Anda di halaman 1dari 72

PELATIHAN PERENCANAAN JEMBATAN

MODUL - 7
PERANCANGAN ELEMEN
LANDASAN (BEARING) DAN SIAR
MUAI (EXPANSION JOINT)

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI JALAN, PERUMAHAN


DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
BPSDM, KEMENTERIAN PUPR
KOMPETENSI DASAR

Mampu melaksanakan
perencanaan teknik terkait elemen
landasan jembatan dan expansion
joint
INDIKATOR HASIL
BELAJAR

1. Memahami jenis-jenis dan perbedaan


karakteristik utama dari landasan (bearing)
jembatan serta menerapkan proses
perencanaannya
2. Memahami jenis-jenis dan perbedaan
karakteristik utama dari expansion joint
jembatan serta menerapkan proses
perencanaannya
OUTLINE MATERI

1 PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)

2 PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI


(EXPANSION JOINT)
MATERI 01.
PERANCANGAN ELEMEN
LANDASAN (BEARING)
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Pendahuluan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Pendahuluan

Perletakan jembatan merupakan salah satu komponen dalam


struktur jembatan yang berfungsi sebagai media penyalur
beban antara bangunan atas dan bangunan bawah

Dipasang antara badan/gelagar dan pilar/tiang jembatan.

Perletakan dirancang untuk mengakomodasi perputaran dan


dapat memberikan perpindahan tertentu.

Perletakan harus kuat secara mekanis dan memiliki daya


tahan (durability) yang sesuai sehingga dapat mendukung
.
usaha mempertahankan umur jembatan.

Tipe perletakan yang umum digunakan untuk jembatan, diantaranya perletakan sendi, rol, baja, pot
dan ayunan. Setiap jenis perletakan memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam
penggunaannya.Tipe perletakan yang paling banyak digunakan untuk jembatan di Indonesia adalah
tipe perletakan elastomer.
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Rol (Roller Bearing) f Perletakan Geser (Sliding Bearing)


a

ba. Perletakan Ayunan (Rocker Bearing) g Perletakan Pot (Pot Bearing)

c Knuckle Pin Bearing h Perletakan Piringan (Disc Bearing)

d Perletakan Daun (Leaf Bearing) i Perletakan Elastomer (Elastomer Bearing)

Perletakan Bertautan (Link Bearing) j Perletakan Sendi Beton (Concrete Hinges)


e

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Rol
(Roller Bearing)
a. Perletakan rol pada intinya terdiri dari satu atau lebih
silinder diantara baja pararel atas dan bawah,
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 16000 kN
c. Tidak mampu menahan beban arah memanjang jembatan
d. Beban maksimum pada arah melintang jembatan sebesar
400 kN
e. Memungkinkan perpindahan pada arah memanjang
jembatan yang tidak terbatas
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan
± 0.05 rad
g. Lemah terhadap gempa
h. Membutuhkan perawatan secara berkala

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Ayunan
(Rocker Bearing)
a. Perletakan ayunan pada intinya tediri dari baja melengkung yang bertemu dengan baja yang datar,
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 20000 kN
c. Beban maksimum pada arah memanjang jembatan sebesar 1000 kN
d. Beban maksimum pada arah melintang jembatan sebesar 1000 kN
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan ± 0,05 rad
g. Lemah terhadap gempa
h. Membutuhkan perawatan secara berkala
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Knuckle Pin Bearing


a. Perletakan knuckle pin terdiri dari sendi baja yang dikurung
di antara support atas dan bawah,
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 25 kN/mm
c. Beban maksimum pada arah memanjang jembatan sebesar
2,5 kN/mm
d. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban
melintang jembatan
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan
± 0,05 rad
g. Lemah terhadap gempa
h. Membutuhkan perawatan secara berkala

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Daun
(Leaf Bearing)
a. Perletakan daun terdiri dari sendi yang melewati plat baja yang menumpu di atas dan bawah,
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 12 kN/mm
c. Beban maksimum pada arah memanjang jembatan sebesar 12 kN/mm
d. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban pada arah melintang jembatan
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan ± 0,09 rad
g. Cukup tahan terhadap gempa
h. Membutuhkan perawatan secara berkala
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Bertautan
(Link Bearing)
a. Perletakan bertautan terdiri dari plat, batang, I, atau tubular.
b. Bagian yang tersambung di ujungnya dengan sendi,
c. Mengizinkan perputaran dan gerakan pada sumbu vertikal.
d. Gerakannya terbatas yaitu tidak melebihi ±2,9ᵒ
e. Beban horizontal lebih besar 5% dari beban vertikalnya.
f. Membutuhkan perawatan secara berkala

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Geser
(Sliding Bearing)
a. Terdiri dari dua permukaan yang memiliki material yang sama atau berbeda di sisi gesernya,
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 3000 kN
c. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban memanjang jembatan
d. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban melintang jembatan
e. Memungkinkan perpindahan ke segala arah
f. Tidak memungkinkan perputaran
g. Baik untuk menahan gempa
h. Membutuhkan perawatan minimum
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Pot
(Pot Bearing)
a. Terdiri dari piston baja yang didukung oleh lempeng elastomer yang tipis.
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 50000 kN
c. Beban maksimum pada arah Memanjang jembatan sebesar 2500 kN
d. Beban maksimum pada arah melintang jembatan sebesar 2500 kN
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan + 0,01 rad
g. Baik untuk menahan gempa
h. Membutuhkan perawatan minimum
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)
Perletakan Piringan
(Disc Bearing)
a. Berbahan polyether urethane disc yang menyediakan perputaran
antara dua plat baja
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 45000 kN
c. Beban maksimum pada arah memanjang jembatan sebesar 4500 kN
d. Beban maksimum pada arah melintang jembatan sebesar 4500 kN
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan dan
melintang jembatan sebesar + 0,04 rad
g. Baik untuk menahan gempa
h. Membutuhkan perawatan minimum

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman


Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)

Perletakan Elastomer
(Elastomer Bearing)
a. Terdiri dari satu atau lebih lapis elastomer yang ditempel pada plat baja.
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 5000 kN
c. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban memanjang jembatan
d. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban melintang jembatan
e. Memungkinkan perputaran
f. Baik untuk menahan gempa
g. Tanpa perawatan
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Tipe – Tipe Perletakan (Bearing)
Perletakan Sendi Beton
(Concrete Hinges)
a. Terbuat dari beton
b. Beban maksimum pada arah vertikal sebesar 6 kN/mm
c. Beban maksimum pada arah memanjang jembatan sebesar 3 kN/mm
d. Membutuhkan modifikasi untuk dapat menahan beban melintang
jembatan
e. Tidak memungkinkan perpindahan
f. Memungkinkan perputaran pada arah memanjang jembatan sebesar +
0,09 rad
g. Lemah menahan gempa
h. Membutuhkan perawatan berkala

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Pokok Tujuan Beban dan Gerakan
Tabel 7.1 – Kriteria Beban dan Gerakan Rencana

Keadaan Batas Kelayanan Keadaan Batas Ultimate


Beban Gerakan Beban Gerakan
Perletakan Elastomer ✓ ✓

Perletakan pot (tidak ✓ ✓


termasuk setiap
permukaan kontak geser
yang bersamaan)
Permukaan kontak geser ✓ ✓

Jenis Perletakan lain ✓ ✓


(misalnya rol)
Hubungan lantai ✓ ✓

Sumber: Bridge Design Manual 1992 Vol. 1


PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perletakan Elastomer

Perletakan elastomer umumnya terbuat dari karet alam


dan pelat baja yang diikat bersatu selama vulkanisasi,
dan mempunyai selimut sisi elastomer minimum
sebesar 6 mm dan atas dan bawah sebesar 4 mm untuk
melindungi pelat baja. Karet umumnya diisyaratkan
agar mempunyai kekerasan IHRD 53 ± 5.

Sumber: Bridge Design Manual 1992 Vol. 1


PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Jenis Perletakan Elastomer
JENIS KETERANGAN GAMBAR
Bantalan Elastomer • Mudah dipasang.
Polos/ hanya karet • Karena ada kemungkinan terjadi bulging sampai deformasi, bantalan jembatan ini hanya bisa
saja digunakan untuk jembatan bentang pendek.
• Pertimbangan beban kendaraan yang akan lewat di atasnya tidak cukup besar.

Bantalan Elastomer • Terdapat lapisan baja yang akan membantu menerima tekanan dari atas.
Berlapis Baja di • Bagian tengah pada struktur tidak akan mendapatkan tekanan terlalu besar.
atasnya • Saat tekanan dari atas semakin besar, peluang terjadi bulging akan rendah.
• Deformasi pada bagian karet atau elastomernya sangat rendah.

Bantalan Elastomer • menggunakan cukup banyak lempeng baja di dalamnya


Laminasi • Fungsi dari baja yang dimasukkan ke dalamnya adalah mencegah terjadinya bulging dan
deformasi. Jadi, meski terjadi gerakan yang cukup besar di bagian atas, kerusakan tidak akan
terjadi. Bantalan elastomer ini cocok untuk jembatan yang besar dan panjang.

Lead Rubber Bearing • Elastomer di bagian tengah, dua lempeng baja di atas dan bawah serta baja di bagian tengah
yang berfungsi sebagai alat untuk rotasi.
• Saat jembatan mendapatkan tekanan besar, kemungkinan terjadi kerusakan akan kecil.
• Sangat awet dan tidak memerlukan banyak perawatan selama tidak ada tanda kerusakan.
• memiliki kapasitas redaman yang tinggi (high damping capacity) serta kemampuannya untuk
mengembalikan struktur pada posisi semula setelah gempa berakhir
Sumber: https://sigtech.co.id/mengenal-jenis-dan-manfaat-elastomeric-bearing-pad/
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Karakteristik Landasan Elastomer

Membutuhkan
modifikasi untuk
Memungkinkan
dapat menahan gaya
adanya rotasi
memanjang dan
melintang jembatan

Tipikal beban
maksimum pada Tipikal perpindahan
arah vertikal sebesar 50 mm
5000 kN

Terdiri dari dua atau


lebih lapisan KARAKTERISTIK Baik untuk menahan
beban gempa
elastomer dan pelat LANDASAN sebagai peredam
baja yang bekerja
secara komposit ELASTOMER (buffer)

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Karakteristik Landasan Elastomer

Bantalan elastomer yang telah selesai diproduksi harus diuji untuk mengetahui pemenuhan kriteria terhadap spesifikasi
sesuai yang diatur dalam SNI 3967:2008, meliputi pengujian fisik (bahan) dan pengujian mekanik (pembebanan).

Tabel 1 Karakteristik tipikal perletakan elastomer


Tipe Beban Maksimum (kN)1 Pergerakan Perputaran Maksimum Kinerja Keperluan Aplikasi Tipikal2
Perletakan Maksimum1 (rad)1 Seismik Pemeliharaan
Vertikal Memanjang Melintang Memanjan Melintang Memanjang Melintang Plan Lurus Lengkung Baja Beton
g

Elastomer

Polos 1500 -3 -3 12 12 -5 -5 Keci Baik Tidak ada Ya Ya - Ya


l
Berlapis 5000 -3 -3 50 50 -5 -5 Keci Baik Tidak ada Ya Ya Ya Ya
l
1Nilaimaksimum yang diberi tanda berlaku untuk perletakan yang tersedia berdasarkan desain standard dari pembuat.
Akan tidak mungkin bagi suatu perletakan untuk mencapai kapasitas maksimum pada semua model secara simultan.
2Tidak tepat untuk yang bertanda ‘’-’’
3Pengaturan khusus diperlukan untuk mencegah pergerakan melintang dan untuk menerima beban horizontal
5Perputaran maksimum tergantung pada beban vertikal dan dimensi perletakan

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Karakteristik Landasan Elastomer

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer (1/2)

➢ Perancangan bantalan elastomer tipe berlapis membutuhkan


keseimbangan kekakuan untuk menopang beban tekan yang
besar dan untuk mengakomodasi translasi dan rotasi.
➢ keseimbangan dijaga menggunakan elastomer yang relatif lentur
dengan nilai modulus geser (G) antara 0.6 - 1.3 MPa dan faktor
bentuk yang sesuai
➢ Kekerasan nominal karet antara 50 - 60 dalam skala Shore “A”.
➢ Tebal bantalan tergantung pada besarnya pergerakan yang
disyaratkan.
➢ Regangan geser akibat translasi < 0.5 mm/mm untuk mencegah
guling dan kelelahan yang berlebihan.
➢ Ketebalan total elastomer dua kali lebih besar dari translasi
rencana.

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer (2/2)

➢ Untuk memastikan kestabilannya, ketebalan total bantalan karet


< L/3 dan/atau W/3.
➢ Lapisan elastomer yang dimiringkan tidak diperbolehkan.
➢ Semua lapisan internal di dalam bantalan karet harus memiliki
ketebalan yang sama
➢ Tebal lapisan karet penutup < 70% ketebalan lapisan internal
layer.
➢ Perencana harus memutuskan beban apa saja yang harus
diterima oleh bantalan elastomer, salah satunya adalah beban
lateral.
➢ Jika beban lateral pada bantalan elastomer terlalu besar
dibandingkan dengan beban vertikal, sebuah sistem terpisah
dapat digunakan untuk menahan beban lateral, yaitu dengan
memasang baut.
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer

Beban Yang Diterima Oleh Bantalan

• Beban yang diterima oleh bantalan adalah beban hidup ditambah beban mati rencana.
• Perhitungan beban – beban ini di konversi menjadi tegangan rata-rata berdasarkan luas area bantalan yang
menerima beban.

σs = PDL + PLL σs ≤ 7.0MPa


A
σ s ≤ 1.0 GS

σL = PLL
A
Keterangan :
σs adalah tegangan rata-rata akibat beban total (MPa) Keterangan :
σL adalah tegangan rata-rata akibat beban hidup (Mpa) G adalah modulus geser elastomer (Mpa)
PDL adalah beban mati rencana (N) S adalah faktor bentuk
PLL adalah beban hidup rencana (N) σs adalah tegangan rata-rata akibat beban total (Mpa)
A adalah luas keseluruhan (Bondedn surface area) (mm2)
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer
Faktor Bentuk (S)
Kekakuan bantalan karet kondisi terbebani pada permukaan terkekang terhadap
gelincir, tergantung pada faktor bentuk (S) untuk lapisan-lapisan elastomer tanpa
lubang
A
S=
I𝑝 . h𝑟𝑖

Ip = 2(L + W)

A=L.W

Keterangan : Faktor bentuk (S) harus berada dalam batas


S adalah faktor bentuk
A adalah luas keseluruhan (bonded surface area) (mm2) berikut ini :
Ip adalah keliling elastometer, termasuk lubang (bonded surface perimeter) (mm) - Untuk bantalan polos 1<S<4
hri adalah ketebalan efektif karet pada lapisan antara (internal layer) (mm)
l adalah panjang efektif keseluruhan elastomer (mm) - Untuk bantalan tipe berlapis 4 < S < 12
b adalah lebar efektif keseluruhan elastomer (mm)
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer
Pemisahan (separation)
• Pemisahan (separation) antara ujung bantalan dengan struktur yang menumpu harus dicegah pada saat terjadinya rotasi,
karena pemisahan menyebabkan tegangan tarik pada elastomer dan berpotensi menyebabkan sobek (delaminasi).
• Toleransi rotasi untuk pelaksanaan yang diizinkan menurut AASHTO LRFD 4th Edition tahun 2007 sebesar 0.005 radian.

𝐿 θs,x 𝑊 2 θs,x
σs ≥ 0.5 G.S
2
σs ≥ 0.5 G.S
hri 𝑛 hri 𝑛

keterangan :
n adalah jumlah lapisan internal karet
G adalah modulus geser elastomer (MPa)
θs,x adalah maksimum perputaran pada setiap sumbu (rad)
S adalah faktor bentuk
hri adalah ketebalan lapisan internal (mm)
W adalah lebar dari bantalan elastomer (tegak lurus terhadap sumbu memanjang jembatan) (mm).
L adalah panjang dari bantalan elastomer (sejajar dengan sumbu memanjang jembatan) (mm).
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Perancangan Bantalan Elastomer
Tebal Pelat yang Dibutuhkan
Tegangan Tarik akan terjadi pada pelat baja karena menahan pergerakan karet. Tegangan Tarik ini
dapat menentukan tebal pelat yang dibutuhkan, sehingga tebal pelat harus ditentukan berdasarkan :

hs ≥3hrmax σs
fy
Untuk perhitungan ketahanan fatik berdasarkan AASHTO LRFD 4th Ed 2007 pasal 6.6.1.2.5, kebutuhan
pelat ditentukan berdasarkan

hs ≥2hrmax σL
ΔFTH

Keterangan :
hrmax adalah ketebalan maksimum lapisan elastometer pada bantalan elastomer (mm)
hs adalah ketebalan lapisan plat pada elastometer berlapis plat (mm)
fy adalah batas ulur dari pelat baja yang digunakan (Mpa)
FTH adalah batas fatik (constant amplitude fatique threshold) yang digunakan (Mpa)
σs adalah tegangan rata-rata akibat beban total (Mpa)
σL adalah tegangan rata-rata akibat beban hidup (Mpa)
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Proses Perencanaan Bantalan Elastomer

Bagan alir proses perancangan perletakan elastomer

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan
Perancangan Bantalan Elastomer Berlapis Berdasarkan Daya Layan
(METODE – A, AASHTO LRFD BRIDGE DESIGN SPECIFICATION 4th EDITION 2007)
DIKETAHUI

Diketahui ;
Beban Mati (DL) ; 2400 kN
Beban Hidup (LL) ; 1200 kN
Perpindahan Memanjang jembatan ; 100 mm
Rotasi ; 0,015 rad
Lebar Girder ; 750 mm
Data Fisik Elastomer ;
Hardness ; 55 Shore A
Modulus Geser (G) ; 0.70 s.d 0.91 Mpa
Total Beban Kompresi (PT) ; 3600 kN
Batas Tegangan Delaminasi ; 7 MPa
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan Sumber: SE Menteri PUPR Nomor
PERHITUNGAN 10/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Bantalan Elastomer
1. Luas Area Elastomer yang diperlukan
Untuk Perletakan Jembatan
3600(1000)
> 7 = 514285.71 mm2

2. Asumsikan Dimensi – dimensi dalam perletakan elastomer berdasarkan perhitungan


Luas diatas ;
Lebar (W) ; 725 mm (disesuaikan dengan lebar yang tersedia)
Panjang (L) ; 740 mm
Tebal ; 200 mm
Tebal Lapisan (hri) ; 16 mm Tebal lapisan penutup
(hcover ) ; 4 mm
Jumlah Lapisan (n) ; 12 buah
Fy Pelat ; 240 Mpa

3. Hitung Shape Faktor / Faktor Bentuk


S= A Ip .hri

Ip=2(L+W)

725 𝑥 740
S=2 𝑥 15 𝑥 (725+740
=11.44

4 < 11.44 < 12 memenuhi


PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan PERHITUNGAN
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor
4. Cek Tegangan Izin ; 10/SE/M/2015 Pedoman
𝑃𝐷𝐿+𝑃𝐿𝐿 2400.000+1200.000 Perancangan Bantalan Elastomer
σs= 𝐴
= 536500.0
= 6.71 MPa Untuk Perletakan Jembatan

𝑃𝐿𝐿 1.200.000
σs= = = 2.24 Mpa
𝐴 536500.0

Bantalan dengan deformasi geser yang tidak dikekang.


σs ≤ 7.0MPa => 6.71 MPa < 7.0 MPa memenuhi
σs ≤ 1.0 GS => 6.71 MPa < 6.9 MPa memenuhi

Bantalan dengan deformasi geser yang dikekang.


σs ≤ 7.7 Mpa => 6.71 MPa < 7.7 MPa memenuhi
σs ≤ 1.1 GS => 6.71 MPa < 7.55 MPa memenuhi
5. Cek Deformasi Geser;

Total Deformasi geser Rencana ∆s = 100 mm


Deformasi ijin = 2 ∆s = 200 mm
Ketebalan total elastomer = hrt = (jumlah tebal lapisan internal + jumlah tebal cover)
hrt = (16 mm x 12)+(2 x 4 mm) = 200 mm
hrt > 2 ∆s => 200 mm > 200 mm memenuhi
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan Sumber: SE Menteri PUPR Nomor
PERHITUNGAN 10/SE/M/2015 Pedoman
Perancangan Bantalan Elastomer
6. Cek Rotasi ; Untuk Perletakan Jembatan
2
𝐿 2 θ𝑠𝑥 740 0.005+0.005
σs ≥ 0.5 G.S σs ≥ 0.5 x 0.6 x 11.44
ℎ𝑟𝑖 𝑛 16 12

6.71 MPa ≤ 6.12 MPa memenuhi


2
𝑊 2 θ𝑠𝑥 725 0.005+0.005
σs ≥ 0.5 G.S ℎ𝑟𝑖 𝑛
σs ≥ 0.5 x 0.6 x 11.44 16 12

6.71 MPa ≤ 5.87 MPa memenuhi

7. Cek Stabilitas ;
𝐿 740
H≤3= 3
= 246.67 mm > 239 mm memenuhi
𝑊 725
H≤3 = = 241.67 mm > 239 mm memenuhi
3

hcover < 0.7 hri = 0.7 x 16 mm = 11.2 mm > 4 mm memenuhi


PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan

PERHITUNGAN RESUME
8. Menentukan Tebal Pelat ; Sifat fisik :
Kondisi Layan Mutu pelat baja (fy) = 240 MPa
3hrmaxσs)
Mutu Elastomer (G) = 0.6 Mpa
h s≥ fy
Geometri :
3 𝑥 16 𝑥 6.71
hs≥ 240 Dimensi Bantalan L x W x H = 740 mm x 725 m x 239 mm
Tebal Cover Atas = 4 mm
hs ≥ 1.342 mm Tebal Cover Bawah = 4 mm
Tebal Lapisan Internal = 16 mm
Kondisi Fatik Jumlah Lapisan = 12 buah
2ℎ𝑟𝑚𝑎𝑥σL) Tebal pelat baja = 3 mm
hs≥ 𝐹 Jumlah Lapisan pelat = 13 buah
𝑇𝐻

2 𝑥 16 𝑥 2.24
hs≥ 240

hs ≥ 2.309 mm
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan
Tebal pelat baja yang digunakan adalah 3 mm. Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)
Contoh Perhitungan

Gambaran Rancangan
Bantalan Karet

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN LANDASAN (BEARING)

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 10/SE/M/2015 Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
MATERI 02.
PERANCANGAN ELEMEN SIAR
MUAI (EXPANSION JOINT)
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Pendahuluan

❖ Penerapan sambungan siar muai dirancang untuk


menahan pembebanan lalu lintas, gerakan akibat
perubahan temperatur, muai susut, dan faktor
lain yang dapat menimbulkan tegangan yang
tidak diinginkan dalam sambungan struktur lantai
jembatan.

❖ Dengan mengetahui pergerakan yang mungkin


terjadi pada lantai jembatan, perencana dapat
menentukan tipe sambungan siar muai yang
tepat, sehingga fungsi pelayanan yang diberikan
oleh sambungan siar muai dapat lebih bertahan
sesuai umur rencana.
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Klasifikasi sambungan siar muai

Pergerakan menengah :
25 - 80 mm → asphaltic plug,
strip seal

Pergerakan kecil : Pergerakan besar:


≤ 25 mm → seal silikon > 80 mm → modular joint

Total
Pergerakan
Siar Muai
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan
Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Prosedur Perencanaan Sambungan Siar Muai

Bagan alir prosesperencanaansambungan siar muai lantai jembatan


Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Penentuan Lokasi Sambungan Siar Muai

Penentuan
lokasi
Faktor sambungan
korosifitas siar muai

Jenis bangunan
atas dan
Kondisi iklim
material
jembatan

Kelas jalan,
beban dan Bentang
kepadatan lalu jembatan
lintas

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Perhitungan Pergerakan Maksimum
➢ Sambungan siar muai harus mampu mengakomodasi pergerakan akibat panas (thermal).
➢ Setelah survei lapangan didapatkan data temperatur udara yang terjadi secara periodik, ambil temperatur udara
tertinggi (maksimum) dan temperatur udara terendah (minimum) yang kemudian dimasukan kedalam persamaan di
bawah ini.

∆𝑇 = 1/2(𝑇𝑚𝑎𝑥𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 − 𝑇𝑚𝑖𝑛𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)

∆𝐿𝑡𝑒𝑚𝑝 = 𝛼 𝐿 ∆𝑇

Keterangan :
ΔT adalah nilai rata-rata temperature udara tertinggi dan temperature udara terendah, (oC)
Δttemp adalah perubahan panjang yang mungkin terjadi akibat perbedaan temperature, (mm)
Α adalah koefisien muai panas, dimana untuk gelagar beton dengan nilai 10 x 10-6,(/oC), dan untuk
gelagar baja dengan nilai 12 x 10-6,(/oC).
TmaxDesain adalah temperature rata-rata tertinggi, (oC) ditentukan dari survei.
TminDesain adalah temperature rata-rata terendah, , (oC) ditentukan dari survei.
L adalah struktur yang mengalami variasi pergerakan (panjang bentang), (m).
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Perhitungan Pergerakan Maksimum

➢ sambungan siar muai juga harus mampu mengakomodasi pergerakan akibat rangkak (creep) dan
susut beton (shrink)

ΔLsh = ε.sh L
ΔLcr = ε. Cr L

Keterangan :
ΔLsh adalah perubahan panjang yang mungkin terjadi akibat susut, (mm)
ΔLcr adalah perubahan panjang yang mungkin terjadi akibat rangkak, (mm)
ε.sh adalah nilai regangan susut
ε. cr adalah koefisien rangkak
L adalah panjang struktur yang mengalami variasi pergerakan (panjang bentang), (m).

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Perhitungan Pergerakan Maksimum

Pergerakan yang terjadi pada jembatan yang


bersudut (skewed angle), sudut yang perlu
dihitung adalah sudut horizontal yang dibentuk
antara sumbu melintang jembatan terhadap
sambungan siar muai.

Kemiringan disebut skew angle (θ).

Keterangan gambar :
Θ adalah skew angle [sudut kemiringan]
A adalah jarak yang dibuat saat pemasangan lantai (mm)
Mn adalah pergerakkan normal yang akan terjadi = ΔLtemp,sh xcos Θ(mm)
Pergerakan akibat lantai yang membentuk sudut Mp adalah pergerakan parallel yang akan terjadi = ΔLLtemp,sh xsin Θ(mm)
(Mn atau Mp) dihitung pengaruhnya terhadap
perubahan temperatur, rangkak dan susut.

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Perhitungan Pergerakan Maksimum

Perhitungan Pergerakan Total

ΔLsambungan siar muai = (ΔLcr + ΔLsh +ΔLTemp) / 2

Keterangan :
ΔLsambungan siar muai adalah pergerakan total yang harus di akomodasi sambungan siar muai (mm)
ΔLcr adalah pergerakan akibat rangkak, (mm).
ΔLTemp adalah pergerakan akibat temperature, (mm).
ΔLsh adalah pergerakan akibat susut (mm)

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai

JENIS-JENIS JOINT

TERBUKA
• Butt joints
• Joints pelat geser
• Finger joints

TERTUTUP
• Poured seals
• Asphaltic plug joint
• Seal kompresi
• Strip seal
• Joint elastomer lapis baja
• Modular joint elastomer

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai

tipe Butt Joint


• Digunakan untuk pergerakan < 25 mm atau adanya rotasi minor
• Sekadang bagian ujung diberi baja siku untuk menjaga bagian
ujung pelat
• Efektif hanya untuk melewatkan air dan kotoran ke bawah tetapi
dapat merusak landasan dan bangunan bawah

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai

tipe seal silicone

• Untuk pergerakan sampai dengan 25 mm


• Umumnya menempel, melekat dan dicor dengan jenis silicon yang kedap air dengan ditahan bagian
bawahnya dengan tali penahan (backer rod) agar sealant pada waktu dicor tidak tembus ke bawah
• Pekerjaan ini akan baik bila dikerjakan pada suhu tengah untuk rentang temperatur tertentu
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai

tipe asphaltic plug


• Untuk dapat memberikan kekakuan yang diperlukan terhadap lendutan yang mungkin terjadi, pelat baja pada sambungan
siar muai tipe asphaltic plug harus memiliki ketebalan minimum 8 mm.
• Ketentuan bentuk dan bahan yang dapat digunakan untuk tipe sambungan ini terdapat dalam SNI 7396:2008.
• Untuk pergerakan sedang 25 mm – 80 mm
• Dipasang dengan menempatkan aspal modified elasto-plastic dengan tambahan agregat dan menggunakan tali penahan
(backer rod) di bagian bawah joint
• Dapat rusak akibat beban berulang atau perubahan suhu
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai

tipe compression seal


• Untuk pergerakan < 60 mm
• Umumnya menggunakan bahan neoprene atau cellular, yang dipasang dengan menggunakan bahan perekat
• Bahan tersebut dapat mengecil sekitar 40% – 85% terhadap dimensi yang asalnya

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai
tipe strip seal
• Untuk pergerakan sampai 80 mm
• Terdiri atas membrane neoprene yang fleksibel yang dipasang pada kedua sisinya
• Kemungkinan dapat sobek, berlubang atau rusak akibat akumulasi kotoran yang tinggi
• Secara normal mempunyai umur rencana cukup Panjang, dengan ankur yang sangat baik dan kedap air

Tipikal detail sambungan siar muai tipe strip seal


Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai
tipe modular joint
• Untuk pergerakan antara 100 – 600 mm dan dapat lebih lebar lagi sampai 1200 mm dengan desain khusus
• Terdiri atas sealers, balok pemisah dan batang penopang
• Digunakan pada kondisi yang menahan fatik dan bocor antara compression seals dan pendukung baja

Tipikal detail sambungan siar muai tipe modular joint


Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai
tipe Open Finger Plate
• Digunakan untuk pergerakan > 80 mm
• Terdiri atas pelat berjari kantilever yang saling mengunci bebas
• Dipasang drainase pada bagian bawahnya untuk menahan air dan kotoran
• Dapat bengkok atau patah pada saat layan akibat pemasangan yang kurang tepat secara horizontal atau vertikal

Sumber: ridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design


PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai
tipe Pelat Geser
(Sliding Steel Plate)

• Untuk pergerakan antara 25 mm – 80 mm


• Dapat menahan kotoran secara langsung ke bagian bawah
celah
• Tetapi dengan adanya beban lalu lintas yang berulang dapat
terjadi penumpukan kotoran
Sumber: ridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan Siar Muai
Tipe Reinforced
Elastomeric Seals
• Untuk pergerakan antara 50 mm – 150 mm
• Diklasifikasikan sebagai seal atau plank seal (pelat penutup)
• Secara tipikal dilaksanakan dengan menggunakan campuran agregat epoksi untuk mengikat studs ke pelat beton
• Dipasang pada lokasi yang mungkin dapat bocor pada bagian sambungan antara seal dan bagian bawah beton

Sumber: ridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design


PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Pemilihan Tipe Sambungan Siar Muai

Jenis sambungan siar muai Pergerakan total memanjang yang Pergerakan vertikal Jenis pergerakan
diizinkan maksimum yang
Minimum (mm) Maksimum (mm) diizinkan (mm)

Sambungan tertanam 5 20 1,3 Kecil


Asphaltic plug 5 20 3 Kecil
Sambungan tipe seal yang 5 12 3 Kecil
dituang
Compression seal 5 40 3 Menengah
Elastomer yang diperkuat 5 *> 40 3 Menengah
Modular 5 *> 40 3 Menengah
Finger plate 25 *> 40 3 Besar

*Tergantung pada spesifikasi setiap produk sambungan siar muai


Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Perbandingan Tipe sambungan Siar Muai
Tabel 2 Perbandingan tipe sambungan siar muai
Tipe Sambungan siar muai Kelebihan Kekurangan
Sambungan tertanam - -
Asphaltic plug - Ekonomis - Sangat bergantung dari pekerjaan
- Mudah dikerjakan si pemasang (sensitive)
- Cepat dan aman dilalui kendaraan - Kurang baik dalam menahan
gerakan horizontal lateral
Strip seal - Dapat ditingkatkan - Perlu perawatan lebih
kemampuannya dengan - Sangat rentan pada bagian
menambahkan jangkar. sealing (penutup)/sambungan
- Memiliki drainase yang baik karena tidak disambung secara
mekanik
Silicone rubber sealant - Ekonomis - Perlu perawatan lebih
- Mudah dikerjakan - Umur rencananya pendek
- Digunakan di daerah yang beban
lalu lintasnya kecil

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Tipe Sambungan siar muai Kelebihan Kekurangan

Compression seal - Cocok digunakan untuk jembatan - Sambungan ini perlu perawatan lebih
bersudut (skew angle> 30o) - Umur rencananya pendek
- Pengerjaan mudah dan cepat - Digunakan pada yang beban lalu
lintasnya kecil
One finger plate - Memiliki drainase yang baik - Perlu perawatan lebih karena rentan
- Ekonomis terhadap korosi dan vegetasi yang bisa
- Mudah pelaksanaannya tumbuh di sekitarnya
- Dapat menahan beban vertical yang - Cukup bising akibat penggunaan finger
cukup besar plate – kadang finger plate (penutup)
tidak bisa dipasang pas kembali
apabila ada pergerakan bebas.

Modular joint - Tidak terlalu bising karena - Perlu perawatan lebih kaena rentan
menggunakan rail yang diberi anti skid terhadap korosi dan vegetasi yang bisa
- Lebih efektif mengakomodasi gerakan tumbuh di sekitarnya
horizontal karena menggunakan - Proses pengerjaan mahal karena
sliding bearing sebagai pengaku membutuhkan alat berat
- Sistem drainase lebih baik daripada
Open Finger Plate Joint
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Perhitungan

DIKETAHUI

➢ jembatan balok beton bertulang pada ruas jalan dengan lalu lintas rendah dengan panjang 20m;
➢ menggunakan mutu beton K-350 (fc’ 30 MPa);
➢ sambungan siar muai yang tegak lurus arah memanjang jembatan;
➢ asumsi beban maksimum pada sambungan sebesar 112,5 kN sesuai standar pembebanan;
➢ temperatur maksimum di lapangan 40ºC; dan
➢ temperatur minimum 27ºC.

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Perhitungan Perhitungan Pergerakan Maksimum
• perhitungan yang digunakan:

∆Lsambungan siar muai = (∆Lcr +∆Lsh +∆LTemp) / 2

• perubahan panjang akibat rangkak (creep)


Rangkak merupakan regangan jangka panjang yang tergantung pada suatu kondisi tegangan
tetap.
Perhitungan creep (RSNI T-12-2004):
∆Lcr = εcc.t.L
εcc.t = Φcc(t).εe
Koefisien rangkak, Φcc(t), bila tidak dilakukan pengukuran atau pengujian secara khusus, bisa
dihitung dari rumusan
Φcc(t) = (t0.6/(10+t0.6)).Cu
Φcc(t) = (36500.6 / (10 + 36500.6)) * 2.3 Keterangan:
Φcc(t) = 2.295 εe adalah regangan elastis sesaat akibat bekerjanya tegangan tetap.
t adalah umur rencana pembebanan (10 tahun atau 3650 hari).
Cu adalah koefisien rangkak maksimum. Diasumsikan pada suatu
εe = 0.7√fc’ / 4700√fc’ kondisi standar. Untuk fc’ = 30 MPa, nilai Cu= 2.3 (RSNI T-12-
εe = 0.000149 2004).
∆cr = 2.295 * 0.000149 *20000 L adalah Panjang bentang = 20000mm.
∆cr = 6.83mm Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
Koefisien standar rangkak beton

𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑘 20 25 30 35 40-60
Kekuatan karakteristik f ’[Mpa]
c

Koef. Rangkak maksimum Cu 2,8 2,5 2,3 2,15 2,0


PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Perhitungan
Perhitungan Pergerakan Maksimum
• Perubahan panjang akibat shrinkage (susut beton)
Perhitungan shrinkage:

∆Lsh = εcs.t.L
εcs.t= (t/(35+t)).εcs.u
εcs.t= (50 / (35 + 50)) * 0.000163
εcs.t = 9.588* 10-5
∆sh= 9.588 * 10-5 *20000
∆Lsh = 1.917mm

Keterangan:
εcs.t adalah koefisien regangan susut beton pada umur t hari.
t adalah umur beton yang dirawat basah di lokasi pekerjaan, terhitung
sejak 7 hari pengecoran (t = 50 hari).
εcs.u adalah koefisien susut maksimum beton. Diasumsikan pada suatu kondisi
standar, untuk fc’ = 30 MPa, nilai ɛcs.u= 0.000163 (RSNI T-122004).
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)

Koefisien standar susut beton

Kekuatan karakteristik 20 25 30 35 40-60

Koef. Susut maksimum 0,000174 0,000170 0,000163 0,000161 0,000153


PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Perhitungan
Perhitungan Pergerakan Maksimum
• Perubahan panjang akibat perubahan temperatur
∆Ltemp = L.α.∆T
∆T = (Tmax –Tmin) / 2 = 6.5ºC
∆Ltemp = 20000 * 10 * 10-6* 6.5
∆Ltemp = 1,300mm

Keterangan:
Tmax adalah 40ºC
Tmin adalah 27ºC
α adalah koefisien muai panjang beton = 10 * 10-6per ºC (RSNI T-122004).

• Perhitungan celah sambungan siar muai


∆Lsambungan siar muai = (∆Lcr +∆Lsh +∆LTemp) / 2
∆Lsambungan siar muai = (6.830 + 1.917+ 1,300) / 2
∆Lsambungan siar muai = 5,027mm

Sehingga celah yang mungkin terjadi padasambungan siar muai lantai adalah 5,027mm.
Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Perhitungan

Pemilihan Tipe Sambungan Siar Muai

Didapatkan hasil perhitungan celah sambungan siar muai sebesar 5,027 mm,
sehingga dipilih jenis sambungan siar muai yang efisien berdasarkan table 1 adalah:
Sambungan tertanam atau sambungan tipe seal yang dituang.

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Tipikal Kerusakan Pada Sambungan Siar Muai

Sampah dan vegetasi pada sambungan siar muai

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Tipikal Kerusakan Pada Sambungan Siar Muai

Kerusakan berupa gompal pada sambungan siar muai

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Tipikal Kerusakan Pada Sambungan Siar Muai

Kerusakan akibat fatik (kelelahan) pada komponen angkur


baja dari sambungan siar muai

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
PERANCANGAN ELEMEN SIAR MUAI (EXPANSION JOINT)
Contoh Tipikal Kerusakan Pada Sambungan Siar Muai

Kerusakan akibat fatik (kelelahan) pada komponen finger


dari sambungan siar muai

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2015 Pedoman Perencanaan Sambungan Siar Muai Pada Lantai Jembatan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai