PENDAHULUAN
1
1.2.3 Bila perlu adanya perbaikan pada jembatan tesebut , bagaimana
cara yang mudah untuk melakukan perbaikan tersebut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar Mahasiswa/i dapat mengetahui tipe jembatan serta bagin
struktur atas dan bawah jembatan
1.3.2 Agar mahasisawa/i dapat mengetahui sistem perbaikan yang
diperlukan pada jembatan.
2
BAB II
TEORI PENDUKUNG
3
EF = gaya apung
EWs = beban angin pada struktur
EWL = beban angin pada kendaraan
EU = beban arus dan hanyutan
4
pembebanan layan agar jembatan mempunyayi kinerja yang baik selama umur
rencana.
Layan I : Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional
jembatan dengan semua beban mempunyai nilai nominal serta
memperhitungkan adanya beban angin berkecepatan 90 km/jam
hingga 126 km/jam. Kombinasi ini juga digunakan untuk
mengontrol lendutan pada goronggorong baja, pelat pelapis
terowongan, pipa termoplastik serta untuk mengontrol lebar retak
struktur beton bertulang; dan juga untuk analisis tegangan tarik
pada penampang melintang jembatan beton segmental. Kombinasi
pembebanan ini juga harus digunakan untuk investigasi stabilitas
lereng.
Layan II : Kombinasi pembebanan yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya pelelehan pada struktur baja dan selip pada sambungan
akibat beban kendaraan.
Layan III : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada
arah memanjang jembatan beton pratekan dengan tujuan untuk
mengontrol besarnya retak dan tegangan utama tarik pada bagian
badan dari jembatan beton segmental.
LayanIV : Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik pada
kolom beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya
retak.
5
Pada SNI 1725 2016, kombinasi-kombinasi yang ada berdasarkan fungsinya
masing-masing yang dimana dapat dilihat langsung pada SNI terkait
6
Selama umur rencana jembatan keadaan batas fraktur disyaratkan dalam
perencanaan dengan menggunakan persyaratan kekuatan material sesuai
spesifikasi. Keadaan batas fatik dan fraktur dimaksudkan untuk membatasi
penjalaran retak akibat beban siklik yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya kegagalan fraktur selama umur desain jembatan.
Fatik : Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur fatik akibat
induksi beban yang waktunya tak terbatas.
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Menentukan Objek
Penelitian 7
Identifikasi Masalah
Penutup :
- Kesimpulan
Selesai
8
Objek penelitian dilaksanakan di jembatan Tanjung Morawa.
3.9 Analisis
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya
9
3.10 Penutup
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap hasil pengolahan
data ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan
BAB IV
ANALISA
4.1 Kondisi Jembatan 1
Jembatan pertama kami kondisikan di lapangan yaitu jembatan yang dilalui
kendaraan dari arah Lubuk Pakam Ke Arah amplas. Abutment yang digunakan
yaitu abutment tipe kantilever pada jembatan pelengkung untuk jalur dari Lubuk
Pakam menuju Medan. Lebar abutment adalah 10 meter untuk tiap abutment.
10
Bantalan untuk dudukan girder pada abutment tidak menggunakan elastomerik
maupun isolasi gelincir namun hanya menggunakan bantalan dengan beton.
11
a. Persiapan Permukaan
Pembersihan permukaan yang akan diperbaiki atau dikerjakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan mesin gurinda atau sikat kawat sehingga
bebas dari kotoran – kotoran atau bekas beton yang tidak sempurna selebar
5 cm disekitar permukaan yang akan dilakukan perbaikan retak,
pembersihan dilakukan pada sepanjang retakan. Permukaan beton harus
bebas dan bersih terhadap minyak, oli dan sejenisnya.
b. Peletakan Alat Penyuntik
Dasar alat penyunitk harus dilekatkan sedemikian rupa tepat ditengah
permukaan yang retak dengan menggunakan bahan penutup (seal) Jarak
antara alat penyuntik tergantung pada lebar dan dalamnya retakan, sekitar
30 – 40 cm, sehingga jumlah alat penyuntik dapat seefisien mungkin.
c. Penutup Retakan
Setelah dilakukan pembersihan seperti yang disebutkan diatas, kemudian
sepanjang jalur retakan yang ada ditutup dengan menggunakan bahan
penutup (sealant) selebar 5 cm dan tebal 3 mm
d. Setelah jalur retakan tertutup semua dengan bahan penutup dan bahan
penutup mengeras maka dapat dilaksanakan tahap berikutnya yaitu :
memasang alat penyuntik (BL INJECTOR)
e. Alat penyuntik harus terpasang melekat dengan baik pada dasar alat
penyuntik dan BL INJECTOR
f. Setelah alat penyuntik terpasang maka dilakukan pencampuran bahan epoxy
(BL GROUT) yang terdiri atas 2 komponen sesuai persayaratan dari pabrik
pembuat. Bahan epoxy (BL GROUT) yang telah tercampur (dengan
perbandingan Base agent : hardener adalah 2 : 1 ) tersebut dimasukan
kedalam alat penyuntik dengan suatu alat yang khusus sampai penuh dalam
batas plastik penutup balon yaitu : sampai balon penyuntik berdiameter 25
mm dan kemudian tahapan tersebut dilakukan terus sampai semua alat
penyuntik terisi dengan bahan epoxy (BL GROUT). Pekerjaan tersebut
harus terus diawasi dan dilakukan pemeriksaan pada setiap alat penyuntik
apabila balon sudah mulai mengempis maka harus diisi lagi dengan bahan
epoxy dan seterusnya sehingga semua balon terisi dan tidak ada lagi balon
12
yang mengempis maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua retakan
sudah terisi penuh bahan epoxy ( BL GROUT )
g. Apabila semua balon telah terisi penuh dan tidak ada lagi yang mengempis
bahan epoxy akan mulai mengikat (setting, menjadi keras). Proses setting
tersebut akan memerlukan waktu sekitar 3 jam.
h. Pemeriksaan bahan epoxy (BL GROUT) setelah 3 jam.
i. Penyelesaian akhir dimulai dengan melepas alat penyuntik setelah 1 hari
selesainya pekerjaan penyuntikan bahan epoxy kedalam retakan. Setelah
alat penyuntik dan balon penyuntik dilepas dari tempat retakan kemudian
dilakukan pelepasan atau pembersihan bahan penutup retakan (sealant)
sehingga permukaan beton menjadi rata dan rapi.
13
Gambar 4.4 Tampak Bawah Jembatan 2
Dari gambar di atas sama halnya dengan jembatan 1, peretakan sudah terjadi
pada struktur bagian bawah dimana terjadi pada gelagar serta diafragmanya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara penyuntikan injeksi beton pada bagian yang
retak agar peretakan tidak melebar kea rah struktur lainnya.
4.2.1 Metode Kerja Penyuntikan Bahan Epoxy Untuk Perbaikan Keretakan Pada
Beton
a. Persiapan Permukaan
Pembersihan permukaan yang akan diperbaiki atau dikerjakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan mesin gurinda atau sikat kawat sehingga
bebas dari kotoran – kotoran atau bekas beton yang tidak sempurna selebar
5 cm disekitar permukaan yang akan dilakukan perbaikan retak,
pembersihan dilakukan pada sepanjang retakan. Permukaan beton harus
bebas dan bersih terhadap minyak, oli dan sejenisnya.
b. Peletakan Alat Penyuntik
Dasar alat penyunitk harus dilekatkan sedemikian rupa tepat ditengah
permukaan yang retak dengan menggunakan bahan penutup (seal) Jarak
antara alat penyuntik tergantung pada lebar dan dalamnya retakan, sekitar
30 – 40 cm, sehingga jumlah alat penyuntik dapat seefisien mungkin.
14
c. Penutup Retakan
Setelah dilakukan pembersihan seperti yang disebutkan diatas,
kemudian sepanjang jalur retakan yang ada ditutup dengan menggunakan
bahan penutup (sealant) selebar 5 cm dan tebal 3 mm
d. Setelah jalur retakan tertutup semua dengan bahan penutup dan bahan
penutup mengeras maka dapat dilaksanakan tahap berikutnya yaitu :
memasang alat penyuntik (BL INJECTOR)
e. Alat penyuntik harus terpasang melekat dengan baik pada dasar alat
penyuntik dan BL INJECTOR
f. Setelah alat penyuntik terpasang maka dilakukan pencampuran bahan epoxy
(BL GROUT) yang terdiri atas 2 komponen sesuai persayaratan dari pabrik
pembuat. Bahan epoxy (BL GROUT) yang telah tercampur (dengan
perbandingan Base agent : hardener adalah 2 : 1 ) tersebut dimasukan
kedalam alat penyuntik dengan suatu alat yang khusus sampai penuh dalam
batas plastik penutup balon yaitu : sampai balon penyuntik berdiameter 25
mm dan kemudian tahapan tersebut dilakukan terus sampai semua alat
penyuntik terisi dengan bahan epoxy (BL GROUT). Pekerjaan tersebut
harus terus diawasi dan dilakukan pemeriksaan pada setiap alat penyuntik
apabila balon sudah mulai mengempis maka harus diisi lagi dengan bahan
epoxy dan seterusnya sehingga semua balon terisi dan tidak ada lagi balon
yang mengempis maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua retakan
sudah terisi penuh bahan epoxy ( BL GROUT )
g. Apabila semua balon telah terisi penuh dan tidak ada lagi yang mengempis
bahan epoxy akan mulai mengikat (setting, menjadi keras). Proses setting
tersebut akan memerlukan waktu sekitar 3 jam.
h. Pemeriksaan bahan epoxy (BL GROUT) setelah 3 jam.
i. Penyelesaian akhir dimulai dengan melepas alat penyuntik setelah 1 hari
selesainya pekerjaan penyuntikan bahan epoxy kedalam retakan. Setelah
alat penyuntik dan balon penyuntik dilepas dari tempat retakan kemudian
dilakukan pelepasan atau pembersihan bahan penutup retakan (sealant)
sehingga permukaan beton menjadi rata dan rapi.
15
4.2.2 Tipe Abutmend
Abutment yang digunakan yaitu abutment tipe gravitasi pada jembatan PCI
girder untuk jalur dari Medan menuju Lubuk Pakam
16
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
a. Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tipe jembatan ini ialah
jembatan kelas A dikarenakan lebarnya memenuhi persyaratan lebar badan
jalan dan trotoar tersebut dan juga lalu lintas yang padat.
c. Pada jembatan 1 ditemukan beberapa struktur yang retak dan harus segera
dilakukan perbaikan cara inject, yaitu dengan cara menyuntikkan cairan
beton ke titik yang retak tersebut dengan tujuan retak tidak menyebar ke
struktur lainnya, bahkan sampai ke pengroposan struktur.
17
d. Abutment yang digunakan yaitu abutment tipe kantilever pada jembatan 1
untuk jalur dari Lubuk Pakam menuju Medan. Lebar abutment adalah 10
meter untuk tiap abutment. Bantalan untuk dudukan girder pada abutment
tidak menggunakan elastomerik maupun isolasi gelincir namun hanya
menggunakan bantalan dengan beton.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/15810/2/BAB_I.PENDAHULUAN.pdf
Bambang, Dewasa(Alm). 2016. pembebanan-untuk-jembatan
Bagaskara. 2016. Rehabilitas Jembatan dan Spesifikasinya
18
LAMPIRAN
19
Gambar L.1 Sketsa Gambar Abutment Jembatan dan Oprit
20
Gambar L.4 Pengukuran Panjang Bentang Jembatan dan Trotoar
21