PENDAHULUAN
Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui
suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini biasanya jalan berupa lain
yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa. Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang,
dengan tingkat kepentingan yang berbeda-beda tiap orangnya. Menurut Dr Ir.
BambangSupriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan merupakan suatu
sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan lumpuh.
Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam menentukan
jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan metode pelaksanaan apa
yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T
yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat
tercapai.
1
a.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana metode pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan Jembatan ?
2. Apa saja jenis-jenis jembatan ?
3. Apa saja bagian-bagian dari struktur jembatan ?
a.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tahap proses pelaksanaan pekerjaan jembatan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis jembatan
3. Agar mahasiswa mengetahui bagian-bagian dari struktur jembatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.2. JEMBATAN
Jembatan menurut funsinya merupakan suatu kontruksi yang dapat meneruskan jalan
untuk melewati suatu rintangan yang berada lebih rendah, sehingga jembatan dapat dikatakan
sebagai alat penghubung suatu daerah ke daerah lain yang terpisah akibat rintangan seperti
sungai, selat, dan bahkan jalan lain yang memotong jalan yang dimaksud. Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terbagi ata beberapa bagian – bagian pokok, yaitu terdiri dari
struktur bawah dan struktur atas.
4.1. Bangunan struktur bawah ( Substructure )
Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menahan
beban-beban yang disalurkan dari beban struktur atas, dan kemudian beban-
beban tersebut disalurkan ke pondasi.
Struktur bawah terdiri dari :
Pondasi
Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan pondasi yang
ada pada struktur bangunan gedung, dimana fungsi dari pondasi itu
sendiri adalah menyalurkan beban-beban yang ditahan ketanah. Pondasi
memiliki 2 bagian, yaitu :
a. Tiang pancang / bore pile / sumuran
b. Pile cap
3
Berdasarkan sistemnya tipe pondasi yang dapat digunakan untuk
perencanaan jembatan antara lain :
4
Kolom pier
Terletak ditengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya
beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang
bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang
maksimum jembatan tersebut maka dibutuhksn pilar.
a. Pier (pilar), yang berupa dinding, kolom atau portal
b. Pier head (kepala pilar)
6
4.2. Bangunan struktur atas (upper structure)
Bangunan struktur atas fungsi untuk menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kenderaan, dan lain sebagainya. Bangunan
atas biasanya terdiri dari pelat, lapisan permukaan jalan, dan gelagar dari
jembatan.
7
Komponen
a. Deck jembatan
8
Gambar 2.11 Expansion joint
Pembagian span (bentang)
Dalam pembagian bentang dibedakan menajdi 2 bagian, yaitu :
a. Approach span
b. Main pan
9
.2. KLASIFIKASI JEMBATAN
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan kontruksi, dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan perkembangan jaman
dan teknologi, mulai dari kontruksi yang sederhana sampai pada kontruksi yang mutahir.
a. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
Jembatan jalan raya (highway bridge)
Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)
b. Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
Jembatan diatas sungai, danau, atau laut
Jembatan diatas lembah
Jembatan diatas jalan yang ada (flyover)
Jembatan diatas saluran irigasi/drainase (culvert)
Jembatan didermaga (jetty)
c. Berdasarkan bahan kontruksinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
Jembatan kayu (log bridge)
Jembatan beton (concrete bridge)
Jembatan beton prategang ( pressttresed concrete bridge)
d. Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
Jembatan gelagar
Jembatan gelagar merupakan tipe jembatan yang paling umum dan paling tua.
Jembatan ini memiliki bagian penyangga yang ditanamkan pada halangan yang
dilewati. Penyangga ini akan menopang bagian yang akan dilewati oleh sarana
transportasi. Jembatan gelagar terdiri dari I girder, Box girder, dan U / V
girder.
10
i. Jembatan gelagar I Girder
Jembatan I girder merupakan jembatan yang menggunakan penampang
girder berbentuk I. Pekrjaan pembuatan I girder ini biasanya dilakukan
pada tempat proyek atau dipesan dari pabrik (precast).
11
iii. Jembatan gelagar U / V girder
Jembatan U / V Girder merupakan jembatan yang menggunakan
penampang girder berbentuk U/V. Pekerjaan pembuatan V girder ini
biasanya dilakukan pada tempat proyek atau dipesan dari pabrik
(precast).
12
Gambar 2.17 Jembatan pelengkung/busur
Jembatan rangka (truss bridge)
Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang dihubungkan
satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las.
Batang batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial (normal) tekan
atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul gayagaya dalam
momen lentur dan gaya lintang.
13
Pada jembatan gantung semua gaya-gaya vertikal disalurkan melalui kabel-
kabel penggantung ke tiang (pylon) dan perletakan ujung.
Jembatan kabel (cable-stayed bridge)
Pada jembatan struktur kabel (cable-stayed bridge) sepenuhnya gaya-gaya
vertikal dipikul oleh tiang (pylon) yang disalurkan melalui kabel-kabel
penggantung.
14
Gambar 2.10 Expantion Joint
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
.2. TINJAUAN UMUM
Dalam suatu perencanaan / desain diperlukan analisi struktur agar diperoleh
tegangan dan momen yang terjadi tidak menyebabkan keruntuhan pada bangunan
yang direncanakan. Agar perencanaan dapat dilaksanakan, maka analisis dilakukan
berdasarkan data yang diperlukan sesuai dengan struktur yang direncanakan, baik
perencanaan struktur atas maupun struktur bawah.
15
.2. DATA STRUKTUR
Data Struktur merupakan data yang berkaitan langsung dengan apa yang akan
di teliti
16
Gambar 3.2 Peta lokasi pengerjaan jembatan Ampera
Sumber : http://pesonawisataindonesia.com/pesona-wisata-palembang-jembatan-ampera/
17
.1. TAHAP PERENCANAAN
5. Memeriksa apakah elemen struktur awal sudah aman atau belum. Apabila belum aman,
maka elemen tersebut harus disesuaikan
6. Menggambar hasil rancangan redesain jembatan.
7. Menyimpulkan hasil perencanaan
18
BAB 4
PEMBAHASAN
20
.2. Pekerjaan Pondasi dan Bangunan Bawah
1) Pondasi Jembatan
I. Pondasi Dangkal
i. Pondasi Sumuran (Cyclops)
Cukup Keras
Bearing Capacity tanah > 3 kg/cm2.
Kedalaman > 4 m dari dasar sungai/tanah dasar setempat.
Bebas dari pengaruh Scouring Horizontal. Namun tetap perlu
diperhatikan Scouring Horizontal.
Kemungkinan diperlukan pengamanan (protection) pada bagian
head pier.
ii. Pondasi Langsung
Digunakan aabila tanah pondasi cukup keras dan Bearing Capacity
mumpuni izin tanah > 2,0 kg/cm2.
Kedalaman > 3 meter dari dasar sungai/tanah dasar bebas dari pengaruh
scouring vertikal perlu diperhatikannya efek scouring horizontal.
Usahakan terhadap pilar tidak digunakan pondasi langsung, dan apabila
tidak mampu dihindari maka diperlukannya pemasangan pengamanan
guna melindungi pondasi. Pengaplikasian ppondasi langsung / dangkal
untuk jembatan tidak disarankan pada sungai-sungai yang tidak dapat
diperkirakan perubahan morfologi kondisi sungainya dan saat volume
air meningkat. Yakni;
Perilaku gerusan (Koefisien Friksi)
Perilaku benda hanyutan
II. Pondasi Dalam
i. Pondasi Tiang Pancang (Beton Bertulang, Prategang-Precast)
Diperlukannya perancangan, dicor dan perawatan guna menghasilkan
mutu yang sesuai, sehingga dalam tahan terhadap kondisi. Penggunaan
tiang pancang umumnya dipergunakan untuk lapisan tanah pondasi > 8
m dibawah muka tanah atau dasar sungai.
ii. Baja (Pipa, Propil)
Kelebihan penggunaan tiang pancang baja yakni memiliki daya dukung
tekan yang kompresif tinggi apabila dipancang pada lapisan tanah yang
21
keras dan mampu dilakukan pemancangan hingga keras guna penetrasi
dalam sampai lapisan dukung.
III. Tiang pancnang bor (bore pile)
Jenis pondasi ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan tiang pancang
dan ppondasi lainnya yakni untuk menahan beban tranfer dari atas,
perbedaan jelasnya adalah cara pengaplikasiannya dilakukan degan cara
pengeboran terlebih dahulu dengan mesin auger termasuk ppondasi kedap
suara. Lebih sering dipergunakan pada daerah perkotaan dikarenakan tidak
minim bahaya interval getaran kesekitar area konstruksi.
Metode pelaksanaan bored pile, seperti berikut;
i. Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar
rencana
ii. Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus
dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm
dibawah permukaan beton selama penarikan dan operasi
penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
iii. Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus
digetarkan dengan alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran
dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam lubang bor harus
dikeluarkan.
iv. Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari
menempelnya beton pada dinding casing
v. Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur
maka digunakan cara tremie
vi. Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas
elevasi yang akan dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan
lemah harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan
yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau
struktur di atasnya1.Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman
sesuai gambar rencana
Sumber : pupr.go.id
i. Semua bahan lunak dan bahan lepas pada dasar lubang harus
dihilangkan dan cara tremie yang telah disetujui harus digunakan.
ii. Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong
diatasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton
baru dalam tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.
iii. Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus
diisi lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru.
Pipa tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15
cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang
dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran
beton dan air.
23
Penanganan Kepala Tian Bore Pile
Tiang bor pile umumnya diharuskan dicor sampai kira-kira satu meter diatas
elevasi eksisting. Semua beton lepas, kelebihan, dan kekurangan perlu dikupas
dari bagian puncak tiang bore pile dan baja tulangan tertinggal harus memiliki
panjang cukup sehingga kemungkinan pengikatan sempurna ke dalam pur
ataupun struktur diatasnya
Tiang bore pile diharuska dibentuk dengan cara dan urut dalam pembuatannya
sehingga minim terdapat kerusakan yang akan terjadi, tiang bore pile yang
cacat dan diluar toeransi harus diperbaiki atas biaya Kontraktor
24
Umunya kepala jembatan dari jenis balok beton dan dinding, diperlukan
guna sebagai landasan jembatan dan menahan timbunan dibelakang kepala
jembatan.
Kepala jembatan dan pilar menyalurkan gaya-gaya vertikal dan horizontal
dari bangunan atas pada pondasi.
25
Gambar 4.3 : Jenis pilar Tipikal
Sumber : pupr.go.id
26
.3. Pekerjaan Beton
Kesiapan dalam pengecoran beton diperlukan dilaksanakan harus dilakukan
persiapan, seperti berikut;
Bidang – bidang beton lama yangn akan berhubungan dengan beton baru,
harus dikasarkan dan dibasahi sebelum beton baru dicorkan
Tidak boleh terdapat air pada semua ruang yang akan dicor beton terkecuali
pada system pengecoran Tremie
Tulangan harus bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi letakan beton dengan tulangan
Semua ruang yang akan diisi adukan beton diharuskan bebas dari kotoran
a) Rancangan Campuran Beton
Perancangan campuran beton (Mix Design) umunya menggunakan peraturan
metode perhitungan SNI 03-2834-2000.
Sumber : pupr.go.id
b) Percobaan Campuran
Apabila tahap mix design telah diperhitungkan dan menghasilkan maka
diperlukannya suatu batch kecil percobaan campuran, sekitar 0,1 m3 beton guna
memastikan ketepatan dalam merancang percampuran. Pengujiannya
,enggunakan compression test (uji tekan), slump dan sifat-sifat lain yang menjadi
persyaratan perancang untuk memperoleh proporsional masing-masing material
27
perkiraan. Min. 20 benda test uji perlu dibuat untuk memastikan durability
campuran percobaan. Percobaan campuran diharuskan memenuhi persyaratan
SNI 03-2834-2000.
c) Pembetonan
Pelaksanaan Pengecoran
Pemadatan
Sambungan pelaksanaan (Construction joint)
d) Pengendalian Mutu
28
Sumber : Pupr.go.id
Diperlukannya uji beton silinder dengan ø150 mm dan h = 300 mm, dengan
melakukan maintenance sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Percobaan
pengecekan beton uji diambil sample dari benda uji silinder bersamaan,
selanjutnya benda uji silinder dilakukan Currying di laboratorium.
e) Perawatan
29
g) Acuan
Acuan perlu memiliki sasaran : kekuatan (strength), Kekakuan (Fixed),
penampilan dan penghematan biaya (eco budgetin). Acuan harus mampu
menahan beban sepertti berikut :
i. Beban Mati (Dead Load) : massa dari acuan, tulangan, bahan yang
tertanam, beton baru.
ii. Beton superimpose : massa pekerja, perlatan, jembatan kerja, (Main
Bridge), perhitungan untuk benturan dan massa dari beban sementara
yang disebabkan oleh penumpukan bahan.
iii. Tekanan kesamping (Lateral) dari beton : yang bertambah dengan
bertambahnya tinggi beton yang dicor. Getaran beton juga menambah
tekanan lateral.
iv. Beban (Lateral) lain : beban angin, gaya dari tegangan kabel, dan
peyangga yang miring, beban-beban ini perlu diperhitungkan
terutama guna desain acuan.
v. Beban khusus : disebabkan oleh kondisi khusus peaksanaan.
h) Perancah
Persyaratan Perancah, seperti berikut:
i. Memiliki batang penguat (Bracing)
ii. Memiliki pengaturan guna penyesuaian vertikal
iii. Pondasi harus mampu memikul beban tanpa terjadi penurunan
berlebihan dari perancah tsb, ataupun penurunan relatif antara
penyangga yang berdekatan.
iv. Semua komponen perancah diharuskan lurus dan benar tanpa
bengkokan atau lekungan dan semua komponen yang rusak harus
disingkirkan dari lokasi.
i) Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Beton
i. Pengukuran
a. Cerucuk
b. Dinding Turap
c. Penyediaan tiang pancang
d. Pemancangan tiang pancang
e. Tiang bor beton cor langsung di tempat yang berair
f. Tiang uji
ii. Pembayaran
30
Harga kontrak per satuan pengukuran, untuk mata pembayaran yang
terdaftar dibawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana harga dan pembayaran tersebut harus meruoakan kompensasi
penuh guna penyediaan, penanganan, pemancangan, penyambungan,
perpanjangan, pemotongan kepala tiang, pengecatan, perawatan,
pengujian, baja tulangan atau baja pra-tegang dalam beton,
penggunaan peledakkan (Blasting) pengeboran atau peralatan lainnya
yang diperlukan untuk penetrasi ke dalam lapsan keras, dan juga
termasuk hilangnya selubung (Caing), semua tenga kerja dan setiap
peralatan yang diperlukan dan semua biaya lain yang perlu dan biasa
untuk penyelesaian yang sebagaimana semestinya dari pekerjaan yang
diuraikan.
.4. Pekerjaan Bangunan Atas Jembatan
a) Jembatan Beton Bertulang
i. Unit Pracetak
Bagian pracetak yang tipikal dari banguna atas jembatan (upper structure)
adalah papan-papan lantai, pelat lantai, pelat soffit, gelagar, unit kereb dan
tiang (post). Unit pracetak dipasang dengan menggunakan satu crane atau
dua crane.
Sumber : pupr.go.id
Sumber : pupr.go.id
32
c) Jembatan Gelagar Komposit
33
Gambar 4.9 : Penampang Melintang Gelagar Komposit
Sumber : pupr.go.id
34
Gambar 4.10 : Jembatan Cable Stayed
Sumber : pupr.go.id
Sumber : pupr.go.id
35