Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENGENALAN KELITBANGAN

BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

AQMALA FATMA KURNIASIH


199408072019032010
TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN AHLI PERTAMA /
CPNS TA 2018

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2019
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengenalan Kelitbangan merupakan salah satu bagian dari kegiatan Pengenalan
Dasar (Latsar) CPNS sebagai tindak lanjut instruksi Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat. Kegiatan Pengenalan Kelitbangan Bidang Perumahan
dan Permukiman dimaksudkan untuk mengenalkan CPNS baru terhadap tugas,
fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman dengan mengikuti kegiatan
penelitian dan pengembangan secara langsung di laboratorium dan lapangan di
lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
dengan dibimbing oleh nara sumber yang kompeten dibidangnya. Selama
pelaksanaan Pengenalan Kelitbangan, para CPNS mendapatkan basic
engineering secara teori dan praktik tentang penelitian dan pengembangan
bidang Perumahan dan Permukiman guna memberikan konstribusi terhadap
pencapaian program Kementerian PUPR dalam percepatan pembangunan
infrastruktur PUPR.

1.2 PERMASALAHAN
Ditjen Penyediaan Perumahan dan Cipta Karya menangani permasalahan di
bidang perumahan dan permukiman. CPNS yang mendapatkan tugas OJT di
unor Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan terdiri dari beragam latar
pendidikan yaitu Teknik Arsitektur, Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan.
Kurangnya pengetahuan dan CPNS Kementerian PUPR melatarbelakangi
perlunya diadakan Pengenalan Kelitbangan Bidang Perumahan dan
Permukiman. Pengenalan Kelitbangan ini merupakan salah satu syarat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) melalui kegiatan diharapkan CPNS dapat meng-
upgrade knowledge, skill, dan attitude serta mendapatkan inspirasi agar selalu
berinovasi dalam bekerja sehingga menghasilkan teknologi/sistem yang lebih
efektif dan efisien guna memberikan kontribusi pencapaian tugas Kementerian
PUPR dalam percepatan pembangunan infrastruktur PUPR.

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dan manfaat dari kegiatan Pengenalan Kelitbangan ini bagi para Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) agar dapat menerapkan setiap teori dan praktik
yang telah didapat selama kegiatan ini pada saat melaksanakan tugas menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dari kegiataan ini diharapkan CPNS dapat
meningkatkan dan memperkaya wawasan Kelitbangan Bidang Perumahan dan
Permukiman. Sehingga melalui kegiatan Pengenalan Kelitbangan ini para Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) mendapatkan bekal yang memadai, sehingga
dapat segera terjun dan mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam

Laporan individu 1
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

mempercepat pembangunan infrastruktur. Mendapat pengetahuan dan


pengalaman langsung berkaitan dengan pelaksanaan kerja di lingkungan
Kementerian PUPR yang berhubungan dengan kelitbangan Bidang Perumahan
dan Permukiman. Meningkatkan dan memperkaya wawasan Kelitbangan Bidang
Perumahan dan Permukiman bagi penulis serta memenuhi laporan akhir individu
Kelitbangan Bidang Perumahan dan Permukiman

BAB II RESUME KEGIATAN

Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas penelitian dan


pengembangan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Balitbang
Kementerian PUPR teridiri atas Sekretariat Badan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan
Jembatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Penerapan Teknologi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang perumahan dan
permukiman. Dalam melaksanakan tugas, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis, program, dan anggaran penelitian dan
pengembangan di bidang perumahan dan permukiman;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pelayanan uji laboratorium dan
lapangan, sertifikasi, inspeksi, kalibrasi, dan advis teknis di bidang perumahan
dan permukiman;
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil penelitian dan pengembangan di
bidang perumahan dan permukiman;
4. Pelaksanaan urusan peningkatan kapasitas sumber daya manusia penelitian
dan pengembangan di bidang perumahan dan permukiman;
5. Pelaksanaan pengelolaan sarana kelitbangan;
6. Pelaksanaan urusan keuangan, ketatausahaan, dan umum;
7. Penyiapan penyusunan standar dan pedoman; dan
8. Pelaksanaan diseminasi dan kerja sama penelitian dan pengembangan di
bidang perumahan dan permukiman.

2.1 BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN DAN STRUKTUR


BANGUNAN
2.1.1 Teori
Balai Penelitian dan Pengembangan Bahan dan Struktur Bangunan
mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang bahan
dan struktur bangunan. Balai ini terdiri dari laboratorium rekayasa gempa,
pengujian struktur, workshop uji bahan dan agregat. Terdapat dua jenis bahan
yang diuji yaitu bahan struktur ( kolom, balok, pelat lantai dan dinding geser ) dan

Laporan individu 2
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

bahan non struktur ( pintu, jendela, plafond, genteng, dll ). Produk dari Balai
Bahan dan Struktur Bangunan antara lain adalah :
a. Teknologi Bangunan Tinggi : struktur pracetak T-CAP, Dinding Geser
N- Panel, Clip-Con, Rusun Modular.
Sistem C-Plus ( T-CAP ) yaitu sambungan berbentuk T untuk
menghubungkan kolom dengan balok dan pelat lantai dan memiliki fungsi
dalam mengoptimalkan ruang. Dinding N-Panel adalah dinding precast
berbentuk N, apabila 4 panel disatukan akan lebih mudah dalam
pembentukan ruang. Clip-con sistem yaitu sambungan antar kolom dengan
balok yang berbentuk penjepit ( klip ).
b. Teknologi Rumah Tapak : Risha, Ruspin, Bikon
RISHA ( Rumah Instan Sederhana Sehat ) adalah rumah pracetak modular
yang terdiri dari 1-2 lantai. Dinding RISHA didesain tidak untuk memikul
beban. RUSPIN juga merupakan bangunan modular yang khusus
diperuntukan 1 lantai, sedangkan Brikon merupakan pengembangan dari
RISHA yang bisa dikembangkan untuk pembangunan rusun.
c. Kajian Kegempaan : Kajian Kerentanan Bangunan, Kajian
Mikroorganisasi Gempa pada Tingkat Kota
d. Perkuatan Struktur Bangunan : Perkuatan Balok Kolom dan pasangan
bata

2.1.2 Praktek
Standard dan pedoman yang digunakan pada pengujian bahan dan struktur
antara lain adalah SNI 1727:2013 tentang Beban, SNI 1726:2012 tentang
Ketahanan Gempa, SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural, SNI
1729:2015 tentang Baja, dan SNI 7860:2015 tentang Ketentuan Seismik untuk
Struktur Baja Bangunan Gedung. Pengujian struktur dilakukan dengan menguji kuat
tekan silinder sebagai sampel dari ketahanan gempa pada rumah pracetak. Standar
yang digunakan Pada Laboratorium Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton adalah
SNI 1974:2011 tentang Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder.
Bangunan uji diberi beban lateral statik yang dikonversi ke beban yang berasal dari
atas bangunan untuk mengetahui ketahanan terhadap getaran apakah sesuai
dengan rencana.
Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum yang diterima
selama pengujian dengan luas penampang benda uji. Hasil pengujian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengendalian mutu dari komposisi campuran beton,
proses pencampuran dan kegiatan pengecoran beton, penentuan hasil pekerjaan
yang memenuhi spesifikasi, dan evaluasi keefektifan bahan tambah serta
pengendalian kesetaraan penggunaannya. Tahapan pengujian antara lain yang
harus dilakukan untuk pengujian kuat tekan silinder beton sebagai berikut :
1. Persiapan pengujian
Menyiapkan beton umur 28 hari yang telah dikeringkan dan capping satu
hari sebelum nya. Capping diperlukan agar lapisan permukaan benda uji

Laporan individu 3
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

silinder yang akan diuji dapat dipastikan merata sehingga beban aksial saat
pengujian dapat tersebar merata.
2. Penghitungan profil benda uji
Mengukur diameter dan tinggi silinder benda uji. Pengukuran diameter dan
tinggi silinder benda uji dilakukan berdasarkan hasil rata-rata dari dua kali
pengukuran dengan pengambilan pada titik yang berbeda untuk
mendapatkan diameter dan tinggi silinder yang paling tepat dan mengurangi
human error.
3. Pembebanan pada alat uji tekan
Benda uji kemudian diletakkan tepat ditengah tengah di atas mesin tekan.
Angka beban maksimum didapatkan benda uji sudah mulai memunculkan
keretakan.
4. Mengamati pola keretakan
Ambil benda uji dari alat uji tekan, pindahkan secara perlahan ke bagian alas
yang rata, kemudian amati pola retakan yang terjadi dan sesuaikan dengan
tipe keretakan sesuai standar yang berlaku.
Tujuan Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton adalah memperoleh nilai kuat tekan
beton yang disyaratkan (fc’) berbentuk silinder yang telah di curing. Kekuatan tekan
beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur. Parameter
yang dilaporkan pada Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton sesuai dengan Syarat
Penerimaan SNI 1974:2013 antara lain dimensi, berat, beban maksimum, dan pola
retakan.
Standar yang digunakan Pada Laboratorium Pengujian Kuat Tarik Tulangan
adalah SNI 8389:2017 tentang Cara uji tarik logam, yang merupakan revisi dari SNI
07-0408-1989 tentang Cara uji tarik logam dan SNI 07-0371-1998 tentang Batang uji
tarik untuk bahan logam. Standar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan teknologi dan standar produk yang terus berkembang. Selain SNI
8389:2017, digunakan juga standar-standar JIS B 7721 tentang
Tension/compression testing machines – Verification and calibration of the force –
Measuring system dan JIS B 7741 tentang Verification of extensionmeter used in
uniaxial testing.
Prosedur yang harus dilakukan untuk Pengujian Kuat Tarik Tulangan sebagai
berikut :
1. Persiapan benda uji
Pertama-tama menyiapkan baja tulangan dan baja polos sesuai dengan
panjang dan jumlah kebutuhan
2. Penghitungan profil benda uji
Mengukur diameter dan panjang baja tulangan. Pengukuran diameter dan
baja tulangan benda uji dilakukan berdasarkan hasil rata-rata dari dua kali
pengukuran dengan pengambilan pada titik yang berbeda, hal ini dilakukan
agar terdapat data yang lebih presisi.
3. Penentuan titik Lo dan Lc

Laporan individu 4
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

Setelah didapat diameter maka besar Lo dan Lc dapat diperoleh sesuai


ketentuan. Selanjutnya dari titik As ditandai Lo dan Lc sesuai angka yang
didapat dengan titik As sebagai titik tengahnya.
4. Penyiapan benda uji
Memasang baja tulangan ke alat uji tarik. Kemudian jepit ujung-ujung baja
tulangan yang telah ditentukan menggunakan grip pada alat uji tarik.
5. Pembebanan benda uji
Setelah baja tulangan terjepit pada grip, maka lakukan pembebanan secara
perlahan dan konstan
6. Pencatatan data pengujian
Bersamaan dengan pembebanan baja tulangan, maka perhatikan grafik
yang terbentuk untuk selanjutnya menentukan titik leleh dan titik putus
benda uji. Catat beban maksimum ketika baja tulangan putus. Setelah baja
tulangan terputus, maka keluarkan dari alat pembebanan, ambil baja
tulangan yang terputus untuk diperhatikan lokasi putus baja tulangan
tersebut untuk dianalisa kemudian.
Tujuan Pengujian Kuat Tarik Tulangan adalah untuk mendapatkan nilai kuat
luluh/leleh (Fy) dan kuat tarik (Fu). Kekuatan tarik baja tulangan adalah gaya tarik
tiap satuan luas penampang yang menyebabkan baja tulangan putus. Parameter
yang dilaporkan pada Pengujian Kuat Tarik Tulangan sesuai dengan Syarat
Penerimaan SNI 2052:2017 antara lain panjang Lo, panjang Lc, Beban Leleh, Beban
Putus, dan Lokasi Putus.
Standar yang digunakan Pada Laboratorium Pengujian Lapangan adalah SNI
03-4430-1997 tentang Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu,
sebagai acuan dalam uji kekerasan permukaan beton di lapangan untuk
memperkirakan nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur eksisting. Schmidt
Hammer Type L untuk beton yang bersifat getas atau yang memiliki ketebalan
kurang atau sama dengan 100 mm. Schmidt Hammer Type N untuk beton dengan
ketebalan lebih dari 100 mm.
Prosedur yang harus dilakukan untuk Pengujian Lapangan sebagai berikut :
1. Cek unveil alat
Pertama-tama menyiapkan palu beton dengan mengecek unveil pada box
pengecekan unveil. Palu beton ditembakkan dan dibaca skala yang terbaca
pada alat, disesuaikan dengan ketentuan box pengecekan unveil sesuai
jenis palu betonnya. Jika skala yang ditunjukkan dengan ketentuan pada box
pengecekan unveil sesuai, maka alat masih baik untuk digunakan
2. Menyiapkan titik benda uji
Menyiapkan struktur yang akan diuji dengan menggambar titik-titik pukulan
dengan jarak minimal 2,5cm. Titik pukulan dibuat sebanyak 20 titik.
3. Penembakan titik benda uji
Menembakan palu beton pada tiap titik benda uji dengan sudut yang telah
ditentukan. Lakukan kesemua titik benda uji
4. Pencatatan nilai rebound

Laporan individu 5
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

Setiap penembakan, maka palu beton akan menunjukan skala pembacaan


rebound number yang dicatat tiap kali penembakan tiap titik. Catat semua
nilai pembacaan.
Tujuan Pengujian Lapangan adalah untuk meperkirakan nilai kuat tekan beton
pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan
bagi perencana dan atau pengawas pelaksaaan pekerjaan
Parameter yang dilaporkan pada Pengujian Lapangan (Palu Beton) antara lain
Nilai Lenting, Rebound Number maksimum, Rebound Number minimum, Rebound
Number rata-rata, Standar Deviasi dan Koefisien Variasi.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat lentur reng baja ringan. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui beban maksimum yang dapat dipikul atau diterima oleh
reng baja ringan dan mengetahui defleksi maksimum yang terjadi pada reng baja
ringan bila diberi beban. Uji kuat lentur reng baja ringan mengacu pada standar SNI
03-1729-2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
Prosedur uji kuat lentur reng baja ringan adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran dan pemotongan benda uji reng baja ringan dengan ukuran
yang telah di tentukan;
2) Benda uji diletakkan pada tumpuan pada mesin dengan as benda uji tegak
lurus dengan beban;
3) Pengujian siap dilakukan. Gaya/beban diberikan secara perlahan-lahan
secara konstan dan dinaikkan secara berangsur-angsur hingga pada batas
tertentu sampai pada tegangan maksimum;
4) Catat beban maksimum dan defleksi maksimum yang terjadi pada benda uji.
Laboratorium Pengujian Struktur berada di bawah Balai Litbang Bahan dan
Struktur. Pengujian yang dilakukan antara lain untuk mengetahui kekuatan atau
kemampuan struktur dapat menahan beban. Beban yang diuji bisa merupakan
beban vertikal (tekan dan gravitasi atau beban horizontal (beban lateral, pengujian
ketahanan gempa).
Alat pertama yang dikenalkan adalah Frame Pengujian Siklik Kolom. Gaya siklik
adalah gaya bolak-balik analog dengan gaya gempa. Alat ini berfungsi untuk
menguji benda uji seperti kolom terhadap beban lateral. Selain dari diberikannya
beban lateral (dari samping) juga diuji dengan diberi beban gravitasi (dari atas).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas kolom tiang dalam menahan
beban siklik. Benda uji merupakan kolom dengan tinggi maksimum adalah 3 meter.
Selanjutnya adalah Frame merah hanya sebagai alat bantu untuk menempatkan
benda uji. Pengujian sendiri dilakukan oleh mesin seperti hydraulic-jack. Hydraulic-
jack memberikan beban pengujian yang bisa diset dari arah horizontal ataupun
vertikal disesuaikan dengan tujuan pengujian. Benda yang di uji pada alat ini tidak
spesifik tapi secara umum merupakan komponen kolom dan balok. Pengujian pada
Frame merah ini diperuntukan untuk struktur yang lebih kecil. Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk menentukan beban vertikal / horizontal dengan maksimum 100 T.
Alat uji berikutnya adalah meja jungkit. Tujuannya adalah untuk pengujian gempa
dengan skala penuh dalam bentuk bidang horizontal. Skala penuh yang dimaksud
adalah pengujian dilakukan terhadap benda uji berupa rumah 3D (dimensi) dengan

Laporan individu 6
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

skala 1:1. Cara pengujian adalah dengan menaruk benda uji pada alat dan
pengujian bukan diberikan beban seperti alat lainnya namun akan seperti permainan
jungkat-jungkit pada umumnya. Output yang akan didapat adalah tingkat kerusakan,
tingkat kerusakan ringan, tingkat kerusakan sedang, dan tingkat kerusakan berat.
Berdasarkan dari paparan tim Balai Litbang Bahan dan Struktur, bahwa alat ini
memang sudah tidak digunakan. Alat uji berikutnya adalah UTM atau Universal
Testing Method. Alat uji ini bertujuan untuk melakukan pengujian lentur struktur
besar seperti spoon pile, sheet pile. Disamping untuk menguji lentur, juga dapat
digunakan untuk kolom uji lateral. Alat uji selanjutnya adalah alat pengujian siklik
dinding. Alat ini menggunakan Alat ini menggunakan hydraulic jack. Bertujuan untuk
Tujuan dari pengujian menggunakan alat uji ini adalah untuk mengukur deformasi
untuk pengujian teknologi rumah tahan gempa. Pada alat uji ini disokong oleh alat
bantu berupa dinding reaksi dan lantai reaksi. Alat bantu ini adalah tempat untuk
menaruh benda uji yang nantinya akan diberikan beban oleh hydraulic jack. yang
biasanya berkaitan dengan teknologi rumah tahan ģempa. Hasil dari pengujian ini
adalah berupa kurva siklik yang diukur menggunakan alat ukur LVDT. Alat uji setting
joint merupakan alat untuk menguji sistem struktur balok dan kolom dengan
memberikan beban lateral. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan
struktur balok dan kolom terhadap gaya siklik. Nantinya akan dilihat dan diukur
tingkat kerusakan yang ditimbulkan seperti pada gambar di bawah. Alat uji terakhir
adalah alat untuk pengujian lentur kuda-kuda. Pengujian tidak lagi berupa komponen
material tetapi sudah dalam bentuk sistem struktur kuda-kuda secara utuh. Struktur
rangka atap atau kuda-kuda akan diberi beban. Nantinya beban ini akan
menghasilkan beban lateral yang nantinya akan menunjukkan ketahanan dari
struktur tersebut. Pengujian ini secara umum sama dengan alat uji sebelumnya yaitu
untuk mengukur ketahanan sebuah struktur kuda-kuda terhadap beban lateral atau
analog beban gempa dan beban axial atau analog beban gravitasi.

2.2 BALAI TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


2.2.1 Teori
Balai Penelitian dan Pengembangan Tata Bangunan dan Lingkungan memiliki
peran penelitian dalam bidang penataan kawasan, penataan lingkungan perumahan,
penyediaan perumahan, pembiayaan perumahan, dan penyediaan tanah. Peran lain
dari tata bangunan dan lingkungan adalah pelayanan teknis untuk pemetaan dan
pemotretan udara, pemodelan bangunan dan lingkungan, serta pelayanan informasi
dan advis teknis. Pemetaan (GIS) adalah salah satu kegiatan utama Balai Tata
Bangunan dan Lingkungan yang merekam data spasial dan foto udara setiap lokasi
yang dibutuhkan.
Beberapa fasilitas yang tersedia adalah studio sistem informasi geografi (SIG),
studio masa ruang dan studio komputasi. Pelaksanaan proses pemetaan di Balai ini
telah menggunakan teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle)/Drone. UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebagai wahana terbang yang dioperasikan
otomatis melalui komputer dari pilot dengan remote kontrol. Proses pengolahan foto

Laporan individu 7
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

udara pun kini dipermudah dengan adanya teknologi GPS yang terpasang pada
pesawat drone. UAV efektif untuk area pemetaan yang luas (satu kota/kabupaten)
dan medan yang sulit dan dinilai lebih efisien karena pengolahan data relatif cepat,
dan resolusi foto yang dihasilkan lebih besar dan detail.
Pengembang wajib menyediakan 20% hunian bagi MBR, subsidi dinilai memiliki
peranan penting dalam penyediaan hunian MBR. Sebab tanpa subsidi, maka
permintaan rumah akan menurun. Kriteria desain rumah perlu diperhatikan sesuai
klasifikasi dan kebutuhan penerima manfaat. Rumah khusus memiliki kriteria desain
khusus sesuai dengan namanya, desain rumah khusus yang disediakan oleh Dirjen
Penyediaan Perumahan masih belum mewadahi kebutuhan oleh penerima manfaat,
misalnya rumah khusus nelayan. Rumah khusus nelayan belum mewadahi ruang
khusus yang dibutuhkan oleh nelayan misalnya untuk ruang menjemur ikan,

2.2.2 Praktek
Beberapa komponen-komponen UAV antara lain :
• Flight Controller (Autopilot): merupakan komponen utama pengendali UAV
yang terdiri dari gyroscope, accelometer, barometer, magnetometer). Data
dari sensor diolah prosesor untuk menentukan perintah terbang
• Electronic Speed Controller (ESC): merupakan komponen elektronik yang
mengatur kecepatan rotasi atau perubahan arah putaran poros motor.
• Propeller: merubah gerak putar menjadi gaya dorong/angkat ketika
dipasangan pada motor listrik.
• Baterai: sumber tenaga UAV. Biasanya dari Li-Po (Lithium Polymer) 1
cell=3,7 volt. Li-Po 3000 mAh=11,1 volt
• Radio Control (Rx dan Tx): Radio transmitter (Tx/Remote control) harus
disambungkan dengan sinyal Radio receiver (Rx) yang terpasang pada
wahan UAV
• GPS: untuk navigasi dan autopilot
Dalam perencanaan jalur terbang beberapa faktor yang harus diperhatikan
antara lain :
1. Area of Interest (AOI)
 Luas area yg akan difoto
 Memanjang (jalan, sungai, jaringan kabel) atau simetris (perkebunan,
permukiman, daerah tambang)
 Kondisi tutupan: area terbuka (persawahan, lahan kosong) atau area padat
(permukiman, hutan, perkebunan)
2. Kemampuan UAV
 Lama terbang/kapasistas baterai
 Spesifikasi kamera
 Jangkauan radio telemetri (jelajah maksimum)
3. Ketelitian
 Resolusi foto (resolusi kamera dan tinggi terbang)
 Resolusi kamera tetap, yang diatur tinggi terbangnnya

Laporan individu 8
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

 Tinggi terbang karena dapat menentukan resolusi hasil pemetaan


 Kondisi Kawasan yang dipetakan (tinggi maks. Obstacle, cuaca, kecepatan
angin, area take off dan landing, dll)
 Regulasi pemerintah, aturan tentang tinggi terbang max dan restricted
area.
Dalam setting software pada aplikasi Drone Deploy tahapannya sebagai berikut :
 Menambahkan flight plan
 Setting Parameter dan Jalur Terbang
 Pemetaan Area
Tahap-tahap Pengolahan Foto Udara Agisoft Photoscan Profesional 1.2.0
adalah sebagai berikut :
1. Import Foto dan Rekonstruksi Jalur Terbang
2. Align Foto
3. Pembangunan Titik Tinggi (Dense Point Clouds)
4. Pembangunan Model 3D (Mesh)
5. Pembangunan Model Texture
6. Pembangunan DEM
7. Pembangunan Orthofoto
8. Export DEM
9. Export Orthomosaic

2.3 BALAI AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN


2.3.1 Teori
A. Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah yang sering digunakan adalah pengolahan biofilter
anaerobik. Media biofilter adalah tempat bakteri menempel di biofilter dengan syarat
luas permukaan yang besar. Semakin besar luas media biofilter maka efisiensi
pengolahan limbah akan semakin baik. Beberapa teknologi hybrid biofilter antara
lain yaitu :
1. Sistem ABR –fixed biofilter ( media biofilter terpasang tepat )
2. Sistem ABR vermibiofilter ( penggunaan media cacing untuk menguraikan
senyawa organik dalam limbah )
3. Sistem selimut lumpur fixed biofilter
4. Sistem fixed biofilter - Sponge TF ( penggunaan spons dan pipa yang dapat
mendispersi limbah secara aerob )
5. Sistem fixed – mobile biofilter
6. Sistem fixed – Rizofiltrasi ( menggunakan media yang terlekat dalam IPAL,
kemudian menggunakan tanaman dengan akar serabut untuk sebagai tempat
mikroorganisme / bakteri untuk menyaring air limbah )
7. Sistem fixed – Biosorpsi ( memanfaatkan kemampuan tanaman untuk menyerap
polutan yang ada di air limbah )
8. Sistem fixed – Rotating biofilter ( adanya pola sirkulasi )

Laporan individu 9
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

9. Sistem fixed – Biofilter – biomembran ( penggunaan membran untuk menyaring


air limbah )
Rasio kecepatan pengolahan limbah downflow : upflow = 2:1, aliran harus
terdistribusi secara seragam. Pengelolaan air limbah lanjutan berupa teknologi
hybrid lahan basan buatan / taman sanita/ hybrid wetland. Teknologi yang lain
adalah Teknologi Biotour ( lahan basah buatan dengan USPL yaitu dengan saringan
pasir lambat ). Tipe pengolahan teknologi ke -2 yaitu dengan boidigester baffled
fixed drone untuk mengolah air dari kakus, sedangkan teknologi biorotasi khusus
untuk greywater yang doitempatkan di dak / atap. IPAL lansekap adalah IPAL yang
didesain sekaligus dengan taman didalam desainnnya. Penerapan IPAL di kawasan
Pasang Surut digunakan oleh masyarakat yang membuang limbah secara langsung
ke sungai.
Sistem pengelolaan air limbah domestic dibagi menjadi dua yaitu setempat dan
terpusat. Penyediaan IPAL untuk pengelolaan air limbah dibagi menjadi dua yaitu
setempat dan terpusat. IPAL yang terletak didataran tinggi mennggunakan teknologi
gravitasi dan tekanan.

B. Teknologi Penyediaan Air Minum


Jenis air baku untuk air minum yaitu air permukaan ( sungai, danau atau rawa ),
air tanah dangkal dan dalam, air hujan dan air laut /payau. Kualitas air baku dinilai
dari fisik, kimia dan biologi dengan tingkat kekeruhan rendah > 5-25 mg/L.
Kandungan mineral perlu diperhatikan untuk penyediaan air minum. Sumber
penyediaan air minum antara lain adalah :
a. Sumur Gali ( terletak > 11 m dari septictank )
b. Sumur pantek
Teknologi pengolahan air minum menggunakan saringan rumah tangga, briket
media berbutir ( namun hanya untuk pengolahan mentah ), saringan pasir lambat.
Teknologi pengeolahan air minum yang lainnya adalah pengolahan air gambut
sistem flokulator berpori. Air gambut mengandung senyawa asam humat, logam
besi, dan derivat, air ini memiliki karakteristik berwarna coklat kehitaman dan
memiliki Ph 3-5 ( asam ). Konsep pengolahan air gambut : pretreatment – koagulasi
& flokulasi – sedimentasi / flotasi – filtrasi – filtrasi dengan membrane Mikrofiltrasi-
ultrafiltrasi- reservoar.

C. Penanganan Kawasan Kumuh


Pengembangan pada program penanganan kawasan kumuh merupakan salah
satu fokus dari penelitian pengembangan balai AMPLP. Berdasarkan tipologinya
perumahan dan permukiman kumuh diklasifikasikan menjadi diatas air, tepi air,
dataran rendah, perbukitan, daerah rawan bencana. Pencegahan pengembangan
permukiman kumuh dilakukan dengan pengawasan pengendalian dan
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan Permen PUPR No. 14 Tahun 2018
penilaian perumahan dan permukiman kumuh dianalisis berdasarkan 7 kriteria yaitu:
bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase lingkungan,
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan proteksi kebakaran.

Laporan individu 10
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

Peningkatan kualitas permukiman dilakukan dengan penetapan lokasi, menentukan


pola penanganan dan pengelolaan yang akan dilakukan. Pola penanganan
perumahan dan permukiman kumuh antara lain adalah :
a. Pemugaran untuk permukiman kumuh ringan
b. Peremajaan untuk permukiman kumuh ringan
c. dan Pemukiman kembali untuk permukiman kumuh sedang – berat
D. Persampahan
Teknologi pengolahan sampah untuk bangunan tinggi menentukan indicator dan
kriteria desain pengolahan sampah yang akan digunakan. Teknik pengolahan
sampah :
 Rusunawa dengan shaft sampah, dipilah kemudian di angkut ke TPA.
Pemilihan : kebutuhan sistem pengelolaan sampah, kesiapan rusun untuk
menerima sistem menjamin keberlanjutan sistem yang diterapkan. Sampah di
Rusunawa Cingised dibedakan menjadi organik, anorganik dan residu.
Sedagkan pengolahan sampah di Rusunawa Karangturi yaitu ditambahkan
biodigester untuk sampah.
 Pengolahan sampah yang baik pada rusun adalah dengan wat cerobong
sampah.

2.3.2 Praktek
Laboratorium pada balai AMPLP terdiri dari laboratorium uji kualitas air, kualitas
sampah, dan kualitas udara, uji mutu pipa PVC, PE dan HDPE, uji mutu meter air,
dan lembaga inspeksi instalasi pengolahan air. Produk yang dihasilkan adalah
pengolahan air bersih sistem mobile, biofil, biority, dan lain lain. Kegiatan uji yang
dilakukan yaitu pengujian meter air untuk melihat keakuratan, kekuatan, dan dimensi
meter air serta pengujian pipa air yang akan dipasang ke lapangan. Pengujian pipa :
uji tampak, diameter luar dan dalam, ketebalan dinding, hidrostatik (tekanan), kadar
PVC, metilene chlorida, dan perubahan panjang. Serta uji kualitas air dengan
metode jartest. Pada Laboratorium Uji Pipa dilaksanakan pengujian pipa PVC
bertujuan untuk mengetahui keandalan mutu dari pipa PVC yang dilihat dari
beberapa persyaratan teknis, yaitu :
1. Bentuk, pipa yang dihasilkan harus lurus, berpenampang bulat, dan bidang
ujung pipa harus tegak lurus terhadap sumbu pipa.
2. Sifat tampak pipa, yakni permukaan luar dan dalam harus rata, halus, tidak
terdapat retak, dan tidak terdapat perubahan warna asal.
3. Dimensi pipa
4. Ketahanan terhadap tekanan hidrostatik internal
5. Bahan utama/ kadar PVC, minimum 92,5%.
6. Ketahanan terhadap metilena khlorida, yakni pipa tidak boleh mengalami
pengelupasan atau pelarutan melampaui batas maksimum yang disyaratkan.
7. Perubahan panjang, yakni pipa tidak mengalami perubahan panjang longitudinal
lebih dari 5% jika dilakukan uji tungku.
Laboratorium Uji Meter air bertujuan mengetahui volume air yang mengalir per
satuan waktu secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi
Laporan individu 11
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

dengan unit sensor. Pengujian meter air dilakukan untuk mengetahui mutu setiap
produk meter air sebelum difungsikan sebagai alat ukur debit pada jaringan
penyediaan air minum, serta mengetahui jumlah besaran parameter yang
mempengaruhi fungsi alat ukur tersebut, baik ketelitian, kekuatan, maupun
dimensinya.

2.3 BALAI BAHAN DAN STRUKTUR BANGUNAN

2.4 BALAI SAINS BANGUNAN


2.4.1 Teori
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung
Keselamatan adalah salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan desain gedung, salah satunya adalah aspek keselamatan dari bahaya
kebakaran. Pemerintah telah menerbitkan regulasi tentang Pedoman Pengaturan
Keselamatan Kebakaran pada Hunian Rumah Susun. Terdapat 5 aspek yang diatur
dalam pedoman antara lain adalah :
• Keselamatan Jiwa dan Sarana Jalan Keluar
• Proteksi Kebakaran Pasif
• Proteksi Kebakaran Aktif
• Manajemen Keselamatan Kebakaran
• Akses Petugas dan Kendaraan Pemadam
Didalam penentuan konsep basis kinerja perlu dilakukan analisis terhadap objek
rusun terlebih dahulu selanjutnya memilih pendekatan dan sistem proteksi
kebakaran yang akan diterapkan. Menurut Permen PUPR No. 26 Tahun 2008,
sistem proteksi kebakaran pasif terdiri dari aspek perencanaan tapak untuk akses
pemadam kebakaran, pintu dan jendela tahan api, bahan pelapis interior,
kelengkapan, perabot, dekorasi dan bahan pelapis yang diberi perlakuan,
penghalang api, partisi penghalang asap, penghalang asap dan atrium.
Sistem proteksi kebakaran aktif antara lain adalah sistem pipa tegak, sistem
springkler otomatik, pompa pemadam kebakaraan, penyediaan air, alat pemadam
api ringan (portable), sistem deteksi dan alarm kebakaran, dan sistem komunikasi,
ventilasi mekanik dan sistem pengendalian asap.

2.4.2 Praktek
Standar untuk pengujian api menggunakan SNI 1741:2008, ASTM E119, dan
NFPA 251. Balai Penelitian dan Pengembangan Sains Bangunan memiliki beberapa
laboratorium yaitu :
1. Laboratorium Api terdiri dari alat tungku horizontal besar, tungku horizontal
kecil, dan tungku vertikal besar. Laboratorium ini berfungsi untuk menguji
ketahanan elemen terhadap kebakaran.
2. Laboratorium Proteksi Kebakaran melakukan pengujian terhadap hidran
sprinkler, fire alarm, dan simulai evakuasi kebakaran.

Laporan individu 12
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

3. Laboratorium Akustik, mempunyai lingkup kegiatan pada lab STC, pengujian


material bangunan untuk mengetahui absorbsi bunyinya, pengujian elemen
bangunan menggunakan laboratorium akustik, dan pengukuran tingkat suara.
4. Laboratorium Konversi Energi terdiri dari studio simulasi, indoor air quality,
kenyamanan termal, sister kelistrikan bangunan, rencana revitalisasi, thermal
properties, dan tingkat pencahayaan.
Pengujian ketahanan api dilakukan untuk mengetahui Tingkat Ketahanan Api
(TKA) suatu material agar tidak runtuh dan tidak merambatkan kebakaran, baik
merambat kontak api langsung maupun perambatan panas. Berdasarkan SNI 1741-
2008, TKA dinyatakan dalam tiga aspek, yaitu :
 Stabilitas, yaitu lamanya waktu benda uji dapat terus menjaga kemampuan
daya dukung beban sepanjang pengujian, yang ditentukan oleh tingkat dan
laju defleksi.
 Integritas, yaitu lamanya benda uji dapat terus menjaga fungsi pemisahan
selama pengujian tanpa terjadi nyala pada permukaan yang tak terekspos
lebih dari 10 detik.
 Insulasi, yaitu lamanya benda uji dapat terus menjaga fungsi pemisahan
selama pengujian tanpa meningkatkan temperature diatas temperature awal
lebih dari 180o C.
Beberapa standard dan pedoman yang digunakan pada laboratorium Balai Sains
Bangunan antara lain adalah SNI 1741:2008 tentang Cara uji ketahanan api
komponen struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
rumah dan gedung dan JIS A 1304-1994 tentang Methods of fire resisteance test for
structural parts of buildings. Tahapan pengujian tingkat ketahanan api antara lain
adalah :
 Pemeriksaan terhadap alat-alat pengujian yaitu tungku pengujian ketahanan
api, termokopel ( sensor pengukur suhu ), alat pengendali tekanan gas pada
tungku hingga benda uji yang akan digunakan. Terdapat 4 jenis termokopel
yaitu termokopel tungku dengan fungsi mengukur temperatur dan temperatur
rata rata benda uji, termokopel kedua adalah termokopel permukaan tak
terekspos untuk mengukur kenaikan temperatur rata-rata dan temperatur
maksimum pada permukaan yang tidak terekspos, termokopel ketiga yaitu
termokopel jelajah untuk mengukur temperatur permukaan tak terekspos
selama pengujian berlangsung pada posisi yang memiliki termperatur lebih
tinggi, keempat termokopel ambien untuk menunjukkan temperatur ambien
ruang laboratorium di sekitar benda uji sebelum pengujian dan selama
pengujian berlangsung.
 Pengecekan terhadap suhu awal benda uji. Selanjutnya benda yang akan
diuji kemudian dihubungkan dengan termokopel menggunakan termodac dan
dimasukkan ke dalam tungku setelah benda uji dibor.
 Api kemudian dialirkan kedalam tungku, benda uji dipanaskan hingga suhu
mencapai 1100° C. Lamanya waktu pengujian bergantung pada jenis dan

Laporan individu 13
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

material bahan yang diuji. Suhu dalam benda uji akan langsung tercatat
dalam monitor pencatat temperatur.
 Hasil pengujian ketahanan api berupa kurva uji ketahanan api yang dapat
didukung dalam bentuk pencatatan waktu, temperatur tungku rata-rata,
deviasi, temperatur benda uji, batas temperatur rata-rata, temperatur
maksimum dan pengamatan visual.
Tujuan Pengujian Tingkat Ketahanan Api adalah menentukan tingkat ketahanan
api komponen-komponen bangunan meliputi lantai, kolom, balok, atap, dan
dinding bangunan yang dikategorikan dalam tigas aspek penilaian yaitu stabilitas,
integritas, dan insulasi dalam satuan waktu.
Standar yang digunakan Pada Laboratorium Akustik adalah ASTM Internasional
Classification E413 and E90, ISO 354-1985. Tujuan dari pengujian akustik adalah
untuk mencari material dengan kemampuan penyerapan dan pemantulan suara
yang baik. Material uji akustik berupa panel dinding / panel akustik yang terbuat dari
gypsum ataua material lainnya. Berdasarkan ISO ISO 354-1985 tentang pengukuran
suara di ruang dengung (Measurement of Sound Absorbtion in Reverberation
Room) yaitu pengujian material dalam ruang dengung dengan dimensi ruang
dengung: panjang 5.6 m, lebar 3.9 m, tinggi 3.3 m. Prosedur pengujian akustik
antara lain sebagai berikut:
1. Menghubungkan Real Time Analyzer 840 dengan Power Amplifier Norsonik-
260.
2. Menghubungkan microphone pada Real Tome Analyzer 840. Sedangkan
loudspeaker dihubungkan pada Power Amplifier Norsonik-260.
3. Microphone dikalibrasi menggunakan Sound Callibrator Norsonik 1251.
Loudspeaker dan microphone diletakkan di dalam ruang dengung. Posisi
microphone 1m dari dinding ruangan,1 m dari permukaan ruangan, dan 2 meter dari
loudspeaker. Parameter pengujian akustik adalah T20 dan T30. T20 adalah waktu
dengung yang dibutuhkan oleh bunyi untuk meluruh sebesar 20dB setelah sumber
bunyi dimatikan, sedangkan T30 yang merupakan waktu yang dibutuhkan bunyi
untuk meluruh sebesar 30dB setelah sumber bunyi dimatikan. Untuk menghitung
nilai koefisien absorbsi bunyi di dalam ruang dengung diperlukan data waktu
dengung tanpa sampel (T1) dan waktu dengung ruang dengan sampel (T2).

2.5 KUNJUNGAN LAPANGAN (RUSUN MODULAR ITB JATINANGOR & IPAL


GALUMPIT)

BALAI III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

Laporan individu 14
AQMALA FATMA K – TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN

Font : Arial 11 spasi 1,5

Margin : 3, 3, 2, 2

Halaman : 15-25

Laporan individu 15

Anda mungkin juga menyukai