Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN


POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perumahan adalah suatu kawasan yang terdiri dari banyak bangunan yang biasa
digunakan sebagai tempat tinggal. Dalam proyek pembangunan perumahan ini,
owner bermaksud untuk menyewakan atau menjual tempat tinggal 1 lantai.
Karena saat ini banyak orang yang ingin memiliki rumah sendiri dan atau untuk
keperluan lainnya, karena rumah adalah kebutuhan primer manusia.
Perumahan tidak dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan
semata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam
menciptakan ruang kehidupan memasyarakatkan dirinya serta menampakkan jati
diri.
Dengan melihat permasalahan diatas PT. Golden Platinum Residence
menyediakan rumah tinggal di Jl Ujung Pandang. Pemilik lahan memilih lokasi
proyek pembangunan ruko di Jl Uung Pandang karena merupakan tempat yang
masih hijau dan cocok untuk rumah tinggal yang tenang. Terbukti dengan begitu
banyaknya proyek pembangunan lain yang sedang direncanakan maupun yang
sudah berjalan pembangunannya.

1.1.1. Pembangunan perumahan PT. Golden Platinum Residence


Pada pembangunan perumahan ini objek yang diamati adalah cara kerja
dari proses plester dinding. Tujuan dari pembangunan objek tersebut agar dapat
mengetahui cara kerja dilapanan serta dapat membandingan cara kerja yang sesuai
dengan persyaratan yang telah di pelajari di dalam kelas.
Dalam PKL-01 ini, terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pembangunan perumahan ini.

EPI SUKMAWATI
3201807080 1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.1.2. Data Teknis Proyek Pembangunan Perumahan Rumah Tinggal PT.


Golden Platinum Residence.
Mengingat bahwa banyak pihak-pihak serta komponen-komponen
pendukung yang cukup kompleks dalam proyek ini maka di butuhkan
pengorganisisran perencanaan, tenaga kerja serta kebutuhan logistik bangunan itu
sendiri karena kantor yang di bangun ini menggunakan jasa pihak perseorangan
yang tidak memiliki badan hukum yang tetap. Adapun beberapa data tekins
proyek yang harus di ketahui di dalam pembangunan perumahan ini adalah
sebagai berikut:
1. Nama proyek Perumahan Golden Platinum Resedence

2. Lokasi proyek Jl.Dr. Wahidin, Jl. Ujung Pandang, Pontianak, Kota Madya,
Kota Pntianak, Kalimantan barat, Indonesia

3. Luas Bangunan 70 m2

4. Sumber dana PT. Golden platinum Recedence

5. Pemilik proyek Wendy

6. Besar Dana Total Rp. 580.000.000,00

7. Pengawas lapangan Herman Gunawan

8. Waktu pelaksanaan 11 Oktober-11 Januari

9. Target pembangunan 3 bulan

10. Kontraktor PT. Golden Platinum Resedence

EPI SUKMAWATI
3201807080 2
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.1.3. Batasan Amatan


a. Rincian Pekerjaan Keseluruhan
a) Pekerjaan Pembersihan Lokasi
Sebelum membangun/mendirikan bangunan, hendaklah melakukan
pembersihan lokasi terlebih dahulu agar lahan terlihat bersih dan untuk
memudahkan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Pekerjaan Pemasangan Bouwplank
Untuk mengetahui luasan bangunan yang akan dibangun dapat dilakukan
dengan pemasangan bouwplank atau papan bangunan, berfungsi sebagai
batas acuan luasan bangunan yang akan didirikan.
c) Pekerjaan Pondasi
Tahapan pengerjaan pondasi dimulai dengan cara menggali lubang untuk
merakit dan meletakkan konstruksi pondasi, kemudian dicor dan tanah
yang telah digali diurug kembali. Fungsi pondasi sebagai penahan dari
semua beban pada bangunan tersebut.
d) Pekerjaan Balok Sloof
Setelah pekerjaan pondasi selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan balok sloof, yang berfungsi sebagai penahan dari konstruksi
dinding dan pembatas urugan pasir pada lantai.
e) Pekerjaan Kolom
Kolom barfungsi sebagai tiangpengikat antara konstruksi dinding. Kolom
juga berfungsi sebagai penahan beban-beban vertikal.
f) Pekerjaan Dinding
Dinding berfungsi sebagai pemisah antara ruang dalam dan luar
bangunan.
pekerjaan dinding dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
tergantung dari jenis konstruksi dinding yang digunakan.
g) Pekerjaan Khusen Pintu, Jendela dan Ventilasi

EPI SUKMAWATI
3201807080 3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Khusen berfungsi sebagai bingkai atau pengikat perangkat Pintu, Jendela


dan Ventilasi, dengan adanya khusen, barulah Pintu, Jendela dan
Ventilasi dapat terpasang setara dinding bangunan.
h) Pekerjaan Pintu, Jendela dan Ventilasi
Pintu, jendela dan ventilasi berfungsi sebagai bukaan bagi sirkulasi gerak
manusia, udara dan angin, setiap bangunan hendaknya harus
memilikinya.
i) Pekerjaan Konstruksi Atap
Atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari cuaca panas maupun
hujan. Pekerjaan konstrusi atap dimulai dengan membuat balok penutup
atau pun ring balok, yang berfungsi sebagai penopang dari komponen
konstruksi atap, kemudian memasang perangkat kuda-kuda yang dirakit
di luar maupun dalam bangunan. Setelah kuda-kuda terpasang,
dilanjutkan dengan pemasangan gording, kasau,nok, reng dan penutup
atap. Atap berfungsi sebagai pelindung bangunan dari cuaca panas
maupun hujan.
j) Pekerjaan Plafond
Pekerjaan plafond di buat agar menutupi rangka atap sehingga bangunan
terlihat rapi. Bahan-bahan material yang dapat digunakan pada pekerjaan
plafond antara lain: GRC board, Gypsum board, tripleks, dan sebagainya.
k) Pekerjaan Lantai
Pekerjaan lantai dimulai dengan cara memasukkan urugan pasir kedalam
bangunan, kemudian dipadatkan dan diratakan. Kemudian dipasang
wiremesh (bila perlu), dicor, dan terakhir dipasang penutup lantai.
l) Pekerjaan Finishing
Tahapan akhirnya adalah pekerjaan finishing atau merapikan dari semua
unit pekerjaan dimulai dari pengamplasan, pendempulan, sampai dengan
pengecatan dan pemasangan oker/acian.

EPI SUKMAWATI
3201807080 4
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

b. Rincian Pekerjaan Dinding


Dengan keterbatasannya waktu dalam pengamatan proses pembangunan
perumahan di Jl Ujung Pandang, Kota Pontianak, hal yang di amati adalah
proses pembuatan struktur dinding bangunan. Hal yang di amati, yaitu:
a) Proses pengadukan semen
b) Proses penyusunan bata
c) Proses pengecoran bata
d) Proses plester dinding

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengamatan tersebut adalah:
1.2.1 Tujuan umum
Dengan adanya mata kuliah Praktik Kerja Lapangan-1 (PKL01) ini dapat
memberi pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana melaksanakan kegiatan
proyek dalam pembangunan Kapasitas Logistik Perdagangan dan Sarana
Perdagangan, untuk dikembangkan selanjutnya dalam dunia kerja nanti.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pengamatan proyek tersebut adalah:
a) dapat mengetahui dan memahami pengertian dinding
b) dapat mengetahui dan memahami proses pengerjaan dinding dari penelitian di
lapangan
c) dapat menganalisis masalah-masalah yang terjadi ketika pelaksanaan dengan
membedakan sesuai persyaratan SNI
d) dapat memecahkan masalah-masalah dari analisa-analisisa ketika waktu
pelaksanaan, atau dapat memahami langkah sesuai SNI

EPI SUKMAWATI
3201807080 5
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

e) dapat mengetahui struktur organisasi perusahaan dan proyek


f) dapat melihat proses kerja pembangunan Kapasitas Logistik Perdagangan dan
Sarana Perdagangan

1.3 Metode pengumpulan data


Dalam proses pengumpulan data untuk memenuhi kepentingan penyusunan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) digunakan beberapa metode, antara
lain:
Dalam memperoleh data-data untuk memenuhi ketentuan dalam pelaksanaan
PKL 1 ini, maka dilakukan beberapa cara adalah sebagai berikut:
1.3.1 Metode Survei Lapangan: dimana penulis melakukan pengamatan
langsung dilapangan sehingga mengetahui cara pemasangan dan permasalahan–
permasalahan yang terjadi dilapangan. Metode ini disertai dengan media foto
sebagai bahan dokumentasi hasil pengamatan.
1.3.2 Metode wawancara: kegiatan tanya jawab atau diskusi kepada pihak-pihak
dilapangan untuk memperoleh penjelasan amatan, ditujukan kepada pihak
pelaksana proyek, pengawas lapangan, mandor, dan kepala tukang dan tukang –
tukang,
1.3.3 Metode dengan literature : sebagai landasan teori dan sebagai bahan
penunjang serta pembandingan terhadap kondisi kenyataan lapangan.
1.4 Pihak-Pihak Yang Terkait
1.4.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) adalah sekaligus pimpinan perusahaan yang berwenang
sepenuhnya dalam pengerjaan proyek ini.
1.4.2 Admin
Admin adalah orang yang bertanggung jawab untuk tugas pengawasan proyek
yang besar dalm wakatu yang panjang biasanya administrasi proyek
menanggung tugas multi tasking
1.4.3 Pengawas/Mandor

EPI SUKMAWATI
3201807080 6
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pengawas atau mandor adalah orang yang ditunjuk oleh perusahaan untuk
mengawasi pekerjaan dilapangan. Mandor/pengawas juga bertanggung jawab
pada jalannya proyek.
1.4.4 Pekerja
Adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dilapangan, mengikuti instruksi dari
pengawas/mandor.
1.5 Struktur Organisasi Proyek
Struktur Organisasi Proyek
Pembangunan Perumahan Golden Platinum Resedence
Owner
Wendy

Konsultan
Kontraktor
pengawas
Hendri
Wendy
Mandor
Hendra
Gunawan

Tukang Bata Pondasi Balok Plasteran Dan


Keramik
Dan Plastera Dan Tiang Bata
Iwan
Adis Adul Romi

Pemasok Bahan
Pemasok Bahan Instalasi Listrik
Instalasi Listrik
Bangunan
Hasan
Hasan
Herman
Herman

Tukang Kernet
1. Romi
2. Eko
3. Mathori
4. Herman

Merangkai Besi
Maksuri

1.6 Waktu Pengerjaan


Waktu pengerjaan kolom yang diamati, dimulai pada akhir bulan Oktober 2019
hingga selesai pembuatan dinding.

EPI SUKMAWATI
3201807080 7
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.7 Waktu Pengamatan


Waktu yang digunakan pada saat mengamati pekerjaan yang telah dipilih minimal 5
jam setiap minggunya, untuk pengamatan kolom di mulai saat pertama pembuatan
hingga selesai batas pengamatan. Setiap kegiatan amatan disertai dengan laporan
harian dan mingguan beserta dokumentasinya sebagai bukti pengamatan
1.8 Lokasi Proyek
Dalam pengamatan praktek kerja lapangan (PKL01) adalah pembangunan
Perumahan Modern yang beralamat di Jl. Dr. Wahidin, Jl. Ujung Pandang.

EPI SUKMAWATI
3201807080 8
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi
2.1.1 Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi


suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur
lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau
melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding
struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta dinding
penahan (retaining).

Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan langit-


langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca. Dinding
pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding kota.
Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan berfungsi
sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa bagian
eksternal ataupun internal suatu bangunan.

2.1.2 Klasifikasi Dinding


2.1.2.1 Dinding Beton
Penggunaan blok beton sudah dikenal sejak jaman pembangunan
piramid-piramid di Mesir, kuil-kuil tua Yunani dan dinding-dinding
bangunan Kerajaan Romawi. Dan seperti yang kita ketahui, bangunan-
bangunan tua yang didirikan dengan blok beton ini banyak yang masih

EPI SUKMAWATI
3201807080 9
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

bertahan dengan kokoh hingga saat ini. Ini menunjukkan salah satu kelebihan
blok beton dibandingkan dengan material bangunan lainnya.

2.1.2.2 Dinding Bata


Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk
dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya
harus memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10
(peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan
ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural).

2.1.2.3 Dinding Batako

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/
cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang –
kadang ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah,
penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat
tembok 50% – beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah
dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian
lagi untuk finishing.

2.1.2.4 Dinding Kayu LOG/ Batang Tersusun


Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah
tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok.
Sistem konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi
karena sudah merupakan dinding struktural.
2.1.2.5 Dinding Sirap
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling
baik dalam penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan
perlindungan yang baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan

EPI SUKMAWATI
3201807080 10
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran
1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap.
(panjang sirap ± 55 – 60 cm).
2.1.2.6 Dinding Papan
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka
kayu. Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan
sistem pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup
pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter
(panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/
25, dll). Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/
hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu
juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan susut.
2.1.2.7 Dinding Batu Alam
Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar
vertikal harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan
(campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah,
dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah).
Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga
sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.
2.2 Bahan
2.2.1 Semen Portland
Portland cement merupakan bahan penting dalam pembuatan beton,
karna semen merupakan bahan pengikat dari bahan dasar lainya, yaitu agregat
dan baja tulangan, sehingga menjadi satu kesatuan yang monolit dan kaku.
Bahan sement portland yang di gunakan adalah banan semen hidrolis, yaitu
suatu bahan pengikat yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air.
Sementbyang di gunaka sebaiknya dengan baik agar mutunya tidak berubah
dan pengangkutannya juga terlindung dari hujan. Semen yang di gunakan

EPI SUKMAWATI
3201807080 11
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

sebaiknya di simpan dalam gudang yang berventilasi, dan diletakkan minimal


30 cm dari permukaan tanah dengan ketinggian tumpukan maksimal 2 meter.

Sement Portland dapat di bedakan menjadi 2 bahan, yaitu:


1. Semen dari bahan kliker sement portland
a.) Sement Portland
b.) Sement Portland Abu-abu terang
c.) Sement Portland Berkadar Besi
d.) Semet tabur tinggi (hoogovecement)
e.) Sement Portland Trans/Pozzolan
f.) Semen porlan putih

Semen portland dan semen portland abu-abu terang adalah jenis


sement yang umum yang dipakai di indonesia. Meneurut peraturan semen
Portland di Indonesia Th 1972 N. 1-8, mutu sement portland di bagi menjadi
lima kelas yaitu:
a) S-325, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 325 Kg/Cm²,
b) S-400, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 400 Kg/Cm²,
c) S-475, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 475 Kg/Cm²,
d) S-550, dengan kuat tekan umum 28 hari sebesar 550 Kg/Cm²,
e) S-S, dengan kuat tekan umum 1 hari sebesar 22 Kg/Cm²,
f) dan pada 7 hari menjadi sebesar 525 Kg/Cm².

2.2.2 Agregat
Agregat adalah butiran-butiran material untuk campuran beton,
misalnya : pasir, kerikil, batu pecah, kerak tungku besi, yang di pakai
bersama- samaan dalam satu media pengikatuntuk membentuk suatu beton
semen hidrolis atau adukan. Bahan ini merupakan bagian terbesar dari bagian
campuran beton bertulang ( 70-75% dari massa beton ). Umumnya

EPI SUKMAWATI
3201807080 12
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah antara 70%
hingga 75% dari seluruh volume masa beton.

Agregat dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:


1. Agregat Halus
a. Agregat halus berupa pasir yang merupakan batuan halus hasil disintegrsasi
alam atau hasil pemecahan batu kasar. Pasir yang baik untuk campuran
beton harus bersih dari kotoran ( kotoran maksimal 5%), tidak mengandung
bahan kimia , bahan organik, tidak mudah hancur, serta bersudut lancip.
Menurut asalnya pasir dibagi menjadi 2 yaitu:Pasir Alam, dapat dibedaka
atas:
1. Pasir galian
2. Pasir Sungai
3. Pasir laut

b. Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh alat pecah batu. Pemilihan
agregat harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan pengawasan dan
mutu agregat pada bagian mutu agregat pada berbagai mutu beton, antara
lain:
 Butiran-butiran agregat halus harus bersifat kekel, artinya tidak mudah
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari maupun
hujan.
 Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.
 Tidak mengandung bahan kimia yang mampu merusaak mutu beton.
 Kadar lumpur yang terkandung dalam agregat tidak boleh lebih dari 5%
terhadap barat kering dan
 Mempunyai butiran yang tajam dan kasar
2. Agregat kasar

EPI SUKMAWATI
3201807080 13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Agregat kasar dapat berupa kerikil, batu pecah atau pecahan genteng.
Kerikil yang baik didapat dari hasil penggalian , tetapi harus dicuci untuk
membersihkannya dari tanah. Menurut besarnya kerikil di bedakan
menjadi:
a) 5-10 mm = halus
b) 10-20 mm = sedang
c) 20-40 mm = kasar
d) 40-70 mm = kasar sekali

Adapun yang termaksud jenis ini adalah:


 kerikil
 Batu pecah
 Batu batuan

Pada agregat kasar, digunakan bertujuan untuk menghemat didalam


penggunaan sement. Adapun syarat-syarat agregat kasar adalah sebagi
berikut:
 Terdiri dari butiran-butiran yang tidak berpori,
 Tidak mengandung kadar lumpur 1% dari berat kering,
 Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
 Agregat berbentuk pipih tidak boleh melebihi 20% dari pemakaina agregat
beton, dan
 Besar maksimal tidak boleh melebihi 1/5 jarak tekecil antara bidang –
bidang sampai cetakan 1/3 tebal plat ¾ jarak bersih minimum antara
batang-batang tulangan.
2.2.3 Air
Air merupakan salah satu bahan yang sangat penting karna pengerasan
beton berdasarkan reaksi kimia antarasemen dan air, maka sangat diperlukan
proses pemeriksaanterhadap mutu air, apakah air itu telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Air tawar yang dapat diminum, tanpa
diragukan dapat di pakai.

EPI SUKMAWATI
3201807080 14
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Persyaratan mutu air sesuai dengan PBI SNI-2, antara lain:


2.2.3.1 Air yang bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam,
zat organik atau bahan lainnya yang dapat merusak beton ata tulangan
dalam hal ini hendaknya dipakai air bersih yang dapat diminim.
2.2.3.2 Apabila terjadi keraguan-keraguan mengenai air, dianjurkan
untuk mengirim contoh air itu kelembaga pemeriksaan bahan yang
diakui, untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton dan tulangan.
2.2.3.3 Apabila pemeriksaan air yang tertera pada poin diatas tidak dapat
dilakukan, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan percobaan
perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air
tanpa disuling. Air tersebut dapat di pakai apabila kekuatan tekan mortar
dan air dengan memakai air tanpa disuling pada umur 7 dan 28 hari palig
sedikit 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang telah
disuling pada umur yang sama.
2.2.3.4 Jumlah air yang dipakai untuk membuata adukan beton, dapat
ditentukan menuru ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan
dengan tepat.
Selain hal tersebut diaatas, air yangdigunakan untuk perawatan
selanjutnya harus mempunyai syarat-syarat lebih tinggi dari tingkat
keasaman (PH) air tidak boleh lebih dari 6, juga tidak di perbolehkan
apabila zat kapur yang terkandung didalamnya terlalu sedikit. Tujuan
umum dari penggunaan air untuk mengecor adukan beton adalah agar
terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia anatara semen dan air
sehingga mengakibatkan campuran menjadi mengeras.
2.2.4 Batako

Material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen
dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress. Selain itu ada juga yang
membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar
batako dari campuran semen, pasir dan batubara. Dengan bahan pembuatan
EPI SUKMAWATI
3201807080 15
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya


lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding,
terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian
material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan
cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari
material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada bata merah.
Teksturnya pun terlihat lebih halus dari bata merah.

2.2.4.1 Batako putih (Tras)

 Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak, lalu dibakar. Tras merupakan jenis tanah berwarna
putih / putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu gunung
berapi.
 Umumnya memiliki ukuran panjang 25–30 cm, tebal 8–10 cm, dan
tinggi 14–18 cm.
 Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:
o Batako tras = 25 buah
o Semen = 0,215 sak
o Pasir ayak (pasir pasang) = 0,025 m3

2.2.4.2 Batako Semen PC / Batako pres

Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan pasir atau abu batu.

 Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan), ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaannya bisa dilihat pada kepadatan
permukaan batakonya.
 Umumnya memiliki ukuran panjang 36–40 cm, tebal 8–10 cm, dan
tinggi 18–20 cm untuk Batako besar. Sedangkan Batako kecil
berukuran panjang 30 cm dan tinggi 14-15 cm, tebal 10 cm.
 Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan:

EPI SUKMAWATI
3201807080 16
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

o Batako pres besar = 15 buah dan Batako Kecil 18


buah
o Semen PC = 0,125 sak
o Pasir ayak (pasir pasang) = 0,015 m3

2.3 Ketentuan Pelaksanaan Konstruksi


2.3.1 Pekerjaan Dinding
Dinding bangunan ,konstruksi yang dipakai adalah :

a) Pertama dilakukan persiapan dengan cara membersihkan area yang akan


dipasang dinding bata merah, menghitung volume pekerjaan dan
kebutuhan material yang dibutuhkan.

b) Buat marking jalur-jalur dinding dua sisi setelah dinding dan dibuat tanda
posisi kolom praktis, ring balok, dan lubang kusen.

c) Bata merah direndam dulu (sampai gelembung udaranya hilang) sebelum


dipakai untuk mengurangi penyerapan air.

d) Memasang bata merah pada jalur marking serta jalur benang acuan yang
telah dipasang pada profil kayu pada ujung jalur dinding lapis demi lapis
sampai setinggi 1 m dengan menggunakan adukan 1 pc : 5ps untuk
pasangan dinding biasa dan 1pc : 3ps untuk pasangan dinding trasram
(komposisi adukan bisa berbeda tergantung dari persyaratan yang
ditetapkan).

e) Pada pelaksanaannya, adukan semen pasir tersebut diaplikasikan secara


merata ke permukaan bata merah. 

EPI SUKMAWATI
3201807080 17
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

f) Kemudian bata merah disusun di atas adukan mortar tersebut sambil


terus diperiksa kerataan pasangannya. Kemudian bata merah dipukul
perlahan sampai mencapai elevasi yang diinginkan. 

g) Setelah tinggi pasangan bata merah mencapai 1 m kemudian dilanjutkan


dengan cor beton kolom praktis.

h) Periksa kelurusan serta vertikal pasangan bata merah, apabila sudah


benar dan sesuai dengan yang diinginkan maka lanjutkan pemasangan
sampai dengan tinggi maksimum 1 m, kemudian periksa lagi kelurusan
dan vertikalnya, setelah itu dilanjutkan cor kolom praktis dan dilanjutkan
pemasangan bata merah sampai elevasi yang ditentukan dan cor kolom
praktis sampai elevasi sesuai gambar

2.3.2 Pekerjaan Beton Non Struktural


a) Lingkup Pekerjaan
1. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam
gambar, dengan hasil yang baik dan rapi.
2. Pengadaan dan pemasangan kolom.
b) Syarat-syarat Umum dan Peraturan
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah teknik serta
syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi satu kesatuan
dalam bagian dokumen ini.
Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi teknis ini maka semua
pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.
1. SNI No. 15 Th 1991-03.
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971).
Semua material yang dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari pengawas lapangan sebelum dipergunakan dalam proyek ini,
kemudian semua material yang akan dipergunakan harus sesuai dengan
persyaratan yang ada dalam RKS ini.

EPI SUKMAWATI
3201807080 18
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan ini disyaratkan menggunakan


mutu beton K 175.
Pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan ini disyaratkan menggunakan
mesin molen dan pemadatan beton pada waktu pengecoran harus
dilakukan secra sempurna menggunakan vibrator sehingga hasil
pengecoran tidak ada yang keropos.

c) Pengangkutan dan Pengadukan


Waktu pengangkutan harus diperhatikan sehingga waktu antara
pengaduka dan pengecoran tidak lebih dari satu jam. Dengan demikian
perbedaan waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak terlalu boleh
terlalu lama.

d) Pengecoran beton
1. Semua penulangan harus dimatikan pada kedudukan dan diperiksa
terlebih dahulu oleh pengawas lapangan sebelum pengecoran
dilakukan.
2. Beton yang tidak dapat dipakai atau mengeras, Kotoran-kotoran beton
itu harus disingkirkan.
3. Sebelum pengecoran dilakukan, semua penulangan, pembesian yang
telah terpasang harus di periksa oleh pengawas lapangan.

e) Cetakan Beton
1) Cetakan yang akan dipakai dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan permukaan beton yang rata dan halus. Untuk itu
dipergunakan papan klas II dengan ketebalan tidak boleh kurang dari
2.5 cm.
2) Sebelum beton dituang, terlebih dahulu konstruksi cetakan beton
diperiksa untuk dapat memastikan telah benar peletakannya, kokoh,

EPI SUKMAWATI
3201807080 19
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

rapat serta bersih dari segala kotoran, permukaan cetakan harus diberi
minyak (form oil) untuk mencegah melekatnya beton pada
cetakannya.
3) Permukaan cetakan harus dibasahi dengan persetujuan pengawas jika
beton telah melampaui umur/ waktu sebagai berikut :
a) Pada sisi balok = 48 jam
b) Balok tanpa beban = 7 hari
c) Balok dengan beban = 21 hari
d) Plat lantai/ atap = 21 hari
Dengan pertimbangan lain cetakan beton dapat dibongkar dengan
persetujuan pengawas lapangan.
f) Pembesian
- Bahan material ukuran dan ukuran batang semua baja tulangan harus
baru dengan mutu baja U 24 sesuai dengan SI untuk beton dan harus
disetujui oleh pengawas lapangan.
Diameter tulangan baja beton harus sesuai dengan gambar bila kemudian
karena keadaan lapangan harus diadakan penggantian / penyesuaian
diameter terlebih dahulu harus disetujui oleh pengawas lapangan.
- Pembongkaran/ pembentukan dan pembersihan.
Baja tulangan beton sebelum dipasang harus dibersihkan dan diserpih-
serpih, karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau
mengurangi daya rekatnya.
- Baja tulangan dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar
tidak boleh dipakai semua batangan harus dibengkokan dalam keadaan
dingin, pemasangan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila
seluruh cara-cara pengerjaannya telah disetujui.
- Sistem pemasangan, pengunaan besi beton, ketetapan diameter dalam
pembesian agar tetap mengikuti gambar yang ada.

g) Pengecoran beton

EPI SUKMAWATI
3201807080 20
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

- Semua penulangan harus dimatikan pada kedudukan dan diperiksa


terlebih dahulu oleh ahli / pengawas sebelum pengecoran dilakukan.
- Pengawas lapangan harus menerima pemberitahuan minimal 2 x 24 jam
sebelum penegecoran dilakukan agar pemeriksaan dan persetujuan
dapat dipakai pada waktunya.
- Beton yang tidak dapat dipakai atau mengeras, kotoran-kotoran dan
benda-benda yang tidak berguna harus dikeluarkan dalam begisting,
beton molen dan alat pembawa.

2.4 Syarat-syarat Bahan


 Batako
 Semen
 Pasir
 Air
2.5 Syarat-syarat Pelaksanaan
2.5.1 Kualitas pekerjaan.

a) Kualitas beton yang digunakan adalah K.175 dan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan lain sesuai dengan peraturan Beton Bertulang 1971 (PBI-1971) dan
SK.SNI.T-15.1991-03.
b) Pembesian
Pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokkan,
sambungan dan kait-kait dan pembuatan sengkang-sengkang harus sesuai
dengan persyaratan yang tercantung pada PBI-1971 dan SK.SNI.T.T-15.1991-
03.
c) Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi. Tulangan
beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai

EPI SUKMAWATI
3201807080 21
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI-1971 dan
SK. SNI. T-15 1991-03. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis
dari Pimpinan Proyek / Consultant Construction Management.
d) Pengecoran beton.
e) Cara pengadukan menggunakan beton molen atau diaduk manual. Takaran untuk
semen, pasir dan kerikil harus disetujui terlebih dahulu oleh pengawas lapangan.
f) Sebelum pengecoran, wajib membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai bersih jika perlu, kekentalan adukan diawasi, dalam memeriksa slump
pada setiap campuran baru.
g) Memeriksa kembali ukuran-ukuran dan peil / ketinggian, penulangan dan
penempatan penahan jarak.
h) Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggentar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti kropos dan sarang koral / kerikil yang dapat
memperlemah konstruksi.
i) Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh pengawas lapangan.
j) Pekerjaan acuan / bekisting.
k) Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan / yang diperlukan dalam gambar.
l) Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran.
m)Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya, bebas dari kotoran-kotoran
seperti serbuk gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
n) Tiang-tiang acuan harus diatas tiang papan untuk memudahkan memindahkan
perletakan, tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu, tiang-tiang dari

EPI SUKMAWATI
3201807080 22
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

dolken Æ 10 cm, tiang-tiang satu dengan lain harus diikat dengan palang papan /
balok secara menyilang. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting.
o) Pembongkaran bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan izin dari pengawas
lapangan.
p) Contoh Bahan.
q) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, harus memberikan contoh-contoh material :
besi, koral / split, pasir, PC untuk mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
r) Contoh-contoh yang telah disetujui akan dipakai sebagai standard / ped oman
untuk memeriksa atau menerima material yang akan dikirim.
s) Syarat-syarat pengiriman dan penyimpanan.
t) Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
u) Beberapa bahan tertentu harus masih dalam kotak / kemasan aslinya yang masih
tersegel dan berlabel pabriknya.
v) Bahan harus disimpan ditempat terlindung dan tertutup kering, tidak lembab dan
bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh pabrik.
w) Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
x) Syarat-syarat pengamanan pekerjaan.
y) Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
z) Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
aa) Bila terjadi kerusakan, diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi kualitas pekerjaan. Bagian beton setelah dicor selama dalam masa
pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 minggu atau
lebih sesuai ketentuan dalam peraturan beton bertulang, PBI-1971 dan SK.T-15
1991-03.

EPI SUKMAWATI
3201807080 23
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB III
PENGAMATAN

3.1 Pekerjaan yang Diamati


Karena waktu yang sangat terbatas, maka dalam mata kuliah PKL 1 ini yang saya
amati adalah pekerjaan dinding
3.1.1 Dinding

Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi


suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong
struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-ruangan,
atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis utama
dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary), serta
dinding penahan (retaining).

Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu


menyokong atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap
intrusi dan cuaca. Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda
EPI SUKMAWATI
3201807080 24
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

batas, serta dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar.
Dinding penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan,
atau air dan dapat berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan

3.1.2 Lingkup Pekerjaan


Dinding yang di gunakan dalam proyek bangunan perumahan ini yaitu
dinding batako yang berukuran (40x20cx7) cm, setiap batako disusun rapi.
Adapun hal-hal yang harus diperkerjakan adalah :
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Pengadukan semen
 Pekerjaan Pemasangan batako
 Pekerjaan Plester dinding

3.1.2.1 Pekerjaan Persiapan


1. Alat-alat yang digunakan
No Nama Dokementasi Fungsi
Alat bantu untuk
mengaduk semen
dan pasir
1 Sekop

Alat untuk
mengangkut air
adukan semen
2 Ember

EPI SUKMAWATI
3201807080 25
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Alat untuk
mengangkut Pasir

3 Artco

Alat Untuk
meratakan susunan
batako
4 Tali Nilon

Untuk mengisis
semen kelobang atau
Sendok
5 rongga batako.
Semen

2. Bahan-bahan yang digunakan


No Nama Dokementasi Fungsi

Bahan campuran
semen .
1 Pasir

EPI SUKMAWATI
3201807080 26
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Bahna untuk
campuran pasir
membuat adukan
2 semen semen

Bahan untuk
mencampur semen
dengan pasir agar
3 Air menjadi adukan
semen.

Alat Untuk
meratakan susunan
4 Tali Nilon batako

3. Pekerja Untuk pengerjaan persiapan atlat dan bahan ini dikerjakan 3 orang yaitu
dilakukan oleh pak Herman sebagai pemasok bahan bangunan, Pak Romi sebagai
kernet dan sekaligus tukang batu dan plester, dan Pak Hendra sebagai pengawas
lapangan.
4. Metode pengerjaan
a. Menyiapkan 1 alat yaitu atco untuk megangkut semua bahan yang akan
diperlukan
b. Mengangkut semua alta dan bahan kelokasi yang akan di dirikan dinding,
menggunakan artco.

EPI SUKMAWATI
3201807080 27
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar : Proses persiapan bahan


( Sumber: Data Dokumentasi )

3.1.2.2 Pekerjaan Pengadukan


1. Alat-alat yang digunakan
No Nama Dokementasi Fungsi
Alat bantu untuk
mengaduk semen
dan pasir
1 Sekop

Alat untuk
mengangkut air
adukan semen
2 Ember

EPI SUKMAWATI
3201807080 28
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Alat untuk
mengangkut Pasir

3 Artco

2. Bahan bahan yang digunakan


NO Nama Dokumentasi Fungsi
1 Pasir Untuk bahan
campuran semen

EPI SUKMAWATI
3201807080 29
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2 Semen Untuk bahan


campuran pasir

3 Air Bahan untuk


mencampur
aduakan semen dan
pasir menjadi satu

3. Untuk pengerjaan pengadukan semen ini dikerjakan ±2 orang dilakukan oleh


Pak Adis tukang plesteran dan tukang batu, dan Pak Romi tukang plesteran da
tukang batu.
4. Metode Pengerjaan
1. Pasir sebanyak 4 artco dan semen seberat 50 kg dicampur dengan rata
menggunakan sekop oleh 2 orang.
2. Masukan air kedalam campuran semen dan pasir sebanyak 12 ember
kecil.
3. Aduk ketiga campuaran sampai rata menggunakan sekop oleh kedua
Bapak Adis dan Bapak Romi

EPI SUKMAWATI
3201807080 30
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Gambar : Proses pengadukan


( Sumber: Data Dokumentasi )

Gambar : Proses pengadukan


( Sumber: Data Dokumentasi )

3.1.2.3 Pemasangan Batako


1. Alat-alat yang digunakan
NO Nama Dokumentasi Fungsi

EPI SUKMAWATI
3201807080 31
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Alat untuk
meneyemen semen ke
batako dan untuk m
Sendok
1 embeleah batako
Semen

Alat untuk
mengangkut adukan

2 Sekop semen ke emeber.

Untuk mengangkut
adukan semen.

3 Ember

4 Artco
Alat untuk
mengangkut Pasir

EPI SUKMAWATI
3201807080 32
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2. Bahan – bahan yang digunakan

No Nama Dokumentasi Fungsi

Bahan penting pada


1 material dinding.
Batako

Bahan untuk perekat bata


dari bata satu kebata yang
Adukan lain
2
semen

3. Pekerja Untuk pengerjaan pemaasangan batako ini dikerjakan 2 orang dialkukan


oleh Pak Adis sebagai tukang batu dan plesteran dan Pak Romi sebagai tukang
batu da plesteran.
4. Metode pengerjaan
a. Meletakan adukan semen ke bagian yang akan ditempel batako menggunakan
sendok semen
b. Meletakan batako keatas adukan semen menggunkan kedua tangan karena
batokonya sangat berat agar tidak meleset dari sasaran.
c. Menyusun batako dengan rapi secara selang seli menggudakan kedua tangan

EPI SUKMAWATI
3201807080 33
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

d. Untuk bagian tepi dinding dilakukan pembelahan batako dilakukan


menggunakan alat sendok semen dengan cara memukul ukul bagian tengah
batao sampai terbelah menjadi 2

Gambar : Pemasangan Batako


(Sumber ; data dokumentasi)

3.1.2.4 Pekerjaan Plester Dinding


EPI SUKMAWATI
3201807080 34
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1. Alat-alat yang digunakan


N
Nama Dokumentasi Fungsi
O

Alat untuk meneyemen


Sendok semen ke batako dan
1
Semen untuk membeleah batako

Alat ini digunkan untuk


meratakan permukaan
2 Kayu Kecil semen.

Alat ini digunakan untuk


Sendok
3 menempel semen
Pengosok
kepermukaan dinding

Alat untuk mengangkut


2 adukan semen ke emeber.
Sekop

3 Ember
Untuk mengangkut
adukan semen.

EPI SUKMAWATI
3201807080 35
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2. Bahan – bahan yang digunakan

EPI SUKMAWATI
3201807080 36
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

3. Pekerja Untuk pengerjaan plester ini dikerjakan1 orang atau lebih.


4. Metode pengerjaan
 Menempelkan adukan semen kedinding yang belum diplester
 Melakukan proses di Rai dipermukaan yang telah ditempel semen
menggunakan kayu kacil yang panjang
 Menggosok permukaan yang sudah di Rai menggunakan sendok
penggosok.
 Melakukan Tarik sendok atau pelican permukaan

Gambar : Plester dinding


(Sumber ; data dokumentasi)

BAB. IV
ANALISA DAN KESIMPULAN
4.1 Analisa Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan yang telah penulis amati selama
dilapangan penulis banyak mendapatkan pengalaman dari sebuah proyek pembangunan
rumah tinggal pada pekerjaan yang menjadi amatan penulis yaitu kolom . Semua

EPI SUKMAWATI
3201807080 37
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

amatan yang dilakukan oleh penulis secara langsung maupun bertanya kepada pihak-
pihak yang ada dilapangan.
Dalam pembuatan laporan ini penulis diberi kesempatan untuk mencari
kesamaan dan perbedaan antara teori yang dipelajari selama ini dengan pekerjaan yang
ada di lapangan, dari pengamatan tersebut penulis mendapatkan kesimpulan sebagai
pelajaran.
Amatan pekerjaan dinding :
1. Persiapan
2. Pengadukan semen
3. Pemasangan batako
4. Plester dinding

4.1.1. Pekerjaan Persiapan


Persiapan alat dan bahan seperti:

1. Batako
Batako di angkut dan ditumpukan di dalam bangunan tujuannya agar mudah
di jangkau dan mempercepat pengerjaan.
2. Semen
Semen diangkut dan di simpat di tempat yang tidak terkena hujan
4.1.2. Pekerjaan Pengadukan Semen
Pasir dan semen diaduk sampai tercampu rata, setelah itu buat lubang
membentuk kolam da nisi air ditengahnya sampai dirasa cukup aduk ketiga
campuran tersebut sampai benar-benar rata.

4.1.3. Pekerjaan Pemasangan Batako


Pekerjaan pemasangan batako dilakukan dengan menempel
semen kebagian bagian yang akan di pasang batako, setelah itu letekan
batako susun rapi sampai 1,50-2,00 m, tujuannya agar keseimbangannya
tetap stabil jika terkena agin tidak gampang roboh.

EPI SUKMAWATI
3201807080 38
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

4.1.4. Plester Dinding


Pekerjaan plester dinding dilakukan setelah pemasangan batako selesai
dan sudah kering. Ada beberapa tahap dalam proses plester dinding:
5. Menempelkan semen ke permukaan dinding yang belom di temple
semen.
6. Melakukan tahap Rai atap meratakan permukaan dinding yang belum
rata.
7. Digososok dengan sendok penggosok agar pemukaan yang masih
kasar bias lebih halus.
8. Proses terakhir adalah pelican, pelicin ini menggunakan alat sendok
semen di gosok hingga permukaan semakin halus dan licin.

4.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil amatan Praktek Kerja Lapangan penulis tentang pekerjaan
dinding pada pembangunan rumah tinggal maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut.
1. Pekerjaan persiapan alat dan bahan pada pekerjaan rumah tinggal ini sudah
mendekati dengan standar.
2. Tidak semua teori bangku kuliah dapat diterapkan dilapangan, karena pekerja di
lapangan bekerja sesuai pengalaman dan kondisi dilapangan.
3. Cepat atau lambatnya suatu pekerjaan di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
 Keadaan cuaca
Keadaan cuaca di pengaruh terhadap suatu pekerjaan
 Tenaga kerja
 Manajemen proyek
 Pengawasan dilapangan
4. Pada proses pekerjaan plester dinding tidak sesuai materi yang sudah
didapatkan, karena pada tahap ini ada satu proses yang tidak di dapatkan
dilangan seperti tahap pengacian.

EPI SUKMAWATI
3201807080 39
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 01 (PKL01)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

5. Ukuran batako dan ketebalan plesteran sudah memenuhi stadar, dan sesuai
dengan teori yang didapatkan dibangku kuliah.

DAFTAR PUSTAKA

 https://dominique122.blogspot.com/2015/05/pengertian-dinding.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Dinding
 https://id.scribd.com/document/291327278/Definisi-Rumah-Tinggal
 https://fitricanthropus.wordpress.com/2014/01/05/macam-macam-dinding/
 https://hansenkammer.wordpress.com/2009/12/11/macam-macam-tipe-semen/

EPI SUKMAWATI
3201807080 40

Anda mungkin juga menyukai