Anda di halaman 1dari 146

PEDOMAN

I No. DDMt I Pl BM 12011 I


Konstruksi Dan Bangunan

Pedoman Pemerlksaan Jembatan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PRAKATA

Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini merupakan review terhadap Bridge


Management System tahun 1993 yang disiapkan untuk melaksanakan inspeksi kondisi
jembatan di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai panduan bagi Satuan Kerja I
Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan
jembatan yang didasarkan atas hasil identifikasi survey kondisi.

Pedoman Panduan Pemeriksaan Jembatan ini memuat Pemeriksaan Jembatan, Sistem


Penomoran Jembatan, Pemeriksaan lnventarisasi, Pemeriksaan Detail, Pemeriksaan
Rutin dan Pemeriksaan Khusus dan dilengkapi juga dengan lampiran berupa petunjuk
singkat survai jembatan di lapangan.

Pedoman ini diharapkan menjadi acuan kepada Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat
Komitmen di lingkungan Balai Besar I Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dalam
melaksanakan kegiatan pemeliharaan jembatan.

Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari
semua pihak terutama pemakai sangat kami harapkan sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan.

Jakarta, Februari 2011


Direktur Jenderal Bina Marga
DAFTARISI

BAB 1. UMUM

1.1. PENDAHULUAN

1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT


SYSTEM - BMS)

1.2. l BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS)


1.2.2 Pelaporan dan Memasukkan Data
1.2.3 Laporan BMS
1.2.4 Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis

1.3. PEMERIKSAAN JEMBAT AN

1.3 .1 Pemeriksaan Inventarisasi


1.3.2 Pemeriksaan Detail
1.3.3 Pemeriksaan Rutin
1.3.4 Pemeriksaan Khusus

1.4. INSPEKTUR JEMBATAN

1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan


1.4.2 Inspektur Jembatan Propinsi
1.4.3 Inspektur dan Keselamatan

1.5. PANDUAN PEMERJKSAAN JEMBAT AN

BAB 2. PEMERIKSAAN JEMBATAN

2.1. UMUM

2.2. DASAR-DASAR PROSEDUR

2.3. PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN RUTIN

2.4. PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM

2.5. DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN TANAH TIMBUNAN

2.6. BANG UN AN BAWAH

2.6.1. Pondasi
2.6.2. Kepala Jembatan dan Pilar

1
2.7. BANGUNAN ATAS

2.7.1. Gelagar Beton


2.7.2. Gelagar dan Rangka Baja
2.7.3. Struktur Kayu
2.7.4. Pasangan Kayu dan Pelengkung Bata
2.7.5. Jembatan Gantung
2.7.6. Lantai Beton dan Jembatan Pelat
2.7.7. Permukaan Lantai Kendaraan
2.7.8. Expansion Joint
2.7.9. Landasan/perletakan
2.7.10. Sandaran dan Perlengkapan
2.7.11. Drainase

BAB 3. SISTEM PENOMORAN JEMBAT AN

3.1. PENGERTIAN JEMBATAN

3.2. NOMOR JEMBATAN


3.2.1. Akhiran Ruas Jalan
3.2.2. Jembatan Tarnbahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelumnya
3.2.3. Lintasan Atas
3.2.4. Jembatan Ganda

3.3. LOKASI JEMBATAN

3.4. PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBAT AN


3.4. 1. Penomoran Komponen Utama
3.4.2. Penomoran Elemen

3.5. URUTAN PEMERIKSAAN

BAB 4.PEMERIKSAAN INVENT ARISASI

4.1. UMUM
4.1.1. Personalia
4. 1.2. Peralatan dan Material
4.1.3. Material Acuan
4.1.4. Urutan Pemeriksaan

4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI


4.1.1. Data Administrasi
4.1.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris
4.1.3. Data Bentang dan Komponen Utama
4.1.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi Inventariasi
4.1.5. Data Pelengkeap

11
BAB 5. PEMERIKSAAN DETAIL

5.1. UMUM
5.1.1. Personil
5.1.2. Peralatan dan Material
5.1.3. Bahan Acuan
5.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
5.1.5. Urutan Pemeriksaan

5.2. SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL


5.2.1. Umum
5.2.2. Hierarki dan Kode Elemen
5.2.3. Kode Kerusakan
5.2.4. Sistem Penilaian Elemen
5.2.5. Kerusakan yang Serius

5.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN S~CARA DETAIL


4.3.1. Data Administrasi dan lnventarisasi
4.3.2. Kesan Secara Keseluruhan
4.3.3. Daftar Elemen yang RuSak
4.3.4. Lokasi Elemen yang Rusak
4.3.5. Pemberian Nilai Kondisi
4.3.6. Data Lain
4.3.7. Pemeliharaan Rutin
4 .3.8. Catatan Kecil dan Sketsa

BAB 6. PEMERIKSAAN RUTIN

6.1. UMUM
6.1.1. Personil
6.1.2. Peralatan dan Material
6.1.3. Bahan Acuan
6.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Perneriksaan Rutin
6. 1.5. Urutan Pemeriksaan

6.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN RUTIN

111
BAB 7 PEMERIKSAAN KHUSUS

7.1. UMUM

7.2. PERSONIL

7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS

7 .3 .1. Metode Penilaian Material


a). Penilaian Sepintas Terhadap Kekuatan Beton
b). Penilaian Mutu Beton in-situ
c). Uji Coba Dinamis Yang Tidak Merusakan
d). Penilaian Pengaratan
e). Deteksi Keretakan Dalam Baja Bangunan
f). Deteksi Kegagalan Kabel atau Kawat
g). Penggunaan Radigrap Paad Bangunan Beton

7.3 .2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Beton


a). Pengukuran Pergerakan
b). Pengukuran Ektensometrik
c). Pengukuran Kekuatan dan Tekanan
d). Penilaian Properti Dinamis
e). Metode Membongkar dan Memuat

7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya


a). Penilaian Dalam Bawah Air
b). Mengukur Ketebalan Lapisan
c). Mengukur Selimut Beton, Mendeteksi Bar Tulangan dan Menentukan
Ukurannya

lV
BAB 1

UMUM
DAFTARISI

BABl

1. UMUM

1.1. PENDAHULUAN

1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBAT AN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM


-BMS)

1.2. l BMS - Sistem Manajemen Informasi (BMS - MIS)


1.2.2 Pelaporan dan Memasukkan Data
1.2.3 Laporan BMS
1.2.4 Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis

1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN

1.3 .1 Pemeriksaan lnventarisasi


1.3.2 Pemeriksaan Detail
1.3.3 Pemeriksaan Rutin
1.3.4 Pemeriksaan Khusus

1.4. INSPEKTUR JEMBATAN

1.4.1 Koordinasi Pemeriksaan Jembatan


1.4.2 lnspektur Jembatan Propinsi
1.4.3 Inspektur dan Keselamatan

1.5. PANDUAN PEMERIKSAAN JEMBATAN


1. UMUM

1.1. PENDAHULUAN

Jembatan adalah bagian yang penting dari suatu sistem jaringan jalan karena pengaruhnya
yang berarti bila jembatan itu runtuh atau jika tidak berfungsi dengan baik. Dikarenakan
jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai atau penghalang lalu lintas lainnya,
rnaka keruhtuhan jembatan akan mengurangi atau menahan lalu-lintas, yang mana
mengakibatkan mengganggu kenyamanan masyarakat berlalu lintas dan terganggunya
hubungan perekonomian.
Jadi penting artinya bila pemeriksaan jembatan merupakan bagian dari Sistem manajemen
Jalan.
Maksud pemeriksaan Jembatan adalah meyakinkan bahwa jembatan berada dalam
keadaan aman terhadap pemakai jalan dan juga untuk mengamankan nilai investasi
jembatan itu. Pemeriksaan merupakan suatu proses pengurnpulan data phisik dan kohdisi
secara struktur jembatan. .
Data jembatan dari hasil pemeriksaan digunakan untuk merencanakan suatu program
pemeliharaan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan.

1.2. SISTEM MANAJEMEN JEMBATAN (BRIDGE MANAGEMENT SYSTEM -


BMS)

Pada saat ini sudah dikembangkan Sistem Manajemen Jembatan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga yang berfungsi untuk membuat rencana kegiatan jembatan, pelaksanaan dan
pemantauan berdasarkan kebijaksanaan secara menyeluruh. Dalam BMS tennasuk
didalamnya kegiatan manajemen jembatan mulai dari pemeriksaan, rencana dan program
dan perencanaan teknis sampai pada pelaksanaan dan pemeliharaan.
Dengan BMS kegiatan-kegiatan tersebut dapat diatur secara sistematik, dengan
melakukan pekerjaan pemeriksaan j embatan secara berkala dan menganalisa data dengan
komputer dalam Sistem Manajemen lnformasi (Management Information System-EMS
MIS). Dengan bantuan BMS MIS ini , kondisi jembatan dapat dipantau dan dapat
ditentukan beberapa tindakan yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa jembatan dalam
keadaan aman dan layan, dengan menggunakan dana yang optimum untuk pekerjaan
j embatan.
Keseluruhan prosedur dalam BMS dijelaskan dalam Panduan Prosedur Umum. Bagan alir
BMS dalam gambar 1.1. memperlihatkan hubungan antara pemeriksaan dan proses
manajemen jembatan lainnya.

1-1
Gambar I.I.
Bagan Alir Kegiatan BMS

I BAGANKEGIATANBMS I
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Inventarisasi
I TINDAKANDARURAT I
Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan Rutin I
Pemeriksaan Khusus
I BATASAN MUATAN
I
I I
BMS MIS BINA MARGA
BRIDGE DATA BASE MIS
. I !RMS I

I RENCANA DAN PROGRAM I


I PENYELIDIKAN JEMBATAN DAN DESAIN ~

KONSTRUKSI
I PEMELIHARAAN I Jembatan Baru
Penggantian Penggandaan
I REHABILITASI I

I I
I MONITORING I

1.2.1. BMS - Sistem Manajemen Infor masi (BMS MIS)

BMS MIS berisi data base jembatan dan beberapa program komputer yang sesuai untuk :
• Memasukkan dan mengambil data pemeriksaan dan data lainnya,
• Menyiapkan laporan standar jembatan,
• Memeriksa database dan mengambil dalam kombinasi informasi yang bermacam-
macam,
• Skrining dan rankingjembatan serta menyiapkan program penangananjembatan,
• Mehyiapkan program jembatan tahunan dan lima tahunan,
• Analisa kasus perkasus untuk menentukan strategi penanganan guna menentukan
penanganan yang optimum untuk setiap jembatan.

1-2
BMS - MIS dihubungkan dengan Interurban Road Management Sy~tem (IRMS) dengan
Local Area Network (LAN) di dalam Direktorat Jenderal Bina Marga, dan dengan cara
pertukaran floppy disk dengan propinsi-propinsi. Data yang digunakan dari BMS-MIS
adalah data lalu-lintas, biaya operasi kendaraan, data referensi, dasar pertumbuhan lalu-
lintas dan data lainnya dari IRMS, untuk melaksanakan rencana dan program jembatan.

1.2.2. Pelaporan dan Memasukkan Data

Data hasil pemeriksaan jembatan dilaporkan dalam laporan standard pemeriksaan. Contoh
laporan pemeriksaan inventarisasi, detail dan rutin dapat dilihat dalam lampiran 1, yang
ada kaitannya dengan laporan IBMS yang digunakan pada waktu pemeriksaan jembatan.
Laporan IBMS yang digunakan selama pemeriksaan harus dilaporkan oleh BMS
Supervisor secepat mungkin setelah program pemeriksaan ditentukan.
Laporan pemeriksaan oleh BMS Supervisor tiap propinsi BMS Supervisor mengatur data
yang akan dimasukkan dalam Database BMS. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dalam
waktu dua minggu setelah pemeriksaan.
Sebelum data dimasukkan ke dalam komputer, laporan sementara hasil pemeriksaan
jembatan dijilid terlebih dahulu dalam suatu file di kantor BMS. Setelah data dimasukkan
ke dalam komputer, laporan dimasukkan dalam data file untuk jembatan yang
bersangkutan. Manual data file berisi tidak hanya hasil, pemeriksaan jembatan, melainkan
juga perhitungan perencanaan teknis, laporan pelaksanaan dan photo-photo, dan semua
dokumen lainnya yang tidak dapat disimpan dalam database BMS.
Data file jembatan dan semua database jembatan disimpan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga untuk semua jembatan yang terletak pada ruas jalan nasional dan propinsi. Setiap
propinsi menyimpan data file dan komputer database jembatannya sendiri. Floppy disk
(diskette) yang berisi database yang terakhir dikirimkan ke Direktorat Bina Program Jalan
(BIPRAN) oleh masing-masing propinsi, sehingga database secara keseluruhah dapat
dimutakhirkan.

1.2.3. Laporan BMS

Setelah pemeriksaan jembatan dan semua data sudah lengkap, laporan dimutakhirkan oleh
BMS Supervisor dan selanjutnya diserahkan kepada Kepala Seksi Perencanaan untuk
didistribusikan kepada staff yang berkaitan.
Beberapa laporan seperti Laporan Data jembatan, merupakan hal yang um um yang berisi
tentang:
IBMS - BD2 : Data Umum Jembatan (untuk semuajembatan)
IBMS - BD3 : Kesimpulan kondisi jembatan (dalam format tabel atau grafik)
Laporan lainnya seperti Laporan Tindakan Jembatan, merupakan hal yang spesifik, dan
hanya berisi daftar namajembatan yang memerlukan tindakan sebagai berikut:
IBMS - ARI Laporan Tindakan darurat - Berisi tentang daftar nama jembatan yang
memerlukan tindakan darurat, perbaikan atau perkuatan.
IBMS - AR2 Laporan Pemeriksaan Khusus - Berisi daftar nama jembatan yang
disarankan oleh Inspektur jembatan dilakukan Pemeriksaan khusus.
IBMS - AR3 Laporan Pemeliharaan Rutin - Berisi daftar nama jembatan yang
memerlukan pemeliharaan rutin dengan kerusakan yang kecil.

1-3
1.2.4. Skrining dan Ranking Jembatan secara Teknis

Salah satu program dalam BMS MIS adalah modul Skrining dan Ranking Jembatan secara
Teknis, yang menggunakan data dari hasil pemeriksaan untuk merekomendasikan jenis
penanganan untuk setiap jembatan. Rekomendasi penanganan yang dihasilkan hanya
merupakan suatu usulan dan harus diteliti kembali sebelum dilakukan pelaksanaan
pekerjaan sebab skrining disini merupakan suatu data yang ekstrim. Untukjenis pekerjaan
yang besar, usulan penanganan harus diperkuat dengan pemeriksaan khusus atau jenis
pemeriksaan lapangan lainnya oleh staf dari bagian Perencanaan, dan untuk pekerjaan
yang kecil, data harus diperiksa guna meyakinkan bahwa data tersebut merupakan dasar
ketepatannya.
Pada proses skrining dapat diidntifikasikan bahwa jembatan berada dalam kondisi buruk
dan kapasitasnya tidak cukup untuk trafik yang ada atau muatannya, dan ranking secara
teknis akan membuat urutan prioritas, tergantung pada kriterianya dan tingkat kepentingan
ruas jalan dalam suatu jaringan jalan. Jembatan-jembatan yang berada pada urutan atas
adalahjembatan yang memerlukan penanganan yang terdahulu.
Setelah skrining, data selanjutnya diproses secara ekonomi guna mendapatkan ranking
program pekerj aan j em batan.
Jadi data hasil pemeriksaan merupakan suatu data yang penting sekali bagi Rencana dan
Program Jembatan, dan hal ini dipergunakan untuk membantu para perencana untuk
menentukan keputusan yang sesuai dengan j enis pekerjaan yang diperlukan bagi setiap
jembatan.

1.3. PEMERIKSAAN JEMBATAN

Pemeriksaan j embatan adalah salah satu komponen BMS yang terpenting. Hal ini
merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara keadaan jembatan yang ada
dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu mendatang.
Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa j embatan masih
berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna pemeliharan.
dan perbaikan secara berkala.
Jadi pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa tujuan yang spesifik yaitu :
• Memeriksa keamanan jembatan pada saat layan;
• Menjaga terhadap ditutupnyajembatan;
• Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut;
• Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan;
• Memeriksa pengaruh dari beban kendaraan dan jumlah kendaraan;
• Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang;
• Menyediakan informasi mengenai dasar dari pada pembebanan j embatar.
Pemeriksaan dilakukan dari awal sejak j embatan tersebut masih baru dan berkelanjutan
selama umur jembatan. Sangat penting artinya bahwa data yang dikumpulkan betul-betul
merupakan data yang mutakhir, akurat dan lengkap sehingga hasil yang dikeluarkan ole
BMS betul-betul dapat dipercaya.
• Detail secara administrasi seperti nama jembatan, Cabang Dinas, Nomor Jembatan dan
Tahun pembangunannya;
• Semua dimensijembatan seperti panjang total danjumlah bentang;
• Dimensi, jenis konstruksi, dan kondisi komponen-korhponen utama setiap bentang
jembatan dan elemen jembatan secara individual;

1-4
• Data lainnya.
Data jembatan dikumpulkan dari berbagai j enis pemeriksaan yang berbeda dalam skala
dan intensitasnya, frekwensinya dan secara sifat masing-masihg elemen jembatan atau
pemeriksaan secara detail.
Jenis pemeriksaan yang utama dalam BMS adalah sebagai berikut :
• Pemeriksaan lnventarisasi;
• Pemeriksaan Detail;
• Pemeriksaan rutin.
Sebagai tambahan, Pemeriksaan Khysus juga dilaksanakan dalam BMS.

1.3.1.Jenis Pemeriksaan Jembatan Dalam BMS

1.3.1.1.Pemeriksaan Inventarisasi

Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan pada saat awal BMS untuk mendaftarkan setiap
jembatan ke dalam database. Pemeriksaan inventarisasi juga dilaksanakan jika pada
jembatan yang tertinggal pada waktu database BMS dibuat. Selanjutnya pada jembatan
baru yang belum pernah di catat, pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan sebagai bagian
dari Pemeriksaan detail. Pelintasan Kereta Api, penyeberangan sungai, gorong-gorong dan
lokasi dimana terdapat penyeberangan ferri j uga diperiksa dan didaftar.
Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material
dan data-data tambahan lainnya pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan panjang
bentang dan jenis konstruksi untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan
pada komponen-komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh inspektur dari Dinas/Sub Dinas atau Cabang
Dinas Bina Marga yang sudah dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman
dalam bidang jembatan.

1.3.1.2. Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan Detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan elemennya guna
mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan dan rnembuat
urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya.
Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval
waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan. Pemeriksaan Detail juga
dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan perbaikan besar
jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah pelaksanaan konstruksi jembatan
baru, untuk mendaftarkan ke dalam database BMS dan mencatatnya dalam format
pemeriksaan detail.
Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi dalam suatu hierarki
elemen jembatan. Hierarki jembatan ini dibagi menjadi 5 level (tingkatan) elemen. Level
tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu sendiri secara keseluruhan dan level yang
paling rendah adalah level 5 yaitu individual elemen dengan lokasinya yang tertentu
seperti tebing sungai sebelah kanan, tiang pancang ke 3 pada pilar ke 2 dan sebagainya.
Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen jembatan, dan
ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan komponen
utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai
kondisi setiap elemen jembatan.

1-5
Pemeriksaan detail ini dilaksanakan oleh lnspektur jembatan dari Dinas/Sub Drnas Bina
Marga yang sudah dilatih dan dibantu oleh staf dari Cabang Dinas apabila perlu.

1.3.1.3. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa apakah
pemeliharaan rutin dilaksanakan dengah baik atau tidak dan apakah harus dilaksanakan
tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara jembatan supaya tetap dalam kondisi
aman dan layak. Pemeriksaan ini dilaksanakan diantara pemeriksaan detail.
Pemeriksaan rutin dilaksanakan oleh inspektur jembatan dari cabang Dinas Bina Marga
yang sudah dilatih.

1.3.1.4. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus dilakukan apabila ada kerusakan jembatan yang tidak terdeteksi
akibat sulitnya medan .
Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada waktu
pemeriksaan detail karena ia merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian untuk
menentukan kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan cara
proses BMS MIS.
Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang
jembatan atau oleh staf teknik yang mempunyai keahlian dalam bidangjembatan.

1.4. INSPEKTUR JEMBATAN

Guna menunjang pelaksanaan pemeriksaan jembatan, diperlukan suatu pelatihan yang


benar dan inspektur yang berpengalaman.
Perencanaan dan program pelatihan untuk inspektur jembatan diperlukan, sehingga para
inspektur memperoleh tambahan ilmu dan dapat meningkatkan kemampuan untuk
pemeriksaan jembatan, sehingga standar pelaporan yang baik dapat terus dipertahankan.
Tanggungjawab dalam pengangkatan inspektur untuk melaksanakan perneriksaan
jembatan adalah pada Dinas/Sub Dinas Bina Marga Propinsi.

1.4.1. Koordinasi Pemeriksaan Jembatan

Sub Direktorat Perencanaan Teknik Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan


bertanggung jawab atas program pemeriksaan jembatan secara keseluruhan, selanjutnya
mengembangkan prosedur pemeriksaan, membuat program pelatihan untuk melatih
tenaga-tenaga inspektur, dan untuk melihat serta mengakui inspektur jembatan yang ada
di propinsi.

1-6
1.4.2. Inspektur Jembatan Propinsi

lnspektur jembatan di propinsi bertanggung jawab pada Kepala Seksi Perencanaan di


Dinas/Sub Dinas Bina Marga, melalui BMS Supervisor. Paling sedikit di tiap propinsi
ditunjuk 2 (dua) orang inspektur jembatan yang sudah bersertifikat.
lnspektur jembatan dapat mempunyai latar belakang seorang sarjana atau sarjana muda
teknik sipil yang berpengalaman. Pada umumnya paling sedikit mempunyai pengalaman 5
tahun dalarn bidang jembatan atau yang berkaitan.
Tugas Inspektur Jembatan adalah sebagai berikut:
• Membantu menyiapkan program pemeriksaan jembatan;
• Mengatur dan melaksanakan semua jenis pemeriksaan;
• Memasukkan atau mengawasi pemasukan data ke dalam komputer BMS dan data file
BMS;
• Berhubungan dengan Cabang Dinas Bina Marga dalam persiapan program
pemeriksaan dan memimpin pelaksanaan pemeriksaan;
• Mengajarkan cara pemeriksaan kepada staf Cabang Dinas dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten;
• Memelihara kendaraan dan peralatan guna Pemeriksaan Jembatan agar selalu dalam
keadaan baik. . ·

1.4.3. Inspektur dan Keselamatan

Pada waktu dilaksanakan pemeriksaan jembatan, inspektur mempunyai dua tanggung


jawab yang berhubungan dengan keselamatan:
• Keselamatan terhadap pemakai jalan dan
• Keselamatan terhadap diri sendiri
Pada dasarnya dengan cukup pemberitahuan tentang keselamatan akan mengurangi
terhadap kecelakaan dan ketidak nyamanan pemakai jalan.
Untuk ini dipergunakan rambu-rambu pemberitahuan dan pembatas-pembatas yang
cukup, agar pengaturan lalu-lintas dan pejalan kaki jika perlu. Kendaraan dan pejalan
kaki, terutama anak-anak harus dihindarkan.
Pemeriksaan jembatan seringkali membuat inspektur dalam keadaan bahaya seperti dalam
keadaan lalu-lintas padat, jalan yang sulit, aliran sungai yang deras dan binatang (reptil
atau serangga).
Bahaya tersebut dapat dikurangi dengan memberi tanda-tanda yang sederhana seperti :
• Gunakanlah rambu, pembatas dan pengatur lalu-lintas untuk mengurangi kecepatan
kendaraan dan arahkanlah ke jalur yang aman pada saat kegiatan dilaksanakan;
• Gunakanlah baju rompi yang berwarna menyolok;
• Gunakanlah pakaian kerja yang aman, tangga yang kokoh, dan perancah khusus ketika
memeriksa bagian jembatan ditempat yang tinggi atau sulit bila diperlukan;
• Gunakanlah perahu, pelampung dan tali untuk menambatkan perahu apabila anda
sedang bekerja pada arus sungai yang deras;
• Hati-hati terhadap kemungkinan adanya ular, kalajengking dan binatang lainnya
sebelum membuka semak belukar terutama pada bagian bawah jembatan;
• Yakinkan tersedianya bantuan yang cukup dan alat yang sesuai setiap saat.

1-7
1.5. PANDUAN PEMERIKSAAN. JEMBAT AN

Buku Panduan Pemeriksaan Jembatan ini menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan


pemeriksaan jembatan dalam BMS. Selain itu, Panduan ini menyediakan informasi
tentang elemen jembatan clan kerusakannya, yang dapat digunakan sebagai penuntun dan
melatih inspektur.
Pahduan ini dibagi dalam 2 bagian:
• Bagian 1 menjelaskan mengenai ruang lingkup pemeriksaan jembatan, dan
menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan untuk setiap jenis pemeriksaan dalam
BMS.
• Bagian 2 menjelaskan mengenai elemen j embatan dan kerusakannya yang umurn
terjadi.
Panduan ini juga berisi beberapa lampiran dan gambar yang dapat dijadikan sebagai Buku
Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Japangan.

1-8
BAB2

PEMERIKSAAN JEMBATAN
2. PEMERIKSAAN JEMBATAN

2.1. UMUM

Pemeriksaan jembatan dilaksanakan dengan menggunakan prosedur yang standar,


sehingga pemeriksaan dapat berlangsung dengan efisien dan menyeluruh, dan penilaian
kondisi jembatan dapat seragam.
Prosedur ini berguna untuk memastikan bahwa :
• Data administrasi lengkap dan akurat;
• Semua komponen dan elemen jembatan termasuk jalan pendekat, daerah aliran sungai,
bangunan atas dan bangunan bawah sudah diperiksa dan kondisinya sudah dinilai;
• Semua kerusakan sudah diselidiki dan apakah kerusakan tersebut berarti atau
memerlukan suatu tindakan darurat yang harus dicatat.
Semua kerusakan yang dicatat tersebut harus diperiksa kembali untuk memantau keadaan
kerusakannya atau memeriksa apakah penanganan yang pernah dilaksanakan efektif atau
tidak.

2.2. DASAR-DASAR PROSEDUR

Jernbatan tediri dari sejurnlah elemen yahg sal ing berkaitan satu dengan lainnya. Sifat-
sifatnya kompleks, tetapi untuk pemeriksaan, elemen yang ada dikelornpokkan kedalam
baberapa komponen sebagai berikut :
• AJiran sungai/Tanah tirnbunan rnencakup aliran sungai, tanah tirnbunan dan bangunan
pengarnan sungai;
• Bangunan Bawah mencakup pondasi, kepala jernbatan dan pilar;
• Bangunan Atas mencakup struktur bangunan atas, sistern lantai dan lantai kendaraan,
expansion joint, perletakan/landasan, sandaran dan perlengkapan.
Kornponen utarna dan elemen utama harus diperiksa pada waktu dilakukan pemeriksaan
jernbatan.

2.3. PEMERIKSAAN INVENTARISASI DAN RUTIN

Pada waktu pemeriksaan inventarisasi clan pemeriksaan rutin, elemen tidak diperiksa
secara terperinci. Bagaimanapun juga, seorang inspektur harus rnerneriksa semua aspek
pada jembatan, jadi ia dapat mernpercayai bahwa data adrninistrasi, geometrik dan data
lainnya selain itu juga bahwa penilaian kondisi komponen utama jembatan adalah benar,
sehingga ia tidak mendapat masalah yang mengakibatkan jembatan rnenjadi tidak aman
dan memerlukan tindakan darurat. Hal-hal yang harus dilakukan para inspektur adalah:
• Amati jembatan dalam keadaan lalu-lintas penuh, untuk mendeteksi lendutan yang
berlebihan dan vibrasi yang timbul;
• Periksa kerusakan, kehilangan, perubahan bentuk, karat atau membusuknya elemen
dan menilainya;
• Periksa landasan dan penahan gempa;
• Periksa bagian bawah lantai beton jembatan terhadap retak yang terjadi, apakah
selimut beton cukup, adanya karat pada tulangan dan sebagainya.

2-1
• Periksa hilangnya, rusaknya atau membusuknya lantai kayu;
• Periksa dan teliti kualitas lapis permukaan lantai kendaraan/terutama pada bagian
expansion joint, agar dapat diidentifikasikan kerusakan yang berhubungan dengan
timbulnya gaya kejut yang berlebihan atau terhambatnya arus lalu-lintas;
• Periksa drainase pada lantai dan jalan pendekat, termasuk adanya tumbuhan dan
sampah yang menyumbat jalannya air;
• Periksa expansion joint dan penutup karet expansion joint bila ada;
• Periksa kerusakan, longgarnya, hilangnya atau berkaratnya sandaran;
• Periksa kerusakan pada balok ujung;
• Periksa perlengkapan jembatan seperti rambu-rambu, utilitas dan catatlah apabila
perlu;
• Periksa apakah ada scouring di sekitar kepala jembatan;
• Periksa apakah ada keruntuhan, longsor atau amblasnya timbunan;
• Periksa kondisi tiang pancang terhadap karat, retak akibat·busuk atau penurunan;
• Periksa pergerakan yang ada atau amblasnya kepala jembatan;
• Periksa keretakan beton dan pasangan batu pada tembok sayap, kepala/ jembatan
dan pilar;
• Periksa karat atau pembusukan pada kolom.

2.4. PEMERIKSAAN DETAIL SECARA UMUM

Daftar pemeriksaan yang ada pada bagian 2.3. jupa berlaku pada saat pemeriksaan detail.
Walaupun demikian diperlukan pemeriksaan terhadap semua level pada hierarki jembatan.
Kerusakan yang tercatat mungkin merupakan hasil dari masalah yang lampau, yang mana
harus ditemukan dan dikenali.
Bagian yang berikut menyimpulkan apa yang harus dilihat oleh para inspektur sebagai
tanda daripad kerusakan atau kesalahan selama waktu pemeriksaan detail, untuk tiga
komponen yang tertulis pada bagian 2.2.
Untuk lebih mendalam lagi meng~nai individual elemen dan kerusakan ini dapat dilihat
pada Bagian 2 Panduan Pemeriksaan Jembatan.

2.5. DAERAH ALIRAN SUNGAl DANTANAH TIMBUNAN

Kebanyakan keruntuhan jembatan disebabkan oleh scouring pada bagian bawah pondasi
daft kepala jembatan. Biasanya scouring, ditimbulkan oleh kecepatan aliran sungai yang
tinggi yang mengakibatkan tidak cukupnya bukaan sungai (panjangjembatan). Penggalian
galian C pada bagian hulu atau hilir sungai juga mengakibatkan terjadinya scouring di
sekitar pondasi jembatan, dan ini merupakan masalah yang besar pada sungai.
Ketidak tepatan perencanaan pondasi dan pelaksanaan, salah menentukan jenis pondasi
(seperti sumuran yang seharusnya tiang pancang), pondasi dikonstruksi terlalu tinggi
sebab sulitnya penggalian dan tidak tepatnya lokasi pilar juga dapat menyebabkan
terjadinya scouring.
Hal yang cukup berarti apabila ditemukan jenis-jenis kekurangan tersebut secara dini dan
dilakukan suatu tindakan untuk memperbaikinya guna menghindarkan keruntuhan
jembatan.

2-2
• Periksa apakah terjadi penurunan dasar sungai dan scouring di sekitar pondasi, kepala
jembatan, timbunan jalan pendekat dan bangunan pengaman scouring, serta
keterangan-keterangan tentang adanya pengambilan galian C;
• Periksa adanya penurunan yang tidak biasa atau kelongsoran pada daerah timbunan
jalan pendekat, terutama disekitar kepalajembatan;
• Periksa adanya tumbuhan yang berlebihan atau puing bekas jembatan lama yang
menghambat aliran sungai di bawah jembatan;
• Periksa tanda-tanda banjir atau adanya afflux di daerah bagian sebelah hulu jembatan
yang mungkin menandakan bahwa bukaan air tidak. cukup dan dapat mengakibatkan
scouring;
• Periksa kerusakan pada bangunan pengaman scouring;
• Periksa terjadinya erosi pada kepala jembatan.

2.6. BAN GUN AN BAWAH

Yang termasuk bangunan bawah adalah pondasi, kepala jembatan, tembok sayap dan
pilar. Untuk itu sudah dibuat suatu cara pemeriksaan, seperti dilak.ukannya pengujian
terhadap pergerak.an yang tidak biasa, timbulnya retak dan terjadinya kerusakan akibat
kecelakaan ysng mengakibatkan perubahan, tekuk atau lepasnya material yang berfungsi
struktur.

2.6.1. Pondasi

Hampir semua masalah pondasi disebabkan adanya pergerakan yang tidak terlihat. Pada
umurnnya pondasi mengalami sedikit pergerakan, yang mana apabila hal tersebut kecil
dan seragam, tidak akan mengakibatkan kerusakan pada struktur. Pergerakan yang besar,
terutama jika terjadi perbedaan pergerakan dapat mengakibatkan kerusakan pada semua
bagian struktur kecuali sudah diperbitungkan pada waktu perencanaan. Suatu pergerakan
dapat disebabkan karena adanya penurunan (seltlement) atau tidak berfungsinya pondasi,
scouring dan berubahnya tinggi air normal. A wal suatu pergerakan pondasi sangat sukar,
dikenali terkecuali mempunyai suatu alat yang dapat mendeteksinya. Biasanya tanda awal
gangguan ini dapat terlihat seperti adanya sesuatu yang aneh secara geometrik struktur,
pergerakan landasan dan expansion joint yang berlebihan, dan adanya retak pada kepala
jembatan, tembok sayap atau bagian ujung dari balok.
Masalah lain pada pondasi adalah menurunnya mutu material pondasi. Perlu diteliti lebih
lanjut pada tiang pancang kayu adanya serangan serangga dan jamur yang tumbuh. Pada
tiang pancang baja diperhatikan terjadinya karat dan pada tiang beton terhadap retak dan
pecah. Pada semua kasus, keadaan tiang pancang tergantung pada posisinya terhadap
kondisi tanah, dan tinggi muka air. Terutama pada daerah yang terpengaruh oleh pasang,
surut dan bertanah lunak biasanya mudah dideteksi dan diperiksa. Pemeriksaan dibawah,
muka air memerlukan tenaga khusus penyelam, dan pemeriksaan untuk kondisi dibawah
tanah memerlukan suatu alat khusus, untuk ini diperlukan pemeriksaan khusus.
Penurunan mutu semua jenis pondasi dapat dipertimbangkan dari keak.tifan dan kadar
kimia air tanah. Contoh air tanah kadang-kadang menunjukkan suatu yang
membahayakan, tetapi pemeriksaan secara visual tidak cukup menjarnin.

2-3
2.6.2. Kepala Jembatan dan Pilar

• Periksalah adanya retak pada hubungan antara tembok sayap atau pada kepala
jembatan itu sendiri, dan jarak yang tidak cukup antara tembok belakang kepala
jembatan dengan ujung balok atau diaphragma bangunan atas;
• Perhatikan apakah lubahg drainase dan lubang suling-suling dalam keadaan bersih dan
berfungsi;
• Periksa penurunan mutu beton pada daerah yang terpengaruh pasan surut dan drainase
jalan;
• Periksa adanya adukan mortar pasangan batu yang retak, tumbuhan liar rembesan air
melalui daerah retak, hilang atau hancurnya batu, rontok dan mulainya memburuk
mutu pasangan batu.

2.7. BANGUNAN ATAS

Diperlukah detail perencanaan bangunan atas pada waktu pemeriksaan apabila terdapat
lendutan yang berlebihan atau adanya perubahan bentuk, kerusakan akibat tertabraknya
salah satu batang diagonal. Secara rinci · sebaiknya dilihat dari segi struktur dan
materialnya.

2.7.1. Gelagar Beton

• Beton yang rontok perlu perhatian khusus pada bagian J?erletakan/landasan yang
kemungkinannya terjadi kerusakan dikarenakan bagian ini menerima gaya gesek dan
juga tekanan yang besar.
• Retak - situasi arah/bentuk keretakan pada bagian utama seharusnya digambar,
sehinga dapat diteliti kekuatan dan kemampuan gelagar beton. Retak yang arahnya
diagonal (miring) menunjukkan adanya kegagalan karena gaya lintang, jika retak ini
vertikal maka ini menunjukkan bahwa adanya momen yang berlebihan. Ukuran dan
tempat retak harus dicatat dan usahakan mengetahui dalarnnya retak jika retak,
tersebut besar. Nasihat dari seorang engineer mungkin diperlukan dalam melihat dan
menentukan apakah retak tersebut merupakan retak yang berarti.
• Selimut beton selimut beton ini bialsanya diperiksa dengan cover meter tetapi kadang-
kadang terlihat bahwa selimut beton tersebut tidak cukup karena tampaknya karat
tulangan pada permukaan beton. Bahkan dalam keadaan yang ekstrim tulangan itu
sendiri yang terlihat.
• Jembatan beton pratekan harus diperiksa secara khusus dan kemungkinan kerusakan
yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
a. retak memanjang pada bagian flens kemungkinan disebabkan tidak cukupnya
tulangan melintang, sedangkan retak melintang pada balok menunjukkan
kehilangan gaya prategang yang cukup berbahaya atau salabnya posisi kabel
prategang.
b. beton yang rontok atau retak mungkin terjadi dekat lengkkungan pipa kabel akibat
tidak tertahannya gaya radial.
c. Sayangnya, detail yang penting yang berhubungan dengan balok beton pratekan
tidak dapat dinilai secara visual. Yang dimaksud adalah posisi dan kondisi kabel.
keseragaman dan kepadatan grouting dalam pipa kabel. Beberapa faktor ini masih
dapat diperiksa dengan mengebor lubang kecil ke dalam beton, tetapi biasanya

2-4
dengan teknik radiographi untuk mendapatkan data yang lebih baik (pemeriksaan
khusus).
• Hilangnya plesteran terutama pada bagian yang lemah dan ujung-ujung balok.

2.7.2. Gelagar dan Rangka Baja

• Karat adalah faktor yang mempengaruhi kondisi struktur baja. Penting untuk
mengetahui besamya, lokasinya dan bentuk karat itu. Harus dilakukan usaha untuk
menilai besamya luas struktural yang masih bekerja dan mencari penyebab terjadinya
korosi. Hubungan antara struktur baja dengan pasangan batu, beton dan material
lainnya harus diperhatikan.
• Kondisi sistem pelindung - sistem pengecatan mengalami beberapa penurunan mutu
dan lebih menguntungkan bila kerusakan diketahui lebih awal sehingga usaha
perbaikannya akan lebih ringan. Selain mengadakan pemeriksaan sistem pemeriksaan
perlu juga diperhatikan apakah terdapat tumpukan kotoran yang memerlukan
pembersihan struktur secara keseluruhan.
• Patah (gompal) akan nampak sebagai pemisahan pada batang-batang/elemen dan
kemudahan untuk mendeteksi tergantung pada besamya patahan. Ini dimungkinkan
oleh beberapa sebab antara kelebihan beban, kegetasan, tegangan akibat korosai atau
kelelahan. '
• Retak biasanya terjadi pada bagian las dan bagian besi yang berdekatan yang
disebabkan oleh tegangan yang berubah-rubah dan tegangan yang terpusat. Bagian-
bagian dan sambungan yang menerima beban berat yang berubah-rubah adalah bagian
yang paling rawan. Kwalitas las yangjelek dan pembahan penampang yang mendadak
adalah bagian yang berpotensi mengalami masalah.
• Getaran yang berlebihan dan berbunyi - faktor-faktor ini secara sendiri-sendiri
mungkin tidak merupakan faktor perusak, terkecuali jika getaran tersebut
menyebabkan resonansi. Ini mempakan indikasi secara umum daripada kondisi
struktur, khususnyajika vibrasi dan bunyi meningkat sejak pemeriksaan terakhir.
• Perubahan bentuk dan lendutan perubahan dan lendutan yang berlebihan akibat suatu
beban adalah suatu indikator tentang kondisi dari suatu struktur. Suatu gerakan kecil
akibat dari beban berat lau-lintas biasanya akan mudah terlihat.
• Tekuk, melengkung dan bergelombang - istilah ini biasanya berhubungan dengan
perubahan bentuk yang terjadi pada batang yang mengalami tekanan. Jika tanda sangat
nyata hal ini akan mengurangi ketahanan batang terhadap gaya tekan.
• Baut dan paku kelling yang longgar - ini adalah jenis kerusakan yang memerlukan
pemeriksaan yang teliti untuk mengetahuinya terkecuaii jika ada gerakan atau suara
yang diakibatkannya. Biasanya retakan akan nampak pada lapisan cat diantara pelat
buhul dan batang utama, terutama dalam kasus sarobungan dengan baut gesek (friction
type).
• Aus yang berlebihan - dapat timbul pada bagian-bagian yang dapat bergerak, seperti
pen pada sambungan rangka.

2.7.3. Struktur Kayu

• Kondisi perawatan pelindung - penurunan mutu akibat cuaca, bahan kimia danjamur.
Penurunan mutu yang disebsbkan oleh hal-hal tersebut dapat berupa tanda karat pada
pennukaan sampai pembusukan dari pada kayu, sebagi akibatnya kayu menjadi lunak,

2-5
keropos dan rapuh. Perhatian utama harus diberikan pada bagian sambungan, lubang
baut dan bagian penunjang.
• Serangan serangga - berbagai macam rayap, kumbang, semut dan penggerek dapat
menyerang kayu dalam berbagai keadaan lingkungan kebanyakan dari kerusakan
adalah pada bagian dalam dan untuk mengetahui tingkat kerusakannya diperlukan
pengambilan contoh dengan cara pengeboran.
• Kerusakan akibat api - kerusakan akibat api adalah nyata. Prosedur pemeriksaan
haruslahjuga meliputi identifikasi bahaya terhadap api.
• Kerusakan akibat kecelakaan-tabrakan yang keras biasanya menyebabkan pecah atau
hancurnya kayu.
• Getaran, lendutan dan perubahan bentuk yang berlebihan kayu yang baik biasanya
dapat menahan lendutan atau perubahan bentuk dengan baik dibawah beban yang
berlebihan sebelum timbul kerusakan atau kegagalan. Oleh karena itu bentuk geometri
kayu dapat memberikan petunjuk tentang cadangan kekuatannya.
• Longgar atau berkaratnya baut dan lubang yang tidak dipasak-Kerusakan ini mengarah
pada penurunan mutu yang bertahap dan harus dideteksi untuk penanganan perbaikan
secepatnya.

2.7.4. Pasangan batu dan Pelengkung Bata

• Penurunan mutu dan rontoknya bidang permukaan - Cuaca dapat mengakibatkan


kerontokan dan terlepasnya batu dan batajika keadaan lebih parah.
• Terbukanya bagian sambungan dan bergeraknya penyokong dapat menyebabkan
lepasnya ikatan adukan antara komponen pelengkung dan bergesemya bata dan batu.
Banyak pelengkung pasangan batu dan bata mempunyai cadangan kekuatan sehingga
dapat memikul beban lalu-lintas modem dan tidak runtuh. Meskipun demikian getaran
yang diakibatkan lalu-lintas modem dapat mengakibatkan lepasnya batu-batu secara
lambat laun dan pergeseran adukan yang mana akan banyak mengurangi kekuatan
pelengkung j ika di biarkan terus berlangsung.
• Drainase timbunan antara tembok samping bahan timbunan mempunyai potensi untuk
menyimpan air dalam jumlah banyak, bertambahnya beban pada pelengkung dan
tembok samping sendiri yang mana mengakibatkan penurunan mutu konstruksi
dengan cepat.
• Penimbunan sampah dan tumbuh-tumbuhan karena kemungkinan tertimbunnya tanah
pada beberapa bagian dari struktur, sejumlah tanaman akan menjadi beban dari
jembatan. Akar tumbuhan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan.
• Alinyemen dan geometrik secara keseluruhan - perubahan bentuk yang tidak
diharapkan biasanya dapat terlihat sebelum struktur rusak.

2.7.5. Jembatan Gantung

Pemeriksaan kabel-kabel dan sambungannya seperti dudukan kabel penggantung dan


sambungannya, angker, sadel, pengikat kabel, batang penggantung, kabel penggantung
dan pelindung kabel pemeriksaan itu mengikuti prosedur umum untuk struktur baja
sebagai tambahan faktor-faktor berikut memerlukan perhatian khusus.
• Perpindahan atau tergelincimya dudukan kabel penggantung. Sambungan kabel
penggantung, sadel dan pengikat kabel dapat mengakibatkan tidak meratanya

2-6
pernbagian beban antara bagian-bagian dan ini merupakan indikasi dari suatu tingkat
kegagalan pada hubungan antara kabel dengan elernen tertentu yang berpindah.
• Putusnya kawat-kawat dalam strands yang besar, yang mana biasanya terbungkus dan
terlindungi dari luar, akan sulit untuk dideteksi sampai munculnya suatu tanda yang
dapat terlihat dari luar. Meskipun demikian pada daerah angker kawat-kawat yang
tidak tertutup dapat dengan mudah diuji, dan ini akan menunjukkan apabila ada kawat
yang putus pada suatu jarak ditempat yang terbungkus/tertutup.
• Kondisi sistem pelindung harus diperiksa untuk menjarnin bahwa tidak ada bungkus
yang terlepas atau retakan dimana air akan dapat masuk dan menyebabkan karat pada
kabel utama. Bungkus kabel, sadel dan splay casting perlu diperiksa terhadap
kemungkinan masuknya air.
• Tegangan relatif pada pengggntung atau kabel pada jembatan gantung suatu
pemeriksaan tentang pembagian beban yang merata antara penggantung-penggantung
yang berdekatan dapat dilakukan dengan membandingkan perubahan sudut kabel pada
setiap ikatan kabel. Tetapi untuk mendapatkan indikasi yang tepat diperlukan suatu
alat khusus dalam pemeriksaan khusus.

2.7.6. Lantai Beton dan Jembatan Pelat ·

• Retak - perlu disiapkan dan diinformasikan mengenai pola retak beserta ukuran,
penyebaran dan dalarnnya retak, diharapkan ada photo retak. Penyebab retak ada
beberapa, kadang-kadang penyebabnya jelas dari bentuk dan keadaan retak. Dalarn
keadaan lain penyebabnya kompleks dan hanya dapat dinilai setelah dipelajari dari
catatan yang ada dan gambar, yang berhubungan dengan perhituhgan. Retak dapat
juga rnerupakan suatu tanda dari suatu material dan pekerja, sebagai contoh retak
susut, tetapi dalan1 kasus yang lain, ini dapat rnerupakan suatu tanda di dalam struktur
yang berbahaya, yang dapat terjadi mulai dari kegagalan dari penulangan atau
penegangan tendon sampai gaya lintang pada perletakan dan pengangkeran.
Diperlukan psmeriksaan khusus.
• Aus - hal ini merupakan suatu hilangnya lapisan permukaan dan agregat secara
bertahap dan terus rnenerus. Dalarn dan ukuran dari kerusakan ini harus dicatat,
sehihgga dapat dipantau perkembangan dari kerusakan yang terjadi. Pada umumnya
sesuai dengan pengalarnan hal ini terjadi pada permukaan yang exposed terhadap
cuaca dan lalu-lintas, tetapi dapat terjadi dibagian mana saja.
• Kerontokan - adalah suatu hilangnya beton akibat hancurnya permukaan dan
disebabkan oleh mutu beton yang jelek atau berkaratnya tulangan yang menyebabkan
bertarnbahnya gaya di dalarn beton yang mengakibatkan retak dan kemudian rontok.
• Berkaratnya tulangan - hal ini sulit dideteksi pada tahap awal, tetapi secara bertahap
akan terlihat perubahan warna dari permukaan beton dan akhirnya beton akan rontok.
• Bocor - kebocoran atau merembesnya air melalui retakan dan rongga dalam beton
mungkin larutnya calcium hydroxide dan unsur-unsur material lainnya. Pengaruh ini
biasanya terjadi pada lantai beton yang lemah dan nyata dengan adahya noda.
permukaan yang mengembang atau adanya suatu lapisan. Dalarn waktu ini dapat
menyebabkan berkaratnya tulangan, sebab hilangnya secara bertahap kealkalinan
beton.
• Beton yang keropos dan tembus dapat menyebabkan masuknya air yang menyebabkan
berkaratnya tulangan.
• Ausnya permukaan lantai - jika lantai merupakan permukaan lantai kendaraan untuk
lalu-lintas, maka ini akan mengarah pada erosi dan tergosok.

2-7
• Perubahan bentuk, lendutan dan getaran yang berlebihan - faktor-faktor ini merupakan
suatu indikasi kondisi penunjang lantai atau kondisi lantai itu sendiri. Disarankan
dilakukan pemeriksaan khusus.
• Kerusakan akibat kecelakaan - hal ini berupa beberapa jenis termasuk kerusakan pada
jembatan layang akibat kendaraan yang tinggi, dan kerusakan setempat pada batang
rangka, expansion joint dan kerb yang diakibatkan oleh kendaraan.
• Akibat bahan kimia dipastikan pada daerah yang berlingkungan agresif, keadaan
permukaan beton akibat reaksi kimia menjadi rapuh. Bentuk penurunan mutu yang
sama dapat terjadi pada daerah yang berlingkungan tidak begitu agresif yang
diakibatkan oleh bahan yang cacat atau pekerjaan yang tidak baik.

2.7.7. Permukaan Lantai Kendaraan

Permukaan lantai kendaraan jembatan dapat terbuat dari beton, baja atau kayu, yang
memerlukan penggantian lapisan ausnya dan dapat memberikan gaya gesek yang baik.
Kerusakan biasanya adalah :
• Retak-retak dapat bermacam-macam bentuknya tergantung pada kondisi kegagalannya
dan karakteristik bahan permukaan lantai~ Bahan/material yang umurn dipakai, seperti
aspal, merupakan bahan yang thermoplastik dan mudah retak. Pada beberapa hal, retak
merupakan suatu indikasi dari kegagalan bahan permukaan lantai kendaraan,
disamping itu j uga merupakan indikasi pergerakan yang berlebihan atau menurunnya
mutu bagian bawah permukaan lantai kendaraan. Dengan berjalannya waktu,
terkupasnya bahan penutup permukaan pada bagian ujung dari retakan akan terjadi
dan resapan air akan mengakibatkan hilangnya ikatan antara lapisan penutup
permukaan dengan lantai.
• Perubahan bentuk yang berlebihan - hal ini terjadi karena pengaruh dari kombinasi
beban lalu-lintas dan cuaca panas. Jika terjadi perubahan bentuk yang berlebihan, hal
ini akan mengurangi kenyamanan dan dapat menambah beban dinamis dan getaran
akibat bergeraknya kendaraan.
• Terlepasnya ikatan bahan penutup permukaan lantai kendaraan terjadi sebab lemahnya
gesekan atau hilangnya lekatan pada bidang permukaan lantai. Hal ini akan mengarah
pada deformasi dan kadang-kadang tertumpuknya bahan penutup permukaan akan
membentuk satu gundukan.
• Licinnya permukaan lantai kendaraan disebabkan oleh gosokan roda kendaraan.
Semakin lama permukaannya akan bertambah licin dan penggantian lapisan
permukaan akan diperlukan untuk mengembalikan tahanan geseknya.

2.7.8. Expansion Joint

Expansion joint biasahya merupakan salah satu titik lemah dari jembatan yang mudah
rusak sebab kondisi jelek yang dialaminya.
Kerusakan utama yahg harus diperhatikan adalah :
• Longgar atau bergeraknya/bergeserhya expansion joint dan bagian-bagiannya ini
adalah kegagalan yang paling umum dan biasanya disertai dengan bunyi berderik dan
terlepasnya baut, komponen dari expansion joint dan dudukannya. Awal dari
longgarnya joint biasanya dapat dideteksi dengan adanya retak yang terjadi antara
joint dengan bidang permukaan didekatnya; Lambat laun beberapa retakan akan
terjadi pada permukaan itu sendiri. Lekatan atau ikatan ke bawah dari dudukan

2-8
biasanya dapat diperiksa dengan mendeteksi bunyinya ketika joint dipukul dengan
palu.
• Kebebasan bergerak ruang bebas dan alinyemen - harus terdapat cukup ruahg agar
supaya joint dapat berfungsi dalam temperatur yang ada. Ruang bebas dapat hilang
dikarehakan gerakan yang tidak terduga yang terjadi pada pondasi bangunan bawah
atau bangunan atas. Hal ini dapat terjadi juga akibat pemasangan joint yang salah.
Kerusakan ini dapat mengharnbat pergerakan joiht yahg mengakibatk:an timbulnya
tegangan pada struktur, atau renggang yang berlebihan pada joint sehingga
membahayakan lalu-lintas.
• Pergeseran joint yang berlebihan - bagian-bagian dari joint dapat bergeser satu sama
lain jika ini terlalu banyak hal tersebut dapat mengakibatk:an gaya kejut dari lalu-lintas
dan dapat juga membahayakan untuk kendaraan kecil dan kendaraan roda dua.
• Pembuangan air dari joint yang terbuka - kebanyakan dari joint direncanakan dengan
gap terbuka dimana air dan kotoran dapat masuk, dalam hal demikian sistem
pembuangan air yang baik harus diperiksa.
• Aspal penutup diatas Joint biasanya lapisan penutup ini mudah rusak dan
meningkatkan beban kejut.

2.7.9. Landasan I Perletakan

Bentuk geometris dan kondisi landasan serta dudukan landasan mempakan indikator
penting tentang kondisi landasan tersebut dan kadang-kadang juga menunjukkan kondisi
urnum jembatan. Mereka biasanya terletak pada titik dimana pergerakan dapat terjadi,
oleh karena itu gerakan pada landasan biasanya cukup besar dan dapat diukur dengan alat
yang sederhana.
• Kondisi landasan dan pelat landasan - bagian-bagian ini harus bebas dari karat dan
kotoran yang dapat menghambat pergerakan dan menyebabkan gaya gesek yang
berlebihan antara bangunan atas dan bawah. Cukupnya bahan pelumas perlu diperiksa.
• Posisi dan alinyemen landasan, dan meratanya pembebanan diantara landasan-
landasan, harus diperiksa untuk memastikan bahwa ada kontak yang merata pada
bidang permukaan landasan tersebut dan bagian-bagiannya terpasang dengan baik.
• Landasan harus duduk dengan baik sehingga ada kebebasan untuk bergerak.
• Kekencangan baut angker dan murnya harus diperiksa.
• Beberapa karakteristik landasan elastomer memerlukan perhatian khusus. Ini harus
diperiksa terhadap pecah, sobek atau retak pada karet pembungkus bagian luarnya,
dan untuk penggembungan, serta distorsi yang disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan atau geseran. Tanda-tanda pertama dari kegagalan elastomer biasanya
berbentuk retakan horisontal yang terjadi dekat pertemuan antara karet dengan lapisan
baja. Landasan juga harus diperiksa untuk gerakan rotasi bangunan atas yang
berlebihan yang mana biasanya dapat terlihat dengan perbedaan ketebalan pada bagian
depan dan belakang dan landasan.
• Dudukan landasan harus diperiksa untuk tanda-tanda dari pergerakan antara dudukan
dengan struktur penyokongnya. Hal ini penting khususnya jika dowel atau baut angker
tidak dipergunakan untuk memegang landasan elastomer tersebut.
• Duduknya bangunan atas pada landasan dan landasan pada bangunan bawah harus
diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda retak. detail biasanya terjadi akibat dari
konsentrasi beban pada bagian tepi dan dapat mengurangi daya kerja dari dudukan dan
rusaknya struktur.

2-9
• Landasan geser sederhana dipergunakan pada kebanyakan jembatan-jembatan lama
yang akan menjadi sulit bergerak karena usianya, dan jika bahannya terbuat dari timah
hitam atau bitumen landasan ini mungkir tidak berfungsi sama sekali. Dalam hal ini
kemungkinan terjadinya retakan atau gompalan pada beton pada daerah dudukan dari
landasan.

2.7.10. Sandaran dan Perlengkapan

• Kerusakan akibat gaya kejut lalu-lintas. Sifat dan tingkat dari kerusakan harus dicatat
dan berbagai komponen harus diperiksa secara teliti untuk tanda-tanda kerusakan.
• Korosi - sandaran dan pagar pengaman akan sering menerima semprotan air kotor dari
jalan, sehingga berada dalam lingkungan yang sangat korosif. Kondisi dari lapisan
pelindung harus diperiksa untuk melihat kemungkinan tanda-tanda kerusakan atau
korosi. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bagian dasar dari tiang
penyangga.
• Kekencangan baut harus diperiksa dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk
memuai.
• Kwalitas dari las - harus diperiksa untuk menjamin bahwa sambungan tersebut cukup
baik dalam menyalurkan gaya-gaya.
• Kondisi tanda-tanda pembatas dan utilitas harus diperiksa.

2.7.11. Drainase

Drainase merupakan suatu bagian penting yang harus diperiksa karena air yang terjebak,
tergenang, mangalir atau menyemprot dapat menyebabkan kerusakan dengan barjalannya
waktu danjuga membahayakan lalu-lintas.
Kerusakan utama yang hams diperiksa:
• Tanda air pada balok, pelat, pilar dan kepala jembatan mungkin menunjukkan pipa
yang bocor, selokan yang tersumbat atau sistem drainase yang tidak memadai.
• Tersumbat atau tidak memadainya saluran terbuka dan pipa akan nyata dari air yang
tergenang disekitar lubang pembuangan (inlet) setelah hujan besar. Tanda air pada
beton menunjukkan tentang tidak memadainya saluran.
• Lu bang pembuangan (outlet) harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa air buangan
tidak memancar pada komponen jembatan yang lain dan tidak menyebabkan erosi
pada tanah timbunan.
• Pipa yang rusak pipa-pipa harus diperiksa untuk kemungkinan kerusakan atau
kebocoran. Tanda air dan terkumpulnya kotoran menunjukkan adanya masalah.
• Kemiringan permukaan dan lantai pembuangan air ke selokan barns diperiksa untuk
meyakinkan bahwa kemiringannya cukup bail< dan tidak terganggu dengan pelapisah
ulang.
• Drainase jalan - air tidak boleh dibuang sehingga menyebabkan erosi.

2- JO
BAB3

SISTEM PENOMORAN JEMBATAN


DAFTAR ISi

BAB3

3. SISTEM PENOMORAN JEMBAT AN

3.1. PENGERTIAN JEMBAT AN

3.2. NOMOR JEMBAT AN


3.2. 1. Akhiran Ruas Jalan
3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang Belum Tercatat Sebelumnya
3.2.3. Lintasan Atas
3.2.4. Jembatan Ganda

3.3. LO KASI JEMBAT AN

3.4. PENOMORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN


3.4.1. Penomoran Komponen Utama
3.4.2. Penomoran Elemen

3.5. URUT AN PEMERIKSAAN


3. SISTEM PENOMORAN JEMBATAN

3.1. PENGERTIAN JEMBATAN

Guna pencatatan dalam database jembatan di BMS, yang dimaksud dengan jembaian
adalah j embatan lintasan basah, lintasan kerata api, lintasan ferry, gorong-gorong, yang
memiliki ukuran panjang total atau le bar rentang (dalarn hal gorong-gorong) labih dari 2
meter.

3.2. NOMOR JEMBATAN

Nomor Jembatan pada umumnya terdiri dari 9 (sembilan) angka yang khas untuk masing-
masingjembatan. Contoh dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
Kadang-kadang Nomor Jembatan mempunyai nomor tambahan dalam bentuk Akhiran
Ruas Jalan (link suffix). Akhiran ruas jalan ini dipakai bilamana ruas jalan j embatan telah
dibagi-bagi dalam Sistem Manajemen Jalan Antar kota, atau " Interurban Road"
Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-lintas dapat dihitung dengan lebih
teliti untuk masing-masing bagian atau sublink (lihat Bagian 3.2.1.)

Nomor Jembatan
I I I I I I I I
7 0 0 I 2 0 0 2 4
I I 2

No. No. Ruas No. Urut No. No. Ruas


Propinsi Jalan Jembatan Tambahan Tam bahan

Gambar 3.1. Nomor Jembatan

Nomor jembatan menunj ukkan urutan posisi j embatan sepanjang ruas jalan tersebut.
Dua angka pertama menunjukkan Propinsi.
Tiga angka berikutnya menunjukkan Ruas Jalan
Tiga angka berikutnya manunjukkan Nomor Urut Jembatan.
Jembatan diberi nomor secara urut, dimulai dari jembatan yang paling dekat dengan awal
dari Ruas Jalan yang diberi Nomor Urut Jembatan 001.
Angka terakhir dalam kesembilan angka pada nomor jembatan tersebut (Akhiran)
menunjukkan jembatan tambahan yang sudah dibangun, jembatan yang sebelumnya tidak
terdaftar karena tertinggal dalam pendataan, dan juga menunjukkan jembatan yang
diduplikasi, misalnya pada jembatan yang barada pada dua jalur yang terpisah. Akhiran
ini dapat berupa angka atau huruf (Lihat Bagian 3.2.2 dan 3.2.3).
Nomor Propinsi, Nomor Ruas Jalan dan Nomor Akhiran Ruas Jalan diambil dari IRMS
dan dapat dilihat dalam laporan IBMS-IRI-Laporan Data Ruas Jalan dan Laporan Lalu
Lintas.

3.2.1. Akhiran Ruas Jalan

Penggunaan Akhiran Ruas Jalan untuk menunjukkan bagian ruas jalan dimulai beberapa
tahun setelah database jembatan selesai, dan akhiran ruas jalan ini tidak mudah
digabungkan, pada tempat yang tepat, dengan sembilan angka nomor jembatan yang

3-1
sudah ada, yaitu bersebelahan dengan Nomor RUBS Jalan. Oleh karena itu nomor ini
digabungkan secara terpisah dan ditambahkan pada akhir dari sembilan angka yang ada.
Semua laporan perneriksaan hams rnenggunakan Nornor Akhiran Ruas Jalan yang benar;
kalau tidak, BMS MIS tidak akan menghasilkan data IRMS yang benar untuk jernbatan
tersebut. Akhiran Ruas Jalan sudah dialokasikan pada sernua jembatan dalam database.
Setiap bagian ruas rnerniliki titik awal dan titik akhir kilometer. Km lokasi jembatan
(Lihat; Bagian 3.3.) harus dicatat dengan benar supaya sesuai dengan Akhiran Ruas Jalan.
Jika lokasi km jembatan berada di luar batas km untuk bagian ruas jalan, maka BMS MIS
tidak akan mengenal jembatan tersebut.
Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan rnemiliki dua huruf dan angka Akhiran Ruas
Jalan dalam bentuk Kl, K2 dan seterusnya. Kadang-kadang bagian ruas di dalam IRMS
tidak terletak dalam ruas jalan tersebut. Bagian-bagian ruas tersebut mungkin berupa j alan
pintas atau j alan cabang dari ruas jalan utarna, seperti terlihat dalam Gambar 3.2.
Pada pemeriksa harus berkonsultasi dengan BMS. Supervisor bila menghadapi masalah
dalarn penomoran Akhiran Ruas Jalan.

PROVINCE No. S7
LINK No. 26
1,:
, ----.... '
.. '
1 w t\lt e1191n \
I
I
\
\ ..... _
'
E/ld o l Ul'\lt

U " lt Unit U nit Lll\lr


Sullis Suffta Sulfts Sutr.1
~o-'--~-----0
1 _2____,______~__0_>______~1·
r

Gambar 3.2
Penggunaan akhiran ruas jalan untuk menunjukkan pada suatu ruas jalan

3.2.2. Jembatan Tambahan/Jembatan yang belum Tercatat Sebelumnya

Jembatan tarnbahan dan yang belum tercatat diberi tanda dengan tambahan nomor
(dengan angka)
Nornor akhiran ini disarankan merupakan jarak antara Jembatan tambahan dan Jembatan
sebelumnya yang telah tercatat dan letaknya paling dekat dengan awal ruas jalan, dan
diungkapkan sebagai perbandingan jarak antara Jembatan tarnbahan dengan jarak
jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat.
Nomor tambahan memiliki nilai nornor bulat antara 1 dan 9; oleh karena itu, dapat
dimasukkan maksimum sembilan Jembatan tarnbahan antara dua Jembatan yang telah
tercatat sebelumnya.

3-2
Jembatan-jembatan tambahan diberikan Nomor Urut Jernbatan yang sama dengan
jembatan di sebelah Jembatan yang telah tercatat sebelumnya yang letaknya paling dekat
dengan Jembatan sebelumnya.
Dalam Gambar 3.3, Jembatan-jembatan diatas S. Satu, S. Dua, Jalan Kereta Api dan Jalan
Besar telah tercatat sebelumnya dalam Database BMS, oleh karena itu telah memiliki
Nomor Jembatan yang berurut (001 sampai 004).
Suatu jembatan tambahan (S. Tambahan) ditemukan diantara S. Dua dan Jalan Kereta Api
sesudah Database BMS awal ditetapkan. S. Tambahan diberi nomor tambahan 4, karena
jarak antara S. Tambahan dan Jembatan sebelumnya yang terdekat dan Jembatan,
sesudahnya (Jembatan Kereta Api) adalah empat per sepuluh dari jarak antara S. Dua dan
Jembatan Jalan Kereta Api.

- : .. . ....
PROVINCE 70 I .: ·. . ·_End.. of\ .

[
·
. .°6 Link 0.~2
.,
~ . .

· - ~~'
o ·
er

Gambar 3.3
Penomoran Jembatan

Nomor Jembatan untuk kelima jembatan pada Ruas Jalan 012 dalam contoh ini dapat
dilihat dalam Gambar 3.4.

No. No. Ruas Jalan No. Urut No. No. R uas


Propinsi J embatan Tambaha Tambaha
n n

S. Satu
OJ
S.Dua
OJ
S. Tambahan
(addition al bridge)
7 0 0 1 2 0 0 2 4
OJ
3-3
KeretaApi
I, I I I I I I I I I
0 0
rn
l 2 0 0 3 0

Jalan Besar
I I I I I I I I I I rn
7 0 0 l 2 0 0 4 0

Gambar 3.4
Penggunaan Nomor Tambahan untuk Penomoran Jembatan Tambahan

3.2.3. Lintasan Atas

Jembatanjalan raya yang melintas diatas j alur kereta api dicatat seperti biasa.
Jembatan jalan raya yang melintas diatas jalan dicatat pada ruas jalan yang berada diatas
jalan.
Jembatan kereta api yang melintas diatas jalan biasanya merupakan tanggung jawab
Perusahaan Jawatan Kereta Api, dan tidak dicatat ke dalam Database BMS. Bila terdapat
keraguan mengenai tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas alas kereta api,
Inspektur Jembatan harus berkonsultasi dengan BMS Supervisor.

3.2.4. Jembatan Ganda

Bila suatu jalan digandakan, misalnya di badan jalan yang ganda, biasanya dibagian
jembatan yang terpisah pada masing-masing badan jalan di atas sungai atau jalur kereta
api. Contoh dapat dilihat dalarn Gambar 3.5
Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa abjad.
Akhiran A Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kiri, yang dilintasi oleh
kendaraan yang berjalan menjauhi awal dari ruas jalan.
Akhiran B Digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan

IPROPINSI 70 I
a6t. 70.01 s:oo2.A Jbt. 10.0·16.oc3

Ruas Asal 1' 6

70.016.001 Jbt. 10.016.oti2.8

Gambar 3.5
Penggunaan Nomor Tambahan Abjad untuk Penomoran Jembatan yang Digandakan

3-4
3.3. LOKASI JEMBAT AN

Dalam arti jarak, jembatan dibangun dari Kota Asal yang biasanya merupakan awal dari
suatu Ruas Jalan. Setiap Kota Asal diberi Kode abjad berjumlah tiga huruf, misalnya,
JKT, BDG, dan seterusnya. Jarak diukur dalam kilometer, biasanya dengan menggunakan
odometer kendaraan.
Setiap jembatan hanya boleh dicatat satu kali saja. Pada awalnya, setiap pemeriksaan
dimulai dari Kota Asal dan jembatan diperiksa secara urut sepanjang ruas jalan tersebut,
untuk menghindari pencatatan ganda. Angka yang tertera pada odometer dicatat pada titik
awal di Kota Asal. Angka pada odometer dibutuhkan untuk menentukan lokasi jembatan.
Bila jembatan akan ditambahkan pada database, jaraknya dapat diukur dari jembatan atau
patok kilometer yang sudah ada, dan jarak dari Kota Asal dapat dihitung.

ruas as:al
C:alam Km

Gambar 3.6
Lokasi Jembatan

3.4. PEN OM ORAN KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBAT AN

Untuk mencatat kondisi komponen utama dari suatu jembatan atau mencatat lokasi
masing-masing elemen atau sekelompok elemen yang cacat, mutlak diperlukan suatu
sistem penomoran pada komponen dan elemen jembatan.

3.4.1. Penomoran Komponen Utama

Tiga komponen utama digunakan untuk membantu menentukan lokasi elemen dan elemen
yang cacat.
Ketiga komponen tersebut adalah kepala jembatan pilar dan benteng, yang diberi kode
abjad-angka misalnya, Al, Pl, B2, Kode-kode ini digunakan pada semua jenis
pemeriksaan.
Komponen-komponen utama masing-masing diberi nomor secara urut, dimulai dari
komponen yang terdekat dengan Kota Asal, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3.7.

3-5
. .,............... .

: ARAH
1 1· 82 .1 3 MIAS.

Gambar 3.7
Penomoran Komponen Utama

3.4.2. Penomoran Elemen

Penomoran Elemen digunakan hanya untuk menemukan elemen-elemen yang rusak


menurut Pemeriksaan Detail.
lndivisual elemen-elemen gelagai:, kolom dan rangka, dan bagian-bagian dari elemen
seperti batang tepai atas atau bawah dan batang diagonal, diberi nomor secara memanjang,
melintang, dan vertikal.
Elemen-elemen ini secara berturut-turut diberi nomor pada sumbu X, Y, dan Z seperti
yang terlihat dalam Gambar 3.8.

~ X ( Arah Memanjang )

\ '\ y ( Arah Melintang)··--~


Z ( Arah Vertikal )

Gambar 3.8
Penomoran Elemen

Elemen-elemen dalam arah memanjang diberi nomor secara urut, dimulai dari elemen
yang terdekat dengan kepalajembatan l (A l ) seperti terlihat dalam Gambar 3.9.

3-6
B3.5.2.2

Connection

Gambar 3.9
Penomoran Elemen - Arah Memanjang

Elemen-elemen dalam arah melintang diberi nomor dari ki ri ke kanan bila dilihat dari arah
meninggalkan A 1 seperti terlihat dalam Gambar 3 .10.

P2 A2
link Direction

Gambar 3.10
Penomoran Elemen - Arah Melintangh

Penomoran dalam arah vertikal biasanya hanya berlaku pada bagian-bagian dari suatu
elemen struktur secara individual, misalnya dalam suatu struktur rangka. Bagian-
bagian'ini diberi nomor dari atas ke bawah seperti terlihat dalam Gambar 3.11.

8 3.5.2. 2

Conne ction 83 .4.2 .3 J


.

Gambar 3.11
Penomoran Elemen - Arah Vertikal

3-7
3.5. URUT AN PEMERIKSAAN

Semua pemeriksaan seharusnya diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A 1). seperti
terlihat dalam Gambar 3.1 2.

AAAH
RUAS

Gambar 3.12
Urutan Pemeriksaan

Urutan ini berlaku baik untuk jembatan berbentang tunggal atau lebih, dengan kepala
jembatan dan bentang akhir yang harus diperiksa sebelum bentang tengah. Urutan
mungkin perlu dirubah sesuai dengan jembatan-jembatan yang berbeda-beda karena
masalah akses, masalah lalu lintas, dan karakteristik lokasi pilar serta sungai.

3-8
BAB4

PEMERIKSAAN INVENTARISASI
DAFTARISI

BAB4

4. PEMERIKSAAN INVENTARISASI

4.1. UMUM
4.1.1. Personalia
4.1.2. Peralatan dan Material
4.1.3. Material Acuan
4.1.4. Urutan Pemeriksaan

4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI


4.1.1. Data Administrasi
4.1.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris
4.1.3. Data Bentang dan Komponen Utama
4.1.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi lnventariasi
4.1.5. Data Pelengkeap
4. PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

4.1. UMUM

Pemeriksaan lnventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi, dimensi,


material dan kondisi setiap jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan. Semua
jembatan, lintasan kereta api, lintasan bawah, Iintasan ferry, dan gorong-gorong yang
merniliki panjang dua meter atau lebih harus dicatat.
Secara lebih khusus, Pemeriksaan Inventarisasi dilakukan untuk :
• mencatat jembatan dalam Sistem Manajemen Jembatan dengan menggunakan
Nomor dan Lokasi Jembatan;
• mengukur dan mencatat clirnensi keseluruhan dari jembatan dan setiap bentang;
• menunjukkan jenis jembatan atau lintasan, komponen utama, dan tanggal atau
tahun konstruksi;
• menilai kondisi komponen-komponen utama bangunan alas dan bangunan bawah
jembatan;
• mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional lainnya pada jembatan
yang ada;
• menafsirkan dan mencatat pengaruh lebar jembatan yang ada terhadap lalu lintas;
• mencatat rincian mengenai detour Galan memutar) yang ada bilamana terjadi
penutupan jembatan;
• mencatat data banjir tertinggi yang diketahui, tanggal terjadinya dan sumber
informasi;
• mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana dan apakah jembatan
merupakan jenis standar.

4.1.t. Personalia

Pali ng kurang seorang Inspektur Jembatan untuk melaksanakan Pemeriksaan


Inventarisasi, didampingi oleh asisten-asisten lain.

4.1.2. Peralatan dan Material


Para inspektur memerlukan peralatan berikut untuk melaksanakan Pemeriksaan
Inventarisasi:
• formulir laporan pemeriksaan inventarisasi;
• kertas untuk gambar atau catatan;
• pena;
• kendaraan dengan odometer yang berfungsi;
• alas pengukur jarak;
• meteran pengukur 30 m;
• sekop;
• parang;
• kalkulator;
• kamera digital minimal 5 megapixel dengan memory card minimal 1 gigabyte
• papan tulis putih kecil dan sepidol yang bukan perrnanen (untuk menampilkan
nama dan nomor jembatan dalam foto ).

4-1
4.1.3. Material Acuan

Sebelum melaksanakan Pemeriksaan Inventarisasi, para inspektur harus mengumpulkan


material berikut ini:
• Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan;
• Peta yang memperlihatkan ruas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan);
• Laporan data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRI untuk Propinsi yang
bersangkutan.

4.1.4. Urutan Pemeriksaan

Setiap jembatan harus diperiksa dengan menggunakan urutan berikut ini:


• periksa dan catat data administrasi pada Halaman 1 dan 3 dari lLporan
Pemeriksaan Inventarisasi - nama jembatan, lokasi, cabang, dan seterusnya;
• kelilingi jembatan untuk mengetahui rata letak. umum dari struktur;
• catat jenis lintasan dan ukur serta mencatat data geometrik pada Halaman 3 dari
Laporan - jumlah bentang, panjang keseluruhan, sudut miring;
• ukur dan catat dimensi bentang pada Halaman 3 dari Laporan - panjang, lebar
antara kerb, lebar tempat pejalan kaki, dan seterusnya;
• tentukan dan catat jenis material, sumber dan kondisi dari komponen utama pada
bangunan atas dan bangunan bawah pada Halaman 3 dari Laporan;
• tentukan dan catat data pelengkap jembatan pada Halaman 4 dari Laporan
pembatasan fungsional yang ada, keadaan lalu lintas, detour dan pemindahan
jalan, dan seterusnya;
• catat pada Halaman 1 dari Laporan apakah dianjurkan Tindakan Darurat dan
alasannya;
• buat catatan yang diperlukan dalam bagian Catatan pada Halaman I dari Laporan.
Selama pemeriksaan berlangsung inspektur harus mengambil photo struktur jembatan
yang memperlihatkan:
• ketinggian sisi jembatan;
• lantai jembatan yang di photo dari as Jalan;
• jembatan yang diam bi I dari sudut 45 dari titik pusat jalan;
• hal-hal menarik lainnya termasuk kerusakan dan masalah yang membutuhkan
perhatian.
Bila perlu, buat gambar agar laporan lebih jelas.

4.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN INVENTARISASI

Suatu prosedur pemeriksaan standar digunakan untuk memastikan bahwa Pemeriksaan


Inventarisasi dilaksanakan dengan cara yang konsisten dan sistematis.

4.2.1. Data Administrasi

Data administrasi dicatat dalam kotak-kotak pada Halaman 1 dan 3 dari Laporan
Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Gambar 4.1. Kotak-kotak pada kedua halaman
harus diisi, karena masing-masing dapat diphotokopi dan digunakan selanjuntnya untuk
tujuan-tujuan yang berbeda.

4-2
Ruas Tambahan
Nama Jembatan Ca bang

Dari Km

Nama Kota Asal Jarak dari Kota Asal


Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksa NIP

No. Jembatan
I I I I I I I I 11 []]
Gambar 4.1.
Data Administrasi

Nomor Jembatan

Nomor Jembatan ditentukan seperti pads Bagian 3.2.

Nama Jembatan

Nama Jembatan mungkin tertera pada suatu pelat nama yang tetanam di parapet tepi atau
lonengan atau mungkin dapat diperoleh dari survai-survai sebelumnya. Bila tidak
diketahui, nama jembatan dapat ditentukan dengan menanyakannya pada penduduk
setempat. Demi keakuratan, sebaiknya tanyakan nama jembatan pada kelompok orang
secara terpisah. Bila lebih dari satu j embatan memiliki nama yang sama, gunakan
tambahan nama kampung atau desa di mana jembatan tersebut berada. Pastikan, ejaannya
benar.

Ca bang

Cukup jelas

Lokasi Jembatan

Lokasi Jembatan Uarak dari Kota Asal dalam kilometer) ditentukan seperti dalam Bagian
3.3
Tanggal Pemeriksaan, Nama /nspektur, NIP

Sudah cukup jelas

4-3
4.2.2. Jenis Lintasan dan Data Geometris

Data ini dicatat dalam kotak-kotak pada Halaman 3 dari Formulir Laporan Pemeriksaan,
seperti yang terlihat dalam Gambar 4.2.

Jenis Lintasan
Jumlah bentang
Center, S, KA, JN, L

Panjang Total (m)

Sudur Miring (derajat 0)

Gambar4.2.
Jenis Lintasan dan Data Geometris

Jenis Lintasan

Jenis Lintasan dicatat dengan menggunakan salah satu kode berikut :

S Sungai
KA Kereta Api
JN Jalan
L Lain

"Lain" mencakup terowongan pejalan kaki, pipa air, dan seterusnya

Jumlah Bentang

Sudah cukup jelas

Panjang total (m)

Panjang total adalah panjang jembatan yang diukur dari expansion joint ke expansion
joint pada kepalajembatan seperti terlihat dalam Gambar 4.3. Panjang total dicatat dengan
toleransi 0, 1 meter yang dikur sepanjang as jembatan.

4-4
Length

~: _ _s._pa_n-~~f, Span .

II
----------------~------~r--~~~~------------_,;

_,_
, !J_
I

Length
.,.!

1: Span
~ 1~
Sp an
~!
I

Gambar 4.3
Pengukuran Panjang Total dan Panjang Bentang pada Jembatan

Pelengkung merupakan kasus khusus dan diukur seperti terlihat dalam Gambar 4.4

4-5
r f.:,1. 1.:.1.r 1.J::if . r::1 ·r 1
~ :. :;. ,~./~'\(~'....
)~;::0J ~ :~;; 1
'J:: . ./ \ I \ ...
I I I II ~I

II .- 5 ---1, •- S
L
-
••
-
s- I I
,,f~',§9.-~J9?=3~
iFi ~ '-Ell

Gambar 4.4
Pengukuran Panjang Total dan Panjang Benlang Jembatan Pelengkung

Sudut miring (derajat 0;

4-6
Bila as kepala jembatan tidak tegak lurus terhadap as jalan, jembatan disebut jembatan
bersudut Sudut miring adalah sudut antara as pilar/kepala j embatan dan garis tegak. lurus
terhadap as jalan.
Sudut miring dapat bersifat positif atau negatif seperti terlihat dalam Gambar 4.5 .

.v, SKEW ANGLE) + V[ SKEW ANGLE


\

\ . \Jc I":}(
I

\
\
\
I
I -·
\ \
-4-TO \ LIN K ~.

SA SE T OWN \
\
\
'. .
. ·-
\
\
\
·r---·
DIRECTIO N
- -·---"\'·
\
\
·-:--·\1· \
\
\
\
\

' '

Gambar 4.5.
Sudut Miring pada Jembatan

Bila suatu jembatan berupa busur lengkung dibangun di atas tikungan, j embatan tersebut
bukan jembatan miring dan dicatat sebagai jembatan busur dalam tikungan atau BK.
Gambar 4.6 memperlihatkan suatujembatan busur ditikungan.

·-

Jembatan pada
suatu lengkungan

Gambar4.6.
Jembatan Busw· di Tikungan

Tahun Pembangunan

4-7
Informasi ini mungkin sudah tersedia pada pelat nama. Kadang-kadang tahun konstruksi
dicatat pada balok ujung atau bagian bawah rangka ujung. Bila tidak, mungkin penduduk
setempat dapat membantu. Perkiraan tahun konstruksi dapat dicatat bila tidak ada
informasi yang tcrsedia.

4.2.3. Data Bentang dan Komponen Utama

Secara historis, hanya dua komponen utamajembatan, yaitu Bangunan atas dan Bangunan
bawah, yang dipertimbangkan dalam Pemeriksaan Inventarisasi. Untuk tujuan
Pemeriksaan Detail, diputuskan bahwa komponen utama ketiga, yaitu aliran sungai/tanah
timbunan, untuk pengelompokkan elemen jembatan. Tetapi, demi menjaga konsistensi
analisis data, Bangunan Atas dan Bangunan Bawah hanya dipertahankan sebagai
komponen utama untuk Pemeriksaan Inventarisasi.
Data mengenai kelima komponen utama dari Bangunan Atas dan Bangunan Bawah,
seperti diuraikan dalam sub-bagian 4.2.3.b, dikumpulkan selama Pemeriksaan
Inventarisasi.
Laporan Pemeriksaan Inventarisasi memungkinkan data sebanyak 10 bentangan jembatan
dicatat pada formulir dalam satu lembar kertas seperti terlihat dalam Gambar 4.7.
Gunakan lembar lain bila terdapat lebih dari 10 bentang

~ --..T-.mu.W......
lll7.u31MlllPSQalMM UMUM
llll.D':1'llaAT IDCA 1'00aAM

.
LAl'ORAN l'EMERIKSMN INVE.NTAlUSASI JEMBATAN .
IDG>.TAH -c
..........-

UNXSU1'17X Pf!NDATAAN Jl!.M.BA'IAN

I I I I I
_
No..~

....
_~,,
a.-
___.... 71,H"'-'t
iolftJ>(~~I/
i.-wi-llf

loUzl~

r.,_1~
""'1
~~-"'- --- 1-t.m

"'" roAM.IWM,,,,_
1'o*>J,.,,,,,,., (•)
~(')

........ .,. 8-•MM 8 - 8......

..... ,
a-. ._ -. ...... ...... a._ ·- """""' , ,...It···-~
LcW L.w ...,,~NM<
i..- s~
llo. Laoai iT- TIM Alli K-"i ~ a... a.,,_ IC..- ~ lie. W.00 ic.- IC......

6a'l
ic-m-
,_, a-.
a c , , , IC. . ~
r;
I
(la)
""' A II II II II -Hor
lr-.J,.161/
D II II

2 I
3
4 , 2
3
...
s I 4


7
L
A
s

I /( 7

'
10 ,
I

·.
r.,-1611
C -:

Gambar 4.7
Data Bentang dan Komponen Utama

4-8
a. Data Bentang

Panjang Bentang (m)


Panjang Bentang biasanya diukur dari expansion joint pada kepala jembatan sampai
expansion joint yang terletak pada pilar, atau dari as pilar ke as pilar seperti terlihat dalam
Gambar 4.3 dan 4.4. Panjang bentang diukur dengan toleransi 0, 1 meter terdekat.
Lebar antar Kerb (m)
Lebar antar Kerb diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti terlihat
dalam Gambar 4.8). Bila lebar pada setiap bentang sama, pengukuran tidak perlu
dilakukan pada setiap bentang.
Lebar Trotoir (Tempat Pejalan Kaki) (m)
Lebar Tempat Pejalan Kaid adalah lebar total dari kedua trotoir (bila lebih dari satu), yang
diukur dengan toleransi sampai 0, 1 meter terdekat.
I
CJ 0
Le.ba·r ~ntar Kerb
I ••

Lebar Trototr = T, +T 2
Gambar 4.8.
Pengukuran Lebar antar Jalan dan Lebar Tempat Pejalan Kaki

Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal (m)


Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal adalah jarak vertikal dari permukaan jalan ke
penghalang di atas kepala yang diukur dengan toleransi sampai 0,1 meter terdekat (seperti
terlihat dalam Gambar 4.9). Banyak jembatan tidak memiliki pembatasan. Dalam banyak
jembatan rangka, ruang bebas lalu lintas vertikal dihambat oleh ikatan angin atas atau
suatu penerangan.
Bila tidak ada hambatan, masukkan data ke dalam catatan.

:~/...-~~----~,~~--
!---------~
,~--..
·.
.,,.,, .. ' \'\.
I

,. ...
'Tl~I .
.ruang bebas ~~:~

~!.:~~~~~ ,.Vo' • .v:


-
~:;!'~;>}::· ::(f:·~~~-$:~~~~~-~~~:~~-~->.~t;~.' ~~i}~'

Gambar4.9.
Ruang Bebas Lalu Lintas Vertikal

4-9
b. Jenis Komponen dan Data Material

Data ini dicatat untuk lima kornponen utama dari bangunan atas dan bangunan bawah
dalam setiap bentang jembatan, sebagai berikut :
Bangunan atas:

• struktur bangunan atas, yaitu rangka, gelagar, dan seterusnya


• permukaan lantai kendaraan
• sandaran

Bangunan Bawah:

• pondasi
• kepala jembatan dan pilar

Selain itu, sumber atau negara asal dari bangunan atas dicatatjuga bila sesuai.
Data ini dicatat dengan menggunakan kode abjad yang terdaftar dalam Halaman 2 dari
Laporan Pemeriksaan lnventarisasi, dan seperti yang terlihat dalam Gambar 4.10.

C. Asal Bangunan E. Kcpala Jcmbatan


A. Tipe Bang un an Alas B.Baha n I>. Tipc Pondas i
Bawah dan Pilar

8 gorong-gorong K kay11 IV Acrow/Bai/ey CA cakarayam Kepala Jembatan


persegi s pasangan bata LS langs11ng A cap
y gorong-gorong pipa M pasangan batu A Australia 8 dinding penuh
A gorong-gorong G bronjong dan (permanen) TP liang pancang K kepala jembatan
pelengkimg sejenisnya p Australia (semi PB tiangbor kh11s11s
permanen) TU liang ulit
T gantung H pasangan batu T Australia Pilar
c sokonganl gant1111gan kosong (semenlara) SU s1111111ra11 c cap
D be1011 tak ber111la11g p dinding pen11Jr
G gelagar r beton ber111la11g 8 Holland (tipe bani) LL lain-lain s sa111 kolom
M gelagar komposite p be ton pra1eka11 D Holland (tipe lama) D duakolom
p pla1 B baja r liga a1a11 lebilr
u lan1ai baja I Indonesia kolom
L balok pelenglmng bergelombang u Callendar l lain-lain
£ pelengkung Hami/1011 (UK)
y pipa baja diisi be1011 J Jepang
R rangka J al11muni111n
s jembatan sememara E neoprene I karet R Australia
F 1ejlon (Permanen)
F ferry v PVC s Australia (semi
K lin1asan kereta api N geotextile permanen)
w lintasan basalr 0 tanah biasa/ lemp1111g
u lain-lain a/au timb1111an x lidak ado stn1ktur
l lain-lain
A aspal
R kerikillpasir
w macadam
x baha11 asli
l lain-lain

Gambar 4.10.
Kode untuk Komponen Bangunan Atas dan Bangunan Bawah

4-10
Bangunan Atas

Struktur Bangunan Atas


Jenis-jenis struktur bangunan atas yang lazim ditemukan di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 4.11. Kode diambil dari Kolom A dalam Gambar 4.10.
Material konstruksi untuk sebagian besar struktur bangunan atas dapat dengan mudah
ditentukan melalui pemeriksaan visual. Kode diambil dari Kolom B.
Asal bangunan atas biasanya mudah terlihat, terutama untuk jembatan rangka dan gelagar
standar. Gambar Bangunan Atas Jembatan Standar dapat dilihat dalam Lampiran 3, untuk
membantu mengenali Asal bangunan atas jembatan dan pilihan kode dari Ko lorn C.

B • GORONG·GORONG PERSEGI Y .. GORONG·GORONG PIP/\

C = 50KONG A l~/GANTUNG/\U G = GELAGt.n

M = KOM?OSIT P:::PLAT

i l I r'

L = BALOK PCLENGKUNG

I R= n.'\l~GKA

I_,,@./~tZ~~!~,_
W :: UNi;\S:.:1 BASAH

Gambar 4.11
Jen is Bangunan Atas.

4-11
Sesudah pendaftaran dalarn database, BMS-MIS menggabungkan kode Jenis, Material
dan Sumber menjadi kode yang terdiri atas 3 huruf yang menunjukkan jenis bangunan
jembatan atau jenis lintasan untuk digunakan dalarn laporan BMS, misalnya :

RBA Rangka Baja Australia


RBL Rangka Baja (lainnya)
GBJ Gelagar Baja Jepang
K.XX Lintasan Kereta Api
wxx Lintasasn Basah
FXX Lintasan Ferry

Lantai I Permukaan Lantai Kendaraan

Lantai dan Permukaan Lantai Kendaraan masing-rnasing dicatat dengan menggunakan


kode material terpisah dari Kolom B. Material lantai beton dicatat dalam kolom pertarna
dan material permukaan lantai kendaraan dicatat dalam kolom kedua.

Sandaran

Sandaran rnencakup pegangan· tangan, pagar pengaman, dan tiang sandaran. Kode
material untuk sandaran sendiri dicatat dalam kolom pertama dan kode material untuk
tonggak dicatat dalarn kolom kedua.

Bangunan Bawah

Pondasi

Pada umumnya, Jenis pondasi tidak dapat ditentukan di lapangan, terkecuali bi la pondasi
telah terlihat akibat scouring dan dasar sungai kering.
Informasi mungkin dapat diperoleh dari gambar rencana atau catatan konstruksi. Bila
tidak ada informasi, kosongkan bagian untuk ini. Bila ada, pilih kode dari Kolorn D dalam
Gambar 4.10.

Hal yang sama berlaku juga untuk Material. Bila informasi dapat diperoleh, pilih kode
dari Kolom B.

Kepala Jembatan dan Pilar

.Jenis kepala jemhatan dan pilar yang lazim ditenukan dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Kode diambil dari Ko lorn E dalam Gambar 4.10.
Material kon~truksi dapat dengan rnudah ditentukan melalui pemeriksaan visual.' Kode
diambil dari K6lom B.

4-12
Pa.AR

C"' C<>p S "' S<Hu l~olom S = Satu Kolom

P = Oir.-'ing Penuh D •Dua Kolom T • llga Kolom Ol&u


lcbih

l<EPAl.A JEMBATAN
A• Cop B - Dindl ng Penuh l< ~ Kcpala Jembatan KhUsin

~bQ ~
Lk~~
Gambar 4.12
Jenis Kepala Jembatan dan Pilar

c. Data Kondisi Komponen

Dalam suatu Pemeriksaan Inventarisasi, kondisi komponen jembatan ditentukan secara


subyektif, artinya, inspektur menggunakan penilaian dan pengalaman teknisnya
(engineering) untuk menentukan kondisi keseluruhan dari kelima komponen utama
bangunan alas dan bangunan bawah dalam setiap bentang seperti terdaftar dalam
subbagian 4.2.3.b.
Masing-masing komponen utama diberikan Tanda Kondisi lnventarisasi, yang diambil
dari tabel pada halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan. Tabel ini ditampilkan kembali
dalam Gambar 4. 13.
Kondisi aliran air, artinya, adanya scouring, dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi
keseluruhan untuk setiap pilar atau kepala jembatan. Kondisi timbunan tanah dapat
dimasukkan ke dalam tanda kondisi untuk setiap kepala jembatan.
Pada akhimya, Tanda Kondisi Inventarisasi tidak akan memiliki pengaruh dalam SMS,
tetapi bila suatu Pemeriksaan Rinci belum dilaksanakan untuk setiap jembatan dan data
yang lebih akurat mengenai kondisi j embatan ·belum tersedia,-BMS MIS mengkonversi

4-13
Tanda Kondisi lnventarisasi menjadi sama dengan Tanda Kondisi Jembatan untuk
perbandingan dengan jembatan-jembatan yang telah menjalani Pemeriksaan Detail.

F. PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARISASI

0. jembatan barn dan tanpa kerusakan Catatan


l. kerusakan kecil
2. kerusakan yang memerlukan pemantauan a tau Penilaian Kondisi Inventarisasi pada tabel
pemeliharaan diwaktu mendatang diatas hanya digunakan bila Pemeriksaan
3. kerusakan yang memerlukan tindakan secepainya Mendetail Jembatan belum dilakukan pada
4. kondisi kritis saat yang bersamaan dengan Pemeriksaan
5. elemen jembatan tidak beffungsi lags lnventarisasi.

4.2.4. Pedoman Pemberian Nilai Kondisi lnventarisasi

Kondisi lnventarisasi diberikan sesuai dengan pedoman dalam Gambar 4.14.

Nilai Kondisi 0 - jembatan dalam keadaari baru, tanpa kerusakan


- cukup jelas. Elemen jembatan berada dalam kondisi baik
kerusakan sangat sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui
Nilai Kondisi I - pemeliharaan rutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi
jembatan)

- contoh: scour sedikit, karat pada pennukaan, pagar kayu yang longgar

_ kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan pada masa


Nilai Kondisi 2
yang akan datang

Contoh: pembusukan sedikit pada struktur kayu, mutu pada elemen


- pasangan batu, penumpukkan sampah atau tanah di sekitar perletakan
kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian

_ kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin


Nilai Kondisi 3
menjadi serius dalam 12 bulan)

contoh: struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang


membusuk. lubang pada pennukaan lantai kendaraan, adanya gundukan
- aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan,
scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka baja
berkarat

kondisi kritis
Nilai Kondisi 4 - (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera)

contoh: kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai beton,


- pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki tulangan yang
terlihat dan berkarat, sandaran pegangan/pagar pengaman yang tidak ada

Nilai Kondisi 5 - elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi

- contoh: bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut

4-14
BABS

PEMERIKSAAN DETAIL
DAFTARISI

BABS

5. PEMERIKSAAN DETAIL

5.1. UMUM
5.1.1. Personil
5.1.2. Peralatan dan Material
5.1.3. Bahan Acuan
5.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
5.1.5. Urutan Pemeriksaan

5.2. SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL


5.2.1. Umum
5.2.2. Hierarki dan Kode Elemen
5.2.3. Kode Kerusakan
5.2.4. Sistem Penilaian Elemen
5.2.5. Kerusakan yang Serius

5.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL


4.3.1. Data Administrasi dan Inventarisasi
4.3.2. Kesan Secara Keseluruhan
4.3.3. Daftar Elemen yang RuSak
4.3.4. Lokasi Elemen yang Rusak
4.3.5. Pemberian Nilai Kondisi
4.3.6. Data Lain
4.3.7. Pemeliharaan Rutin
4.3.8. Catatan Kecil dan Sketsa
DAFTARISI

BABS

S. PEMERIKSAAN DETAIL

S.1. UMUM
5.1. 1. Personi I
5.1.2. Peralatan dan Material
5.1.3. Bahan Acuan
5.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail
5.1.5. Urutan Pemeriksaan

5.2. SISTEM PEMERIKSAAN SECARA DETAIL


5.2.l. Umum
5.2.2. Hierarki dan Kode Elemen
5.2.3. Kode Kerusakan
5.2.4. Sistem Penilaian Elemen
5.2.5. Kerusakan yang Serius

S.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL


5.3 .1. Data Administrasi dan Inventarisasi
5.3.2. Kesan Secara Keseluruhan
5.3.3. Daftar Elemen yang RuSak
5.3.4. Lokasi Elemen yang Rusak
5.3.5. Pemberian Nilai Kondisi
5.3.6. Data Lain
5.3.7. Pemeliharaan Rutin
5.3.8. Catatan Kecil dan Sketsa
5. PEMERIKSAAN DETAIL JEMBATAN

5.1. UMUM

Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untulc menilai secara akurat kondisi suatu
jembatan. Semua komponen dan elemen jembatan diperiksa dan kerusakan-kerusakan
yang berarti dikenali dan didata.
Secara lebih khusus, Pemeriksaan secara Detail dilakukan untuk :
• mengenali dan mendata semua kerusakan penting elemen jembatan;
• menilai kondisi elemen dan sekelompok elemen jembatan, dengan secara obyektif
menentukan suatu Nilai Kondisi;
• melaporkan apakah Tindakan Darurat dibutuhkan dan alasannya;
• melaporkan apakah suatu Laporan Khusus dibutuhkan dan alasannya;
• melaporkan apakah pemeliharaan rutin yang balk sedang berlangsung.
Data dari Pemeriksaan secara Detail dimasukkan dalam Database BMS. BMS MIS
mampu memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara
keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan
dalam tingkat layak layan.

5.1.l. Personil

Paling kurang dibutuhkan seorang lnspektur Jembatan Propinsi untuk melaksanakan suatu
Pemeriksaan secara Detail terhadap suatu jembatan, dengan dibantu oleh seorang
inspektur yang terlatih atau lebih dari Dinas, sub-Dinas, atau Cabang Dinas Bina Marga.
Asisten dan tenaga kerja lainnya mungkin dibutuhkan tergantung_ dari situasi dan kondisi,
seperti lokasi jembatan, kompleksitas struktur dan kondisi lalu lintas.

5.1.2. Peralatan dan Material

Para Inspektur membutuhkan peralatan berikut untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan


secara Detail.
Peralatan dan Material
• Formulir Laporan Pemeriksaan Detail;
• kertas untuk gambar dan catatan;
• albs pagan untuk menulis;
• pens, pensil dan penghapus;
• kamera digital dengan lampu flash
• kalkulator
• kendaraan dengan odometer yang berfungsi
• alat pengukur jarak
• meteran pengukur 5 m dan 30 m
• papan tulis putih kecil den supidol bukan permanen (untuk menampilkan name
den nomor jembatan dalam foto)
• teropong
• lampu center dan batere
• kapur untuk menulis
• sekop

5-1
• parang
• palu
• obeng
• pelampung dan batu duga
• sikat baja
• sapu kecil
• kaca
• pisau saku
• busur derajat
• pengukur lebar retak
• penggaris
• jangka lengkung kedalam dan ke luar
• pahat
• seperangkat fee ler gauge
• seperangkat kunci pas
• linggis
• tangga

Peralatan Tambahan (sesuai dengan kebutuhah):


• perahu
• sepatu bot tinggi dan tahan air
• penopang
• botol contoh air

Peralatan Kearnanan :
• rompi den topi pengaman
• tanda/rambu
• kerucut lalu lintas
• rompt apung
• tali pengikat

5.1.3. Bahan Acuan

Sebelum melaksanakan suatu Pemeriksaan secara detail, para inspektur harus


mengumpulkan bahan-bahan berikut :
• Buku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan;
• Peta yang memperlihatkan mas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan);
• Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRI untuk Propinsi yang
bersangkutan;
• Paket Laporan Pemeriksaan secara Rinci IBMS-DI2 yang mencantumkan semua
jembatan yang akan diperiksa;
• Laporan Data lnventarisasi Jembatan terakhir IBMS-BD3 untuk setiap jembatan
yang akan diperiksa;
• Laporan Data Pemeriksaan secara Detail IBMS-BD3 sebelumnya untuk setiap
jembatan yang akan diperiksa.

5-2
5.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan secara Detail

Pemeriksaan secara Detail pada umumnya dilaksahakan maksimum dalarn jangka waktu
lima tahun. Pak.et Laporan Pemeriksaan secara Detail IBMS-DI2 dikeluarkan oleh BMS,
yang menggunakan kriteria berikut ini untuk Memilih jembatan yang harus diperiksa :
• Nilai Kondisi 3 atau lebih tinggi, dan Laporan Pemeriksaan secara Detail
sebelumnya yang dikeluarkan lebih dari dua tahun yang lalu;
• Pemeriksaan secara Detail sebelumnya yang dilak:ukan 4 tahun yang lalu, dan
• Pekerjaan jembatan besar yang baru diselesaikan, dan Pemeriksaan Detail
kemudian dibutuhkan untuk menetapkan data inventarisasi dan kondisi yang baru.
Jembatan tidak dipilih untuk Pemeriksaan secara Detail bila panjangnya kurang dari 6
meter, atau tidak ada dalam Program Kerja yang terbaru. Lintasan basah tidak di periksa.
Sesudah Paket Pemeriksaan secara Detail selesai, Laporan Data Inventarisasi terbaru
IBMS-BDl dan Laporan Pemeriksaan secara Detail IBMS-BD3 sebelumnya dapat
dipersiapkan untuk setiap jembatan yang tercantum di dalam Pak.et, untuk digunakan
dalam Pemeriksaan.

5.1.5. Urutan Pemeriksaan

Setiap jembatan harus diperiksa berdasarkan urutan berikut ini:


• konfirmasikan lokasi jembatan dan catat data administrasi pada Halaman 1 dari
Laporan Pemeriksaan secara Detail - nama jembatan, lokasi, Cabang, dan
seterusnya;
• periksa Data Inventarisasi Jembatan pada Laporan Data Inventarisasi IBMS-BDI,
dan catat ketepatan atau ketidaktepatannya pada Halaman I dari Laporan
Pemeriksaan kemudain lakukan koreksi pada Laporan Data bila perlu.
• berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan menyeluruh mengenai
struktumya.
• periksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari pondasi ke lantai
permukaan dan catat elemen-elemen dengan kerusakan, lokasi elemen yang rusak:
dan Nilai Kondisi, pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan.
• catat data lain pada Halaman 3 dari Laporan
• ambil dari Nilai Kondisi dari elemen tingkat lebih tinggi sesuai dengan
keperluan, dan catat pada Halaman 3 dari Laporan Pemeriksaan
• catat pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan hal-hal apa yang membutuhkan
Pemeliharaan Rutin
• catat pada Halaman I dari Laporan apakah dibutuhkan suatu Pemeriksaan Khusus
atau Tindakan Darurat dan alasannya.
Selama Pemeriksaan, Inspektur harus mengambil phooto dan membuat gambar-gambar
untuk lebih menjelaskan laporan, bila perlu.

5-3
5.2. Sistem Pemeriksaan secara Detail

5.2.1. Umum

Dasar dari Sistem Pemeriksaan secara Detail adalah penilaian kondisi elemen dan
kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari kekurangan/ kelernahannya.

Untuk tujuan Pemeriksaan secara Detail dan evaluasi dari kondisi jembatan secara
menyeluruh, struktur suatu jembatan dibagi atas hierarki elemen yang terdiri atas 5 level.
Level tertinggi adalah Level 1, yaitujembatan itu sendiri, dan level terendah adalah Level
5, yaitu elemen kecil secara individual dan bagian-bagianjembatan.
Pemeriksaan secara Detail bertujuan mendata kondisi elemen pada Level yang paling
tinggi, dan pada Level ini semua elemen memiliki kondisi yang sama. Level tertinggi
elemen dinilai adalah Level 3. Dalam sebagian besar situasi, elemen-elemen harus dinilai
pada Level 4 atau Level 5.
Dalam upaya menyederhanakan prosedur perneriksaan, banya kerusakan yang penting
yang dicatat selama Pemeriksaan secara Detail. Bila diternukan kerusakan kecil yang
dapat diperbaiki dalam Pemeliharaan Rutin, kerusakan ini hanya perlu dilaporkan dalam
Bagian Pemeliharaan Rutin pada Halaman 2 dari Laporan.
Untuk setiap elemen yang memiliki kerusakan yang berarti, 5 nilai ditentukan, yaitu:
• Nilai Struktur
• Nilai Perkembangannya (volume)
• Nilai Kerusakannya
• Nilai Fungsi
• Nilai Pengaruh
Setiap nilai diberi angka 0 atau 1, sehingga subyektivitas selama pemeriksaan dapat
dihilangkan dan penilaian menjadi lebih konsisten.
Elemen atau kelompok elemen dinilai dengan diberikan suatu Nilai Kondisi antara 0 dan
5. Angka-angka tersebut mewakili jumlah dari kelima nilai yang ditentukan di atas.
Sesudah penilaian elemen pada Level 5, 4, atau 3, Nilai Kondisi untuk elemen pada
Level-level yang lebih tinggi dalam hierarki ditentukan dengan cara mengevaluasi sejauh
mana kerusakan dalam elemen pada Level yang lebih rendah dalam kaitannya dengan
elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya - apakah elemen-elemen ini dapat
berfungsi, dan apakah elemen-elemen lain pada level yang (lebih tinggi) ini. dipengaruhi
oleh kerusakan-kerusakan tersebut.
Nilai Kondisi untuk elemen Level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu
ditentukan oleh inspektur di lapangan dengan menggunakan cara ini, dan dicatat dalam
Laporan Pemeriksaan. BMS MIS menggunakan Nilai Kondisi pada Level 3 untuk
mendapatkan suatu N ilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi
pemeliharaan secara keseluruhan untuk jembatan yang bersangkutan. Pemeliharaan yang
dianjurkan dapat berbentuk penggantian jembatan bila jembatan berada dalam kondisi
kritis. dan biaya perbaikan terlalu tinggi, rehabilitasi jembatan dengan melakukan
perbaikan besar atau penggantian komponen utama jembatan, perbaikan elemen
individual, atau sekedar pemeliharaan rutin.

5-4
s.z.2. Hierarki dan Kode Elemen

Jembatan dianggap memiliki suatu hierarki elemen dalam lima Level. Masing-masing
Level mengandung sejumlah elemen atau kelompok elemen, yang masing-masing
mempunyai suatu Kode Elemen dengan empat angka. Penggunaan Kode sangat perlu bagi
BMS MIS untuk kegiatan pendataan dan pemrosesan.
Level tertinggi adalah Level 1 yaitu jembatan itu sendiri. Level ini diberi Kode Elemen
1.000 - Jembatan.
Level 2 memiliki 3 elemen sebagai berikut:

aliran sungai. dan sekitarnya,


2.200 - Aliran Sungai/7imbunan Tanah
termasuk jalan pendekatnya

2.300 - Bangunan Bawah - pondasi, kepala jembatan, dan pilar

struktur rangka, lantai dan


2.400 - Ban~nan Atas - permukaannya clan elemen lainnyu
di atas tingkat 'permukaan lantai

Masing-masing tersebut di atas dibagi lebih lanjut lagi menjadi elemen utama pada Level
3, misalnya, Elemen 2.300 dibagi lagi sebagai berikut:

semua pondasi dari semua kepala


3.310 - Pondasi
jembatan dan pilar
3.320 - Kepala Jembatan/filar - semua kepalajembatan dan pilar

Elemen-elemen tersebut kemudian dibagi lebih lanjut menjadi kelompok elemen pada
Tingkat 4, misalnya:

4.321 - Tiang Pancang - semua tiang pancang pada jembatan


4.322 - Dinding/Kolom Pilar - semua jenis pilar
4.323 - Dinding Kepala Jembatan - kedua dinding kepala jembatan
semua dinding sayap, pada kedua
4.324 - Dinding sayap
kepala jembatan

Daftar lengkap Kode Elemen, disusun berdasarkan Level hierarki, dapat ditemukan pada
Gambar 8.1 dalam Bagian 2 Buku Petunjuk ini. Untuk elemen-elemen pada Level 5 tidak
ada daftamya karena elemen-elemen tersebut hanya merupakan hal-hal individual dari
elemen-elemen Level 4, oleh karena itu Kode Elemennya sama.
Bila perlu membedakan antara elemen-elemen pada Level 4, elemen yang rusak
dilaporkan pada Level 5 dan lokasi yang bersangkutan harus dicatat.
Oleh karena itu Level 5 digunakan untuk menilai elemen kecil secara individual. Dalam
hal ini, lokasi elemen harus selalu dicatat sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian
5.3.4.
Elemen-elemen pada Level 3 dan 4 dalam hierarki mencakup semua elemen yang mirip
pada jembatan, misalnya, Elemen 3.450 - Rangka mencakup semua rangka dalam

5-5
jembatan, Elemen 4.461 - Ikatan angin Atas mencak~p semua lkatan Angin Atas dalam
semua rangka pada jembatan.

5.2.3. Kode Kcrusakan

Untuk tujuan mencatat, kerusakan diberi suatu Kode Kerusakan dengan 3 angka.
Kerusakan yang sering ditemukan dalam jembatan diuraikan dalam Bagian 2 dari Manual
lill.
Kerusakan biasanya berkaitan dengan material atau dengan elemen.

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan material adalah :


• kerontokan pada beton (Kode 201)
• pengaratan dalam baja (Kode 302)
• pembusukan dalam kayu (Kode 401)

Tabel 9.1 dalam Bagian 2 menyajikan daftar kerusakan yang berkaitan dengan
material.

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah:


• scour dalam aliran sungai (Kode 503)
• scour dalam timbunan tanah (Kode 515)
• pergerakan dalam kepalajembatan (Kode 601)

Tabel 10.l dalam Bagian 2 menyajikan daftar kerusakan yang berkaitan dengan dengan
elemen.

5.2.4. Sistem Penilaian Elemen

Sistem Penilaian Elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas serangkaian pertanyaan yang
berjumlah lima mengenai kerusakan yang ada.

Pertanyaan-pertanyaam tersebut berkaitan dengan hal-hal berikut :

• Struktur - apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya


atau tidak
• Kerusakan - sampa1 manakah tingkat kerusakan yang telah
dicapai karena kerusakan tersebut, parah atau
ringan
• Perkemhangan (Volume) - apakah kerusakan tersebut sudah atau belum
meluas, artinya, apakah kerusakan tersebt terdapat
pada kurang atau lebih dari 50% dari panjang,
Iuas atau volume elemen.
• Fungsi - apakah elemen tersebut masih berfungsi
• Pengaruh - apakah elemen yang rusak mempunyai dampk
yang serius terhadap elemen yang lain atau arus
lalu lintas.

5-6
Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang
ada, menurut kriteria yang diperlihatkan dalam Gambar 5.1.

Nila i Kriteria Nila i

berbahaya I
Struktur
(S) ~-------------------------------------------
tidak berbahaya
-----
0
dicapai sampai kerusakan parah l
Kerusakan
(R) ~-------------------------------------------
dicapai sampai kerusakan ringan
-----
0
meluas - 50% atau lebih mempengarubi kerusakan l
Perkembangan
(K) --------------------------------------------
tidak meluas - kurang dari 50% atau lebih mempengaruhi kerusakan
-----
0
elemen tidak berfungsi l
Fungsi
(F) ~-------------------------------- ----------- elemen berfungsi
-----
0
Pengan1h dipengaruhi elemen lain I
(P) ~-------------------------------------------
tidak dipengaruhi elemen lain
-----
0
NILA/ KONDISI
NK=S+R+K+F+P 0-5
(NK)

Gambar 5.1
Penentuan Nilai Kondisi

Dalam menggunakan sistem ini, nilai Kondisi diberikan pada Level 5, Level 4 atau Level
3. Bila penilaian awal dari suatu elemen (individual) diberikan pada Level 5, maka
kelompok dari elemen yang mirip d inilai pada level yang lebih tinggi, yaitu Level 4 dan
Level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok
elemen secara keseluruhan, sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 5.3.5.
Petunjuk untuk menilai struktur dan Tingkat Kerusakan yang khas diperlihatkan dalam
Lampiran 2.

5.2.5. Kerusakan yang serius

Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan yang serius atau
berarti. Ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan dan menekanjumlah
elemen yang dilaporkan.
Yang dimaksud dengan kerusakan yang serius adalah:
• kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang berat,
atau
• kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas
• kerusakan tersebut membahayakan, telah berkembang sampai ting/cat kerusakan
yang berat, dan telah meluas ·
Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan mendapat
Nilai Kondisi paling sedikit 2.
Bila suatu elemen memiliki Nilai Kondisi kurang dari 2 (yaitu, 0 atau 1), maka elemen ini
berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan belum meluas. Elemen
seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan, atau dapat diperbaiki dalam Pemeliharaan
Rut in.
Suatu elemen dengan Nilai Kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau
kerusakan besar yang belum meluas. Kondisi elemen-elemen ini membutuhkan

5-7
pemantauan, biasanya dengan tujuan dilaksanakannya suatu perbaikan atau pemeliharaan
pada masa yang akan datang.

5.3. PROSEDUR PEMERIKSAAN SECARA DETAIL

5.3.1. Data Administrasi dan Inventarisasi

Identifikasi suatu jembatan harus ditentukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa
jembatan tersebut memang dimaksudkan untuk diperiksa. Hal ini dapat dilakukan dengan
memeriksa semua rincian yang tercatat pada pelat nama pada jembatan, bila ada, lokasi
dan struktur dasar jembatan. Rincian ini dibandingkan dengan apa yang tertera dalam
Laporan Data lnventarisasi IBMS-BDI dan bila ada koreksi yang harus dilakukan karena
data hilang atau tidak benar, gunakan pena merah yang tahan air (waterproof).
Data Administrasi dicatat seperti biasa, sesuai dengan yang diuraikan dalam Bagian 4.2.1.
Kebenaran atau ketidakbenaran dari Data Inventarisasi dicatat dalam kotak pada Halaman
I dari Laporan Pemeriksaan, seperti yang terlihat dalam Gambar 5.2.

Apakah Data lnventarisasi Betul? ( lingkarijawabanl Ya I Tidak

Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dibuat pada Laporan Data lnventarisasi dengan tinta merah

Gambar5.2
Verifikasi Data lnvenlarisasi

Laporan Data Inventarisasi yang telah dibetulkan diserahkan kepada BMS Supervisor atau
data yang sudah ada dalam BMS database diperbaiki, begitu Pemeriksaan secara Detail
telah selesai dilakukan.

5.3.2. Kesan Secara Keseluruhan

Dalam upaya memperoleh kesan secara keseluruhan dari jembatan, inspektur harus
berjalan di sekeliling dan di bawah jembatan serta mengamati bentuk umum, kondisi
secara keseluruhan, dan kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Hal ini biasanya
memakan waktu 10-15 menit untuk suatu jembatan dengan bentang tunggal. Dalam
melakukan pengawasan ini, setidak-tidaknya harus lewat satu kendaraan berat.
Selama pemeriksaan awal hams dicatat elemen-elemen jembatan yang rusak dan yang
penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian-bagian lainnya atau elemen-elemen dari
suatu bangunan dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu inspektur untuk
merencanakan permeriksaan secara keseluruhan dan menentukan tingkat dimulainya
penilaian elemen.
Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar elemen pada
Level 3 yang terdapat dalam Formulir Pemeriksaan, memilih elemen yang_ relevan
terhadap, jembatan yang sedang diperiksa, dan mengamati sub elemen dari setiap
kelompok Level 3, yaitu pada Level 4, untuk menentukan apakah mereka berada dalam
kondisi yang mirip. Kalau inspektur belum mengenali hierarki dari elemen, ia harus
mengacu pada daftar Elemen Level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.

5-8
Bila semua sub-elemen dari suatu elemen Level 3 (yaitu padi;i Level 4) berada dalam
kondisi yang sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, maka elemen
Level 3 yang bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada
elemen dari Level yang lebih rendah.
Bila sub-elemen dari elemen Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki
cacat yang berbeda, maka kerusakan tersebut harus dicatat untuk sub-elemen yang
bersangkutan dan penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5.

5.3.3. Daftar Elemen yang Rusak

Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap e/emen yang rusak dan yang
terdaftar dalam Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan, sesuai dengan Kode Elemen dan
kode Kerusakan. Bila perlu, uraian mengenai elemen dan kerusakan dapat dicatat.
Contoh deftar elemen yang rusak dapat dilihat dalam Gambar 5.3.
Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, masing-masing
kerusakan harus dicatat.
Bila suatu Laporan Detail dilaksanakan sesudah suatu rehabilitasi atau perbaikan besar,
maka semua elemen rusak yang dicatat sebelumnya harus diperiksa ulang untuk
memastikan bahwa pekerjaan yang dilakuk;m benar efektif, dan suatu penilaian baru
mengenai kondisi harus dilakukan.

Elem en Kerusakan Levels Level 3-4

Uraian Uraian Lakasi Kandisi Kandisi


Kade Kade
(Pilihan) (Pilihan) x z s
NP/B y R K F p NK s R K F p NI<
Batang Tepi
4.462 302 Karat
Bawah
Batang Tepi
4.461 302 Karat
Atas

4.463 Batang Diag 302 Karat

Elemen
4.612 Perletakan 712
Hilang

3.210 Aliran Sungai 503 Pengikisan

Gambar 5.3.
Daftar Elemen yang Rusak

5-9
5.3.4. Lokasi Elemen yang Rusak

Lokasi elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Nomor Elemen seperti yang
diuraikan dalam Bagian 3.4.2.
Lokasi elemen yang cacat hanya dicatat untuk elemen yang berada pada penilaian Level 5
Contoh penggunaan sistem penomoran elemen untuk menemukan elemen yang rusak dapt
dilihat dalam Gambar 5.4.
Secara khusus, tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen
tunggal, yaitu, 4.320 Kepala Jembatan dan 4.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang
berdampak pada elemen secara keseluruhan, tapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen-
elemen ini dicatat pada Level 5, dengan menggunakan kode dan lokasi elemen.
Sebagai perbandingan, elemen-elemen tunggal 3.210 Aliran Sungai. dan 4.505 Lantai
Permukaan Kendaraan lokasinya tidak dicatat, dan ini bearti bahwa seluruh elemen
terpengaruh oleh kerusakan tersebut.
Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi Al saja, dan ini berarti bahwa semua
perletakan pada Al kondisinya rusak.

Elem en Kerusakan
. Lokasi
Uraian
Ko de Ko de Uraian (Pilihan)
(Pilihan)
NP/B x v YZ
Batang Tepi Span 5, all bottom chord
4.462 302 Karat 85 2
Bawah segments, RH Truss
Batang Tepi Span 5, 1st segment top
4.461 302 Karat 85 1 1
Atas chord, LH Truss

4.463 Batang Diag 302 Karat 85 7 1 7th Diagonal, LH Truss

4.463 Batang Diag 302 Elemen Hilang 85 7 1 7th Diagonal, LH Truss

Span 3, LH Truss Bottom


4.622 Sandaran 302 Karat 85 1 1
Rail (entire)
Perubahan
4.612 Perletakan 604 A1 Abutment 1, all bearings
Bentuk

4.21 Aliran Sungai 503 Pengikisan Waterway (entire)

Lantai
4.505 723 Bergelombang Running Surface (entire)
Permukaan

Gambar 5.4
Lokasi Elemen yang Rusak

5.3.5. Pemberian Nilai Kondisi

Sesudah elemen yang rusak dan bentuk kerusakan selesai dicatat. Nilai Kondisi dinilai
dengan menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan dalam Bagian 5.2.4.
Penilaian pada Level 5

5-10
Conteh : Dalarn Gambar. 5.4, Elemen 4.462 memiliki Kerusakan 302 hanya pada batang
tepi bawah, batang ini terletak pada rangka RH di B5.
Kerusakan karat yang bersifat merusak dan telah menjalar lebih dari 10% potongan
melintang batangnya. Oleh karena itu, Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R
masing-masing adalah 1.
Pengaratan telah meluas keseluruh elemen secara keseluruhan, oleh karena itu Nilai
Perkembangan K adalah 1.
Batang masih tetap berfungsi, oleh karena itu nilai Fungsi adalah 0.
Batang yang berkarat tidak mempengaruhi kinerja elemen lainnya, oleh karena itu nilai
pengaruh adalah 0.
Jadi, nilai Kondisi elemen ini pada Level 5 adalah 3, seperti yang terlihat dalarn kolom
yang berjudul Level 5 dalarn Garnbar 5.5.
Penilaian pada Level 4
Sesudah suatu elemen individual dinilai pada Level 5. Nilai Kondisi dari kelompok semua
elemen yang mirip dinilai dan dicatat pada Level 4.
Conteh: Elemen 4.462 - tidak ada pengaratan pada batang tepi bawah lainnya di rangka
manapun di jembatan, dengan demikian Nilai Perkembangan adalah 0 (kurang dari 50%
dari semua batang tepi bawah dari jembatan).
Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R.. tetap 1, karena kerusakan bersifat merusak
dan telah menjalar ke lebih dari 10% dari potongan melintang dari batang tepi bawah RH
di BS.
Jelas bahwa Nilai Fungsi dan Pengaruh tetap 0.
Nilai Kondisi pada Level dari Elemen 4.4.62 (semua batang tepi bawah jembatan) adalah
2, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 3-4".
Dengan cara yang sama, Elemen 4.461, 4.463 dan 4.472 dinilai, pertama-tarna pada Level
5 dan kemudian pada Level 4, seperti yang terlihat dalam Gambar 5.5.
Bila ada lebih dari satu kerusakan dalam elemen yang sama, rusak yang memiliki
gabungan Nilai Struktur, Kerusakan dan Perkembangan digunakan untuk menilai Nilai
Kondisi elemen. Bila kerusakan memiliki angka yang sama untuk ketiga Nilai tersebut,
maka bila salah satu kerusakan mempengaruhi elemen-elemen lainnya atau arus lalu lintas
(artinya, Nilai Pengaruh = l ), maka kerusakan tersebut digunakan untuk menentukan Nilai
Kondisi dan elemen yang bersangkutan.
Contoh : Kerusakan 302 dalam Elemen 4.463 digunakan untuk menentukan Nilai Kondisi
dari semua Batang Diagonal, karena angka untuk Nilai Struktur, Kerusakan dan
Perkembangan adalah 3 untuk Kerusakan 302 dan hanya 2 untuk kerusakan 303.

5-11
Elem en Kerusakan Level 5 Level 3-4

Uraian Uraian Lokasi Kondisl Kondisi


Ko de Kode
{Pilihan) {Pilihan) A/P/B x y z s R K F p NK s R K F p NK

Gambar 5.5
Pemberian Nilai Kondisi Pada Level 5 dan Level 3-4

Penilaian pada Level 3

Sesudah kelompok elemen dinilai pada Level 4, Nilai Kondisi dinilai pada Level 3, dan
dicatat pada Halaman 3 dari Laporan Pemeriksaan.
Contoh: Dalam contoh dalam Gambar 5.5, tidak ada kerusakan pada rangka di jembatan
terkecuali pada rangka di 85. Rangka di 85 merupakan bagian dari-Elemen 3.450 -
Rangka.
Semua elemen yang rusak dalam rangka ini harus dipertimbangkan dalam derivasi Nilai
Kondisi untuk Elemen 3.450 pada Level 3, yaitu Elemen-elemen 4.461, 4.462 dan 4.463.
Sebenarhya, elemen-elemen ini memiliki Nilai Kondisi yang sama, dengan demikian tidak
menjadi masalah kerusakan mana yang digunakan untuk menentukan Nilai Kondisi untuk
Elemen 3.450.
Nilai Struktur dan Kerusakan tetap 1, dan Nilai Perkembangan, Fungsi dan Pengaruh tetap
0.
Nilai Kondisi pada Level 3 dari Elemen 3.450 (semua rangka di jembatan) adalah 2,
seperti yang terlihat dalam Gambar 5.6.
Dengan pola yang sama, semua elemen pokok yang memiliki kerusakan dinilai dan
dicatat pada Level 3.
Contoh: Nilai Kondisi pada Elemen 3.620 - Sandaran diambil dari Nilaii Kondisi dari
Elemen 4.622 - sandaran Horisontal, dan tetap 2.
Nilai Kondisi dari Elemen 3.610-Perletakan diambil dari Nilai Kondisi Elemen 4.612.
Perletakan Karet dan tetap 3.
Nilai Kondisi dari Elemen 3.500. Sistem Lantai Jambatan diambil dari - Nilai Kondisi dari
Elemen 4.505 - Permukan Lantai Kendaraan. Dalam hal ini, Permukaan Lantai Kendaraan
dianggap kurang dari 50% dari Sistem Lantai Permukaan, dan oleh karena itu Nilai
Perkembangan untuk Elemen 3.500 adalah Q. Nilai Kondisi sama dengan 3.

5-12
Nilai Kondisi
LEVEL 3
{harus mengisi)
Code Element s A R K F p NK

--- - -- -- -- .. - --
i-o------------ -- -- -- ·-·
--- 1-------------
3.210 Aliran Sungai

-· --
i--
3.220 Bangunan Pengaman
~-
3.230 Tanah Timbunan

--- ------ ------· -- -- -- -· ,._ --


3.310
3.320
Pondasi
Kepala Jembatan/Pilar
~-

3.410
82!e.!2 -.. ··- ·- - -· -·
·-·- .G..~.'~~C - . - . - . - . - · .... .....
3.420 Pe/at
-·-·-·-·-·-·-·-·
"'-·- P_!l~f2g~~!l
3.430
~ --- -
-· ....
·-. - • - • - •
··- -- -· -·
·- ·- - - · -··

-· ··-
ii--·- ~l?~e.!!~gk'!P_ • _. _ • _ • -· •·· ·- - ·-· -··
3.440
f!!~!l!:.8:. - • - • - • - • - • - • --- ·- ·- - .-·- -··
----
3.450
- ·- sistem
---
3.480

---
3.500
Gantung
i-o-----------·
-------------
Sistem Lantai
3.600 Sambungan Lantai
--- ------------·
~-

~-

~- ----
--
--
-- -· --
-- -· i--

-- - · i-o-
i--
----
3.610 Perletakan/landasan
--- ----
3.620 Sanda ran
---- --- -·
~- -- -- -- -· i- -

3.700 Perlengkapan
3.80 Gorong-gorong
3.90 Lintasan Basah

Gambar 5.6
Pemberian Nilai Kondisi pada Level 3

5.3.6. Data Lain

Efektifitas suatu Pemeliharaan Rutin yang dilaksanakan pada jembatan dinilai oleh
Laporan pendirian sesaat dan Bagian Pemeliharaan Rutin pada halaman 2 dari Laporan
Pemeriksaan

5.3.7. Pemelibaraan R utin

Elemen-elemen dengan rusak kesil seperti apa yangh diacu dalam bagian pemeliharaan
rutin buiasant\ya dapat diperbaiki oleh tenaga kerja pemeliharaan rutin dan tidak
membutuhkan perbaikan yang rumit atau rehabilitasi.

5.3.8. Catatan Kecil dan Sketsa

Catatan kecil dan sketsa harus dibuat oleh Inspektur pada Halam 4 dari Laporan
Pemeriksaan agar sifat, luas dan lokasi suatu kerusakan atau elemen ang suras lebih jelas.
Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah dibuat atau
foto telah di ambil dari elemen yang rusak.
Jumlah dan Unit.
Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan Unit ukuran.
Informasi ini dapat berikutn~a digunakan untuk memperkirakan biaya perbaikan/
penggantian.

5-13
Tindakan Darurat
Bila lnspektur menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut Tindakan Darurat, hal
tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan
(masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan kemudian dipindahkan ke Bagian
"TINDAKAN DARURAT" pada Halaman 1 dari Laporan, tempat alasan untuk Tindakan
Darurat dicatat.

5.3.9.Pemeriksaan Khusus

Bila Inspektur menganggap bahwa suatu elemen rusak menuntut suatu Pemeriksaan
Khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak (masukkan "ya" atau biarkan kosong), dan
kemudian dipindahkan ke Bagian "PEMERIKSAAN KHUSUS" pada Halaman 1 dari
Laporan, tempat alasan untuk Pemeriksaan Khusus dicatat.

5-14
DAFTARISI

BAB6

6. PEMERIKSAAN RUTIN

6.1. UMUM
6.1. l. Personil
6. 1.2. Peralatan dan Material
6.1.3. Bahan Acuan
6.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin
6.1.5. Urutan Pemeriksaan

6.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN RUTIN


BAB6

PEMERIKSAAN RUTIN
6. PEMERIKSAAN RUTIN JEMBATAN

6.1. UMUM

Pemeriksaan Rutin dilaksanakan untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan tiba-tiba


atau yang tak terduga dalam kondisi jembatan secara keseluruhan yang terjadi antara dua
Pemeriksaan Detail terdeteksi dan dilapork.an dan agar tindakan yang tepat dapat diambil.
Secara lebih khusus, Pemeriksaan Rutin dilakukan untuk:
• memastikan bahwa jembatan stabil dan aman.
• menentukan apakah Pemeliharaan Rutin yang Efektifsedang dilakukan.
• menentukan apakah dibutuhkan Tindakan Darurat.
Pemeriksaan Rutin dilaksanakan paling kurang setahun sekali, tapi dapat lebih sering
tergantung pada situasi dan kondisi atau keinginan masing-masing Propinsi.

6.1.1. Personil
Paling kurang seorang Inspektur Jembatan dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
Pemeriksaan Rutin, dengan dibantu oleh seorang tenaga kerja lainnya.

6.1.2. Peralatan dan Material


Inspektur akan membutuhkan peralatan berikut untuk melaksanakan suatu Pemeriksaan
Rutin.
• Formulir Laporan Pemeriksaan Rutin
• Formulir Pemeriksaan lnventarisasi (untuk jembatan yang telah dicatat
sebelurnnya)
• peralatan tulis menulis
• pena warna merah dan hitam
• kendaraan dengan odometer yang berfungsi
• meteran pengukur 5 m dan 30 m
• kamera digital
• kalkulator
• papan tulis putih kecil dan supidol bukan permanen

6.1.3. Bahan Acuan

Sebelum melaksanakan suatu Pemeriksaan Rutin, inspektur harus mengumpulkan bahan--


bahan berikut :
• 8uku Pegangan Pemeriksaan Jembatan di Lapangan
• Peta yang memperlihatkan ruas jalan propinsi (Peta Peranan Jalan)
• Laporan Data Lalu Lintas dan Ruas Jalan IBMS-IRl untuk Propinsi yang
bersangkutan
• Laporan Pak.et Pemeriksaan Detail IBMS-Dll yang mencantumkan semua
jembatan yang akan diperiksa
• Laporan Data lnventarisasi Jembatan terakhir IBMS-BD 1 untuk setiap jembatan
yang akan diperiksa.

6-1
Catalan: Tujuan Laporan Rutin diuraikan dalam Bagian 6. I di alas.
Kondisi jembatan atau elemen tidak dinilai selama Pemeriksaan Rutin
berlangsung. Yang diperiksa hanyalah apakahjembatan stabil dan aman.
Namun, bi/a keakuratan nilai-nilai kondisi untuk semua jembatan dalam
database be/um ditentukan kebenarannya, kegiatan updating (pemutakhiran)
dan pemeriksaan nilai-nilai kondisi dilakukan bersamaan dengan Pemeriksaan
Rutin.
Formulir Data Inventarisasi IBMS-DJ 5, yang mencakup semua Data
Jnventarisasi termasuk nilai-nilai Kondisi untuk setiap bentang jembatan,
digunakan untuk tujuan ini, lihat Laporan IBMS-011.

6.1.4. Pemilihan Jembatan untuk Pemeriksaan Rutin

Jembatan-jembatan yang harus menjalani Pemeriksaan Rutin pada suatu tahun tertentu
dapat ditemukan dalam Paket Laporan Pemeriksaan Rutin IBMS-D 11.
Laporan ini mencantUmkan semua jembatan yang terdapat di dalam database jembatan,
Jembatan yang tidak akan menjalani Pemeriksaan Rutin diberikan kode-kode berikut
dalarn kolom "CATATAN"
• TAK pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan panjangnya kurang dari 6
meter)
• DET pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan termasuk dalam Paket
Pemeriksaan Detail)
• PGM pemeriksaan tidak diperlukan Gembatan termasuk dalam Program
Penggantian yang sedang dilakukan)
Semuajembatan lainnya wajib menjalani Pemeriksaan Rutin dalam tahun berjalan.
Jelaslah bahwa Paket Pemeriksaan Rutin harus ditentukan sesudah diselesaikannya Paket
Pemeriksaan Detail dan Program Penanganan Jembatan Tahunan untuk Penggantian dan
Rehabilitasi Jembatan.
Sesudah Paket Pemeriksaan Rutin selesai dipersiapkan, Laporan Data Inventarisasi
Jembatan IBMS-BD l (atau Formulir Data Inventarisasi IBMS-DIS) dapat dipersiapkan.

6.1.S. Urutan Perneriksaan

Setiap jembatan harus diperiksa berdasarkan urutan berikut ini :


• tentukan identitas jembatan dan catat Nomor Jembatan dan Data Administrasi
dalam kotak yang tersedia.
• berjalan mengelilingi jembatan dan dapatkan suatu kesan mengenai kondisi
komponen utama dan komponen besar dari jembatan
• catat bila dibutuhkan Tindakan Darurat dan alasannya
• catat bila dibutuhkan Pemeliharaan Rutin dan alasannya
Selama Pemeriksaan, Inspektur harus mengambil photo dan membuat gambar-gambar
untuk menerangkan laporan secara lebih jelas, bila perlu. Catatan dan sketsa dapat dibuat
pada Halaman 2 dari Laporan Pemeriksaan Rutin.

6.2. PROSEDUR PEMERIKSAAN UMUM

Catat Nomor Jembatan dan Data Adrninistrasi dalam kotak yang telah tersedia, sesuai
dengan yang diuraikan dalam Bagian 4.2.1 mengenai Pemeriksaan Inventarisasi Informasi

6-2
ini dapat diambil dari Laporan Data Inventarisasi, tetapi harus tetap diperiksa sepintas
untuk pemastian ketepatannya.
Periksa jembatan dan amati kondisi dari komponen-komponen utama j embatan seperti
berikut ini:
• Aliran Air Tirnbunan Tanah/Pondasi
• Kepala Jembatan dan Pilar
• Bangunan Atas
• Lantai I Lapis Permukaan
• Sandaran
Tujuan pemeriksaan hanyalah sekedar memeriksa apakah jembatan berada dalam kondisi
Yang aman atau apakah suatu Tindakan Darurat atau Perawatan Rutin akan dibutuhkan.
Oleh karena itu, elemen-elemen j embatan tidak diperiksa secara rinci, tapi aspek-aspek
khusus dari jembatan harus diamati sebagai berikut:
• amati jembatan sewaktu terdapat lalu lintas, untuk melihat apakah terdapat
lendutan dan getaran yang berlebihan;
• periksa apakah ada rangka yang rusak, hilang, berubah bentuk, karat atau busuk,
dan perkirakan pengaruhnya;
• periksa perletakan dan seismic buffer (penahan gempa);
• periksa bagian sisi bawah lantai beton, untuk melihat apakah terdapat retak, selimut
beton cukup, adanya bukti terjadinya pengaratan pada tulangan, dan seterusnya;
• periksa dan amati kwalitas lapis permukaan lantai, terutama pada expansion joint
antara dinding kepala jembatan dan lantai, supaya dapat diketahui kerusakan apa
yang mempunyai pengaruh yang berlebihan atau yang membatasi arus lalu lintas;
• periksa drainase pada permukaan lantai dan j alan pendekat, termasuk tanaman
serta sampah yang mungkin mengakibatkan pengumpulan air;
• periksa expansion joint dan karetnya;
• periksa sandaran apakah ada yang rusak, longgar, hilang atau berkarat;
• periksa apakah ada ujung balok yang rusak;
• periksa apakah ada perlengkapan jembatan lain seperti rambu-rambu, utilitas, dan
catat bila ada perlengkapan yang dibutuhkan;
• periksa apakah ada scouring di sekitar tanah timbunan, kepala j embatan dan pilar;
• periksa apakah ada penurunan, longsor atau settlement di tanah timbunan;
• periksa kondisi tiang pancang apakah ada pengaratan, retak, atau penurunan;
• periksa apakah terjadi pergerakan sebelumnya atau penurunan pada kepala
jembatan;
• periksa apakah ada retak dalam beton dan dinding sayap pasangan batu kali,
kepala jembatan dan pilar;
• periksa apakah terdapat pengaratan atau pembusukan pada kolom.

Tindakan Darurat
Tindakan Darurat perlu diambil bila terdapat kebutuhan mendesak untuk rnemperbaiki
suatu masalah dan pekerjaan ini tidak dapat ditunda lagi untuk dimasukkan ke dalam
proyek rehabilitasi jembatan tahunan; artinya, jembatan berada dalam keadaan kritis atau
lalu lintas jembatan tidak dapat dilalui dengan aman.
Tindakan darurat dibutuhkan dalam keadaan berikut ini :
• scouring sekitar tanah timbunan, kepala jernbatan atau pilar;
• reruntuhan (misalnya pohon besar) yang memberikan beban horisontal yang
berlebihan pada pilar atau pengendapan dan tumbuhan yang mengancam saluran
air;
• kolom atau balok jembatan yang rusak, hilang, berubah bentuk, berkarat atau
membusuk sedemikian rupa sehingga ada kemungkinan runtuh;

6-3
• lubang pada permukaan lantai jembatan yang mungkin membuat jembatan tidak
aman bagi pejalan kaki, pengendara sepeda, pengendara sepeda motor dan
pengemudi kendaraan lain;
• penurunan atau gerakan pada kepala jembatan atau pilar yang mungkin merupakan
indikasi bahwa jembatan mempunyai potensi untuk runtuh;
• longsor pada daerah jalan pendekat dekat kepala jembatan .

Bila dibutuhkan suatu Tindakan Darurat, rincian komponen atau elemen yang
membutuhkan tindakan tersebut harus dicatat dengan mencantumkan nama dan lokasi
komponen atau elemen, dan alasan seperti yang terlihat dalam Gambar 6.1.

TINDAKAN DARURAT

Apakah Tindakan Darurat Disarankan? ( lingkarijawabanl Ya I


T idak

Elemen-elemen yang memerlukan T indakan Darurat

Komponen Lokasi .
Alasan untuk melakukan Tindakan DanJrat

Gambar 6.1
Tindakan Darurat

Pemeliharaan Rutin
Bila dibutuhkan suatu Pemeliharaan Rutin, aspek-aspek khusus yang diperhatikan harus
dicatat, seperti yang terlihat dalam Gambar 6.2.

PEMELIHARAAN RUTIN

I Apakah ada penumpukan puing a/au rintangan di szmgai? (lingkari jawab Ya Tidak
2 Apakah ada penumpukan kotoran pada elemenjembatan? Ya Tidak
3 Apakah ada tumbuhan liar? Ya Tidak
4 Apakah pipa cucuran air di /antai ada yang tersumbat? Ya Tidak
5 Apakah drainase air di daerah timbunan tidak cukup? Ya Tidak
6 Apakah ada /ubang dan permukaan yang bergelombang? Ya Tidak
7 Apakah sandaran perlu di cat? Ya Tidak
8 Apakah plat nomor salah atau hilang? Ya Tidak
9 Apakah plat nama salah atau hilang? Ya Tidak

Gambar6.2
Pemeliharaan Rutin

6-4
BAB7

PEMERIKSAAN KHUSUS
DAFTAR ISi

BAB7

7 PEMERIKSAAN KHUSUS

7.1. UMUM

7.2. PERSONIL

7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS

7 .3 .1. Metode Penilaian Material


a). Penilaian Sepintas Terhadap Kekuatan Beton
b). Penilaian Mutu Beton in-situ
c). Uji Coba Dinamis Yang Tidak Merusakan
d). Penilaian Pengaratan
e). Deteksi Keretakan Dalam Baja Bangunan
f). Deteksi Kegagalan Kabel atau Kawat
g). Penggunaan Radigrap Paad Bangunan Beton

7.3.2. Metode Penilaian Perilaku Global di Bawah Beton


a). Pengukuran Pergerakan
b). Pengukuran Ektensometrik
c). Pengukuran Kekuatan dan Tekanan
d). Penilaian Properti Dinamis
e). Metode Membongkar dan Memuat

7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya


a). Penilaian Dalam Bawah Air
b). Mengukur Ketebalan Lapisan
c). Mengukur Selimut Beton, Mendeteksi Bar Tulangan dan Menentukan
Ukurannya
7. PEMERIKSAAN KHUSUS JEMBATAN

7.1. UMUM

Pemeriksaan Khusus dilaksanakan bila inspektur kekurangan informasi, pelatihan, atau


pengalaman untuk menilai secara tepat kondisi jembatan. Pemeriksaan khusus dilakukan
apabila ada kerusakan jembatan yang tidak terdeteksi akibat sulitnya medan
Pemeriksaan Khusus dilakukan untuk :
• manganalisa material atau memantau kinerja komponen-komponen tertentu yang
dideteksi memiliki kerusakan, atau pergerakan dengan menggunakan peralatan
khusus;
• menjangkau lokasi yang biasanya tidak dapat diperiksa oleh inspektur dengan
metode visual atau normal
• melengkapi suatu Pemeriksaan secara Detail
Pemeriksaan Khusus mungkin membutuhkan teknik-teknik dan peralatan yang canggih,
tanpa melepaskan teknik-teknik visual dan pengetahuan dan penilaian dalam bidang
Teknis (engineering).

7.2. PERSONIL

Pemeriksaan Khusus dilaksanakan oleh seorang sarjana teknik yang berpengalaman dalam
bidang jembatan dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai perencanaan teknis dan
pelaksanaan jembatan, teknik material dan metode perbaikan.
Dalam banyak hal, diperlukan nasihat dari unit yang berwenang dalam hal ini adalah Sub.
Direktorat Perencanaan Teknik Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan.
Sarjana teknik tersebut juga dapat meminta nasihat dari PUSLITBANG JALAN atau AIR
dalam rangka menjalankan Pemeriksaan Khusus dan uji coba.

7.3. TEKNIK PEMERIKSAAN KHUSUS

Teknik dan peralatan yang harus dipilih berkaitan dengan jumlah jembatan yang akan
diperiksa, keahlian yang tersedia dan tingkat serta jenis pemeriksaan.
Uji coba yang merusak atau setengah merusak dilakukan untuk menentukan apakah
properti fisika, kimia, mekanis atau lainnya sudah menaati ketentuan Standar Spesifikasi
Jenis uji coba ini pada umumnya merupakan suatu perkecualian.
Sebagian besar uji coba yang digunakan dalam pemeriksaan jembatan bersifat tidak
merusak. Teknik-teknik ini sudah mapan dan mempunyai relevansi langsung dengan
praktek-praktek pemeriksaan. Teknik dan metode yang dapat diandalkan sangat bervariasi
dan telah dikembangkan sedemikian rupa agar cocok dengan penilaian properti gerakan,
regangan, tekanan, dinamika dari material dan struktur. Gambar 7.1 menunjukkan
kemungkinan dari serangkaian metode penilaian.

7-1
Penilaian Atas Pilihan Metode 3

beton
kekuatan "schmidt-hammer"
mutu ultra-sonik, getaran, radiografik
laminasi sounding
selimut detektor magnetik
mendetksi dan menentukan detektor magnetik
lokasi tulangan

baja
keretakan ultra-sonik; detektor keretakan akustik;
penentu keretakan magnetik; penembus
pewarna; magnetic flux

kegagalan kabel/kawat induktif/magnetik; radiografik; spying


akustik;

karat electrical halfcell potential;


induktif/magnetik;
perilaku global
pergerakan · peralatan survai; fotogrameter; inductive transducer;
clinometer; dial gauges;
pengukur tekanan; meteran.

ukuran ekstensometrik ekstensometer; peralatan


kekuatan/tekanan mekanik/hidrolik/listrik; pressure
transducer; load cells
lain-lain
ketebalan lapisan pengukur ketebalan lapisan cat; alat
merambah tanah air radiometer; daya tahan listrik
chloride dalam beton analisa kimia basah untuk chloride total

Gambar 7.1
Pilihan Metode Penilaian

7.3.1. Metode Penilaian Material

a). Penilaian Sepintas terhadap kekuatan Beton

Schmidt-hammer digunakan untuk, penilaian sepintas yang tidak rnerusak atas kekuatan
beton. Alat rnekanik ini rnenggunakan calibrated spring dan dipakai pada perrnukaan yang
telah dipersiapkan dengan benar. Kekuatan rnelambung diukur dan dapat dibaca pada
peralatan. Daftar kekuatan beton yang berhubungan, dapat ditemukan dalam suatu tabel.
Pada urnurnnya setidak-tidaknya ambil tiga ukuran dan gunakan nilai rata-ratanya.
Peralatan ini memberikan nilai yang indikatif dan bukan nilai yang tepat.

b). Penilaian mutu beton in-situ

Metode ultra-sonik rnembantu dalam menilai hal-hal berikut :


• penilaian homogenitas beton,
• pengisoliran kemungkinan kerusakan (misainya, kehadiran benda-benda asing,
keretakan, densitas yang tidak memadai),

7-2

penilaian ketebalan beton dengan akses pada satu muka saja (misal pelengkung,
kepala jembatan)
• penilaian kekuatan beton segera sesudah setting (memberikan hasil memuaskan
antara satu dan sepuluh hari sesudah setting).
Metode-metode tersebut didasarkan pada ukuran propagasi gelombang ultra-sonik.

c). Uji coba dinamis yang tidak merusakkan

Teknik ini digunakan untuk menilai tiang pancang. Pada pennukaan suatu kepala pancang
dipasangkan suatu vibrator elektro-dinamis, yang mendapat aliran sinus dengan frekuensi
yang berkisar antara 20 sampai 1.000 Hz. Energi yang dialirkan ke ketiang pancang
berjalan secara vertikal ke ujung tiang pancang dan dari tempat ini sebagai dari energi ini
dipantulkan kembali ke kepala tiang pancang. Kekuatan yang dialirkan kepala tiang
pancang dipertahankan pada tingkat yang konstan. Kecepatannya tergantung, pada rasio
antara energi yang masuk dan energi yang keluar yang dipantulkan. Semua interpretasi
dari hubungan frekwensi kecepatan akan memberikan keterangan mengenai mutu tiang
pancang (kekakuan, kontinuitas, kemungkinan cacat).

d). Penilaian Pengaratan

Penilaian tingkat pengaratan dalam beton tulangan dapat dicapai dengan mengukur pc
listrik halfcell dengan menggunakan halfcell sulfat tembaga yang disaturasi. Untuk ini
biasanya diambil dengan pola grid (kurang lebih 1,2 m). Metode ini tampaknya efektif
dalam menunjukkan luas pengaratan pada baja tulangan. Namun dapat disimpulkan secara
umum bahwa semakin ekstensif daerah dengan potensial aktif, semakin luas pengaruhnya.
Untuk memeriksa apakah tali kabel atau kawat mengalami pengaratan atau penurunan
dapat digunakan suatu teknik pengukuran induktif-magnetik. Untuk melakukan
dibutuhkan suatu persediaan tenaga dengan frekwensi yang relatif tinggi. Teknik ini
diterapkan pada kabel jembatan gantung dan temyata hasilnya Memiliki tingkat kean
setinggi 75%. Diperkirakan riset lebih lanjut akan dilakukan untuk mengembangkan
metode ini.

e). Deteksi keretakan dalam baja bangunan

Metode tembusan pewarna dan partikel magnetik merupakan cara yang konvensional,
berguna dalam rnencari dan mendeteksi keretakan.
Teknik-teknik ultra-sonik kerap dan secara berhasil digunakan dalam mencari mendeteksi
keretakan. Retak-retak yang tersembunyi dapat ditemukan dengan teknik sonik. Retak-
retak tersebut biasanya membutuhkan persiapan pennukaan yang tertentu, penggunaan
couplant, suatu peraga tabung sinar katode dan Penafsiran yang handal.
Tersediajuga peralatan deteksi akustik dan magnetik.
Metode radiography, walaupun dapat memberikan hasil yang bagus, biasanya digunakan
hanya terbatas pada kasus-kasus yang menuntut hasil-hasil yang dapat diandalkan.
"Accoustic spying" menggunakan fakta bahwa, biasanya kawat yang putus
mengakibatkan sesuatu yang mirip dengan "sonic bang". "Sonic bang" ini diterima dan
dicatat oleh alas penerima yang khusus dirancang dan ditempelkan pada komponen
bangunan, misalnya: kabel, kawat pratekan. Metode ini dapat diterapkan pada baik

7-3
jembatan baja maupun jembatan beton pratekan, tetapi harus dianggap sebagai sesuatu
yang kwalitatif -dan bukan kwantitatif yang akurat.

t). Deteksi kegagalan kabel atau kawat

Kegagalan kabel atau kawat dapat didexeksi dengan menggunakan tiga metode yang
berbeda:
• Teknik pengukuran induktif-magnetik
• "Accoustic spying"
• Metode radiographik.
Teknik pengukuran induktif-magnetik pada dasarnya sama dengan yang diuraikan dalam
butir d) di atas.

g). Penggunaan radiograph pada bangunan betoo

Metode-metode radiograph, yaitu X-ray atau gammagraph, yang pada awalnya


dikembangkan untuk mengendalikan mutu selama proses membangun jembatan, dapat
juga digunakan untuk menilai bangunan beton, terutama permukaan lantai jembatan
dalam beton pratekan. Analisis ini memberikan beragam data tentang kondisi bangunan,
misalnya:
• mutu beton (homogenitas, keretakan, dan seterusnya)
• cacat pada terali tulangan normal atau kawat pratekan (kesalahan dalam
meletakkan posisi, perubahan bentuk yang tidak normal, kabel yang putus,
pengaratan, tidak adanya ikatan);
• mutu grouting (dan, bila perlu, definisi dari bagian-bagian yang membutuhkan
suntikan kembali)
Ketebalan komponen beton yang dapat diinvestigasi harus memiliki ukuran yang kurang
dari 50 sentimeter dengan menggunakan cara yang pada umurnnya dipakai
(gammagraph). Ketebalan berukuran satu meter dapat dinilai bila surnber-sumber X-ray
energi tinggi digunakan.
Dimensi gambar membatasi penggunaan rnetode ini karena data yang diperoleh pada
intinya dilokalisir.

7.3.2. Metode Penilaiao Perilaku Global di Bawah Beban

a). Pengukuran pergerakan

Peralatan survai berkisar antara jenis yang konvensional dan peralatan canggih dan
sistem-sistern, dapat dianggap sebagai suatu cara yang harnpir universal dalam upaya
menilai beragam jenis pergerakan, rnisalnya: pergerakan horizontal dan vertikal,
pergerakan vertikal yang mernbedakan, gerakan rotasional, defleksi, pengendapan, dan
sterusnya. Sejak ditemukannya teknik Laser, ruang lingkup peralatan survai yang cocok
untuk penilaianjembatan menjadi lebih luas.
Photogrametry juga telah diterapkan secara berhasil sebagai cara mengukur defleksi jaring
permukaan lantai dan pelat bawah jembatan baja. Daerah yang berukuran kurang lebih
100 rn 2 di dokumentasi dalam satu gambar, siap untuk dievaluasi pada setiap saat. Bitz

7-4
ada jangkauan yang benar, metode ini berguna untuk menilai perilaku jangka pendek dan
jangka panjang dalam kondisi yang tetap atau telah diketahui.
Transduser induktif yang disambungkan pada peralatan perekam cocok untuk pengukural
beragam pergerakan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pergerakan rotasional <laps
diukur dengan menggunakan klinornetes. Peralatan-peralatan yang tersedia adalah:
• bandul gravitasi, tergantung bebas atau dibasahi dengan minyak;
• bandul optik, bandul luminous spot, peralatan laser;
• klinometer listrik
• sistem keseimbangan torsi yang ditunjang oleh flexure yang digerakkan oleh
direct-current (DC);
• transducer kawat bergetar;
• sensor inklinasi yang merupakan suatu badan gelas, dengan elektrode yang teleh
dilelehkan dan elektrolit
Bila peralatan bergerak miring, elektrolit mengalir dari satu sisi ke sisi lainnya, sehinga
daya tahan antara elektroda pusat dan elektrode luar berubah dan mengakibatkan
timbulnya, sinyal.
Peralatan mekanik, seperti dial gauge, juga berguna untuk rnengukur pergerakan.

b). Pengukuran ektensometrik

Beraneka ragam pengukur ketegangan, instrumen dan sistem yang cocok untuk hampir
semua kemungkinan pemeriksaan dapat diperoleh.
Ektensometer yang cocok untuk tujuan pemeriksaan pada hakekatnya merupakan
instrumen yang mekanik atau mekanik-optik. Kedua jenis ini membutuhkan suatu dasar
yang telah ditentukan sebelumnya pada permukaan dari obyek yang akan diukur (beton,
baja atau bahan lainnya). Biasanya kedua jenis ini dikompensasi oleh temperatur dengan
menggunakan baja envier dapat digunakan untuk pengukuran jangka pendek atau jangka
panJang.
Suatu strainmeter - mechanical scratch tensiometer - mengukur dan mencatat gejala strum,
dan dinamis dan terutama digunakan untuk pengukuran jangka panjang pada logam.

c). Pengukuran kekuatan dan tekanan

Kekuatan dan tekanan dapat dinilai olah :


• peralatan mekanis;
• transduser tekanan;
• sel beban;
• peralatan tekanan hidrolik.
Tersedia pula beragam instrumen, peralatan dan sistem yang cocok.

d). Pengukuran tekanan


Tekanan biasanya dinilai dengan mengukur ketegangan dan menghitung tekanan yang
berhubungan dengan menggunakan modulus elastisitas yang tepat.

7-5
e). Penilaian properti dinamis.

Pengetahuan mengenai property dinamis dapat memberikan petunjuk yang berharga


mengenai perilaku suatu bangunan. Teknik pengukuran listrik biasanya dapat digunakan
untuk menilai properti dinamis. Instrumen yang dapat diperoleh di pasar kadang-kadang
harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pengukuran frekuensi dan amplitude
biasanya akan memberikan informasi yang dibutuhkan.

f). Metode membongkar dan memuat

Tersedia beraneka ragam metode tergantung pada Jenis beban yang dibutuhkan, misalnya,
statis atau dinamis, tidak tersebar rata, beban linear atau titik, beban vertikal, horisontal
atau torsional.
Metode-metode konvensional menggunakan bahan-bahan dari jenis apa pun (padat atau
cair), kendaraan dengan berbagai sumbu dan beban, danjack dengan beragam kapasitas.
Membongkar dan Memuat digabung dengan penilaian dari reaksi yang ditimbulkan dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai perilaku secara keseluruhan.

7.3.3. Teknik dan Peralatan Lainnya

a). Penilaian dalam Bawab Air

Instrumen, peralatan, metode dan teknik yang dikembangkan untuk tujuan pelayaran,
penyelaman komersial dan olahraga dan eksplorasi dalam air biasanya cocok dan dapat
digunakan untuk menilai bangunan dalam air.
Sounding dapat digunakan dengan tongkat, batu duga, echo sounders dan penemu
kedalaman elektronik.
Untuk penilaian secara keseluruhan, dapat digunakan peralatan seperti kamera bawah air
kamera televisi bawah air dengan atau tanpa perekam pita video.

b). Mengukur ketebalan lapisan

Selain pengukur film cat yang digunakan secara lugas, peralatan radiometrik yang
menggunakan sinar fJ dan µ dapat digunakan untuk menilai ketebalan lapisan. Suatu
counter scintillation menerima radiasi dan mentransformasi impuls keluaran menjadi
suatu aliran yang proporsional dengan ketebalan.

c). Mengukur selimut beton, mendeteksi bar tulangan dan menentukan ukurannya

Suatu instrumen yang portabel, "covermeter" dapat digunakan untuk mengukur selimut
beton, mendeteksi palang tulangan dan menentukan ukuran palang. Covermeter
merupakan suatu detektor magnetik bersifat padat yang bekerja berdasarkan prinsip
perubahan dalam flux magnetik. Bila tidak terdapat tulangan, sinyal yang diterima dalam
gulungan kawat tergantung pada hubungan magnetik melalui udara antara dua tiang
instruments probe. Bila terdapat tulangan, kehadiran palang baja meningkatkan hubungan
antara tiang dan sinyal yang bersangkutan di dalam gulungan kawat.

7-6
LAMPI RAN
PETUNJUK SINGKAT
SURVAI JEMBATAN DI LAPANGAN
~ KL\!E.'TIRl..\.~ PrKERJ..\..\."'i u')!l...')I
D
SISTEM
MANAJEMEN
~ DIRI:KTOR .\.T lL' l>ER..\.L B~A :\l.\.RG..\. JEMBATAN

KO DE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN


Tipe Lintasan JN Jalan KA Kereta Api S Sungai L Lain-lain

A. Tipe Bangunan Atas B. Bahan C. Asal Bangunan Alas D. Tipe Pondasi E. Tipe Kepala Jbt dan Pilar

B gorong-gorong perscgi K Kayu W Acrow/Bailcy CA cakar ayarn


y gorong-gorong pipa s pasangan bata
A gorong-gorong M pasangan batu A Australia (pennancn) LS langusng
pelcngkung G bronjong clan sejenisnya p Australia (semi pennanen) Kcpala J embatan
H pasangan batu kosong T Australia (semcntara) TP tiang pancang A cap
T gantung D beton tak bertulang PB tiang bor B dinding penuh
c sokongan/gantungan T bcton bertulang B Belanda (tipe baru) TU tiang ulir K kepala jembatan khusus
p bcton pratekan D Belanda (tipe lama)
G gelagar B baja SU sumur
M gel agar komposit u lantai baja gelombang I Indonesia
p plat y pipa baja diisi beton u Callender t.L lain-lain Pilar
J alumunium Hamilton (lnggris) c cap
L balok pelcngkung E neoprene I karet J Jepang p dinding pcnuh
E pelengkung F tetlon s satu kolom
v PVC R Austria {pennanen) D duakolom
R rangka N geotextile s Austria (semi pcrmanen) T tiga kolom atau lebih
s jbL sementara 0 tanah biasa/lempung atau L lain-lain
timbunan x tidak ada struk1Ur
F ferry A aspal
K lintasan kerata api R kerikil/pas ir L lain-lain
w lintasan basah W macadam
u lain-lain x bahan asli
L lain-lain

F. PENILAIAN KONDISI UNTUK INVENTARJSASI

- 0 jembatan baru dan tanpa kerusakan


l kerusakan kecil
2 kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan diwaktu
Catatan
Penilaian Kondisi lnvcntarisasi pada tabcl diatas
hanya digunakan bila Pcmeriksaan Mendctail
mendatang Jembatan bclum dilakukan pada saat yang
3 kerusakan yang mcmerlukan tindakan sccepatnya bcrsamaan dengan Pemeriksaan lnvcntarisasi
4 kondisi kritis
5 elemcn/iembatan tidak berfunl?Si lasri
TIPE BANGUNAN ATAS

B • GORONQ.OORONG PERSEGI Y • QORONG-GORONG PIPA

/
A ... G.OROMG·GORONQ PELEUGKUNO T =CW.TONG

J~
":
. :· ~~-
• V v.. ~

C ;; SOKONGANJGA.'-'TUNGAN
.~
••
.·. ·.·
~
G :s GELAOAR

.
-==~==
- =.~-Ix:l.a::-- ·n •a·
M = KOUPOSIT P :; PLAT

\ J
'11 I I

L = BALOK PELENGKUNG E = PELEHGKUt~G

R = RANGKA

W = UNfASf.J~ aASAt-1

2
I TIPE BANGUNAN BAWAH I
PILAR

C • Cop S • Satu Kolom G • Satu ~olom

I' n
JJID"
~,.?
9
~.:
I

Olnd!ng Penuh
!.]
'
.,]

O
1

= Dua Kolom
tiQI ii Ji! . '~··
:fl
T • 11g• Kolom llt.u
Leblh .

KEPAlA JEMBATAN
A•Cap B • Oindlng Penuh K • Kepal• JemblltWI ton.us

bg~
.~ ~
,IL, -~~ '.11
. : II'
~ .:11:
I.;.)
A. SISTEM REFERENSI JEMBATAN

Setiap jembatan harus mempunyai nomor sendiri yaitu sebagai berikut:

I.___N_o_.J_em
_ b_a_ 7_._Io
n __.l'--
ta_ _.I ~ ~ 0
No.Prov. No.Ruas No.Urut No. No.Suffix
Jembatan Tambahan Jalan

Contoh 1 • Untuk Jombotan Tamb•h•n

I PROPINSI 70 I

N•"'• J•mbeten rropln.r ltuoa J •l•n N•"'•r Una Nomor Tlp• Kttet•nt•n
renytb•t•nv•n Tembahan
Sg. Satu 70 012 001 0 s .
~· Out 70 012 002 0 s
SQ. El\ttrt
K11ete Apl
JI. 8aur 1
70
70
10
012
012
012
002
OOJ
004
'0
A
s
I(
J
.
buututan

H)ajar
JI. Ouar 2 70 012 004 a J u J1]11
JI. Buar 3 70 012 004 c J u)tlar

Contoh 2 • Untuk Oupli~ot

I PROPINSI 70 I
Ruu AHi 16

4
LOKASI JEMBATAN DARI KOTA ASAL SESUAI PATOK KM

.
SI STEM PENOMORAN ELEMEN JEMBATAN

5
SUDUT MIRING JEMBATAN

-VE Sudut Miring + Vr Sudut Miring


'

I
\

'' \
\
\ \ \
,.__ Kc h:ot:i Asnl ,\ \
\
Amit Jalu r --+
_ _ _ ___L. \
\ ·--·r-·
\
\ \
\

RUANO BEBAS LALU UNTAS VERTIKAL

v ••I 1-

/ I I l. '\''

ruang bebas

....
c

~ 0

j-: \:::. :. . . . ... ···=·:,.., ...:·=~,: : :·.:L<');:~:,~: ~:·:.: ~: : :~: ·~ =:=_,.,rWfU

UR UTAN PEMERIKSAAN JEMBATAN

Mui al

Selesal
t

6
PANJANG DAN BENTANG

Panjang

Ben tang ~r- Bentang


"
..

Panjang

I: Ben tang ~ ~ Bentang

LEBAR

0
i 1-T1 ._Leb nr antnr Kerb
0

I I
I

Lebar Trotoi r - T 1 -:- T ~

7
B. KODE ELEMEN JEMBATAN
KOOE lfva 1 KOOE Leva 2 KOOE LEVEL3 KOOE LEVa.4
1.l)()C) jemlalan 2.2<>0 ahnQigal 3.210 alran Qigal 4.211 ~Sll'igal
tanah lr1Wlan 4.212 alran aW tJama
4.213 daera'l genangan ~

3220 bang.nan 4221 ~ah arus SU1gal


pengaman 4.222 br~ dan ma<tesses
4.223 tlUl bet.n
4.224 ~bal.Jkosong
4.225 u apb<lja
4226 sisUn lender
4.227 dirdng penahan tanah
4.221 pengaman dasar Sll'igal

3230 tanahlmtum 4.231 llmbu'lan op-I


4.232 Q-<inase • tmbum
4.233 laplsan pertcarasan
4.234 pelal~
4.235 lanah ber\.lang

2.300 bang.rm ba..00 3.310 pondasl 4.311 lalvJ~


4.312 pondaslMUan
4.313 pondasl langsw1g
4.314 ~
4.315 pondasl balok pelenglulg

3.320 • kepala 4.321 kepala lalvJ


~ / plar 4.322 pla'dirdng/kolom
4.323 dirdng penahan tanah I
kepala~
dirdng / lembok
4.324 lerrllok sayap
4.325 balok kepala
4.326 balok penahan 9811"93
4.327 pM.tjang I pergaku
4.328 peruiang senientata
4.329 crainase dirdng

2.400 bangunan ala~ 3.410 sls1ern gelegar 4.411 getegar


4.412 getegar met1tang
U13 clap~
4.414 samtx.ngan gelegar
4.415 pel1<uatan lkatan angn

3.420 )errbam pelal 4.421 pelal

3.430 peteng<u1g 4.431 bang.nan lengkLng


4.432 dirdng ~ak pelenglu1g

3.440 balok pejengkung U41 getegar


4.442 balok pelet9Wn!J (arch bean)
4.443 balok verl<af (ltertcal arch bean)
U 44 balok met1tang
U4S balok pengaku mendatar
4.446 samtx.ngan

3.450 rangka 4.451 panel rangka


4.452 getagar penguat
4.453 rangka peogaku
4.454 raker - penyd<ong
4.455 ptl panel I surctp
4.456 clamp
U61 batang lepl ~
U62 batang lepl bawah
4.463 balang llagorlal
4..464 batang Yerlkal
U65 lkatan angn ~
4.466 lkatan angn bawah
4.467 ~
4.468 getagar met1tang I tansom
4.469 samtx.ngan
U71 batang '1rgah
Hn b::b1a daaMal keel

8
KOOE LEVEL 1 KOOE LEVa.2 KOOE LEVR3 KOOE LEVR4
3.480 sism gart.IYJ 4.4$1 kabel penjQj
4.482 kabel~
uu kabel penahan aylll
4.484 . lcolorn py1on
4.485 pengaku pylon
4.4t6 sadef py1on
4.487 batik metitang
U*B lkatan aigll bawah
4.489 sambu1gan

3.600 sismlarti 4.501 gelagar rnemar4~ larti


4.502 pelal
4.503 gebnbarg
4.504 baklkepl
4.605 jaU roda kenda.-aan
4.506
4.507
"'** /kreb
wacutU'an

3.600 expansion )olr1 4.601 expansion Jc*11 baja


4.602 expansion )olr1 baja fYdlt
4.603 expansion )olr1 karet
4.604 sambu1gan - sambu1gan

3.61~ ~san pe.-letakan 4.611 pe.-lelakan baja


4.612 perletakan karet
4.613 perletakan pci
4.614 banlalan roora I pelat dasar
4.616 bal.A pengika

3.620 sandaran 4.621 llang sandaran


4.622 sandaran
4.&23 ~sardar
4.624 parapet~ sedada

3.700 peilengkapan 4.701 balas-balas !Atll'an


4.711 rambu-rambu dan tanda-tanda
4.712 marica~
4.713 papannama
4.714 paUVJ
4.721 lampu penerangan
4.722 tarwJ lampu
4.723 kabel lstlc
4.731 l8as

2.800 gorong-gorong 3J01 gorong - gorong


persegi
3.802 gorong-gorong pipa
3.803 gorong-gorong
pelengkung

2.900 inasan basah 3.901 lintasan dengan


perkerasan
3.902 lintasan alam

9
C. SISTEM PENILAIAN KONDISI JEMBATAN

Dasar Sistem Penilaian adalah sebagai berikut:

Lima buah pertanyaan harus dijawab sebelum penilaian kondisi ditentukan:

S (Struktur) ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak?


(lihat Petunjuk D)
Ka/au Bberbahaya = 1
KalauTidak Berbahaya = 0

R (Rusak) Apakah tingkat kerusakan parah atau tidak?


(lihat Petunjuk D)
Ka/au Parah = 1
Ka/au Tidak Parah = 0

K (Kuantitas) Apakahjumlah kerusakan lebih besar atau sama dengan 50%


dari area I volume I panje1;ng?
(Penilaian Pemeriksa)
Ka/au Ya= 1
Ka/au Tidak = 0

F (Fungsi) Apakah elemen masih berfungsi?


(Pengamatan Pemeriksa)
Ka/au Tidak = 1
Ka/au Ya= 0

P (Pengaruh) Apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain?


(Pengamatan Pemeriksa)
Ka/au Ya= 1
Ka/au Tidak = 0

Nilai Kondisi Jembatan = nilai (S + R + K + F + P) antara 0 sampai 5


di mana:

0 Jembatan bani dan tanpa kenJSakan


1 Ken1sakan keci/
2 Ken1sakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan diwaktu
Mendatang
3 Kerusakan yang memer/ukan tindakan secepatnya
4 Kondisi kritis
5 Elemen/jembatan tidak berfungsi lagi

10
D. KODE KERUSAKAN DAN SATUAN UKURAN

PETUNJUK KERUSAKAN
YANG DITINJAU DARI
SEGI STRUKTUR
DAN
KERUSAKAN

11
D.1 BAHAN DAN JENIS KERUSAKANNYA

Kode Kerusakan Jenis Kerusakan

BATU BATA
101 Penurunan Mutu Bata atau Batu
Kereta~an
102 Permukaan Pasangan yang menggembung
103 Bagian yang Pecah atau Hilang
BETON
201 Kerontokan Beton
Seton Keropos
Baton ya,ng Berongga/Barbunyi
Mutu Seton yang jelek
Rembesan atau Bocoran kedalam Baton
202 Retak
203 Karat pada besi tulangan
204 Kerusakan Komponen karena aus dan pelapukan
205 Pecah atau Hilangnya sebagian dari Baton
206 Lendutan
BAJA
301 .. Penurunan Mutu dari Cat dan/atau Galvanis
302 . .. Karat
303 Perubahan Bentuk pada Komponen
304 Retak
305 Komponen yang rusak atau hilang
306 Elemen yang salah
307 Kabel Jembatan yang Aus
308 Sambungan yang Longgar
KAYU
401 Pembusukan dan Pelapukan
Serangan Serangga
Pecahnya/retaknya Kayu
Menyerpihnya Papan Lantai
Cacat pada Kayu
402 Hancur atau Hilangnya Material
403 Menyusutnya Kayu
404 Penurunan Mutu Lapisan Pengaman
405 Sambungan yang Longgar

12
D.2 KERUSAKAN P ADA ELEMEN

Kode Elemen dan Kerusakan


Kerusakan

ALIRAN SUNGA!
501 Endapan/lumpur yang berlebihan
502 Sampah yang menumpuk dan terjadinya hambatan aliran sungai
503 Pengikisan pada da9rah dekat Pilar atau Kepala Jembatan
504 Air sungai macet yang mengakibatkan terjadinya banjir
BANGUNAN PENGAMAN
511 Bagian yang hilang atau tidak ada

TIMBUNAN
521 Scour
522 Retak/penurunan/penggembungan
TANAH BERTULANG
531 Penggembungan permukaan
532 Retak. rontok. atau pec~h dari panel tanah bertulang
ANGKER • JEMBATAN GANTUNG DAN JEMBATAN KABEL
541 Tidak stabil
KEPALA JEMBATAN DAN PILAR
551 Kepala jembatan atau pilar bergerak.
LANDASAN PENAHAN GEMPA
561 Elemen longgar atau hilang
LANDASAN/PERLETAKAN
601 Tidak cukupnya tempat untuk bergerak
602 Kedudukan landasan yang tidak sempurna
603 Mortar dasar retak atau rontok
604 Perpindahan yang berlebihan
Perubahan (Oeformasil yang berlebihan
605 Aus karena umur
Landasan pecah atau retak
606 Bagian yang rusak atau hil9ng
607 Bagian yang longgar
Kurangnya pelumasan pada landasan logam

13
Ko de Elemen dan Kerusakal)
Kerusakan

PELAT DAN LANTAl


701 Kesalahan sambungan lantai memanjang
702 Lendutan yang berlebihan

PIPA ORAINASE OINOING, PIPA CUCURAN OAN DRAINASE LANTAI


711 Pipa cucuran dan drainase lantai yang tersumbat
712 Elemen hilang atau tidak ada

LAPISAN PERMUKAAN
721 Permukaan licin
Permukaan yang kasar/berlubang
722 Retak pada lapisan permukaan
723 Lapisan permukaan yang bergelombang
724 Lapisan perkerasan yang berlebihan

TROTOAR/KERB
731 Permukaan trotoar yang licin
732 Lubang pads trotoar
733 Bagian hilang

SAMBUNGAN LANT Al
801 Kerusakan sambungan lantai yang tidak sama tinggi
802 Kerusakan akibat terisinya sambungan
803 Bagian yang longgar/lepas ikatannya
805 Bagian yang hilang
806 Retek pada aspal karena pergerakan di sambungan lantai

RAMBU·RAMBU LALU·LINTAS DAN MARKA JALAN


901 Kerusakan atau hilangnya batas·batas ukuran

RAMBU-RAMBU LALU·LINTAS DAN MARKA JALAN


911 Tulisan tidak nyata/jelas
912 Bagian yang hilang

LAMPU. TIANG LAMPU DAN KABEL LISTRIK


921 Rusaknya bahant Penurunan mutu
922 Bagian yang hilang

UTILITAS
931 Tidak berfungsi

14
D.3 PETUNJUK MENILAI STRUKTUR DAN TINGKAT KERUSAKAN BAHAN

D.3.1 Kerusakan pada elemen pasangan


KERUSAKAN PADA ELEMEN BATU BATA s R
SATUAN
JENIS PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN KERUSAKAN

Aus karena umur Batu/8ala Parah

101 Penurunan mutu Benturan Adukan


bata atau batu Terkikis Berbahaya Sedalam s 20 mm Ttdakparah

Mutu yang jelek Sedalam > 20 mm Parah m2


Keretakan Pondasi runtuh Berbahaya
Bergerak Berbahaya Adukan
Beban bel1eblhan Berbahaya Selebar s 5 mm Ttdak parah

Tumbuhan liar Berbahaya Selebar > 5 mm Parah


Pergerakan ke arah
102 Permukaan pasangan Pondasl runtuh Parah
luar dari permukaan
yang menggembung Berbahaya ,.40mm m2

Beban bel1ebihan Panjang < 750 mm Tldak parah

Panjang > 750 mm Parah


103 Baglan yang pecah Apasaja Bef\>ahaya Element struktural Parah m3
Element non·
atau hilang Tidak p arah
stnJktural

0.3.2 Kerusakan pada elemen beton (termasuk tulangan)


KERUSAKAN PADA ELEM EN BETON
(TERMASUK TULANGAN)
s R
SATUAN
JENIS PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN KERUSAKAN
Tidak Tulangan tidak
201 Kerontokan beton Karbonasi Tldakparah
berbahaya tel1ihal
Belon keropos Benluran
Tidak cukupnya selimul
Berbahaya Tulangan terfihal Parah
beton
Belon yang berongga/

berbunyi Beban bel1ebihan Berbahaya m2


Tldak
Penge~aan yang buruk
berbahava
atau
Kualitas yang buruk Gaya pratekan m3
Terlihat adanya
pen gembangan volume Berbahaya Parah
rembesan
Sera ngan Kimiawi
202 Relak Beban ber1ebihan Berbahaya Lebar < 0.2 mm Tldak parah
Lebar > 0.2 mm
Ter1lhat adanya
Parah
rembesan
atau bocor
Tidak
Karbonasi
berbahava
m
Ter1ihal adanya
Bantu ran
rembesan
Parah atau
Kegagalan fundasl Berbahaya atau bocor m2
Gaya p ratekan
Tldak
Susut Lebar < 0.4 mm Tidak parah
berbahaya
Tumbuhan Berbahaya

Pengembangan volume Lebar > 0.4 min Parah

15
KERUSAKAN PADA ELEMEN BETON
ITERMASUK TULANGANl laniutan ... s R
SATUAN
JENIS PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN KERUSAKAN

Karat besi tulangan Apa saja < 10% dari diameter m atau
203 Berbahaya tulangan Tldak parah m2
> 10% dari diameter
Parah
tulani:ian
204 Kerusakan komponen Abrasi
ka.rena aus, penuaan, m2
Penuaan ![ Selimut beton Tldak parah
dan pelapukan
Serangan kimiawi Berbahaya a tau
Bentu ran m3
Pengerjaan yang buruk > Selimut beton Parah
Pengembangan volume
205 Pecah atau hilangnya Apa saja Berbahaya Element struktural Pa.rah 2
m atau
Element non- · ml
sebagian dari beton Tldakparah
struktural
206 lendutan Tertabrak Li!!!§!
Pondasl runtuh Berbahaya s_1:600 Tidak parah
Beban bertebihan > 1 : 600 Parah
Elemen lain ml
s_20 mm Tldakparah
. >20mm Parah

0.3.3 Kerusakan pada elemen baja


KERUSAKAN PADA ELEMEN BAJA s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

Penuaan Berbahya

301 Penurunan Retak Ttdak berbahaya Tidak tertihatnya Tldak parah


mutu dan atau kinerja permukaan baja
proteksi korosi lembab (akibat korosi) Berbahaya Sebafiknya Parah m2

Tindakan kekerasan Tidak berbahaya .


Pemakaian I terkfkis Berbahaya
302 Karat Apa saja Berbahaya < 10% dari ukuran Tidakparah m2

> 10% dari ukuran Parah


E.lemen struktural
(tegak lurus arah
303 Perubahan bentuk pada Benturan
memanjang)
komponen Pondasi runtuh berbahaya <20mm Tldak parah
Panas >20mm Parah m'
Non-elemen
Beban berlebih Tidakparah
structural
304 Retak Apa saja Berbahaya Oimanasaja Parah m
Kompone yang rusak Elemen struktural Parah m'
305 Apa saja Berbahaya
atau
hilang Sebaliknya Tidak parah
306 Elemen yang salah Apasaja Berbahaya Oimensi lebih kecil Parah m'
(pemasangan) Sebaliknya Tldak parah
Kabel jembatan yang Apa saja berbahaya < 5% dari strand Tldak parah m'
307
aus
> 5% dari strand Parah

Jumlahyg
Sambungan yang berbahaya Apa saja Parah
308 Apa saja harus
longgar
diperbaiki

16
D.3.4 Kerusakan pada elemen kayu
KERUSAKAN PADA ELEMEN KAYU s R
SATUAN
PE N YEBAB TI NGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

401 Pembusukan Lembab

Berbahaya > 15% dari potongan Parah

Serangan serangga Banyak dlrubung oleh < 15% dari potongan Tldak parah
serangga
Pecahnya/ retaknya
Penuaan Berbahaya Retak < 10 mm Tldak parah
kayu
lebamya dan/atau
Ke ring rtdak
<1 m panlanQnva
Berbahaya Sebaliknya Parah
Melengkung Bahan tidak sempuma Deviasl s 50 mm Ttdak parah 2
m,m
l3ahan beriebihan Berbahaya sepanjang 3 m a tau
(untuk batan tekan) Devlasl > 50 mm Parah ml

Bahan tidak sempuma aepanjang 3 m


Sarat yang miring Ukuran mata kayu Ttdak parah

dan mata kayu


Bahan tidak sempuma
.
Berbahaya
s 15% penampang

Ukuran mata kayu Parah


> 15% pena mpang

Beban beriebihan Miring urat kayu Tidak parah


(untuk batang tarik) Berbahaya s 1per16

Miring urat kayu Parah


> 1 per16
3
402 Hancur atau hilangnya Apa saja Berbahaya Elemen struktural Parah m a tau m
material Sebaliknya Tidakparah
rtdak
403 Menyusutnya kayu Kualitas jelek lendutan s 50 mm Tidak parah
berbahaya
pada struktur
ranaka
3
lendutan > 50 mm Parah m atau m
pada struktur
ranoka
Pada struktur lain Tldakparah
404 Penurunan mutu Umur Tida.k teriihatnya Parah
pellndung permukaan lapis pellndung
pada permukaan m2
Tlndakan kekerasan Berbahaya
kayu
dan/ata u elemen
struktur
Tldak nyata Elemen lain Tidak parah
Jumlah
Sambungan yang yang
405 Apasaj a Berbahaya Apa saja Parah
longgar harus
diperbalki

17
D.3.5 Kerusakan pada elemen khusus
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.210 - ALIRAN SUNGAI s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Endaparv1umpur yang m3
501 Arus &Jiran sungai Berbahaya Mengurangi s 20% Tldakparah
berlebihan
aliran sungal
Mengurangi > 20% Parah
aliran sungal
Sampah yang
502 Tumpukan sampah Berbahaya Mengurangi < 20% Ttdak parah
menumpuk dan
afiran sungai
te~adinya hambatan
dan/atau < 20% m3
aliran sungai
tinggi pilar
Sebaliknya Parah
503 Pengikisan Arus aliran sungai Berbahaya s ketingglan pondasi Tldak parah m2
pada daerah dekat ptlar atau 6x diameter a tau
atau kepala jembatan tiang pancang m3
Sebaliknya Parah
Air sungai yang macet < 250 mm di etas
504 Hujan I Kurang Berbahaya Tidak parah m
yang
mengakibatkan
teriadinva baniir
panjangnya bukaan
Jembatan
. lanlai
> 250 mm di alas
lantai
Parah

0.3.6 Kerusakan pada elemen khusus

KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.220 - BANGUNAN


PENGAMAN, 3.230 - TIMBUNAN DAN 3.310 - FUNDASI
s R
SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

511
Baglan yang hOang atau
Apasaja Berbahaya < 10% Tldak parah m3
tidak ada
> 10% Parah

521 Scouring I Gerusan Arus afiran sungai Berbahaya Pengikisan dasar Parah m3
sungai
Sebafiknya Tidakparah

Retak Apa saja Tidak


berbahaya Apa saja Ttdak parah m2
522 Penurunan Apa saja Berbahaya Permukaan lebih Parah a tau
rendah dari pada Pemeriksaar
ketinggian pondasi khusus
atau 6x dimensi
tiang pancang
Sebafiknya Ttdak parah

Pengembungan Apa saja Berbahaya < 300mm Tldak parah


> 300mm Parah

18
D.3.7 Kerusakan pada elemen khusus
KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.235 - TANAH
BERTULANG s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Penggembungan Lepasnya angker m2
531 Berbahaya Apa saja Parah
oermukaan oenahan
Angker lepas Berbahaya Apasaja Parah
Retak.• rontok atau Benturan Tidak
532 > 3 panel atau Parah
pecahdari bert>ahaya
panel tanah bertulang Bergerak > 10% permukaan Parah m2
rusak
Tindakan kekerasan Sebaliknya Ttdak parah

D.3.8 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4 .314 - ANGKER -
JEMBATAN GANTUNG DAN JEMBATAN KABEL
s R
SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
541 Ttdak stabil Beban berlebihan Berbahaya Apa saja Parah Pemeriksaan
Penge~aan yang jelek khusus

D.3.9 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.230 - KEPALA
JEMBATAN DAN PILAR
s R
SATUAN
TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN PENYEBAB STRUKTUR PENGUKURAN KERUSAKA
N
551 Kepala jembatan atau Guling Berbahaya Berputar >1 per 12 Parah
pilar bergerak dalam arah ver1ikal
dan/atau
Pemeriksa
Berputar Berbahaya Penurunan >50 mm Parah
an
Turun/Setttle Berbahaya dan/atau tidak khusus
Puntir Berbahaya terlihat adanya
puntiran
Sebaliknya Tidak Parah

D.3.10 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4 .326 - LANDASAN
PENAHAN GEMPA
s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
561 Longgar Apa saja Berbahaya Apa saja Parah
m3
Hilangffidak ada Apa saja Berbahaya Apa saja Parah

19
0.3.1 1 Kerusakan pada elemen khusus
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.610 - LANDASAN I
PERLETAKAN
s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

601 rtdak cukupnya tempat Apasaja Berbahaya Apa saja Parah bu ah


untuk bergerak
Terdapat gap< 2
602 Kedudukanlandasan Apasaja Berbahaya Tidak parah
mm
Terdapat gap> 2
Yang tldak sempuma Parah
mmatau
1
< /3 baglan dari Parah buah
tempatnya
1
> /3 bagian dari rtdak parah
tempatnya
Mortar dasar retak atau ~ 15% bagian
603
rontok
Apa saja Berbahaya
rusak
Tidakparah bu ah
> 15% bagian
Parah
rusak
Perpindahan ~ 30
604 Perpindahan yang Apasaja Berbahaya
mm
Tidakparah buah
Perpindahan < 30
bertebihan Parah
mm
Perubahan (deformasi) Apa saja Berbahaya ~ 20% dari tebal Tidak parah
yang bertebihan landasan
> 20% dari tebal Parah
Tldak landas an
605 Aus karena umur Apa saja berbahaya ~25%aus Tidakparah buah
>25%aus Parah
Landasan yang pecah, rtdak berapapun
sobek atau retak Apa saja berbahaya lebamya Parah
Bagian yang rusak
atau hilang Apa saja Berbahaya Apa saja Parah
606 Baglan yang longgar Apa saja Betbahaya Apasaja Parah buah
607 Landasan logam kurang pelumasan Berbahaya Apasaja Parah buah
yang kering

0.3.12 Kerusakan pada elemen khusus

KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.421 - PELAT DAN


4.502 - LANTAI
s R
SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

701 Kesalahan sambungan I Apa saja Berbahaya Apa saja Parah m


lantai memanjang

Apa saja Betbahaya ~ bentang/200 Tidak parah m2


Lendutan yang
702
bertebihan > bentang/200 Parah

20
0 .3.13 Kerusakan pada elemen khusus

KERUSAKAN PADA ElEMEN 4.329 - DRAINASE DINDING, 4.507 -


PlPA CUCURAN DAN 4.508 - DRAINASE I.ANTAi s R
SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Pipa cucuran dan
711 drainase yang Apa saja Berbahaya Apasaja Parah buah
tersumbat
Kehilangan bahan
712 Apa saja Berbahaya Apa saja Parah bu ah
elem en

0 .3.14 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.505 - LAPISAN
PERMUKAAN
s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Tergellnclr Parah m1
721 Pennukaan licln Apasaja Berbahaya
Sebaliknya Tidakparah
Tidak ~ 20 mm dalamnya Tidakparah m,
Pennukaan yang kasar Apa saja
berbahaya > 20 mm dalamnya Parah
722
Relak pada laplsan Tidak :: 10 mm dalamnya Tidak parah m,
Apa saja
pennukaan berbahaya > 1O mm dalamnya Parah
Lapls pennukaan yang Tldak !: 20 mm dalamnya Tidakparah
m2
723 Apa saja
bergelombang berbahaya

Lapis pennukaan yang


. > 20 mm dalamnya
:: 100 mm
dalamnva
Parah
Tidakparah
m,
724 Apa saja Berbahaya
bertebihan ~ 100 mm
Parah
dalamnva

0 .3.15 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4. 506 - TROTOAR,
s R
KERB SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

731 Permukaan trotoar licin Apa saja Berbahaya


Tergelincir Parah ml
Sebaliknya Tidakparah
:: 20 mm dalamnya Tidakparah m,
732 Lubang pada trotoar Apa saja Berbahaya
> 20 min dalamnya Parah
733 Bagian hilangltidak ada Apa saja Berbahaya Apasaja Parah m,

0 .3.16 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.600 - SIAR MUAI
LANTAl
s R
SATUAN
PENYEBAB TING KAT UKURAN
KODE JENI$ KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Perbedaan level ::
801 Tldak sama tlnggl Apa saja Tidak
30mm
Tidakparah m
Perbedaan leve >
Berbahaya Parah
30mm
Untuk bentang <
802 Kehnangan kemampuan Apa saja Berbahaya Tidak parah
25m
Untuk bentang >
bergeraknya Parah
25m
Jika pd joint terdapat
lap. Perk. > 25 mm
Parah m
Sebafiknya Tidak parah
803 Bagian yang longgar Apa saja Berbahaya Apasaja Parah
Lepasnya ikalan Apa saja Tidak Lepas :: 25% Tidak parah m
Berbahaya Lepas > 25% Parah

21
KERUSAKAN PADA ELEMEN 3.600 - SIAR MUAI
LANTAl lanlutan.... s R
SATUAN
KODE JENIS KERUSAKAN
PENYEBAB
STRUKTUR PENGUKURAN
TINGKAT UKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

805 Bagian yang hilang Apa saja Berbahaya Apa saja Parah m
806 Retak aspal aldbat Apa saja Tidak Retak~ 15 mm Tldak parah m
pergerakan sambungan Berbahaya Retek> 15 mm Parah

D.3.1 7 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4 .701 -
PEMBATAS/PORTAL
s R
SATUAN
PENYEBAB TINGKAT UKURAN
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

901 Kerusakan atau hllangnya Apa saja Berbahaya Apasaja Parah m


batas-batas ukuran

D.3.18 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.711 - RAMBU-RAMBU
LALU UNTAS. 4.712- MARKA JALAN s R
SATUAN
DAN 4.713 - PAPAN NAMA
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN SJRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN

Apasaja Tidak > 25%tidak


911 Tulisan lidak nyata/jelas Parah bh atau m
berbahaya berfungsi
~ 25% lidak
Tldak parah
berfungsi
Bagian yang hilang atau Apa saja Tidak Pelat nama atau
912 berbahaya patung Tldakparah

tidak ada Sebaliknya Parah bh atau m

0.3.19 Kerusakan pada elemen khusus

KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.721 - LAMPU, 4 .722 -


s R
TIANG LAMPU DAN 4 .713- KABEL LISTRIK SATUAN
UKURAN
PE NYEBAB TINGKAT
KODE JENI$ KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Bahan yang telah Apa saja Tldak > 25% bagian Parah
921
berumur/rusak
bu ah
Berbahaya ~25%bagian Tidak parah
atau m
Bagian yang hilang Apa saja Tidak Kos let Parah
bu ah
922
atau m
Berbahaya SebaOknya Tidak parah

0.3.20 Kerusakan pada elemen khusus


KERUSAKAN PADA ELEMEN 4.421 • PELAT DAN
4.731 - UTILITAS
s R
SATUAN
UKURAN
PENYEBAB TINGKAT
KODE JENIS KERUSAKAN STRUKTUR PENGUKURAN
KERUSAKAN KERUSAKAN
Membahayakan
Apa saja Tidak orang atau elemen Parah
931 Tldak berfungsi berbahaya m
struktural

22
LAMPIRANl

JEMBATAN· JEMaATAN STANDAR DI INDONES'A

23
GAMBAR BANGUNAN A TAS JEMBATAN STANDAR DI INDONESIA

1. Jembatan Kayu - Tipe GKI


2. Jembatan Kayu - Tipe GKI
3. Jembatan Pelat - Tipe PTI
4. Jembatan Pelat Seton Berongga - PTI
5. Standar Jembatan Seton Bertulang - Tipe GTI
6. Balok Seton Pratekan- Pracetak ( Tipe Post Tensioned) - Tipe GPI
7. Standar Jembatan Beton Pratekan - Tipe GPI
8. Jembatan Gelagar Box Seton Indonesia - Tipe GPI
9. Jembatan Bailey - Tipe RBW/SBW
10. Jembatan Gelagar I Komposit Indonesia - Tipe GBI
11. Jembatan Transpanel Australia - Tipe RBT
12. Jembatan Rangka Baja Australia - Tipe RBA
13. Jembatan Gelagar Baja Australia - Tipe GBA
14. Jembatan Rangka Baja Austria - Tipe RBS
15. Jembatan Gelagar Baja Jepang - Tipe GBJ
16. Jembatan Austria Tipe Permanen
17. Jembatan Rangka Baja Belanda - Tipe RBB
18. Jembatan Rangka Baja Callender Hamilton - Tipe RBU
19. Callender Hamilton - Tipe RBU
20. Jembatan Rangka Hamilton - Tipe RBU •
21. Sistem Jembatan Callender Hamilton - Tipe RBU
22. Jembatan Rangka Baja CH - Tipe RBU

CATATAN

GKI - Gelagar Kayu Indonesia


PTI - Jembatan Pelat Indonesia
GPI - Gelagar Box Seton Bertulang Indonesia
RBW- Rangka Baja Acrow I Bailey
SBW- Temporary Acrow I Bailey
RBT - Rangka Baja Transpanel
RBA - Rangka Baja Australia
GBA - Gelagar Baja Australia
RBS - Jembatan Rangka Baja Austria
GBJ - Gelagar Baja Jepang
RBB - Rangka Baja Belanda
RBU - Rangka Baja United Kingdom

24
f BENTANG 4 -10 Meter j
....0
in
ror 40~ iool
~=t
IO
232a

~[ //~lllH-b
1

~ ~~UIRI
t..J
~ ~ 111 II
g;;:g Ll 6 LJ 7 i6 1
--·l t-- .............

u t__"i 1-l1
~ L--i r-Ji I 111111
111111

: i:-~~'
•! 1----1 1--...J1 I 111111
l...L L.1.. .L.L
TAM PAK
............ -i ill=::ll:jll
1---1 c-
I
i\r
I
l 1--J -,1 --
f-- L-~ 1---
~\,
1 r--' L-., !---
..w. LJ.. J...o.L.
l1
POTO NGAN
ABUTMENT
.
.~

~ ~
!:!

,..
0 POTO NGAN
t:I.
PILAR

,..
0
~

~
N
JEMBATAN KAYU - TIPE GKI
BENTANG - 4.000 - 10.000 MM
DENAH UKURAN GELAGAR 310 - 530 MM

GKI
fQO BENTANGS.500 - 19.SOOmrn -----·· _41)()~
Iil!iI . !lOO
·~ol
e. ooo
1
coo
I tbo

t
8 ' ~
8
9
r..... .....,:w.lw »><: ™'I

§
ABl.JTMENT TAMPAK PILAR

- - ,.. ...
I

~ uu0u··~ ·
!1.2~1.200!1.2ooj1,200!12X> I

i POTONGAN MELINTANG
I
- - ......... I

DENAH

JEMBATAN KAYU - TIPE GKI


BENTANG - 5.500 - 19.500 MM
UKURAN GELAGAR 350 - 1250 MM
GKI
~

Jooo I :ooo 1•
BENTANG S.000 -12.000 mm
-,

,~. .....
.,•
0

' ... ' ':~~


, r.·.-•·· .
3"lc6 1-
·-

- -1-"
9 920

f 7!'..Q.O.Q.fl00! .__.

I I I
•,~"ijjp

d_JJ if~
o

·, ·>'
.... ~
Q
··! ~. - mo
TAM PAK -,
POTONGAN MELINTANG
~

JEMBATAN PELAT - TIPE PTI


BENTANG - 5.000 - 12.000 MM
DENAH UKURAN GELAGAR 300 - 580 MM

PTI
BENTANG 5.000 -·16.000 mm

1 0
0

•·
.:~:·; -----------1 -----------
.. ·;~ c----- --------::i'c------------:i
r·.. -,:...
J·:-·,..,.,,.h
~~
.~·l;~I~~~ ... .-...-. .. ·:· ··::-:. ..
~ ::·::·;~ =!1,,,
.. :·.' ';'
·•...._=-·
: ·_: : . 0
;;;
. '· ·.·
• 11700 I
TAM PAK POTONGAN MELINTANG
KELAS'J\

£_
c ====::..== =-:.::;-_-:_-..)
c== =-----==·== =-==.J
e~~~:;.~~~~;~~~5
c ____
____
,c.. =-=--=-=-=:.'.J
...=-=______ _-:::J Q

I§=-===-..:;--=--=-;;;::-= 5
C=-- -------=---,;;.=;; =; :J
C __ - r - - ----..,.--:l I
=if: ~·
c-=--=--=--=
c:-_ - - - -==--=-=-=.;:..:::i
- - - - __ :.J
,..- --- - - ----------~

c:: __ __
c;;;;=-;;,. .___.__:;;,::i
===--=---=-= _:J POTONGAN MELINTANG
r-----------:::i
Ic--. =-==--.....~-~~-="' 'J KE.LAS 'B'
cc-=::..
______ .:"
=-~.~:;... ____
.0::-_:;::l
-:J

______ ----
--- - - - - - - - - - ::J
C'=---
[' - -=-= == ==--......-=-.:::i
JEMBATAN PELAT BETON
BERONGGA - TIPE PTI
BENTANG - 5.000 - 16.000 MM
DEN AH
KELAS A, UKURAN GELAGAR 310 mm - 740 mm
KELAS b, UKURAN GELAGAR 280 mm - 710 mm
r~O !~15~

CtJ
MOO

~
~~
., ..
~_
n n I a a ~~:·.:· :~
~:: .
- IJ
I o J
.2.
POTONGAN MELINTANG
Lr

TAM PAK

l!.000 .
fir :: 'ITT
I I f
"
i

--,~-1 ~nf- ~r
POTONGAN MELINTANG
TAM PAK 000 1000
1' fF : :A 'ft !
STANDAR JEMBATAN BETON
BERTULANG - TIPE GTI

POTONGAN MELINTANG

VARIASI KETINGGIAN ALOK ANTARA 300 mm - 1.550 mm


30.800

f1 1 1 1 1 a 1 1 i If 1 ~ 11
1 1. aa 1
1 I
a I I
eto::::::u~:::f
Aft
[ [I
ii
II I II I] f
TAM PAK
POTONGAN MELINTANG
KElAS '~

2 4 .600
810 6. 000 1110

H
+--0 I I I J I
L=l I I
'f..
D
D-1 U
I I I I a I I I I I I
[ II II f
TAM PAK

POTONGAN MELINTANG
I 19.600 KElAS ·e ·

D I I I I I 1 f1 I I I I I !
t II i II f
TA M PAK

POTONGAN MELINTANG
KElAS ·c-
BALOK SETON PRATEKAN , PRACETAK - TIPE GPI
TIPE POST TENSIONED
BENTANG - 13.60 M - 30.60 M
BENTANG 20 • 45 M

4if·~nAn ~ I
r. .
u

····..1
'
..•• ....
n
I
=. •000.no
1
7. 000
11
• r
~t~~
TAM PAK

-1'6'° I- I 1 rsoo I

POTONGAN MELINTANG
KELAS'P\

l~~6.~000 .'i)
ioo

DENAH grm POTONGAN MELINTANG


STAN DAR JEMBATAN SETON PRATE KAN - Tl PE GPI KELAS'B'
BENTANG - 20 M - 45 M, KELAS A, B & C
2 i'(X)QI s.ooo 1'ocol

...
"• o•/• •H,f

~.~·:·;:·-...... :..;.--;,-~:•:_ •• • ~JP• •


.··:
;.

TAM PAK

POTONGAN MELINTANG

JEMBATAN GELAGAR BOX BETON


INDONESIA - TIPE GPI
BENTANG - MM - MM

DENAH
(0411113.0.Uf 3.0411f.048(001 11!(0411(001 POTONGAN MEUNTANG

¢:~=oor
'1 TAMPAK (!UNGGAL) ===p,,. ;4L ""'"" "Q~
T'-"WOI TIMlgglll (lT) I

3.048f"04813.048nF!-
1
-nnn- Mg '"' "i "'"QM I

iE~~I~~
I
Gonda T1J111P (GT) • Ganda Tl.WWII
' B""'"'1g (GTB)

r
Ganda Ganda (GG) GsldaGanda
BW.1111(008)

-°"""'
-- mt rI
b:d:-*-ii -
gm~nli
nu
~ 11ga TIM1gglll (RTT
Ran;lclp en..,.t T"'W'i (RET) I
• Ranglcap 11go 1lrqgal
Berulong (RTTB)

JEMBATAN BAILEY - TIPE RBW I SBW


BENTANG 6-20 M

3fy t7oo·I 2000


-n 1.a ·
I
a . .. . a n
i
• n· n n 11
.1
It""
e.ooo lrr:r.
}

TAMPAK I rsoo I· I 1eoo I


~ POTONGAN MELINTANG
.
~

-
I' .- - I •
. -
I
l._-· . I 'F\1° . T,
000
. TI 1
1

I
I I.
!
~ . i !~!
. paoo I
iJ
II ieoo 1.

I POTONGAN MELINTANG

I. .-
. . .

DENAH

JEMBATAN GELAGAR/KOMPOSIT INDONESIA GBI


. - -'-~·... . BENTANG 6 M - 20 M KELAS Adan B
UKURAN GELAGAR 240 WF 200
--- ~ .... - .·- ..
500.0 NOMINAL soo.5 cm
PASAK PASAK PASAK

!!I
0
g
....., ····· ""'···~-;::-.

SAMBUNGAN BALOK SAMBUNGAN PELAT TENGAH


-(i:!:!:m::
' = ,,,,
<
Ij
.,
g
N
I

TAM PAK TAMPAK PELAT STANDAR

IKATAN ANGIN
- 45.7

\
ALURKAYU . I I ,, "
- ........
..... , r --
- .... -
,,
--... .
LANTAIKAYU - *HU II II 1111111111111111 1
a
.
I

.... ..,
• POTO NGAN PNJA. ') ( POTONGAN PAD\,
"

'
I
, "
PELA.T TENGA.H SA.MBUNGA.N

KERBKAYU
I
I
-
1' - I
r
I I
'I ' - , ~

I
SAMBUNGAN PELATTENGAH SAMBUNGAN BALOK

DENAH LANTAI -OENAH BALOK LANTAI


SETENGAH POTONGAN
JEMBATAN TRANSPANEL AUSTRALIA - TIPE RBT
BENTANG 10 M - 50 M
CATATAN: SEMUA BAHAN DARI GALVAN IS
/' Bentang 30 .000 mm ,
r
1000" TOOO , ,00<\
1 1

~E~SA
1

le:ssg · ! · '§J:Jr
11II1111111 I I

1~1800 l,•600 It .~qi 16Dql ,eoo.J


TAM PAK POTONGAN MELINTANG


_ _ _ t==l_l_I_
Bentang 25.000 mm

L I I I I I
-1
I
rr 6000 ·r1
"LC~X
TAM PAK
~Tj
k6oo 1,usoo.l~1roo.l 16QC\I
KELAS B

POTONGAN MELINTANG

r
_, Bentang 20.000 mm
.1 rr HOO i1
t
KELAS C

1,1eoo !,11~1 !foo.j


JEMBATAN GELAGAR BAJA AUSTRALIA - TIPE GBA POTONGAN MELINTANG
BENTANG 20, 25 & 30 M, -KELAS A, B dan C
aI DOOO I DOOO I DOOO I
30.000
0000 I 1000 I 5000 I
1 ·I
!I
I I
~ KlO

ITIMIU
I • DECKllCO
I
11
i

POTONGAN MELINTANG

BEBAN PONDASI
V••U·"t<o,:>

4F Hi
HI ' ~IS IC!f
K1' A 11 KN

_ ___._, vi
- ~-

! !
ii
I
!
I
!
! ....8 XI !I
I i
- - i -·
!
I ·- v
~4

JEMBATAN RANGKA BAJA - AUSTRIA SEMI PERMANEN


TIPE-RBS
t
•=
~ •oo•OO
ro.ooo i
Ii;I I
1
I
1
I
1 i
I 11
'I Il I
a i I I
1
I
1
I
1
I!
u 1 KELASA

1. 10.300 1. 10.000 1. 10.300 ,j C1JU '1lt I I"' II

TAM PAK
POTONGAN MELINTANG

~ 20! •oo
u, ••.OOO ~~

Iii! I I !i?'I fr I ! I I !ii ~


k ::~: 1~
1.
I

7. 7~0
I

1. 10. 000
·I [

. •1
I

T. 7~0
I

.1 :r k. 1, rd
~-f- I ill
I

. lD . . ll .
KELAS B

TAM PAK
.
.~oooj, :uoo J. . 2.~00 JJ.
'

t
,~ -

20.400

20.000 ~~o POTONGAN MELINTANG

1
••~0 f f '. . :
1 1

:! l=!EMBATAN GELAGAR BAJA JEPANG - TIPE GBJ


TAM PAK BENTANG - 20, 25 & 30 M. KELAS A & B
BATANG TEP I ATAS
IKATAN ANGIN ATAS

~ .~

.~- ., · ~ ·
I I
i 5.000 i

.
I . \. --r
\. \
/
. I
\ "
:=L.--==~=,
\

I ---·- - ·
l
6 .300

980 7 x 5.000 = 35.000 BATANG


TEPI BAWAH

Cl•• .T ~i i f.I
~-~11 .H t•- - '"'"" ""''EI' 5.!)44 i
I
5500

···· ·""''"'""''''*'*!~ .1
j i
<tC:l~;t:t::t:~=H:t~lJ-t=f:trbf-.H=l~ll,.,,.~.-.~ I,,.
Ii _,I
-
/
·~ .... '

POTONGAN
JEMBATAN AUSTRIA TIPE PERMANEN
TIPE -RBR
IL

~!
KELAS A I IO.OOO I 1 1!00

t I
J. !
1000

J. !
1200

I
..§
KELASA

~ ·
I IU5 I !050 I 2050 I !050 I lfU
, 400

I I
IO.ooo eo.ooo - - -- - - - -

TAM PAK
KELAS B

~ n
J:~J~J~J~,~J/~
~ ~
-t •oco ..8
0

1' 1
000
•o.ooo ~
~
----------.
KELAS B

TAM PAK
KELAS C
1100 I uoo I 2100 11eoo
1400

JEMBATAN RANG KA BAJA BELANDA - TIPE RBB 0

.,8
KELAS C

1400 I ZIOO 114(1)


4t00
IIOOOI TOOO 1'0001

ri::;' fik - Dk Ml *
..;•
I. TAMPAK SAMPING ;.
1 2oco I 2000 I 1 000 I
UJUNG TAMPAK A- A
r ~;:====i
0

1 7.ia Ir

l.o \.r
DENAH PENGGANTUNG BAGIAN ATAS
~
'PO~-C
~
POTOHGANB·B

J
POTONGAN E- E
f µ1:i::t:::t=t,J
POTOHGAND - 0
DIAGRAM

l.. ,L,. JEMBATAN RANGKA BAJA CALLENDER


POTOHGNI F- F
HAMILTON - TIPE RBO
TIPE - 05 DECK, BENTANG 50, 55, 70 M
CALLENDER - HAMILTON BRIDGE - TYPE. R B U
Panjang teoritis bentang jembatan = panjang tiap panel X jumlah panel.

TYPE B : Panjang tiap panel = 3.048 m Dock 0 10 10


~p•n·Mrl~•
>O ~ M) to 10
Typos
Tinggi panel = 3.048 m

TYPE M 10 : Panjang tiap panel =3.048 meter f


IS1nilrl.>n<.
\/\M/\M/\/\M/\IS/ Jo!u1mum Span n.n... ll•l&N 1.0""
=
Tinggi panel 3.048 meter

TYPE B 15 : Panjang tiap panel= 4.572 meter


v
• Dvublr Ullc
\l\l\t\J\!\l'\l'\l\JS/Sf\J'\l Mulmum Sp•n H.tlM Hrllht l.O-

Tinggi panel= 4.572 meter

~
•IS O..vblr 1.>nc
~~u1mumSpa11J0.2""
. u..,,.. 4.17..

TYPE B 6 i Panjang tiap panel = 6 meter


Tinggi panel= 8 meter

TYPE D 8 : Panjang panel= 8 meter


Tinggi panel = 9 meter
11
. . Uuvbfc Un~ Mn1mum Sp•n 12.- Hrllhl 7 . - •

• Untuk lantai beton


LEBAR JALUR LALU LINTAS KENDARAAN :
Single Lane - 3.50 metre.+ kerb
· Double Lane - 5.50 - 6.0 metre + 0.50 m kerb pada kedua sisi (KLAS B)
Double Lane - 7.0 metre + 1.00 metre trotoir pada kedua sisi (KLAS A)
" ,0,4 'I ~~ t
---------
J• - --------
t~r T. OOO lml
t
,• .
I' - -·
··1 I

I· ".. 'I
I
i
I
<,."'-

, I
I
< •
TAMPAK SAMPING KONSTRUKSI BAGIAN LUAR

TAMPAKA-A

SETENGAH
&I POTONGAN B - :t
' SETENGAH
POTONGAN D - D ~- - J
yvvszvysz\/\A!'J
..
POTONGAN C - C le 30.0 11 •~AK •I
SETENGAH DENAH PADA KABEL BAGIAN ATAS
SISTEM DIAFRAGMATIS

JEMBATAN RANGKA BAJA CALLENDER HAMILTON - TIPE RBU


TIPE - B DECK BENTANG 30.48 & 39_62 M
f

::>
f
m ~
0::: !. ~
; s
w a.
"'E
a. :>

I- ~.; ~
.
I
; ,.. i
2 ~

z ~
~
~

c,
0 E
~
~ l ...~I
A

c
~ ~

<( ~ ....
( E
::>
§
f
I
0:::
I
~ w

... .
!
~
t ~
w c

...•
h ].
0
z ~
c
.! ...(
,_l
....
~
I
E
:>

~
w ,.;
..
0 c
;;- E
- ::i:

~
....J c
~ ~ E,
....J ;;
§ l
<( l
..
•~ ..
I ~

::i:

:tc
0
z c
;;-
..•
~

c .,.c.
c.. c,
~
•A
E
:> E E
§ :> w

<(
m
M

i i-
§
::i:

~
w
..., ~

~
w
I- 2 ...
en j
en
0
...c

!i aJ! [)!
...c ...c

1~ ii ~i.
"
c~!
.J:.

3]j.
C> ..

e a.
:::i •

.J:.~ . :I
I-
~ • 2

I .,.. .. I STAN OAR PEMBEBANAH BINA MAROA KELAS A
BEBAN KONSTRUKSI 100"
BEBAH l.AllTAI 100 "

T. 11£T11£S I. II

TAMPAK SAMPING
STAHOAR PEMBEBAHAH BINA MARGA KELAS B
BEBAN KONSTRUKSI 100 "
BEBAH LANTAJ 100 "

I WETRU

t _..._______..,,
DENAH PENGGANTUNG BAGIAN BAWAH
STAHOAR PEMBEBANAH BINA MARGA KELAS C
BEBAH KONSTRUKSI 100 "
BEllAH LANTAI 100 "

!t= DENAH PENGGANTUNG BAG IAN ATAS

~ ~
POTONGAN B • B POTONGAN A· A

JEMBATAN RANGKA BAJA CALLENDER HAMILTON - TIPE RBU


TIPE - 815 BENTANG 4 1.15 M - 59.44 M
LAMPIRAN2

FORMULIR SURVAl LAPANGAN JEMBATAN

A. FORMULIR SURVAl INVENTARISASI

B. FORMULIR SURVAI RUTIN

C. FORMULIR SURVAI DETAIL


A. Formulir Survai Inventarisasi -1

D
OEPAJl.TEMEN PEJ<ERJAAN UMUM SlSTEM
OIR.EKTORAT JENOERALBINA MAROA MANAJEMEN
OIR.EKTORAT BINA PROORAM JEMBATAN

LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI


JEMBATAN
LIKKSU17IX

maJ11mbalan
1 1 1 I 11 I Ca bang
I I I CD
'IP

TINDAKAN DARURAT
Apakah nndakan Darural Dlsaronkan ? I Ya lndak
Alasan untulc m11/alwkan Tlndakan Darural

·-

ULASAN

Hanya untuk Keperluan Kantor Saja


'Tanggal P11masuJclr.an Data Inwntarlsast I Oleh
[JJ D
DEPARTEMEN PEI<ERJAAN UMUM SISTEM
DIREKTORAT JENDERALBINA MAROA MANAJEMEN
DIREKTORAT BINA PROORAM JEMBATAN

KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN


Tipe Lintasan JN Jalan KA Kereta Api S Sungai L Lain-lain

A Tipe Bangunan Atas B. Bahan C. Asal Bangunan Atas D. Tipe Pondasi E. Tipe Kepala Jbt dan Pilar

B gorong-gorong persegi K Kayu W Acrow/Bailey CA cakar ayam


y gorong-gorong pip a s pasangan bata
A gorong-gorong M pasangan batu A Australia (pennanen) LS langusng
p
pelengkung G bronjong dan seje.nisnya
H pasangan batu kosong T
Australia (semi pennanen)
Australia (sementara) TP tiang pancang A
Kepala Jembatan
cap
>
'Tj
T gantung D beton tak bertulang PB tiangbor B dinding penuh .,0
c sokonganlgantungan T beton bertulang B Belanda (tipe baru) TU tiang ulir K kepala jembatan khusus 3
p beton pratekan D Belanda (tipe lama) c:
G gelagar B baja SU sumur
.,
(/)
M gelagar komposit U lantai baja gelombang I Indonesia c:
p plat Y pipa baja diisi beton u Callender LL iain-lain Pilar ~

L
E
balok pelengkung
pelengkung
J alumunium
E neoprene I karet
F teflon
J
Hamilton (Jnggris)
Jepang
c cap
p dinding penuh
s satukolom
-
~-
::s
<
G
::s
V PVC R Austria (pennanen) D duakolom
R rangka N geotextile s Austria (semi pennanen) T tiga kolom atau lebih
?J
s jbt. sementara 0 tanah biasa/lempung atau
timbunan x tidak ada struktur
L lain-lain
~:
F ferry A aspal N
K lintas an kerata api R kerikil/pasir L lain-lain
W lintasan basah W macadam
u lain-lain x bahan asli
L lain-lain

F. PENILAIAN K O NDISI UN T UK INVENTARISASI


0 jembatan baru dan tanpa kerusakan Catatan
kerusakan kecil Penilaian Kondisi Inventarisasi pada tabel diatas
2 kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan diwaktu hanya digunakan bila Pemeriksaan Mendetail
mendatang Jembatan belum dilakukan pada saat yang
3 kerusakan yang memerlukan tindakan secepatnya bersamaan dengan Pemeriksaan Inventarisasi
4 kondisi kritis
S elem.en/iembatan tidak berfun11si la ·
~ D
DEPARTEMEN PElCERJAAN UMUM SISTEM
DIREJCTORAT JENDERALB!NA MAROA MANAJEMEN
D!REICTORAT BINA PROGRAM JEMBATAN
LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI JEMBATAN

LINK SUFFIX PENDATAAN JEMBATAN

INo. Jembatan I I I I I I I I I I I -J--1


n~Linlasan Jum/ah Bentang
Caban:
km o:f~YJk~I Total Panjang (m) ?>'
koto o.sal ja7ak dari kota 0>0/ tcrJCbut
'Tl
0
ama Pe1rU1rlksa 'IP Tahun Pembangunan Sudut ( 1)
3t:
::;·
(/J
BanitUDan Atas Bangunan Bawah
Batang Panjang LebarLebar Tinggi Struktur Banirunan Afas Lantai Sandaran Pondasi Keoala Jbt atau Pilar ~
No. Batang Lantai Trotoar Ruang T111e Bahan Asal Kondisi Bahan Bahan Kondisi Bahan Bahan IKondisi No. Tllle Bahan Kondisi Tipe Bahan Kondisi
e.
Kendaraan Be bas S'
I
(m) (m) (m) (m) A B c I F B B F B B F
KepalaJbt
atau Pilar
Keoa/aJbt J
D B F E B F
<
~
~
S'
....
2 I I I I Vi'
3
4 p
2
3
~-
I
w
s I 4
6 I I L s
7 A 6
8 R 7
9 I 8
10 9
~,._.,
_..,.: ~,.,_· •· ._
·'(;'"., ·-~ . .'A'r.!•
J~'-L~ ·'"" · -· :'..'\_
... t ./.•~ '-f··.-..: ~~ - - :;"~. . j~ -~;.~]7.~'~:~~~~~--~---~~?.:~·,, ··~- ·~.r:::~~~t:~~~~;:~ ijpa14~2 -~ ~~
·:__"...
~· ~~ _,,,,.
t'~ ·~
.· ... t~~
.- ~

Catatan :
A. Formulir Survai Inventarisasi -4

D
S!STEM
KE..MI.XITRIA
.! ."I . . L~Iml
. P£Kl:RJAA"I
MANA1EMl!N
DIR.EKTORAT JL'IDI.RAL Bl..."iA :\LUGA JEMBATAN

LAPORAN PEMERIKSAAN INVENTARISASI


JEMBATAN

UNKSUFFIX

' No. Jembatan


I I I I I 11 1 ITJ
KETERANGAN TAMBAHAN
'1 Batasan Fun11:sI.onal
Batasan Muatan Gandar (ton)
Batasan Lain (w-aikan)

• Z. Arus Lalu Lintas


Lebar jembatan yang ada dan pengaruhnya terhadap arus lalu lintas Pilih I. 2 atau
..
. 3

. I.

2.
Longgar
CUkup lebar
- Kendaraan bebas melintas diatas jembatan
· Kendaraan melaju perlahan diatas jembatan

3. Sempit - Kendaraan harus sering berhenti dan antri

• 3. Jalan Altematif dan Jalan Mernutar

Jika jembatan ditutup untuk lalu lintas setiap saat apakah ada jalan altematif melalui Ya Tidak
suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya ? (lingkari jawaban)

Jika ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (lan) Kr'~
")

4. Data Banjir Terbesar


Muka air banjir terbesar yang diketahui :
pilih + jika diatas lantai atau -jika dibawah lantai (m)

Tanggal terjadinya banjir terbcsar (bulan, tahun)


Sumber keterangan dari

s Titpe Jmb
8 atan dan Gamb ar Kons trukSl.
Apakah ada gambar konstruksi setclah jembatan selesai dibangun ? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Apakah bangunan atas merupakan tipc standar ? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Jika Ya, sebutkan tipc standar bangunan atas


I~ .
A. Formulir Survai Inventarisasi -5

NO. JEMBATAN
[[]11111111[[]
NAMAJEMBATAN

POTONGAN MEMANJANG

TAMPAKATAS

S IT UASI
A. Formul ir Survai Inventarisasi -6

,,.....,
::s
......,,,
.....------
D
z
<
.....
z
<
0..

,,.....,

~
......,,,

en
<
~
0
....l

-
z
<
!-
<
fXl
::=
Lil
.....
<
::s
<
z

z
<
!-
<
co
~
Lil
.....
Ck!
- - 0
::=
0
z
B. Formulir Survai Rutin -1

KDIE.'"'ITRIA.~ PEKI.RJAA.~ l-:\IL-:\1

D
SISTEM
MANAJEMEN
DIR.EKTOR.\T JEXDER..\L Bl"..\ ~l.\RG..\ IEMBATAN

LAPORAN PEMERIKSAAN RUilN


JEMBATAN
~rom:x

No. Jembatan
111I11 I I I I CD
Nama Jembatan Cabang

dari Ian
koluul jar.It dari kol• ...i lezsebut
Nama Pemeriksa NIP

PEMlll.IHARAAN RUTIN
I. ai 7 (lingkari jawaban) Ya Ttdak

2 A akahada en Ya Ttdak

3 A akah ada tumbuhan har 7 Ya Ttdak

4. A akah · a cucuran air di lantai ada temimbat 7 Ya Ttdak


s A akah cir ' e air di daerah timbunan tidak c 7 Ya ndak
6 A akah ada lub dan ennukaan 7 Ya Ttdak
7 A akah sandaran erlu di cat? Ya ndak
8 A akah lat nomor salah atau hi! ? Ya ndak
9. A akah lat nama salah atau hi! 7 Ya Tuiak

TJNDAKAN DARURAT
Apakah Tuidakan Darurat Disarankan ? (lingkarijawaban) Ya Tidak
Elemen·elemen yang memerlukan Tindakan Darurat
Elcmen Lokasi Alasan untuk melakukan Tuidakan Darurat

Hanya untuk Keperluan Kantor Saja


ITanggal Pemasukkan Data lnventarisasi I Oleh
B. Forrnulir Survai Rutin -2

NO.JEMBATAN

NAMAJEMBATAN
DJ 11 111111 DJ
POTONGAN MEMANJANG

TAMPAKATAS

1 - - - t - - - t - - t - - - t - -t- - - - - . - - - ·- r - - · - - 1 - -t - - t - -; - - - r - - i - - r - - - 1- - - i - - -1· -
, _ - - 1 - - 11- - 1 - - 1- - -t- - r - - - t - - - i - - - t· - - i - -·1- - 1 - -:i--' - t ' - - - i - - - r - - r - - - - i- - i - -

- - 1 - - 1 - - 1 - -1
1 - - - 1 - - + - -I·- -- - - - ;- -1---11---1- - - - -1- - - r i - - -1- - - t - - t - - - 1

--1--1---1--t-- ---+--1---i·-·- - ·- 1- -1- - - 1 - -1· - - i - , - - i:- - i - -1- - 1 - --i--"1


,___ --1--1-~--1--1--1---t---!--"11--1---11--~-+--1·--i---11--i--t--"t---1-

SITUASI

- - - · - - + - -t---+--+· · - - - - - - - ·- - - t - - lt- - t " - - - - ,___ ,_ __ , _ _ ,,_ _ , _ _ ,,_ _ , _ _,


B. Formulir Survai Rutin -3

,-...
~
..._,,
('.)
z
<
....,
z
<
p..

,-...

~
..._,,
-
C ll

<
~
0
....l

z
<
f-
<
al
::.s
'1l
....,
<
~
<
z

z
<
f-
<
al
::s
I.LI
....,
rZ
0
::.s
0
z
C. Fonnulir Survai Detail -1

KDIL'\"TDU..\..."" PIXERJ..\....\..."" UlIU~l


D
S'ISTEM
MANAJXMEN
DIR£KTOR.-\.I JL'l>:ER.-\.L B~A ~l.\RCA JEMBATAN

LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL


J EMBATAN
LINK SUFFIX

.__No._~m-batan_~_.___.__._----L~.__..__~_.___.__~I I I I

N ama Jembatan Caban11

~- ,~ *·-
1.~1. _. ;r~1..':~:;;-
dari km
lcata asal iaralc dari lcota an! tersebut
Tanaal Pemeriluaan N ama Pemerilcsa NIP

DATA INVENTARISASI
Apalcah Data IAYentarisasi Batu! ? (lincl<.ari jawaban~ Ya l Tidakl
Apabila data tidalc batul, perliailcan dapat dibnt pada cetaku database dan11an tinta merah dan lampirkan pada halaman ini l

P EMERIKSAAN KHUSUS
Apakah Pemeriluaan Xhusus Disaranlcan? (lincl<.ari irnllan> I Ya ltidak
Elemen-eleme11 ra1111 memeriultan Pemeriluaan Khusu1
Kode Elemen Lolca.si Alasan untulc melalcultan Pemeriluaan Khusus

TINDAKAN DARURAT
Apalcah Tindakan Darurat Dinranlcan? (lin&lcari jrnban) I Ya J Tidalc
Elemen·elemen yanc memerlulcan Pemeriluaan Darurat
Kod1 Elemen Lolcasi Alasan witult melakultan Pemeriluaan Darurat

Hanya untult Kepuluan Kantor Slja


ITanual Memuultlcan Data Pemeriluaan D etail I Oleh
ldJ KD.IE.'\"TIRJ..\..'\ PEKIRJ..\..\..'\ L"lll"ll
DIRn...10R..\T JL'\l>Dl.U. Bl'\:\ ~l-\RC:\
DAFTARICERUSAXANUNTVICLEVEL 3-5
1
LAPORAN PEMERJKSAAN MENDETAIL JEMBATAN

NA/...- 1 11 1 1 1 1 1 1 1rn
: o
EVALUASIELEMEN

Ko••
Elcmc.a
Unda
O>lllh"")
Ko••
Ju n1nku
Unilllll
<•lllhM)
Lokul
AIP/IJ x y
L..<1 5

z s
t.'Dal KondlJI
R K l'l p
I
'°' s
Lnd J- 4
Nll.. Kon41&1
R K ~ F p I<!(
i
c-..
YfT
F•Ce
YfT
:ic-.. Sau nu.k• p.-....
Dllnlnll
'°'..... Xock

3.llO
LEVELJ

Elanm
....... .....
~
s
Nllal
Kon4l&I
R IC F P roe

I 3.220 s-.p-
3.l30 ~
! 3.310 Pondall
3.320 Keolla1bl /PW
3.410 G.._
I 3.420 Pebl
3.430 p - - .
I 3.440 Bllot P<imokun•
3.430 R .......
3.480 o.m...
3.300 Siltcm Laolai
CJ
I 3.600 .........W.Joial '1j
3.610 Llnduln 0

I
3.620
3.700
Snlarm
p-
3c::
::;·
. 3.IOO
3.900 Unhs.a r.n
c::
~

-
I LIVEL2 Nial
~

ll:odo s k K F P NK
2.lOO Alino
t:l
~
l.300 ln--BIWlb S"
2.400 '"--AIU
p..i.n.n.-
2.700
2.IOO
t!J
2.900 Lilmms...h

LIVEL I IGai
JC....i
I It. . , s l & Jtl FIP
,..,.,.., ll<-. Nlt

PEMEUHAJtAAN R~
I
' J.000 I I

.. Ya
Ya
11clalc
11clalc
Ya 11clalc
Ya 11clalc
Ya 11clalc
Ya Tidat
Ya 11clalc
Ya Tidat
Ya 11clalc
C. Formulir Survai Detail -3

DEPARTEMEN PEICERJAAN UMUM


DIREKTORAT mIDE.R>.L BINA MAROA
DIJWCTORAT BINA PROORAM

LAPORAN PEMERIKSAAN MENDETAIL JEMBATAN

rn
UNJ( SUl'FIX

I I I I I I I I I
CATATAN-CATATANDAN GAMBAR-GAMBAR
C. Formulir Survai Detail -4

NO.JEMBATAN
1 1 1 11 1 11 11 DJ
NAMAJEMBATAN

POTONGAN MEMANJANG

TAMPAKATAS

SI T UAS I
C. Formulir Survai Detail -5

,,,.....,
::s
.........
t'.>
z
<
-.
z
<
c..

,,,.....,

~
.........
~

en
<
~
0
...l

z
<
!-
<
Ill
::s
w
-.
<
:a
<
z

z
<
!-
<
Ill
~
w
-.
~
0
::s
0
z

Anda mungkin juga menyukai