Anda di halaman 1dari 27

BAB II

DASAR TEORI

2.1. PENGERTIAN JEMBATAN


Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api, lembah yang dalam, dan lain-
lain.
Awal munculnya bentuk-bentuk jembatan di awali sejak jaman primitif
dengan sistem yang sederhana, dan berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi. Setiap negara memiliki struktur dan model jembatan yang berbeda-beda
sesuai dengan situasi dan kondisi negara tersebut. Salah satu nya adalah Indonesia.
Indonesia adalah negara yang terdiri dari ribuan pulau dan banyak memiliki sungi-
sungai besar. Topografi negara Indonesia yang berbentuk kepulauan juga
bervariasi, daerah di sekitarnya. Tidak hanya saja sebagai jalan, jembatan juga
dapat yakni terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah perbukitan.
Dengan adanya jembatan, maka seluruh penduduk dapat dengan mudah mengakses
suatu meningkatkan pertumbuhan perekonomian penduduk, serta menjadi sebuah
karakteristik suatu daerah.

Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.1. Negara Kepulauan Indonesia

3
Permasalahan dalam mobilisasi penduduk, salah satunya yakni terbatasnya
jumlah jembatan penghubung antar daerah. Selain pembangunan jembatan dengan
beban kendaraan, pembangunan jembatan pejalan kaki juga perlu diperhatikan
demi mempermudah akses mereka untuk bermobilisasi dari satu tempat ke tempat
yang lainnya.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan
komunikasi atau transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan
alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami
perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana
sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.

2.2. BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN


Secara umum konstruksi suatu jembatan terdiri dari dua bagian yaitu ,

Gambar 2.2. Bagian-bagian Jembatan

1. Bangunan atas
Bangunan Atas terletak pada bagian atas suatu jembatan yang berfungsi untuk
menampung semua beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan atau orang
yang kemudian disalurkan ke bagian bawah. Contoh : rangka, girder, tumpuan,
sandaran, dan lantai.

4
2. Bangunan bawah
Bangunan bawah terletak di bawah bangunan atas yang berfungsi untuk
menerima atau memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkan ke pondasi. Contoh : kepala jembatan dan pilar.
Pondasi berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah lalu disalurkan
ke tanah. Jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dapat menggunakan
tiang pancang, tiang bor, atau sumuran.

2.3. KLASIFIKASI JEMBATAN


 Berdasarkan fungsinya
1. Jembatan jalan raya (highway bridge)

Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.3. Contoh Jembatan Jalan Raya

2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)

Sumber : www.123rf.com
Gambar 2.4. Contoh Jembatan Kereta Api

5
3. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)

Sumber : http://google.co.id
Gambar 2.5. Contoh Jembatan Pejalan Kaki

 Berdasarkan bahan konstruksinya


1. Jembatan kayu (log bridge)
2. Jembatan beton (concrete bridge)

Gambar 2.6. Jembatan Kelok Sembilan, Bukit Tinggi

3. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)


4. Jembatan baja (steel bridge)
5. Jembatan komposit (composite bridge)

6
 Berdasarkan tipe strukturnya
1. Jembatan plat (slab bridge)
2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
3. Jembatan gelagar (girder bridge)
4. Jembatan rangka (truss bridge)

Gambar 2.7. Contoh Jembatan Rangka

4. Jembatan pelengkung (arch bridge)

Gambar 2.8. Jembatan Cindaga, Jawa Tengah

5. Jembatan gantung (suspension bridge )

Gambar 2.9. Jembatan Pulau Balang

7
7. Jembatan kabel (cable stayed bridge)
8. Jembatan cantilever (cantilever bridge)

 Menurut Bentang Jembatan


1. Jembatan dengan bentang pendek
Jembatan yang memiliki panjang bentang kurang dari 40 meter.
2. Jembatan dengan bentang menengah
Jembatan yang memiliki panjang bentang kurang dari antara 40 m
sampai 125 meter.
3. Jembatan dengan bentang panjang
Jembatan yang memiliki panjang bentang lebih dari 125 meter.

Gambar 2.10. Jembatan Menurut Bentang

2.4. PRINSIP PERENCANAAN JEMBATAN


 Perencanaan berdasarkan batas daya layan (Allowable Stress Design / ASD)
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada
tegangan kerja atau yang di ijinkan dari meterial pembentuk struktur tersebut.
𝑀
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝑊

8
Gambar 2.11. Diagram Tegangan – Regangan Baja

 Perencanaan berdasarkan Load Resistant Factor Design / LRFD


Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada
tegangan leleh pertama dari meterial pembentuk struktur tersebut. Pada
perencanaan LRFD menggunakan faktor beban batas atau ultimate.
𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝑊

2.5. PEMBEBANAN JEMBATAN


Jembatan yang direncanakan harus kuat, kaku, serta tidak memiliki lendutan
yang berlebih untuk menahan beban yang ada, terdiri dari :
 Beban aksi tetap  Beban aksi lingkungan
 Beban lalu lintas  Beban aksi lainnya
Beban rencana adalah kombinasi dari beban-beban tersebut yang diperkirakan
dari pengguna jembatan. Berikut ini merupakan macam-macam pembebanan
menurut RSNI T-02-2005-tentang Pembebanan untuk Jembatan

9
BEBAN JEMBATAN

Aksi Tetap Aksi Lalu Lintas Aksi Lingkungan Aksi Lainnya

1 Beban sendiri 1 Beban lajur 1 Akibat terjadinya 1 Gesekan


2 Beban mati “D” penurunan pada
tambahan - Beban “D” 2 Perubahan perletakaan
3 Beban pengaruh merata temperature 2 Pengaruh
susut dan bergerak - Beban “D” 3 Aliran air dan gesekan
4 Beban pengaruh garis benda hanyutan 3 Beban
5 Beban tekanan 2 Beban truk “T” 4 Tekanan pelaksanaan
tanah 3 Gaya Rem hidrostatis dan gaya
6 Beban pengaruh 4 Gaya apung
pelaksanaan tetap Sentrifugal 5 Beban angin

KOMBINASI BEBAN

Gambar 2.12. Diagram Jenis Pembebanan pada Jembatan


2.6. PERANCANGAN JEMBATAN
Perancangan jembatan harus mengacu pada teori-teori yang relevan, kajian
penelitian yang memadai, serta aturan aturan yang berlaku. Adapun acuan
perancangan meliputi:
 Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS, 1992.
 Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005),
 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-2004),
 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan (SK.SNI T-03-2005), dan
 Standar Perencanaan Ketahan Gempa untuk Jembatan (SNI 03-2833-200x)
Dalam merencanakan struktur jembatan kita harus memikirkan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebelum atau sesudah proses pembuatan
jembatan. Kriteria desain jembatan yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut :
 Strength, yaitu jembatan harus kuat dan stabil memikul seluruh beban
rencana baik beban lalu lintas ,aksi lingkungan, dan khusus yang bekerja
sesuai umur rencana.

10
 Serviceability, yaitu jembatan harus memenuhi standar kenyamanan.
Lendutan yang direncanakan tidak melebihi lendutan izin serta jembatan
tidak bergetar melampaui batas yang diizinkan.
 Workability, yaitu bagaimana cara kita memikirkan cara pelaksanaan dan
pembangunan jembatan agar dapat berjalan dengan baik, mudah, dan lancar.
Misalnya, peralatan konstruksi tidak lebih mahal dari harga jembatannya.
Atau, transportasi menuju ke tempat pelaksanaan.
 Economy, yaitu jembatan dapat menumbuhkan tingkat perekonomian suatu
daerah.
 Durability, yaitu jembatan yang direncanakan harus kuat, kokoh, dan tahan
lama.
 Aesthetic, yaitu jembatan harus menjadi suatu landmark suatu daerah.
 Social, yaitu suatu jembatan dapat menghidupkan kegiatan sosial
masyarakat sekitar.
Diagram alir perecanaan jembatan merupakan proses tahapan yang dapat
dilakukan sebelum melakukan perecanaan jembatan sampai dengan proses
perhitungan dimensi jembatan itu sendiri.

11
Survey

Kompilasi data

Evaluasi data
Pradesain

a. Gambar potongan memanjang


b. Type/model struktur
c. Lebar jembatan dan bentang jembatan
d. Kepala dan Pilar jembatan
e. Posisi / letak kepala jembatan
f. Posisi struktur atas terhadap MAB/HWS/ bangunan lain dibawahnya
g. Bahan jembatan
h. Ukuran kepala dan pilar jembatan
i. Penentuan metoda konstruksi

Desain Evaluasi Modifikas


akhir Pradesain i

investigasi tanah Perhitungan - Gambar kostruksi


dan Analisa dimensi - Dokumen Hitungan
struktur

Gambar 2.13. Diagram Perencanaan Jembatan

2.7. PERHITUNGAN LANTAI JEMBATAN


h = tebal pelat lantai
Syarat = h ≥ 200 mm dan h ≥ (100 + 40 L) mm
L = dalam meter
 Pembebanan pada lantai
Beban orang (q) = 0,5 ton/m² (bekerja pada trotoar)
Beban roda (TLL) = 11,25 ton (bekerja pada lantai jembatan)
 Momen Pelat Akibat Beban Merata qDL dan qLL

12
Tabel 2.1. Tabel Momen Pelat Lantai 2 Arah

 Tabel Momen Beban Terpusat TLL

Tabel 2.2. Tabel Momen Beban Terpusat TLL

13
 Tulangan Pelat
Penulangan pelat harus memenuhi syarat : 𝜌 min ≤ 𝜌 ≤ 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠
Banyak Tulangan Pelat : 𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝐵 . 𝑑
𝜌 min = 1,4 /𝑓𝑦
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒

Tabel 2.3. Tabel Nilai 𝝆

14
 Tulangan Susut dan Tulangan Bagi
Untuk menahan susut dan tegangan akibat perubahan suhu, perlu dipasang
tulangan susut/tulangan bagi dalam arah tegak lurus tulangan utama. Besarnya
tulangan susut/tulangan bagi menurut SNI 03-2847-2002 pasal 9.12 adalah :
− Untuk tuangan ulir  fy= 400 MPa, As. Susut = 0,0018.b.h
− Untuk tulangan deform fy=240 MPa, As. Susut = 0,0020.b.h
Tulangan susut dipasang maksimum dengan jarak,
smak susut = 450 mm atau 5 x tebal pelat
Tulangan bagi ≥ 50% tulangan pokok.
Tabel 2.7. Faktor Rangkah Rencana Tipikal 30 tahun

Es Pi
e  fp1  1- loss awal  Kehilangan teg. (loss) = (Øcc . fc . e )
Ec Ap

 ( cc. fc. e ) 
Prosentase kehilangan tegangan =   x100%
 fp1 

 Relaksai Tendon
Merupakan kehilangan tegangan sebagai akibat dari susut dan rangkak beton.

15
 Kontrol Geser Tumpuan

 Kontrol Geser Tumpuan

16
 Tulangan End Zone
− Untuk menghindari pecahnya beton akibat tekanan cover plate angkur,
maka - diperlukan tulangan pada daerah anggkur ( tulangan end zona)
− Tegangan ijin beton harus lebih kecil dari Pi / Luas Cover plate, tulangan
end zona praktis.
− Jika Pi / A cover plate > dari tegangan ijin beton maka harus dipasang
tulangan end zona teoritis, dimana gaya sisa ditahan oleh tulangan
longitudinal, dan tulangan longitudinal diikat dengan sengkang, seperti
halnya confined pada kolom.

 Lendutan
− Batas Lendutan

KONDISI BEBAN MATI BEBAN LAYAN

NILAI LENDUTAN

− Lendutan Balok Antar Dua Tumpuan

17
2.9. PERHITUNGAN KEPALA JEMBATAN
Kepala jembatan adalah struktur penghubung antara jalan dengan jembatan
dan sekaligus sebagai penopang struktur atas jembatan. Penentuan Letak Kepala
Jembatan sedapat mungkin diletakkan pada :
 Pada lereng/dinding sungai yang stabil
 Pada alur sungai yang lurus
 Pada bentang yang pendek

Kriteria Perencanaan Jembatan :


 Tidak ditempatkan pada belokan luar sungai
 Tidak ditempatkan pada aliran air sungai
 Tidak ditempatkan diatas bidang gelincir lereng sungai.
 Tidak ditempatkan pada lereng sungai jika digunakan pondasi dangkal
 Pondasai kepala jembatan diupayakan untuk ditanam sampai
kedalaman pengaruh penggerusan aliran air sungai

Tahapan perancangan : Dalam merencanakan kepala jembatan, kami menggunakan


software SAP2000 versi 14, berikut merupakan tahapan yang kami lakukan saat
perencanaan awal
1. Perhitungan dimensi
Dimensi kepala jembatan masih menggunakan sistem trial and error,
kemuudian tentukan as untuk menggambarkannya ke dalam software
SAP2000.

18
Gambar 2.22. Tipe Abutment

2. Pembebanan

3. Penulangan pada kepala jembatan


Penentuan diameter tulangan serta jarak antar tulangan dilakukan saat
proses pendefinisian beban telah selesai. Penulangan dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu : tulangan pokok, tulangan geser, dan tulangan susut.

2.10. PERHITUNGAN PILAR BETON BERTULANG

19
Pilar berfungsi sebagai penopang struktur atas dan menyalurkan beban
struktur atas ke tanah. Bahan untuk pilar bisa terbuat dari pasangan batu kali, beton,
ataupun baja. Jenis-jenis pilar yaitu :
 Pilar Tunggal
 Pilar Masif
 Pilar Portal atau Perancah

Pilar Pilar Pilar Perancah / Portal


tunggal masif
h : 5 ~ 15m h : 5 s/d 25 m h : 5 s/d 15 m h : 15 s/d 25 m
Gambar 2.23. Macam-Macam Bentuk Pilar

20
Gambar 2.24. Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Pilar di Atas Sungai

1. Beban tetap
- Berat mati dan beban mati tambahan
- Beban hidup atau beban Lalu lintas
- Beban Rem
Bekerja pada permukaan lantai /lajur lau lintas searah .
Bekerja arah horizontal pada permukaan lantai jembatan , yang selanjudnya
beban didistribusikan ke struktur penahan ( pilar dan kepala jembatan ).
Peninjauannya harus disertakan dengan pengaruh beban lalu lintas.
Besarnya beban rem tergantung pada bentang jembatan

Gambar 2.25. Grafik Gaya Rem

2. Aksi Lingkungan
- Beban Angin
- Beban Tumbukan Kendaraan
- Beban Tumbukan Kapal
Jembatan yang menyeberangi laut, selat atau sungai yang besar yang dilewati
kapal, pilar dan pylon jembatan harus diperhitungkan terhadap tumbukan kapal
dari depan dan dari arah samping pilar dan pylon.

21
Untuk tumbukan kapal dari depan diperhitungkan ekuivalen dengan gaya
tumbukan statis pada obyek yang kaku dengan rumus berikut :

TS  ( DWT )1/ 2 (12,5 xV )


Keterangan :
TS = gaya tumbukan kapal sebagai gaya statis ekuivalen (t)
DWT = tonase berat mati muatan kapal (t) = berat kargo, bahan bakar, air
dan persediaan
V = kecepatan tumbukan kapal (m/s)

Untuk kapal yang membentur pilar atau pylon dari arah samping dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

CH x0,5W (V ) 2 Wa 
1
 d 2 L pp . a
E
g 4

w  DWT  Wa  a  1.03 t 3 , g = 9.81 m


m dt 2
Keterangan :
E = energi kinetik Tumbuk Kapal (tm)
CH = koefisien hidrodinamis masa air yang bergerak bersama kapal,
d = Tinggi bagian yang terendam dalam air (Sarat kapal)
W = tonase perpindahan kapal (t), berat total kapal pada beban penuh
Lpp = Panjang bagian yang terendam dalam air

0.8

0.7

0.6

0.5

C 0.4
0.3

0.2

0.1

0
1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3

CH

- Beban Air Mengalir

22
Permukaan air banjir

T
EFW

h
2
T = 0,5 C (Vs) A (kN)
EFW D D 0,6h

Keterangan :
CD = Koefisien seret : - Pilar dinding lancip = 0,8
- Pilar dinding segi empat = 1,4
- Pilar dinding bulat = 0,7
- Pilar bulat = 0,7
VS = kecepatan rata-rata = Va :1,4 jika tidak diketahui Va dapat diambil 3 m/dt
AD = Luas bagian yang tertekan air
Proyeksi tegak lurus terhadap aliran air.

- Beban Tumbukan Benda Hanyutan

T Permukaan air
EF banjir

M = massa batang kayu = 2 ton


Va = Kecep air permukaan
Va = 1,4 Vs
Jika tidak diketahui ; Va = 3 m/dt

23
d = lendutan statis : pilar beton masif = 0,075 m
pilar beton perancah = 0,150 m
pilar baja/kayu perancah = 0,300 m

- Beban Gempa
TEQ  K h .I .WT (kN)
TEQ  C.S .I .WT (kN)
Keterangan :
C = Koefisien geser dasar, yang dipengaruhi oleh :
- Wilayah gempa dimana bangunan didirikan
- Waktu getar struktur yang ditinjau
- Jenis tanah dimana bangunan didirikan

I = Faktor kepentingan

S = Faktor tipe bangunan

WT  Beban mati di tambah beban mati tambahan (kN)

3. Beban Khusus
- Beban Sentrifugal
0,5(L1+L2)
P
q

Kepala
Jembatan Pilar

L L L

2.11. JEMBATAN RANGKA BAJA


Jembatan baja yaitu jembatan yang mayoritas bahannya dari baja.
Sedangkan konstruksinya dipertimbangkan pada kebutuhan bentang, bisa
berbentuk rangka bisa hanya merupakan baja propil menerus.
Struktur jembatan baja rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak
jenisnya. Struktur jembatan rangka batang dengan material profil-profil baja
digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang .

24
Gambar 2.26. Bentuk-bentuk Jembatan Rangka Baja
Kelebihan Jembatan Rangka Batang :
• Gaya batang utama merupakan gaya aksial
• Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang dimungkinkan
menggunakan tinggi maksimal dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.

Kelemahan Jembatan Rangka Batang :


Efisiensi rangka batang tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika
jembatan rangka batang dibuat semakin panjang,maka ukuran dari rangka batang
itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih
besar untuk menjaga kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana
berat sendiri jembatan terlalu besar ,sehingga rangka batang tidak mampu lagi
mendukung beban tersebut.
Susunan dari struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari : Struktur
rangka batang dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan Gelagar Induk, yang
menopang Gelagar Melintang dan gelagar memanjang yang bekerja menahan beban
kerja dari lantai kendaraan, seperti pada gambar berikut :

25
Gambar 2.27. Bagian-bagian dari Rangka Baja

26
Tahapan-tahapan Perhitungan Rangka Baja :
1. Pradesain Jembatan
2. Pemodelan Struktur dengan software SAP2000 versi 14
3. Penentuan Dimensi/tulangan
4. Meletakkan Pembebanan
5. Penentuan Gaya-Gaya Dalam
6. Sambungan Pelat dan Baut
7. Kontrol Lendutan
8. Perhitungan Perletakan dan Elastomer

2.12. GAMBAR BESTEK


1. Peta lokasi

Gambar 2.28. Contoh Gambar Peta Lokasi

2. Denah bangunan atas dan bawah

27
Gambar 2.29. Contoh Gambar Tampak Memanjang Jembatan

3. Tampak dan potongan

Gambar 2.30. Contoh Gambar Tampak Atas

4. Detail Jembatan

Gambar 2.31. Contoh Gambar Detail Baut

28
Gambar 2.32. Contoh Gambar Detail Penulangan Abutment

29

Anda mungkin juga menyukai