Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI PERENCANAAN STRUKTUR

FILOSOFI PERENCANAAN STRUKTUR


MASJID AL-HIDAYAH TIRTAJAYA

I. UMUM
Secara umum bangunan Masjid Al-Hidayah Tirtajaya direncanakan menurut peraturan-peraturan sbb :
1. Pedoman perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung SNI-03-1726-2012 dan SNI-03-1726-2002
2. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI-03-2487-2002
3. Peraturan perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung SNI-03-2847-2002
4. Peraturan
Analisa strukturperencanaan baja dan
bangunan secara tiga bangunan gedung SNI-03-1729-2002
dimensi dilakukan dengan bantuan program komputer (ETABS).
Untuk perhitungan beban lateral gempa digunakan analisa statik ekuivalen dan dinamik respon
spectrum. Hasil analisa dari kedua gempa tersebut diambil yang menghasilkan pengaruh gaya dalam
paling besar.

II. SISTEM PENAHAN BEBAN LATERAL


Sistem penahan beban lateral bangunan masjid Al-Hidayah Tirtajaya adalah portal terbuka daktail yang
direncanakan dengan struktur rangka momen khusus (SRMK). Struktur beton diproporsikan sedemikian
rupa sehingga dengan memenuhi syarat pendetailan khusus struktur mampus berespon terhadap
gempa kuat secara inelastic sambil mengembangkan mekanisme sendi plastis di dalam balok-baloknya
dengan kapasitas pemencaran energi yang baik tanpa mengalami keruntuhan.
Dalam kriteria perencanaan gempa, target resiko gempa maksimum direncanakan dengan probabilitas
keruntuhan bangunan 1% dalam 50 tahun. Struktur mempunyai daktilitas yang cukup dan dapat
menahan beban ultimate. Untuk mendapatkan mode keruntuhan yang aman, pendetailan struktur
menggunakan konsep Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK/SRMK).

II.1. ANALISA DINAMIS BEBAN LATERAL


Analisa struktur menggunakan analisa tiga dimensi dengan program komputer (ETABS). Sesuai
dengan peraturan gempa indonesia, untuk mencari distribusi beban lateral gempa digunakan
analisa dinamik respon spectrum.
Pada perencanaan Masjid Al-Hidayah Tirtajaya, teknik penjumlahan dengan cara Complete
Quadratic Combination (CQC) digunakan untuk mengkombinasikan 3XN (N = jumlah lantai
bangunan) mode pertama. Spectrum rencana yang digunakan adalah spectrum rencana yang
diberikan dalam peraturan gempa indonesia untuk kondisi struktur diatas tanah batuan dan
masuk dalam wilayah zone 4. Angka spektrum rencana dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1. Spektrum desain untuk Zone 4, tanah bebatuan
Periode (T) Detik Koefisien C
1.00 0.30
2.00 0.15
> 2.00 0.10
Beban geser total pada dasar bangunan yang dianalisa secara dinamis adalah :
Vt = 0,9 . C . I . K . Wt
Dimana : C : Adalah koefisien beban geser dasar untuk mode pertama dari struktur
I : Adalah faktor keutamaan bangunan
K : Adalah faktor jenis struktur bangunan
Wt : Adalah berat total bangunan
Untuk kombinasi dengan beban gempa, berat total bangunan (W t), diambil sebesar 100% beban
mati (D) dan 30% beban hidup (Lr)
Wt
Menurut tata= cara1,0D + 0,3Lr ketahanan gempa untuk rumah dan gedung (SNI-03-1726-
perencanaan
2002), analisa respon spektrum hanya digunakan untuk mencari distribusi beban lateral yang
lebih tepat, sedangkan beban lateral total (beban geser dasar bangunan) harus diambil sesuai
dengan perumusan diatas.

II.2. ANALISA STATIK


Beban lateral statikEKIVALEN
untuk analisa statik ekivalen didapatkan dari perbandingan distribusi beban
lateral gempa yang didapatkan dari analisa dinamis terhadap beban geser total pada dasar
lateral gempa yang didapatkan dari analisa dinamis terhadap beban geser total pada dasar
bangunan.

III. BEBAN GRAVITASI


Beban gravitasi terdiri dari beban mati dan beban hidup. Beban mati dan beban hidup yang digunakan
dalam analisa dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 2).
Tabel 2. Beban Gravitasi
No. Nama Beban Nilai Beban Satuan
1. Beban Mati :
Berat sendiri beton bertulang 2,400 kg/m3
Finishing lantai 100 kg/m2
Plafond 10 kg/m2
Ducting 50 kg/m2
Tembok 1/2 bata 250 kg/m2
2. Beban Hidup :
Lantai 400 kg/m2
Atap 200 kg/m2

IV. PERENCANAAN STRUKTUR


Setiap elemen struktur bangunan direncanakan menurut tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung SNI-03-2487-2002, dimana peraturan ini mengikuti filosofi Load Resistance Factor
Design (LRFD).

IV.1. FAKTOR BEBAN


Kombinasi beban dan faktor beban untuk kondisi pembebanan tetap adalah :
U = 1,4D + 1,6Lr1
Kombinasi beban dan faktor untuk kondisi pembebanan sementara akibat beban angin adalah :
U = 0,75 (1,4D + 1,6Lr1 + 1W)
U = 0,9D + 1,3W
Kombinasi beban dan faktor beban untuk komdisi pembebanan sementara akibat beban gempa adalah :
U = 1,05 (D + Lr2 ± E)
U = 0,9D ± E
Sedangkan kombinasi beban dan faktor beban untuk pembebanan permanen akibat tekanan tanah adalah :
U = 1,4D + 1,6L + 1,6H
Dimana : U : adalah beban ultimate (kuat perlu) yang digunakan dalam perencanaan
D : adalah beban mati bangunan
Lr1 : adalah beban hidup yang direduksi dengan faktor 0,9 (bangunan 3 lantai)
Lr2 : adalah beban hidup yang direduksi untuk kondisi perencanaan gempa
W : adalah beban angin
E : adalah beban gempa
H : adalah gaya tekanan tanah
Kombinasi beban akibat beban angin tidak dilakukan dikarenakan kombinasi beban akibat beban
gempa lebih besar dari pada beban angin.

IV.2. MATERIAL
Mutu beban yang digunakan dalam perencanaan adalah mutu silinder beton berumur 28 hari
sebesar 20,75 Mpa (K-250) menurut peraturan beton bertulang indonesia 1971, NI-2 (Peraturan
Beton Indonesia 1971). Mutu baja tulangan yang digunakan adalah baja untuk tulangan polos
untuk diameter £ 12 mm dengan mutu tegangan leleh 240 Mpa (BJTP-24) dan untuk diameter
> 12 mm digunakan tulangan ulir/deform dengan mutu tegangan leleh 400 Mpa (BJTD-40)

V. PERILAKU STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA


Beberapa hasil analisa dinamis tiga dimensi :
Pergerakan mode 1 Px = 0.6883 detik
Pergerakan mode 2 Py = 0.5243 detik
Pergerakan mode 3 Pz = 0.4873 detik
Kombinasi 3xN (N= jumlah lantai) mode yang pertama sudah memberikan lebih dari 90% faktor massa
efektif baik untuk mode translasi maupun mode rotasi.

VI. PONDASI
Perencanaan pondasi menggunakan laporan penyelidikan tanah sebagai dasar perhitungan.
Pondasi yang digunakan untuk bangunan Masjid Al-Hidayah Tirtajaya adalah pondasi bore pile sebagai berikut :
1. Untuk pondasi pemikul utama menggunakan pondasi bore pile diameter 40 cm yang mencapai
kedalaman 18.00 meter dari muka tanah asli.
Daya dukung ijin untuk beban vertika Pu = 57.58 kg/m2
2. Untuk pondasi tangga menggunakan pondasi bore pile diameter 20 cm yang mencapai
kedalaman 18.00 meter dari muka tanah asli.
Daya dukung ijin untuk beban vertika Pu = 28.79 kg/m2
Perencanaan pondasi diharapkan masih bersifat elastis pada kondisi beban jangka waktu yang pendek,
sedangkan akibat gempa yang besar (periode ulang 2000 tahunan), pondasi diharapkan mampu
menerima kapasitas lebih yang terjadi dari struktur pada kondisi ultimate.

Anda mungkin juga menyukai