PELAKSANAAN KONSTRUKSI.
CAKUPAN MATERI PEMBEKALAN
A. FILOSOFI SPESIFIKASI:
PENGERTIAN DAN JENIS SPESIFIKASI
C. ULASAN TENTANG:
DISKRIPSI; PENGUKURAN HASIL KERJA; CARA
PEMBAYARAN; METODA PELAKSANAAN DAN
PERALATAN;
TUJUAN SPESIFIKASI :
Tercapainya produk akhir Pekerjaan yang memenuhi
ketentuan dan persyaratan spesifikasi (Kuntitas dan
Kualitas) sesuai keinginan Pemilk Pekerjaan.
KEINGINAN PEMILIK PEKERJAAN :
Dinyatakan dalam :
Gambar Rencana (bentuk, ukuran, elevasi, lokasi)
Spesifikasi (persyaratan-persyaratan teknik)
LINGKUP PEKERJAAN
CUACA YANG DIIJINKAN UTK BEKERJA
BAHAN
METODE PELAKSANAAN
PERALATAN
PENGENDALIAN MUTU
CARA PENGUKURAN HASIL KERJA
CARA PEMBAYARAN
POLA SPESIFIKASI 3 - 2 - 5
BERTAHAP 3 :
BAHAN BAKU; OLAHAN ; JADI
BERLINGKUP 2 :
PENGENDALIAN KUANTITAS;
KUALITAS
BERSTRUKTUR 5 :
JENIS PEMERIKSAAN
METODE PEMERIKSAAN
FREKWENSI
TOLERANSI
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Rev.2)
Versi Spesifikasi Umum 2018 Rev.2 (27 Okt 2020)
Div 1. Umum
Div 2. Drainase
Div 3. Pekerjaan Tanah dan Geosintetik
Semen
Div 6. Perkerasan Aspal
Div 7. Struktur
Antara lain:
a. DISKRIPSI / URAIAN
b. CARA MENGUKUR VOLUME HASIL KERJA
c. CARA PEMBAYARAN
d. KEGIATAN YANG ”TIDAK DIBAYAR”
e. QUALITY CONTROL DAN QUALITY ASSURANCE
f. TOLERANSI KETEBALAN DAN TOLERANSI MUTU
POLA SPESIFIKASI 3 - 2 - 5
BERTAHAP 3 :
BAHAN BAKU; OLAHAN ; JADI
BERLINGKUP 2 :
PENGENDALIAN KUANTITAS;
KUALITAS
BERSTRUKTUR 5 :
JENIS PEMERIKSAAN
METODE PEMERIKSAAN
FREKWENSI
PERSYARATAN MIN. & MAKS.
TOLERANSI
STRUKTUR SPESIFIKASI TEKNIK
YANG BAKU
1. UMUM : HAL-HAL UMUM SEHUBUNGAN
DENGAN PEKERJAAN
2. MISALNYA :
• JUDUL: GALIAN (“PERLU EXCAVATOR”)
• LINGKUP: PENGGALIAN; PEMBUANGAN (MEMUAT;
MENGANGKUT; MEMBUANG, MERATAKAN DAN ME-
MADATKAN) >> JUDUL (PERLU EXCAVATOR,
BULDOZER; LOADER; DUMP TRUCK; GRADER; ALAT
PEMADAT)
TITIK POTONG
TERENDAH
C
3. BUTIR 2. DIANGGAP:
TERMASUK PADA BAGIAN PEKERJAAN “UTAMA”-
NYA atau TERSEBAR KE DALAM PAY-ITEMS
YANG
LAIN.
2. PREVENTIF
KEGIATAN PERBAIKAN JALAN UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN
LEBIH BERAT SEBELUM DITINGKATKAN . FOG SEAL, BURAS,
CHIP SEAL, SLURRY SEAL, LATASIR, LTBA, DLL.
DPP - HPJI
Permukaan jalan yang rusak dibongkar dengan jack hammer setelah batas-
batasnya dipotong dengan pavement cutter.
Kalau dasar galian lapis pertama masih menunjukkan retak-retak atau tidak
kokoh, perlu digali lebih dalam.
Penyemprotan Tack Coat perlu dilakukan merata ke seluruh bidang, termasuk
bidang tegak..
• Hindari Tack Coat yang berlebihan / tergenang, karena akan berpotensi
menimbulkan bleeding (kegemukan aspal). Bagian perkerasan yang tidak
kokoh harus dibongkar kembali.
CONTOH PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN
YANG DILAKSANAKAN KURANG BAIK (2)
DPP - HPJI
Mengapa terjadi
kerusakan seperti ini ???
Kerusakan berupa
retakan dan
penurunan
Material filling, yang diangkut
dengan truk, sudah dingin.
Pemadatan dengan alat yang tidak memadai.
Hasil penambalan tidak sempurna, kepadatan kurang, dan air masih bisa
masuk ke dalam material tambalan.
Bidang sisi ujung galian tidak tegak (hasil penggalian menggunakan Cold
Milling Machine), penyemprotan secara manual sulit rata, dan material
Tack Coat tergenang pada dasar alur-alur galian.
Terjadinya genangan material tack coat pada alur-alur
galian dapat menjadi penyebab bleeding.
Terjadinya genangan material tack coat pada
alur-alur galian dapat menjadi penyebab
bleeding.
Raking (tabur) dan penaburan kembali mengakibatkan segregasi permukaan.
Pada pemadatan awal, ¼ lebar roda pemadat sebaiknya berada di atas
hamparan yang belum dipadatkan, guna memudahkan diperolehnya kerataan
sambungan memanjang.
Tidak boleh dilakukan pembasahan roda alat pemadat dengan
minyak (apalagi minyak goreng) !!!
Pembasahan roda Tyre Roller tidak boleh berlebihan; cukup dengan lap basah,
tidak boleh dengan minyak/solar; kalau perlu, boleh dengan air ditambah
sedikit detergen. Roda Tyre Roller perlu dipasang keset agar campuran aspal
tidak menempel.
Yang harus dan tidak boleh dilakukan dalam
pekerjaan scrapping and filling :
• Pada penggalian untuk pothole patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh. Apabila tidak, atau terdapat retak-
retak, maka harus digali lagi sampai bagian yang utuh.
• Tack coating pada dasar galian yang permukaannya tidak rata tidak boleh
menimbulkan genangan pada bagian-bagian yang rendahnya, karena akan
mengakibatkan kelebihan tack coat, dan nantinya akan naik ke atas akibat
beban lalu lintas sehingga menimbulkan bleeding (kegemukan aspal) di
permukaan jalan.
Scrapping & Filling
Scrapping dengan Cold Milling Machine :
– Sampai kedalaman yang dasarnya kokoh.
– Sisi-sisi samping dan ujung harus tegak.
Filling :
– Tack Coat diusahakan merata dengan jumlah /
ketebalan yang benar, meliputi bidang dasar dan
bidang tegak galian.
– Filling material baru dihampar setelah jika
menggunakan Aspal Emulsi harus break (ditandai
dengan perubahan warna dari coklat ke hitam), dan
air di permukaan menguap.
SKEDUL UTAMA KEGIATAN KONSTRUKSI
MASA KONTRAK
========================================================
MASA PEMELIHARAAN RUTIN :
REINSTATEMENT TINGKAT LAYANAN JALAN
========================================
FASILITAS LAB.
========
SURVAI LAP. AWAL oleh KONTRAKTOR
==== UNTUK
REVIEW DESAIN oleh DIREKSI PEKERJAAN
PEMBAYARAN
FASILITAS & PELAKSANAAN
PENGUJIAN
1. FASILITAS PENGUJIAN :
Q
Q Q Q
C
C C C
Lapis Pondasi
Ag. I + Ag.II Ag. Kelas A
Agregat
CEK PROSES
Tahap Tahap Tahap
Bahan Baku Bahan Olahan Produk Jadi
Dimensi : Dimensi : Dimensi :
QC Gradasi Gradasi Tebal
Kualitas : Kualitas : Kualitas :
Abrasi DIMENSI CBR CBR
QC = CEK PRODUK SISTEM JAMINAN MUTU
KUALITAS
(QUALITY ASSURANCE SYSTEM)
CEK PROSES Periksa
“Check List utk Pek. Jalan dan Jembatan”
PEKERJAAN DRAINASE
(Divisi 2)
DRAINASE
PASANGAN BATU DENGAN MORTAR
Alat berat tidak boleh beroperasi < 1,5 m dari pipa sampai
seluruh pipa terbungkus dengan ketinggian ≥ 60 cm di atas
puncak pipa
DRAINASE (Lanjutan)
DRAINASE POROUS
Pengadaan, pengangkutan, pemasangan dan pemadatan bahan
porous untuk drainase bawah tanah atau untuk mencegah
butiran tanah halus terhanyut atau tergerus oleh rembesan
air bawah tanah
TITIK POTONG
TERENDAH
C
SAE40
Aspal Cair : MC 250 atau MC 800
Aspal Emulsi
Takaran:
Takaran Aspal & Agregat Penutup
BEBAN
PISTON PENEKAN
pencampuran di lapangan
isotropis ?
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
CLOSE UP PERMUKAAN
LAPIS FONDASI AGREGAT
LATASTON (HRS)
Terdiri dari dua macam, yaitu Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) dan
Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course).
Ukuran maks agregat 19 mm.
Kunci perencanaan campuran:
- Gradasi benar-benar senjang
- Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan spesifikasi.
LASTON (AC)
Terdiri dari tiga macam campuran, yaitu Laston Lapis Aus (AC-WC),
Laston Lapis Pengisi (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-
Base).
Ukuran maks agregat masing-masing campuran 19 mm; 23,4 mm; dan
37,5 mm.
Campuran AC yang menggunakan aspal modifikasi masing-masing disebut
SUSUNAN PERKERASAN JALAN
LASTON (AC)
Aspal keras + agregat gradasi menerus + filler, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu.
- fungsi : mendukung beban lalin berat, pelindung dari pengaruh air,
sbg lapis aus, menyediakan permukaan yg rata & tdk licin
- sifat : tahan aus, kedap air, stabilitas tinggi, struktural
AC-Base
Prime Coat
Agregat Kls.A
Agregat Kls.B
Tanah Dasar
Gradasi Batuan
Gradasi Seragam
Gradasi Menerus
Ukuran butiran
Gradasi Senjang yang tidak ada
KRITERIA YANG HARUS DIPENUHI
CAMPURAN BERASPAL
Toleransi tebal :
• SMA Tipis tidak lebih dari 2,0 mm
• SMA Halus tidak lebih dari 3,0 mm
• SMA Kasar tidak lebuh dari 3,0 mm
• Lataston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Lataston Lapis Pondasi tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Aus tidak lebih dari 3,0 mm
• Laston Lapis Antara tidak lebih dari 4,0 mm
• Laston Lapis Pondasi tidak lebih dari 5,0 mm
KETENTUAN BAHAN
Ketentuan Agregat Kasar
Fraksi Agregat Kasar adalah yang tertahan # No. 4 (4,75 mm)
Penyerapan air oleh semua jenis Agregat maksimum 3 %
Berat Jenis Agregat Kasar dan Halus tidak boleh berbedah lebih 0,2
Jenis Campuran Standar Nilai
Kekekalan Bentuk Agregat Natrium sulfat Maks. 12 %
Terhadap Larutan Magnesium sulfat SNI 3407:2008 Maks. 18 %
Campuran AC 100 putaran Maks. 6 %
Abrasi dengan Modified dan SMA 500 putaran Maks. 30 %
mesin Los Semua jenis 100 putaran SNI 2417:2008 Maks. 8 %
Angeles lcampuran aspal 500 putara Maks. 40 %
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min. 95 %
Agregat lolos ayakan nomor 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10%
Ketentuan Bahan Pengisi (Filler)
37,5 100
25 100 100 90 - 100
19 90 - 100 90 - 100 100 100 100 100 100 90 - 76 - 90
100
12,5 100 75 - 85 50 - 80 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
9,5 70 - 95 50 - 80 25 - 60 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 77 - 90 66 - 82 52 - 71
4,75 30 - 50 20 - 35 20 - 28 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 20 - 30 16 - 24 16 - 24 50 - 723 35 - 553 50 - 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 14 - 21 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,600 12- 18 35 - 60 15 - 35 20 - 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,300 10 - 15 15 - 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,150 6-15 5 -13 4-10
0,075 8 - 12 8 - 11 8-13 6-10 2-9 6-10 4-8 4-9 4-8 3- 7
Ketentuan Aspal Keras
Tipe II Aspal yang
Dimodifikasi
Tipe I Aspal
Metoda A B
No. Jenis Pengujian Pen.
Pengujian
60- 70
PG70 PG76
5 Total bilangan amine (amine value), mL HCI/g ASTM D2073-07 150 – 350
Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran Lapis Pondasi
Lapis Aus
Antara
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm dengan Min. 0,6
kadar aspal efektif Maks. 1,6
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%)
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Min. 2 3
Pelelehan (mm)
Maks 4 6
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min. 90
perendaman selama 24 jam, 60 °C
Rongga dalam campuran (%) pada Kepadatan
Mm. 2
membal (refusal)
Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston Mod (AC Mod)
Volume Aspal
Volume Agregat
VIM VMA
VFB
Volume Aspal yang Terserap Agregat
Rumusan Campuran Rancangan (DMF)
Toleransi Komposisi
Agregat Gabungan
Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lobos ayakan 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat
Lobos ayakan No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
Lobos ayakan No.200 ± 1 % berat total agregat
Rumah Timbangan
Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan
yang siap dikirim ke tempat penghamparan.
PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL
PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL
Perkiraan Temperatur
Viskositas Aspal
No. Prosedur Pelaksanaan Aspal
(Pas) Tipe I Tipe II
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ketumpukan Setiap 1.000 m3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) Setiap 250 m3 (min.2
pengujian per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m3
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai dilapangan Setiap batch dan pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2
pengujian per hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan, marshall quotient Setiap 200 ton (min. 2
(untuk non AC), rongga dalam campuran pada 75 pengujian per hari)
tumbukan dan stabilitas marshall sisa a tau Indirect
tensile Strength Ratio (ITSR)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan marshall Setiap 3.000 ton
- Cam1puran rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari Paling sedikit 3 titik yang
setiap jalur lau lintas diukur melintang pada paling
sedikit setiap 12,5 meter
memanjang sepanjang jalan
tersebut
PENGENDALIAN MUTU HARIAN
Analisa saringan, paling sedikit dua contoh agregat per hari dari setiap
penampung panas.
Temperatur campuran saat pengambilan contoh di AMP maupun di
lokasi penghamparan (satu per jam).
Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan
lapangan terhadap JMD untuk setiap benda uji inti (core).
Kepadatan Marshall, Stabilitas, Flow , Marshall Quotient, Stabilitas
Marshall Sisa atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR), paling sedikit
dua contoh per hari.
Kadar bitumen aspal keras maupun aspal modifikasi dalam campuran
dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi campuran paling
sedikit dua contoh per hari.
Untuk filler (added) dari Kapur, Semen atau Asbuton ditentukan dengan
mencatat kuantitas silo atau penampung sebelum dan setelah produksi.
Kadar anti stripping ditentukan dengan mencatat volume tangki sebelum
dan sesudah produksi dan juga diperiksa dengan pengujian Stabilitas
Marshall Sisa untuk setiap 200 ton produksi.
124