DASAR TEORI
Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.1. Negara Kepulauan Indonesia
3
Permasalahan dalam mobilisasi penduduk, salah satunya yakni terbatasnya
jumlah jembatan penghubung antar daerah. Selain pembangunan jembatan dengan
beban kendaraan, pembangunan jembatan pejalan kaki juga perlu diperhatikan
demi mempermudah akses mereka untuk bermobilisasi dari satu tempat ke tempat
yang lainnya.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan
komunikasi atau transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan
alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami
perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana
sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.
1. Bangunan atas
Bangunan Atas terletak pada bagian atas suatu jembatan yang berfungsi untuk
menampung semua beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan atau orang
yang kemudian disalurkan ke bagian bawah. Contoh : rangka, girder, tumpuan,
sandaran, dan lantai.
4
2. Bangunan bawah
Bangunan bawah terletak di bawah bangunan atas yang berfungsi untuk
menerima atau memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkan ke pondasi. Contoh : kepala jembatan dan pilar.
Pondasi berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah lalu disalurkan
ke tanah. Jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dapat menggunakan
tiang pancang, tiang bor, atau sumuran.
Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.3. Contoh Jembatan Jalan Raya
Sumber : www.123rf.com
Gambar 2.4. Contoh Jembatan Kereta Api
5
3. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)
Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.5. Contoh Jembatan Pejalan Kaki
6
Berdasarkan tipe strukturnya
1. Jembatan plat (slab bridge)
2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
3. Jembatan gelagar (girder bridge)
4. Jembatan rangka (truss bridge)
7
7. Jembatan kabel (cable stayed bridge)
8. Jembatan cantilever (cantilever bridge)
8
Gambar 2.11. Diagram Tegangan – Regangan Baja
9
BEBAN JEMBATAN
KOMBINASI BEBAN
10
Serviceability, yaitu jembatan harus memenuhi standar kenyamanan.
Lendutan yang direncanakan tidak melebihi lendutan izin serta jembatan
tidak bergetar melampaui batas yang diizinkan.
Workability, yaitu bagaimana cara kita memikirkan cara pelaksanaan dan
pembangunan jembatan agar dapat berjalan dengan baik, mudah, dan lancar.
Misalnya, peralatan konstruksi tidak lebih mahal dari harga jembatannya.
Atau, transportasi menuju ke tempat pelaksanaan.
Economy, yaitu jembatan dapat menumbuhkan tingkat perekonomian suatu
daerah.
Durability, yaitu jembatan yang direncanakan harus kuat, kokoh, dan tahan
lama.
Aesthetic, yaitu jembatan harus menjadi suatu landmark suatu daerah.
Social, yaitu suatu jembatan dapat menghidupkan kegiatan sosial
masyarakat sekitar.
Diagram alir perecanaan jembatan merupakan proses tahapan yang dapat
dilakukan sebelum melakukan perecanaan jembatan sampai dengan proses
perhitungan dimensi jembatan itu sendiri.
11
Survey
Kompilasi data
Evaluasi data
Pradesain
12
Tabel 2.1. Tabel Momen Pelat Lantai 2 Arah
13
Tulangan Pelat
Penulangan pelat harus memenuhi syarat : 𝜌 min ≤ 𝜌 ≤ 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
Banyak Tulangan Pelat : 𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝐵 . 𝑑
𝜌 min = 1,4 /𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒
14
Tulangan Susut dan Tulangan Bagi
Untuk menahan susut dan tegangan akibat perubahan suhu, perlu dipasang
tulangan susut/tulangan bagi dalam arah tegak lurus tulangan utama. Besarnya
tulangan susut/tulangan bagi menurut SNI 03-2847-2002 pasal 9.12 adalah :
− Untuk tuangan ulir fy= 400 MPa, As. Susut = 0,0018.b.h
− Untuk tulangan deform fy=240 MPa, As. Susut = 0,0020.b.h
Tulangan susut dipasang maksimum dengan jarak,
smak susut = 450 mm atau 5 x tebal pelat
Tulangan bagi ≥ 50% tulangan pokok.
Tabel 2.7. Faktor Rangkah Rencana Tipikal 30 tahun
Es Pi
e fp1 1- loss awal Kehilangan teg. (loss) = (Øcc . fc . e )
Ec Ap
( cc. fc. e )
Prosentase kehilangan tegangan = x100%
fp1
Relaksai Tendon
Merupakan kehilangan tegangan sebagai akibat dari susut dan rangkak beton.
15
Kontrol Geser Tumpuan
16
Tulangan End Zone
− Untuk menghindari pecahnya beton akibat tekanan cover plate angkur,
maka - diperlukan tulangan pada daerah anggkur ( tulangan end zona)
− Tegangan ijin beton harus lebih kecil dari Pi / Luas Cover plate, tulangan
end zona praktis.
− Jika Pi / A cover plate > dari tegangan ijin beton maka harus dipasang
tulangan end zona teoritis, dimana gaya sisa ditahan oleh tulangan
longitudinal, dan tulangan longitudinal diikat dengan sengkang, seperti
halnya confined pada kolom.
Lendutan
− Batas Lendutan
NILAI LENDUTAN
17
2.9. PERHITUNGAN KEPALA JEMBATAN
Kepala jembatan adalah struktur penghubung antara jalan dengan jembatan
dan sekaligus sebagai penopang struktur atas jembatan. Penentuan Letak Kepala
Jembatan sedapat mungkin diletakkan pada :
Pada lereng/dinding sungai yang stabil
Pada alur sungai yang lurus
Pada bentang yang pendek
18
Gambar 2.22. Tipe Abutment
2. Pembebanan
19
Pilar berfungsi sebagai penopang struktur atas dan menyalurkan beban
struktur atas ke tanah. Bahan untuk pilar bisa terbuat dari pasangan batu kali, beton,
ataupun baja. Jenis-jenis pilar yaitu :
Pilar Tunggal
Pilar Masif
Pilar Portal atau Perancah
20
Gambar 2.24. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Pilar di Atas Sungai
1. Beban tetap
- Berat mati dan beban mati tambahan
- Beban hidup atau beban Lalu lintas
- Beban Rem
Bekerja pada permukaan lantai /lajur lau lintas searah .
Bekerja arah horizontal pada permukaan lantai jembatan , yang selanjudnya
beban didistribusikan ke struktur penahan ( pilar dan kepala jembatan ).
Peninjauannya harus disertakan dengan pengaruh beban lalu lintas.
Besarnya beban rem tergantung pada bentang jembatan
2. Aksi Lingkungan
- Beban Angin
- Beban Tumbukan Kendaraan
- Beban Tumbukan Kapal
Jembatan yang menyeberangi laut, selat atau sungai yang besar yang dilewati
kapal, pilar dan pylon jembatan harus diperhitungkan terhadap tumbukan kapal
dari depan dan dari arah samping pilar dan pylon.
21
Untuk tumbukan kapal dari depan diperhitungkan ekuivalen dengan gaya
tumbukan statis pada obyek yang kaku dengan rumus berikut :
Untuk kapal yang membentur pilar atau pylon dari arah samping dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
CH x0,5W (V ) 2 Wa
1
d 2 L pp . a
E
g 4
0.8
0.7
0.6
0.5
C 0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3
CH
22
Permukaan air banjir
T
EFW
h
2
T = 0,5 C (Vs) A (kN)
EFW D D 0,6h
Keterangan :
CD = Koefisien seret : - Pilar dinding lancip = 0,8
- Pilar dinding segi empat = 1,4
- Pilar dinding bulat = 0,7
- Pilar bulat = 0,7
VS = kecepatan rata-rata = Va :1,4 jika tidak diketahui Va dapat diambil 3 m/dt
AD = Luas bagian yang tertekan air
Proyeksi tegak lurus terhadap aliran air.
T Permukaan air
EF banjir
23
d = lendutan statis : pilar beton masif = 0,075 m
pilar beton perancah = 0,150 m
pilar baja/kayu perancah = 0,300 m
- Beban Gempa
TEQ K h .I .WT (kN)
TEQ C.S .I .WT (kN)
Keterangan :
C = Koefisien geser dasar, yang dipengaruhi oleh :
- Wilayah gempa dimana bangunan didirikan
- Waktu getar struktur yang ditinjau
- Jenis tanah dimana bangunan didirikan
I = Faktor kepentingan
3. Beban Khusus
- Beban Sentrifugal
0,5(L1+L2)
P
q
Kepala
Jembatan Pilar
L L L
24
Gambar 2.26. Bentuk-bentuk Jembatan Rangka Baja
Kelebihan Jembatan Rangka Batang :
• Gaya batang utama merupakan gaya aksial
• Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan
menggunakan tinggi maksimal dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.
25
Gambar 2.27. Bagian-bagian dari Rangka Baja
26
Tahapan-tahapan Perhitungan Rangka Baja :
1. Pradesain Jembatan
2. Pemodelan Struktur dengan software SAP2000 versi 14
3. Penentuan Dimensi/tulangan
4. Meletakkan Pembebanan
5. Penentuan Gaya-Gaya Dalam
6. Sambungan Pelat dan Baut
7. Kontrol Lendutan
8. Perhitungan Perletakan dan Elastomer
27
Gambar 2.29. Contoh Gambar Tampak Memanjang Jembatan
4. Detail Jembatan
28
Gambar 2.32. Contoh Gambar Detail Penulangan Abutment
29