05 -3.12
21 0.83 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71
22 -25.80 -23.83 -22.63 -25.98 -22.14 -21.21 -20.01
23 -22.25 -20.78 -19.51 -22.93 -18.87 -18.17 -16.90
24 -18.61 -17.28 -16.31 -18.60 -15.51 -14.67 -13.70

28
25 -14.91 -13.92 -13.07 -14.82 -12.10 -11.31 -10.46
26 -14.91 -13.92 -13.07 -15.07 -12.35 -11.71 -10.86
27 -18.61 -17.28 -16.31 -18.44 -15.36 -14.42 -13.45
28 -22.25 -20.78 -19.51 -22.39 -18.32 -17.28 -16.01
29 -25.80 -23.83 -22.63 -25.04 -21.20 -19.69 -18.49
Dari kombinasi diatas di dapatkan :
Batang Atas : Pu = - 25,98 KN
Batang Bawah : Pu = 24,48 KN
Batang Tegak : Pu = 9,98 KN
Batang Melintang : Pu = - 6,03 KN
3.2.3 PENENTUAN PROFIL
Profil Rangka
Profil rangka batang menggunakan profil
240 x 40 x 4. Berikut adalah karakteristik dari profil 240 x 40
x4:
1. Mass / metre (w) : 4,78 kg/m
2. Area of section (Ag) : 6,11 cm2
3. Moment of Inertia (Ix) : 8,96 cm4
4. Moment of Inertia (Iy) : 41,36 cm4
5. Radius of Gyration (rx) : 1,22 cm
6. Radius of Gyration (ry) : 1,85 cm
7. Center of Section (Xp) : 1,12 cm
8. Center of Section (Yp) : 1,12 cm
3.2.4 SAMBUNGAN LAS
Mutu baja BJ-37, dengan fy = 240 Mpa kami menggunakan elektroda
E70XX (untuk fy < 60 ksi) dengan fuw = 490 Mpa, fu = 370 Mpa
Tabel 3.9 Ukuran Minimum Las
Ukuran Minimum Las Sudut
Tebal Pelat (mm) Paling tebal
(mm)
t7 3
7 < t 10 4
10 < t 15 5
15 < t 6

29
Ukuran minimum las = 3 mm
Ukuran maksimum las = 4 mm (diambil setebal plat dikarenakan tebal
plat < 6,4 mm)
Pemeriksaan Las :
Memakai ukuran las = 3 mm
Kekuatan dari las :
= . . , .

= 0,75(0,707 3)(0,6)(490) = 467,68

Kekuatan dari bahan dasar :
= . . , .
N
= 0,75(4)(0,6)(370) = 666
mm

Diambil yang terkecil = 467,68

Pu = 25,98 KN (Di ambil dari yang terbesar)


25,98
1 = 2 = = 12,99
2

Maka ukuran las:



=

12990
1 = 2 = 467.68 = 27,77 = 28 mm

Gambar 3.15 Sambungan Las

30
3.2.5 PEMERIKSAAN BATANG
Pemeriksaan batang dilakukan terhadap beban terbesar pada batang-
batang bawah, atas, tegak dan melintang, dari tabel kita dapatkan beban
terbesar :
o Batang Atas : Pu = 25,98 KN
o Batang Bawah : Pu = 24,48 KN
o Batang Tegak : Pu = 9,98 KN
o Batang Melintang : Pu = - 6,03 KN
Batang Bawah
Cek terhadap Tarik
1. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang bawah, panjang batang terbesar (L) adalah =
1.25 m = 125 cm. Syarat kekakuan batang tarik adalah <
240
KL 125 KL 125
x = = 1,22 = 102,45 y = = 1,85 = 67.56
rx ry

x &y
< 240 ( )
2. Yielding Strength
Pn = (0.9 )
= (0.9 2400 6,11)
= 13197,6 kg = 131,976 K
3. Fracture Strength
= ( ) =7,53cm2
1,12
=1( ) =1( ) = 0,6
2,8
= = 6,11 0,6 = 3,67 cm2
Pn = (0.75 )
= (0.75 3700 3,67)
= 10184,25 kg = 101,84 KN
Keterangan :
*Xp = titik berat profil
*L = jarak las terjauh (28mm)

31
Maka > OK
93,24 KN > 24,48 KN
Batang Atas
Cek terhadap Tekan
1. Cek kekakuan batang tekan
Pada batang atas, panjang batang terbesar (L) adalah = 1,39
m = 139 cm. Syarat kekakuan batang tekan adalah < 200
KL 139 KL 139
x = = = 113,93 x = = = 75,14
rx 1,22 ry 1,85

x &y < 200 ( )

2. Mencari nilai c
E 3,14 .2,1 x106
Fe = KL = 139 = 1595,03 kg/cm
( ) ( )
r 1,22

3. Karena Fe 0,44Fy, maka mengalami ineastic buckling


4. Mencari fcr
cr = (0,658Fy/Fe )fy = 0.6580,88 2400 = 1658,24 kg/cm2
5. Design Strength
Pn = [0,9 cr Ag ]
= [0.9 1658,24 6,11]
= 9118,7 kg = 91,2 KN
Maka > OK
91,2 KN > 25,98 N
Batang Tegak
Cek terhadap Tarik
1. Cek kekakuan batang tarik
Pada batang tegak, panjang batang terbesar (L) adalah = 2,44
m = 244 cm. Syarat kekakuan batang tarik adalah < 240
KL 244 KL 244
x = = 1,22 = 200 x = = 1,85 = 131,89
rx ry

x &y
< 240 ( )

32
2. Yielding Strength
Pn = (0.9 )
= (0.9 2400 6,11)
= 13197,6 kg = 131,976 KN
3. Fracture Strength
= ( ) =7,53 cm2
1,12
= 1( )= 1( ) = 0,6
2,8
= = 6,11 0,6 = 3,67 cm2
Pn = (0.75 )
= (0.75 3700 3,67)
= 10184,25 kg = 101,84 KN
Maka > OK
101,84 KN > 9,98 KN
Batang Melintang
Cek terhadap Tekan
1. Cek kekakuan batang tekan
Pada batang melintang, panjang batang terbesar (L) adalah =
2.22 m = 220 cm. Syarat kekakuan batang tekan adalah < 200
KL 222 KL 222
x = = 1,22 = 181,96 y = = 1,85 = 120
rx ry

x &y < 200 ( )


2. Mencari nilai Fe
E 3,14 .2,1 x106
Fe = KL = 222 = 625,30 kg/cm
( ) ( )
r 1,22

3. Karena Fe 0,44Fy. maka mengalami ineastic buckling


4. Mencari fcr
cr = (0,658Fy/Fe )fy = 0.6581,7 2400 = 1176,11 kg/cm2

5. Design Strength
Pn = [0,9 cr Ag ]
= [0.9 1176,11 6,11]
= 6467,45 kg = 64,67 KN

33
Maka > OK
64,67 > 6,03 KN
3.2.6 GUSSET PLATE
Digunakan gusset plate dengan mutu yang sama dengan plat BJ-37.
Dengan lebar gusset diasumsikan sama dengan lebar plat = 40 mm.
Pu = 25,98 KN (Diambil yang terbesar)
Maka Pn > (Pn = 50 KN)
Penentuan tebal gusset plate :
1. Yielding Strength
Pn = (0.9 )
50000 = (0.9 240 (t w . 40))
t w = 5,8 mm

2. Fracture Strength
= ( )
= 0,85
Pn = (0.75 )
50000 = (0.75 370 (t w . 40). 0,85)
t w = 5,3 mm

Maka tebal gusset plate (diambil terbesar) = 5,8 mm = 6 mm


3.2.7 PENGECEKAN LENDUTAN
Besar lendutan di tengah bentang kuda-kuda dicari dengan metode virtual
work yaitu:

1=

(Hibbler, Structural Analysis, p.303)

dimana :
1 = beban 1 satuan (virtual) yang diletakkan pada titik yang
akan dicari besar lendutannya (KN)
= besar lendutan yang terjadi pada suatu titik (m)

34
N = gaya dalam batang akibat gaya luar (KN)
n = gaya dalam batang akibat beban 1 satuan (KN)
L = panjang batang (m)
A = luas permukaan profil batang (m2)
E = modulus elastic profil batang (KN/m2)
Gaya dalam batang akibat gaya luar yang digunakan adalah gaya dalam
yang diambil dari penjumlahan semua jenis beban yang terjadi, dimana
kondisi tersebut merupakan kondisi terburuk yang mungkin terjadi.
Sedangkan gayadalam akibat gaya 1 satuan diletakkan pada titik yang
akan menyebabkan lendutan terbesar, jika di gambarkan

Gambar 3.16 Perencanaan 1 Satuan


Tabel 3.10 Pemeriksaan Lendutan
Batang N n NxnxL AxE NxnxL/AxE
1 20.11 1.02 25.64025 158130 0.000162147
2 20.11 1.02 25.64025 158130 0.000162147
3 17.59 1.02 22.42725 158130 0.000141828
4 14.44 1.02 18.411 158130 0.00011643
5 13.72 1.02 17.493 158130 0.000110624
6 16.14 1.02 20.5785 158130 0.000130137
7 17.94 1.02 22.8735 158130 0.00014465
8 17.94 1.02 22.8735 158130 0.00014465
9 0.59 0 0 158130 0
10 -1.88 0 0 158130 0
11 1.34 0 0 158130 0
12 -3.38 0 0 158130 0
13 2.77 0 0 158130 0

35
14 -3.77 0 0 158130 0
15 8.01 1 19.5444 158130 0.000123597
16 -5.05 0 0 158130 0
17 3.48 0 0 158130 0
18 -4.39 0 0 158130 0
19 1.69 0 0 158130 0
20 -2.69 0 0 158130 0
21 0.59 0 0 158130 0
22 -20.86 -1.14 33.054756 158130 0.000209035
23 -18.18 -1.14 28.808028 158130 0.000182179
24 -14.67 -1.14 23.246082 158130 0.000147006
25 -11.5 -1.14 18.2229 158130 0.00011524
26 -11.81 -1.14 18.714126 158130 0.000118346
27 -14.48 -1.14 22.945008 158130 0.000145102
28 -17.5 -1.14 27.7305 158130 0.000175365
29 -19.69 -1.14 31.200774 158130 0.000197311
Total Lendutan 0.00252579412

Maka, defleksinya adalah :

= (, )1 KN = , ,

ijin = = 10240 = 0.04167 m

3.3 Kesimpulan

Karena < ijin , maka lendutan yang terjadi pada rangka batang
memenuhi persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA

36
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Perencanaan Perhitungan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
Setiawan,Agus.2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD
(Sesuai SNI 03 1729-200),Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

37

Anda mungkin juga menyukai