Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BESAR

PERENCANAAN JEMBATAN BETON BERTULANG


BALOK T KALI SARI KABUPATEN MALANG JAWA
TIMUR

F
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sarana
transportasinya. Sarana transportasi yang memadai memudahkan mobilisasi
masyarakat dalam berbagai aktiviatas kehidupan. Sarana transportasi berupa jalan
yang baik, jembatan yang kuat, serta sarana-sarana lainnya hendaknya menjadi
perhatian pemerintah bagi pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Sarana
transportasi yang baik sangat menunjang terciptanya iklim ekonomi yang baik
pula bagi masyarakat setempat.
Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Jembatan di
Kabupaten Malang ini menghubungkan daerah yang terpisah oleh Sungai.Selama ini
warga telah menggunakan jembatan tersebut sudah bertahun-tahun,namun disini saya
ingin memodifikasi jembatan tersebut karena banyaknya hal yang terjadi di jembatan
tersebut seperti kecelakan dan banjir,dikarenakan standar jembatan yang menurut saya
kurang aman bagi pengguna jalan.Contohnya jalan yang terlalu sempit untuk jalan
penghubung antar kabupaten dan kota malang sehingga menyebabkan sering
terjadinya kemacetan dan jalan yang berlubang.
Semoga dengan perbaikan jembatan ini, proses mobilisasi
masyarakat kabupaten malang menjadi lebih lancar dan aman.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka
konstruksi jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik
dari segi kenyamanan, keamanan, maupun keindahan. Oleh karena itu proses
perencanaannya harus diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada umumnya
perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan
dan bagian bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul langsung beban
– beban lalu lintas diatasnya sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban
diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut ke lapisan tanah keras.

1.2 Lokasi Proyek


Proyek modifikasi jembatan kali sari ini berlokasi di Kabupaten Kabupaten Malang,
Jawa Timur.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan yang penulis bahas dalam tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimana perhitungan perencanaan bangunan atas jembatan ?
2. Bagaimana perhitungan perencanaan bangunan bawah jembatan
menggunakan metode beton bertulang ?
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah antara lain;
1. Untuk menghitung bangunan atas jembatan.
2. Untuk menghitung bangunan bawah jembatan menggunakan metode beton
bertulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jembatan
Menurut wikipedia bahasa indonesia jembatan merupakan struktur yang
dibuat untuk menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api
ataupun jalan raya. Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur
transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan). Sedangkan menurut Struyk dan Veen
jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melelui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain(jalan air
atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984).
Selanjutnya menurut Supriyadi dan Muntohar jembatan adalah suatu
bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah
atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Secara umum
suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam
perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi :
Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
2.1.1 Jembatan Beton Bertulang Balok T
Jembatan beton bertulang balok T merupakan merupakan jembatan yang
konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton. Jembatan tipe ini
digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya, tersusun dari slab beton yang
didukung secara integral dengan gelagar. Penggunaan jembatan ini akan lebioh
ekonomis pada bentang 40-80 ft (15-25 m)pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pengerjaan). (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
2.2 Bagian-bagian Struktur Jembatan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
31. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
Gambar 2.1 Bagian - bagian jembatan
Keterangan Gambar :
1. Bangunan Atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan atas dan
pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudiandari
pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan di belakang
abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang
hari)
4Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat
dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman.
Kontruksi jembatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu :
1) Bangunan Bawah ( Sub Structure )
 Abutment ( Kepala Jembatan )
 Pondasi
 Pilar
2) Bangunan Atas (Upper Structure)
 Lantai kendaraan.
 Trotoar
 Gelagar diafragma.
 Gelagar induk.
 Perletakan atau andas
 Plat injak
2.2.1 Struktur Bawah
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar Dan Prinsip
Prinsip Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama
bangunan bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada
bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban
beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan bawah jembatan terdiri
dari:
1) Kepala Jembatan (abutment)
Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini
berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as
jembatan. Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi badan abutment
tersebut. Bentuk alternatif abutment tertera seperti dibawah ini :
56
Tabel 2.1 Jenis-jenis abutment jembatan
Jenis Abutment
Tinggi ( meter )
Pangkal Tembok Penahan kantilever
0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi
3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort
6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ”
0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana
0-20
Pangkal Tanah Bertulang
5-15
Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan
abutment menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya
mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen beton tersebut
diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang
didasarkan kepada tinggi dari abutmen tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
Gambar 2.2 Bentuk abutmen jembatan beton
2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
Tipe dinding
Tipe Peralihan
Tipe Balok KepalaGambar 2.3 Pilar
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban
beban langsung ke atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
- Pondasi telapak (spread footing)
- Pondasi sumuran ( Caisson)
- Pondasi tiang (pile foundation)
Karena dalam perencanaan jembatan ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka penulis hanya mengulas mengenai pondasi tiang pancang.
 Penggolongan pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara
tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang pancanag kayu
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
7sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
2. Tiang pancang beton
- Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
- Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
- Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah
dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah.
3. Tiang pancang baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
8seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
4. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan
satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
b. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan.
2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
- Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
- Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain penggalian dengan tenaga manusia dan penggalian
dengan tenaga mesin.
92.2.2 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan
bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas
struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau
pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur
lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.
1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur
lalu lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di
bawahnya. Lantai ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air
hujan dengan cepat. Untuk keperluan ini maka permukaan jalan diberi
kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan
untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang dan diperkuat
oleh diafragma.
Gambar 2.4 Lantai jembatan
2) Trotoar
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur
lalu lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton
10tumbuk, yang menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus
berfungsi sebagai balok pengeras plat lantai kendaraan.
Gambar 2.5 Trotoar
3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan
yang mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika
beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi
pergeseran antar gelagar induk.
Gambar 2.6 Diafragma
4) Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat lantai kendaraan dalam arah
memanjang.Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan
beban langsung dari pelat lantai kendaraan. Seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
11Gambar 2.7 Gelagar memanjang
5) Perletakan ( Andas)
Perletakan (andas) merupakan tumpuan perletakan atau landasan gelagar pada
Abutment. Landasan ini terdiri dari landasan roll dan landasan sendi.
Landasan sendi dipakai untuk menahan dan menerima beban vertikal maupun
horizontal dari gelagar memanjang, sedangkan landasan roll dipakai untuk
menerima beban vertikal sekaligus beban getaran.
Gambar 2.8 Andas
6) Plat injak
Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi
perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi
keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.
122.3 Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai,
jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1) Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
 Jembatan tetap seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 di bawah ini,
dapat terbuat dari :
a. Jembatan kayu,
b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang balok T,
d. Jembatan pelat beton,
e. Jembatan beton prategang,
f. Jembatan batu,
g. Jembatan komposit
13Gambar 2.9 Jembatan tetap
 Jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.10 di bawah ini, dibagi menjadi :
a. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan baskul
3. Jembatan lipat strauss
b. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang dapat
berpindah sejajar mendatar,
c. Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar,
d. Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan beroda
3. Jembatan goyah
Gambar 2.10 Jembatan yang dapat digerakkan
142) Klasifikasi jembatan menurut fungsinya
Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.11 berikut :
1. Jembatan jalan raya,
2. Jembatan jalan rel,
3. Jembatan untuk talang air/aquaduk, dan
4. Jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)
Gambar 2.11 Jembatan menurut fungsinya
3) Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.12 di bawah ini :
1. Jembatan kayu
2. Jembatan baja
3. Jembatan beton bertulang (konvensional, prategang)
4. Jembatan bambu
155. Jembatan pasangan batu kali/bata
6. Jembatan komposit
Gambar 2.12 Jembatan menurut material yang dipakai
164) Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.13 berikut :
1. Jembatan balok/gelagar
2. Jembatan pelat
3. Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
4. Jembatan rangka
5. Jembatan gantung (suspension bridge)
6. jembatan cable stayed
Gambar 2.13 Jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya
175) Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan,
1. Jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya
hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan
permanen
2. Jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan
menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai
jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas
serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
3. Jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat
permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal
dengan umur rencana 50 tahun)
2.4 Bentuk dan Tipe Jembatan
Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007), jembatan yang berkembang
hingga saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk struktur atas
jembatan, seperti yang diuraikan berikut ini.
2.4.1 Jembatan Lengkung-Batu (stone arch bridge)
Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, ditemukan pada masa
Babylonia. Pada perkembangannya pengaplikasian pembuatan jembatan ini
semakin ditinggalkan dan saat ini hanya berupa sejarah.
Gambar 2.14 Jembatan lengkung dari batu
2.4.2 Jembatan Rangka (truss bridge)
Jembatan rangka dapat terbuat dari kayu atau logam. Jembatan rangka
kayum (wooden truss) termasuk tipe klasik yang sudah banyak tertinggal
mekanika bahannya. Jembatan rangka kayu hanya dibuat untuk mendukung beban
18yang tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan baja,
tipe rangka mulai menguinakan rangka baja dengan berbagai macam bentuk.
Gambar 2.15 Jembatan tipe rangka kayu
2.4.3 Jembatan Gantung (suspension bridge)
Dengan semakin majunya teknologi dan semakin banyak tuntutan
kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe jembatan gantung, yaitu
dengan memanfaatkan kabel-kabel baja. Tipe ini sering digunakan untuk jembatan
bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan gantung adalah dapat
dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar ditengahnya. Jembatan gantung
merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu
antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
Gambar 2.16 Jembatan gantung
2.4.4 Jembatan Beton (concrete bridge)
Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi. Dengan semakin
majunya teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk penampang
beton yang beragam. Dewasa ini jembatan beton tidak hanya berupa beton
bertulang konvensional saja tetapi juga berupa jembatan beton prategang.
19Gambar 2.17 Jembatan Prategang
2.4.5 Jembatan Haubans (cable stayed)
Jembatan tipe ini sangat baik dan menguntungkan bila digunakan untuk
jembatan bentang panjang. Kombinasi pengunaan kabel dan dek beton prategang
merupakan keunggulan dari jembatan tipe ini. Besar bentang maksimum untuk
jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.
Gambar 2.18 Jembatan kabel
2.5 Pembebanan Umum
Berdasarkan, ” Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya” No. 12 /
Tahun 1987 pasal 1.
1) Muatan mati
 Beton bertulang σ = 2,5 t/m³
 Perkerasan Jalan Beraspal σ = 2,2 t/m³
 Air σ = 1,00 t/m³
202) Muatan hidup
Yaitu muatan dari berat kendaraan yang bergerak dan berat pejalan kaki
yang bekerja pada jembatan. Muatan hidup dibagi menjadi :
a) Muatan “ T “
Adalah muatan oleh kendaraan yang mempunyai beban roda ganda
sebesar 10 T, dengan ukuran – ukuran serta kedudukan tergambar.
Keterangan :
a1 = a2 = 30 cm ; Ms = Muatan rencana sumbu = 20 T
b1 = 12,50 cm
b2 = 50,00 cm
Gambar 2.19 Distribusi beban T
Kendaraan truck ”T” ini harus ditempatkan di tengah-tengah lajur lalu
lintas rencana dengan ketentuan Jumlah maksimumnya seperti tercantum
dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Jumlah maksimum lajur lalu-lintas rencana
b) Muatan “ D “
Adalah muatan pada tiap jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan
terbagi rata sebesar q T / m dan muatan garis P = 12 T melintang jalur
tersebut (belum termasuk muatan kejut). Gambar muatan garis dan muatan
2122
terbagi rata pada jalur jalan muatan “ D “ berlaku 100% sebesar 5,5 m.
Jika lebar lebih 5,5 m maka sisanya dihitung 50% dari muatan “ D “
Gambar 2.20 Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan
Besar q ditentukan sebagai berikut:
q = 2,2 t/m’, untuk L < 30 m
q = 22 –
( ) , untuk 30m < L < 60 m
q = 1,1 x (
) t/ , untuk L > 60m
Gambar 2.21 Ketentuan penggunaan beban “D”
c) Muatan pada trotoar, kerb dan sandaran
1. Muatan pada trotoar
Untuk konstruksi
q = 500 kg / m2
Untuk perhitungan gelagar q’ = 60 % q
= 60 % x 500
= 300 kg / m2
2. Muatan Kerb pada tepi lantai jembatan
Pk = 500 kg / m, arah horizontal pada puncak kerb atau 25 cm diatas
muka lantai kendaraan.23
3. Muatan pada sandaran
Ps = 100 kg / m, arah horizontal.
Gambar 2.22 Muatan pada sandaran
d) Muatan kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh – pengaruh getaran dan
pengaru lainnya. Tegangan akibat garis “ P “ harus dikalikan koefisien
kejut .
Rumus :
Keterangan:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang
2.6 Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
2.6.1 Kekuatan Nominal Beton
Menurut aturan “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan”
tahun 2008 halaman 2-3 , kekuatan nominal beton terdidi dari,
1) Kuat tekan
Kuat tekan beton untuk jembatan beton non prategang pada umur 28 hari, fc''
harus ≥20 MPa dan sedangkan untuk beton prategang 30 Mpa.24
2) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, bisa diambil dari ketentuan:
 √ pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau
 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
3) Kuat tarik lentur
Kuat tarik lentur beton, bisa diambil sebesar:
 √ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau
 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
2.6.2 Tegangan Ijin
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 2-4 tegangan ijin beton terbagi atas,
1) Tegangan ijin tekan pada kondisi layan
Tegangan tekan ijin, layan = √ (untuk semua kombinasi beban).
2) Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya
prategang untuk komponen beton prategang
Tegangan tekan ijin penampang beton, = √
Dimana:
adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya prategang
3) Tegangan ijin tarik pada kondisi batas layan
Tegangan tarik ijin penampang beton:
 Beton tanpa tulangan
:√
 Beton prategang penuh
:√
4) Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang untuk komponen
beton prategang
Tegangan tarik yang diijinkan pada saat transfer gaya prategang:
 √ (selain di perletakan)
 √ (di perletakan)25
2.6.3 Perencanaan Balok T
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 4-36 tegangan ijin beton terdiri dari,
Gambar 2.23 Balok T dalam momen positif dan negatif
1) Balok T dan balok T semu
Untuk menentukan balok T semu atau sebenarnya perlu digunakan
pemeriksaan terlebih dahulu tinggi blok tekan beton, a dengan asumsi awal
tinggi blok tekan beton memotong flens.
Setelah a asumsi diperoleh, selanjutnya diperiksa apakah a memotong f lens
atau badan
Penampang balok:
 jika a (asumsi) ≤ , maka dianalisis sebagai balok T semu (balok persegi
seperti gambar 2.13b),
 jika a (asumsi)> , maka dianalisis sebagai balok T sebenarnya seperti
dapat dilihat pada gambar 2.13d
Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :
 = L/4 , dimana L adalah panjang bentang balok tersebut
 = + 16
 = + dimana adalah jarak bersih antara balok dengan balok
sebelahnya26
Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat pada
satu sisi saja) tidak boleh lebih dari :
 = + L/12
=+6
=+
Gambar 2.24 Lebar efektif balok dengan sayap
2) Balok T Tulangan Tunggal
a) Keruntuhan balans (seimbang)
Keruntuhan balans atau seimbang terjadi bila regangan maksimum
pada serat terluar pada daerah tekan beton telah mencapai = 0,003 dan
bersamaan dengan itu tulangan baja mencapai regangan leleh baja =
Keruntuhan balans ini digunakan untuk memeriksa penampang apakah
keruntuhan tarik (under reinforced) atau keruntuhan tekan (over
reinforced). Persamaan untuk keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai
berikut.
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
(
)
Dengan mendistribusikaa nilai maka diperoleh 27
=
(()())
b) Keruntuhan tarik (under reinforced)
Keruntuhan tarik terjadi bila keruntuhan dimulai dengan tulangan
tarik baja mengalami leleh terlebih dahulu. Persamaan untuk
keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai berikut.
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
(
)
Jika a ≥ , maka b alok dianalisis sebagai balok T jika tidak cukup
dianalisis sebagai balok persegi. Perhitungan dilanjutkan dengan
menghitung momen nominal balok T :
Mn = (d- ) + (d- )
c) Keruntuhan tekan (over reinforced)
Keruntuhan tekan terjadi bila keruntuhan dimulai dengan
kehancuran pada daerah tekan beton terlebih dahulu. Hal ini terjadi bila
tulangan tarik baja lebih banyak dari luas tulangan balans, yang
dihitung pada pers atau regangan baja, < . Keruntuhan tekan bersifat
getas sehingga tidak disarankan merencanakan dengan kondisi keruntuhan
tekan. Keseimbangan gopel gaya:
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
Selanjutnya untuk menghitung momen nominal sama seperti menghitung
momen dalam kondisi keruntuhan tarik, yaitu:
Mn = (d- ) + (d- )28
3) Balok T tulangan ganda
Seperti halnya dengan balok T tulangan tunggal ,a nalisis balok T sebenarnya
dilakukan bila tinggi blok tekan beton, a ≥ .
a) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan leleh
Untuk memeriksa apakah tulangan tekan leleh, maka perlu dihitung tinggi
blok tekan beton, dengan asumsi tulangan tekan leleh.
(
)
Bila a ≤ , maka balok dianalisis sebagai balok persegi, namun jika a >
maka balok dianalisis sebagai balok T. Keseimbangan gopel gaya :
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()+
Bila persamaan diselesaikan maka tinggi balok desak beton adalah
()
()
≤(
) d, maka tulangan tarik leleh
≥(
) d’, maka tulangan tarik leleh
Selanjutnya menghitung momen nominal dengan persamaan sebagai berikut.
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)
b) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan tidak leleh
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()+
Regangan baja:
=(
)29
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai blok tekan beton dilakukan dengan
mendistribusikan persamaan di atas.
T=+
= 0,85 + 0,85 ( ) + (
)
0,85 + (0,85 ( ) + ) (
)=0
=√
Dimana:
A = 0,85
B = (0,85 ( ) + )
C=()
Momen nominalnya:
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jembatan
Menurut wikipedia bahasa indonesia jembatan merupakan struktur yang
dibuat untuk menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api
ataupun jalan raya. Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur
transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan). Sedangkan menurut Struyk dan Veen
jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melelui
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain(jalan air
atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984).
Selanjutnya menurut Supriyadi dan Muntohar jembatan adalah suatu
bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah
atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Secara umum
suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam
perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi :
Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
2.1.1 Jembatan Beton Bertulang Balok T
Jembatan beton bertulang balok T merupakan merupakan jembatan yang
konstruksinya terbuat dari material utama bersumber dari beton. Jembatan tipe ini
digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya, tersusun dari slab beton yang
didukung secara integral dengan gelagar. Penggunaan jembatan ini akan lebioh
ekonomis pada bentang 40-80 ft (15-25 m)pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pengerjaan). (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
2.2 Bagian-bagian Struktur Jembatan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip
Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan
jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
31. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
Gambar 2.1 Bagian - bagian jembatan
Keterangan Gambar :
1. Bangunan Atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan atas dan
pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudiandari
pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan di belakang
abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang
hari)
4Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat
dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman.
Kontruksi jembatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu :
1) Bangunan Bawah ( Sub Structure )
 Abutment ( Kepala Jembatan )
 Pondasi
 Pilar
2) Bangunan Atas (Upper Structure)
 Lantai kendaraan.
 Trotoar
 Gelagar diafragma.
 Gelagar induk.
 Perletakan atau andas
 Plat injak
2.2.1 Struktur Bawah
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar Dan Prinsip
Prinsip Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama
bangunan bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada
bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban
beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan bawah jembatan terdiri
dari:
1) Kepala Jembatan (abutment)
Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini
berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan
konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as
jembatan. Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi badan abutment
tersebut. Bentuk alternatif abutment tertera seperti dibawah ini :
56
Tabel 2.1 Jenis-jenis abutment jembatan
Jenis Abutment
Tinggi ( meter )
Pangkal Tembok Penahan kantilever
0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi
3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort
6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ”
0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana
0-20
Pangkal Tanah Bertulang
5-15
Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan
kontrafort dengan bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan
abutment menahan beban, kekuatan bahan abutment dan pelaksanaannya
mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen beton tersebut
diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang
didasarkan kepada tinggi dari abutmen tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
Gambar 2.2 Bentuk abutmen jembatan beton
2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment,
dimana tujuannya untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan
bentang jembatan yang kecil atau tidak terlalu panjang untuk menghindari
adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
Tipe dinding
Tipe Peralihan
Tipe Balok KepalaGambar 2.3 Pilar
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban
beban langsung ke atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
- Pondasi telapak (spread footing)
- Pondasi sumuran ( Caisson)
- Pondasi tiang (pile foundation)
Karena dalam perencanaan jembatan ini menggunakan pondasi tiang pancang
maka penulis hanya mengulas mengenai pondasi tiang pancang.
 Penggolongan pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara
tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu.
a. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik
strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang pancanag kayu
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
7sebagai tiang pancang. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang
pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan
dari bahan dan toleransi yang diijinkan.
2. Tiang pancang beton
- Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting),
kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan.
Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan
yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
- Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai
gaya prategangnya.
- Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah
dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada
waktu penyelidikan tanah.
3. Tiang pancang baja
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja
gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi
dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250. Kebanyakan
tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
8seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
4. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan
satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan
kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara
ini diabaikan.
b. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan.
2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
- Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
- Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain penggalian dengan tenaga manusia dan penggalian
dengan tenaga mesin.
92.2.2 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara
langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan
bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas
struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan
perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk
pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau
pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas
terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur
lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.
1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur
lalu lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di
bawahnya. Lantai ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air
hujan dengan cepat. Untuk keperluan ini maka permukaan jalan diberi
kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan
untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang dan diperkuat
oleh diafragma.
Gambar 2.4 Lantai jembatan
2) Trotoar
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur
lalu lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton
10tumbuk, yang menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus
berfungsi sebagai balok pengeras plat lantai kendaraan.
Gambar 2.5 Trotoar
3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan
yang mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika
beberapa balok gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi
pergeseran antar gelagar induk.
Gambar 2.6 Diafragma
4) Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat lantai kendaraan dalam arah
memanjang.Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan
beban langsung dari pelat lantai kendaraan. Seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
11Gambar 2.7 Gelagar memanjang
5) Perletakan ( Andas)
Perletakan (andas) merupakan tumpuan perletakan atau landasan gelagar pada
Abutment. Landasan ini terdiri dari landasan roll dan landasan sendi.
Landasan sendi dipakai untuk menahan dan menerima beban vertikal maupun
horizontal dari gelagar memanjang, sedangkan landasan roll dipakai untuk
menerima beban vertikal sekaligus beban getaran.
Gambar 2.8 Andas
6) Plat injak
Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi
perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi
keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.
122.3 Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi
bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai,
jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1) Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
 Jembatan tetap seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 di bawah ini,
dapat terbuat dari :
a. Jembatan kayu,
b. Jembatan baja,
c. Jembatan beton bertulang balok T,
d. Jembatan pelat beton,
e. Jembatan beton prategang,
f. Jembatan batu,
g. Jembatan komposit
13Gambar 2.9 Jembatan tetap
 Jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.10 di bawah ini, dibagi menjadi :
a. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan baskul
3. Jembatan lipat strauss
b. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang dapat
berpindah sejajar mendatar,
c. Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar,
d. Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar :
1. Jembatan angkat
2. Jembatan beroda
3. Jembatan goyah
Gambar 2.10 Jembatan yang dapat digerakkan
142) Klasifikasi jembatan menurut fungsinya
Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.11 berikut :
1. Jembatan jalan raya,
2. Jembatan jalan rel,
3. Jembatan untuk talang air/aquaduk, dan
4. Jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)
Gambar 2.11 Jembatan menurut fungsinya
3) Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.12 di bawah ini :
1. Jembatan kayu
2. Jembatan baja
3. Jembatan beton bertulang (konvensional, prategang)
4. Jembatan bambu
155. Jembatan pasangan batu kali/bata
6. Jembatan komposit
Gambar 2.12 Jembatan menurut material yang dipakai
164) Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.13 berikut :
1. Jembatan balok/gelagar
2. Jembatan pelat
3. Jembatan pelengkung/busur (arch bridge)
4. Jembatan rangka
5. Jembatan gantung (suspension bridge)
6. jembatan cable stayed
Gambar 2.13 Jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya
175) Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan,
1. Jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya
hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan
permanen
2. Jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan
menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai
jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas
serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
3. Jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat
permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal
dengan umur rencana 50 tahun)
2.4 Bentuk dan Tipe Jembatan
Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007), jembatan yang berkembang
hingga saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk struktur atas
jembatan, seperti yang diuraikan berikut ini.
2.4.1 Jembatan Lengkung-Batu (stone arch bridge)
Jembatan pelengkung (busur) dari bahan batu, ditemukan pada masa
Babylonia. Pada perkembangannya pengaplikasian pembuatan jembatan ini
semakin ditinggalkan dan saat ini hanya berupa sejarah.
Gambar 2.14 Jembatan lengkung dari batu
2.4.2 Jembatan Rangka (truss bridge)
Jembatan rangka dapat terbuat dari kayu atau logam. Jembatan rangka
kayum (wooden truss) termasuk tipe klasik yang sudah banyak tertinggal
mekanika bahannya. Jembatan rangka kayu hanya dibuat untuk mendukung beban
18yang tidak terlalu besar. Pada perkembangannya setelah ditemukan bahan baja,
tipe rangka mulai menguinakan rangka baja dengan berbagai macam bentuk.
Gambar 2.15 Jembatan tipe rangka kayu
2.4.3 Jembatan Gantung (suspension bridge)
Dengan semakin majunya teknologi dan semakin banyak tuntutan
kebutuhan transportasi, manusia mengembangkan tipe jembatan gantung, yaitu
dengan memanfaatkan kabel-kabel baja. Tipe ini sering digunakan untuk jembatan
bentang panjang. Pertimbangan pemakaian tipe jembatan gantung adalah dapat
dibuat untuk bentang panjang tanpa pilar ditengahnya. Jembatan gantung
merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu
antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
Gambar 2.16 Jembatan gantung
2.4.4 Jembatan Beton (concrete bridge)
Beton telah banyak dikenal dalam dunia konstruksi. Dengan semakin
majunya teknologi beton dimungkinkan untuk memperoleh bentuk penampang
beton yang beragam. Dewasa ini jembatan beton tidak hanya berupa beton
bertulang konvensional saja tetapi juga berupa jembatan beton prategang.
19Gambar 2.17 Jembatan Prategang
2.4.5 Jembatan Haubans (cable stayed)
Jembatan tipe ini sangat baik dan menguntungkan bila digunakan untuk
jembatan bentang panjang. Kombinasi pengunaan kabel dan dek beton prategang
merupakan keunggulan dari jembatan tipe ini. Besar bentang maksimum untuk
jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.
Gambar 2.18 Jembatan kabel
2.5 Pembebanan Umum
Berdasarkan, ” Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya” No. 12 /
Tahun 1987 pasal 1.
1) Muatan mati
 Beton bertulang σ = 2,5 t/m³
 Perkerasan Jalan Beraspal σ = 2,2 t/m³
 Air σ = 1,00 t/m³
202) Muatan hidup
Yaitu muatan dari berat kendaraan yang bergerak dan berat pejalan kaki
yang bekerja pada jembatan. Muatan hidup dibagi menjadi :
a) Muatan “ T “
Adalah muatan oleh kendaraan yang mempunyai beban roda ganda
sebesar 10 T, dengan ukuran – ukuran serta kedudukan tergambar.
Keterangan :
a1 = a2 = 30 cm ; Ms = Muatan rencana sumbu = 20 T
b1 = 12,50 cm
b2 = 50,00 cm
Gambar 2.19 Distribusi beban T
Kendaraan truck ”T” ini harus ditempatkan di tengah-tengah lajur lalu
lintas rencana dengan ketentuan Jumlah maksimumnya seperti tercantum
dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Jumlah maksimum lajur lalu-lintas rencana
b) Muatan “ D “
Adalah muatan pada tiap jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan
terbagi rata sebesar q T / m dan muatan garis P = 12 T melintang jalur
tersebut (belum termasuk muatan kejut). Gambar muatan garis dan muatan
2122
terbagi rata pada jalur jalan muatan “ D “ berlaku 100% sebesar 5,5 m.
Jika lebar lebih 5,5 m maka sisanya dihitung 50% dari muatan “ D “
Gambar 2.20 Distribusi beban “D” yang bekerja pada jembatan
Besar q ditentukan sebagai berikut:
q = 2,2 t/m’, untuk L < 30 m
q = 22 –
( ) , untuk 30m < L < 60 m
q = 1,1 x (
) t/ , untuk L > 60m
Gambar 2.21 Ketentuan penggunaan beban “D”
c) Muatan pada trotoar, kerb dan sandaran
1. Muatan pada trotoar
Untuk konstruksi
q = 500 kg / m2
Untuk perhitungan gelagar q’ = 60 % q
= 60 % x 500
= 300 kg / m2
2. Muatan Kerb pada tepi lantai jembatan
Pk = 500 kg / m, arah horizontal pada puncak kerb atau 25 cm diatas
muka lantai kendaraan.23
3. Muatan pada sandaran
Ps = 100 kg / m, arah horizontal.
Gambar 2.22 Muatan pada sandaran
d) Muatan kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh – pengaruh getaran dan
pengaru lainnya. Tegangan akibat garis “ P “ harus dikalikan koefisien
kejut .
Rumus :
Keterangan:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang
2.6 Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.
2.6.1 Kekuatan Nominal Beton
Menurut aturan “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan”
tahun 2008 halaman 2-3 , kekuatan nominal beton terdidi dari,
1) Kuat tekan
Kuat tekan beton untuk jembatan beton non prategang pada umur 28 hari, fc''
harus ≥20 MPa dan sedangkan untuk beton prategang 30 Mpa.24
2) Kuat tarik
Kuat tarik langsung dari beton, bisa diambil dari ketentuan:
 √ pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau
 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
3) Kuat tarik lentur
Kuat tarik lentur beton, bisa diambil sebesar:
 √ MPa pada umur 28 hari, dengan perawatan standar atau
 Dihitung secara probabilitas statistik dari hasil pengujian
2.6.2 Tegangan Ijin
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 2-4 tegangan ijin beton terbagi atas,
1) Tegangan ijin tekan pada kondisi layan
Tegangan tekan ijin, layan = √ (untuk semua kombinasi beban).
2) Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya
prategang untuk komponen beton prategang
Tegangan tekan ijin penampang beton, = √
Dimana:
adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya prategang
3) Tegangan ijin tarik pada kondisi batas layan
Tegangan tarik ijin penampang beton:
 Beton tanpa tulangan
:√
 Beton prategang penuh
:√
4) Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya prategang untuk komponen
beton prategang
Tegangan tarik yang diijinkan pada saat transfer gaya prategang:
 √ (selain di perletakan)
 √ (di perletakan)25
2.6.3 Perencanaan Balok T
Menurut “Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan” tahun
2008 halaman 4-36 tegangan ijin beton terdiri dari,
Gambar 2.23 Balok T dalam momen positif dan negatif
1) Balok T dan balok T semu
Untuk menentukan balok T semu atau sebenarnya perlu digunakan
pemeriksaan terlebih dahulu tinggi blok tekan beton, a dengan asumsi awal
tinggi blok tekan beton memotong flens.
Setelah a asumsi diperoleh, selanjutnya diperiksa apakah a memotong f lens
atau badan
Penampang balok:
 jika a (asumsi) ≤ , maka dianalisis sebagai balok T semu (balok persegi
seperti gambar 2.13b),
 jika a (asumsi)> , maka dianalisis sebagai balok T sebenarnya seperti
dapat dilihat pada gambar 2.13d
Lebar efektif sayap balok T berdasarkan SNI adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :
 = L/4 , dimana L adalah panjang bentang balok tersebut
 = + 16
 = + dimana adalah jarak bersih antara balok dengan balok
sebelahnya26
Sedangkan lebar efektif balok L (balok yang hanya mempunyai pelat pada
satu sisi saja) tidak boleh lebih dari :
 = + L/12
=+6
=+
Gambar 2.24 Lebar efektif balok dengan sayap
2) Balok T Tulangan Tunggal
a) Keruntuhan balans (seimbang)
Keruntuhan balans atau seimbang terjadi bila regangan maksimum
pada serat terluar pada daerah tekan beton telah mencapai = 0,003 dan
bersamaan dengan itu tulangan baja mencapai regangan leleh baja =
Keruntuhan balans ini digunakan untuk memeriksa penampang apakah
keruntuhan tarik (under reinforced) atau keruntuhan tekan (over
reinforced). Persamaan untuk keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai
berikut.
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
(
)
Dengan mendistribusikaa nilai maka diperoleh 27
=
(()())
b) Keruntuhan tarik (under reinforced)
Keruntuhan tarik terjadi bila keruntuhan dimulai dengan tulangan
tarik baja mengalami leleh terlebih dahulu. Persamaan untuk
keseimbangan gopel gayanya adalah sebagai berikut.
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
(
)
Jika a ≥ , maka b alok dianalisis sebagai balok T jika tidak cukup
dianalisis sebagai balok persegi. Perhitungan dilanjutkan dengan
menghitung momen nominal balok T :
Mn = (d- ) + (d- )
c) Keruntuhan tekan (over reinforced)
Keruntuhan tekan terjadi bila keruntuhan dimulai dengan
kehancuran pada daerah tekan beton terlebih dahulu. Hal ini terjadi bila
tulangan tarik baja lebih banyak dari luas tulangan balans, yang
dihitung pada pers atau regangan baja, < . Keruntuhan tekan bersifat
getas sehingga tidak disarankan merencanakan dengan kondisi keruntuhan
tekan. Keseimbangan gopel gaya:
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()
Selanjutnya untuk menghitung momen nominal sama seperti menghitung
momen dalam kondisi keruntuhan tarik, yaitu:
Mn = (d- ) + (d- )28
3) Balok T tulangan ganda
Seperti halnya dengan balok T tulangan tunggal ,a nalisis balok T sebenarnya
dilakukan bila tinggi blok tekan beton, a ≥ .
a) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan leleh
Untuk memeriksa apakah tulangan tekan leleh, maka perlu dihitung tinggi
blok tekan beton, dengan asumsi tulangan tekan leleh.
(
)
Bila a ≤ , maka balok dianalisis sebagai balok persegi, namun jika a >
maka balok dianalisis sebagai balok T. Keseimbangan gopel gaya :
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()+
Bila persamaan diselesaikan maka tinggi balok desak beton adalah
()
()
≤(
) d, maka tulangan tarik leleh
≥(
) d’, maka tulangan tarik leleh
Selanjutnya menghitung momen nominal dengan persamaan sebagai berikut.
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)
b) Keruntuhan tarik dengan tulangan tekan tidak leleh
T=C
Dimana:
T=
C=+=+()+
Regangan baja:
=(
)29
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai blok tekan beton dilakukan dengan
mendistribusikan persamaan di atas.
T=+
= 0,85 + 0,85 ( ) + (
)
0,85 + (0,85 ( ) + ) (
)=0
=√
Dimana:
A = 0,85
B = (0,85 ( ) + )
C=()
Momen nominalnya:
Mn = (d- ) + (d- ) + (d-d’)

BAB III
METODE PENELITIAN
Rumusan Masalah
Gambar Rencana
Kontrol Desain
Perencanaan Struktur Bawah
 Abutment
 Fondasi
Perencanaan Struktur Atas
 Trotoar
 Plat lantai jembatan
 Gelagar memanjang
 Diafragma
 Plat injak
Finish

Anda mungkin juga menyukai