Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB I

TINJAUAN PROYEK

1.1 Latar Belakang Proyek

Besarnya peningkatan jumlah penduduk kota pontianak, tercipta lah

keluarga-keluarga baru dengan kondisi ekonomi menengah yang memerlukan

tempat tinggal baru maka kebutuhan akan rumah tinggal di Kota Pontianak

terus meningkat.

Dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Pontianak, maka

dibuatlah proyek rumah sederhana (tipe 83) untuk mendapatkan rumah yang

murah dan bisa di tinggali perkeluarga.

1.1.1 Tujuan Praktek Kerja Lapangan antara lain sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Dilaksanakannya praktek kerja lapangan (PKL) ini, agar mahasiswa dapat

mengetahui serta memahami proses pelaksanaan kegiatan suatu proyek di

lapangan dan dapat menjadikan proyek ini sebagai study perbandingan

dengan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dengan yang ada dilapangan

serta dapat menjadi ukuran seberapa jauh ilmu yang telah didapat selama

menjalani bangku perkuliahan. Dengan dilaksanakannya praktek kerja

lapangan ini, Mahasiswa bisa memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas

serta dapat mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja.

b. Tujuan khusus

GELVIN APRILIO
3201707032
1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1. Membandingkan antara teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan

aplikasinya di lapangan.

Menjelaskan proses pelaksanaan proyek.

2. Mempelajari dan mencari solusi dari berbagai permasalahan yang biasa

dihadapi di dalam lingkungan proyek.

3. Mengikuti perkembangan teknologi baru dalam pelaksanaan pekerjaan

konstruksi bangunan.

4. Dapat membuat laporan hasil pengamatan selama mengikuti PKL dan

sesuai dengan tata cara penulisan ilmiah.

1.1.2 Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Proyek

a. Pemilik proyek

Bapak Dedi selaku pemilik proyek perumahan ini merupakan

penyedia modal untuk pembelian bahan bahan bangunan demi berjalannya

kegiatan proyek ini.

b. Ketua pelaksana

Bapak Aheng selaku ketua pelaksana pembangunan proyek

perumahan ini. Ketua pelaksana merupakan salah satu orang yang

dipercaya untuk memimpin kegiatan di lapangan.

c. Tukang

Tukang merupakan orang melaksanakan pekerjaan di lapangan

guna terlaksananya proyek. Dalam pengerjaan perumahan ini melibatkan

GELVIN APRILIO
3201707032
2
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

52-60 oramg tukang pada hari senin sampai sabtu, dan pada hari minggu

diadakan gotong royong, sehingga tukang dapat terbantu dan proses

pengerjaan proyek lebih cepat.

1.2 Data Teknis Proyek

Data Teknis pada proyek perumahan:

- Nama Proyek : PT. GEMILANG TOTAL OPTIMA

- Jenis Proyek : PERUMAHAN TIPE 60,73,83

- Lokasi Proyek : JL. UJUNG PANDANG

- Pemilik Proyek : PAK DEDI

- Ketua Pelaksana : PAK AHENG

1.3 Batasan Amatan

Batasan amatan pada pekerjaan ini adalah PEKERJAAN PENGAMATAN

DINDING.Dimana pada pekerjaan dinding dimulai dari mempersiapkan alat

dan bahan, memasang tali sebagai acuanpemasangan batako, pengadukan

semen untuk sebagai bahan perekat antar batako, pemasangan batako,

pemasangan kusen-kusen untuk pelubangan dinding samapai ke pemelesteran

dinding serta kolom praktis.

1.4 Metode pengumpulan data

untuk memenuhi kepentingan penyusunan Laporan Praktek kerja

Lapangan (PKL) digunakan beberapa metode, antara lain:

GELVIN APRILIO
3201707032
3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.4.1 Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan kegiatan tanya jawab atau diskusi

kepada pihak-pihak dilapangan untuk memperoleh penjelasan amatan, yaitu

keterangan yang dapat dipakai sebagai pelengkap dari data-data yang telah

diperoleh di lapangan. Teknik yang digunakan dengan menanyakan hal-hal

yang ingin diketahui kepada narasumber baik dari tukang,kepala tukang dan

pengawas lapangan.

1.4.2 Metode Literatur

Metode Literatur dengan mencari data-data baik itu dari buku-buku

ataupun dari pembuatan gambar kerja yang dapat dijadikan sebagai landasan

teori dalam analisa. Teknik yang digunakan dengan mencari buku-buku dan

pembuatan gambar kerja yang berhubungan dengan pekerjaan yang diamati.

GELVIN APRILIO
3201707032
4
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pelaksanaan pekerjaan yang diamati tersebut adalah jenis pekerjaan

konstruksi bangunan gedung, yaitu perumahan tipe 60,73,83. Adapan

pekerjaan yang diamati adalah pekerjaan pemasangan dinding. Dalam proses

pengamatan yang dilakukan, pelaksanaan pekerjaan merupakan pekerjaan

dinding batako dan pemasangan kusen. Oleh karena itu perlu adanya dasar

teori dan ketentuan-ketentuan mengenai pekerjaan yang diamati terlebih

dahulu sebagai perbandingan dan pemahaman di lapangan.

2.1 Definisi dinding

Dinding merupakan bidang pembatas yang terpasang mengikuti arah

vertical dari sebuah bangunan ruang. Berdasarkan kemampuannya dalam

menahan beban, dinding dapat kita golongkan menjadi dua yaitu: dinding

yang dapat memikul beban diatasnya (bearing wall) dan dinding yang tidak

dapat memikul beban diatasnya selain beban sendiri (non bearing wall).

Dinding yang tidak dapat memikul beban diatasnya biasanya hanya berfungsi

sebagai dinding pengisi diantara struktur rangka bangunan atau sebagai

penyekat ruangan.

Dinding mempunyai ketebalan yang sangat ekstrim jika dibandingkan

dengan panjang dan lebar/tingginya.Ketebalan dinding ditentukan oleh

konstruksi dindingnya dan kemampuannya dalam memikul beban diatasnya.

Dinding yang dapat memikul beban diatasnya (bearing wall) umumnya

GELVIN APRILIO
3201707032
5
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

akansemakin tebal bila harus memikul beban yang bertambah berat dan

biasanya merupakan konstruksi yang bersifat massive dan terbuat/tersusun

dari bahan-bahan yang memiliki kuat tekan yang besar. Sedangkan dinding

pengisi dan penyekat ruangan memiliki ketebalan yang lebih tipis jika

dibandingkan dengan dinding pemikul beban.Bahan-bahan konstruksinya

juga bisa bervariasi.

2.1.1 Syarat-syarat perencanaan dinding

Syarat-syarat umum perencanaan dinding adalah:

• Untuk dinding pemikul beban dapat mendukung berat sendiri dan semua

beban serta semua gaya termasuk gempa bumi yang bekerja padanya.

• Untuk dinding tidak memikul beban (dinding pengisi/penyekat ruangan)

harus dapat mendukung beban sendiri.

• Harus bersambung dengan pondasi dibawahnya oleh lapisan rapat air

(trasraam) minimal 15 cm di atas lantai.

• Harus stabil.

• Bila digunakan sebagai dinding pembatas antar rumah harus dapat meredam

suara secukupnya.

2.1.2. Macam-macam konstruksi dinding

Macam Konstruksi dinding umumnya dapat dibedakan berdasarkan bahan

dasar (raw material) penyusun utama pembentuk dinding. Terdapat macam-

macam bahan dasar bangunan yang dapat digunakan sebagai bahan

konstruksi dinding baik berupa bahan yang dapat diperoleh langsung

GELVIN APRILIO
3201707032
6
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

darialam dan hasil kegiatan pertambangan maupun bahan-bahan hasil

olahan/campuran bahan serta rekayasa teknologi bahan bangunan.

Bahan dasar yang diperoleh langsung dari alam dan hasil kegiatan

pertambangan yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi dinding antara

lain: batu alam, besi, kayu, bambu, tanah liat dan sebagainya. Bahan dasar

hasil olahan/campuran dan rekayasa teknologi bahan bangunan antara lain:

cement, asbestos, fiberglass, kaca, alumunium, gypsum, kertas, dan

sebagainya.

Bahan-bahan dasar tersebut baik secara langsung ataupun setelah melalui

proses lanjut dan pencetakan menghasilkan bermacam-macam konstruksi

dinding antara lain: dinding batu alam, dinding batu bata, dinding batako,

dinding kerawang, dinding ferro cement, dinding beton, dinding kayu,

dinding asbestos cement, dindingfiberglass , dinding kaca, dinding panel

alumunium, dinding panel gypsum, dinding panel kertas dan sebagainya.

2.1.2. Diniding batako dan conblock

a. Batako

Batako adalah bata yang dibuat secara pemadatan dari tras dan kapur

tanpasemen.Bila dibandingkan dengan bata merah, batako memiliki

karakteristikyangdapat menghemat dalam beberapa segi, yaitu dalam tiap

meterperseginya dibutuhkan jumlah yang lebih sedikit.Batako juga lebih

ringandibanding bata merah, sehingga dapat mengurangi beban

konstruksibangunan sehingga memerlukan konstruksi yang lebih kecil

dibandingkanpenggunaan bata merah baik balok, kolom maupun

GELVIN APRILIO
3201707032
7
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

pondasinya.Dalampenggunaan adukan plesteran lebih hemat 75 % sehingga

berat tembokmampu berkurang hingga 50 %.Pada batako tertentu dengan

kualitas yangbaik, batako tidak memerlukan plesteran.Batako dapat dibuat

dengan mudah menggunakan peralatan yang sederhana, tanpa pembakaran

sehingga mampu menghemat energi hingga 80 %.Dengan demikian batako

dapat dikatagorikan juga sebagai bahan bangunanyang ekologis terutama

yang tanpa menggunakan semen.

Adapun proses pembuatan batako adalah sebagai berikut:

a) Tras yang sudah disiapkan harus disaring/ diayak agar terbebas dari

batukerikil atau bahan lain yang memiliki ukuran lebih besar.

b) Setelah tras dirasa memiliki ukuran yang kecil merata maka

dilakukanpencampuran dengan kapur. Perbadingan campuran adalah 5 bagian

trasdengan 1 bagian kapur.

c) Sesudah campuran benar-benar merata maka ditambahkan dengan

airsedikit demi sedikit hingga menjadi adukan yang baikdan mudah dicetak.

d) Apabila sudah tercetak dengan baik dan padat maka batako

harusdikeringkan. Pengeringan dilakukan ditempat yang teduh tanpa

adanyasinar matahari langsung maupun hujan.Masa pengeringan

memakanwaktu 3 hingga 5 hari.Untuk mendapatkan hasil maksimal

pengeringandan pengerasan dapat dilakukan selama 3 hingga 4 minggu

selayaknyapembuatan beton.Setelah kering benar, maka batako siap

dipergunakan.

GELVIN APRILIO
3201707032
8
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

b. Conblok

Conblock adalah bata berlubang yang dibuat dengan cara pemadatan

daribahan semen portland dan pasir. Secara fisik sekilas conblock tidak

berbedadengan batako, baik bentuk maupun ukuran.Karena alasan

kemudahanmendapatkan bahan bakunya conblock lebih sering dibuat oleh

produsenbahan bangunan tersebut.

Adapun proses pembuatan conblock adalah sebagai berikut:

1) Pasir yang sdah disiapkan diayak terlebih dahulu agar halus terbebas dari

kerikil atau partikel lain yang berukuran besar.

2) Setelah pasir halus, maka dilakukan pencampuran dengan semenportland.

Perbandingan antara semen dan pasir adalah 1 bagian semendan 10 bagian

pasir.

3) Sesudah campuran pasir dan semen benar-benar merata makaditambahkan

dengan sedikit air agar lembab dan mudah dicetak.

4) Seusai semua bahan siap, maka dilakukan pencetakan dengan alat

presseperti halnya batako.

Keuntungan conblock sama dengan batako yaitu:

1) Lebih hemat dalam pemakaian adukan dibandingkan pasangan bata merah.

2) Pemasangan lebih cepat dibandingkan bata merah.

GELVIN APRILIO
3201707032
9
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

3) Dapat dibuat sendiri dengan peralatan pres yang sederhana danpembuatan

dalam kapasitas kecil

4) Menghemat penggunaan air dalam proses membangun (5 liter/m2

untukbatako atau conblock dan 42 liter/m2 untuk bata merah).

Dengandemikian akan lebih cepat kering dan menjadiakn pekerjaan

cepatselesai.

Conblock yang diaplikasikan sebagai bahan pembentuk dindingyang

masih baru dan yang sudah berlumut karena tingkat kalpiler yang

tinggiSumber: dokumen pribadiBatako dan conblock memiliki sifat kapiler

yang sangat tinggi, sehinggadalam pemasangan kedua bahan bangunan

tersebut harus diisolasi dari tanahdan air. Cara pengisolasiannya yaitu dengan

penggunaan plesteran trasram,serta pemberian jarak dari tanah baik digantung

maupun dengan balok sloof.

Keterangan batako dan conblok:

a. Panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar.

b. panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai

penutup pada sudut-sudut dan pertemuan.

c. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding

pengisi dengan tebal 10 cm.

d. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai

penutup pada dinding pengisi.

GELVIN APRILIO
3201707032
10
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

e. panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus

untuk dinding pengisi dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan

pertemuan.

f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus

untuk.

2.1.3.Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut:

a. Disimpan dalam keadaan cukup kering

b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk

keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan

c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh

direndam air

d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk

membuat goresan pada batu yang akan dipatahkan.

2.1.4. aturan pemasangan batu batako

Aturan batu buatan yang tidak dibakar (batako) sebenarnya tidak berbeda

dengan aturan batu merah. Pada prinsipnya sistem pemasangannya

menggunakan aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi

papan mistar yang menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga

pada tiap-tiap pemasangan lapisan dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu

GELVIN APRILIO
3201707032
11
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

batako terakhir selalu di tengahtengah. Untuk memperkuat dinding batu

batako juga digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari kolom atau balok

beton bertulang yang dicordi dalam lubang-1ubang batu batako. Kolom beton

ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding. Jika

dinding bersilangan salah satu dinding terdiri dari batu batako yang tidak

berlubang, maka digunakan angker besi beton 3/8".

Beberapa aturan pemasangan batako adalah seperti dilihat padagambar-

gambar berikut :

Gambar IV-

GELVIN APRILIO
3201707032
12
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar IV-19 a dan IV-

19 b

GELVIN APRILIO
3201707032
13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Menyusun dinding pasangan-batu beton:

(a) Bantalan adukan ditebar pada fondasinya.

(b) Lapisan-arah pertama dari blok untuk pasangan sudut-antar diletakkan di

atasadukannya. Adukan untuk siar pasangan pelopor diberikan pada ujung

setiap blokdengan cetok sebelum bloknya diletakkan.

Gambar

IV19

(c) Pasangan pelopor dibangun lebih tinggi. Adukan biasanya diberikan

hanya pada cangkang muka bloknya dan tidak diberikan pada badannya.

GELVIN APRILIO
3201707032
14
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar IV-19 d

(d) Ketika setiap lapisan pasangan dibentang, tingginya secara teliti diperiksa

entah menggunakan mistar lipat, atau seperti yang ditunjukkan di sini,

batang-ukur tingkat yang ditandai dengan tinggi setiap lapisan-pasangan.

GELVIN APRILIO
3201707032
15
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar IV-19 e dan IV-19 f

(e,f) Setiap lapisan-arah baru juga diperiksa dengan alat sipat-datar untuk

memastikanbahwa lapisan itu mendatar dan tegak lurus. Waktu yang

diluangkan untuk memastikanpasangan sudut antarnya telah akurat akan

GELVIN APRILIO
3201707032
16
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

cukup diimbangi oleh ketelitian dinding dankecepatan penyusunan di antara

pasangan pelopor.

GELVIN APRILIO
3201707032
17
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar IV-19 g dan IV-19

(g) Siar pasangan sudut-antar dirapikan menjadi profil konkaf.

(h) Sikat lunak akanmembuang remah-remah setelah perapihan cetok konkaf

tadi. (i) Sebuah benang tukangbatudipertahankan tetap tegang di antara

pasangan pelopor pada blok tali-sipat.

GELVIN APRILIO
3201707032
18
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar IV-19 i dan

IV-19 j

(j) Lapisan-pasangan blok di antara pasangan pelopor disusun dengan cepat,

dandisebariskan hanya dengan tali-sipat; tidak diperlukan lagi batangukur

GELVIN APRILIO
3201707032
19
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

tingkat atau alatsipat-datar. Tukang-batunya telah menebarkan adukan siar

kasuran dan memberi "olesanadukan tepi" siar kasurannya untuk beberapa

blok.

Gambar IV-19 k dan IV-19

(k) Setiap lapisan-pasangan blok penyisip diakhiri dengan blok-tutup, yang

harus

GELVIN APRILIO
3201707032
20
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

disisipkan diantara blok yang telah dibentang. Siar kasuran blok-blok yang

telah disusundiberi olesan-adukan tepi.

(I) Kedua ujung blok-tutup diberi olesan-adukan tepi, dan blokini diturunkan

secara cermat ke tempatnya.

2.2 Definisi kusen

Kusen Pintu dan Jendela

Untuk meletakkan daun pintu atau daun jendela pada dinding, dipasang

rangka yang disebut kusen, kusen untuk tempat tinggal terbuat dari kayu atau

logam. Kusen kayu memberikan penampilan yang hangat dan indah dari

tampilan tekstur serat-serat kayu yang dimilikinya,mempunyai nilai penyekat

panas yang baik dan pada umumnya tahan terhadap pengaruh cuaca. Rangka

jenis ini dapat berupa produk pabrik yang telah diselesaikan dengan pelapisan

cat, pewarnaan atau masih berupa kayu asli tanpa pelapisan. Kusen dari

bahan logam berbeda dari kayu, kusen logam tidak terpengaruh bila basah,

kusen logam ini tidak memiliki kehangatan dalam penampilan dan

memberikan daya tahan yang kecil terhadap perpindahan panas. Kusen logam

dapat terbuat dari alumunium, baja atau baja tak berkarat (stainless-steel),

warna alami logam dapat ditutup dengan lapisan cat dan dirawat dengan baik

untukmencegah korosi.

Ukuran penampang batang kayu untuk rangka pintu dan jendelaadalah

sebagai berikut :

Pada pintu biasa dengan satu daun:

GELVIN APRILIO
3201707032
21
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

5/10 5/12 5/14 5/15 cm

6/10 6/12 6/14 6/15 cm

7/12 cm

Pada pintu rangkap dengan dua daun:

8/10 8/12 8/14 8/15 cm

2.2.1. Bagian-Bagian Kusen

Kusen terdiri atas :

1. Tiang (style).

2. Ambang (dorpel) pada kusen jendela terdapat ambang atas dan ambang

bawah sedangkan pada pintu tidak ada ambang bawah.

3. Sponneng, yaitu tempat perletakan/melekatnya daun pintu atau daun

jendela.

4. Telinga, yaitu bagian ambang (dorpel) yang masuk/ditanam kedalam

tembok yang berfungsi untuk menahan gerakan kusen kemuka atau

kebelakang.

5. Alur kapur, bagian dari tiang (style) yang dialur/dicoak dengan fungsi

untuk menahan gerakan kusen kemuka atau kebelakang selain itu juga agar

apabila terjadi penyusutan, tidak timbul celah.

GELVIN APRILIO
3201707032
22
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

6. Angkur, dipasang pada tiang (style), berfungsi untuk memperkuat

melekatnya pada tembok juga menahan gerakan ke samping.dan ke muka/ke

belakang.

7. Duk (neut), dipasang pada tiang (style) di bagian bawah, khusus untuk

kusen pintu, berfungsi untuk menahan gerakan tiang ke segala arah dan

melindung tiang kayu terhadap resapan air dari latai ke atas.

2.2.2 Jenis-Jenis Kusen Pintu

a. Kusen Pintu Tunggal

Gambar

b. Kusen Pintu Gendong

GELVIN APRILIO
3201707032
23
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

c.KusenPintuGendongVentilasiMelingkar

2.2.3. Jenis-Jenis Kusen Jendela

GELVIN APRILIO
3201707032
24
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

a. Kusen Jendela Tunggal

b. Kusen Jendela Ganda

2.2.4. Pemasangan Kusen

GELVIN APRILIO
3201707032
25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1. Pemasangan Kusen Pintu

Cara pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut;

a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah

dijangkau.

b. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as

bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen.

c. Pasang angker pada kusen secukupnya.

d. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter

dari tinggi bouwplank.

e. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan

unting-unting.

f. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.

g. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan

menjadi kokoh.

h. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatnya,

ketinggian dan ketegakan dari kusen.

i. Bersihkan tempat sekelilingnya.

GELVIN APRILIO
3201707032
26
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar X-14a, Pemasangan Kusen Pintu pada

Konstruksi Dinding

2.

Pemasangan Kusen Jendela

Cara pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut;

a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah

dijangkau.

b. Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank.

c. Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela .

d. Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank.

GELVIN APRILIO
3201707032
27
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

e. Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut.

f. Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan unting-

unting.

g. Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat.

h. Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yang

benar.

i. Bersihkan tempat sekelilingnya.

GELVIN APRILIO
3201707032
28
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2.3 Plester

2.3.1 pengertian plester

Plesteran dinding merupakan lapisan pada dinding yang merupakan

penguat ikatan dinding, memperhalus pasangan dinding dan menghambat

rembesan langsung dari air yang mengenai dinding.

Plesteran ini terdiri dari semen dan pasir yang diaduk dengan air. Pada

dinding yang berhubungan langsung dengan air (seperti dinding kamar

mandi) biasanya dipakai pasangan trasram yaitu kalau pada bata, dipasang

bata dengan perbandingan spesi/adukan antara semen dengan pasir 1:2

sehingga kedap air.  Pada bagian luar dinding ini juga dipakai acian yang

akan melicinkan permukaan. Acian adalah semen yang dicampur dengan air

dalam bentuk pasta.Untuk mendapatkan acian yang bagus, beri waktu

plesteran 3 hari sampai seminggu untuk pengeringan yang bagus. Kalau tidak,

maka akan terjadi retak susut pada acian yang secara struktur tidak akan

mengganggu tapi secara keindahan dan kenyamanan tentu akan mengganggu

kenyamanan rumah tersebut.

Membuat pl\ester adalah melapisi pasangan batu bata, baik bagi

pasangan batu kali maupun batu cetak (batako) agar permukaannya tidak

mudah rusak, juga agar kelihatan rapi dan bersih. Pekerjaan plesteran

dilakukan pada pasangan pondasi, pasangan tembok dinding rumah, lantai

batu bata, lisplang beton, dan sebagainya. Menurut sifatnya plesteran

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

GELVIN APRILIO
3201707032
29
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

a. Plesteran Kasar

Digunakan untuk melapisi permukaan batu bata atau pasangan batu belah

yang tidak terlihat dari luar, misalnya tembok yang di atas rangka plafond,

pasangan pondasi yang akan diurug.

b. Plesteran setengah halus atau setengah kasar

Digunakan untuk permukaan lantai gudang, lantai lapangan olah raga, lantai

teras, lantai kamar mandi, dan sebagainya.

c. Plesteran halus

Digunakan sebagai pelapis tembok-tembok rumah, dalam hal ini langsung

berhubungan dengan keindahan atau kerapian pandangan.

Untuk plesteran yang bagus, pasirnya harus sangat diperhatikan. Pasir yang

disyaratkan adalah :

1. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5%

2. Gradasi pasir tidak boleh seragam, ada bagian halus sedang dan kasarnya.

3. Pasir jangan terlalu halus, karena akan terjadi retak susut yang banyak.

4. Pasir dan air tidang mengandung garam yang akan merapuhkan.

5. Pasir dan air tidak tercampur minyak, karena semen tidak akan mengikat

bila terkena minyak.

2.3.2 Cara dalam pekerjaan plesteran dinding

GELVIN APRILIO
3201707032
30
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1. Selesaikan pekerjaan instalasi yang terdapat pada dinding terlebih dahulu,

seperti instalasi listrik dan plumbing, sehingga tidak ada chipping lagi

setelah diplester dan plesteran terlihat rapi.

2. Perhatikan bagian-bagian pasangan dinding yang menonjol, dan bersihkan.

3. Basahi dinding dengan air bersih sampai jenuh, untuk menghindari semen

diserap pasangan dinding.

4. Untuk dinding yang berhubungan langsung dengan air, dipakai plesteran

dengan adukan 1 PC : 2 Pasir supaya kedap air.

5. Ketebalan plesteran maksimal adalah 2,5 cm, atau sesuai petunjuk

pengawas pada konstruksi khusus.

6. Plesteran harus lurus, tidak bengkok atau menggelembung dari

dindingnya.

Jika terjadi keretakan, maka segera lakukan chipping dan diplester kembali.

GELVIN APRILIO
3201707032
31
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB III

TINJAUAN KEGIATAN YANG DIAMATI

3.1Pekerjaan yang Diamati

Pekerjaan yang saya amati pada praktek kerja lapangan pada proyek

pembangunan rumah sederhana tipe 60,73,83 yang terdapat di JL. UJUNG

PANDANG.

Adapun pekerjaan yang di amati pada praktek kerja lapangan ini adalah

3.1.1 Pekerjaan Dinding

Dinding yang digunakan dalam proyek pembangunan rumah sederhana ini

adalah dinding batako dengan ukuran batako 18cm x 35 cm dan dengan

GELVIN APRILIO
3201707032
32
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

ketebalan 7cm dan plesteran luar dalam 1cm. Adapun lingkup pekerjaan

yang dilakukan dalam pengerjaan adalah sebagai berikut:

1. persiapan alat dan bahan.

2. penentuan titik titik dinding

3. pengadukan semen

4. pemasangan batako dan pemasangan kusen

5. plesteran

3.1.1.1persiapan alat bahan

A. Bahan

1.batako

Batako yang di gunakan adalah jenis batako berukuran 18cm x 35

2.semen

3. Pasir

pasiryang digunakan adalah pasir halus dan pasir kasar

4.Air

Air yang digunakan untuk pekerjaan diambil dariparit yang berada


di dekat lokasi.

B. Alat

1. sekop

2. Arco Dorong

3. Sendok semen

4. Palu

GELVIN APRILIO
3201707032
33
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

5. paku

6. Batu lot

7. benang

8. papan mal

9. ember

10. meteran

11. siku siku

12. selang

3.1.2 Penentuan titik titik dinding

A. Persiapan

Sebelum memulai penentuan titik titik dinding, langkah selanjutnya adalah

mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan.Adapun bahan dan peralatan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Batu lot/tali lot

Digunakan untuk mengetahui kelurusan agar tidak condong .

Gambar 3.1.1.2 batu lot


(dokumen pribadi)
2. Benang nilon

GELVIN APRILIO
3201707032
34
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Benang nilon di gunakan untuk mengukur kedataran pemasangan dinding

Gambar 3.1.1.2 benang nilon


(dokumen pribadi)
3. Penggaris siku

Penggaris siku digunakan untuk mengecek sudut.

Gambar 3.1.1.2 penggaris siku


(dokumen pribadi)
4. Selang perata

Selang air digunakan untuk mengukur kedataran dalam pemasangan

dinding dan lain – lainnya.

Gambar 3.1.1.2 selang

GELVIN APRILIO
3201707032
35
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

(dokumen pribadi)
5. Palu

Palu dipergunakan untuk meletakkan paku beton pada dinding dan sebagai

pemukul pada setiap pekerjaan.

Gambar 3.1.1.2 selang


(dokumen pribadi)
6. pensil

Di gunakan sebagai penanda

Gambar 3.1.1.2 pensil


(dokumen pribadi)
7. paku

GELVIN APRILIO
3201707032
36
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar 3.1.1.2 paku


(dokumen pribadi)
B.Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengerjaan pengukuran sebanyak 4

orang.

C.Pelaksanaan

Setelah setiap kolom diukur dengan benang dan telah memperoleh hasil

yang sama dan rata, bagian tersebut ditandai dengan pensil kemudian

dipasang paku pada setiap kolom yang memiliki tinggi sesuai dengan

ketinggian dinding untuk menandainya. Paku tersebut dipasang pada bagian

atas dan bawah kolom. Kemudian pada ujung kedua kolom yang dipasangi

paku tersebut dipasang benang nilon secara vertikal.

Selain dipasang secara vertikal, benang tersebut juga dipasang secara

horizontal dengan cara mengikatkan tali pada bentang kolom yang satu

dengan yang lain yang akan dipasang batako. Benang horizontal tersebut

dipasang pada benang vertikal yang terdapat pada kolom kiri dan kanan,

bukan pada paku agar dapat dinaik turunkan sesuai dengan tinggi setiap

batako. Benang horizontal tersebut berfungsi untuk meratakan pemasangan

batako secara perbaris agar dipasang dengan rata.

3.1.3 Pengadukan semen untuk spesi

A. Persiapan

GELVIN APRILIO
3201707032
37
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Sebelum memulai pengadukan semen, langkah selanjutnya adalah

mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan.Adapun bahan dan peralatan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1.Sekop

Sekop di gunakan untuk pengadukan agregat supaya merata

Gambar 3.1.1.3sekop (dokumen pribadi)


2.Arco dorong

Arco dorong di gunakan sebagai pengangkut bahan bahan.

Gambar 3.1.1.3arco dorong


(dokumen pribadi)
3.Ember

Ember di gunakan sebagai pengangkut bahan bahan dan penakar ukuran

bahan bahan.

GELVIN APRILIO
3201707032
38
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar 3.1.1.3ember
(dokumen pribadi)
4.Semen

5. Pasir

6.Air

B. Pelaksanaan

Pada kegiatan pengadukan ini pertama mempersiapkan campuran spesi

dengan perbandingan 1:3 (1 sak semen : 3 arco pasir) kemudian di aduk

sampai merata, kegiatan ini di lakukan di lantai bangunan.

Gambar 3.1.1.3
(dokumen pribadi)
3.1.4 Pemasangan batako dan pemasangan kusen

Setelah antar kolom telah pas posisinya yang telah di ukur dengan batu lot,

benang nilon, dan selang dan adukan untuk spesi telah siap proses

pemasangan batako lansung di laksanakan.

Untuk pemasangan batako, dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian atas dan

bagian bawah dengan hari yang berbeda. Dengan ketinggian 1,5 - 2 m atau 7-

10 tingkat batako.

GELVIN APRILIO
3201707032
39
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Posisi pemasangan batako dimulai dari bagian kiri bawah menuju

kekanan, kemudian naik ke baris atas, dimulai dari kanan menuju ke kiri

hingga seterusnya seperti itu. Ada pun untuk pemasangan tiap batakonya

sendiri dipasang secara zigzag agar batako dapat melekat dengan kuat.

Proses pemasangan batako dimulai dengan meletakkan adukan spesi di

atas balok sloof dengan ketebalan 1 cm. Kemudian di atas spesi tersebut

diletakkan batako utuh, dengan posisi bagian batako yang belubang

diletakkan di bagian bawah agar lubang tersebut dapat mengikat spesi di

bawahnya.Kemudian pada setiap celah atau siar siar antara batako yang satu

dan yang lain juga diberi campuran spesi agar batako dapat terikat kuat. Jarak

celah antar batako tersebut sekitar 1 cm.

Proses pemasangan batako ini di lakukan selama 3 hari.

A. Hari pertama

Untuk batako pertama dipasang setengah batako agar diperoleh motif

zigzag dengan batako baris sebelumnya, begitu seterusnya. Pertama-tama

adukan spesi diletakkan di atas batako baris sebelumnya kemudian batako

diletakkan di atas adukan tersebut terkecuali untuk pintu dan di lanjutkan ke

tingkat batako hingga setinggi 50cm (2,5 batako), mulai menentukan untuk

titik dan pengukuran lebar jendela dan di beri celah untuk kusen 5cm pada

sisi kiri dan kanan agar pada saat pemasangan kusen makin kuat, setelah

posisi jendela telah di tentukan di lanjutkan untuk tingkat batako hingga

ketinggian 1,5 – 2 m atau 7 – 10 batako, di lanjutkan dengan pemasangan

GELVIN APRILIO
3201707032
40
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

posisi dinding lain nya Kemudian batako tersebut di ikat dengan cor kolom

praktis dan dibiarkan mengering terlebih dahulu atau sekitar seharian.

Gambar 3.1.1.3hari pertama


(dokumen pribadi)
B. Hari kedua (pemasangan batako dan kusen)

Pada hari kedua ini adalah melanjutkan pemasangan batako dan

pemasangan kusen.

Setelah batako terpasang setinggi tujuh, tukang melakukan pemasangan

kusen untuk menegakan kusen di pasng lah skur dandengan menggunakan

selang untuk memperoleh posisi horizontal yang rata dan menggunakan

unting-unting/batu lot untuk memperoleh posisi yang tegak.

GELVIN APRILIO
3201707032
41
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar 3.1.1.3hari kedua


(dokumen pribadi)
Seteleh itu kusen tersebut di cor bagian kiri dan kanannya untuk

menyatukan kusen dengan dinding batako. Setelah itu di lanjutkan

pemasangan batko lagi sampai setinggi 1,5 m dan di biarkan seharian.

Gambar 3.1.1.3hari kedua


(dokumen pribadi)
c. hari ke tiga

Pada hari ketiga ini adalah tahap penyelesaian semua pemasangan dinding.

Proses pemasangan nya sama dengan tahap pertama.

Gambar 3.1.1.3hari ke tiga

GELVIN APRILIO
3201707032
42
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

(dokumen pribadi)
3.2 plester

a. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan

1. Sekop

Sekop merupakan alat yang digunakan sebagai pengaduk untuk mengaduk

campuran agregat secara manual.

Gambar.3.2 Sekop

Sumber : Dokumen pribadi

2. Ember

Ember merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut air dan agregat.

Gambar.3.2 Ember

Sumber : Dokumen pribadi

3. Archo dorong

Sebagai alat untuk membawa bahan-bahan seperti campuran beton dan

lain-lain.

Gambar.3.2Arco Dorong

Sumber : Dokumen pribadi

GELVIN APRILIO
3201707032
43
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

4. Sendok semen

Sendok semen merupakan alat untuk plesteran beton dan juga perata.

Gambar 3.2Sendok Semen

Sumber : Dokumen pribadi

5. Bilah perata

Bilah perata merupakan alat yang digunakan sebagai perata pada

permukaan agregat.

Gambar.3.2Bilah Perata

Sumber : Dokumen pribadi

6. Besi panjang

Digunakan untuk mertakan campuran plester pada proses pemelesteran.

7. Bak penyimpanan

Kotak adukan merupakan alat yang digunakan sebagai tempat untuk

menyimpan agregat agar tidak berserakan.

Gambar.3.2Kotak Adukan

Sumber : Dokumen pribadi

GELVIN APRILIO
3201707032
44
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

8. Perancah

Perancah digunakan sebagai alat bantu yang digunakan tukang untuk

memasang plesteran.

Gambar.3.2. Perancah

Sumber : Dokumen pribadi

Bahan yang digunakan

1. Semen

Untuk bahan campuran membuat beton.

2. Pasir

Untuk bahan campuran membuat beton.

3. Air

Air yang digunakan yaitu air kolam yang terdapat di sekitar bangunan.

Setelah pekerjaan pasangan bata selesai dikerjakan dan dianggap

sudah dapat untuk dilakukan pemelesteran, hal pertama yang harus

dilakukan adalah membasahi dinding batako. Hal ini berfungsi agar

campuran plester dapatmenempel dengan baik.

GELVIN APRILIO
3201707032
45
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar.3.42. Penyiraman air

Sumber : Dokumen pribadi

Selanjutnya adalah mempersiapkan campuran plester dengan

perbandingan 1 : 3 (1 sak semen: 3 arco pasir beserta air secukupnya).

Setelah proses pengadukan plester selesai selanjutnya adukan tersebut

dibawa ke lokasi pemasangan plesteran dengan menggunakan dolak atau

pun ember.

Gambar.3.43 Pengadukan campuran plester

Sumber : Dokumen pribadi

Dinding yang akan diplester terdiri dari dua bagian yaitu bagian

dalam bangunan dan bagian luar bangunan. Untuk bagian dalam bangunan

dilakukan pemasangan plester terlebih dahulu guna menghindari dinding

tersebut terkena hujan.Setelah bagian dalam selesai diplester, selanjutnya

bagian luar yang dilakukan pemasangan plester.

Pada saat melakukan pemasangan plester, suatu bidang dinding

dibagi menjadi dua, bagian atas dan bawah.Bagian yang dipasang plester

GELVIN APRILIO
3201707032
46
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

yang pertama adalah bagian atas bertahap ke bagian bawah.Hal ini

dikarenakan karena jika bagian bawah terlebih dahulu, dikhawatirkan saat

melakukan plesteran bagian atas, plesteran bawah akan rusak terkena

tetesan adukan dari atas ataupun tergores oleh perancah yang digunakan

untuk memanjat.Pada proses pemlesteran untuk ketinggian lebih dari 2

meter digunakan perancah sebagai alat bantu tukang.

Gambar.3.44 Penggunaan perancah

Sumber : Dokumen pribadi

b. Proses pemlesteran

Ambil campuran semen sedikit demi sedikit dari bak penyimpanan

yang telah diisi campuran semen. Tempel ke dinding batako setebal 1,5

cm dengan cara tempel bagian atas dahulu menggunakan sendok semen.

Setelah itu, tempel langsung menggunakan penggosok /setrika ke bawah .

Dalam proses ini, plester masih berbentuk kasar.

GELVIN APRILIO
3201707032
47
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pada saat proses pemlesteran, terjadi kendala dikarenakan

pemasangan batako yang tidak rata pada dinding di ruang kerja.

Penanganan yang terjadi adalah dengan cara mengatur ketebalan

plesterannya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Perbandingan Pekerjaan dinding

Teori

aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi papan mistar

yang menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga pada tiap-tiap

GELVIN APRILIO
3201707032
48
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

pemasangan lapisan dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu batako

terakhir selalu di tengahtengah.

Lapangan

Setelah setiap kolom diukur dengan benang dan telah memperoleh hasil

yang sama dan rata, bagian tersebut ditandai dengan pensil kemudian

dipasang paku pada setiap kolom yang memiliki tinggi sesuai dengan

ketinggian dinding untuk menandainya. Paku tersebut dipasang pada bagian

atas dan bawah kolom. Kemudian pada ujung kedua kolom yang dipasangi

paku tersebut dipasang benang nilon secara vertikal

Pada pekerjaan persiapan anatara teori dan lapangan tidak berbeda karena

sama-sama meliputi pekerjaan pembersihan dan persiapan bahan dan alat

dalam pekerjaan dinding.

Posisi pemasangan batako dimulai dari bagian kiri bawah menuju

kekanan, kemudian naik ke baris atas, dimulai dari kanan menuju ke kiri

hingga seterusnya seperti itu. Ada pun untuk pemasangan tiap batakonya

sendiri dipasang secara zigzag agar batako dapat melekat dengan kuat.

4.2 Perbandingan pekerjaan pemasangan kusen

TeoriPemasangan Kusen Pintu

Cara pemasangan kusen pintu adalah sebagai berikut;

a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan

mudah dijangkau.

b. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap

GELVIN APRILIO
3201707032
49
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

as bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen.

c. Pasang angker pada kusen secukupnya.

d. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2

meter dari tinggi bouwplank.

e. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan

menggunakan unting-unting.

f. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.

g. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga

kedudukan menjadi kokoh.

h. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada

tempatnya, ketinggian dan ketegakan dari kusen.

i. Bersihkan tempat sekelilingnya.

Lapangan

, tukang melakukan pemasangan kusen untuk menegakan kusen di pasng

lah skur dandengan menggunakan selang untuk memperoleh posisi horizontal

yang rata dan menggunakan unting-unting/batu lot untuk memperoleh posisi

yang tegak. Seteleh itu kusen tersebut di cor bagian kiri dan kanannya untuk

menyatukan kusen dengan dinding batako. Setelah itu di lanjutkan

pemasangan batko lagi sampai setinggi 1,5 m dan di biarkan seharian

GELVIN APRILIO
3201707032
50
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

4.3 Perbandingan pekerjaan plester

teori

Cara dalam pekerjaan plesteran dinding

1. Selesaikan pekerjaan instalasi yang terdapat pada dinding terlebih dahulu,

seperti instalasi listrik dan plumbing, sehingga tidak ada chipping lagi

setelah diplester dan plesteran terlihat rapi.

2. Perhatikan bagian-bagian pasangan dinding yang menonjol, dan bersihkan.

3. Basahi dinding dengan air bersih sampai jenuh, untuk menghindari semen

diserap pasangan dinding.

4. Untuk dinding yang berhubungan langsung dengan air, dipakai plesteran

dengan adukan 1 PC : 2 Pasir supaya kedap air.

5. Ketebalan plesteran maksimal adalah 2,5 cm, atau sesuai petunjuk

pengawas pada konstruksi khusus.

Lapangan

1. Membersihkan bagian dinding yang menonjol.

2. Membasahi dinding.

3. Menempelkan plesteran yang sudah di siapkan mulai dari atas ke bawah

dengan proses 1 kali plester sehingga plesteran pada dinding masih kasar.

4.4 Kesimpulan

4.4.1 Tahap pekerjaan dinding

GELVIN APRILIO
3201707032
51
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pada tahap persiapan ini antara teori dan lapangan tidak jauh berbeda

karena sama sama memperisiapkan alat alat yang membantu untuk melurus

kan dinding.

Pada tahap pengukuran juga sama sebelum memasang dinding di perlukan

pengukuran.

Pada pemasangan batako terdapat kesamaan yaitu pemasangan zigzag,

namun juga terdapat kelainan yaitu pada teori akhir pemasangan batako harus

di tengah agar mendapat kan kekutan yang lebih, namun pada lapangan cara

pemasangan nya dari kiri ke kanan atau sebalik nya yang berahir pasti di dan

Pemasangan batako pada teori batako di hubungkan oleh kolom yang sudah

jadi, namun di lapangan batako di hubungkan dengan cara pengecoran kolom

sebagai penghubung antar batako tersebut.

4.4.2Pemasangan kusen

Pada pemasangan kusen ini pada teori dan lapangan tidak jauh berbeda

yakni sama sama mengguna kan alat perata,(batu lot), alat penahan(skur).

Namun ada sedikit perbedaan pada teori dan lapangan yaitu pada teori

mengguna kan angkur sebagai pengikat kusen dengan beton sedang kan pada

lapangan menggunakan paku paku yang di susun pada tepi tepi kusen sebagai

penahan kusen dengan beton.

4.4.3 Plester

Teori dan lapangan tidak jauh berbeda hanya saja pada proses penghalusan

plesteran dan di lapangan tidak ada penghalusan.

GELVIN APRILIO
3201707032
52
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pada kenyataan perbandingan antara teori dengan praktek dilapangan tidak

selamanya sama, hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu:

1. Cuaca

2. Pengadaan bahan dan alat

3. Manajemen proyek yang baik

4. Tenaga kerja yang profesional

4.5 Saran

Sebaiknya pekerjaan lapangan tidak jauh berbeda dengan teori terutama

pemasangan dinding dan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Dan yang harus diperhatikan

dalam suatu pekerjaan adalah memanfaatkan cuaca dengan sebaik-baiknya

juga berhati-hati dalam melakukan suatu pekrejaan, karena kesalahan yang

terjadi saat di lapangan dapat menyebabkan kerugian.

GELVIN APRILIO
3201707032
53

Anda mungkin juga menyukai