Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KULIAH DINAMIKA STRUKTUR

NAMA : DODI TRESNA YUDIATNA


NIM : 1870113009
PRODI : TEKNIK SIPIL
MATA KULIAH : DINAMIKA STRUKTUR
KELAS : P2K SABTU

1. Survey Lokasi :
Jembatan Gantung Srengseng, di Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

1
Gambar 4 Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9

2. Pengertian

Jembatan gantung adalah sistem struktur jembatan yang menggunakan kabel sebagai
pemikul utama beban lalu lintas di atasnya, pada sistem ini kabel utama (main cable) memikul
beberapa kabel penggantung (suspension cables/hanger) yang menghubungkan antara
kabel utama dengan gelagar jembatan. Kabel utama dihubungkan pada kedua tower
jembatan dan memanjang disepanjang jembatan yang berakhir pada pengangkeran pada
kedua ujung jembatan untuk menahan pergerakan vertikal dan horizontal akibat beban-
beban yang bekerja.

2
3. Gaya- gaya yang ada pada jembatan tersebut:

a. Gaya Terpusat (point load).


Akibat berat manusia, berat kendaraan, berat kolom dan lain lain.

b. Gaya Terbagi Rata (distributed load).


• akibat berat lantai, balok, aspal, genangan air
• akibat angin dorong dan hisap

c. Gaya Momen.
• Momen lentur
• Momen Torsi (puntir)

4. Analisa Beban

Ada dua jenis beban pada struktur:

a. Tipe pertama ini disebut dengan Beban mati yang merupakan berat dari kumpulan
setiap anggota struktur maupun berat objek benda yang ditempatkan secara permanen.
Sebagai contoh, kolom, balok, balok penopang (girder), pelat lantai, dinding,
jendela, plumbing, alat listrik, dan lain sebagainya.

Yang termasuk kedalam Beban Mati adalah :

1) Berat sendiri (Berat struktur sendiri )


Contoh : gelagar beton pada jembatan
2) Beban mati tambahan, beban yang melekat ke struktur tetapi bukan bagian dari
struktur. Contoh : lampu , lapisan semen.
3) Beban mechanical dan electrical

4) Beban dinding

b. Tipe Kedua adalah Beban hidup, yang mana beban yang bergerak atau bervariasi
dalam ukuran maupun lokasi. Contohnya adalah beban kendaraan pada jembatan,
beban pengunjung pada gedung, beban hujan, beban salju, beban ledakan, beban
gempa, dan beban alami lainnya.

Yang termasuk kedalam Beban Hidup adalah :

1) Beban hidup manusia

2) Beban hidup kendaraan

3
3) Beban Angin,

Bila struktur merintangi aliran angin, energi kinetik angin dikonversikan ke dalam
energi potensial tekanan, yang menyebabkan terjadinya suatu pembebanan angin.
Efek angin pada struktur bergantung pada kerapatan dan kecepatan udara, sudut
datang angin, bentuk dan kekakuan struktur dan kekesaran permukaannya.
Pembebanan angin bisa ditinjau dari pendekatan statik maupun dinamik.

4) Beban Gempa,

Gempa bumi menghasilkan pembebanan pada suatu struktur melalui interaksi


gerakan tanah dan karakteristik respon struktur. Pembebanan ini merupakan hasil
dari distorsi struktur yang disebabkan oleh gerakan tanah dan kekakuan struktur.
Besarnya bergantung pada banyak dan tipe percepatan gerak tanah, masa dan
kekakuan struktur. Pembebanan dan analisis gempa di Indonesia merujuk pada SNI
03 1726 2010 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung.

5) Tekanan Hidrostatika dan Tekanan tanah,

Bila struktur-struktur digunakan untuk menahan air, tanah atau materi glanural,
tekanan yang dihasilkan oleh beban-beban ini menjadi suatu kriteria desain yang
penting. Contohnya adalah bendungan atau dinding penahan (retaining wall). Disini
hukum-hukum hidrostatik dan mekanika tanah dipakai untuk menentukan
pembebanan struktur.

5. Rumus dan Analisa Gaya Dinamis pada Jembatan

a. Beban Angin

Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas. Beban angin
statik yang bekerja pada dek jembatan diperhitungkan sebesar luas ekivalen bagian
samping jembatan. Beban kerja dan terfaktor angin yang bekerja pada jembatan didapat
dari persamaan:

TEW = 0,0006 CW (VW)2 Ab [Kn]

Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata tambahan

arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan dengan rumus:

4
TEW = 0,0012 CW (VW)2 Ab [Kn]

Keterangan:

Cw = koefisien seret

Vw = kecepatan angin rencana (m/detik)

e = ekivalen luas jembatan [m2]

Rew = beban angin arah horizontal (KN/m)

H = tinggi kendaraan (m)

Qew = transfer beban angin ke lantai jembatan (KN/m)

Tipe Jembatan Cw
Bangunan Atas Masif
b/d = 1.0 2.1
b/d = 2.0 1.5
b/d ≥ 6.0 1.25
Bangunan atas rangka 1.2

Tabel Koefisien seret Cw Sumber: RSNI T-02-2005 7.6.

Keadaan Batas Lokasi


Sampai 5 km dari pantai > 5 km dari pantai
Daya Layan 30 m/s 25 m/s
Ultimate 35 m/s 30 m/s

Tabel Kecepatan angin rencana Vw Sumber: RSNI T-02-2005 7.6.

Jangka waktu Faktor Beban


KEWS KEWU
Transient 1.0 1.2

Tabel Faktor beban untuk beban angin Sumber: RSNI T-02-2005 7.6.

5
b. Beban Gempa

Dalam suatu perencanaan jembatan harus memperhitungkan beban akibat pengaruh


terjadinya gempa.

Celastis = A . R . S ; Cplastis = A . R . S / Z

Keterangan :

Celastis = Koefisien geser dasar tanpa faktor daktilitas dan resiko (Z)

Cplastis = Koefisien geser dasar termasuk faktor daktilitas dan resiko

A = Percepatan/ akselerasi puncak (PGA) di batuan dasar

R = Respon batuan dasar

Z = Faktor reduksi sehubungan daktilitas dan resiko

Dalam suatu perencanaan jembatan, harus memperhitungkan beban akibat pengaruh


terjadinya gempa. Beban gempa hanya diperhitungkan untuk kondisi batas ultimate.
Beban gempa biasanya berakibat langsung pada perencanaan pilar, kepala jembatan
dan pondasi. Besarnya beban gempa diperhitungkan sebagai berikut.

T’EQ = KV . I . WT ; Kh = C . S

Dimana:

T’EQ = Gaya geser dasar dalam arah yang ditinjau (kN)

Kh = Koefisien beban gempa horizontal


Kv = Koefisien beban gempa vertical

I = Faktor kepentingan

C = Koefisien geser dasar

S = Faktor tipe bangunan

WT = Berat total nominal bangunan termasuk beban mati tambahan.

Koefisien geser dasar (C) ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan waktu getar
bangunan (T) dan (C) dapat dihitung dengan rumus:

T = 2 × 3,14 √WT / g . KP (detik)

Dengan pengertian :

6
WT = Berat total jembatan termasuk beban mati tambahan

g = Percepatan gravitasi (m/det)

KP = Kekakuan gabungan sebagai gaya horizontal yang diperlukan untuk


menimbulkan satu satuan lendutan pada bagian atas pilar (kN/m)

Jangka Waktu Faktor Beban


KS ; EQ KU ; EQ
Transient Tidak dapat digunakan 1.0

Tabel Faktor beban untuk beban gempa

Jembatan memuat lebih dari 2000 kendaraan/hari, 1,2


jembatan pada jalan raya utama atau arteri dan jembatan
dimana tidak ada rute alternatif

seluruh jembatan permanen lainnya dimana rute 1,0


alterative tersedia, tidak termasuk jembatan yang
direncanakan untuk pembebanan lalu lintas yang
dikurangi

Jembatan sementara dan jembatan yang direncanakan 0,8


untuk pembebanan lalu lintas yang dikurangi

Tabel Faktor kepentingan Sumber: RSNI T-02-2005 7.7.3.

Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah (tekanan tanah dinamis) dihitung
denggan menggunakan faktor harga dari sifat bahan), koefesien geser dasar C, faktor
kepentingan I terdapat dalam tabel. Faktor tipe struktur untuk kepentingan Kh harus
diambil sama dengan 1,0. Pengaruh dari percepatan tanah arah vertikal bisa diabaikan.

Daerah Gempa (1) Koefesien Geser Dasar (C)


Tanah Teguh (2) Tanah Sedang (3) Tanah Lunak (4)
1 0,20 0,23 0,23
2 0,17 0,21 0,21
3 0,14 0,18 0,18

7
4 0,10 0,15 0,15
5 0,07 0,12 0,12
6 0,06 0,06 0,07

Tabel Koefesien Geser Dasar (C) Sumber: RSNI T-02-2005 7.7.3

c. Beban Pejalan Kaki

Standar perancangan jembatan menetapkan kriteria perancangan yang perlu


dipertimbangkan untuk memastikan bahwa jembatan pejalan kaki aman dan sesuai
untuk pengguna tertentu. Kriteria perancangan jembatan sederhana pejalan kaki terdiri
atas:

1) Kriteria kekuatan; batang-batang jembatan harus cukup kuat untuk menahan beban
hidup dan beban mati dengan batas yang cukup untuk keselamatan dan
mengizinkan beban yang tidak terduga, properti material, kualitas konstruksi, dan
pemeliharaan.

2) Kriteria lendutan; jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut dengan batas yang
mungkin menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan pengguna atau
menyebabkan batang-batang yang terpasang menjadi tidak rata. Batas maksimum
untuk balok dan rangka batang jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada Tabel 1.
Batasan ini adalah lendutan maksimum pada seperempat bentang jembatan pejalan
kaki ketika dibebani oleh beban hidup asimetris di atasnya.

3) Kriteria beban; beban untuk perancangan jembatan mengacu pada RSNI T02-2005
(Standar Pembebanan Jembatan). Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi
getaran akibat angin atau orang yang berjalan di atasnya. Namun beban ini dapat
diatasi dengan ikatan angin dan pembatasan barisan pejalan kaki

8
Semua elemen yang langsung memikul pejalan kaki harus direncanakan untuk
beban nominal 5 kPa. Jembatan pejalan kaki dan trotoar pada jembatan jalan raya
harus direncanakan untuk memikul beban per m2 dari luas yang dibebani seperti
pada gambar 13. Luas yang dibebani adalah luas yang terkait dengan elemen
bangunan yang ditinjau untuk jembatan, pembebanan lalu lintas dan pejalan kaki
jangan diambil secara bersamaan pada keadaan batas ultimit. Apabila trotoar
memungkinkan digunakan untuk kendaraan ringan atau ternak, maka trotoar harus
direncanakan untuk bisa memikul beban hidup terpusat sebesar 20 kN.

Sesuai dengan peraturan RSNI T-02-2005 6.7 semua elemen dari trotoar atau
jembatan penyeberangan yang langsung memikul pejalan kaki harus direncanakan
untuk beban nominal 5 kPa. Unsur jalan yang menerima beban pejalan kaki
dinyatakan dalam satuan luas.

Jangka waktu Faktor Beban


KsTD KsTD
Transien 1.0 1.8

Tabel Faktor beban untuk pejalan kaki Sumber: RSNI T-02-2005 5.3.

d. Gaya akibat perbedaaan Suhu Temparature

Gaya akibat Perbedaan Suhu. Peninjauan diadakan terhadap timbulnya tegangan-


tegangan struktural karena adanya perubahan bentuk akibat perbedaan suhu antara
bagian-bagian jembatan baik yang menggunakan bahan yang sama maupun bahan yang
berbeda. Perbedaan suhu ditetapkan sesuai dengan data perkembangan suhu setempat.

9
Pada umumnya pengaruh perbedaan suhu tersebut dapat di hitung dengan mengambil
perbedaan suhu untuk :

1) Bangunan baja :

a) Perbedaan suhu maksimum-minimum = 30o C

b) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan = 15o C

2) Bangunan Beton :

a) Perbedaan suhu maksimum-minimum = 15o C


b) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan < 10o C, tergantung dimensi
penampang.

Pengaruh temperatur dibagi menjadi:

1) variasi temperatur jembatan rata-rata digunakan dalam menghitung pergerakan pada


temperatur dan sambungan pelat lantai, dan untuk menghitung beban akibat
terjadinya pengekangan dari pergerakan tersebut; Variasi temperatur rata-rata
berbagai tipe bangunan jembatan diberikan dalam Tabel dibawah. Besarnya harga
koefisien perpanjangan dan modulus elastisitas yang digunakan untuk menghitung
besarnya pergerakan dan gaya yang terjadi diberikan dalam Tabel dibawah.
Perencana harus menentukan besarnya temperatur jembatan rata-rata yang
diperlukan untuk memasang sambungan siar muai, perletakan dan lain sebagainya,
dan harus memastikan bahwa temperatur tersebut tercantum dalam gambar rencana.

2) variasi perbedaan temperatur di dalam bangunan atas jembatan atau perbedaan


temperatur disebabkan oleh pemanasan langsung dari sinar matahari diwaktu siang
pada bagian atas permukaan lantai dan pelepasan kembali radiasi dari seluruh
permukaan jembatan diwaktu malam. Pada tipe jembatan yang lebar mungkin
diperlukan untuk meninjau gradien perbedaan temperatur dalam arah melintang.

Faktor Beban
Jangka waktu KuET
KsET
Biasa Terkurangi
Transien 1.0 1,2 0,8

Tabel Faktor Beban akibat faktor suhu dan temperature

10
Tipe Bangunan Atas Temperatur Jembatan Temperatur Jembatan
Rata-rata minimun Rata-rata Maksimum
Lantai beton di tas gelagar atau 150 C 400 C
boks beton
Lantai beton di tas gelagar, boks 150 C 400 C
atau rangka baja
Lantai pelat baja di atas gelagar, 150 C 45 0 C
boks atau rangka baja
Catatan: Temperatur jembatan rata-rata minimum bisa dikurangi 5o C untuk lokasi
yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m diatas permukaan laut

Tabel tempartur jembatan rata-rata normal

Bahan Koefisien perpanjangan Modulus Elasitias MPa


akibat suhu
Baja 12 x 10-4 per oC 200.000
Beton
Kuat Tekan < 30MPa 10 x 10-4 per oC 25.000
Kuat tekan > 30 MPa 11 x 10-4 per oC 34.000
Alumunium 24 x 10-4 per oC 70.000

Tabel sifat bahan rata-rata akibat pengaruh suhu temperatur

11

Anda mungkin juga menyukai