Anda di halaman 1dari 85

PELATIHAN

J STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE


PEKER AAN
CONSTR UCTION
(AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN)

MODUL
STEBC – 08 : METODE
PELAKSANAAN JEMBATAN

2006

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan

KATA
PENGANTAR

Modul ini berisi bahasan tentang metode pelaksanaan pekerjaan jembatan.


Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas-tugas ahli
struktur pekerjaan jembatan untuk melaksanakan pekerjaan struktur
jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan spesifikasi dan dokumen
kontrak yang berlaku.

Modul ini disusun dalam rangka membekali seorang ahli struktur pekerjaan
jembatan untuk menjelaskan metode pelaksanaan pekerjaan jembatan.

Disadari bahwa buku ini masih cukup banyak kekurangannya, oleh karena itu
berbagai masukan demi sempurnanya buku ini sangat diharapkan. Kepada
siapapun yang berkenan untuk memberikan masukan termaksud, kami
ucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, Desember
2006
Penyusun

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -i-


LEMBAR
TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan


(Structure Engineer of Bridge Construction)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pekerjaan struktur
jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan spesifikasi dan pengendalian
waktu.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Menerapkan ketentuan UUJK, mengawasi penerapan K3 dan memantau
lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan jembatan
2. Melakukan survei lapangan untuk memastikan kesesuaian gambar rencana
dengan lokasi jembatan di lapangan.
3. Melakukan koordinasi dengan petugas/teknisi laboratorium di lapangan
dalam rangka pengujian tanah dan material untuk pekerjaan pondasi, pekerjaan
bangunan bawah dan pekerjaan bangunan atas.
4. Menyusun detail jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan sesuai
dengan urutan pelaksanaannya.
5. Meneliti kesesuaian gambar kerja dengan metode pelaksanaan yang
akan digunakan dalam upaya memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
6. Menyiapkan perhitungan volume pekerjaan, penggunaan peralatan, material
dan tenaga kerja yang diperlukan untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -ii-


7. Memecahkan permasalahan konstruksi yang mungkin timbul sesuai dengan
metode pelaksanaan selama pekerjaan berjalan.
8. Mengorganisasi alat, bahan dan tenaga pekerjaan struktur jembatan dan
membuat laporan.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -ii-


NOMOR : STEBC – 08

JUDUL MODUL : METODE PELAKSANAAN

JEMBATAN TUJUAN PELATIHAN :

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengorganisasi alat, bahan dan
tenaga pekerjaan struktur jembatan dan membuat laporan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Menetapkan tanggung jawab berdasarkan jenis dan lokasi pekerjaan terhadap
alat, bahan dan tenaga yang tersedia
2. Menerapkan metode pelaksanaan dengan menggunakan alat, bahan dan
tenaga yang tersedia dengan optimal
3. Menilai pelaksanaan pekerjaan secara periodik dan menginventarisasi jenis
pekerjaan yang progresnya terlambat
4. Melakukan pemantauan terhadap jadwal bulanan pelaksanaan secara keseluruhan
5. Melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -33


DAFTAR
ISI
Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................
i LEMBAR TUJUAN .......................................................................................
ii DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN
(Structure Engineer of Bridge Construction)
..................................................................................... viii
DAFTAR MODUL ..........................................................................................
viii
PANDUAN INSTRUKTUR .............................................................................
ix

BAB I :
PENDAHULUAN

BELOEM

BAB II : TANGGUNG
JAWAB
2.1 PENANGGUNG JAW AB SETIAP JENIS PEKERJ
2.1.1 Struktur Organisasi.........................................
2.1.2 Asisten Sebagai Penanggung Jawab Pekerjaa
2.2 PENANGGUNG JAW AB SETIAP PELAKSANAAN
PEKERJAAN .........................................................
2.2.1

2.2.2

2.2.3
2.2.4

2.3 LAPO
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4

BAB III : METODE PELAKSANAAN, PENGGUNAAN ALAT, BAHAN


DAN TENAGA KERJA
3.1 PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI ..............................
III-1
3.1.1 Pondasi Langsung (Spread Footing) ..........................
III-2
3.1.1.1 Umum ........................................................ .
III-2
3.1.1.2 Tanah ........................................................ .
III-2
3.1.1.3 Batuan ..........................................................
III-3
3.1.1.4 Pek erjaan Perapihan (T rimming) Dan
Persiapan .............................................. .
III-3
3.1.2 Pondasi Tiang .............................................................
III-5
3.1.2.1 Umum ..................................................................
III-5
3.1.2.2 Peralatan Pemancangan .................................
III-11
3.1.2.3 Tiang Pancang Beton ........................................
III-20
3.1.2.4 Tiang Pancang Baja ......................................
III-28
3.1.2.5 Tiang Yang Dipancang ......................................
III-31
3.1.2.6 Tiang Yang Dibor Dan Dicor Setempat................
III-39
3.1.2.7 Tanah Yang Sulit Dan Halangan-Halangan..... III-
41
3.1.3 Pondasi Sumuran.......................................................
III-43
3.1.3.1 Umum ..................................................................
III-43
3.1.3.2 Beton Yang Dicor Setempat.................................
III-44

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -55-


3.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN BAWAH .................
III-46
3.2.1 Desain
3.2.1.1
3.2.1.2
3.2.1.3
3.2.2 Campuran Percobaan ......
3.2.3 Pengendalian Campuran....
3.2.4 Cara-Cara Batching ...........
3.2.4.1
3.2.4.2
3.2.4.3
3.2.4.4
3.2.5 Cara-Cara Pengadukan ............................................... III-75
3.2.5.1
3.2.5.2
3.2.5.3
3.2.5.4
3.2.5.5
3.2.6 Pengendalian Produksi Beton ......................................... III-84

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -66-


BAB IV: PELAKSANAAN PEKERJAAN SECARA PERIODIK DAN
INVENTARISASI JENIS PEKERJAAN
4.1 RANGKUMAN HASIL PELAKSANAAN SETIAP
KEGIATAN .......................................................
4.1.1 Menyiapkan Jadwal..................................
4.1.2 Kurva – S ....................................................
4.2 IDENTIFIKASI PROGRES SETIAP JENIS KEG
4.3 TINDAK LANJUT JENIS KEGIATAN YANG TE
PROGRESNYA .............................................
4.3.1 Acara Dalam Show Cause Meeting ............
4.3.2 Uji Coba Kemampuan (Test Case) .............
4.3.3 Komposisi Tim Scm (Contoh Yang Pernah
4.3.4 Ruang Lingkup Tugas Tim SCM..................
4.3.5 Jenjang Tanggung Jawab Tim SCM...........
4.3.6 Jenjang Tanggung Jawab Tim SCM...........

BAB V: JADWAL BULANAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


BAB VI: KOORDINASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
6.1 PENG
6.1.1
6.1.2
6.1.3
6.1.4
6.1.5
6.2 KOORDINASI DENGAN KONSULTAN SUPERVIS
6.3 KOORDINASI DALAM INTERNAL UNIT ................

RANGKUMAN

DAFTAR

PUSTAKA

HAND OUT

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -vii-


DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL
PELATIHAN AHLI STRUKTUR PEKERJAAN
JEMBATAN (Structure Engineer of Bridge
Construction)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Struktur


Pekerjaan Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction)
dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan
Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan (Structure Engineer of Bridge
Construction) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latih Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-
masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap
perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk
suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Struktur
Pekerjaan Jembatan (Structure Engineer of Bridge Construction).

DAFTAR
MODUL

Jabatan Kerja :
Nomor
Modul
1 STEBC – 01

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -888


2 STEBC – 02

3 STEBC – 03

4 STEBC – 04

5 STEBC – 05

6 STEBC – 06

7 STEBC – 07

8 STEBC – 08

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -999


PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN


(Structure Engineer of Bridge Construction )

KODE MODUL : STEBC - 08

JUDUL MODUL : METODE PELAKSANAAN JEMBATAN

DESKRIPSI : Materi ini membahas tentang tanggung


jawab berdasarkan jenis dan lokasi pekerjaan
terhadap alat, bahan dan tenaga yang tersedia;
penerapan metode pelaksanaan dengan
menggunakan alat, bahan dan tenaga yang
tersedia dengan optimal; penilaian pelaksanaan
pekerjaan secara periodik dan menginventarisasi
jenis pekerjaan yang progresnya terlambat;
pemantauan terhadap jadwal bulanan pelaksanaan
secara keseluruhan; koordinasi dengan unit- unit
terkait untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang
memang penting untuk diajarkan pada suatu
pelatihan bidang jasa konstruksi sehingga
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pekerjaan konstruksi betul-betul dapat dikerjakan
dengan penuh tanggung jawab yang berazaskan
efektif dan efisien, nilai manfaatnya dapat
mensejahteraan bangsa dan negara.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -99-


TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 10 (Sepuluh) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -10


B. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur

1. Ceramah Pembelajaran
 Pengantar
 Menjelaskan TIU dan TIK serta pokok pembahasan
 Merangsang motivasi peserta untuk mengerti/memahami dan
membandingkan pengalamannya
 Bab I Pendahuluan

2. Ceramah Bab II Tanggung Jawab


 Tanggung jawab setiap jenis pekerjaan
 Tanggung jawab setiap pelaksanaan pekerjaan
 Laporan pelaksanaan pekerjaan

Waktu = 80 menit

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -x-


3. Ceramah Bab III Metode Pelaksanaan, Penggunaan Alat, Bahan dan Tenaga Kerja
 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi (Pondasi Langsung, Tiang, Sumuran)
 Pelaksanaan Pekerjaan
Bangunan Bawah (Desain
Campuran, Campuran Percobaan, Pengendalian Campuran, Cara-cara Batching, Cara-cara Pengadukan, Pe
 Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Atas (Jembatan Gelagar Austalia,
 Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Pendekat (Bahan, Pemadatan, Pelapisan Aspal)
 Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan (Bronjong, Penempatan Batu, Tiang

Waktu = 135 menit

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) -x-


Kegiatan Instruktur

4. Ceramah Bab IV Pelaksanaan Pekerjaan Secara Periodik dan Inventarisasi Jenis Pekerjaan
 Rangkuman hasil pelaksanaan setiap jenis kegiatan (menyiapkan jadwal dan
Kurva-S)
 Identifikasi Progres setiap kegiatan
 Tindak lanjut jenis kegiatan yang terlambat progresnya
(Acara Dalam Show Cause
Meeting, Uji Coba Kemampuan (Test Case), Komposisi Tim Scm (Contoh Yang Pernah Ada), Ruang Lingkup
Tim SCM)

5. Ceramah Bab V Jadwal Bulanan


Pelaksanaan Pekerjaan
 Progres harian
 Progres mingguan
 Progres bulanan
 Realisasi Progres
 Laporan Progres

Waktu = 90 menit

Pelaksanaan Pekerjaan
 Pengertian Tentang Koordinasi
 Koordinasi Dengan Konsultan

 Koordinasi dalam Internal Unit

Waktu = 45 menit
Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC)
-xi-
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab I: Pendahuluan

BAB I
PENDAHULU
AN

Dalam rangka membekali peserta pelatihan ahli struktur pekerjaan jembatan untuk
melaksanakan pekerjaan struktur jembatan berdasarkan gambar kerja sesuai dengan
spesifikasi dan dokumen kontrak yang berlaku perlu penguasai metode pelaksanaan
pekerjaan jembatan di lapangan. Oleh karena itu dalam pekerjaan pelaksanaan
jembatan, sebenarnya cukup banyak manual, pedoman, ataupun referensi yang
dapat digunakan. Pengalaman menunjukkan bahwa dalam melaksanakan
pembangunan jembatan, seorang ahli struktur pekerjaan jembatan harus menguasai
suatu metode dalam pelaksanaan pekerjaan jembatan.

Modul metode pelaksanaan jembatan ini akan membahas beberapa hal yang
mendukung keahlian seorang Ahli Struktur Pekerjaan Jembatan yang meliputi :
 tanggung jawab berdasarkan jenis dan lokasi pekerjaan terhadap alat, bahan
dan tenaga yang tersedia
 metode pelaksanaan dengan menggunakan alat, bahan dan tenaga yang
tersedia dengan optimal
 penilaian pelaksanaan pekerjaan secara periodik dan menginventarisasi
jenis pekerjaan yang progresnya terlambat
 pemantauan terhadap jadwal bulanan pelaksanaan secara
keseluruhan
 koordinasi dengan unit-unit terkait untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan

Pada akhirnya seorang ahli struktur pekerjaan jembatan yang menguasai metode
pelaksanaan pekerjaan akan mampu untuk mengorganisasi alat, bahan dan tenaga
pekerjaan struktur jembatan dan membuat laporan.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) I -1


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab II: Tanggung Jawab

BAB II
TANGGUNG
JAWAB

2.1 PENANGGUNG JAWAB SETIAP JENIS


PEKERJAAN

Pelaksanaan jembatan mencakup jenis-jenis pekerjaan sebagai


berikut :
 Penyiapan sumber
daya
 Survey lapangan dan pengujian tanah &
material
 Pelaksanaan struktur
jembatan
 Perencanaan/pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan kerja dan
pemantauan lingkungan

Pelaksanaan struktur jembatan mencakup kegiatan-


kegiatan :
 Penyiapan jadwal pelaksanaan
pekerjaan
 Penyiapan gambar
kerja
 Metode pelaksanaan
jembatan

Dari pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, penyiapan


sumber daya, survey lapangan, pengujian tanah & material, penyiapan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, penyiapan gambar kerja dan perencanaan/pelaksanaan

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-1


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab II: Tanggung Jawab

keselamatan, kesehatan kerja dan pemantauan lingkungan diberikan dalam


modul tersendiri di luar cakupan modul metode pelaksanaan jembatan. Selain itu
untuk menambah wawasan tentang peraturann perundang-undangan yang minimal
harus diketahui oleh Structure Engineer of Bridge Construction, juga ditambahkan
untuk modul keselamatan kerja, kesehatan kerja dan pemantauan lingkungan bahan
berupa Undang-undang Jasa Konstruksi.

Modul metode pelaksanaan jembatan ini mencakup pekerjaan-pekerjaan utama


seperti tersebut di bawah :
 Pelaksanaan pekerjaan
pondasi
 Pelaksanaan pekerjaan bangunan
bawah
 Pelaksanaan pekerjaan bangunan
atas
 Pelaksanaan pekerjaan jalan pendekat, bangunan pelengkap dan
perlengkapan jembatan

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-2


2.1.1 STRUKTUR ORGANISASI

Untuk dapat memahami siapa penanggung jawab setiap jenis pekerjaan, lihat
Struktur
Organisasi ” Structure Engineer of Bridge Construction” berikut ini :

Organisasi “Structure Engineer of Bridge Construction”

Structure Engineer of
Bridge Construction

A
s
i
s
t
e
n
Penyiapan
Sumber Daya

A
s
i
s
t
e
n
Survey Lap dan
Pengujian
Tanah/
Material

Kepala
Urusan
Survey
Lapangan

Kepala
Urusan
Pengujian Tanah &
Material

A
s
i
s
t
e
n
Pelaksana Struktur
Jembatan
Kepala Urusan
Penyiapan
Jadwal
Pelaksanaan
Pekerjaan

Kepala
Urusan
Penyiapan
Gambar Kerja

Kepala
Urusan
Metode Pelaks
Jembatan

Asisten Urus
K3 dan Pemantauan an
Lingk Pelaks Pek
Pondasi

Urusan
Pelaks Pek Bang Bawah

Urusan
Pelaks Pek Bang Atas

Urusan
Pelaks Pek Jln
Pendekat, Bang
Pelengk dan
Perlengkp
2.1.2 ASISTEN SEBAGAI PENANGGUNG JAWAB
PEKERJAAN

Dari struktur organisasi tersebut di atas, penanggung jawab setiap jenis pekerjaan
yang langsung di bawah kendali Structure Engineer of Bridge Construction adalah
para Asisten sebagai berikut :

 Asisten Penyiapan Sumber


Daya
Asisten Penyiapan Sumber Daya mempunyai tanggung jawab untuk menyiapkan
perhitungan volume pekerjaan, perencanaan dan penyiapan kebutuhan tenaga
kerja pelaksana konstruksi, perencanan dan penyiapan kebutuhan peralatan, dan
perencanaan maupun penyiapan kebutuhan material untuk pelaksanaan
konstruksi.

 Asisten Survey Lapangan dan Pengujian Tanah dan


Material
Asisten survey lapangan dan pengujian tanah dan material mempunyai
tanggung jawab atas pelaksanaan survey lapangan guna memastikan
kesesuaian gambar rencana dengan lokasi jembatan di lapangan serta koordinasi
dengan petugas/teknisi laboratorium di lapangan dalam rangka pengujian tanah
dan material untuk pekerjaan pondasi, pekerjaan bangunan bawah dan
pekerjaan bangunan atas. Untuk pelaksanaan kedua jenis tanggung jawab
tersebut Asisten survey lapangan dan pengujian tanah dan material dibantu oleh
2 (dua) Sub-Ordinate di bawahnya yaitu Kepala Urusan Survey Lapangan dan
Kepala Urusan Pengujian Tanah dan Material.

 Asisten Pelaksana Struktur


Jembatan
Asisten pelaksana struktur jembatan mempunyai tanggung jawab atas
penyiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan jembatan, penyiapan gambar kerja
dan penyiapaan metode pelaksanaan jembatan. Untuk pelaksanaan ketiga jenis
tanggung jawab tersebut Asisten Pelaksana Struktur jembatan dibantu oleh 3
(tiga) Sub-Ordinate di bawahnya yaitu Kepala Urusan di bawahnya yaitu Kepala
Urusan Penyiapan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Kepala Urusan
Penyiapan Gambar Kerja, Kepala Urusan Penyiapan Metode Pelaksanaan
Jembatan.

 Asisten Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pemantauan


Lingkungan
Asisten Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Pemantauan Lingkungan
mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi penerapan K3 dan memantau
lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan jembatan

Dalam kaitannya dengan Modul Metode Pelaksanaan Jembatan, fokus modul ini
berada pada cakupan tanggung jawab Kepala Urusan Metode Pelaksanaan
Jembatan.
2.2 PENANGGUNG JAWAB SETIAP
PELAKSANAAN PEKERJAAN

Yang dimaksud dengan pelaksanaan pekerjaan dalam Sub Bab ini adalah
pelaksanaan pekerjaan pondasi, pelaksanaan pekerjaan bangunan bawah,
pelaksanaan pekerjaan bangunan atas dan pelaksanaan pekerjaan jalan pendekat,
bangunan pelengkap dan perlengkapan jembatan.

2.2.1 TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PEKERJAAN


PONDASI JEMBATAN

Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan bertanggung jawab dalam memimpin


kelompok kerja untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan di lapangan
pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan pondasi jembatan mencakup kegiatan-
kegiatan sebagaimana tersebut di bawah ini sesuai syarat-syarat teknis yang
ditentukan:

 Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang (baja, beton bertulang, beton prategang),


yang meliputi pekerjaan persiapan lapangan berdasarkan Gambar Kerja (Shop
Drawing), pengoperasian alat pancang, memantau / menetapkan pemenuhan
prosedur pemancangan dan mengevaluasi hasil pemancangan.

 Pekerjaan Pondasi Sumuran, yang meliputi pekerjaan persiapan


lapangan berdasarkan Gambar Kerja, penggalian sumuran dengan
menggunakan peralatan berat atau tanpa peralatan berat, pengecoran sumuran,
memantau / menetapkan pemenuhan prosedur pembuatan pondasi sumuran dan
mengevaluasi hasilnya.

2.2.2 TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PEKERJAAN


BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan bertanggung jawab dalam memimpin


kelompok kerja untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan di lapangan
pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan bangunan bawah jembatan (beton)
mencakup kegiatan-kegiatan sebagaimana tersebut di bawah ini sesuai syarat-syarat
teknis yang ditentukan:

 Pekerjan Perancah, yang meliputi


pekerjaan:
o Membuat perancah sesuai dengan hasil rancangan / Gambar Kerja.
o Memasang acuan struktur sesuai kepentingannya.
 Pekerjaan Baja Tulangan, yang meliputi
pekerjaan:
o Membentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan dimensi
berdasarkan
Gambar Kerja.
o Memasang baja tulangan sesuai Gambar Kerja, lengkap dengan ganjal
untuk selimut beton.

 Pekerjaan Beton, yang meliputi


pekerjaan:
o Pengendalian penerimaan campuran beton termasuk mengecek mutunya.
o Pengecoran beton dengan memperhatikan kondisi cuaca,
temperatur, kelembaban dsb. serta penggunaan bahan tambah (additive /
admixture) yang dianjurkan.
o Pemadatan beton dengan menggunakan alat pemadat (vibrator),
dengan memperhatikan waktu pemadatan.
o Pengambilan sampel beton.
o Penyelesaian akhir permukaan beton.
o Perawatan (curing) beton (waktu dimulainya perawatan, lamanya, caranya,
dsb.).
o Pengecoran beton cyclop untuk pondasi.

2.2.3 TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN


ATAS JEMBATAN

Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan bertanggung jawab dalam memimpin


kelompok kerja untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan di lapangan
pekerjaan-pekerjaan pelaksanaanpemasanganbangunanatasjembatandanbangunan
pelengkap mencakup kegiatan-kegiatan sebagaimana tersebut di bawah ini sesuai
syarat- syarat teknis yang ditentukan:

 Pekerjaan Pemasangan Gelagar Beton Prategang, yang meliputi


pekerjaan:
o Persiapan dan penyiapan lapangan.
o Penerimaan dan penyimpanan gelagar beton pracetak di lapangan.
o Perekatan gelagar segmental.
o Pengangkutan gelagar dari tempat penyimpanan ke lokasi pemasangan.
o Penyiapan lokasi untuk pemasangan, metode sesuai kondisi dan situasi
lapangan
(launching, crane,
geser).

 Pekerjaan Pemasangan Gelagar Baja Komposit, yang meliputi


pekerjaan:
o Persiapan dan penyiapan lapangan.
o Penerimaan dan penyimpanan gelagar baja komposit di lapangan.
o Penyambungan baut antar segmen gelagar baja.
o Pemasangan gelagar baja sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan
(crane, launching).

 Pekerjaan Pemasangan Rangka Baja, yang meliputi


pekerjaan :
o Persiapan dan penyiapan lapangan.
o Penerimaan dan penyimpanan komponen rangka baja di lapangan.
o Pemasangan sesuai pedoman / manual pemasangan, yang disesuaikan
dengan kondisi dan situasi lapangan (perancah, kantilever, semi kantilever,
launching).

2.2.4 TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PEKERJAAN PEKERJAAN


JALAN PENDEKAT, BANGUNAN PELENGKAP DAN
PERLENGKAPAN JEMBATAN

Kepala Urusan Metode Pelaksanaan Jembatan bertanggung jawab dalam memimpin


kelompok kerja untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan di lapangan
pekerjaan-pekerjaan pelaksanaanjalanpendekat(opritjembatan)danpasanganbatu/
bronjong mencakup kegiatan-kegiatan sebagaimana tersebut di bawah ini sesuai
syarat- syarat teknis yang ditentukan:

 Pekerjaan jalan pendekat (oprit jembatan), merupakan pekerjaan yang


memerlukan pengetahuan pelaksanaan pemadatan subgrade yang memadai agar
pelaksanaan lapis-lapis perkerasan di atasnya yang nantinya membentuk
oprit jembatan mempunyai daya pikul yang cukup untuk menahan beban
kendaraan yang lewat di atasnya. Jadi dalam skala kecil, ahli struktur njembatan
juga perlu mengetahui bagaimana membuat jalan oprit yang kualitasnya baik agar
jangan sampai terjadi jembatnannya sendiri sangat kokoh akan tetapi opritnya
cepat rusak.

 Pekerjaan Pasangan Batu, yang


meliputi:
o Persiapan dan penyiapan lapangan.
o Pemilihan jenis batu yang sesuai dengan Spesifikasi.
o Penyiapan lokasi untuk pemasangan batu.
o Pemasangan batu dengan adukan atau pemasangan batu kosong.

 Pekerjaan Pemasangan Bronjong, yang


meliputi:
o Persiapan lapangan.
o Penyiapan lokasi untuk pemasangan bronjong.
o Pemasangan kawat bronjong, mulai dari persiapan sampai dengan siap
untuk diisi batu.
o Pemilihan jenis batu yang dapat digunakan untuk isian
bronjong.
o Pengikatan, pengangkuran dan penyambungan antar
bronjong.
o Pembentukan permukaan bronjong yang rata dan
rapih.

2.3 LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Laporan pelaksanaan pekerjaan disiapkan dalam bentuk laporan harian,


laporan mingguan, laporan bulanan

2.3.1 LAPORAN HARIAN / BUKU HARIAN

 Laporan harian dibuat untuk mengetahui semua kegiatan yang dilakukan


oleh kontraktor dari hari ke hari, sehingga terpantau secara keseluruhannya.

 Kontraktor mempunyai kewajiban untuk membuat dan menyimpan buku harian


yang berisi hal-hal sebagai berikut, dan harus diperiksa oleh inspektor dan
disetujui oleh pengawas utama (Site Engineer)

- Hari dan
tanggal
- Lokasi
kegiatan
- Jenis
pekerjaan
- Waktu mulai dan
selesai
- Kuantitas dan macam bahan yang ada
dilapangan
- Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan/atau
keterampilan dan jam kerja hari tersebut.
- Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia serta jam
operasinya
- Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk
peralatan
- Taksiran kuantitas pekerjaan yang
dilaksanakan
- Jenis dan uraian pekerjaan yang
dilaksanakan
- Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.
- Catatan–catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan perubahan
disain, gambar kerja (‘shop drawing’) spesifikasi dan lain-lain.

Buku harian dibuat dalam 4 (empat) rangkap dan ditandatangani oleh


kontraktor, diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik dan diketahui oleh
Pimpro/Pejabat lapangan.
 Buku Harian Engineer atau ‘Engineer Daily Report’

Laporan ini dibuat /dilaporkan oleh personil inti (‘key personnel’), mulai dari
inspektor,
‘engineer’ (‘Engineer Representative), pemimpin
proyek. Dalam laporan ini dicatat :
- Hari dan tanggal
- Keadaan cuaca
- Aktivitas kegiatan pada hari itu, termasuk instruksi-instruksi dan tindakan
turun tangan dari kontraktor.
- Kegiatan pekerjaan kontraktor di lapangan
- Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
- Diskusi-diskusi dengan kontraktor yang dianggap penting
- Tamu-tamu resmi yang mengadakan inspeksi ke proyek
- Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya.
- Jam mulai dan selesainya operasi hari itu dari personil dan peralatan
- Kedatangan dan pemindahan peralatan
- Kemajuan survei (‘staking out’) dari pekerjaan
- Dan lain-lain

Laporan tugas inspektor lebih rinci sesuai lingkup tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.

Laporan pemimpin proyek atau ‘site engineer’ secara umum serta semua laporan
harian
lainnya tersebut merupakan arsip permanen dalam menyelesaikan proyek.

2.3.2 LAPORAN MINGGUAN

 Sejalan dengan Buku Harian, Laporan Mingguan dibuat setiap minggu yang
berisikan rangkuman dari laporan harian dan berintikan jenis dan kemajuan fisik
kumulatif pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal atau kejadian-
kejadian penting yang perlu ditonjolkan .
 Laporan mingguan adalah ringkasan dari laporan harian. Laporan ini
terutama ditujukan kepada atasan proyek sebagai masukan untuk keperluan
pengendalian proyek dari atasannya. Pada laporan juga dilaporkan kemajuan
proyek fisik dan keuangan, masalah-masalah yang dihadapai serta
bagaimana mengatasinya Masalah-masalah yang masih belum selesai
(‘pending’) diusulkan bagaimana menyelesaikannya dan bantuan apa yang
diperlukan.
2.3.3 LAPORAN
BULANAN

 Laporan Bulanan
Kontraktor

Kontraktor juga harus membuat laporan bulanan yang berisikan kemajuan


fisik kumulatif bulanan dari laporan mingguan dan hal-hal serta kejadian-kejadian
penting yang timbul dalam bulan bersangkutan yang nantinya akan dijadikan
sebagai dasar dalam perhitungan yang tercantum di dalam Berita Acara untuk
Tagihan Pembayaran Bulanan atau ‘Termijn’.
Laporan tersebut harus diperiksa oleh Inspektor dan disetujui oleh Site
Engineer. Secara ringkas laporan bulanan memuat setidak-tidaknya :
- Data teknis singkat
proyek
- Peta lokasi
proyek
- Nilai kontrak asal dan ‘addendum’
terakhir
- Kemajuan proyek secara fisik dan keuangan, dibanding dengan
jadwal pelaksanaan (‘behind atau ahead of schedule’)
- Hambatan-hambatan yang dialami proyek dan usaha-usaha
mengatasinya
- Kecelakaan yang terjadi di proyek dengan uraian singkat terjadinya
kecelakaan, kerugian material dan jiwa (luka / meninggal) serta diderita pihak
mana
- Sertifikat bulanan untuk pembayaran
bulanan
- Keadaan cuaca pada umumnya serta sampai seberapa jauh keadaan
operasi proyek tersebut dipengaruhi.

 Laporan Bulanan
inspektor
Selain memuat laporan hasil supervisi pekerjaan kontraktor, juga Laporan
Bulanan harus memuat laporan tentang kegiatan konsultan yang memuat
setidak-tidaknya hal- hal sebagai berikut :

- Kegiatan
Kontraktor
o Data-data proyek
o Peta / lokasi Proyek
o Peralatan milik Kontraktor
o Personil Kontraktor
o Setifikat Pembayaran Bulanan
o Kemajuan Pekerjaan tiap-tiap Kegiatan
o Kedudukan / status dari Pekerjaan Tambah / Kurang
o Kumpulan dari Tagihan-tagihan Kontraktor
o Penjelasan Mengenai Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan
o Gambar Kemajuan Pekerjaan
o Pencatatan Curah Hujan
o Laporan Mengenai Pekerjaan Tambah / Kurang dan Perubahan
(‘Change
O
rd
er
’)
o Laporan-laporan khusus
o Foto-foto

- Kegiatan
Konsultan
o Daftar Personil Konsultan
o Kendaraan
o Perumahan dan Kantor
o Penjelasan Mengenai Kegiatan Tim Supervisi
o Jadwal Pembayaran Supervisi
o Jadwal dan Kemajuan Bulanan untuk tiap-tiap Posisi Tugas
o Laporan Pembayaran Kepada Tim Supervisi
o Dll.

2.3.4 LAPORAN
PROYEK

 Laporan Triwulanan

Pada tiap akhir triwulan tahun anggaran, Inspektor/pengawas bersama


konsultan harus menyiapkan dan menyerahkan kepada Pemimpin proyek laporan
triwulan yang berisi evaluasi kejadian-kejadian penting selama triwulan yang
bersangkutan. Laporan triwulan yang dibuat oleh konsultan tersebut
merupakan ringkasan laporan bulanan dan dibuat dengan referensi laporan
harian dan laporan mingguan yang dibuat oleh kontraktor.
Pimpinan proyek harus membuat laporan triwulan sesuai dengan yang dituntut
dalam

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-


DIK/DIP dan Keppres No. 80/2003, Pasal 47
Ayat (2)
Pimpinan proyek menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan proyek
selambat- lambatnya dua minggu setelah berakhirnya triwulan yang
bersangkutan kepada :
- Atasan Langsung pada Lembaga yang
bersangkutan
- Instansi
terkait

 Laporan Khusus

Konsultan harus membuat dan menyerahkan kepada Pemimpin Proyek suatu


laporan khusus atas kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti :
- Persoalan-persoalan penting mengenai kondisi tanah, antara lain
longsoran dan erosi karena banjir

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) II-


- Perpanjangan waktu
pelaksanaan
- Penyimpangan terhadap
spesifikasi
- Hal-hal lain yang dianggap
perlu

 Laporan Akhir
Proyek

Bersama dengan ‘Gambar terlaksana’, ‘Konsultan/R.E’ diwajibkan membuat


laporan akhir proyek sebagai hasil penyelenggaraan proyek dari awal mula
terjadinya proyek sampai dengan proyek selesai.

- Isi Laporan antara


lain :
o Sejarah proyek
o Lingkup proyek
o Proses pembebasan tanah dan luas ruang milik jalan yang telah
dibebaskan serta lahan-lahan lainya yang telah dibebaskan untuk
keperluan proyek
o Peta lokasi proyek
o Uraian secara teknis pelaksanaan secara fisik proyek, hambatan-
hambatan yang ada dan cara mengatasinya
o Laporan sehubungan dengan analisa dampak lingkungan
o Petunjuk cara pemeliharaan yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam pemeliharaan, misalnya daerah yang tanahnya lunak (‘soft soil’)
yang diperkirakan akan adanya penurunan (‘settlement’) di kemudian hari
o Laporan atas terjadinya kecelakaan dan korban-korban yang bersangkutan

- Laporan tersebut hendaknya dilampiri


dengan :
o Gambar terlaksana (as-built drawings)
o Buku inventaris dan barang kekayaan milik Negara yang menjadi
kekayaan proyek
o Berita Acara Serah Terima Sementara )’Provisional Hand Over’) dan
Serah
Terima Akhir(‘Final Hand Over’)
o Tenaga inti proyek, masing-masing 3 unsur dalam proyek: ‘Employer’
(Pimpro,
‘Engineer’ ( Konsultan Supervisi ) dan Kontraktor
o Dokumen Keuangan (‘Audit’), Penggunaan Anggaran

Laporan akhir proyek tersebut, 1 ‘copy’ lengkap disimpan di “arsip jalan” untuk
bahan
Pembina jalan dalam rangka pembinaan jaringan jalan
selanjutnya.

- Catatan –
catatan
o Buku Perintah Teknik
Untuk keperluan pengaturan pekerjaan, Direksi Teknik dapat
menginstruksikan kepada kontraktor secara tertulis menggunakan surat
biasa atau buku harian atau melalui buku Perintah Direksi
o Untuk mendapatkan data curah hujan yang akurat, bila dipandang
perlu di
‘Base Camp’ atau lokasi pekerjaan dapat ditempatkan alat pengukur
curah hujan (‘Rain Gauge’)
o Untuk mencegah timbulnya perbedaan pendapat dengan pihak
kontraktor, agar diperhatikan oleh aparat Pemimpin Proyek, bahwa
sebelum menandatangani semua laporan yang dibuat oleh Kontraktor,
agar meneliti dengan cermat kebenaran laporan tersebut.

 Laporan agar tersimpan rapih dan setiap berkas agar tersusun secara teratur
sesuai dengan tanggal dan bulan laporan yang apabila setiap saat diperlukan
dapat dicari dengan mudah.

 Untuk merekam dan mendukung pelaksanaan proyek, pimpro supaya membuat


arsip khusus dokumentasi yang berupa album-album foto

 Foto pelaksanaan pekerjaan baik pada saat sebelum pelaksanaan, pada


saat pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan pekerjaan. Pengambilan foto
tersebut dilakukan dari satu titik / posisi pengambilan yang tetap.

Daftar simak buku harian dan laporan dapat dilihat pada Tabel berikut.
PROYEK :

……………………………………….. PROPINSI

:………………………………………..

TABE
L B-1
DAFTAR
SIMAK
BUKU HARIAN DAN
LAPORAN

No
1. Buku harian / Laporan Harian telah dibuat oleh kontraktor sesuai dengan ya

2. Buku Harian / Laporan Harian telah diperiksa dan disetujui oleh Dir
dan diketahui oleh Pimpro / Pejabat
Lapangan dan telah didistribusikan sesuai dengan ketentuan

3. Laporan MIngguan telah dibuat oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan


disampaikan setiap minggu

4. Kontraktor telah membuat laporan bulanan sesuai ketentuan dalam doku

5. Buku Laporan Direksi Teknik telah tersedia di kantor lapangan / ba

6. Alat pengukur curah hujan telah terpasang di ‘Base Camp’ / Lokasi Pekerja

7. Laporan-laporan yang telah dibuat tersimpan dengan rapi, tersus


teratur sesuai tanggal dan bulan laporan

8. Proyek melaksanakan dokumen berupa foto-foto pelaksanaan saat sebel

………………………………….200
…………….
Yang mengisi Daftar Simak
………………………………

…………………………………..
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab VI: Koordinasi Pelaksanaan
Seluruh Pekerjaan

BAB VI KOORDINASI
PELAKSANAAN
PEKERJAAN

6.1 PENGERTIAN TENTANG KOORDINASI

 Koordinasi adalah usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan


kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang
bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi, untuk mencapai tujuannya.

 Untuk membantu tercapainya koordinasi diperlukan adanya komunikasi


administrasi yang disebut sebagai hubungan kerja.

 Dengan demikian koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian


yang saling kait mengait, karena koordinasi hanya dapat dicapai dengan sebaik-
baiknya dengan melakukan hubungan kerja yang efektif.

6.1.1 CIRI-CIRI KOORDINASI

 Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi
adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan. Dikatakan bahwa
pimpinan berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik.

 Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena


kerjasama merupakan syarat mutlak untuk terselenggarakannya koordinasi
dengan sebaik- baiknya.

 Koordinasi adalah proses yang terus menerus. Artinya suatu proses yang
bersifat kesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.

 Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan


karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok, bukan

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) VI-1


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Bab VI: Koordinasi Pelaksanaan
Seluruh Pekerjaan

terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di


dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

 Konsep kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi.


Hal ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-tindakan
dari setiap tindakan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam
mencapai hasil bersama.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) VI-2


 Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan usaha/tindakan
meminta kesadaran /pengertian kepada semua individu agar ikut serta
melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok di mana mereka bekerja.

6.1.2 HAKIKAT KOORDINASI

 Koordinasi adalah akibat logis daripada adanya prinsip pembagian habis


tugas, di mana setiap satuan kerja (unit), hanyalah melaksanakan sebagian
tugas pokok organisasi secara keseluruhan.

 Koordinasi timbul karena adanya prinsip fungsionalisasi, di mana setiap satuan


kerja
(unit) hanyalah melaksanakan sebagian fungsi dalam suatu organisasi.

 Koordinasi juga akibat adanya span of control, di mana pimpinan wajib


membina, membimbing, mengarahkan dan mengendalikan berbagai
kegiatan/usaha yang dilakukan sejumlah bawahan, di bawah wewenang dan
tanggung jawabnya.

 Koordinasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang besar dan


kompeks di mana berbagai fungsi dan kegiatan harus dilakukan oleh berbagai
satuan kerja (unit) yang harus dilakukan secara terpadu dan simultan.

 Koordinasi juga sangat diperlukan dalam suatu organisasi yang dibentuk


berdasarkan atas prinsip jalur lini dan staf, karena kelemahan yang pokok dalam
bentuk organisasi ini adalah masalah koordinasi.

 Koordinasi hanya dapat berhasil dengan bantuan sarana komunikasi yang


baik.Oleh karena itu komunikasi administrasi yang disebut hubungan kerja
memegang peranan yang sangat penting bagi tercapainya koordinasi.

 Pada hakekatnya koordinasi adalah perwujudan dari kerjasama, saling


bantu- membantu dan menghargai atau menghayati tugas dan fungsi serta
tanggung jawab masing-masing. Hal ini disebabkan karena setiap setiap satuan
kerja dalam melaksanakan kegiatannya tergantung atas bantuan satuan kerja
yang lain. Jadi adanya saling ketergantungan atau interdependensi inilah yang
mendorong diperlukan adanya kerjasama.

6.1.3 FUNGSI KOORDINASI

 Koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan. Sebagai fungsi organik dari
pimpinan, koordinasi memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan fungsi-fungsi
lainnya seperti perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi,
pengawasan dan sebagainya.
 Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur
kerja dari berbagai komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur
kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan
menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antar sesama
komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama
diantara komponen-komponen tersebut.

 Koordinasi adalah merupakan usaha yang mengarahkan dan menyatukan


kegiatan dari satuan kerja organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai
kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuannya. Jelasnya koordinasi
mengandung makna adanya integrasi, dan dilakukan secara serasi dan simultan
dari seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi. Hal in i sesuai dengan
prinsip : koordinasi, integrasi dan koordinasi.

6.1.4 METODE DAN TEKNIK KOORDINASI

Metode dan teknik yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi dapat
dibagi atas :
 Koordinasi melalui kewenangan
 Koordinasi melalui konsensus
 Koordinasi melalui pedoman kerja
 Koordinasi melalui suatu forum
 Koordinasi melalui konferensi

a. Koordinasi melalui kewenangan

Beberapa pendapat mengatakan bahwa penggunaan wewenang merupakan


salah satu cara untuk menjamin terlaksananya koordinasi dengan baik. Hal
ini mungkin benar apabila organisasi tersebut bersifat seragam atau yang disebut
integrated type. Dalam organisasi yang demikian itu koordinasi melalui
kewenangan dapat dijalankan secara efektif. Akan tetapi dalam kenyataannya
organisasi yang betul-betul seragam jarang ditemukan. Adapun yang banyak
ditemukan adalah organisasi yang bersifat heterogen atau disebut holding
company type, yaitu suatu organisasi yang mempunyai keanekaragaman
jenis dan fungsi, yang dapat diidentifikasikan pada struktur organisasinya. Dalam
organisasi yang demikian itu perlu dilakukan adanya integrasi dari seluruh jenis
dan fungsi-fungsi yang ada, karena setiap jenis dan fungsi hanyalah merupakan
sub sistem dari seluruh sistem pelaksanaan tugas pokok organisasi secara
keseluruhan.
b. Koordinasi melalui konsensus

Ada 3 (tiga) pilihan yang ada pada koordinasi melalui konsensus, yaitu konsensus
melalui motivasi, konsensus melalui sistem timbal balik dan konsensus
melalui ide. Para ahli berpendapat bahwa motivasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan usaha-usaha koordinasi, terutama dalamm
organisasi besar dan kompleks yang mempunyai jenis dan fungsi yang beraneka
ragam. Pada konsensus melalui sistem timbal balik, terdapat ciri-ciri
keseimbangan antara tuntutan organisasi (tercapainya koordinasi) dan tuntutan
individual baik yang bersifat material maupun yang bersifat non material.
Sedangkan pada konsensus melalui ide, setiap orang yang bekerja dalam
organisasi berusaha mengidentifikasikan dirinya dalam keanekaragaman
tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi.

c. Koordinasi melalui Pedoman Kerja

Pada metode ini pedoman kerja dijadikan landasan berpijak dan bertindak bagi
setiap kegiatan, sehingga dapat diharapkan terselenggarakannya koordinasi
dengan cara yang sebaik-baiknya. Pedoman kerja dalam hal ini merupakan
sarana pengikat dan pengarah berbagai kegiatan yang saling berkaitan, sehingga
koordinasi dapat diharapkan berjalan dengan sebaik-baiknya.

d. Koordinasi melalui forum

Pada metode ini koordinasi dilakukan dengan menggunakan suatu wadah


tertentu (wahana) yang dapat dipergunakan sebagai cara mengadakan tukar-
menukar informasi, mengadakan konsultasi, mengadakan kerjasama dalam
pemecahan suatu masalah dan pengambilan keputusan bersama dalam
pelaksanaan tugas bersama. Contoh wahana dimaksud adalah : Tim Kerja,
panitia, Satuan Tugas, dapat bersifat internal organisasi ataupun bersifat
eksternal organisasi.

e. Koordinasi melalui konferensi


Pada meode ini koordinasi diartikan dengan rapat-rapat atau sidang-sidang yang
dilakukan baik pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana. Rapat-rapat
atau sidang-sidang tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam
pengintegrasian seluruh fungsi yang ada dalam organisasi. Pertanyaannya
sekarang ialah, siapa yang harus memprakarsai konferensi yng demikian itu ?
Tentunya pimpinan yang bertanggungjawab dalam penyelesaian pelaksanaan
tugas-tugas organisasi.
6.1.5 JENIS-JENIS KOORDINASI

Berdasarkan hubungan kerja antara yang mengkoordinasikan dan yang


dikoordinasikan, ada 2 (dua) jenis koordinasi yaitu koordinasi intern dan koordinasi
ekstern.

a. Koordinasi intern

Koordinasi internal terdiri atas koordinasi vertikal, koordinasi horizontal dan


koordinasi diagonal

o Koordinasi vertikal atau koordinasi struktural

Pada koordinasi jenis ini antara yang mengkoordinasikan dan yang


dikoordinasikan terdapat hubungan hirarkhis, karena satu dengan yang
lainnya berada pada satu garis komando.

o Koordinasi horizontal (merupakan koordinasi fungsional)

Pada koordinasi jenis ini antara yang mengkoordinasikan dan yang


dikoordinasikan mempunyai kedudukan yang setingkat. Menurut tugas dan
fungsinya, keduanya mempunyai kaitan satu dengan yang lainnya sehingga
perlun dikoordinasi.

o Koordinasi diagonal (merupakan koordinasi fungsional)

Pada koordinasi jenis ini yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan


yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikoordinasikan, tapi satu
dengan yang lainnya tidak berada pada satu garis komando.

b. Koordinasi ekstern

Koordinasi ekstern termasuk koordinasi fungsional, bisa bersifat horizontal


dan diagonal

o Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal


Pada koordinasi jenis ini antara yang mengkoordinasikan dan yang
dikoordinasikan mempunyai kedudukan yang setingkat, akan tetapi satu sama
lain tidak berada pada satu unit organisasi yang sama.

o Koordinasi ekstern yang bersifat diagonal

Pada koordinasi jenis ini yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan


yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikoordinasikan, tapi satu
dengan yang lainnya tidak berada pada satu unit organisasi yang sama.
6.2 KOORDINASI DENGAN KONSULTAN
SUPERVISI

Untuk dapat menjelaskan bagaimana koordinasi antara structure engineer of bridge


construction dengan konsultan supervisi, perlu dikenali lebih dahulu struktur
organisasi masing-masing agar dapat diketahui dimana posisi masing-masing di
dalam melakukan hubungan kerja.

Berikut ini adalah tipikal organisasi pelaksana (kontraktor) dan konsultan


supervisi :

TIPIKAL ORGANISASI PELAKSANA PROYEK

K
E
P
A
L
A

P
R
O
Y
E
K

MANAJER MANAJER
PERALATAN/ LAPANGAN
LOGISTIK

MEKANIK

PELAKSANA PELAKSANA
…………….. ??? …………….. ???

KEPALA
MANDOR

J
U
R
U

U
K
U
R

TUKANG TUKANG T
/ / U
PEKERJ PEKERJ K
A A A
N
G
/
P
E
K
E
R
J
A

Catatan : KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

Gambar 6.1 – Bagan Alir Tipikal Organisasi Pelaksana Proyek

Pada tipikal organisasi pelaksana di atas, structure engineer of bridge construction


berada pada level ke-3, dimana level ke-1 adalah Kepala Proyek sedangkan level
ke-2 adalah para manajer lapangan. Ditinjau dari segi kualifikasi keahlian, level ke-3
ini sama dengan Ahli Muda, level ke-2 sama dengan Ahli Madya sedangkan level ke-
1 sama dengan Ahli Utama.
TIPIKAL
ORGANISASI

Struktur Organisasi Pengawasan


Konstruksi
Engineer's
Representative
Core Team, Provincial Teams dan Field Supervision
Teams
(Contoh : Proyek
Pemerintah)
Core Team

T
e
a
m
L
e
a
d
e
r

Co
- Team
Leader

Quantity Highwa Bridge


Surveyor y Engineer
Engine
er

Provincial Teams

Province : A Province : C
P rovince : B

Chief Super- vision Engineer Chief


Super-
vision
Engineer
Pavement & Mate
Pavemen Pavemen
t& t&
Material Geotechnical Material
Eng. Engineer Eng.

Bridge
Engineer
Field Supervison Teams

Field Supervision Field Supervision Field Supervision


Teams Teams (Province Teams
(Province A) B) (Province C)

Gambar 6.2 – Bagan Alir Tipikal Organisasi Pengawasan


Konstruksi

Pada tipikal di atas, di kelompok Core Team, Team Leader ada pada level ke-1, Co
Team Leader ada pada level ke-2, sedangkan Quantity Surveyor, Highway Engineer
dan Bridge Engineer juga ada pada level ke-2.
Pada kelompok provincial team, Chief Supervision Team ada pada level ke-1,
sedangkan
Pavement Engineer, Geotechnical Engineer maupun Bridge Engineer ada pada
level ke-
2. Selanjutnya untuk Field Supervision Team, lihat contoh tipikal struktur
organisasi sebagai berikut :
TIPICAL FIELD SUPERVISION TEAM

S
i
t
e
En
gin
eer

Quantity Bridg Quality


Engineer e Engineer
Engine
er

Inspector
(A)

Gambar 6.3 – Bagan Alir Tipikal Organisasi Field Supervision Team

Pada tipikal di atas, Site Engineer ada pada level ke-2, sedangkan Quantity
Engineer, Bridge Engineer, dan Quality Engineer ada pada level ke-3. Selebihnya
ada pada level ke-4.

Berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan jenis hubungan koordinasi yang dapat
dilakukan oleh structure engineer of bridge construction dengan konsultan supervisi
:

YANG MENGKOORDINASIKAN
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Site Engineer dari Field
Supervision Team
Bridge Engineer dari Provincial
Team
Bridge Engineer dari Provincial
Team
Chief Supervision Team dari
Provincial Team
6.3 KOORDINASI DALAM INTERNAL UNIT

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah dijelaskan dalam butir 5.1 dan 5.2,
maka menjelaskan butir 5.3 dapat menjadi lebih mudah.

Tabel berikut dapat mengetengahkan jenis koordinasi internal antara unit-unit


kerja yang ada di organisasi pelaksana proyek (kontraktor) :

YANG MENGKOORDINASIKAN
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction
Structure Engineer of Bridge
Construction

Kepala Proyek

Manajer Peralatan/Logisti

Manajer Admninistrasi

Manajer Teknik

Manajer Lapangan
Manajer Quality Assurance
STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Rangkuman

RANGKUM
AN

TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab ahli struktur Pelaksanaan jembatan jembatan harus mencakup


jenis- jenis pekerjaan sebagai berikut :
 Penyiapan sumber daya
 Survey lapangan dan pengujian tanah & material
 Pelaksanaan struktur jembatan
 Perencanaan/pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan kerja dan
pemantauan lingkungan

Dan kegiatan-kegiatan dalam Pelaksanaan struktur jembatan mencakup :


 Penyiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan
 Penyiapan gambar kerja
 Metode pelaksanaan jembatan

Dari pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, penyiapan


sumber daya, survey lapangan, pengujian tanah & material, penyiapan jadwal
pelaksanaan pekerjaan, penyiapan gambar kerja dan perencanaan/pelaksanaan
keselamatan, kesehatan kerja dan pemantauan lingkungan diberikan dalam
modul tersendiri di luar cakupan modul metode pelaksanaan jembatan. Selain itu
untuk menambah wawasan tentang peraturann perundang-undangan yang minimal
harus diketahui oleh Structure Engineer of Bridge Construction, juga ditambahkan
untuk modul keselamatan kerja, kesehatan kerja dan pemantauan lingkungan bahan
berupa Undang-undang Jasa Konstruksi.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) R-1


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Rangkuman

METODE PELAKSANAAN, PENGGUNAAN ALAT, BAHAN


DAN TENAGA KERJA

Salah satu pekerjaan yang terpenting dalam pembuatan jembatan adalah


membangun pondasi-pondasi yang kuat, suatu pekerjaan yang memerlukan
perhatian khusus pada tiap tahapan pekerjaan pondasi sebuah jembatan. Semua
langkah pencegahan harus diambil pada saat pelaksanaan, supaya tidak timbul
kesalahan pada umur pelayanan jembatan. Harus diingat bahwa sekali jembatan
dibuka untuk lalu-lintas umum, perbaikan atau perkekuatan pondasi sulit
dilaksanakan.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) R-2


Kesalahan yang harus dihindari
termasuk:

 pemancangan tiang pancang geser (friction piles) pada kedalaman yang


kurang;
 pemancangan tiang secara berlebihan pada
batuan;
 penggunaan tenaga pemancangan berlebih pada waktu menembus tanah
yang relatif lunak, akan mengakibatkan retaknya tiang beton;
 kerusakan terhadap tiang beton yang disebabkan penanganan, penempatan
dan pemancangan yang salah;
 karatnya tiang baja tanpa perlindungan disebabkan oleh air tanah yang agresif
atau keadaan tanah itu sendiri;
 karat pada tulangan disebabkan kurangnya selimut
beton;
 ketidak stabilan pada pilar atau kepala lembatan disebabkan oleh air
berkecepatan tinggi yang mengikis material disekitar pilar atau telapak pondasi;
 terdapat bagian beton yang lemah pada waktu pelaksanaan atau bahan asing
yang terdapat pada waktu pencetakan tiang setempat (in-situ);
 kelalaian dalam perawatan perlindungan pada tiang kayu yang dapat dimakan
rayap dan serangga air;
 penggeseran pondasi akibat pergerakan
tanah;
 penurunan atau perputaran pondasi langsung disebabkan kurangnya daya
dukung atau kurangnya pembuangan material lepas atau material tidak sesuai;
 keruntuhan dari tiang yang disebabkan tekanan negatif (down-drag) akibat
penurunan timbunan di belakang kepala jembatan;
 keruntuhan oleh tersumbatnya sambungan muai oleh bahan asing, atau
kerusakan (failure) dari landasan jembatan, menyebabkan tegangan yang
berlebihan (over stress) dalam bangunan bawah.
Bangunan bawah jembatan pada umumnya dibuat dari beton, untuk mengurangi
pemeliharaan dan perbaikan beton pada tahun-tahun permulaan umur
jembatan diperlukan kualitas pelaksanaan pekerjaan beton yang secara
teknis memenuhi ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan, seperti mencakup
produksi beton untuk pekerjaan bangunan bawah, dengan menggunakan desain
campuran yang sesuai, dan dengan mempertimbangkan pengangkutan adonan
beton ke lokasi pekerjaan.

Campuran beton harus direncanakan untuk mendapatkan kombinasi yang paling


ekonomis dan praktis dari material yang tersedia agar dapat menghasilkan
kemampuan pengerjaan (workability) yang baik dalam pembuatan beton baru, dan
memenuhi sifat- sifat yang disyaratkan pada beton.
Proses merencana campuran beton dimulai dari dipelajarinya Spesifikasi Teknik
hingga pelaksanaan produksi beton dengan kualitas yang disyaratkan pada
pekerjaan.

Semua cara desain campuran, meskipun dalam batas tertentu tergantung pada
pertimbangan teoritis, namun berasal dari informasi empiris. Semua desain
campuran pada dasarnya mengikuti prosedur yang sama meskipun kelihatan rumit
atau berbeda. Tanpa melihat cara yang dipergunakan, campuran percobaan yang
pertama biasanya akan memerlukan beberapa modifikasi.

Ada sejumlah cara berbeda yang digunakan untuk desain campuran. Kebanyakan
dari cara-cara tersebut serupa dan menghasilkan beton yang memuaskan.

Sebelum suatu campuran yang diusulkan oleh Kontraktor dapat disetujui, kekuatan
tekan dan penyusutan pada 28 hari akan diperiksa dari campuran percobaan.

Minimum 20 benda uji harus dibuat dengan maksud memastikan kekuatan


tekan campuran percobaan.

Dalam hal keadaan darurat atau untuk campuran yang mengandung bahan
tambahan atau dirawat uap. Engineer dapat memberikan persetujuan bersyarat
berdasarkan pengujian pada umur lebih awal daripada 28 hari, tetapi pengujian pada
umur 28 hari harus menjadi dasar persetujuan akhir.

Setelah Engineer setuju dengan penggunaan desain campuran tertentu untuk


suatu kelas beton, campuran ini dapat digunakan di dalam pekerjaan. Dalam hal
terdapat perubahan sifat-sifat atau sumber dari material atau pada proporsi
relatifnya. Engineer dapat menginstruksikan perubahan dalam proporsi material
serta pengujian lebih lanjut.

Oleh karena keterlambatan pengambilan data mengenai kekuatan tekan, mungkin


perlu menggunakan cara-cara perawatan dan pengujian yang dipercepat.
Untuk menentukan perlu tidaknya penyesuaian campuran pada waktu
berlangsungnya pekerjaan, maka suatu pemeriksaan statistik dapat dibuat
mengenai kekuatan tekan beton, dengan menggunakan hasil pengujian 28 hari
berturut-turut yang mewakili beton yang dipakai dalam pekerjaan, dan membuat
pemeriksaan terpisah dari tiap campuran.

Untuk setiap kelas beton yang berbeda, campuran beton dan cara produksinya
akan dianggap memuaskan jika persyaratan berikut dipenuhi:

(i) Tidak boleh lebih dari satu buah benda uji dari dua puluh (20) buah
benda uji secara berurutan pada suatu kelompok mempunyai kekuatan tekan
pada 28 hari kurang dari Kekuatan Karakteristik untuk kelas beton itu.
(ii) Rata-rata dari kekuatan tekan pada 28 hari dari empat (4) buah benda uji
yang berurutan tidak kurang dari Kekuatan Karakteristik untuk kelas beton itu
ditambah
0,82 kali deviasi standar yang terdefinisi di bawah.

(iii) Perbedaan dari nilai kekuatan tekan pada 28 hari di antara nilai tertinggi
dan terendah dari empat (4) benda uji berurutan akan kurang dari 4,3 kali
deviasi standar yang terdefinisi di bawah.

Sebelum batching dimulai, drum pengaduk harus dibasahi dengan air bersih dan
semua air sisa dibuang. Sebelum menuangi pengaduk dengan batch pertama
dengan bahan beton, pengaduk harus dibilas dengan campuran yang sesuai dari
agregat halus, semen dan air, dicampur untuk waktu minimum 2 menit dan cairan
tersebut dibuang. Semua cairan tersebut dan air pembersih harus dibuang
seluruhnya dari pengaduk sebelum dimasukan bahan beton. Ini akan menjamin
bahwa pasta semen dari batch menjadi bagian dari beton dan tidak akan
menempel pada dinding pengaduk yang kering. Agregat, semen dan kuantitas air
yang tepat, dengan memperhitungkan untuk kadar air agregat, kemudian
ditambahkan ke drum pengaduk dan diaduk selama waktu yang ditentukan.

Untuk menyimpan catatan yang baik mengenai semua pengadukan beton dan
penggunaannya didalam bangunan. Laporan pemeriksaan batch dan mixing plant
harus membenarkan dan mendokumentasikan:

 Detail penyimpanan semen dan


agregat
 Kuantitas bahan yang cukup tersedia untuk tiap pengecoran batch kemudian
dilepas untuk pengecoran
 penyesuaian dibuat untuk kadar kelembaban agregat halus dan
kasar
 suhu
material
 waktu pengadukan untuk memastikan bahwa persyaratan keseragaman
dipenuhi
 pemakaian air total dibandingkan dengan yang diperbolehkan,
untuk mempertahankan rasio air-semen yang disyaratkan.

Pengendalian pengujian beton pada saat berlangsungnya proyek adalah suatu hal
yang relatif sederhana. Konsultan Supervisi harus memastikan bahwa selalu dibuat
catatan- catatan mengenai material yang dipakai, operasi batching, sifat-sifat beton
baru, pengecoran dan perawatan beton dan kekuatan tekan dari spesimen uji yang
diambil.

Keseluruhan keterangan ini akan membentuk gambaran yang lengkap


mengenai produksi beton pada suatu periode waktu. Spesifikasi Teknik akan
memberikan batas- batas pengendalian untuk penerimaan dan penolakan., tetapi
Konsultan Supervisi harus dapat menentukan kecenderungan penurunan kualitas
sebelum terjadi kemungkinan
penolakan mutlak. Jika pengujian agregat dan pemeriksaan batch dilakukan secara
teratur, dapat dibuat suatu korelasi antara kekuatan sekitar 7 hari dan sifat-
sifat material. Sebagai tambahan, korelasi yang balk antara kekuatan beton pada
7 dan 28 hari (atau umur lain) dapat diperoleh.

Tipe standar bangunan atas jembatan yang lazim digunakan di Indonesia


bermacam- macam, antara lain :
 Balok T Beton
Bertulang
 Bangunan Atas
Australia
 Bangunan Atas
Belanda
 Bangunan Atas
Inggris
 Bangunan Atas
Belgia
 Bangunan Atas
Austria
 Bangunan Atas
Jepang
 Bangunan Atas
Bailey
 Bangunan Atas Prestressed
Concrete

Jembatan dibedakan berdasarkan kelas sebagai


berikut :
 Jembatan kelas A mempunyai 2 jalur dengan suatu jalan kendaraan yang
lebarnya
7,0 m dengan 1,0 m untuk pejalan kaki pada tiap sisi;
 Jembatan kelas B adalah 2 jalur dengan jalan kendaraan 6,0 m dengan
kerb 0,5 meter pada kedua sisi tetapi tanpa pemisah pejalan kaki;
 Jembatan kelas C mempunyai jalan kendaraan selebar 4,5 m dengan kerb 0,5
meter pada kedua sisinya tetapi tanpa pejalan kaki.

Persoalan perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jembatan gelagar baja,


yaitu :
 Pengencangan
Baut
 Penentuan as
perletakan
 Konstruksi lantai perletakan (bearing plinth) pada pilar dan kepala
jembatan
 Kualitas beton pada pelat
lantai
 Kualitas yang rendah dari beton penahan
lateral
 Penundaan pengecoran beton sampai pemasangan gelagar
diselesaikan
 Penyebab kerusakan komponen-komponen dari penyimpanan dan penanganan
yang kurang baik

Umumnya kontrak pembangunan jembatan termasuk pembangunan konstruksi jalan


pendekat. Ini umumnya dikerjakankan di bagian akhir pelaksanaan kontrak pekerjaan
dan biasanya dilupakan dalam seluruh proses pengendalian mutu. Material yang
digunakan
untuk penimbunan di belakang kepala jembatan bila tidak lempung plastik tinggi
atau batuan sangat kasar, keduanya sulit dipadatkan.

Dalam pekerjaan jembatan yang dimaksudkan dengan bangunan pelengkap dan


perlengkapan adalah antara lain adalah bronjong, turap, fender. Adalah penting
bahwa suatu struktur yang disiapkan untuk memberikan perlindungan terhadap
penggerusan harus diletakkan di bawah batas penggerusan aliran rencana
sungai. Kedalaman ini harus dijelaskan dalam Gambar-gambar tetapi bila tidak,
suatu angka konservatif antara
80 - 100 cm di bawah dasar sungai dapat dipakai. Kemungkinan penggerusan
disekitar ujung bangunan, harus juga dipertimbangkan dan beberapa
perlindungan (pasangan batu kosong, bahan penyaring) perlu dipasang.

konstruksi bronjong dibangun tepat sesuai yang direncanakan dan point-point


berikut harus dicatat/diketahui :
 Pastikan bahwa lipatan bronjong dalam posisi yang benar bila dibentuk, satu
pada ujung akhir tiap panel dan tiap sekat.
 Bilamana melipat box/kotak diusahakan bahwa bagian atas dari keempat
sisi-sisi kotak adalah rata sebelum pemasangan kawat di sudut-sudut atas.
 Gunakanlah ikatan rangkap pada jarak 100 mm untuk pengikatan
kawat.
 Pastikan tanah di bawah bronjong adalah serata mungkin sebelum
dimulainya penempatan batu.
 Letakkan bronjong saling berhadapan dan saling membelakangi sepanjang
suatu baris sehingga pasangan dari penutup permukaan dapat diberi kawat
kebawah dalam satu gerakan (operasi)
 Ikatkan ujung dari bronjong pertama memakai tongkat (tangkai) yang
dimasukkan kedalam tanah melalui kedua ujung-ujungnya.
 Ketinggian dari penjangkaran harus paling sedikit setinggi
bronjong.
 Menjamin bahwa ujung yang bertawanan tetap dibentangkan sampai kotak
telah diisi. Ini dapat dilakukan menggunakan batang baja dan suatu tonggak
ditempelkan pada bronjong di baris bawah.
 Periksa bahwa penjangkaran tidak menarik terpisah karena pemasangan kawat
dari kotak (box).
 Gunakan material pengisi tidak boleh lebih besar daripada 250 mm dan tidak
boleh lebih kecil daripada lubang pada mesh. Bila tidak cukup bahan pengisi dan
ukuran tersebut di atas yang tersedia, gunakan batu-batu yang lebih kecil dalam
bronjong dengan paling tidak 250 mm batuan lebih besar pada setiap permukaan
luarnya.
 Pastikan bahwa batu dibungkus kuat dan rongga udara
diperkecil.
 Bronjong setinggi 1 m memerlukan penguat melintang kawat pada 1/3 dan 2/3
dari ketinggian kotak.
 Pengisi bronjong kira-kira 25 mm atau 50 mm lebih tinggi dari ketinggian
puncak kotak, untuk memungkinkan adanya penurunan.
 Hindari menarik penutup berlebih, pada saat pemasangan kawat penutup.
 Rujukan harus dibuat terhadap buku pegangan pabrik untuk aspek-aspek
konstruksi tertentu sesuai dengan tipe bronjong.

PELAKSANAAN PEKERJAAN SECARA PERIODIK


DAN INVENTARISASI JENIS PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan jembatan mencakup pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
 Pekerjaan pondasi jembatan, mencakup kegiatan-kegiatan :
- Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
- Pekerjaan Pondasi Sumuran
 Pekerjaan bangunan bawah jembatan, mencakup kegiatan-kegiatan :
- Pekerjan Perancah
- Pekerjaan Baja Tulangan
- Pekerjaan Beton
 Pekerjaan bangunan atas jembatan, mencakup kegiatan-kegiatan :
- Pekerjaan Pemasangan Gelagar Beton Prategang
- Pekerjaan Pemasangan Gelagar Baja Komposit
- Pekerjaan Pemasangan Rangka Baja
 Pekerjaan jalan pendekat, bangunan pelengkap dan perlengkapan
jembatan, mencakup kegiatan-kegiatan :
- Pekerjaan jalan pendekat (oprit jembatan)
- Pekerjaan Pasangan Batu
- Pekerjaan Pemasangan Bronjong
Sebelum kita dapat merangkum hasil pelaksanaan setiap pekerjaan, perlu
dipersiapkan penyajian data sebagai berikut :
 Jadwal yang menunjukkan kelompok pekerjaan, jenis-jenis kegiatan pada
masing- masing kelompok mengikuti pay item yang tercantum di dalam
spesifikasi, kapan masing-masing kegiatan dimulai dan kapan direncanakan akan
berakhir;
 Kurva S yang menunjukkan rencana dan realisasi pelaksanaan sesuai item
pekerjaan yang dihitung berdasarkan progres fisik/keuangan bulanan
dibandingkan dengan rencana fisik/keuangan bulanan.

Dengan diketahuinya rencana pelaksanaan untuk setiap kegiatan (kapan dimulai


dan kapan berakhir) dan bobot setiap kegiatan terhadap total biaya proyek, maka
untuk setiap kegiatan dapat dibuat rencana pelaksanaan mingguan. Jadi berarti
dapat dibuat rencana total pelaksanaan mingguan untuk seluruh kegiatan,
diperhitungkan terhadap total proyek, dimulai dari minggu ke-1, minggu ke-2, minggu
ke-3 dan seterusnya sampai dengan minggu terakhir.

Pencatatan progres mingguan basisnya adalah kegiatan atau pay item yang
membentuk suatu pekerjaan. Cara pencatatan seperti ini akan memberikan rekaman
data yang relaitif cukup terinci yaitu bahwa pada suatu jenis pekerjaan akan
terdapat pay item yang kodenya sama, akan tetapi lokasi penggunaannya
berbeda.

Yang perlu dipahami oleh Structure Engineer of Bridge Construction adalah


mengapa yang dijadikan patokan adalah perbandingan antara rencana dengan
progres (fisik atau keuangan) berdasarkan pay item. Ini disebabkan karena basis
pembayaran pekerjaan adalah unit price untuk setiap pay item pekerjaan; pekerjaan
yang dibayar adalah merupakan perkalian antara volume item pekerjaan yang
diterima dikalikan unit price. Progres untuk suatu pay item dinyatakan terlambat
atau tidak, tolok ukurnya adalah progres suatu pay item dibandingkan dengan
rencana pencapaian pay item.

Jenis kegiatan yang progresnya terlambat perlu dilaporkan kepada


atasan langsung. Harus dilakukan upaya-upaya percepatan pelaksanaan agar
keterlambatan pekerjaan tidak mencapai suatu kondisi yang mengharuskan
kontraktor mempertanggungjawabkan keterlambatannya dalam Show Cause
Meeting.
JADWAL BULANAN PELAKSANAAN SELURUH PEKERJAAN
Dalam keperluan pemantauan pelaksanaan pekerjaan, perlu dibuatkan jadwal
bulanan pelaksanaan seluruh pekerjaan. Ada berbagai jenis pemantauan
pelaksanaan terkait dengan waktu, mulai dari kegiatan harian, rangkuman
kegiatan mingguan, dan rangkuman kegiatan bulanan. Dari data-data yang
terkumpul berupa data pelaksanaan harian, mingguan dan bulanan tersebut
dilaporkan kepada atasan langsung dengan menggunakan format-format yang
memudahkan pengolahannya. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang
data-data pelaksanaan di maksud :
 Progres
harian
 Progres
mingguan
 Progres
bulanan
 Realisasi
progress
 Laporan
Progres

Untuk dapat mendukung maksud dan tujuan pembuatan laporan seperti


disebutkan di atas, maka setiap jenis laporan yang telah ditentukan dalam kontrak,
perlu disusun secara tepat waktu, obyektif, lengkap, akurat, dan akuntabel dalam
menggambarkan keseluruhan informasi mengenai realisasi aktivitas dan pencapaian
hasil pelaksanaan pekerjaan, termasuk di dalamnya semua permasalahan dan
penanganan yang diambil.

Agar laporan memberikan daya guna yang optimal, maka laporan harus
memenuhi syarat-syarat dan berisi informasi yang baik, sesuai kebutuhan bagi
pimpinan atau pihak yang berkepentingan untuk pengambil keputusan atau tindakan.

Syarat-syarat tersebut sebagai


berikut: a. Laporan harus benar
dan obyektif b. Laporan harus
jelas dan cermat
c. Laporan harus
lengkap
d. Laporan harus tepat mengenai
sasaran
e. Laporan harus tepat pada
waktunya
f. Laporan harus tepat
penerimaanya
Untuk keperluan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, maka sesuai ketentuan kontrak perlu dibuat laporan hasil pekerjaan
berupa Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan,
dan Laporan Akhir. Untuk dapat memberikan informasi yang lengkap, maka ruang
lingkup laporan harus meliputi aspek-aspek teknis, finansial, dan manajemen proyek
agar dapat digunakan sebagai masukan bagi pengendali dan pengawas proyek
dalam pengambilan keputusan dan tindak turun tangan.

KOORDINASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Koordinasi adalah usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja
(unit- unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuan yang bulat
guna melaksanakan seluruh tugas organisasi, untuk mencapai tujuannya.

Untuk membantu tercapainya koordinasi diperlukan adanya komunikasi administrasi


yang disebut sebagai hubungan kerja.
Dengan demikian koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua pengertian yang
saling kait mengait, karena koordinasi hanya dapat dicapai dengan sebaik-baiknya
dengan melakukan hubungan kerja yang efektif.

Metode dan teknik yang dapat dipakai dalam melakukan kegiatan koordinasi dapat
dibagi atas :
 Koordinasi melalui
kewenangan
 Koordinasi melalui
konsensus
 Koordinasi melalui pedoman
kerja
 Koordinasi melalui suatu
forum
 Koordinasi melalui
konferensi

Untuk dapat menjelaskan bagaimana koordinasi antara structure engineer of bridge


construction dengan konsultan supervisi, perlu dikenali lebih dahulu struktur
organisasi masing-masing agar dapat diketahui dimana posisi masing-masing di
dalam melakukan hubungan kerja.

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC) R-


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Daftar Pustaka

DAFTAR
PUSTAKA

1. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.

2. Foundation Design, Wayne C. Teng – 1979.

3. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.

4. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods

5. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto

6. Mekanika Tanah, L.D. Wesley – 1988.

7. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto


Nakazawa – Ir. Taulu dkk. 1981.

8. Pondasi Tiang Pancang, Ir. Sardjono HS – 1984.

9. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Joseph E. Bowls/Johan K. Hainim –


1991.

10. Soil Mechanics, Foundation and Earth Structures, Tschebotarioff – 1951.

11. Teknik Fondasi I, Hary Christady Hardiyatmo – 2002

12. Teknik Fondasi II, Hary Christady Hardiyatmo – 2003.


STEBC-08: Metode Pelaksanaan Jembatan Daftar Pustaka

Pelatihan Structure Engineer of Bridge Construction (STEBC)


DP-1

Anda mungkin juga menyukai