Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga laporan tugas inventarisasi dan investigasi beberapa jenis dan type jembatan ini dapat terselesaikan. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penyusun harapkan guna kesempurnaan dari laporan ini. Akhir kata terimakasih yang sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,khususnya kepada: 1.Bapak I Wayan Suteja,ST.,MT selaku dosen pengampu mata kuliah perancangan jembatan. 2.Teman-teman kelompok yang mendapatkan tugas Jembatan Baja yang telah banyak saling membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Harapan penyusun semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Mataram, Maret 2010

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

Dewasa ini teknik jembatan merupakan salah satu ilmu yang telah diakui, dapat dibuktikan dengan fungsi jembatan yang tidak hanya didasarkan pada fungsi sruktural dan pemenuhan transportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik. Dengan kata lain jembatan yang panjang dan rumit dalam pembuatannya sering dianggap sebagai monumen yang memiliki nilai seni yang tinggi oleh banyak kalangan. Sebagai calon sarjana teknik sipil ilmu perencanaan dan perancangan jembatan sangat penting bagi kami, terutama dikarenakan jembatan merupakan bangunan yang penting dalam mendukung suatu system transportasi darat. Seperti yang kita ketahui jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan, yang keberadaannya diperlukan untuk menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh berbagai kondisi, misalnya sungai, lembah, dan lain-lain. Maka memandang bahasan diatas kami merasakan perkuliahan terutama tugas inventarisasi dan investigasi jembatan ini penting dan bermanfaat bagi kami. Dalam pengerjaan tugas ini kami mendapatkan berbagai pengalaman dan wawasan tentang konstruksi dan struktur jembatan maupun tipe tipe yang ada. Yang secara tidak kami sadari sering menggunakannya namun sering terabaikan oleh pengamatan kami. Secara umum manfaat yang dapat kami peroleh dari pelaksanaan tugas ini adalah sbb: Kami dapat mengenali bentuk bagian bagian jembatan baik bagian pondasi, bagian abutment, head abutment, bangunan atas, bangunan pelengkap, bagian khusus, dan bangunan pelengkap lainnya yang actual di lapangan. Kami dapat mengenali komponen-komponen structural dari jembatan yang ada. Kami dapat melihat secara langsung kerusakan kerusakan apa saja yang terjadi pada jembatan dan mengenali penyebab penyebab kerusakan tersebut. Kami dapat melakukan analisa-analisa kecil dari bagian jembatan yang ada seperti kekokohan pipa sandaran maupun efektifitas dimensi saluran drainase dari hasil pengamatan dan analisis perhitungan. Wawasan kami akan perencanaan dan perancangan mulai berkembang seiring membaca literature-literature terkait yang kami gunakan saat mengerjakan laporan ini.

BAB II DASAR DASAR PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN


1.1 Pendahuluan Jalan dan jembatan merupakan prasarana untuk pergarakan barang dan jasa yang secara langsung akan menentukan efisiensi produksinya. Disamping itu, jalan dan jembatan mempunyai arti yang cukup penting dalam hal menunjang pembangunan di berbagai sektor, terutama pada sector perhubungan darat, baik yang menyangkut sektor perekonomian secara nasional, regional maupun local. Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan, yang keberadaannya diperlukan untuk menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh berbagai kondisi, misalnya sungai, lembah, dan lain-lain. Secara singkat fungsi utama dari jembatan adalah: Untuk mengantarkan/membawa/meneruskan kendaraan menyeberangi sungai, lembah atau lalu-lintasnya Merupakan prasarana pergerakan barang dan jasa atau lalu-lintas

Jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain yang akan diuraikan berikut ini. 1.2. Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan) a. Jembatan tetap, dapat dibagi menjadi : 1. Jembatan kayu 2. Jembatan baja 3. Jembatan beton bertulang balok-T 4. Jembatan pelat beton 5. Jembatan komposit 6. Jembatan beton prategang 7. Jembatan batu b. Jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja), dibagi menjadi : 1. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar 2. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar yang dapat berpindah sejajar-mendatar. 3. jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak, atau jembatan putar. 4. jembatan yang dapat bergeser kearah tegak lurus atau mendatar. a) Jembatan angkat

b) Jembatan beroda c) Jembatan goyah 1.3 Klasifikasi jembatan menurut fungsinya a. b. c. d. 1.4 Jembatan jalan raya Jembatan rel Jembatan untuk talang air/aquaduk Jembatan untuk menyeberangkan pipa-pipa (minyak, air, dan gas)

Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai a. b. c. d. e. f. Jembatan kayu Jembatan baja Jembatan beton bertulang Jembatan bambu Jembatan komposit Jembatan batu kali

1.5

Klasifikasi jembatan menurut lantai kendaraan a. b. c. d. Jembatan lantai atas Jembatan lantai bawah Jembatan lantai ganda Jembatan lantai tengah

1.6

Klsifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya a. b. c. d. e. f. Jembatan balok/gelagar Jembatan pelat Jembatan pelengkung/busur Jembatan rangka Jembatan gantung Jembatan cable stayed

Bagian-bagian struktur jembatan Secara umum, struktur jembatan dapat dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu : a. Struktur bawah Struktur bawah sebuah jembatan adalah merupakan suatu pengelompokan bagianbagian jembatan yang menyangga jenis-jenis beban yang sama dan memberikan jenis reaksi yang sama atau juga disebut struktur langsung berdiri di atas dasar tetap/tanah.

Struktur bawah terdiri atas fondasi dan bangunan bawah (seperti abutment, pilar, pondasi, perletakan). b. Struktur atas Struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan bebanbeban lantai ke perletakan. Sedangkan lantai jembatan adalah bagian jembatan yang langsung menerima beban lalu-lintas kendaraan dan pejalan kaki. Struktur atas jembatan terdiri atas : 1. Gelagar-gelagar induk, terbentang dari titik tumpu ke titik tumpu yang lain. 2. Struktur tumpuan atau perletakan, merupakan bagian-bagian jembatan yang menampung pergerakan berbeda antara bangunan atas dan bangunan bawah, yang terletak di atas pangkal jembatan. 3. Strutur lantai jembatan /kendaraan. 4. Pertambatan arah melintang dan memanjang. c. Jalan pendekat Merupakan jalan yang menghubungkan ruas jalan dengan struktur jembatan, atau jalan yang akan masuk ke jembatan. d. Bangunan pengaman Merupakan bangunan yang diperlukan untuk mengamankan jembatan terhadap lalulintas darat, lalu-lintas air, penggerusan dan lain-lain. 2. Perencanaan geometric jembatan 1) Alinyemen Garis sumbu jembatan dan jalan harus disatukan atau diintegrasikan dengan baik. Bilamana memungkinkan alinyemen horizontal jembatan harus mengikuti jalan, tetapi harus pada alinyemen lurus dan tegak lurus pada arah arus, kecuali apabila hasil penyatuan ini menimbulkan jalan pendekat yang berbahaya ke jembatan. Kemiringan memanjang lantai jembatn harus pada suatu kemiringan antara 0,5 % sampai 1% dan dilengkapi dengan kemiringan melintang 2% ke masing-masing sisi. Jembatan tidak boleh diletakkan di dasar suatu lengkung cekung atau dipuncak suatu lengkung cembung. 2) Penentuan bentang jembatan Berdasarkan penilaian umum kondisi lapangan :

Dibuat lebih panjang dari lintasan air sehingga air dapat dilewatkan dan tidak menimbulkan genangan. Jembatan dibuat dengan panjang sehingga terjadi ruang bebas dibawah jembatan sesuai dengan yang disyaratkan. Tinggi dan lintasan air dapat ditentukan dengan membandingkan dengan jembatan terdekat yang ada, dan bertanya kepada penduduk setempat dengan data sementara tersebut dapat diperkirakan tinggi jembatan sehingga panjang jembatan dapat ditentukan. Berdasarkan hasil analisis hidrologi : Perhitungan debit (Q=A.V) diman V dapat dihitung dengan rumus manning Perhitungan gerusan berdasarkan kecepatan aliran dengan Q sama, makin kecil A, makin besar V, sehingga gerusan semakin besar (tergantung juga bahan dasar sungai) Ukuran batu yang dapat dipindahkan D =V2/25,9 Kecepatan aliran pada tepi sungai dan dasar sungai = 2/3 V permukaan basgian tengah sungai. 3) Penetuan ruang bebas aliran Tinggi ruang bebas aliran muka air banjir dengan kala ulang 50 tahun sampai denganbawah gelagar jenbatan adalah : a. Sungai untuk lalu lintas perahu 1,0 m b. Sungai yang membawa kayu/balok 0,7 m c. Sungai hanya membawa benda-benda kecil 0,5 m

3.1

JEMBATAN GANTUNG SECARA UMUM Menurut definisi jembatan secara umum adalah suatu sturktur yang memungkinkan route transportasi melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kreta api dan lain-lain. Klasifikasi menurut bentuk secara umum dapat dibedakan menjadi : 1. jembatan gelagar 2. jembatan pelengkung 3. jembatan rangka 4. jembatan portal 5. jembatan gantung

secara umum jembatan gantung mempunyai dua buah bentang yaitu: a. bentang utama b. bentang luar, yang berfungsi untuk mengikat atau mengangkerkan kabel utama pada blok angker. Walaupun pada kondisi tertentu terdapat keadaan diman kabel utama dapat langsung diangkerkan pada ujung jembatan dan tidak mungkinkan adanya bentang luar, bahkan kadang kala tidak membutuhkan dibangunya pilar. Berkaitan dengan bentang luar ( side span ) terdapat bentuk struktur jembatan gantung sebagai berikut : 1. Bentuk bentang luar bebas ( side span free ) Pada bentang luar, kabel uatma tidak menahan atau dihubungkan dengan lantai jembatan oleh hanger, jadi tidak terdapat hanger pada bentang luar. Disebut juga dengan tipe straingt backstays atau kabel uatama pada bentang luar berbentuk lurus. 2. Bentuk bentang liuar digantung ( side span suspended ) Pada bentuk ini kabel utama pada bentang luar menahan struktur lantai jembatann dengan dihubungkan oleh hanger Menurut Steinman ( 1953 ), membedakan jembatan gantung menjadi 2 jenis, yaitu ; 1. Jembatan Gantung Tanpa Pengaku. Jembatan gantung tanpa pengaku adalah tipe jembatan gantung dimana seluruh beban sendiri dan lalu linntas didukung penuh oleh kaki. Hal ini dikarenakan tidak terdapat elemen struktur kaku pada jembatan. Dalam hal ini bagian lurus yang berfungsi mendukung lantai lalu lintas beberapa strukur sederhana, yaitu berupa blok kayu yang biasa atau bahkan mungkin terbuat dari bamboo. Dalam perhitungan struktur secara keseluruhan, struktur pendukung lantai lalu lintas ini

kekakuannya dapat diabaikan, sehingga seluruh beban mati dan beban lalu lintas akan didukung secara penuh oleh kabel baja melalu hanger. 2. Jembatan Gantung Dengan Pengaku. Jembatan dengan pengaku adalah tipe jembatan gantung dimana pada salah satu bagian strukturnya mempunyai bagian yang lurus yang berfungsi untuk mendukung lantai lalu lintas ( dek ). Dek pada jembatan gantung jenis ini biasanya struktur rangka yang mempunyai kekakuan tertentu. Dalam perhitungan struktur secara keseluruhan, beban dari lantai jembatan didukung secara bersama sama oleh kabel dan gelagar pengaku berdasarkan prinsip kompatibilitas lendutan ( kerjasama antara kabel dan dek dalam medukung lendutan). Jembatan gantung dengan pengaku mempunyai dua dasar bentuk umum, yaitu ; a. Tipe Rangka Batang Kaku ( STIFFENING TRUSS ) Pada tipe ini jembatan mempunyai bagian yang kaku yaitu pada bagian lurus pendukung lantai jembatan yang dengan hanger dihubungakan pada kabel utama. b. Tipe Rantai Kaku ( BRACED CHAIN ) Pada tipe ini bagian yang kaku adalah bagian yang berfungsi sebagai kabel utama.

3.2

PERENCANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN GANTUNG DAN KOMPONEN - KOMPONEN PENYUSUNNYA Perencanaan Konstruksi Jembatan Gantung Dalam merencanakan suatu konstruksi jembatan gantung, perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut :

Meliputi pelaksanaan bangunan atas. Bangunan bawah Pondasi jembatan Oprit Bangunan pengaman jembatan Landasan

Komponen komponen Penyusun Jembatan Gantung A. Bangunan atas jembatan Bangunan atas jembatan adalah suatu konstruksi yang berada pada bagian atas suatu jembatan, yang berfungsi menampung beban beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dan lainnya dan kemudian menyalurkannya kepada bangunan bawahnya. Adapun bangunan atas pada konstruksi jembatan gantung adalah ; o Kabel gulung utama Kabel merupakan bahan atau material utama dalam struktur jembatan gantung, karena kabel mempunyai sifat fleksibel dan mempunyai penampang yang seragam pada seluruh batang, sehingga cenderung berubah bentuk drastic apabila pembebanan berubah. Dan dalam penggunaannya kabel berfungsi sebagai batang tarik. o Back stay Adalah konstuksi kabel yang rnenghubungkan tiang jembatan dengan blok angker, vang bertujuan memperkuat konstuksi jembatan sehingga kontruksi tersebut tidak roboh. o Tiang jembaian Tiang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan berfungsi juga sebagai penggantung kabel gantung utama

o Batang penggantung (hanger ) Batang penggantung terbuat dari kabel baja dan bagian vang lurus berfungsi mendukung lalu lintas. B. Abutment Struktur bangunan pondasi pada umumnva berfungsi untuk

memanfaatkan bangunan diatas tanah ( super struktur ) dan meneruskan gaya-gaya yang bekerja ketanah agar tanah mampu beban yang didukungnya persyaratan yang diperlukan untuk bangunan abutment dapat dibedakan dalam dua hal antara lain: a. Terhadap dasar abutment o Bentuk abutment dan ukurannya harus sesuai dengan daya dukung tanah o Penurunan yang terjadi kecil dan merata

o Bangunan yang di dukungnya tidak tergeser atau terguling

b. Terhadap struktur abutment Struktur bangunan abutment harus kuat, tidak mengalami retak retak atau pecah - pecah akibat beban vang bekerja padanya. C. Bangunan pengaman jembatan Berfungsi sebagai pengamanan terhadap pengaruh sungai yang bersangkutan baik secara langsung maupun tak langsung. Kadang kadang disamping jembatanya harus diamankan, dimana biaya pengamanan sungai lebih mahal dari pengamanan jembatan. Salah satu contohnya adalah pemasangan Bron.jong.

D. Oprit jembatan Oprit jembatan berupa timbunan tanah di belakang abutment. Timbunan dibuat sepadat mungkin. untuk menghindari terjadinya penurunan (settlement ) karena hal ini tidak mengenakkan bagi pengendara. Apabila ada penurunan, terjadi kerusakan pada expansi joint, yaitu bidang pertemuan antara bangunan atas dengan abutment, untuk menghindari hal ini pemadatan harus semaksimal mungkin dan diatasnya dipasang plat injak di belakang abutment.

3.3

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KONTRUKSI JEMBATAN GANTUNG Perbedaan type jembatan, mengakibatkan berbedanya cara pelaksanaan jembatan yang bersangkutan . Berikut ini diberikan beberapa pertimbangan yang timbul dalam memutuskan penggunaan cara pelaksanaan yang dipilih yaitu : Metode pelaksanaan. Peralatan vang tersedia. Material yang akan digunakan. Tenaga kerja yang tersedia. Kondisi lapangan

Dimana poin-poin yang sudah disebutkan seperti diatas sangat penting dan menentukan dalam tahap perencanaan suatu kontruksi jembatan gantung. Ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi pelaksana dalam menetapkan dasar dasar pelaksanaan jembatan gantung untuk lalu lintas pejalan kaki.

Untuk pelaksanaan dilakukan rangkaian kegiatan berikut :


Tetapkan lokasi jembatan dengan mempertimbangkan aspek teknik. Pengukuran dan pembuatan peta lokasi jembatan. Membuat lintasan kabel "Arial Cableway" untuk mengangkut bahanbahan ke

masing masing sisi jembatan.


Pengukuran jembatan meliputi, menara, angker, pondasi, penentuan ketinggian

lantai jembatan, ketinggian blok angker, pondasi menara dan pondasi gelagar pengaku jembatan. Membuat blok angker. pondasi menara dan pondasi gelagar pengaku. Pemasangan dan penyetelan awal kabel utama
Pemasangan lantai jembatan dan sandaran. Penyetelan akhir kabel utama pada blok angker. Pemasangan dan penyetelan kabel angin. Jalan masuk ke jembatan dan tembok pengaman.

Tata cara ini menguraikan pula pelaksanaan pemeliharaan secara rutin dan periodik.

3.4

PEMBEBANAN PADA JEMBATAN GANTUNG Pada umumnya beban rencana jembatan harus sesuai dengan "pedoman perencanaan pembebanan jembatan jalan raya "PPJJR 1987. Untuk pembebanan jembatan gantung yang kami observasi adalah jembatan gantung untuk pejalan kaki. Adapun beban yang bekerja pada konstruksi jembatan dapat disfesifikasi sbb: a. Beban primer Beban primer adalah beban utama jembatan jalan raya di dalam perhitungan tegangan jembatan jalan raya adapun beban primer itu adalah: - Beban mati .yaitu berat seluruh kontruksi yang menumpu pada pondasi.

- Beban bergerak. (beban orang, kendaraan dan lain-lain ) - Tumbukan beban bergerak - Tekanan tanah b. Beban skunder Beban skunder adalah beban sementara yang harus dipertimbangkan didalam perhitungan tegangan jembatan jalan raya. Beban sekunder adalah : - Beban angin - Gaya panas - Tegangan penyusutan dan rangkak - Gaya rem dan traksi - Gaya gempa - Gaya geser tumpuan Biasanya beban sekunder menimbulkan pengaruh tegangan yang kurang daripada beban primer. Walaupun demikian tergantung kepada bentang, bahan cara pelaksanaan, jenis kontruksi dan lokasi jembatan, gaya geser dan gaya gempa menjadi lebih besar dari pada gaya primer. c. Beban khusus Beban khusus adalah beban vang disebabkan oleh keadaan yang tidak biasa dan menimbulkan tegangan dalam kontruksi., umumnya beban khusus akan mempunvai satu atau lebih karakteristik berikut : - Boleh, tidak selalu bekerja pada kontruksi - Boleh, hanya yang menyebabkan tegangan dalam suatu bagian kontruksi. - Boleh, yang menyebabkan tegangan tergantung dilokasi jembatan - Boleh, yang menyebabkan tegangan pada suatu system kontruksi tertentu. Beban khusus yang harus dipertimbangkan adalah : a. Gaya Sentrifugal b. Gaya tumbukan

c.

Gaya dan beban yang terjadi selama pelaksanaan

d. Gaya aliran arus dsan bahan yang mengapung

3.5

TATA CARA PELAKSANAAN JEMBATAN GANTUNG UNTUK PEJALAN KAKI ( NOMOR SNI : 03 3429 - 1994 ) Ruang Lingkup : Meliputi pelaksanaan bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi jembatan gantung untuk lalu lintas pejalan kaki dengan bentang utama maksimum 120 m. Ringkasan : Tata cara ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi pelaksana dalam menetapkan dasar dasar pelaksanaan jembatan gantung untuk lalu lintas pejalan kaki. Untuk pelaksanaan dilakukan rangkaian kegiatan berikut : Tetapkan lokasi jembatan dengan mempertimbangkan aspek teknik. Pengukuran dan pembuatan peta lokasi jembatan. Membuat lintasan kabel "Arial Cableway" untuk mengangkut bahan-bahan ke masing masing sisi jembatan. Pengukuran jembatan meliputi. menara, angker, pondasi, penentuan ketinggian lantai jembatan, ketinggian blok angker, pondasi menara dan pondasi gelagar pengaku jembatan. Membuat blok angker, pondasi menara dan pondasi gelagar pengaku. Pemasangan dan penyetelan awal kabel utama. Pemasangan lantai jembatan dan sandaran. Penyetelan akhir kabel utama pada blok angker. Pemasangan dan penyetelan kabel angin. Jalan masuk ke jembatan dan tembok pengaman.

Tata cara ini menguraikan pula pelaksanaan pemeliharaan secara rutin dan periodik.

BAB III HASIL INVESTIGASI JEMBATAN

1.1 Jembatan Rangka


Untuk observasi jembatan rangka, kami memilih lokasi jembatan rangka Ampenan yang terletak di jalan energy kecamatan Ampenan kota Mataram.

Dari hasil investigasi yang kami lakukan kami memperoleh data data bagian jembatan, yaitu : a. Data umum jembatan - Panjang jembatan 46 m - Lebar jembatan 8 m - Tinggi jembatan dari muka air normal 5,2 m b. Bagian pondasi Pada bagian pondasi jembatan kami tidak menentukan jenis pondasi yang digunakan pada jembatan yang kami amati.

c. Bagian abutmen Dapat dilihat pada gambar abutment yang diamati memilki panjang 9 m dengan lebar 80 cm dan tinggi 170 cm dari permukaan tanah, abutment ini terbentuk dari beton bertulang. d. Bagian head abutmen Head abutment yang diamati di lapangan memiliki panjang 1 m , lebar 1 m dan tinggi 70 cm, bahan penyusunnya adalah beton bertulang.

Tampak samping

Tampak depan

e. Bagian bangunan atas - Trotoar Dari hasil pengamatan didapatkan panjang trotoar 46 m dengan lebar 95 cm dan tinggi trotoar dari lantai kendaraan 25 cm. Trotoar terbentuk dari beton

Detail trotoar

Pipa Sandaran Pipa sandaran yang kami amati memiliki panjang tiap pipa 5 m dengan jarak antar kaitan pipa 3.5 m tinggi pipa dari trotoar 30 cm dan 90 cm, pipa ini terbuat dari baja profil O diameter 7.9 cm dengan tebal 2 mm.

Gambar pipa sandaran

Detail pipa sandaran

Lantai kendaraan Dari survey dan pengukuran pengukuran didapatkan bentuk dan ukuran lantai kendaraan adalah sebagai berikut yang memanjang sepanjang jembatan, yaitu sepanjang 46 m, dengan bagian bawah merupakan plat baja setebal 1 cm yang pada bagian atas merupakan pasangan beton dengan tebal 48 cm.

Gambar plat lantai kendaraan - Expansion Joint Expansion joint yang dimiliki jembatan ini memiliki panjang yang sama dengan lebar jembatan yaitu 8 m dan ujungnya terbuat dari baja profil L dengan dimensi 60 mm x 90 mm x 8 mm, lebar celah bukaannya adalah 3 cm.

Detail Expansion joint

Balok struktur
Dari hasil survey yang dilakukan pada jembatan, balok struktur merupakan profil baja jenis double canal dengan panjang 46 m yaitu sepanjang jembatan dan dengan masing masing lebar dan tinggi yaitu 54 cm dan 40 cm serta tebal plat 1 cm dan dikakukan dengan plat baja di setiap jarak 1,2 m dengan menggunakan sambungan baut dengan jumlah baut 6 buah.

Gambar potongan melintang balok struktur jembatan

Gambar potongan memanjang balok struktur

Diafragma Adalah gelagar gelagar (balok balok) yang terdapat di bawah plat lantai, yang berfungsi menerima beban kendaraan yang disalurkan oleh plat lantai. Pada pengamatan terdapat 2 macam gelagar yaitu gelagar memanjang dan melintang, dari pengukuran didapat dimensi gelagar memanjang dan melintang yaitu:

Gelagar memanjang Merupakan profil baja WF dengan dimensi

Gelagar melintang Merupakan profil baja WF dengan dimensi

Bagian aspal Dari observasi yang dilakukan di lokasi, jenis perkerasan yang digunakan pada jembatan merupakan perkerasan kaku tetapi kami tidak dapat mengetahui ketebalan lapisan aspalnya.

Drainase Dari hasil observasi yang dilakukan didapatkan drainase terbuat dari pipa yang berdiameter 6,5 cm dengan panjang 40 cm yang berada di sepanjang pinggir perkerasan jalan dengan jarak antar drainase 4,5 m. Dengan jumlah lubang sebanyak 16 buah

f. Bagian bangunan pelengkap Elastomer Elastomer merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan jembatan yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara jembatan dengan pondasi utama. Dari pengamatan dilapangan dimensi elastomer adalah 40 cm x 40 cm dengan tebal 3 cm dengan kondisi yang masih baik atau mampu meredam getaran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Oprit Merupakan jalan yang menghubungkan ruas jalan dengan struktur jembatan, atau jalan yang akan masuk ke jembatan. dari hasil pengukuran panjang oprit pada bagian selatan yaitu 57 m. Plat injak Bagian jembatan yang langsung menerima beban lalu-lintas kendaraan dan pejalan kaki, pada hasil observasi panjang dan lebar plat injak sama dengan panjang dan lebar jembatan, yaitu 46 m x 8 m dan tebal 48 cm. Boog
Boog merupakan bangunan pelengkap yang dibangun di kedua sisi ujung jembatan yang berfungsi sebagai pengaman bagi kendaraan yang akan melewati jembatan. Sebenarnya fungsi boog tidaklah terlalu signifikan. Keberadaanya hanya sebagai saran pelengkap saja, namun secara umum tetap ada pada setiap bangunan jembatan jalan raya. Dalam survey yang kita lakuan pada jembatan Ampenan, boog memiliki potongan memanjang 3,7 m,tinggi 91.34 m, dan lebar 0.47 m.

Gambar boog

Pencahayaan Terdapat lampu penerangan pada bagian atas rangka jembatan

1.2 Analisa Perhitungan


ANALISIS SALURAN DRAINASE (Jembatan rangka baja Ampenan) Diketahui : Diameter pipa : 6,5 cm Jumlah drainase : 16 buah Bentang jembatan : 46 m Lebar jembatan :8m Tinggi genangan : 5 cm Perhitungan Luas pipa drainase

= 0,25 d2 = 0,25 x 3,14 x 0,0652 = 3,316 x 10-3 m2 Total luas pipa = luas pipa x jumlah drainase = 3,316 x 10-3 x 16 = 0,053 m2 Menentukan kecepatan aliran pada pipa Kecepatan pipa (v2) = = = 0,9905 m/dtk Luas permukaan jembatan(A2) A2= panjang x lebar jembatan = 46 x 8 = 368 m2 Kecepatan penurunan air(v1) A1 x V1= A2 xV2 V 1= = =1,426 x 10-4 m/dtk

Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan genangan 5 cm = = = 346,59 dtk = 5 menit 46 detik

ANALISIS PIPA SANDARAN (Jembatan rangka baja Ampenan) Pipa sandaran yang diamati menggunakan baja pipa dengan data data sbb: Diameter pipa : 79 mm Tebal pipa : 2 mm Berat pipa : 5.265 kg Momen inersia pipa : 49.395 cm4 Momen tahanan pipa : 15.663 cm3 Tegangan ijin baja : 1400 kg/cm2 Pembebanan Berat sendiri pipa (q) : 5.265 kg/m Beban hidup vertical di tengah bentang (P) : 100 kg Beban hidup horizontal sepanjang bentang : 100 kg/m Mencari Momen

Reaksi perletakan (Rv)

= 1/2 .q.L + 1/2 . P = 1/2 .5,265.3,5 + 1/2 . 100 = 59,214 kg = 1/8 .q.L2 + 1/4 . P.L = 1/8 . 5,265.3,52 + 1/4 . 100.3,5 = 95.562 kg.m

Momen Max (Mv)

Reaksi perletakan (Rv)

Momen Max (Mv)

= 1/2 .q.L = 1/2 .100.3,5 = 175 kg = 1/8 .q.L2 = 1/8 . 100.3,52 = 153,125 kg.m

Mr = Mv 2 +Mh 2 = 95,5622 +153,1252 =180,498 kg.m =18049,8 kg.cm

Kontrol tegangan yang terjadi : M akt = W 18048,9 = 15, 663


= 1152,3 kg/cm 2 < 1400 kg/cm 2

karena akt < ijin , Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur pipa sandaran memenuhi syarat untuk dikategorikan KOKOH.

2. JEMBATAN GANTUNG
Lokasi jembatan gantung yang kami investigasi adalah jembatan gantung Dodokan Gerung yang dibuat pada tahun 1938. a. Data umum jembatan - Panjang jembatan 87,6 m - Lebar jembatan 3,7 m - Tinggi jembatan dari muka air normal 11 m b. Bagian pondasi Pada bagian pondasi jembatan kami tidak menentukan jenis pondasi yang digunakan pada jembatan gantung yang kami amati. c. Bagian abutmen Dari investigasi abutmen jembatan merupakan beton yang diselimuti dengan pasangan batu dengan tinggi abutmen 9m. d. Bagian head abutmen Pada bagian head abutmen, kami tidak dapat mengamati langsung karena kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan. e. Bagian bangunan atas - Pipa sandaran Pipa sandaran menggunakan profil L (siku) dengan dimensi :

Lantai kendaraan Lantai kendaraan berupa plat baja dengan ukuran 1,2m x 2m dan tebal 0,5 cm. pada bagian lantai kendaraan ini kondisinya sudah tidak terawat plat plat sudah berkarat dan sudah banyak yang berlubang. Lantai kendaraan ini tidak menutupi

semua bagian jembatan, hanya pada bagian di tengah saja, sehingga tempat untuk pejalan kaki hanya selebar 1m walaupun lebar jembatan 3,7m. Balok struktur Gelagar memanjang Gelagar memanjang pada jembatan gantung ini menggunakan profil I (WF)dengan ukuran :

Dengan jarak antara gelagar memanjang yaitu 1 m. Kondisi profil baja sudah berkarat hampir secara keseluruhan karena umur jembatan sudah sangat lama yaitu sejak tahun 1938. Gelagar memanjang pinggir Gelagar memanjang pada jembatan gantung ini menggunakan profil C (canal) dengan ukuran :

Gelagar melintang Gelagar melintang pada jembatan gantung ini menggunakan profil I (WF) dengan ukuran sbb :

Dengan jarak antara gelagar memanjang yaitu 3,3 m. Kondisi profil baja sudah berkarat hampir secara keseluruhan karena umur jembatan sudah sangat lama yaitu sejak tahun 1938. f. Bagian bangunan pelengkap Elastomer Bagian elastromer pada jembatan ini susah kami amati, sehingga kami tidak dapat melihat pada bagian elastromernya. Oprit Oprit pada jembatan gantung ini terdiri atas pasangan batu. Boog Terdapat boog sebagai pengaman pada sisi tebing jembatan dengan kondisi yang masih baik. Pencahayaan Jembatan gantung ini tidak mempunyai pencahayaan untuk penerangan pada malam hari, sehingga sangat berbahaya untuk menyebranginya pada saat gelap.

Saluran irigasi Berupa dua buah pipa talang yang masing masing berdiameter 1,5 m yang diperuntukkan untuk saluran irigasi.

BAB IV PENUTUP
1.KESIMPULAN Setelah melakukan inventarisasi dan investigasi pada dua jembatan baja yaitu jembatan rangka baja Ampenan dan jembatan gantung Dodokan Gerung, maka kami dapat mengambil beberapa kesimpulan : Bagian bagian yang terdapat pada kedua jembatan ini lengkap dan sesuai dengan kriteria perancangan yang umum digunakan. Pada jembatan rangka baja Ampenan secara struktur masih lengkap dan berfungsi dengan baik juga mampu memberikan layanan terhadap beban transportasi yang melewatinnya. Dan berdasarkan hasil analisa perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa saluran drainase maupun pipa sandaran yang ada memenuhi dapat dikatakan memenuhi kriteria yang ada. Sedangkan pada jembatan gantung Dodokan Gerung kondisinya sangat memprihatinkan dengan bagian bagian jembatan yang ada sudah tidak mampu melayani kapasitas rencananya, dan bila kita melihat bagian bagian penyusunnya seperti plat lantai jembatan ini yang sudah rapuh dan berkarat, selain itu hampir seluruh konstruksi jembatan ini yang terbuat dari baja sudah mengalami korosi yang cukup parah. Pada pengamatan struktur bagian bawah jembatan baja Ampenan kami mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya dikarenakan kondisi yang tidak mendukung, seperti pada pengamatan tipe pondasi yang tertanam cukup dalam dan tidak memungkinkan untuk melihatnya, maupun dimensi abutment yang menyatu dengan struktur oprit. Jembatan baja Ampenan memiliki tinggi ruang bebas 5,2 m dan dari hasil observasi lapangan dengan metode wawancara penduduk sekitar lokasi pengamatan kami mendapatkan data bahwa banjir terbesar yang pernah terjadi mencapai ketinggian 1,7 m dari muka air normal. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jembatan ini masih layak bila ditinjau dari aspek hidrologi. Pada kedua jembatan yang kami amati sangat minim bangunan pelengkap terutama lampu penerangan.

2. SARAN Atas dasar hasil penelitian dan kesimpulan, maka kami dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut : Perlu dilakukan perawatan yang kontinyu pada kedua jembatan untuk mempertahankan fungsi layannya agar kualitas kedua jembatan ini secara struktur tidak menurun. Khusus untuk jembatan gantung Dodokan perlu diadakan peningkatan kualitas struktur jembatan agar tidak membahayakan pengguna yang melaluinya. Perlu diadakan peninjauan ulang baik pada aspek geologi dan hidrologi pada jembatan gantung Dodokan dikarenakan usianya yang sudah tua, dikhawatirkan baik karakteristik geologi maupun hidrologi existing sudah banyak mengalami perubahan.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat penelitian dan pengembangan prasarana transportasi (1993), Jembatan Gantung Untuk Pejalan Kaki, Bandung. Supriyadi, Bambang & Muntohar, Agus Setyo., 2007, Jembatan. Yogyakarta: Perum FT.UGM.
PPJJR 1987

Anda mungkin juga menyukai