Anda di halaman 1dari 277

PENGAWASAN

PELAKSANAAN PEKERJAAN
JEMBATAN
BAGIAN-BAGIAN
JEMBATAN
JEMBATAN

JALAN PENDEKAT BANGUNAN ATAS
EXPANSION JOINT
LANDASAN

PONDASI

KEPALA JEMBATAN
PILAR
PERLENGKAPAN
JEMBATAN
BANGUNAN
PENGAMAN
Lingkup pekerjaan
pelaksanaan jembatan
O Pematokan
O Pekerjaan pondasi
O Pekerjaan beton
O Pemasangan bangunan atas
O Jalan pendekat
O Bangunan pelengkap
Pematokan
1. PEMATOKAN DAN PENGUKURAN
-
Penentuan elemen - elemen struktur
Letak elemen utama (kepala jembatan, pilar dan bangunan atas)
ditentukan secara pasti.
Penempatan dan pematokan letak elemen - elemen utama harus
diperiksa.
Penentuan dan pematokan posisi pondasi merupakan yang paling
kritis.
Tata Cara Pengukuran
PENGUKURAN
Elevasi perletakan dan
jarak antar perletakan
tidak sesuai

Jembatan tidak dapat
dipasang

Untuk menyamakan elevasi
landasan, dilakukan pening-
gian atau pembobokan bagian
atas abutment atau pilar

Apabila jarak antar perletakan
tidak sesuai dilakukan
perbaik-an dimensi abutment
atau pilar, juga mungkin akan
beraikbat pada pondasi
sehingga harus menambah
sumuran atau tiang pancang
PERANCAH BANGUNAN
PONDASI
PONDASI
Dangkal
Dalam
Langsung

sumuran
Tiang pancang
(beton, baja)

Caisson
Uraian
Pondasi
langsung
Sumuran
Tiang Pancang
Baja
Tiang H
Tiang pipa
baja
T.P.Beton
Pracetak
T.P.Beton
Pratekan
Diameter nominal
mm atau cm
- 300 cm *)
100X100 to
400X400
300-600 30-60 cm 40-60 cm
Kedalaman
maksimum (m)
3 8
tidak
dibatasi
tidak
dibatasi
30 60
Kedalaman
Optimum (m)
0,3 - 3 4 - 8 8 - 40 8 - 40 12 - 15 18 - 30
DIMENSI PONDASI -
TIPIKAL
PONDASI LANGSUNG
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

O Termasuk pondasi dangkal
O Dipergunakan bila tanah pondasi :
* Cukup keras dan padat
* Daya dukung izin tanah > 2,0 kg/cm2
* Kedalaman > 3 m dari dasar sungai / tanah dasar
setempat
* Bebas dari pengaruh gerusan vertikal
O Perlu diperhatikan terhadap scouring horizontal
O Bentangan jembatan sedemikian sehingga tidak
mengurangi profil basah sungai
O Perlu diperhatikan pada bagian kepala jembatan,
mungkin perlu diberi pengamanan (proteksi)
PONDASI LANGSUNG
PERSYARATAN :
*Cukup kuat daya dukung ada < daya dukung izin
* Aman terhadap geser n > 1,5
* Aman terhadap guling n > 1,5
* D > kedalaman gerusan maksimum
* h < tinggi kritis timbunan
h tanah timbunan
tanah asli
D
PONDASI SUMURAN
O Termasuk pondasi dalam
O Dipergunakan bila tanah pondasi :
* Cukup keras
* Daya dukung tanah > 3 kg/cm2
* Kedalaman > 4 m dari dasar sungai / tanah
dasar setempat
* Bebas dari pengaruh gerusan vertikal
O Perlu diperhatikan adanya pengaruh scouring
horizontal
O Bentang jembatan ditetapkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengurangi profil basah sungai
O Kemungkinan diperlukan pengamanan (proteksi)
pada bagian kepala jembatan
PONDASI SUMURAN
h
d
D
D
PERSYARATAN:

Cukup kuat -
daya dukung terjadi < Daya
dukung izin
d > 3 meter
h < h izin timbunan
D > kedalaman scouring
Max scouring (s)
Bila D < s < D, maka perlu
proteksi
PONDASI SUMURAN
O Bila tanah pondasi mengandung pasir (berpasir), hati-hati dalam
penggalian tanah jangan sampai terbawa airnya. Hal ini untuk
menghindari kelongsoran / masuknya tanah dari luar sumuran ke
dalam sumuran

O Agar dipergunakan pondasi sumuran dengan diameter 3 m untuk
lebih menjamin kemudahan pengambilan tanah dari dalam
sumuran dan lebih mudah penanganannya bila terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan penurunan sumuran

O Pelaksanaan penurunan sumuran tidak boleh dengan cara
penggalian terbuka (seperti pelaksanaan pondasi langsung) karena
merusak struktur tanah di sekitar sumuran
TIANG PANCANG
TIANG PANCANG
Tumpu
Geser
Tiang uji
Panjang tiang
alat pancang
Kalendering
Material tiang pancang
daya dukung tanah
Penyambungan tiang
Panjang tiang
Daya dukung tanah
Kalendering
Alat pancang
Material tiang pancang
Penyambungan tiang
Loading test
1
2
4
3
TIANG PANCANG BETON
COR DITEMPAT
O KEUNTUNGAN

tingkat kebisingan dapat
dikurangi
tidak diperlukan casing
Getaran yang terjadi sedikit
selama pelaksanaan
Dapat dipasang pad area yang
terbatas
Dapat dilaksanakan pada
daerah dengan ruang bebas
yang sempit
Gangguan terhadap
pergerakan sedikit
Jarak antar tiang dapat
diperkecil
O KERUGIAN

Penempatan beton perlu lebih
hati hati
Kondisi tanah dan air bawah
tanah akan sangat
berpengaruh pada
pelaksanaan
Untuk penyesuaian baik
vertikal maupun horisontal
dapat mengakibatkan
kerusakan tiang
Kurangnya data perilaku tiang
terhadap beban gempa
Karena teknik pelaksanaan,
tidak ada korelasi antara
tahanan penetrasi terhadap
daya dukung tiang
Adanya uplift yag harus
diperhitungkan
Keuntungan dan kerugian tiang
pancang jenis beton prategang
O Keuntungan

Tahan terhadap kondisi
kimia dan organis
Daya dukung tiang yang
lebih besar
Untuk jenis tiang bundar
berlubang, pemancangan
dapat dilakukan dengan
menggunakan fasilitas
jetting
O Kerugian

Sulit dalam mengurangi
panjang tiang
Untuk dimensi yang besar
diperlukan alat berat dan juga
alat pancang yang besar
Pengadaan tidak dapat secara
mendadak
Kemungkinan dapat
terjadinya tiang yang pecah
pada waktu pemancangan
BEBERAPA HAL YANG PERLU
DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMANCANGAN
TIANG PANCANG PRATEGANG
O Bahan bantalan antara topi dan
kepala tiang harus baik, pada
umumnya digunakan kayu dengan
tebal 10-20 cm tergantung pada
panjang tiang dan karakteristik
tanah.

O Gaya pancang akan lebih kecil
apabila digunakan hammer
dengan ram dan kecepatan rendah
atau pukulan yang besar. Gaya
pukulan harus proposional dengan
kecepatan pukulan ram.

O Perlu perhatian khusus apabila
pemancangan melalui lapisan
tanah dengan tahanan kecil, untuk
itu perlu mengurangi kecepatan
ram atau pukulam hammer untuk
mengurangi gaya pada tiang.
O Pada tiang pipa, usahakan tanah
tidak masuk ke dalam pipa yang
dapat mengakibatkan perbedaan
gaya antara di dalam dan luar.

O Topi pancang tiang harus pas dan
cocok dengan ukuran tiang
sehingga tiang dapat dengan
mudah bergerak tanpa terikat
pada kepala alat pancang, Hal ini
untuk menghindari terjadinya
gaya torsi.

O Ujung tiang harus tegak lurus
pada as memanjang untuk
menghindari terjadinya
eksentrisitas yang menambah
gaya pada tiang

O Pada bagian ujung strand
prategang atau penulangan harus
didesain cukup sehingga tidak
terjadi kontak langsung pada
waktu pemancangan, dan enersi
pemancangan harus dapat tersalur
dengan baik
BERAT TIANG PANCANG
BETON PRATEGANG
Panjang (m) Diameter tiang / tebal tiang (mm)
400/75 500/80 600/100
1 191 290 393
12 2.297 2.478 4.712
18 3.446 5.217 7.069
24 4.595 6.955 9.425
30 5.743 8.694 11.781
36 6.892 10.433 14.137
42 8.041 12.172 16.493
BERAT TIANG PANCANG PIPA
BAJA
Panjang (m) Diameter pipa / tebal (mm)
400/12 500/12 600/12 1000/16
1 118 148 177 394
12 1.420 1.775 2.130 4.733
18 2.130 2.662 3.195 7.099
24 2.840 3.549 4.259 9.465
30 3.549 4.437 5.324 11.832
36 4.259 5.324 6.389 14.198
42 4.469 6.212 7.454 16.564
Harus diingat bahwa sekali konstruksi pondasi terjadi
kegagalan, perbaikan atau perkuatan pondasi sulit
dilaksanakan.

Kesalahan yang harus dihindari :

O Pemancangan friction piles pada kedalaman kurang.
O Pemancangan tiang berlebihan pada batuan.
O Penggunaan tenaga pemancangan berlebihan.
O Karatnya tiang baja.
O Karat pada tulangan.
O Ketidak stabilan pada pilar atau kepala jembatan.
O Terdapat bagian beton yang lemah.
O Penggeseran pondasi akibat pergerakan tanah.
O Penurunan pondasi langsung karena daya dukung.
O Tekanan negatif (down-drag).



PONDASI

Pemilihan Diesel Hammer
O Berat TP s/d 7,5 ton = 2/3 x
O Berat TP 7,5 s/d 12 ton =
ft(1/2 x berat tiang +500kg)
O Energi Hammer: H x Wr
O H = 2 x 1,55 m (Mesin Kobe &
Mitsubishi)
O TP Beton s/d 7,5 ton, Energi
dibatasi agar tidak overstress
< 50 kNm
O Baja < 100 MPa & Beton < 15
MPa
DIESEL
HAMMERS
SILINDER
TOPI
PANCANG
DIESEL HAMMER (
UJUNG TERBUKA )
RAM
Saluran
Udara
MaterialI
Penahan
Dudukan
Tangki
Bahan
Bakar
INJEKSI
BAHAN BAKAR
PEMAMPATAN
BENTURAN
PELEDAKAN
PUNCAK
PUKULAN
H
KEPALA
TIANG
PANCANG
DIESEL
HAMMER
PRINSIP DASAR
PEMANCANGAN TIANG
Fungsi alat pancang atau pile hammer atau dikenal sebagai driver adalah
untuk memenuhi kebutuhan enersi yang diperlukan tiang untuk dapat masuk
ke dalam tanah. Awal dari rumus pemancangan adalah:

Wh = Rs

Dimana:
W = berat hammer dalam kilogram
H = Tinggi jatuh hammer untuk massa W dalam meter
R = Tahanan tanah dalam kilogram
s = penetrasi tiang pancang dalam meter
JENIS ALAT PANCANG

O Drop hammer
O Single acting steam or compressed air
O Double acting steam or compressed air
O Differential acting steam or compressed air
O Diesel
O Hydraulic
O Vibratory drivers
DROP HAMMERS
O Suatu bahan logam yang berat yang diangkat dengan host
line, dan kemudian dijatuhkan ke atas tiang pancang

O Karena gaya dinamis yang cukup besar, diletakkan kepala
tiang antara hammer dan ujung atas tiang

O Kepala tiang kemudian mendistribusikan hempasan ujung
tiang dan berfungsi sebagai shock absorber

O Kepala tiang terdiri atas cushion block yang pada umumnya
terbuat dari kayu

DROP HAMMER
O KEUNTUNGAN
Investasi alat yang murah
Pengoperasian yangs ederhana
Enersi yang ada bervariasi tergantung pada tinggi jatuh

O KERUGIAN
Lambat
Merusak tiang apabila tinggi jatuh terlalu tinggi
Vibrasi yang cukup besar dan mengganggu
Tidak dapat digunakan untuk pemancangan di air
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG
DENGAN MENGGUNAKAN DROP
HAMMER
0 . 1
2

S
WH
R

R = Beban yang aman pada tiang dalam pound
W = Berat massa yang jatuh dalam pounds
H = Tinggi jatuh massa W dalam feet
E = Total enersi ram pada bagian bawah atau pukulan
ke bawah dalam foot-pounds
S = Penetrasi rata-rata setiap pukulan untuk 5 sampai
10 pukulan terakhir dalam inches
1 . 0
2

S
WH
R

DAYA DUKUNG TIANG PANCANG
UNTUK JENIS SINGLE ACTING
HAMMER
1 . 0
2

S
E
R

DAYA DUKUNG TIANG PANCANG
UNTUK JENIS DOUBLE ACTING
HAMMER
SINGLE ACTING STEAM/AIR
HAMMERS
O Mempunyai berat jatuh yang bebas (ram) yang diangkat
dengan uap atau tekanan udara, yang menekan piston di
bawahnya yang terhubung dengan ram melalui batang
piston

O Bila piston mencapai ke bagian atas, uap atau tekanan
udara akan terlepas dan ram akan jatuh bebas memukul
tiang

O Enersi yang dihasilkan pada jenis ini adalah suatu pukulan
yang berat yang besar dengan kecepatan rendah karena
jarak yang rendah, biasanya sekitar 3 feet, tetapi tinggi
jatuh ini bisa bervariasi dari 1 s/d 5 ft

O Drop hammer dapat memukul sekitar 4 8 pukulan per
menit, single acting dapat meukul sekitar 40-60 pukulam
per menit dengan besaran enersi yang sama per pukulan
SINGLE ACTING
STEAM/AIR HAMMERS
O KEUNTUNGAN
jumlah pukulan yang
besar per menit sehingga
pemancangan cepat
Frekuensi yang tinggi per
pukulam meningkatkan
skin friction antar pukulan
Berat jatuh ram dengan
kecepatan rendah
mentransfer enersi yang
besar pada pemancangan
Pengurangan kecepatan
ran mengurangi bahaya
pada tiang selama
pemancangan
Tipe tertutup dapat
digunakan untuk
pemancangan di air
O KERUGIAN
Investasi alat yang besar-
mahal
Lebih rumit, dengan biaya
pemeliharaan yang cukup
besar
Memerlukan waktu yang
cukup untuk menset alat
Memerlukan petugas yang
lebih banyak untuk
pengoperasian alat
Memerlukan crane yang
cukup besar dengan
kapasitas yang besar pula
DOUBLE ACTING
STEAM/AIR HAMMER
O Sama dengan single acting, hanya dengan enersi yang
berlipat
O Jumlah pukulan per menit dapat dua kali lipat
O Pada umumnya dapat melakukan pemukulan sekitar 95
300 pukulan per menit
O Tidak memerlukan cushion block
O Ram akan mengenai landasan alloy steel yang terletak
diatas kepala tiang
DOUBLE ACTING
STEAM/AIR HAMMER
O KEUNTUNGAN
Jumlah pukulan yang
besar per menit,
mengurangi waktu
pemancangan
Jumlah pukulan yang
besar per menit
mengurangi hambatan
skin friction antar
pukulan
Tiang akan lebih mudah
dipancang atnpa
penuntun
O KERUGIAN
Berat relatif ringan dan
kecepatan ram yang tinggi
sering kurang cocok untuk
jenis tiang yang berat
dengan gaya friction yang
besar
Hammer rumit
DIESEL HAMMER
O Tidak memerlukan tenaga luar seperti steam boiler atau air
compressor

O Lebih sederhana dan mudah dipindah dibanding steam
hammer

O Unit sudah komplit terdiri atas silinder vertikal, piston atau
ram, landasan, tanki bahan bakar dan pelumas, pompa
bahan bakar, injektor dan mesin pelumasan

O Diesel hammer dengan ujung terbuka dapat memukul
sekitar 40-55 pukulan per menit

O Pada jenis tertutup sekitar 75-85 pukulan per menit
KEUNTUNGAN DIESEL
HAMMER
O Tidak memerlukan enersi luar sebagai sumber. Jadi lebih
mobile dan memerlukan waktu yang singkat untuk men set
up dan start operasi
O Ekonomis dalam pengoperasiannya
O Dapat dioperasikan pada daerah yang remote, jauh
O Alat lebih ringan dibanding steam hammer
O Pemeliharaan lebih sederhana dengan tingkat pelayanan
yang cepat
O Enersi per pukulan dapat ditingkatkan
O Kecepatan rendah sehingga mudah pemancangan
KERUGIAN DIESEL
HAMMER
O Sulit dalam menentukan enersi per pukulan karena tinggi
piston ram akan naik sejalan dengan ledakan bahan bakar
O Kurang akurat dalam penggunaan rumus dinamis tiang
pancang
O Hammer tidak dapat dioperasikan pada kondisi tanah lunak
O Jumlah pukulan per menit lebih kecil dibanding steam
hammer terutama pada diesel hammer yang terbuka ujung
bawah atau atasnya
O Panjang disel hammer agak lebih panjang dibanding steam
hammer
ENERSI DIESEL HAMMER
Jenis Hammer Berat Ram
(kg)
Stroke (m) Enersi (kNm) Blow
rate/me
nit
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5)
K-150 15.000 2,59 382 45-60
K-45 4.500 2,80 124 39-60
K-42 4.200 2,59 107 45-60
K-32 3.200 2 59 81 45-60
K-25 2.500 2,80 69 39-60
K-13 1.300 2,59 33 45-60
MB70 7.000 2,59 178 38-60
M43 4.300 2,59 109 40-60
M33 3.300 2,59 84 40-60
M23 2.300 2,59 58 42-60
M14 1.400 2,59 36 42-60
PDA


O PDA (Pile Driving Analyzer) diperlukan
untuk mendapatkan informasi:
Kapasitas ultimit daya dukung tiang
Enersi hammer pada pemancangan
Keutuhan tiang pancang
HUBUNGAN JENIS TIANG DAN DAYA
DUKUNG TIPIKAL
Jenis tiang Kapasitas tipikal
(ton)
Panjang tipikal
(meter)
Kayu 15 - 60 3 15
Beton pracetak 60 - 120 10 18
Pipa baja 60 - 150 10 30
PERKIRAAN GESEKAN PADA
PERMUKAAN TIANG PANCANG
Jenis tanah Nilai gesekan (kg/m2)
Perkiraan kedalaman
6 m 18 m 30 m
Tanah lunak dan sampah padat
(Soft soil and dense muck)
244 - 488 244 - 586 273 738
Lempung (basah tetapi padat)
(Silt (wet but confined))
488 - 976 610 1.220 738 1.476
Tanah liat lembek
(Soft clay)
976 1.464 1.220 1.710 1.476 1.952
Tanah liat teguh
(Stiff clay)
1.464 2.440 1.710 2.685 1.952 2.928
Tanah liat campur dengan pasir
(Clay and sand mixed)
1.464 2.440 1.952 2.928 2.440 3.416
Pasir halus (basah tetapi padat)
(Fine sand (wet but confined))
1.464 1.952 1.710 2.440 1.952 2.928
Pasir sedang dengan kerikil kecil
(Medium sand and small gravel)
2.440 3.416 2.928 3.904 2.928 3.904
Supervisi Pemancangan
O Periksa alat pancang hammer, pemandu dan crane
O Periksa operator pengelasan, prosedur dan sertifikat
pengelas
O Pastikan sertifikat bahan untuk pengelasan
O Audit data kalendering
O Yakinkan masalah K3 mulai dari pemasangan caps
sementara pada pemancangan tiang pancang pipa baja
diameter besar
O Siapkan gambar kerja untuk pencatatan kalendering yang
tipikal
KAPASITAS ALAT PANCANG TIDAK
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
KECIL
Tiang pancang tidak dapat
sampai pada kedalaman sesuai
desain

BESAR
Tiang dapat retak atau
hancur
Gunakan alat pancang sesuai
dengan kebutuhan
Perencana menyarankan
kapasitas alat pancang sesuai
dengan jenis tiang
Tiang pancang yang rusak diganti
Pada pemancangan di tanah
lunak, hati-hati dalam
menentukan kapasitas alat
pancang
PEMANCANGAN TIDAK MENCAPAI
KEDALAMAN YANG DIRENCANAKAN

Daya dukung tiang pancang
tidak tercapai

Jembatan akan amblas
Jumlah tiang pancang ditambah,
setelah dilakukan perhitungan
ulang

Untuk tiang pancang jenis
tumpu, perlu ditinjau kembali
kapasitas alat pancangnya

Dilakukan penambahan tiang
pancang dengan dimensi yang
sesuai dengan kapasitas alat
pancang
PENGHENTIAN PEMANCANGAN
Pemancangan dihentikan lebih
dari 24 jam

Terjadi jepitan
Pemancangan tidak dapat
dilanjutkan, dan apabila
dipaksa maka kepala tiang
dapat hancur
Dicoba diteruskan
pemancangannya apabila
mungkin

Menambah jumlah tiang
pancang

Tiang yang rusak diganti
dengan menambah tiang
pancang
PENGUJIAN BEBAN
(LOADING TEST)
Dilakukan setelah
pemancangan pada kondisi
tanah masih terganggu

Hasil loading test tidak
menunjukkan hasil yang
sebenarnya
Loading test dilakukan
beberapa minggu setelah
pemancangan


Test beban DLT umumnya
dilakukan setelah 2 minggu
PEMANCANGAN DI ATAS TANAH
TIMBUNAN JALAN PENDEKAT
Dilakukan sebelum
penimbunan tanah jalan
pendekat

Terjadi negatif skin friction
Daya dukung tiang berkurang
Apabila daya dukung tiang
berkurang, tambah tiang,
setelah dilakukan
perhitungan

Sebaiknya lakukan
penimbunan terlebih dulu,
kenudian baru dilakukan
pemancangan

HUBUNGAN TIANG DENGAN POER
Hubungan kurang kaku

Poer dapat berotasi
mengikuti gerak muai susut
jembatan
Hubungan menjadi lemah dan
berakibat putusnya tiang
Penambahan pengaku pada
bagian hubungan poer dan
tiang dengan menambah baja
pengaku

Memperdalam masuknya
tiang ke dalam poer.
PONDASI SUMURAN
Penggalian sumuran dilakukan
secara terbuka
Sumuran berfungsi sebagai
pondasi langsung

Pada waktu penggalian pada jenis
tanah yang non kohesif air tanah
terbawa
Perbedaan tinggi muka air tanah
dalam dan luar sumuran, dan
pondasi sumuran dapat menjadi
miring
Pondasi dihitung kembali
sebagai pondasi langsung


Dilakukan perbaikan posisi
sumuran
BANGUNAN BAWAH
Bangunan
Bawah
Kepala Jembatan
(Abutment)
Pilar
Jenis Cap
Dinding penuh
Cap
Dinding penuh
Satu kolom
Dua kolom
Tiga kolom atau lebih
Beton, Pasangan Batu Baja Tulangan
ABUTMENT
PASANGAN BATU
Pasta/
Perekat
SIFAT BAHAN
Semen
Sebagai
Bahan
Pengikat
Air
Media
pencampur

Agregat
Halus Kasar
Bahan
Pengisi
Bahan
Pengaku &
stabilitas
Bahan
Tambahan
Bahan pengubah
Beton bersifat plastis pada awalnya dan kemudian berubah menjadi keras
BETON
Air 10%
Semen 15%


Agregat halus, 35 %

Agregat kasar, 40%
PENGARUH SIFAT BAHAN
O SEMEN
Kualitas dan kecepatan pengerasan
O AGREGAT HALUS
Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaan
Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen
Lumpur, mempengaruhi kekuatan
Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton
O AGREGAT KASAR
Gradasi, mempengaruhi kekuatan
Kadar air, mempengaruhi perbandingan air-semen
Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan
O AIR
Kuantitas mempengaruhi hampr semua sifat,
Kualitas mempengaruhi pengerasan, kekuatan, sifat awet
AGREGAT
O Agregat alam
Terjadi dari proses pelapukan dan abrasi
Pemecahan massa batuan induk yang lebih besar

O Sifat tergantung pada sifat batuan induk
Komposisi kimia dan mineral
Berat jenis
Kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisik dan kimia
Struktur pori, warna absorpsi permukaan, tekstur

O Berat agregat menentukan berat beton yang dihasilkan
Beton ringan 1360 1840 kg/m3
Beton normal 2160 2560 kg/m3
Beton berat 2800 6400 kg/m3
MEKANISME LEKATAN ANTARA
AGREGAT DAN PASTA SEMEN
O Ikatan fisik
Diperlukan permukaan yang kasar yang meningkatkan ikatan yang baik
O Ikatan kimia
Silika untuk mengikat pasta semen secara kimiawi
Besarnya ikatan tergantung pada nilai w/c dan derajat hidrasi beton
O Kekuatan
Diperlukan kekuatan agregat perlu lebih tinggi daripada kekuatan beton
O Toughness
daya tahan agregat terhadap kehancuran akibat beban impact
O Hardness
daya tahan keausan agregat dan merupakan sifat yang penting untuk
permukaan lantai yang harus memikul lalu lintas
O Los Angeles test
korelasi keausan aktual agregat beton dan juga terhadap tekan dan lentur
agregat tersebut
O Gradasi
mempengaruhi proporsi agregat dalam campuran, kebutuhan air, jumlah semen,
biaya produksi, sifat susut dan durabilitas
BANGUNAN ATAS JEMBATAN
BANGUNAN
ATAS
Pelat
Gelagar
Rangka
Khusus
Pelat beton bertulang,
Flat slab, voided slab
Gelagar beton bertulang
Gelagar beton pratekan
Gelagar beton pelengkung
Gelagar baja
Gelagar baja komposit
Rangka baja
Rangka baja pelengkung
Rangka baja khusus
Jembatan cable stayed
Jembatan gantung
Pelengkung
B
E
T
O
N
B
A
J
A
Flyover Janti, Yogyakarta.
Flyover Lingkar Utara Semarang.
Jembatan Gempolsari, Semarang
Jembatan Sei Kahayan.
Underpass Ciputat, Jakarta.

Lokasi :
Area Underpass dari arah Lebak Bulus
Lokasi :
Area Underpass dari ke arah Ciputat
Flyover Cirebon.
Jembatan Rangka Baja
OVERPASS DI TOL BELMERA
Pondasi Tiang
Pembangunan Jembatan Tol Pondok Aren - Ulujami
Fender
CABLE STAYED BRIDGE GRAND WISATA PADA TOL
CIKAMPEK, 2007
RENCANA JEMBATAN PULAU BALANG BALIKPAPAN, 2005
JEMBATAN MAHAKAM ULU SAMARINDA,
2006
Sistem Gelagar
FRAME
RANGKA
JEMBATAN GANTUNG
JEMBATAN BALOK PELENGKUNG
JEMBATAN KABEL (CABLE STAYED)
Desain Potongan Memanjang Jembatan Rangka Baja, Sulawesi Utara
RENCANA JEMBATAN S. KUNING KALIMANTAN TIMUR, 2003

RAILLING DAN LAMPU MALIOBORO
PARAPET / FRONTAGE BRIDGE JEMBATAN WADUK MANGGAR KALIMANTAN
TIMUR
Empat Lilin
Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis
meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga
terdengarlah percakapan mereka.
Yang pertama berkata:

Aku adalah Damai

Namun manusia tak mampu
menjagaku: maka lebih baik aku
mematikan diriku saja!

Demikianlah sedikit demi sedikit sang
lilin padam.
Yang kedua berkata:
Aku adalah I man
Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku,
Utnuk itulah tak ada gunanya aku tetap
menyala.

Begitu selesai bicara, tiupan angin
memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:

Aku adalah Cinta
Tak mampu lagi aku untuk tetap
menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan
mengganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan
membenci mereka yang mencintainya,
membenci keluarganya.

Tanpa menunggu waktu lama, maka
matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga...

Seorang anak saat itu masuk ke
dalam kamar, dan melihat ketiga
Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu,
ia berkata:

Ekh apa yang terjadi?! Kalian
harus tetap menyala, Aku takut
akan kegelapan!

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat
berkata:

Jangan takut,
J anganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala,
kita tetap dapat selalu menyalakan
ketiga Lilin lainnya:

Akulah

HARAPAN
Dengan mata bersinar, sang anak
mengambil Lilin Harapan, lalu
menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah
mati hanyalah
HARAPAN yang ada
dalam hati kita....
...dan masing-masing kita
semoga dapat menjadi alat,
seperti sang anak tersebut,
yang dalam situasi apapun
mampu menghidupkan
kembali I man, Damai, Cinta
dengan HARAPAN-nya!!!

Jembatan Beton Bertulang
O Unit Pra-cetak
Dibuat di luar lokasi dan kuantitasnya cukup banyak
O Cor in-situ
Umumnya menggunakan perancah
O Pembentukan rongga
O Pelat lantai
Acuan
Penulangan
Urutan pengecoran
Pengecoran
Pelat lantai
O Acuan
Cukup kuat, tidak bocor
Mudah dilepaskan
O Penulangan
Tulangan sesuai dengan gambar rencana (diameter,
jarak)
Selimut beton (dudukan tulangan, jarak)
Kebersihan tulangan
O Urutan pengecoran
melintang
memanjang
Pengecoran lantai
O Periksa kebersihan acuan dan tulangan terhadap
benda asing yang tidak boleh ada disana
O Perancah kuat dan stabil
O Cuaca,
O Letak sambungan konstruksi
O Jumlah material beton yang akan digunakan,
sudah sesuai dengan kebutuhan
O Lubang yang seharusnya tertanam
O Peralatan pengecoran, pemadatan dan SDM
sudah memenuhi kebutuhan
AKIBAT KESALAHAN PADA
PELAKSANAAN BETON
OSEGREGASI
OBLEEDING
ORETAK
OKEROPOS
Karat tulangan
Retak buaya (crazy crack)
Permukaan berdebu
Rusak akibat hujan
Blistering
Honeycomb
Spalling
SEGREGASI
Adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya

Penyebab segregasi adalah:
O Pembatasan slump yang terlalu rendah
O Gradasi yang kurang memadai
O Berat jenis agregat kasar terlalu tinggi dibandingkan dengan
agregat halus
O Jumlah agregat halus terlalu sedikit
O Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
O Penggunaan alat penggetar yang terlampau lama
O Penggunaan bahan admixture yang salah
BLEEDING
ADALAH BENTUK LAIN DARI SEGREGASI, DIMANA PARTIKEL
AGREGAT KASAR TURUN KE BAWAH KARENA KETIDAK MAMPUAN
MENGIKAT CAMPURAN AIR DARI ADUKAN MORTAR, SEHINGGA
AIR KELUAR KE ATAS PERMUKAAN BETON


SEBAB-SEBAB BLEEDING :
O Campuran beton terlalu basah
O Temperatur terlalu tinggi pada saat pengecoran
O Rancangan campuran beeton (design mix) kurang baik
O Adanya penambahan air pada saat pengecoran berlangsung
Penurunan mutu fisik Penurunan
mutu kimiawi
Korosi baja tulangan
Retak Aus Kebakaran Sulfat Asam Air laut Reaksi alkali
agregat
Bocor Karbonasi Klorida
Faktor yang mempengaruhi
peningkatan keawetan beton
Binder
alternatif
Semen Agregat Air Bahan
tambahan
udara
Kelecakan
yang baik
Pencampuran
yang sempurna
Pengecoran
yang baik
Pemadat
an yang
baik
Acuan
yang
sesuai
Temperatu
r
Kehilangan
kelembaban
minimum
Unsur pokok
material
Keseragaman
beton
Permukaan
akhir yang
baik
Curing yang
cukup
Kuantitas
komposisi bahan
beton
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEAWETAN
BETON
Gompal pada gelagar beton
akibat korosi pada tulangan
Kegagalan bangunan
akibat beban berlebih
Kegagalan bangunan akibat
kurang baiknya sistem drainase
Gompal pada gelagar beton
akibat kebakaran
Gompal pada spun pile
akibat kebakaran
Kegagalan bangunan akibat mutu
beton yang rendah/ Over reinforced
Kegagalan bangunan akibat
kurang baiknya pengecoran
Gelagar Beton Pratekan
O Acuan
Pastikan cukup kokoh dan
sudah ada lubang untuk
penarikan melintang
O Perlengkapan prategang
Alat pengukuran tegangan
(sudah di kalibrasi?? ),
jumlah alat minimal 2 buah
O Perakitan prategang
Kabel prategang bersih, tidak
berkarat, tidak bercacat
O Selimut beton
Sesuai gambar rencana, pengganjal tulangan
kokoh
O Pengecoran beton
Sesuai dengan spesifikasi
O Perawatan
Sesuai dengan syarat dalam spesifikasi
Gelagar Beton Pratekan
Metode Penegangan
Gelagar Pre-tensioned
O Landasan pra-tegang
Landasan cukup kuat pada saat dilaksanakan penegangan
O Penempatan kabel
Sesuai gambar rencana, kabel bersih

O Gaya penegangan
Periksa perbedaan gaya penegangan < 5%
Pengecoran boleh dilaksanakan setelah 12 jam penarikan
kabel
O Prosedur penegangan
Bertahap dan merata

O Pemindahan gaya prategang
Persetujuan, ketentuan kekuatan beton, prosedur
O Draw in kabel yang diijinkan
Metode penegangan
Gelagar Beton Post Tensioned
O Persetujuan
O Penempatan jangkar (angker)
Tegak lurus terhadap gaya prategang
Kontak langsung dengan pelat dan rata

O Penempatan kabel
Elevasi sesuai dengan gambar rencana
O Mutu beton yang diperlukan

O Gaya prategang yang diperlukan
O Prosedur penarikan kabel
Penarikan dengan 1 jack atau 2 jack

O Lubang penyuntikan (grouting)
O Grouting dan penarikan akhir
Penanganan, pengangkutan dan
penyimpanan Gelagar
O Pemberian tanda unit beton pracetak
Menggunakan cat yang tahan cuaca
Memberikan kode tertentu sesuai dengan kebutuhan

O Penanganan dan pengangkutan
Tegak, pastikan letak dan posisi titik angkat

O Penyimpanan
Tidak kontak langsung dengan tanah
Diletakkan diatas penyangga kayu yang cukup kuat dan
merata

O Baja prategang
Bebas karat dan cacat, bersih
Pelaksanaan Gelagar beton
Segmental
O Perakitan segmen pracetak
Pemasangan unit-unit
Penyambungan
Penunjang pelaksanaan

O Sambungan beton
Bahan untuk sambungan
Kekuatan

O Pengecoran ceruk jangkar

O Kerusakan unit-unit
Jaminan perbaikan
Pemasangan unit beton
pratekan
O Penerimaan unit-unit
Pelaporan setiap penerimaan unit
(kondisi, waktu)

O Tumpuan untuk unit-unit
Yang diletakkan di atas landasan karet
Yang ditanam dalam adukan semen

O Pangaturan posisi unit-unit
Type Gelagar Beton
Pratekan
BETON PRATEKAN
Fabrikasi Segmental-Prestressed Girder
Pemasangan
Jembatan Baja Komposit
O Terdiri atas 2 tahap
Pemasangan gelagar
Pengecoran lantai
O Cara pemasangan
Perancah atau launching
O Pemeriksaan kesesuaian dengan desain
Shear connector pada gelagar memanjang
Shear connector dalam kondisi baik dan
jumlah cocok
Pemasangan
Jembatan Baja Komposit
1. BUKAKA
2. TRANS-BAKRIE
3. TRANSFIELD
4. CIGADING
5. AUSTRIA
6. WIKA
7. CENTUNION
8. CALENDER HAMILTON
9. HOLANDIA KLOOS
10. KARUNIA BERCA INDONESIA
11. GUNUNG GARUDA
12. ALIM AMPUH JAYA
STANDAR YANG ADA :
JEMBATAN RANGKA BAJA
Bentang
(m)
Bukaka Trans Bakrie Transfield Cigading WIKA Terberat Teringan Rata-rata
1 A40 40 84,5 61,5 61,5 75,1 62,8 84,5 61,5 69,1
2 A45 45 96,0 73,0 73,0 90,0 73,3 96,0 73,0 81,1
3 A50 50 108,0 93,5 93,5 116,9 91,9 116,9 91,9 100,8
4 A55 55 119,0 110,4 110,4 137,7 106,7 137,7 106,7 116,8
5 A60 60 130,0 125,8 125,8 147,1 125,7 147,1 125,7 130,9
6 B40 40 63,5 52,0 52,0 62,6 47,3 63,5 47,3 55,5
7 B45 45 72,5 65,3 65,3 75,0 60,9 75,0 60,9 67,8
8 B50 50 81,0 74,1 74,1 97,4 69,8 97,4 69,8 79,3
9 B55 55 90,5 90,4 90,4 114,7 82,9 114,7 82,9 93,8
10 B60 60 99,5 108,8 108,8 126,70 100,20 126,7 99,5 108,8
Berat standar (ton)
No. Kelas
Kelas A : Lebar Badan Jalan 7,0 m Trotoar 2 x 1,0 m
Kelas B : Lebar Badan Jalan 6,0 m Trotoar 2 x 0,5 m
DATA BERAT STANDAR JEMBATAN BAJA
1. KELAS A
Lebar Lantai Kendaraan : 7,00 m
Trotoar : 2 x 1,00 m
Clearence Height : 5,10 m
KELAS B
Lebar Lantai Kendaraan : 6,00 m
Trotoar : 2 x 0,50 m
Clearence Height : 5,10 m

2. MUTU BAJA
Struktur Utama : SM 490 YB
Struktur Sekunder : SM 400 YB
Semua Baut Mutu Tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran)
STANDAR RANGKA BAJA BANGUNAN ATAS
JEMBATAN
Pemasangan
jembatan rangka baja
O Penerbitan detail pelaksanaan
Kelengkapan manual, peralatan

O Perbaikan terhadap komponen yang tidak memenuhi
ketentuan
Bengkok, galvanis yang cacat dll

O Pemeliharaan komponen yang memenuhi ketentuan

O Jadwal pekerjaan
Urutan pemasangan dan rencana kerja
O Pengendalian lalu lintas
Penyimpanan Bahan
Cara penumpukan dan
penyimpanan material
di lapangan
Perletakan dan penahan gempa
Metode Pemasangan
OPeluncuran
OPerakitan bertahap
Semi kantilever
Okantilever
Jembatan Permanen Dengan Bentang 40 m - 60 m
JEMBATAN RANGKA BAJA PERMANEN (Standart Truss Bridging)
STANDAR JEMBATAN BAJA BUKAKA
5 M STANDARD
PANEL LENGTH
1. FULL COMPOSITE REINFORCED CONCRETE
2. STANDARD PROFILE STEEL SHEETING
3. PROFILE SHEETING AS FORMWORK
CROSSGIRDERS,
COMPOSITE WITH DECK
ELASTOMERIC BEARINGS
LATERAL & LONGITUDINAL
SEISMIC BUFFERSS
BOTTOM CHORD
BRACING
TUBE HANDRAILS
TOP CHORD BRACING
CHORDS & DIAGONALS,
PRECISION H-SECTIONS
1.0 1.0 3.5 3.5
0.1
0.1
3.0 0.5
0.1
0.1
0.5 3.0
1
H.300x300
22
4
2
H.300x150
Gelagar Memanjang
H.400x200
H.700x420
24
36
13
JUMLAH
Batang Tepi Atas
Batang Diagonal
Batang Tepi Bawah
H.400x400
H.400x400
H.400x400
24
48
22
MATERIAL
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
12
L
R
TOP CHORD
BATANG TEPI ATAS
IKATAN ANGIN ATAS
UPPER BRACING
BATANG MELINTANG ATAS
TOP LATERAL
BOTTOM CHORD
BATANG TEPI BAWAH
PLAT BUHUL
GELAGAR MEMANJANG
GELAGAR MELINTANG
BEARINGPAD
HANDRAIL
BATANG DIAGONAL
Pelat Buhul
147,133 Berat Total (Kg)
Baut 24
Bearing Pad
4 Pcs
Gelagar Melintang
Batang Melintang Atas
Pipe 60.5
Handrail
H.150x150
Ikatan Angin Atas
Pemasangan
dengan
perancah
Semi kantilever
Peluncuran (launching)
ERECTION RANGKA BAJA
SEBAGAI CONTERWEIGHT
ELEVASI AWAL BEARING DIATAS
BACKWALL PILAR DGN
MENGGUNAKAN BANTALAN KAYU
KERAS
ERECTION CONTERWEIGHT
DILAKSANAKAN SATU PERSATU
SESUAI DENGAN URUTANNYA
KEKENCANGAN BAUT PADA
ERECTION CONTERWEIGHT
CUKUP 50 %
BEBERAPA CHORD DIFUNGSIKAN
SEBAGAI LINK SET
ANTARA CROSS GIRDER
CONTERWEIGHT DENGAN 5
SEGMENT RANGKA DITAMBAH
DENGAN PEMBERAT
METODE ERECTION
RANGKA BAJA
START
Erection Rangka
Counterweight
Pasang Linkset
Erection Bentang
Pancang Perancah
Bongkar Counterweight & Link
Set
Erection Bentang
Berikutnya
Bongkar Perancah
Setting Akhir & Elastomer
Bearing
LANSIR MATERIAL
BUAT PONTON


ANTARA CROSS GIRDER
CONTERWEGHT DAN YANG
TERPASANG DITAHAN DENGAN
BALOK-BALOK KAYU KERAS
UNTUK MENGURANGI TEKANAN
PADA GUSSET PLATE
ANTARA GUSSET PLATE
CONTERWEIGHT YANG TERPASANG
DIHUBUNGKAN DENGAN PLATE
BUATAN DAN DIGANJAL DENGAN KAYU
YANG KERAS
DIAFRAGMA DIPASANG DENGAN
KUAT
JIKA ADA SPLICE PLATE YANG LOBANG
DAN JIKA ADA BAUT YANG COCOK BISA
DIPASANG UNTUK MENAMBAH
KEKUATAN SAMBUNGAN ANTARA
KEDUA GUESSET PLATE
SPLICE PLATE DIPASANG UNTUK
MENGHUBUNGKAN CHORD LINKSET
DENGAN GUSSET PLATE
SEMUA BAUT DIKENCANGKAN 100 %
ERECTION CHORD GIRDER DAN
STRNGER DILAKSANAKAN SATU
PERSATU DENGAN MENGGUNAKAN
WINCH
MATERIAL DILANGSIR DARI SUNGAI
DENGAN MENGGUNAKAN PONTON
MATERIAL DIANGKAT DENGAN WINCH
YANG DILENGKAPI BOOM DARI PIPA
DIA 4
WINCH BERKEDUDUKAN PADA
STRINGER
BOOM DAN WINCH DIPERKUAT
KEDUDUKANNYA DENGAN SLINK YANG
BERTUMPU PADA SIMPUL YANG SUDAH
TERPASANG

PADA SEGMENT 5 DIPASANG
PERANCAH PIPA DIA. 400 MM
SEPANJANG 15 M
PANJANG PERANCAH DIPERHITUNGKAN
TERHADAP KEDALAMAN DASAR SUNGAI,
KEDALAMAN PANCANG DAN ELEVASI BOTTOM
CHORD YANG AKAN BERTUMPU PADA
PERANCAH
PADA BAGIAN BAWAH PIPA PANCANG
YANG AKAN BERADA PADA MUKA
TANAH DASAR SUNGAI, DIPASANG
LACI DARI BALOK KAYU + SLOOF DARI
KAYU BULAT
PEMANCANGAN PIPA DENGAN
MENGGUNAKAN HAMMER BUATAN
PIPA DIPANCANG SAMPAI LACI
BERTUMPU PADA SLOOF KAYU BULAT
YANG BERPUNGSI SEBAGAI PENAHAN
TERHADAP DASAR SUNGAI
PERANCAH BERJUMLAH 8 TITIK. TIAP
SIMPUL 4 TITIK DENGAN KEMIRINGAN
1: 5
ANTAR TIANG PIPA PERANCAH DIBERI
BRACING DENGAN BESI BETON DAN
PLAT
ERECTION DILAKSANAKAN UNTUK
SEGMENT SELANJUTNYA
BOTTOM CHORD DIPASANG 2 SEGMENT
SEKALIGUS UNTUK MENYESUAIKAN
TEMPAT DAN ELEVASI DUDUKAN PILAR
PADA DUA SEGMENT TERAKHIR
ERECTION CHORD DIDAHULUKAN
BARU KEMUDIAN ERECTION CROSS
GIRDER DAN STRINGER
PEMBONGKARAN PERANCAH PIPA
PANCANG
RANGKA BAJA DIDONGKRAK PADA
SALAH SATU PILAR S/D PERANCAH
PIPA PANCANG DAPAT DILEPAS DARI
BOTTOM CHORD
PERANCAH DITARIK SATU PERSATU
SETELAH BRACING PERANCAH
DIPOTONG
PEMASANGAN CORRUGATED STEEL
PLATE DISUSUL DENGAN PEKERJAAN
PEMBESIAN, BEKISTING DAN BETON
PLAT LANTAI
CARA PENIMBUNAN/PENYIMPANAN
KOMPONEN B.A. RANGKA BAJA
Tidak disiapkan dengan baik

Komponen dapat menjadi
cacat atau rusak
Pelaksanaan pemasangan
terhambat karena terjadi
kesulitan dalam pengambilan
komponen sesuai dengan
urutannya
Susun komponen sesuai urutan
pemasangan
Komponen cacat diperbaiki
dengan menggunakan cat yang
mengandung zinc
Komponen yang bengkok
diluruskan sesuai manual

PENIMBUNAN KOMPONEN
Penimbunan tidak baik
Penimbunan tidak
memperhatikan sumbu kuat
dan sumbu lemah

Komponen akan rusak dan
pecah
Komponen mengalami
tegangan awal
Komponen rusak diperbaiki,
apabila masih mungkin
Komponen disusun kembali
dengan baik
Balok beton pratekan apabila
rusak harus diganti baru
SISTEM PERAKITAN
Pemilihan sistem
pemasangan/perakitan
rangka baja tidak tepat

Pelaksanaan berbahaya
Tidak ekonomis
Terjadi kesulitan
Perlu waktu yang lebih lama
Sistem pemasangan diubah,
apabila masih mungkin
Tambah pengamanan
PEMASANGAN BAUT
Pemasangan baut terbalik
Pelaksanaan pengancangan
sulit

Pelat tidak dibersihkan dan
dikasarkan
Fungsi friction tidak tercapai
Baut dilepas dan dipasang
dengan betul

Apabila baut belum
dikencangkan 100%, lepaskan
dan bersihkan pelat serta
dikasarkan dan pasang baut
kembali
CARA MEMASANG BAUT
Dipaksa dengan
menggunakan palu/
martil

Baut akan rusak
Lubang baut menjadi
cacat

Ganti baut dan periksa
kembali secara
keseluruhan

Baut yang rusak diganti
LUBANG BAUT TIDAK PAS
Membuat lubang sendiri
dengan cara bor

Lubang baut menjadi terlalu
besar
Terjadi overheated pada
material, dan akan
menurunkan kekuatan
Galvanis rusak

Komponen yang cacat diganti
Galvanis diperbaiki dengan
memberikan cat dengan bahan
dasar epoxy yang mengandung
zinc
BAUT DAN MUR
Baut dan mur kotor
Baut dan mur tidak
mengandung pelumas MoS2

Sulit dalam pelaksanaan
pengancangan
Kekencangan 100% tidak
akan tercapai
Bersihkan baut dan mur sebelum
digunakan
Periksa baut dan mur apakah
mengandung pelumas MoS2
Jangan menggunakan pelumas
sembarangan, karena dapat
mempe-ngaruhi friction yang
harus terjadi
KEKENCANGAN BAUT
Baut belum dikencang-kan
100% sudah dimulai
pekerjaan pengecoran

Camber tidak tercapai
Pengencangan selanjut-nya
menjadi sulit
Gaya friction tidak akan
tercapai
Sebelum dilakukan pembesian,
periksa kekencangan baut dan
kencangkan baut hingga 100%
Beton baru dicor setelah semua
baut berada dalam kondisi
kekencangan 100%

KUNCI TORSI MOMEN
Penggunaan kunci torsi
momen salah, gaya yang harus
dicapai tidak sesuai
Alat kunci torsi momen tidak
akurat

Kekencangan tidak ter-capai
Baut menjadi longgar atau
patah karena gaya yang
berlebih
Kunci torsi momen dikalibrasi
Periksa alatpengukur sampai
menunjukkan angka sesuai
dengan kekencangan yang
dikehendaki
Baut yang patah/rusak diganti
PEMASANGAN KOMPONEN
Komponen tertukar
Komponen tidak sesuai

Jembatan tidak ber-
fungsi dengan
semestinya
Bongkar dan pasang
kembali komponen pada
posisi yang seharusnya
Sebelum pemasangan,
pelaksana harus
membaca manual
pemasangan terlebih
dulu
MANUAL PEMASANGAN B.A.
Tidak dibaca dengan
baik

Salah pemasangan
komponen
Salah pengencangan
baut
Jembatan tidak
berfungsi dengan baik
Sebelum pemasangan,
manual harus dibaca
Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah
kekencangan baut, cam-
ber yang harus terjadi,
waktu pemasangan lan-
dasan, waktu penge-
coran beton
CARA PEMASANGAN DENGAN
PERANCAH
Perancah kurang kuat
Perancah menghalangi alur
sungai

Pada waktu pemasangan
dapat terjadi keruntuhan
Atau terjadi pada waktu
pengecoran beton terjadi
penurunan
Jembatan hanyut pada waktu
banjir
Pembuatan perancah jangan
menghalangi alur sungai
Hitung kekuatan perancah untuk
beban yang harus dipikul
Perancah kurang kuat, bongkar
dan pasang kembali
PEMASANGAN DENGAN
SISTEM KANTILEVER
Baut tidak dikencangkan
100% pada waktu
pemasangan komponen per
panel

Camber tidak tercapai
Elevasi ujung jembatan tidak
tercapai
Baut dikencangkan 100%
pada waktu setiap panel
selesai
Jika camber tidak tercapai
dan elevasi ujung tidak
tercapai, dongkrak jembatan
dan tinggikan bagian linking
steel
Elevasi landasan di seberang
dipendekkan/ disesuaikan
PENULANGAN
Penyusunan tulangan salah
(tulangan utama dan bagi
terbalik)
Ukuran tulangan tidak sesuai
rencana

Terjadi pengurangan
kekuatan
Lantai retak/pecah
Beton dibongkar dan tulangan
diperbaiki kemudian baru beton
dicor
Kalau beton belum dicor,
tulangan diperbaiki susunannya
PENGGANTIAN TULANGAN
Tulangan ulir diganti de-
ngan tulangan polos tanpa
dilakukan penyesuaian

Luas tulangan berkurang
panjang penyaluran berbeda
Momen geser berkurang
Beton dapat retak/ hancur
Ganti tulangan polos dengan
ulir
Lakukan penyesuaian luas
yang terpasang
Panjang penyaluran gaya
disesuaikan (polos lebih
panjang daripada ulir)
Beton terlanjur dicor,
periksa desain dan apabila
terjadi toleransi yang besar,
beton dibongkar
MUTU BETON LANTAI
Mutu beton untuk lantai
jembatan kurang dari K-
350 (fc 30 MPa)

Lantai dapat retak
Umur rencana lantai
tidak tercapai
Perkuatan lantai dengan
penambahan pelat baja dibagian
bawah lantai
Mengurangi momen yang akan
terjadi dengan menambah
gelagar
Perbaikan retak dan pekuatan
PENGHENTIAN PENGECORAN
Penghentian pengecoran
beton tidak pada daerah
momen nol

Mungkin akan terjadi
retak pada sambungan

Terlanjur dan parah, beton
dibongkar dan cor ulang
Kondisi tidak parah, periksa
tegangan yang terjadi
Gunakan lem beton pada
sambungan beton untuk
menyatukan beton
PENGECORAN BACKWALL
Backwall dicor sebelum
dilakukan pemasangan rangka
baja

sulit pemasangan rangka baja
terutama dalam sistem
kantilever
Sulit dalam penyelesaian akhir
rangka baja
Bongkar bakwall
Tulangan ditekuk atau
dipotong
Setelah selesai pema-sangan
rangka baja dan pengecoran
lantai, backwall dicor kembali
CELAH EXPANSION JOINT
Celah expansion joint terlalu
besar
Terjadi ketidak nyamanan
pengguna jalan
Dapat terjadi kecelakaan

Celah expansion joint terlalu
kecil
Terjadi tumbukan antara
jembatan dengan backwall
Modifikasi celah expansion
joint
Ganti expansion joint yang
sesuai dengan lebar celah
(mahal)
Usahakan jenis expansion
joint yang tertutup agar
kotoran tidak merusak bagian
landasan
Bentuk APJ
Bentuk APJ
Penggunaan
Penggunaan
Thormajoint
Prismo UK
www.prismo.co.uk
Panduan Pemasangan
Panduan Pemasangan
Panduan Pemasangan
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
Model-model kerusakan pada APJ
JEMBATAN KHUSUS
Jembatan cable stayed (kabel cancang)
Jembatan gantung (suspension)

Jembatan cable stayed
Diagram struktur kabel
Alternatif Pemasangan Kabel
Pemasangan Kabel pada Pylon
Pemasangan Kabel pada Pylon
Pemasangan gelagar
Jembatan Gantung
Pemasangan Jembatan
Gantung
Keruntuhan Jembatan Tacoma Narrows di Amerika Serikat tahun 1940.
JEMBATAN GREAT BELT EAST DI DENMARK
1624 535 535



























Jembatan Ponte 25 de Abril di Portugal tahun 1966

1013
483 483
1013
483 483



























J embatan Fatih Sultan Mehmet di Turki tahun 1988

1090

210

210

PELAKSANAAN JALAN PENDEKAT
O Tinggi tanah timbunan >
tinggi izin
O Tanah timbunan akan
longsor


O Penimbunan di atas tanah
lunak, tanpa perbaikan
tanah
O Terjadi setlement, dan
tekanan tanah dapat
mendorong kepala
jembatan
O Lakukan pengamanan
tebing, dengan cara
pemasangan tiang
pancang, sheet pile,
tembok penahan tanah
dsb.

O Lakukan penimbunan
tanah samping sebagai
counter-weight (kalau
mungkin)

O Lakukan perbaikan tanah
dengan cara pemancangan
crucuk, geotextile dengan
arah mulai dari abutment
ke arah luar.
JALAN PENDEKAT
O Pemadatan jalan pendekat
tidak sesuai dengan
spesifikasi

O Terjadi amblas (setlement)
O Apabila keamblasan jalan
pendekat sudah parah,
bongkar dan lakukan
pemadatan yang sesuai

O Apabila kerusakan parah dan
tidak mungkin dilakukan
perbaikan, bentangan
jembatan ditambah sesuai
dengan kondisi yang
diperlukan, perhitungkan
abutment sebagai pilar
PERLENGKAPAN
JEMBATAN
PERLENGKAPAN
JEMBATAN
INFORMASI
KESELAMATAN
Papan nama jembatan
Tinggi ruang bebas
Parapet
Rambu Lalu Lintas
Beban / Kapasitas Jbt
Marka jalan
Lampu penerangan
DEFINISI
RAMBU JALAN
Papan informasi yang menunjukkan arah dan
jarak tertentu untuk suatu kota yang akan dituju
pada ruas tertentu dan diletakkan pada lokasi
bahu jalan atau pada persimpangan jalan yang
mudah dibaca oleh pemakai jalan

RAMBU LALU LINTAS
Salah satu bangunan pelengkap jalan dalam
bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf,
angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya,
yang digunakan untuk memberi peringatan,
larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai
jalan

DEFINISI
PATOK PENGARAH
Patok berreflektor yang mengarahkan lalu lintas dengan
menunjukkan arah yang harus ditempuh dan umumnya
diletakkan pada bahu jalan atau pada daerah tikungan

DEFINISI
Paku jalan
Salah satu bentuk lain dari marka jalan yang
berbentuk paku dengan ukuran tertentu
yang dipasangkan (dipakukan) ke dalam
perkerasan jalan dengan bagian atas yang
menonjol dan memberikan pengaturan lajur
atau jalur lalu lintas

Mata kucing
Bentuk lain dari marka jalan atau paku jalan
yang berreflektor
DEFINISI
Marka jalan
Suatu tanda yang berada di permukaan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong
serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan daerah kepentingan lalu lintas

Lampu pengatur lalu lintas
Peralatan yang berupa lampu 3 warna (merah, hijau,
kuning) atau hanya 1 warna (kuning) berkedip yang
merupakan pengatur ketertiban lalu ilntas yang diletakkan
pada persimpangan jalan
DEFINISI
Pagar pengaman
Bangunan berupa pagar yang terbuat dari bahan baja
dengan dimensi atau ukuran tertentu untuk melindungi
pemakai jalan

Patok pengaman
Patok yang diletakkan di bahu jalan pada bagian jalan
tertentu seperti tikungan, sebelum dan sesudah jembatan
atau gorong-gorong
DEFINISI
Pulau lalu lintas
Bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dapat
berupa tanda permukaan jalan yang ditandai dengan marka
atau bagian jalan yang ditinggikan

Kerb
Struktur yang terbuat dari beton yang diletakkan pada sisi
perkerasan jalan untuk menuntun kendaraan dan dapat
berupa median jalan pemisah dan pulau jalan
FUNGSI
BANGUNAN PELENGKAP JALAN
Untuk keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pemakai jalan

Untuk melindungi pengguna jalan, baik
yang berkendaraan maupun pejalan kaki
RAMBU LALU LINTAS
RAMBU LALU LINTAS
RAMBU LALU LINTAS
LAMPU PENERANGAN
How would you like to
travel on your vacations this
year?

This way..??


Or maybe this
way?







I know is very hard to decide,
but dont worry...!

Because after the increase on Gas,
Water, Electricity, Fuel, Insurance
and Taxes we can only afford this
type of vacations...

Anda mungkin juga menyukai