PERKERASAN KAKU
&
PERKERASAN LENTUR
Disusun Oleh
Nama /2 02 : Muhammad Kaisardani
3
21 1
NPM
06
/
: 20222010014
PERKERASAN KAKU
2
PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku
Semua jenis lapisan : 40 tahun
Umur Rencana < Kapasitas Jalan pada saat UR
4
Struktur perkerasan yang umum dapat dilihat pada dan Gambar 1-2.
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Concrete
Tanah Dasar
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Concrete
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Tanah Dasar
Perkerasan Beton
Lapis pondasi Beton Kurus (LMC)
Lapis Drainase Agregat Kelas A
Tanah Dasar
Peningkatan Tanah Dasar tebal
850 mm 850 mm CBR ≥ 4% (jika dibutuhkan) Pondasi
5
Struktur Perkerasan Kaku Pada Galian
2. KELOMPOK SUMBU KENDARAAN
NIAGA DESAIN YG LEWAT SELAMA
UR
Distribusi Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
Untuk Perkerasan Kaku, Pd T-14-2003: Lampiran A
Heavy Vehicle Axle Group (HVAG) & bukan CESA
6
7
Gambar 10-1 Jenis kendaraan dan jumlah kelompok sumbu
8
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan ini
tidak linier, melainkan exponensial sbb:
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3
4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16
9
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
10
Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga (1)
untuk Jalan Lalu Lintas Berat (untuk desain perkerasan kaku)
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
Sumbu STRT STRG STdRT STdRG STrRG
14
GAMBAR 7-1, hal 7-3
CBR Maksimum Tanah Dasar untuk Permukaan Tanah Lunak yang diberi Lapis
Penopang
16
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (3)
HAL 7-4
20
Batas yang Penanganan pencegahan
Jenis penurunan Kelas Jalan Uraian
diijinkan tipikal
Kasus Umum Total Semua jalan nasional, Penurunan mutlak Total 100 mm a) Pra-pembebanan sebelum
Penurunan propinsi dan kolektor setelah dimulainya pelaksanaan perkerasan (pra
pelaksanaan perkerasan pembebanan pada oprit
(setara dengan di struktur, sebesar periode
samping bangunan konsolidasi primer mungkin
struktur) dibutuhkan kecuali
penanganan tambahan
diberikan)
b) wick drain atau beban
timbunan tambahan
sementara (surcharge) bila
diperlukan untuk
mempercepat konsolidasi
c) penggantian tanah atau
pemancangan pada bagian
oprit struktur
Perbedaan Penurunan Jalan bebas hambatan Di antara setiap dua titik 0,003:1 Seperti untuk total settlement
dan Penurunan Total jika atau jalan raya dengan secara memanjang dan (perubahan
bersampingan dengan kecepatan rencana 100 - melintang termasuk yang kemiringan 0,3%)
bangunan struktur 120 km/j bersampingan dengan 0,006:1 (0,6%)(nilai Seperti di atas
Jalan raya atau jalan kecil struktur tertanam dan antara bisa dipakai
dengan kecepatan atau pada relief slab untuk kecepatan
rencana 60 kpj atau lebih abutment jembatan rencana lainnya)
rendah
Penurunan Rangkak Jalan bebas hambatan Digunakan pada 4 mm di Tinggi timbunan minimum sesuai
(Creep Settlement) atau jalan raya dengan perkerasan kaku dengan sambungan Gambar 7, atau dukungan dari
akibat beban dinamis kecepatan rencana 100 - sambungan micro pile dan cakar ayam atau
dan statis 120 km/j tulangan menerus.
Jalan raya atau jalan kecil 8 mm di
dengan kecepatan sambungan 21
rencana 60 km/j atau lebih
rendah
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH
DASAR (6)
PERHATIAN,
(hal 7-8)
Beton bertulang hendaknya digunakan ketika salah satu dari
kondisi berikut ini tidak bisa dipenuhi:
23
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (8)
7.6 Waktu Pra-Pembebanan pada Tanah Lunak, hal 9-9
Catatan :
1. Wick drain, surcharge, konsolidasi vakum atau penanganan lainnya agar
dipertimbangkan untuk mengurangi waktu pra-pembebanan sehubungan
dengan waktu yang tersedia untuk pra-pembebanan yang terbatas.
2. Penilaian geoteknik dibutuhkan untuk menentukan waktu pra-pembebanan
yang sebenarnya.
3. Timbunan > 3 m diatas tanah lunak membutuhkan penyelidikan geoteknik
menyeluruh terutama untuk stabilitas lereng.
25
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH
DASAR (9)
7.7 Tinggi Minimum Timbunan untuk Mendukung
Perkerasan Kaku diatas Tanah Lunak Tanpa Perbaikan
26
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR (10) (HAL. 7-9 )
Tinggi-tinggi tersebut merupakan nilai minimum. Tinggi
tambahan harus ditambahkan pada nilai alinyemen vertikal
yang ditunjukkan dalam Gambar untuk mengantisipasi:
Penurunan pasca konstruksi.
Perbedaan superelevasi atau lereng melintang dari titik
rendah ke garis kendali alinyemen vertikal, termasuk
untuk desain pelebaran.
27
3. DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH
DASAR (11), HAL 7-10
Diambil tinggi 2100 mm sebagai tinggi minimum timbunan
yang memenuhi 4 kondisi di bawah ini:
30
5. LAPISAN DRAINASE & LAPISAN
SUBBASE
Tebal lapisan diperoleh dari Bagan Desain 4, hal 8-6
31
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (1)
Lihat ketentuan-ketentuan dari Pd T-14-2003
Sambungan :
Tujuan
Membatasi tegangan & pengendalian retak akibat
penyusutan, lenting dan beban lalu lintas
Memudahkan pelaksanaan
Mengakomodasi gerakan pelat
Jenis Sambungan
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
Mengakomodasi gerakan pelat
Semua sambungan harus ditutup dng joint sealer kecuali
sambungan isolasi diisi dulu dng joint filler 32
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (2)
Sambungan Memanjang dgn Batang pengikat (Tie
Bar) :
35
6. MENETAPKAN JENIS SAMBUNGAN
(UMUMNYA DOWEL) (4)
Sambungan Susut Memanjang :
Diamater Ruji
37
38
7. JENIS BAHU JALAN
Bahu Berpengikat:
Jika terdapat kerb
Gradien Jalan > 4%
Sisi yg lebih tinggi pada kurva superelevasi
LHRT > 10.000
Jalan Tol atau Jalan Bebas Hambatan
Dalam hal untuk lalu lintas sepeda motor
40
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN
SAMBUNGAN, DSB (1)
Tebal pelat beton dari Bagan Desain 4 & 4A
Struktur Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5
Kelompok sumbu kendaraan berat
<4.3x106 <8.6 x 106 < 25.8x106 <43 x 106 <86 x 106
(overloaded)11
Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk
desain perkerasan kaku tersebut didasarkan pada ketentuan berat kelompok
kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer
harus menggunakan pembebanan kelompok beban yang aktual. LAMPIRAN A
memberikan pembebanan kelompok sumbu yang mewakili untuk Indonesia.42
Bagan Desain 4A: (hal 8-6)
Perkerasan Kaku untuk Jalan dng Beban Lalu Lintas Rendah
Perkerasan Kaku untuk Jalan Desa dengan Lalu Lintas rendah, jalan untuk jumlah
kendaraan niaga rendah dan lalu lintas seperti dalam Bagan Desain 5A
Tanah dasar Tanah Lunak dengan Lapis Dipadatkan Normal
Penopang
Bahu Terikat Ya Tidak Ya Tidak
Tebal Pelat Beton (mm)
Akses terbatas hanya mobil penumpang dan 160 175 135 150
motor
Dapat diakses oleh truk 180 200 160 175
Tulangan distribusi retak Ya Ya jika daya dukung
pondasi tidak seragam
Dowel Tidak dibutuhkan
LMC Tidak dibutuhkan
Lapis Pondasi Kelas A 30 mm 125 mm
Jarak sambungan transversal 4m
43
44
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN SAMBUNGAN,
DSB(3)
Sambungan Isolasi :
45
46
47
9. DETAILED DESAIN MELIPUTI DIMENSI PELAT BETON,
PENULANGAN, POSISI ANKER, KETENTUAN
SAMBUNGAN, DSB (4)
Pola Sambungan :
51
Penggunaan Angker Panel dan Angker Blok pada
Jalan dengan Kemiringan Memanjang yang Curam
Kemiringan (%) Angker Panel Angker Blok
3–6 Setiap panel ketiga Pada bagian awal kemiringan
6 – 10 Setiap panel kedua Pada bagian awal kemiringan
>10 Setiap panel Pada bagian awal kemiringan dan 52
pada setiap interval 30 m berikutnya
9.2. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI
PERKERASAN (1)
Daya dukung tepi perkerasan sangat diperlukan,
terutama bila terletak pada tanah lunak atau
tanah gambut (peat).
Ketentuan minimum :
Setiap jenis lapisan pekerasan harus dipasang sampai lebar yg ≥
nilai min. dalam Gambar 9.1 di bawah ini
Timbunan tanpa penahan pada tanah lunak (CBR < 2%) atau
tanah gambut (peat) harus dipasang pada kemiringan tidak lebih
curam dari 1V : 3H
Lapis penopang dan peningkatan daya dukung tanah dasar harus
diperpanjang di bawah median sebagai-mana dalam Gambar
9.1. Area median harus terdrainase baik atau diisi dengan lean
mix concerete atau dengan bahan pengisi kedap untuk
menghindari pengumpulan air yg merusak tepi perkerasan
53
10. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI PERKERASAN (2)
Tempat keluarnya air (daylight) melalui lapisan rembesan
yang lebih bawah
Tepi luar
P+S+C P
.
Tempat keluarnya
.
air (daylight) melalui
lapisan rembesan yg
lebih bawah
54
10. KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI PERKERASAN (3)
55
PERKERASAN LENTUR
56
JENIS STRUKTUR PERKERASAN
1. Struktur perkerasaan pada
permukaan tanah asli;
2. Struktur perkerasan pada timbunan;
3. Struktur perkerasan pada galian.
57
PENDAHULUAN 1-1
Gambar 1-1: Komponen Struktur Perkerasan Lentur (Lalu Lintas Berat)
Perkerasan
LPA Kelas A atau CTB
LPA Kelas B
Tanah Dasar
Perbaikan Tanah Dasar Pondasi
(jika dibutuhkan) atau
Lapis Penopang (jika dibutuhkan)
Struktur Perkerasan Lentur (Lalu Lintas Berat) pada PermukaanTanah Asli (At Grade)
LPA Kelas B
Tanah Dasar
LPA Kelas B
Tanah Dasar
Perbaikan tanah dasar atau lapis Pondasi
drainase(jika dibutuhkan)
59
PENAJAMAN PADA HAL-HAL SBB :
60
DESAIN PEKERASAN BARU JALAN LENTUR
1. Umur Rencana
2. Pemilihan Struktur Perkerasan
3. Lalu Lintas
4. Traffic Multiplier Lapisan Aspal
5. Zona Iklim
6. Modulus Bahan
7. Drainase Bawah Permukaan
8. Desain Pondasi Jalan
9. Tanah Dasar Lunak
10.Desain Perkerasan
11.Masalah Pelaksanaan yang Mempengaruhi Desain
12.Prosedur Desain
61
DESAIN PERKERASAN JALAN LENTUR
Beban Berlebih
Penggunaan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai
Temperatur Perkerasan Tinggi
Penggunaan modulus yang lebih sesuai
Curah Hujan Tinggi
Faktor drainase & daya dukung tanah dasar
Tanah Lunak
Penanganan tanah dasar & dampaknya
Tantangan ke-5 :
Mutu Konstruksi
Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan
62
BAGIAN I – STRUKTUR
PERKERASAN BARU
63
PROSEDUR DESAIN
Perkerasan Lentur
Pedoman tsb diatas “tetap valid” (?) namun solusi desain harus konsisten dengan semua
persyaratan dalam Manual ini.
64
PERKERASAN LENTUR
65
PERKERASAN LENTUR
68
2. UMUR RENCANA (UR) JALAN BARU (HAL
2-1 )
69
2. CESA4 (1)
(CUMULATIVE EQUIVALENT SINGLE AXLE - EKSPONEN 4)
Traffic Counting, hal 4-1
Durasi min. 7 x 24 jam, Pd T-19-2004-B: Lampiran A1
Hasil survei sebelumnya
Tabel 4.5 perkiraan lalin khusus untuk LHR rendah
Klasifikasi jenis kendaraan
Tabel 4.4 (Klasifikasi kendaraan dan Nilai VDF Gabungan) hal 4-4
Faktor Pengali Pertumbuhan Lalin
R = ((1+0,01i)UR-1)/0,01i
Jika tidak ada data pertumbuhan (i), gunakan berikut:
Tabel 4-1
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4
P
VDF = P=6 T, VDF = 1.6425
5.3
4
P
VDF = P=10 T, VDF = 2.2555
8.16
72
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF , BINA MARGA)
4 4
P P
VDF = = X 0,266
15 8,16
P=18 T, VDF = 2.0362
4 4
P P
VDF = = X 0,028
18 8,16
73
TABEL 4.5 KLASIFIKASI KENDARAAN DAN VEHICLE DAMAGE FACTOR
Tabel 4.4 : Vehicle Damage Factor (VDF) Gabungan (kendaraan niaga
(VDF) BAKU
dengan 6 roda atau lebih) hal 4-4
Bali, Nusa
Tenggara,
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi
Maluku dan
Papua
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
VDF 4
VDF 5
Normal MST 12T 3.4 4.4 4.5 5.9 3.6 5.0 3.3 4.3 2.6 3.1
Beban berlebih 5.4 8.8 7.2 12.0 5.2 9.2 6.0 10.0 3.1 4.2
Beban sangat
8.6 18.9 10.0 18.5 7.5 15.2 7.5 14.5 - -
berlebih*
74
2. CESA4 (2)
(CUMULATIVE EQUIVALENT SINGLE AXLE - EKSPONEN 4)
78
2. CESA4 (5)
(CUMULATIVE EQUIVALENT SINGLE AXLE - EKSPONEN 4)
ESA4 = (Lij/SL)4
83
6. HOMOGENOUS SECTION &
DAYA DUKUNG TANAH DASAR (1)
III III
I
III
III
III
III
III
II II
I
84
Zona Iklim untuk Indonesia Lamp B-1
Uraian Curah hujan
Zona Lokasi
(HDM 4 types) (mm/tahun)
tropis, kelembaban Sekitar Timor dan Sulawesi
I sedang dengan musim Tengah seperti yang <1400
hujan jarang ditunjukkan gambar
tropis, kelembaban
Nusa Tenggara, Merauke,
II sedang dengan musim 1400 - 1800
Kepulauan Maluku
hujan sedang
Sumatera, Jawa,
tropis, lembab dengan Kalimantan, Sulawesi,
III 1900 - 2500
musim hujan sedang Papua, Bali, seperti yang
ditunjukkan gambar
tropis, lembab dengan
Daerah pegunungan yang
hujan hampir sepanjang
IV basah, misalnya Baturaden >3000
tahun dan kelembaban
(tidak ditunjukkan di peta)
tinggi dan/atau banyak air
85
7. STRUKTUR PONDASI JALAN (1)
Tanahnya Tanahnya
alluvial YES jenuh atau NO
dengan berpotensi
kepadatan jenuh ?
rendah ?
YES
NO
88
CATATAN DALAM KASUS 2,3,4 ATAU 6 NILAI DIGUNAKAN UNTUK DESAIN PERLU DISESUAIKAN DENGAN FAKTOR PENYESUAIAN “M”.
FSL : FINISHED SURFACE LEVEL (SAMPAI DENGAN BAGIAN TERATAS PERKERASAN)
BAGAN DESAIN 2 : SOLUSI DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM3
Lalu Lintas Lajur Desain
Umur Rencana 40 tahun
(juta CESA5)
Prosedur
CBR Tanah Dasar Kelas Kekuatan Tanah Uraian Struktur
Desain <2 2-4 >4
(Bagan Desain 1) Dasar Pondasi Jalan
Pondasi
Tebal minimum peningkatan
tanah dasar
< 1,5 3 4 5
1,5 – 2,0 5 6 9
2,0 – 2,5 8 10 13
2,5 – 3,0 12 14 19
92
9.6 SURVEY LAPANGAN, PENGUJIAN & ANAISIS
MATERIAL TANAH DASAR (3)
9.6.3 Alternatif Pengukuran Daya Dukung : hal 6-8
94
Nilai desain (CBR/lendutan) = (hasil bacaan DCP atau data
7. STRUKTUR PONDASI JALAN (9)
9.7 Perbaikan Tanah Dasar dengan Stabilisasi : hal 6-10
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir
Kelas Jalan Tinggi tanah dasar diatas muka air Tinggi tanah dasar diatas
tanah (mm) muka air banjir (mm)
Jalan Bebas 1200 (jika ada drainase bawah 500 (banjir 50 tahunan)
Hambatan permukaan di median)
1700 (tanpa drainase bawah
permukaan di median)
Jalan Raya 600 (jika ada drainase di median)
Jalan Sedang 600 500 (banjir 10 tahunan)
Jalan Kecil 400 Tidak digunakan
96
10. TANAH LUNAK (1) HAL 7-1
10.1 Umum :
98
TANAH LUNAK (3)
10.3 Lapis Penopang : hal 7-2
103
8. STRUKTUR PERKERASAN (4)
F4 F5 F6 F7 F8
Untuk lalu lintas di bawah 10 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif yang lebih murah3
juta CESA5 lihat bagan desain
3A – 3B dan 3 C
AC WC 40 40 40 50 50
AC BC 5 60 60 60 60 60
AC BC atau AC Base 75 95 125 160 220
CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A2 150 150 150 150 150
Catatan :
1. Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku
2. Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 –150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 –150 mm
3. Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah
4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan
pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.
5. AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.
6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA. 105
Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif
Bagan Desain 3A: Desain Perkerasan Lentur Alternatif, hal 59
Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan, namun untuk
desain perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Bagan Desain 3.
106
Alternatif Bagan Desain 3C: hal 8-5
Desain Perkerasan Lentur - Aspal dgn Lapis Pondasi Berbutir
(Solusi untuk Reliabilitas 80% Umur Rencana 20 Tahun)
STRUKTUR PERKERASAN
FF1 FF2 FF3 FF4 FF5 FF6 FF7 FF8 FF9
Solusi yang dipilih Lihat Catatan 3 Lihat Catatan 3
Pengulangan beban
sumbu desain 20
tahun di lajur
rencana 1-2 >2 - 4 >4 – 7 >7 - 10 >10 - 20 >20 - 30 >30 - 50 >50 - 100 >100 - 200
(pangkat 5)
(106 CESA5)
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
AC WC 40 40 40 40 40 40 40 40 40
AC BC 60 60 60 60 60 60 60 60 60
AC Base 0 70 80 105 145 160 180 210 245
LPA 400 300 300 300 300 300 300 300 300
Catatan 1 1 2 2 3 3 3 3 3
Catatan Bagan Desain 3A:
1. FF1 atau FF2 harus lebih diutamakan daripada solusi F1 dan F2 atau dalam situasi jika HRS berpotensi rutting
2. FF3 akan lebih efektif biaya relatif terhadap solusi F4 pada kondisi tertentu
3. CTB dan pilihan perkerasan kaku (Bagan Desain 3) dapat lebih efektif biaya tapi dapat menjadi tidak praktis jika
sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia. Solusi dari FF5 - FF9 dapat lebih praktis daripada solusi Bagan Desain 3
atau 4 untuk situasi konstruksi tertentu. Contoh jika perkerasan kaku atau CTB bisa menjadi tidak praktis : pelebaran
perkerasan lentur eksisting atau diatas tanah yang berpotensi konsolidasi atau pergerakan tidak seragam (pada
perkerasan kaku) atau jika sumber daya kontraktor tidak tersedia.
4. Faktor reliabilitas 80% digunakan untuk solusi ini.
107
5. Bagan Desain 3A digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk diimplementasikan
BAGAN DESAIN 5 - PERKERASAN BERBUTIR DNG LAPIS TIPIS BURDA
hal 8-7
STRUKTUR PERKERASAN
SD1 SD2 SD3 SD43 SD53
Beban sumbu 20 tahun pada lajur desain CESA4x106)
<0,1 0,1 - 0,5 0,5 - 4 4 - 10 10 - 30
Ketebalan Lapis Perkerasan (mm)
Burda 20 nominal
Lapis Pondasi Agregat Kelas A 200 250 300 320 340
Lapis Pondasi Agregat kelas A, atau kerikil
alam atau distabilisasi, CBR ≥10%, pada 100 110 140 160 180
subgrade dengan CBR ≥ 5%
Catatan :
1 Ketentuan-ketentuan struktur pondasi jalan Bagan Desain 1 juga berlaku untuk Bagan Desain 5.
2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dihampar dng tebal padat minimum 125 mm dan maksimum 200 mm.
3 SD4 dan SD5 hanya digunakan untuk konstruksi bertahap atau untuk penutupan bahu.
4 Dibutuhkan pengendalian mutu yang baik untuk semua lapis perkerasan 108
BAGAN DESAIN 6 - PERKERASAN TANAH SEMEN (SOIL CEMENT)
(diijinkan untuk area dengan sumber agregat atau kerikil terbatas), hal 8-7
STRUKTUR PERKERASAN
SC1 SC2 SC3
Beban Sumbu 20 tahun pada lajur
desain (CESA4x106)
<0,1 0,1- 0,5 0,5 – 4
Ketebalan lapis perkerasan (mm)
HRS WC, AC WC (halus), Burtu atau Burda 50
LP Agregat Kelas A 160 220 300
Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B 110 150 200
Tanah distabilisasi, CBR 6% pada tanah dasar dengan
CBR ≥ 3% 160 200 260
Catatan :
1. Bagan Desain 6 digunakan untuk semua tanah dasar dengan CBR > 3%. Ketentuan Bagan Desain 2 tetap
berlaku untuk tanah dasar yang lebih lemah.
2. Stabilisasi satu lapis lebih dari 200 mm sampai 300 mm diperbolehkan jika disediakan peralatan stabilisasi
yang memadai dan untuk pemadatan digunakan pad-foot roller kapasitas berat statis minimum 18 ton.
3. Bila catatan 2 diterapkan, lapisan distabilisasi pada Bagan Desain 5 atau Bagan Desain 6 boleh dipasang
dalam satu lintasan dng persyaratan lapisan distabilisasi dalam Bagan Desain 2 sampai maksimum 300 mm.
4. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dengan ukuran nominal maksimum 30 mm jika dihamparkan
dengan lapisan kurang dari 150 mm.
5. Hanya kontraktor berkualitas dan mempunyai peralatan diperbolehkan melaksanakan pekerjaan Burda atau
pekerjaan Stabilisasi.
6. Solusi yang tidak menyelesaikan kendala menurut Bagan Desain 7 dapat ditentukan menggunakan Bagan
BAGAN DESAIN 7 PERKERASAN TANPA PENUTUP BERASPAL & LAPIS TIPIS BURDA
Bagan Desain 7 memberikan pendekatan desain menggunakan grafik untuk semua kerikil alam,
batu pecah dan perkerasan distabilisasi baik yang berpengikat ataupun dengan lapis tipis Burda.
Prosedur penggunaan bagan ini diberikan dalam Lampiran C. (hal 63)
Permukaan DBST Burda : Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30%
Permukaan kerikil : Agregat kelas A atau batu kerikil atau kerikil stabilisasi CBR ≥ 30% dan PI 4-12%
Tebal
material
berbutir
(mm)
110
Lalu Lintas Desain (ESA4)
Sumber : Autroads
8. DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (1), HAL 5-1
113
8. DRAINASE BAWAH PERMUKAAN (2) HAL 5-1
Kelandaian drainase bawah permukaan ≥ 0,5% & titik kontrol
pembuangan ≤ 60m
Jika koefisien drainase “m” < 1, maka tebal lapis berbutir harus
dinaikkan dengan rumus:
Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagian desain) /
“m”
114
. Tabel 5.1 Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berutir
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan nilai 'm' Detail Tipikal
nilai m yang sesuai) utk desain hal 5-3
Aggregate base B
115
drainase sub soil, medan datar 1.0 Drainase
Terkadang drainase
Kondisi
Tabel 5.1 Koefisien
sub soil dibawah
Lapangan
Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berutir sub soil
nilai 'm' Lapis Pondasi agregat kelas B
(digunakan untuk pemilihan Detail Tipikal
utk desain
nilai m yang sesuai) hal 5-3
.
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas Jalur Lalu Lintas Bahu
Bahu
rendah dan lapis pondasi bawah
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
1.nase
Galian dengan dari
melintang drainase sub soil,
sub base pada 0.9
1.2
jarak terdrainase
< 10 m atausempurna
pada titik terendah.
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir LapisPondasi
Lapis Pondasiagregat
agregatkelas
kelasBB
Geotekstil
Drainase
sub soil
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Jalur
Jalur Lalu
Lalu Lintas
Lintas Bahu
Bahu >500
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
2. timbunan
Timbunantanpa drainase
dg lapis pondasisubsoil
bawahdan 1.2
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm Rounding
menerus sampai bahu (day-lighting)
0.7 Geotekstil
(tidak terkena banjir)
Aggregate base B
Lapis Pondasi agregat kelas B
117
11. KEBUTUHAN BAHU JALAN BERPENUTUP (2)