Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Sebagai negara berkembang, Indonesia terus
mengalami perubahan dan kemajuan dalam berbagai sektor yang mana hal tersebut nampak dari
banyaknya fasilitas umum yang dibangun dan fasilitas pendukung lainnya seperti jalan, jembatan, dan
pembangunan gedung-gedung bertingkat di berbagai wilayah di Indonesia. Terkait dengan pembangunan
seperti ini teknik sipil memiliki peran yang sangat penting. Para ahli teknik sipil sangat dibutuhkan untuk
mendukung kemajuan negara ini. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa masa depan akan kemajuan bidang
infrastruktur demi kenyamanan masyarakat itu ada pada ahli sipil atau yang belajar tentang ilmu teknik
sipil.
Program Studi Teknik Sipil Universitas Nusa Cendana merupakan salah satu lembaga pengkajian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, yang tidak hanya membekali mahasiswa dengan teori, namun juga
praktek di lapangan. Sebelum terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, mahasiswa dituntut untuk
mempunyai kesiapan dalam mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang terjadi
di dunia kerja. Banyak hambatan bagi seseorang yang belum pernah terjun ke dunia kerja dan belum
mempunyai pengalaman kerja yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Oleh karena itu mahasiswa
harus melakukan Kerja Praktek (KP) untuk menambah pengetahuan dan juga wawasan tentang kondisi dan
pelaksanaan teknis proyek di lapangan.
Kerja Praktek ini dilakukan pada proyek konstruksi seperti gedung, waduk, jalan raya, jembatan dan
bangunan sipil lainnya selama 90 hari kalendar. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mencari dan
menentukan lokasi kerja prakteknya sendiri, kemudian dikonsultasikan kepada Ketua Program Studi
Teknik Sipil untuk mendapatkan persetujuan dan penentuan Dosen Pembimbing kerja praktek. Proyek
konstruksi yang ditinjau dalam kerja praktek ini adalah Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper
Kupang dengan nilai kontrak sebesar Rp.100.000.000.000 (Seratus Miliar Rupiah).

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1


1.2 Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek
Tujuan pelaksanaan kerja praktek adalah
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa
2. Mahasiswa mampu menerapkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan praktek kerja
di lapangan.
3. Menambah pengalaman mahasiswa dan mempersiapkan diri dalam dunia kerja,
khususnya proyek konstruksi.
4. Memberikan gambaran nyata tentang tata cara pelaksanaan suatu proyek, masalah-masalah
yang timbul dalam proyek, serta bagaimana cara mengatasinya.

1.3 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Dalam pelaksanaan kerja praktek, disyaratkan agar dilakukan selama 3 bulan yang
terhitung sejak 09 Februari 2022 sampai 09 Mei 2022. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan setiap
hari sesuai kalender kerja proyek.

1.4 Batasan Masalah


Pekerjaan konstruksi yang diamati selama masa kerja praktek dengan waktu 3 bulan
meliputi pekerjaan balok dan plat lantai 2, pekerjaan balok dan plat lantai 4, pekerjaan kolom lantai
2, pekerjaan balok dan plat lantai 3.

1.5 Informasi Umum Proyek


a. Lokasi proyek kerja praktek
Pelaksanaan kerja praktek berlokasi di Kompleks Citra Bussiness District, jln. W.J.
Lalamentik Fatululi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Lokasi Proyek dapat dilihat pada
Gambar 1.1 di bawah ini.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 2


Gambar 1.1 Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper Kupang
Sumber:https://earth.google.com,2022
b. Dana Proyek
Proyek ini dibangun dengan dana sebesar Rp.100.000.000.000( Seratus Milyar rupiah).
Sumber dana tersebut berasal dari dana sendiri yaitu pinjaman di Bank.
c. Informasi Tentang Pihak-Pihak yang Terlibat
Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper dikerjakan oleh kontraktor Pelaksana PT. Citra
Mandiri Properti dengan jangka waktu pelaksanaan ditetapkan selama 2 tahun. Dengan Konsultan
perencana adalah PT. Atelier Una Indonesia sedangkan konsultan pengawas yaitu PT. Citra Mandiri
Properti.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 3


BAB II
SYARAT – SYARAT ADMINISTRASI
PROYEK DAN TEKNIK PELAKSANAAN

Pada bagian bab II ini akan banyak membahas mengenai berbagai macam syarat-syarat
administrasi dalam sebuah proyek dan juga akan membahas mengenai teknik pelaksanaan dalam
Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper.

2.1 Syarat-Syarat Administrasi


Dalam syarat-syarat administrasi terdiri dari dua bagian yakni administrasi proyek dan
proses pengadaan proyek.
2.1.1 Administrasi Proyek
Dalam proses pembangunan suatu proyek diperlukan suatu aturan hukum yang
mengikat dimana aturan hukum tersebut harus ditaati oleh pemilik proyek, konsultan,
dan kontraktor. Aturan hukum tersebut biasanya disebut dengan dokumen proyek.
Administrasi kontrak merupakan upaya pengelolaan atas kontrak periode
pelaksanaannya sehingga hak dan kewajiban dari masing – masing pihak dapat
dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak tersebut, maka dari itu
administrasi kontrak sangat diperlukan dalam setiap pelaksanaan kontrak.
Bagi pengguna jasa administrasi kontrak diperlukan dalam mengelola kontrak
selama pelaksanaan proyek agar dapat memperoleh hasil berupa bangunan dan
kelengkapannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam
kontrak. Bagi kontraktor administrasi kontrak diperlukan dalam mengelola kontrak
selama proyek dilaksanakan agar tercapai target pelaksanaan dalam aspek biaya,
mutu, dan waktu pelaksanaan pekerjaan.
2.1.2 Proses Pengadaan Proyek
Pada Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper yang berlokasi di Kompleks
Citra Business District, Jl. W.J. Lalamentik Fatululi, Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur (NTT), merupakan proyek yang bersifat pribadi maka proses tender tidak
dilakukan melainkan penunjukan secara langsung oleh pemilik bangunan Ir.
Abraham Liyanto (owner) kepada PT. Citra Mandiri Properti.

2.2 Standar – standar Umum dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti

LAPORAN KERJA PRAKTEK 4


tercantum dibawah ini, termasuk semua perubahan hingga saat ini seperti :
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 9/KPTS/M/2006 tentang Persyaratan
Teknis dan Bangunan
2. Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI-2/1971)
3. Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi Kayu SNI 7973-2013
4. Tata Cara Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI 127-2013
5. Peraturan-peraturan Pembangunan Daerah setempat
6. Peraturan lain yang berhubungan dengan pembangunan yang berlaku di Indonesia
7. Petunjuk serta perintah tertulis dari Direksi pada saat pelaksanaan pekerjaan
2.3 Lingkup dan Pekerjaan Proyek
Ruang lingkup dari pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper dengan
luasan bangunan 14.000 m2, yaitu :
1. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan persiapan (Lampiran 2)

Gambar 2.1 Situasi Lokasi Proyek, Akses Masuk, Penempatan Material Dan Los Kerja

LAPORAN KERJA PRAKTEK 5


b. Pekerjaan pengukuran
c. Pekerjaan tanah Pekerjaan beton

Gambar 2.2 Pekerjaan Cor Beton Plat

2. Pekerjaan Arsitektur (Lampiran 2)


a. Pekerjaan pasangan bata ringan

Gambar 2.3 Pekerjaan Pasangan Tembok

LAPORAN KERJA PRAKTEK 6


b. Pekerjaan plesteran

Gambar 2.4 Pekerjaan Plesteran Tembok

• Pekerjaan pintu, jendela dan kunci-kunci


• Pekerjaan pasangan keramik
• Pekerjaan pasangan plafon
3. Pekerjaan elektrikal
• Pekerjaan elektrikal

2.4 Struktur Organisasi Proyek


2.4.1 Struktur Hubungan Kerja Suatu Proyek Secara Umum
Hubungan kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang terkait ( Pemilik Proyek,
Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Pengawas ) memiliki pengaruh yang besar
dalam tercapainya keberhasilan kerja dalam suatu proyek. Unsur-unsur yang berperan
dalam pelaksanaan proyek secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 7


Gambar 2.5 Bagan Hubungan Kerjasama
Keterangan :

: Garis Konsultasi / Koordinasi


: Garis Komando
Hubungan kerja antara ketiga unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini
adalah sebagai berikut :
a. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek terhadap Kontraktor
Memberikan surat SPMK kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan rencana kerja, membayar jasa kontraktor, dan menerima pekerjaan
yang sudah dikerjakan oleh kontraktor.
b. Hubungan kerja antara Kontraktor terhadap Proyek.
Melaksanakan pekerjaan fisik sesuai ketentuan atau rencana kerja yang diberikan
c. Hubungan kerja antara Pemilik Proyek dan Konsultan
1) Pemilik Proyek terhadap Konsultan Pengawas
Memberikan tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengawasan
terhadap proyek yang dimaksud.
2) Konsultan Pengawas terhadap Pemilik Proyek
Mempertanggungjawabkan hasil pengawasan akan pekerjaan terhadap
pemilik proyek.
d. Hubungan kerja antara Kontraktor dan Konsultan Pengawas
1) Kontraktor terhadap Konsultan Pengawas
Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja dan syarat-
syarat serta memenuhi teguran dan saran dari konsultan pengawas lapangan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 8


2) Konsultan Pengawas terhadap Kontraktor
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kontraktor agar pekerjaan
sesuai dengan apa yang tercantum dalam dokumen kontrak.
2.4.2 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Hotel Harper
Berikut ini adalah struktur organisasi proyek pada pembangunan Hotel Harper
yang dikerjakan oleh CV. Citra Mandiri Properti :
HARPER KUPANG

STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PROYEK

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Proyek

LAPORAN KERJA PRAKTEK 9


Tugas dari masing-masing bagian ialah sebagai berikut :
1. Pemilik proyek (owner)
Pemilik proyek (Owner) adalah badan usaha atau instansi baik pemerintah
maupun swasta yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan serta
menyediakan dana untuk merealisasikannya. Pada Proyek Pembangunan Gedung
Hotel Harper ini, pihak yang menjadi pemilik proyek (owner) adalah Bapak Hansel
Liyanto.
Pemilik proyek mempunyai tugas, hak, dan tanggung jawab sebagai berikut :
a) Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek secara
keseluruhan untuk mencapai sasaran baik dari segi kulitas fisik proyek.
b) Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang memuat tugas dan kewajiban sesuai
prosedur.
c) Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.
d) Membuat serta menandatangani surat perjanjian pemborongan dan surat perintah
kerja (SPK).
e) Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
f) Mengeluarkan semua instruksi dimana dapat memutuskan hubungan kerja dengan
pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
surat perjanjian kontrak.
g) Menerima hasil pekerjaan dari kontraktor yang mana sebagai pelaksana proyek.
2. Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta tata pelaksanaan sesuai ketentuan yang berlaku.
Konsultan perencanaan dalam pelaksanaan proyek ini yakni dari UNA Jakarta.
Sebagai konsultan perencana, adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki yakni :
a) Membuat perencanaan lengkap meliputi gambar rencana, rencana kerja dan syarat
(RKS), perhitungan struktur, serta perencanaan anggaran biaya.
b) Menyiapkan dokumen untuk proses lelang.
c) Membantu dalam pelelangan proyek seperti memberikan penjelasan dalam rapat
pemberian pekerjaan, membuat berita acara penjelasan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 10


d) Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas (owner)
tentang pelaksanaan proyek.
e) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dari gambar bestek dan rencana kerja dan syarat (RKS).
f) Membuat gambar revisi jika ada perubahan.
g) Menghadiri rapat koordinasi pengelola proyek.
h) Mempelajari petunjuk-petunjuk teknis, peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai pedoman kerja.
i) Mengadakan koordinasi dengan sub dinas dan instansi terkait sesuai dengan
bidangnya.
j) Menyusun rencana strategis dinas.
k) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dibidang bina program.
3. Pimpinan proyek
Pimpinan proyek atau penanggung jawab proyek konstruksi adalah seseorang
yang dapat menerima tanggung jawab untuk mengemban tugasnya dengan didasari
oleh keyakinan bahwa sumber daya tertentu yang diberikan kepadanya layak untuk
dapat dikelola dan diproses manjadi keluaran-keluaran yang diharapkan. Pada Proyek
Pembangunan Gedung Hotel Harper yang menjadi pimpinan proyek ialah Bapak
Jimry Candy Ie.
4. Asisten pimpinan proyek
Asisten pimpinan proyek adalah perantara komunikasi antara karyawan dan
atasan atau pimpinan proyek. Pada Proyek Pembangunan Gedung Hotel Harper yang
menjadi asisten pimpinan proyek ialah Bapak Evra Lalu.
5. Bagian keuangan
Bagian keuangan bertugas membuat buku kas umum dan bertanggung jawab atas
uang proyek yang diamanatkan oleh pimpinan proyek.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 11


2.5 Teknik Pelaksanaan Pekerjaan
2.5.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan awal dari sebuah pekerjaan konstruksi sebuah bangunan.
Pada pekerjaan ini perencanaan proyek lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang akan
diadakan pembangunan sehingga dapat mendukung pelaksanaan konstruksi yang lebih efektif.
Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan persiapan yaitu :
a. Pembersihan lapangan
Sebelum pekerjaan dimulai, tapak proyek dibersihkan dari barang-barang atau
bahan-bahan yang ada di sekitar lokasi agar tidak mengganggu jalanya pekerjaan
b. Pengukuran
Pengukuran dilakukan agar mengetahui batas-batas/ketinggian lantai, posisi
dan dimensi bagian-bagian bangunan dengan menggunakan alat-alat ukur seperti
meter dan waterpass
c. Pengamanan lokasi kerja
Pekerjaan ini meliputi pagar keliling dari area yanng diadakan konstruksi
bangunan dan pintu gerbang untuk keluar masuknya kendaraan proyek.
d. Pembagian halaman dan bangunan sementara
Pembuatan kantor lapangan direksi dan kontraktor (direksi keet), los kerja,
gudang, toilet dan tempat penimbunan material, termasuk penyedian
perlengkapannya. Fasilitas-fasilitas lapangan tersebut ditempatkan pada lokasi
yang telah disetujui oleh site manager.
e. Peyediaan air kerja dan listrik kerja
Penyediaan air kerja dapat dilakukan dengan membuat sumur pompa atau
dapat disuplai dari luar (pesanan tangki). Untuk listrik kerja akan menggunakan
sumber listrik generating set atau dari sumber daya pembangkit listrik negara
(PLN).
2.5.2 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian dan pekerjaan timbunan
a. Pekerjaan galian
1) Lingkup pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, peralatan dan fasilitas kebutuhan lainnya yang
perlu dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan gambar-gambar
dan spesifikasi. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau

LAPORAN KERJA PRAKTEK 12


pembuangan tanah, batu-batuan, atau material yang tidak dipergunakan
dalam proyek, pembuangan lapisan tanah atas.
2) Prosedur penggalian
• Terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan yang akan dilaksanakan
pekerjaan galian
• Penggalian dilakukan pada area-area yang diperbolehkan untuk adanya
galian
• Penggalian dilakukan hanya untuk tanah biasa
• Galian dilaksanakan sampai mencapai elevasi rencana yang harus sesuai
dengan gambar rencana yang sudah ditentukan.
b. Pekerjaan timbunan
1) Lingkup Pekerjaan
Penyediaan tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas kebutuhan lainya yang
perlu dalam dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan gambar
dan spesifikasi. Pekerjaan timbunan meliputi pekerjaan penggalian,
pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan sesuai dengan spesifikasi
teknis
2) Prosedur Penimbun
• Bahan timbunan yang diapakai merupakan bahan yang telah memenuhi
persyaratan sebagai bahan timbunan
• Bahan timbunan harus disetujui oleh site manager. Tanah bekas galian
umumnya tidak dapat dipakai lagi untuk bahan timbunan, kecuali apabila
tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan telah
mendapatkan persetujuan dari site manager
• Sumber bahan timbunan harus dapat memenuhi kebutuhan seluruh proyek
• Bahan-bahan timbunan yang telah ditempatkan pada lokasi pengurugan
tapi tidak memenuhi standar harus diganti dengan tanah yang memenuhi
syarat penimbunan.
3) Penghamparan dan Pemadatan Timbunan
• Lapisan tanah lunak yang ada harus dikeruk sebelum pekerjaan
penimbunan dimulai. Pada saat pengerukan daerah lapisan tanah lunak
harus dalam keadaan benar-benar kering.
• Penghamparan tanah timbunan tanah harus dilakukan lapis demi lapis
dengan ketebalan tiap lapis yaitu 20 cm
LAPORAN KERJA PRAKTEK 13
• Apabila terjadi kekurangan atau kekeliruan penempatan, ketepatan dan
pemadatan bahan-bahan timbunan maka yang bertanggung jawab adalah
kontraktor
• Penimbunan tidak boleh dilakukan selama terjadinya hujan. Jika
permukaan lapisan yang telah dipadatkan tergenang air maka kontraktor
harus membuat alur-alur pada bagian permukaan untuk mengeringkan
permukaan sampai mencapai kadar air yang tepat untuk penimbunan dan
dilakukan pemadatan kembali.
4) Gording
Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi yang
tercantum dalam perencanaan.
2.5.3 Pekerjaan Beton
a. Lingkup Pekerjaan
Mencakup semua tenaga kerja, alat-alat dan bahan-bahan untuk
menyelesaikan pekerjaan beton sesuai dengan gambar konstruksi, dan spesifikasi
standar dalam perencanaan.
b. Bahan-bahan
1) Semen portland
Semen yang digunakan adalah semen portland lokal yang sesuai dengan
standar-standar peraturan yang berlaku dengan sesuai dengan perencanaan.
2) Pasir beton
Pasir beton yang digunakan juga harus sesuai dengan standar peraturan yang
berlaku (PBI 1971) berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahanbahan
organik, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir dan
kekerasan yang sesuai.
3) Kerikil
Harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan yang
sesuai seperti yang tercantum dalam PBI 1971. Dimensi maksimum dari
agregat kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak lebih dari seperempat dimensi
beton terkecil dari konstruksi yang bersangkutan
4) Air
Tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia yang dapat merusak beton atau
baja tulangan.
5) Zat aditif
LAPORAN KERJA PRAKTEK 14
• Pemilihan bahan-bahan yang lebih seksama, cara mencampur, cara
mengaduk, dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
zat aditif
• Jika penggunaan zat aditif masih dianggap perlu, kontraktor perlu
mendapat persetujuan dari site manager. Kontraktor harus
memberitahukan zat aditif tersebut dengan keterangan mengenai tujuan,
data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan utamanya, cara
pemakaiannya, risiko-risiko dari bahan tersebut dan keterangan lainnya
yang perlu.
• Penggunaan zat aditif dalam pencampuran beton ditentukan saat mix
design
• Zat aditif dipergunakan hanya untuk mempercepat proses pengeringan
beton
c) Kualitas beton
1) Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh site manager
2) Selama pelaksanaan harus diadakan pengujian slump dengan batasan nilai
slump sesuai jenis pekerjaan
3) Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di labratorium sesuai
persetujuan site manager
4) Penggunaan beton ready mix dapat dizinkan dengan syarat:
• Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton tidak berbeda
• Kontraktor yang bertanggung jawab atas kualitas beton sesuai syarat-
syarat dalam spesifikasi teknis
d) Perawatan
1) Beton harus dilindungi dari panas, sehingga tidak terjadi Penguapan yang cepat
2) Beton harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya hujan.
3) Beton harus disiram dengan menggunakan air bersih minimal selama 7 hari
setelah pengecoran
e) Perbaikan Permukaan Beton
Penambahan pada daerah yang tidak sempurna dengan cara grouting setelah 8 jam
pengecoran, namun pekerjaan ini boleh dilakukan setelah mendapatkan izin dari site
manager.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 15


2.5.4 Pekerjaan Besi Beton
a. Besi beton
• Besi beton harus bebas dari karat yang dapat mempengaruhi daya lekat pada
beton. Memenuhi standar-standar peraturan yang berlaku.
• Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk
mengatur jarak tulangan beton dan mengikat tulangan-tulangan pada
tempatnya.
• Tulangan harus dipasang dengan kokoh agar tidak terjadi pergeseran pada saat
pengecoran
b. Penggantian besi
• Besi yang dipasang harus sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar
rencana.
• Jika terjadi perubahan letak besi maka harus diberitahukan ke perencana
konstruksi untuk disetujui
• Jika kontarktor tidak berhasil mendapatkan diameter yang sesuai dengan
gambar rencana maka dapat dilakukan pertukaran diameter besi yang terdekat
dengan persetujuan site manager dan jumlah persatuan panjang atau jumlah
besi tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar dan luas penampang
besi pada tumpuan tidak boleh lebih jauh dari pembesian aslinya.
2.5.5 Pekerjaan Arsitektur
a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan arsitekural meliputi pekerjaan
pasangan tembok, plesteran dan acian, pekerjaan cat, kosen pintu dan jendela
alumunium, dan pasangan keramik.
b. Pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan dan spesifikasi desain yang tertera dalam gambar rencana.

c. Apabila ada pergantian bahan-bahan yang akan digunakan harus dikonsultasikan


lebih dahulu dengan site manager untuk mendapat persetujuan.
2.5.6 Pekerjaan Elektrikal
a) Peraturan pemasangan
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan
seperti :
• PUIL (peraturan umum instalasi listrik yang berlaku)

LAPORAN KERJA PRAKTEK 16


• PERDA (peraturan daerah) yang berlaku
• SNI (standar nasional indonesia) yang berlaku
b) Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan gambar rencana
c) Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan dari site manager
d) Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan
instalasi serta mengembalikannya ke kondisi semula menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 17


BAB III
SISTEM PELAKSANAAN PROYEK
3.1. Umum
Pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, dapat diketahui dari adanya pekerjaan-
pekerjaan konstruksi fisik, yang dilakukan sesuai dengan desain dan syarat-syarat spesifikasi
yang telah dibuat dalam dokumen perencanaan. Pekerjaan fisik Proyek Pembangunan Gedung
Hotel Harper Kupang yang merupakan lokasi Kerja praktek dilakukan sejak tanggal 9
Februari 2022 dan berakhir di 9 Mei 2022. Sebelum dimulai kerja praktek pada gedung ini,
pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan yaitu pekerjaan pembersihan lahan, galian tanah,
pekerjaan fondasi bangunan, pekerjaan basement, pekerjaan lantai 1 bagunan utama bagian
depan ,pekerjaan lantai 1 bagian samping pekerjaan lantai 2 dan 3 bangunan bagian samping,
pekerjaan kolom lantai 3 bagian samping .
Pekerjaan yang diamati selama kerja praktek yaitu pekerjaan balok dan plat lantai 2,
pekerjaan balok dan plat lantai 4, pekerjaan kolom lantai 2, pekerjaan balok dan plat lantai 3,.
Pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang ditinjau selama melakukan kerja praktek
dengan uraian sebagai berikut :

3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 2


Balok merupakan struktur yang berfungsi untuk menerima beban dan mentrasfer
beban menuju ke kolom struktur. Balok juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu balok anak dan
balok induk, pembagian ini tergantung pada besar beban yang di pikul. Sedangkan pelat lantai
merupakam struktur datar yang berfungsi sebagai lokasi dimana beban hidup maupun beban
mati bekerja di atasnya. Pelat lantai inilah yang akan mentrasfer beban yang dipikul menuju
ke balok–balok yang ada sesuai dengan daerah pembagian atau daerah tributarisnya. Dalam
pelaksanaannya pekerjaan balok dan pelat lantai 2 ini dilakukan secara bersamaan.
Pelaksanaan pekerjaan balok dan plat dikerjakan secara berurutan yaitu dimulai
dengan pekerjaan balok kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan plat, dengan pekerjaan awal
yaitu pemasangan scaffolding dari kayu dan besi, pekerjaan bekisting, pekerjaan tulangan dan
pekerjaan pengecoran. Uraian pekerjaan balok dan plat lantai dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :

LAPORAN KERJA PRAKTEK 18


Mulai

Pekerjaan Scaffolding

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Tulangan

Pekerjaan Pengecoran

Selesai

Gambar 3.1 Tahapan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 2


Bahan, alat, pekerja dan teknis pelaksanaan yang digunakan dalam proses pekerjaan
balok dan plat lantai 2 adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan anatar lain :
a) Pengecoran beton menggunakan beton siap pakai/ready mix K- 300
b) Jenis ukuran tulangan yang digunakan adalah
 Tulangan balok
Tulangan yang digunakan terdiri dari tulangan longitudinal yakni tulangan
ulir diameter 19 mm dan untuk tulangan geser yakni tulang polos dimaeter
10 mm.
 Tulangan pelat

LAPORAN KERJA PRAKTEK 19


Tulangan yang digunakan pada pelat lantai adalah tulangan plos diameter
10 mm.
c) Untuk bekisting digunakan kayu usuk 5/7, kayu dolken dan tripleks dengan tebal
18 mm
d) Air Bersih
e) Tahu Beton dan Lain-lain

a) Besi b) Tahu Beton


Gambar 3.2 Bahan untuk Pembuatan Balok Lantai 2
2. Alat
Alat yang digunakan antara lain :
a) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pembesian: tang untuk pengikat kawat,
gerinda pemotong besi, meteran.
b) Alat yang digunakan untuuk pekerjaan bekisting: gergaji, gerinda pemotong kayu,
palu, paku
c) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran: concrete mixer, concrete
pump, ember cor, sekop, cangkul, vibro sebagai pengetar serta alat-alat penunjang
yang lain.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan antar lain:
a) Mandor
b) Tukang batu

LAPORAN KERJA PRAKTEK 20


c) Tukang besi
d) Tukang kayu
e) Buruh
4. Teknis Pelaksanaan
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yaitu menyiapkan peralatan,
bahan dan tenaga kerja.
b) Pekerjaan Pembesian Balok
Pekerjaan ini dibagi atas beberapa bagian yaitu pekerjaan pembesian tulangan balok
utama, tulangan balok anak, tulangan sengkang balok, dan tulangan pelat. Besi tulangan
yang digunakan besi ulir D19 yang digunakan pada tulangan balok utama dan besi
polos D10 untuk tulangan sengkang balok utama, besi ulir D16 yang digunakan pada
tulangan balok anak dan besi polos D8 untuk tulangan sengkang balok anak, dan besi
polos D10 untuk tulangan pelat.
Tulangan yang telah dipotong sesuai ukuran kemudian dibengkokkan dengan
panjang sesuai denga gambar kerja. Pada pekerjaan pembesian balok, terlebih dahulu
dipasang dudukan balok (bekisting) kemudian dipasang tulangan balok dan sengkang
dengan jarak antara tulangan sengkangnya menggunakan meter rol kemudian ditandai
dengan kapur. Jarak dan jumlah tulangan pokok dan tulangan sengkang dirakit sesuai
dengan jumlah dan jarak pada gambar kerja bagian detail balok.
Pekerjaan penulangan balok terdapat daerah tumpuan dengan jarak ¼ dari bentang
antar kolom dan daerah lapangan dengan jarak ½ dari bentang antar kolom. Penulangan
balok ini dapat dilihat pada gambar rencana yang menunjukkan detail balok. Pada
pemasangan tulangan balok ini terdapat balok induk yang menggunakan D19 dan D10
dan balok anak yang menggunakan D16 dan D8. Tahun beton dengan tebal 4 cm
dipasang pada bagian bawah tulangan sengkang balok.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 21


Gambar 3.3 Pemasangan Tulangan Balok Lantai 2
c) Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai 2
Pekerjaan bekisting dapat diakukan setelah scaffolding selesai dipasang, dimana
scaffolding berguna untuk menopang bekistingbalok dan plat lantai 2. Bekisting yang
digunakan dibuat dengan menggunakan kayu usuk 5/7 dan tripleks 1,8 cm . Bekisting ini
diletakkan pada setiap pada setiap pekerjaan balok dan plat yang ada di lantai 2.
Sebelum pekerjaan tulangan balok dilakukan, bekisting pada bagian dudukan balok
lantai 2 dikerjakan terlebih dahulu, agar memudahkan pengerjaan tulangan tersebut.
Setelah semua tulangan balok tepasang sesuai gambar rencana, maka barulah bekisting
dinding balok lantai 2 dikerjakan. Setelah itu dapat dikerjakan bekisting plat lantai 2.
Pekerjaan bekisting plat lantai 2 dimulai dengan memasang kayu usuk yang disusun
secara memanjang balok dan setelah itu kayu usuk diletakkan di atas kayu usuk dengan
arah melintang balok kemudian tripleks dipaku pada kayu usuk yang berfungsi untuk
menampung pengecoran.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 22


Gambar 3.4 Pemasangan Bekisting Plat Lantai 2
d) Pekerjaan Pembesian Plat Lantai 2
Semua pelat direncanakan sebagai pelat dua arah dan dipakai tulangan polos
diameter 10 mm. Metode kerja pekerjaan pelat lantai sangat erat hubungannya
dengan pengecoran beton dan pembuatan elemen struktur. Sebelum melakukan
pembesian biasanya akan dilakukan suatu proses yang dinamakan marking yaitu
pengukuran dimana pembesian tidak boleh melenceng ukurannya dari gambar
yang telah direncanakan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian pelat tersebut dipasang tulangan 1
lapis dengan menggunakan tulangan polos diameter 10 mm dengan jarak 75 mm.
Dalam pengerjaan pembesian pada pelat tersebut, tulangan atas dan tulangan
bawah dipasang secara selang-seling. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
tulangan tersebut dapat lebih kuat dalam menahan beban yang ada. Selain itu
pemasangan tulangan selang-seling ini lebih efesien dimana jarak tulangan yang
seharusnya 150 mm menjadi 75 mm. Pada bagian bawah tulangan pelat dipasang
deckling beton, yang berfungsi untuk memberi ruang untuk pengecoran selimut
beton, Sehingga tercapai kekuatan beton sesuai dengan perencanaan. Manfaat
adanya selimut beton yaitu melindungi tulangan dari kondisi lingkungan yang
dapat menyebabkan kerusakan tulangan seperti perkaratan tulangan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 23


Gambar 3.5 Pembesian Plat Lantai 2
e) Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan, lokasi pengecoran pelat perlu dibersihkan
terlebih dahulu. Selain dibersihkan, dilakukan juga penyiraman dengan air.
Pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan beton mutu K-300. Pengecoran
dikerjakan dengan menggunakan concrete pump. Alat-alat yang digunakan oleh
tukang adalah sendok semen, cangkul, sekop, alat perataan beton, dan seterika
kayu. Dalam pelaksanaan pengecoran di lapangan, setiap beton yang digunakan
dari readymix, dilakukan pengujian slump.
Pengujian slump dapat dilakukan selama proses pengecoran berlangsung.
Pengecoran yang dilakukan berupa monolit. Sehingga pengecoran pelat tersebut
mencakup juga pengecoran balok. Pada saat pengecoran, semua tukang yang
sudah ditugaskan mengambil bagian, selalu siap di lokasi karena semua
mendapatkan bagian dalam meratakan campuran beton dari readymix. Waktu
pengecoran pelat lantai dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari. Pada
pelaksanaan cor pelat lantai memerlukan waktu yang lama namun tidak memiliki
hambatan dan berjalan dengan baik.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 24


Gambar 3.6 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai 2

3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


4
Balok merupakan struktur yang berfungsi untuk menerima beban dan mentrasfer
beban menuju ke kolom struktur. Balok juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu balok anak dan
balok induk, pembagian ini tergantung pada besar beban yang di pikul. Sedangkan pelat lantai
merupakam struktur datar yang berfungsi sebagai lokasi dimana beban hidup maupun beban
mati bekerja di atasnya. Pelat lantai inilah yang akan mentrasfer beban yang dipikul menuju
ke balok–balok yang ada sesuai dengan daerah pembagian atau daerah tributarisnya. Dalam
pelaksanaannya pekerjaan balok dan pelat lantai 4 ini dilakukan secara bersamaan.
Pelaksanaan pekerjaan balok dan plat dikerjakan secara berurutan yaitu dimulai
dengan pekerjaan balok kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan plat, dengan pekerjaan awal
yaitu pemasangan scaffolding dari kayu dan besi, pekerjaan bekisting, pekerjaan tulangan dan
pekerjaan pengecoran. Uraian pekerjaan balok dan plat lantai dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :

LAPORAN KERJA PRAKTEK 25


Mulai

Pekerjaan Scaffolding

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Tulangan

Pekerjaan Pengecoran

Selesai

Gambar 3.7 Tahapan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 4


Bahan, alat, pekerja dan teknis pelaksanaan yang digunakan dalam proses pekerjaan
balok dan plat lantai 4 adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan antara lain :
a) Pengecoran beton menggunakan beton siap pakai/ready mix K-250
b) Jenis ukuran tulangan yang digunakan adalah
 Tulangan balok
Tulangan yang digunakan terdiri dari tulangan longitudinal yakni tulangan
ulir diameter 19 mm dan untuk tulangan geser yakni tulang polos dimaeter
10 mm.
 Tulangan pelat

LAPORAN KERJA PRAKTEK 26


Tulangan yang digunakan pada pelat lantai adalah tulangan plos diameter
10 mm.
c) Untuk bekisting digunakan kayu usuk 5/7, kayu dolken dan tripleks dengan tebal
18 mm
d) Air Bersih
e) Tahu Beton dan Lain-lain

a) Besi b) Tahu Beton


Gambar 3.8 Bahan untuk Pembuatan Balok Lantai 4
2. Alat
Alat yang digunakan antara lain :
a) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pembesian: tang untuk pengikat kawat,
gerinda pemotong besi, meteran.
b) Alat yang digunakan untuuk pekerjaan bekisting: gergaji, gerinda pemotong kayu,
palu, paku
c) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran: concrete mixer, concrete
pump, ember cor, sekop, cangkul, vibro sebagai pengetar serta alat-alat penunjang
yang lain.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan antar lain:
a) Mandor
b) Tukang batu

LAPORAN KERJA PRAKTEK 27


c) Tukang besi
d) Tukang kayu
e) Buruh
4. Teknis Pelaksanaan
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yaitu menyiapkan peralatan,
bahan dan tenaga kerja.
b) Pekerjaan Pembesian Balok
Pekerjaan ini dibagi atas beberapa bagian yaitu pekerjaan pembesian tulangan balok
utama, tulangan balok anak, tulangan sengkang balok, dan tulangan pelat. Besi tulangan
yang digunakan besi ulir D19 yang digunakan pada tulangan balok utama dan besi
polos D10 untuk tulangan sengkang balok utama, besi ulir D16 yang digunakan pada
tulangan balok anak dan besi polos D8 untuk tulangan sengkang balok anak, dan besi
polos D10 untuk tulangan pelat.
Tulangan yang telah dipotong sesuai ukuran kemudian dibengkokkan dengan
panjang sesuai denga gambar kerja. Pada pekerjaan pembesian balok, terlebih dahulu
dipasang dudukan balok (bekisting) kemudian dipasang tulangan balok dan sengkang
dengan jarak antara tulangan sengkangnya menggunakan meter rol kemudian ditandai
dengan kapur. Jarak dan jumlah tulangan pokok dan tulangan sengkang dirakit sesuai
dengan jumlah dan jarak pada gambar kerja bagian detail balok.
Pekerjaan penulangan balok terdapat daerah tumpuan dengan jarak ¼ dari bentang
antar kolom dan daerah lapangan dengan jarak ½ dari bentang antar kolom. Penulangan
balok ini dapat dilihat pada gambar rencana yang menunjukkan detail balok. Pada
pemasangan tulangan balok ini terdapat balok induk yang menggunakan D19 dan D10
dan balok anak yang menggunakan D16 dan D8. Tahun beton dengan tebal 4 cm
dipasang pada bagian bawah tulangan sengkang balok.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 28


a) Proses Perakitan Bekisting b) Pembuatan Tulangan Sengkang

c) Proses Perakitan Tulangan d) Hasil Perakitan Tulangan


Gambar 3.9 Pembesian Balok Lantai 4

c) Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai 4


Pekerjaan bekisting dapat diakukan setelah scaffolding selesai dipasang, dimana
scaffolding berguna untuk menopang bekisting balok dan plat lantai 4. Bekisting yang
digunakan dibuat dengan menggunakan kayu usuk 5/7 dan tripleks 1,8 cm . Bekisting ini
diletakkan pada setiap pada setiap pekerjaan balok dan plat yang ada di lantai 4.
Sebelum pekerjaan tulangan balok dilakukan, bekisting pada bagian dudukan balok
lantai 4 dikerjakan terlebih dahulu, agar memudahkan pengerjaan tulangan tersebut.
Setelah semua tulangan balok tepasang sesuai gambar rencana, maka barulah bekisting
dinding balok lantai 4 dikerjakan. Setelah itu dapat dikerjakan bekisting plat lantai 4.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 29


Pekerjaan bekisting plat lantai 4 dimulai dengan memasang kayu usuk yang disusun
secara memanjang balok dan setelah itu kayu usuk diletakkan di atas kayu usuk dengan
arah melintang balok kemudian tripleks dipaku pada kayu usuk yang berfungsi untuk
menampung pengecoran.

a) Pemasangan Scaffolding b) Pemasangan Bekisting Balok

c) Pemasangan Kayu Usuk dan d) Pemasangan Bekisting Plat


Tripleks
Gambar 3.10 Bekisting dan Scaffolding Balok dan Plat Lantai 4

d) Pekerjaan Pembesian Plat Lantai 4


Semua pelat direncanakan sebagai pelat dua arah dan dipakai tulangan polos
diameter 10 mm. Metode kerja pekerjaan pelat lantai sangat erat hubungannya dengan
pengecoran beton dan pembuatan elemen struktur. Sebelum melakukan pembesian
biasanya akan dilakukan suatu proses yang dinamakan marking yaitu pengukuran
dimana pembesian tidak boleh melenceng ukurannya dari gambar yang telah
direncanakan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian pelat tersebut dipasang tulangan 1 lapis

LAPORAN KERJA PRAKTEK 30


dengan menggunakan tulangan polos diameter 10 mm dengan jarak 75 mm. Dalam
pengerjaan pembesian pada pelat tersebut, tulangan atas dan tulangan bawah dipasang
secara selang-seling. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tulangan tersebut dapat lebih
kuat dalam menahan beban yang ada. Selain itu pemasangan tulangan selang-seling ini
lebih efesien dimana jarak tulangan yang seharusnya 150 mm menjadi 75 mm. Pada
bagian bawah tulangan pelat dipasang deckling beton, yang berfungsi untuk memberi
ruang untuk pengecoran selimut beton, Sehingga tercapai kekuatan beton sesuai dengan
perencanaan. Manfaat adanya selimut beton yaitu melindungi tulangan dari kondisi
lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan tulangan seperti perkaratan tulangan.

a) Perakitan Tulangan b) Hasil Perakitan Tulangan


Gambar 3.11 Pembesian Plat Lantai 4

e) Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan, lokasi pengecoran pelat perlu dibersihkan terlebih
dahulu. Selain dibersihkan, dilakukan juga penyiraman dengan air.
Pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan beton mutu K-250. Pengecoran
dikerjakan dengan menggunakan concrete pump. Alat-alat yang digunakan oleh tukang
adalah sendok semen, cangkul, sekop, alat perataan beton, dan seterika kayu. Dalam
pelaksanaan pengecoran di lapangan, setiap beton yang digunakan dari readymix,
dilakukan pengujian slump. Pengujian slump dapat dilakukan selama proses pengecoran

LAPORAN KERJA PRAKTEK 31


berlangsung. Pengecoran yang dilakukan berupa monolit. Sehingga pengecoran pelat
tersebut mencakup juga pengecoran balok. Pada saat pengecoran, semua tukang yang
sudah ditugaskan mengambil bagian, selalu siap di lokasi karena semua mendapatkan
bagian dalam meratakan campuran beton dari readymix. Waktu pengecoran pelat lantai
dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari. Pada pelaksanaan cor pelat lantai
memerlukan waktu yang lama namun tidak memiliki hambatan dan berjalan dengan
baik.

a) Beton dibawa oleh mobil b) Beton dipompa menggunakan


Concrete Truck ke lokasi Concrete Pump
proyek

c) Perataan dan pemadatan semen d) Campuran beton dipastikan


dengan menggunakan alat masuk ke sela-sela balok
manual dan plat

Gambar 3.12 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai 4

f) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Sebelum pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai 4
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan perawatan beton (curing). Proses perawatan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 32


beton ini dilakukan setelah balok dan plat lantai 4 selesai dicor ± 1 hari dan
dilanjutkan dengan cara menyiram air bersih pada seluruh permukaan beton, 2
kali dalam sehari pada waktu pagi dan sore sampai beton mengeras yakni selama
± 2 hari.
Sesuai pengamatan di lapangan setelah ± 2 hari, beton sudah dipastikan
mengeras dan dapat dilakukan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai 4.
Pembongkaran bekisting balok dan plat lantai 4 ini dilakukan dengan
menggunakan alat bangtu linggis dan hamar. Yang dimana pekerjaan dimulai
dengan pembongkaran scaffolding sebagai penyangga dan kemudian dilanjutkan
dengan pembongkaran bekisting.

Gambar 3.13 Pembongkaran bekisting plat lantai 4


3.4. Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Lantai 2
Menurut SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom sebagai komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertical dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Struktur dalam kolom dibuat
dari tulangan besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material
yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom

LAPORAN KERJA PRAKTEK 33


atau bagian structural lain seperti sloof dan balok bias menahan gaya tekan dan gaya tarik
pada bangunan. Pekerjaan kolom lantai 2 ini dikerjakan setelah pekerjaan balok dan plat
selesai dicor dan dibiarkan ±3 hari
Pekerjaan kolom ini menggunakan beton siap pakai/ready mix dengan mutu beton K-
300 dan besi tulangan yang digunakan adalah tulangan besi ulir D19 sebagai tulangan pokok
dan besi polos Ø10 sebagai tulangan sengkang. Penempatan posisi kolom lantai 2 ini dapat
dilihat pada lampiran gambar rencana bagian detail kolom (lampiran).
Uraian pekerjaan kolom lantai 2 dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Mulai

Pekerjaan Scaffolding

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Tulangan

Pekerjaan Pengecoran

Selesai

Gambar 3.14 Tahapan Pekerjaan Kolom Lantai 2


Bahan, alat, pekerjaan dan teknis pelaksanaan yang digunakan dalam proses pekerjaan
kolom lantai 2 adalah sebagai berikut:
1. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain :
a) Pengecoran beton menggunakan beton siap pakai/ready mix K-300

LAPORAN KERJA PRAKTEK 34


b) Jenis dan ukuran tulangan yang digunakan adalah D19 dan D10
c) Untuk bekisting digunakan kayu dolken 5/7 dan tripleks ukuran 18 mm
d) Air bersih
e) Tahu beton dan lain-lain.

a) Beton siap pakai / ready mix b) Tahu Beton

c) Tulangan Sengkang d) Kayu Usuk


Gambar 3.15 Bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan Kolom Lantai 2

2. Alat
Alat –alat yang digunakan antara lain :
a) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pembesian: tang untuk pengikat kawat, gerinda
pemotong besi, meteran.
b) Alat yang digunakan untuuk pekerjaan bekisting: gergaji, gerinda pemotong kayu, palu,
paku.
c) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran: concrete mixer, concrete pump,
ember cor, sekop, cangkul, vibro sebagai pengetar serta alat-alat penunjang yang lain.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 35


3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan antara lain:
a) Mandor
b) Tukang batu
c) Tukang besi
d) Tukang kayu
e) Buruh
4. Teknis Pelaksanaan
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yaitu menyiapkan peralatan, bahan dan
tenaga kerja.
b) Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan ini dibagi atas 2 bagian yaitu pekerjaan pembesian tulangan pokok kolom
dan tulangan sengkang kolom. Besi tulangan yang digunakan adalah besi ulir D19 dan
besi polos D10 mm. Tulangan yang telah dipotong sesuai ukuran kemudian
dibengkokkan dengan panjang sesuai dengan gambar kerja. Jumlah tulangan pokok dan
jarak tulangan sengkang dirakit sesuai dengan jarak padagambar kerja.
Pada pekerjaan penulangan kolom terdapat daerah tumpuan dengan jarak ¼ dari
bentang antar lantai di bagian atas kolom dan bawah kolom, serta daerah lapangan
dengan jarak ½ dari bentang antar lantai pada bagian tengah kolom. Penulangan kolom
inidapat dilihat pada gambar rencana yang menunjukkan detail kolom dari bangunan.
Pada pemasangan tulangan kolom ini dipakai sepuluh jenis kolom dengan D19 dan juga
menggunakan tulangan sengkang D10 menggunakan tulaangan polos yang sesuai
dengan gambar kerja. Tahu beton dengan tebal 4 cm dipasang pada bagian samping
tulangan sengkang kolom.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 36


a) Pemotongan besi b) Proses perakitan tulangan

c) Pemasangan Tulangan d) Pemasangan Kawat pada


tulangan sengkang

Gambar 3.16 Proses Pembesian Kolom Lantai 2

c) Pekerjaan Bekisting
Bekisting kolom lantai 2 dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan rencana.
Pekerjaan pembuatan rangka bekisting dikerjakan oleh tukang kayu setelah pekerjaan
pembesian pada tiap kolom selesai.
Pekerjaan bekisting dimulai dengan kayu usuk dan tripleks diukur lalu dipotong
sesuai ukuran. Tripleks lau direkatkan dengan kayu usuk dengan menggunakan paku.
Setiap sisi bekisting dikerjakan secara terpisah, setelah selesai mengerjakan setiap sisi
bekisting untuk satu jenis barulah diambil 3 sisi bekisting lalu disambungkan satu sama
lain.
Bekisting ini dibuat untuk semua kolom sesuai dengan dimensinya masing-masing.
Alat yang digunakan pada saat perakitan bekisting adalah gergaji, palu, paku, mistar

LAPORAN KERJA PRAKTEK 37


siku, meter roll dan pensil. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran dari masing-masing
kolom dan juga bekisting diperkuat dengan dipasang penahan dari kayu usuk yang
cukup.

a) Pembuatan bekisting kolom b) Pemasangan bekisting kolom


Gambar 3.17 Pekerjaan Bekisting Kolom Lantai 2

d) Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran menggunakan alat-alat seperti ember, sekop dan concrete mixer truck
dengan kapasitas 7 m3. Pengecoran dilakukan setelah semua bekisting kolom terpasang.
Pengecoran dilakukan dengan menggunakan ready mix dengan mutu K-300 yang
diproduksi adalah PT. Sinar Bangun Mandiri.
Sesuai dengan pengamatan di lapangan, pekerjaan ini dilakukan dalam waktu 1
hari. Beton yang telah diproduksi dari pabrik dibawa ke tempat proyek dengan
menggunakan concrete mixer truck dan kemudian dipompa oleh mobil concrete pump.
Berdasarkan pengamatan di lapangan tidak dilakukan pengambilan sampel untuk uji
slump.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 38


a) Beton dipompa menggunakan b) Pengecoran kolom
Concrete pump
Gambar 3.18 Pekerjaan Pengecoran Kolom Lantai 2

e) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom lantai 2 dilakukan setelah beton
mengeras ± 3 hari sesuai pengamatan di lapangan. Alat-alat yang digunakan yaitu
linggis dan hamar. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak beton yang telah dicor. Namun kenyataannya di lapangan ada beberapa kolom
yang cacat akibat kurangnya pemadatan dan pembongkaran bekisting yang kurang hati-
hati. Kolom yang cacat kemudian ditempelkan kembali campuran pasta di bagian yang
rusak.
Setelah bekisting dibongkar, dilakukan perawatan beton dengan menyiram air pada
permukaan beton selama ± 3 hari.
3.5. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 3
Balok merupakan struktur yang berfungsi untuk menerima beban dan mentrasfer
beban menuju ke kolom struktur. Balok juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu balok anak dan
balok induk, pembagian ini tergantung pada besar beban yang di pikul. Sedangkan pelat lantai
merupakam struktur datar yang berfungsi sebagai lokasi dimana beban hidup maupun beban
mati bekerja di atasnya. Pelat lantai inilah yang akan mentrasfer beban yang dipikul menuju
ke balok–balok yang ada sesuai dengan daerah pembagian atau daerah tributarisnya. Dalam
pelaksanaannya pekerjaan balok dan pelat lantai 3 ini dilakukan secara bersamaan.
Pelaksanaan pekerjaan balok dan plat dikerjakan secara berurutan yaitu dimulai
dengan pekerjaan balok kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan plat, dengan pekerjaan awal

LAPORAN KERJA PRAKTEK 39


yaitu pemasangan scaffolding dari kayu dan besi, pekerjaan bekisting, pekerjaan tulangan dan
pekerjaan pengecoran. Uraian pekerjaan balok dan plat lantai dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :

Mulai

Pekerjaan Scaffolding

Pekerjaan Bekisting

Pekerjaan Tulangan

Pekerjaan Pengecoran

Selesai

Gambar 3.19 Tahapan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 3


Bahan, alat, pekerja dan teknis pelaksanaan yang digunakan dalam proses pekerjaan
balok dan plat lantai 4 adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan anatar lain :
a) Pengecoran beton menggunakan beton siap pakai/ready mix K-300
b) Jenis ukuran tulangan yang digunakan adalah
 Tulangan balok
Tulangan yang digunakan terdiri dari tulangan longitudinal yakni tulangan
ulir diameter 19 mm dan untuk tulangan geser yakni tulang polos dimaeter
10 mm.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 40


 Tulangan pelat
Tulangan yang digunakan pada pelat lantai adalah tulangan plos diameter
10 mm.
c) Untuk bekisting digunakan kayu usuk 5/7, kayu dolken dan tripleks dengan tebal
18 mm
d) Air Bersih
e) Tahu Beton dan Lain-lain
2. Alat
Alat yang digunakan antara lain :
a) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pembesian: tang untuk pengikat kawat,
gerinda pemotong besi, meteran.
b) Alat yang digunakan untuuk pekerjaan bekisting: gergaji, gerinda pemotong kayu,
palu, paku
c) Alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran: concrete mixer, concrete
pump, ember cor, sekop, cangkul, vibro sebagai pengetar serta alat-alat penunjang
yang lain.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan antar lain:
a) Mandor
b) Tukang batu
c) Tukang besi
d) Tukang kayu
e) Buruh
4. Teknis Pelaksanaan
a) Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yaitu menyiapkan peralatan,
bahan dan tenaga kerja.
b) Pekerjaan Pembesian Balok dan Plat Lantai 3
Pekerjaan ini dibagi atas beberapa bagian yaitu pekerjaan pembesian
tulangan balok utama, tulangan balok anak, tulangan sengkang balok, dan
tulangan pelat. Besi tulangan yang digunakan besi ulir D19 yang digunakan pada

LAPORAN KERJA PRAKTEK 41


tulangan balok utama dan besi polos D10 untuk tulangan sengkang balok utama,
besi ulir D16 yang digunakan pada tulangan balok anak dan besi polos D8 untuk
tulangan sengkang balok anak, dan besi polos D10 untuk tulangan pelat.
Tulangan yang telah dipotong sesuai ukuran kemudian dibengkokkan dengan
panjang sesuai dengan gambar kerja. Pada pekerjaan pembesian balok, terlebih dahulu
dipasang dudukan balok (bekisting) kemudian dipasang tulangan balok dan sengkang
dengan jarak antara tulangan sengkangnya menggunakan meter rol kemudian ditandai
dengan kapur. Jarak dan jumlah tulangan pokok dan tulangan sengkang dirakit sesuai
dengan jumlah dan jarak pada gambar kerja bagian detail balok.
Pekerjaan penulangan balok terdapat daerah tumpuan dengan jarak ¼ dari bentang
antar kolom dan daerah lapangan dengan jarak ½ dari bentang antar kolom. Penulangan
balok ini dapat dilihat pada gambar rencana yang menunjukkan detail balok. Pada
pemasangan tulangan balok ini terdapat balok induk yang menggunakan D19 dan D10
dan balok anak yang menggunakan D16 dan D8. Tahun beton dengan tebal 4 cm
dipasang pada bagian bawah tulangan sengkang balok.

a) Pekerjaan tulangan balok lantai 3 b) Perakitan tulangan balok


Gambar 3.20 Pembesian Balok Lantai 3

c) Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai 3


Pekerjaan bekisting dapat diakukan setelah scaffolding selesai dipasang, dimana
scaffolding berguna untuk menopang bekisting balok dan plat lantai 3. Bekisting yang
digunakan dibuat dengan menggunakan kayu usuk 5/7 dan tripleks 1,8 cm . Bekisting ini
diletakkan pada setiap pada setiap pekerjaan balok dan plat yang ada di lantai 3.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 42


Sebelum pekerjaan tulangan balok dilakukan, bekisting pada bagian dudukan balok
lantai 3 dikerjakan terlebih dahulu, agar memudahkan pengerjaan tulangan tersebut.
Setelah semua tulangan balok tepasang sesuai gambar rencana, maka barulah bekisting
dinding balok lantai 3 dikerjakan. Setelah itu dapat dikerjakan bekisting plat lantai 3.
Pekerjaan bekisting plat lantai 3 dimulai dengan memasang kayu usuk yang disusun
secara memanjang balok dan setelah itu kayu usuk diletakkan di atas kayu usuk dengan
arah melintang balok kemudian tripleks dipaku pada kayu usuk yang berfungsi untuk
menampung pengecoran.

a) Pemasangan Scaffolding b) Pemasangan Bekisting Balok

c) Bahan untuk bekisting balok d) Pemasangan Bekisting Plat


Gambar 3.21 Pekerjaan Bekisting Balok dan Plat Lantai 3

d) Pekerjaan Pembesian Plat Lantai 3


Semua pelat direncanakan sebagai pelat dua arah dan dipakai tulangan polos
diameter 10 mm. Metode kerja pekerjaan pelat lantai sangat erat hubungannya dengan
pengecoran beton dan pembuatan elemen struktur. Sebelum melakukan pembesian

LAPORAN KERJA PRAKTEK 43


biasanya akan dilakukan suatu proses yang dinamakan marking yaitu pengukuran
dimana pembesian tidak boleh melenceng ukurannya dari gambar yang telah
direncanakan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian pelat tersebut dipasang tulangan 1 lapis
dengan menggunakan tulangan polos diameter 10 mm dengan jarak 75 mm. Dalam
pengerjaan pembesian pada pelat tersebut, tulangan atas dan tulangan bawah dipasang
secara selang-seling. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tulangan tersebut dapat lebih
kuat dalam menahan beban yang ada. Selain itu pemasangan tulangan selang-seling ini
lebih efesien dimana jarak tulangan yang seharusnya 150 mm menjadi 75 mm. Pada
bagian bawah tulangan pelat dipasang deckling beton, yang berfungsi untuk memberi
ruang untuk pengecoran selimut beton, Sehingga tercapai kekuatan beton sesuai dengan
perencanaan. Manfaat adanya selimut beton yaitu melindungi tulangan dari kondisi
lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan tulangan seperti perkaratan tulangan.

a) Pekerjaan penulangan plat lantai 3 b) Hasil Perakitan Tulangan


Gambar 3.22 Pekerjaan Penulangan Plat Lantai 3

e) Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pengecoran dilakukan, lokasi pengecoran pelat perlu dibersihkan terlebih
dahulu. Selain dibersihkan, dilakukan juga penyiraman dengan air.
Pengecoran dilaksanakan dengan menggunakan beton mutu K-300. Pengecoran
dikerjakan dengan menggunakan concrete pump. Alat-alat yang digunakan oleh tukang
adalah sendok semen, cangkul, sekop, alat perataan beton, dan seterika kayu. Dalam
pelaksanaan pengecoran di lapangan, setiap beton yang digunakan dari readymix,

LAPORAN KERJA PRAKTEK 44


dilakukan pengujian slump. Pengujian slump dapat dilakukan selama proses pengecoran
berlangsung. Pengecoran yang dilakukan berupa monolit. Sehingga pengecoran pelat
tersebut mencakup juga pengecoran balok. Pada saat pengecoran, semua tukang yang
sudah ditugaskan mengambil bagian, selalu siap di lokasi karena semua mendapatkan
bagian dalam meratakan campuran beton dari readymix. Waktu pengecoran pelat lantai
dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari. Pada pelaksanaan cor pelat lantai
memerlukan waktu yang lama namun tidak memiliki hambatan dan berjalan dengan
baik.

Gambar 3.23 Pengecoran Lantai 3


g) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting
Sebelum pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai 3 dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan perawatan beton (curing). Proses perawatan beton ini
dilakukan setelah balok dan plat lantai 4 selesai dicor ± 1 hari dan dilanjutkan dengan
cara menyiram air bersih pada seluruh permukaan beton, 2 kali dalam sehari pada waktu
pagi dan sore sampai beton mengeras yakni selama ± 2 hari.
Sesuai pengamatan di lapangan setelah ± 2 hari, beton sudah dipastikan mengeras
dan dapat dilakukan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai 4. Pembongkaran
bekisting balok dan plat lantai 4 ini dilakukan dengan menggunakan alat bangtu linggis
dan hamar. Yang dimana pekerjaan dimulai dengan pembongkaran scaffolding sebagai
penyangga dan kemudian dilanjutkan dengan pembongkaran bekisting.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 45


Gambar 3.24 Pembongkaran bekisting plat lantai 3

LAPORAN KERJA PRAKTEK 46


BAB IV
Permasalahan-Permasalahan Umum Yang Timbul Pada Proyek
4.1 Peralatan K3 yang Digunakan dalam Pelaksanaan Proyek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 menjadi faktor yang penting dan harus diperhatikan
pada suatu proyek konstruksi. Peraturan tersebut dimuat dalam pasal 87 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan Kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Ketentuan
mengenai penerapan sistem manajemen K3 ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No. 50
tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
ADP adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. ADP ini terdiri dari
kelengkapan wajib yang digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja yang digunakan
untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya. macam-macam ADP serta fungsinya
sebagai berikut :
1. Helm Proyek/Safety Helm
Helm Proyek adalah saah satu ADP yang menjadi syarat wajib aspek keselamatan kerja pada proyek. Pada
saat memasuki proyek, setiap orang wajib memakai helm proyek. Helm proyek berfungsi untuk
melindungi kepala dari benda-benda keras yang jatuh dari ketinggian. Gambar 4.1 dibawah merupakan
contoh gambar helm proyek .

Gambar 4.1 Helm Proyek

LAPORAN KERJA PRAKTEK 47


2. Sepatu Safety/Sepatu pengaman
Sepatu pengaman berfungsi melindungi kaki dari bahaya cairan kimia, tusukan benda tajam,
benturanbenda berat dan lain sebagainya. Sepatu jenis ini umumnya lebuh tahan lama dibandingkan
dengan acam-macam sepatu lainnya, sehingga dapat tetap berfungsi optimal dalam periode waktu yang
panjang. Gambar 4.2 dibawah ini merupakan contoh gambar sepatu pengaman.

Gambar 4.2 Sepatu Pengaman


3. Sepatu Boots (Sepatu Karet)\
Pengguanaan sepatu boots berfungsi untuk melindungi kaki dari tusukan benda tajam, bahan kimia
berbahaya, cairan yang terlalu dingin atau panas. Tanpa sepatu yag sesuai, kaki akan rentan terluka oleh
benda tajam di tanah maupun kejatuhan benda berbahay diatas. Gambar 4.3 dibawah merupakan contoh
gambar sepatu boots.

Gambar 4.3 Sepatu Boots

4. Rompi Safety
Rompi sebagai komponen ADP yang baik adalah yang berbahan polyester dan mampu memantulkan
cahay akarena telah didesain secara khusus dengan tambahan reflector. Fungsi utama menggunakan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 48


rompi ini adlah agar pekerja dapat terlihat dengan jelas pada waktu malam hari atau ketika penerangan tak
terlalu memadai. Gambar 4.4 dibawah merupakan contoh gambar rompi safety

Gambar 4.4 Rompi Safety


5. Coverall atau wearpack
Wearpack adalah pakaian khusu yang dipakai oleh orang-orang yang mimiliki resiko pekerjaan tinggo.
Model pakaian ini umumnya menutupi leher hingga mata kaki sehingga dapat mengamankan seluruh
tubuh. Gambar 4.5 dibawah merupakan contoh gambar wearpack

Gambar 4.5 Wear Peack

6. Sarung Tangan/Gloves
Sarung tangan berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari apai, suhu panas atau dingin, radiasi, arus
listrik, bahan kimia, benturan atau pukulan, tergores benda tajam atau infeksi. Sarung tangan terbuata dari
material yang beraneka ragam. Sarung tangan yang paling sering diapaki pekerja konstruksi adalah sarung
tangan berbhan dasar katun seperti yang terlihat pada gambar 4.6 dibawah ini

LAPORAN KERJA PRAKTEK 49


Gambar 4.6 Sarung Tangan
7. Tali Pengaman/Safety Harness
Tali pengaman pada dasarnya adalah bagian dari sabuk keselamatan yang wajib digunakan pekerja yang
pekerjaannya harus berhadapan dengan ketinggian. Tali pengaman ini dipasangkan pada tubuh ketika
berada diposisi ketinggian yang beresiko jatuh sehingga saat mekanik atau pekerja jatuh , ia akan
tergantung pada tali pengaman yang terikat pada baguan stabil. Gambar 4.7 dibawah ini merupakan
contoh gambar Tali Pengaman.

Gambar 4.7 Tali Pengaman


8. Kacamata pengaman (safety glasess)
Alat pelindung diri berupa kacamata pengaman berfungi sebagai pelindung mata
ketika melakukan pekerjaan permesinan maupun pengelasan. Penggunaan
kacamata pelindung ini bermaksud melindungi mata dari percikan api ataupun
serpihan dari besi yang mengalami proses pengerjaan permesinan ataupun
pengelasan. Gambar 4.8 dibawah merupakan contoh gambar kacamata pengaman

LAPORAN KERJA PRAKTEK 50


Gambar 4.8 Kaca Pengaman
Berdasarkan pengamatan peralatan K3 yakni berupa Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di proyek
ini tidak begitu diperhatikan. Hanya beberapa pekerja yang memakai APD namun tidak lengkap
pemakaiannya. Dapat dilihat pada gambar 4.9 dibawah ini:

Gambar 4.9 Pekerja yang memakai ADP namun tidak lengkap


Berdasarkan pengecoran plat lantai 3 dapat dilihat hanya beberapa orang yang menggunakan alat
pelindung diri seperti helm keselamatan, dan sepatu pelindung. Dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah
ini :

LAPORAN KERJA PRAKTEK 51


Gambar 4.10 orang yang menggunakan alat pelindung diri seperti helm keselamatan, dan sepatu pelindung

Berdasarkan Pekerjaan pembongkaran beksiting plat, dapat dilihat tidak terdapat alat pelindung diri seperti
helm keselamatan, sepatu pelindung, masker, dan sarung tangan pada saat pembongkaran bekisting balok
dan pelat lantai 4 pada proyek ini. Dapat dilihat pada gambar 4.11 dibawah ini :

Gambar 4.11 orang yang tidak menggunakan ADP saat pembongkaran bekisting
Berdasarkan gambar Pekerjaan Pengecoran, ada seorang pekerja yang memakai alat pelindung diri berupa
sepatu boot dan sarung tangan, namun dapat dilihat pekerja yang lain tidak memakai alat pelindung diri
seperti helm keselamatan, sepatu pelindung (sepatu boot), masker, dan sarung tangan dalam pekerjaan
pengecoran pada proyek ini. Dapat dilihat pada gambar 4.12 dibawah ini :

LAPORAN KERJA PRAKTEK 52


Gambar 4.12 orang yang tidak menggunakan ADP saat pekerjaan pengecoran

4.2 Permasalahan Umum yang Timbul Pada Proyek


Suatu proyek konstruksi pasti mengharapkan seluruh pelaksanaannya berjalan dengan lancar. Akan
tetapi ada hal - hal yang menjadi penghambat atau menjadi permasalahan di sebuah proyek konstruksi.
Permasalahan yang timbul pada proyek beraneka ragam. Permasalahan tersebut bisa kondisi alam,
pelaksanaan teknis, jumlah tenaga kerja, keterlambatan pekerjaan dan lain sebagainya. Permasalahan-
permasalahan ini bisa membuat proyek tidak berjalan sesuai rencana. Pada proyek pembangunan Gedung
Hotel Harper Kupang sendiri terdapat permasalahan yang membuat proyek mengalami keterlambatan.
Berdasarkan Pengamatan di lapangan, permasalahan permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Permasalahan jumlah tenaga kerja
Pekerja adalah seseorang yang turut ambil bagian dalam proses pengerjaan sebuah proyek.
Permasalahan jumlah tenaga kerja juga dapat menghambat pekerjaan. Terjadinya kekurangan pekerja,
baik pekerja yang tidak masuk kerja atau sedang pulang ke tempat asal untuk urusan lain mengakibatkan
terjadinya keterlambatan pekerjaan pembangunan. Jumlah tenaga kerja pada proyek konstruksi ini
berjumlah 70 orang, namun berdasarkan pengamatan di lapangan tenaga kerja yang ada biasanya tidak
sampai 70 orang berkisar antara 30–40 orang.
Solusi:
Apabila waktu pembangunan sebuah proyek mengalami permasalahan mengenai jumlah tenaga kerja, hal
yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tenaga kerja tambahan dan mencari pengganti
sementara apabila banyak pekerja yang pulang ke tempat asal untuk sementara.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 53


b. Permasalahan cuaca
Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi, dengan terjadinya cuaca
yang buruk saat proses pelaksanaan berlangsung, maka akan menghambat jalannya pekerjaan, seperti :
 Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara untuk menunggu hujan reda
 Waktu pembangunan gedung dapat mundur dari rencana apabila hujan terus menerus diluar perkiraan
sehingga menghambat pekerjaan yang berlangsung.
 Pengecoran terpaksa dihentikan jika terjadi hujan deras.
 Karena faktor cuaca dan penyimpanan material yang kurang diperhatikan sehingga beberapa besi
wiremesh yang disimpan untuk digunakan sebagai pelat lantai 2 karat/korosi. Hal ini mempengaruhi mutu
dari struktur bangunan tersebut.
Solusi:
Karena cuaca yang tidak bisa diperkirakan/diprediksi dengan seksama. Sebaiknya material yang disimpan
untuk digunakan dipekerjaan yang akan datang diperhatikan lebih baik sehingga tidak berkarat yang
akhirnya menyebabkan mutu beton terpengaruh. Besi yang terbilang mahal tentu tidak akan dibuang dan
tidak dipakai. Namun hal-hal seperti ini perlu ditangani lebih baik sehingga mutu sesuai perencanaan
dapat sesuai dengan kenyataan dilapangan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 54


BABV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama 3 bulan melakukan kerja praktek terhitung tanggal 9 Februari
2022 sampai dengan 9 Mei 2022 di Proyek Pembangunan Hotel Harper, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak selamanya sesuai dengan teori di perkuliahan dan tidak
selamanya sesuai dengan perencanaan. Perubahan perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu
sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
2. Beberapa masalah yang terjadi selama masa kerja praktek berlangsung adalah masalah perubahan
rencana struktur ruangan. Dalam hal ini adanya perubahan rencana struktur ruangan yang
diinginkan oleh pemilik proyek sehingga ruangan yang sudah jadi harus dibongkar dan dibangun
ulang.
3. Masalah lain yang terjadi adalah masalah keterlambatan kerja dikarenakan faktor cuaca dan
beberapa tenaga kerja mengambil cuti kerja saat libur lebaran sehingga pekerjaan tertunda 3
minggu.

5.2 Saran
Pada proyek Pembangunan Hotel Harper, terdapat beberapa kekurangan selama pelaksanaan
pekerjaan. Untuk itu, penulis memberikan beberapa hal berikut sebagai saran:
1. Sebaiknya para pekerja menggunakan perlengkapan kerja seperti helm pengaman, baju kerja,
sepatu boot, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keselamatan kerja pekerja (Manajemen
K3).
2. Harus ada koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat dalam proyek sehingga tidak
menghambat pelaksanaan pekerjaan.
3. Perlunya persiapan sember daya konstruksi sebelum proyek dilaksanakan seperti material, alat dan
pekerja. Kurangnya sumber daya ini dapat menghambat pelaksanaan karena mengakibatkan
keterlambatan dalam menyelesaikan proyek

LAPORAN KERJA PRAKTEK 55

Anda mungkin juga menyukai