Anda di halaman 1dari 14

BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Ruang Lingkup Proyek


2.1.1 Nama proyek
Nama proyek pada lokasi kerja praktek ini adalah Proyek Pembangunan
Gedung Dinas Bidang Pekerjaan Umum Daerah Sulawesi Tengah.
2.1.2 Lokasi proyek
Lokasi proyek kerja praktek ini berada di Jl. Prof.Dr moh.Yamin No.33
Palu Sulawesi Tengah.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek

2.1.3 Anggaran proyek/nilai kontrak


Anggaran untuk keseluruhan proyek Proyek Pembangunan Gedung Dinas
Bidang Pekerjaan Umum Daerah Sulawesi Tengah. adalah sebesar Rp.
33.000.000.000,- yang bersumber dari dana APBN.

2.1.4 Waktu pelaksanaan


AREAL POLITEKNIK KESEHATAN
Pelaksanaan proyek ini dilaksanakan selama 728 (Tujuh ratus ddua puluh
delapan) hari kalender, dalam hal ini pekerjaan pelaksanaan dan pengawasan
terhitung sejak tanggal 14 Desember 2012.

4
2.1.5 Lingkup pekerjaan
Proyek pembangunan Gedung Dinas Bidang Pekerjaan Umum Daerah
Sulawesi Tengah. secara garis besar mempunyai lingkup pekerjaan sebagai
berikut:
1) Pekerjaan tanah/pasir
2) Pekerjaan pasangan
3) Pekerjaan beton & beton bertulang
a) Lantai Basement dan lantai I
b) Lantai II
c) Lantai III
d) Lantai IV
e) Core Lift
4) Pekerjaan plesteran
5) Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
6) Pekerjaan alat penggantung
7) Pekerjaan plafond
8) Pekerjaan lantai dan keramik
9) Pekerjaan sanitasi
10) Pekerjaan pengecetan
11) Pekerjaan lain-lain

2.2 Organisasi Proyek


Organisasi proyek biasanya adalah bagian dari organisasi yang lebih besar
seperti pemerintah, institusi, badan atau lembaga atau dapat juga dengan skala
lebih kecil seperti perusahaan, lembaga kepentingan dan lainnya. Pengelolaan
proyek membutuhkan suatu organisasi yang kuat dengan program, visi dan misi
serta tujuan yang jelas, sehingga kegiatan dilakukan dengan batasan dan standar
yang telah disepakati dan dilaksanakan dengan maksimal oleh personil
penanggung jawab masing-masing.

5
Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan
mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan
modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai
kebutuhan proyek. Bagian-bagian dari organisasi proyek pembangunan gedung
kantor dinas pekerjaan umum daerah Palu terdiri dari pimpinan proyek, bendahara
proyek, dan kepala bagian tata usaha.

2.2.1 Pemimpin proyek


Dalam pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, yang menjadi tugas seorang
pemimpin proyek yakni bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pekerjaan
Umum, bertanggung jawab baik dari segi keuangan maupun fisik pekerjaan, dan
memimpin dan mengatur pelaksanaan pekerjaan, baik dalam pengawasan operatif
maupun penyampaian laporan-laporan hasil kemajuan pekerjaan.

2.2.2 Bendahara Proyek


Dalam pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, yang menjadi tugas seorang
Bendahara Proyek yakni bertanggung jawab kepada pemimpin proyek sebagai
atasan langsung dalam pengelolaan keuangan dana proyek, menyelenggarakan
pengurusan keuangan negara yang menjadi tanggung jawab proyek dalam
menerima, menyimpan, dan mengeluarkan serta membuat surat
pertanggungjawaban setiap akhir bulan sesuai peraturan dan ketentuan yang
berlaku, mengerjakan buku kas umum dan buku kas bank, membuat balance
realisasi dana proyek, dan membawahi langsung urusan laporan.

2.2.3 Kepala Bagian Tata Usaha


Tugas seorang kepala tata usaha (umum dan teknik) dalam sebuah
penyelenggaraan proyek konstruksi adalah bertanggung jawab kepada pemimpin
proyek dan membantu pemimpin proyek dalam hal pengurusan evaluasi kemajuan
fisik dan administrasi.

6
2.3 Struktur Organisasi Kontraktor
Kontraktor Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah adalah PT. Nindya Karya (Persero). Struktur
organisasi PT. Nindya Karya (Persero). adalah:

Gambar 2.2 Diagram struktur organisasi kontraktor

2.4 Pengelolaan /Manajemen Proyek


2.4.1 Hubungan antara pemilik, pelaksana dan pengawas
2.4.1.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek adalah seseorang, perusahaan, atau instansi pemerintah
yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang

7
memiliki keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil
proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah, pemilik proyek adalah Kementerian Pekerjaan
Umum. Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek antara lain mengawasi
dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontaktor, meminta laporan-
laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor, memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh kontraktor untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak,
dan membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang
telah ditetapkan kepada kontraktor.

2.4.1.2 Pemberi Tugas (Bouheer)


Yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah.
a) Perencana/pengawas (Konsultan)
Perencana yang mempunyai keahlian di bidang dapat berupa perorangan
atau badan swasta maupun dari instansi pemerintah yang meliputi
perencana dan perancangan (designeer dan planner), penasihat ahli
(consultan) dan pengawas (supervisor). Dalam Proyek Pembangunan
Gedung yang bertindak sebagai konsultan perencana adalah CV Timur
Konsultan.
b) Pelaksana
Dalam kedudukan pelaksana/pemborong atau kontraktor bangunan
berkewajiban melaksanakan/mengerjakan pekerjaan, dilaksanakan
menurut bunyi kontrak sesuai uraian pekerjaan dan gambar-gambar detail.
Jika pelaksanaan pekerjaan telah selesai, pihak pelaksana harus
menyerahkan pekerjaan tersebut (penyerahan pertama). Selama interval
waktu yang ditetapkan sebelumnya, pelaksana masih berkewajiban
memelihara, memperbaiki kerusakan yang mungkin timbul pada hasil

8
pekerjaan sebelum diserahkan sepenuhnya kepada pemilik proyek, hal ini
disebut pemeliharaan.

2.4.2 Hubungan antara Pemilik dengan Perencana


Di dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah dalam hal ini pekerjaan pembangunan gedung
bertingkat adalah proyek dari pemerintah. Dalam rangka kerjasama antar
keduanya, pemberi tugas (pemilik) akan menerima jasa, sedangkan perencana
akan menerima biaya perencanaan. Masing-masing pihak terlibat oleh
tanggungjawab, kewajiban, dan hak terhadap pihak lainnya.
Adapun kewajiban dan hak dari perencana dalam hubungan kerja tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Tugas yang diserahkan, harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab
dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pemberi tugas
serta seluruh rencana yang dibuatnya secara teknis harus dilaksanakan.
b) Perencana harus mengindahkan peraturan dan perundangan yang berlaku
dan dianggap sudah harus diketahui.
c) Perencana berkewajiban mengindahkan hak-hak atas tanah yang ada pada
lokasi pembangunan proyek baik yang telah diberitahukan oleh pemberi
tugas atau yang seharusnya diketahui oleh perencana.
d) Perencana bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pemberi
tugas sebagai akibat langsung dari kesalahan yang dibuatnya atau orang-
orang yang bekerja padanya pada waktu pelaksanaan tugas tersebut, jika
kesalahan itu seharusnya dapat dihindarkan dengan keahlian dan
kewaspadaan sebelum terlaksana pembangunan proyek tersebut.
e) Perencana berhak menerima upah dari pekerjaan yang dilaksanakan, juga
berhak menolak rancangan pemberi tugas, jika rancangan tersebut secara
teknis tidak dapat dipertanggung jawabkan.

9
Adapun tanggungjawab dan kewajiban dari pemberi tugas dalam
hubungan kerja di atas adalah berkewajiban membayar biaya perencanaan yang
menerima tugas. Upah yang diberikan pemberi tugas kepada perencana tidak
boleh kurang dari jumlah yang ditetapkan dari peraturan yang telah berlaku
tentang hubungan kerja antara perencana dan pemberi tugas dan mengganti semua
biaya yang dibuat oleh perencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
aturan tersebut.

2.4.3 Hubungan antara Pemberi tugas dan Pelaksana


Hubungan antara pemberi tugas dan pelaksana adalah hubungan yang
terikat dalam perjanjian pemborong dan diatur dalam kontrak. Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi tugas, sedangkan pemberi
tugas akan menerima produksi dari pelaksana dan harus membayar biaya
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun tanggungjawab serta kewajiban dari pelaksana dalam hubungan
kerja di atas adalah:
a) Melaksanakan pekerjaan yang telah diterimanya sesuai dengan dokumen-
dokumen yang ada, berupa gambar-gambar bestek dan daftar petunjuk
serta hal-hal lain yang mengikat. Begitu juga gambar-gambar detail yang
diberikan serta menyelesaikan tepat pada waktunya.
b) Menempatkan wakil atau orang-orang kepercayaannya di tempat
pekerjaaan dan menyampaikan hasil pekerjaan secara tertulis pada pemberi
tugas.
c) Selama pelaksanaan berlangsung, pelaksana bertanggung jawab terhadap
hasil pekerjaan orang-orang yang dipekerjakannya.
d) Pelaksana harus mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku serta
senantiasa menjaga ketertiban selama pekerjaan berlangsung.
e) Untuk menaati peraturan yang berlaku setelah perjanjian kontrak
dilakukan, maka pemberi tugas harus memberi ganti rugi sebagai akibat
pelaksanaan aturan tersebut.

10
Kewajiban pemberi tugas dalam hubungan kerja tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
a) Menyediakan biaya pelaksanaan menurut jumlah yang telah ditetapkan
oleh kedua belah pihak (menurut persetujuan kontrak kerja).
b) Menyelenggarakan segala sesuatunya agar pelaksana bisa menggunakan
tanah pada saat proyek dilaksanakan.
c) Menunjuk wakilnya untuk melaksanakan pengawasan yang sering disebut
direksi, yang apabila dalam perjanjian kontrak belum ditetapkan, maka
pada saat penunjukkannya pelaksana harus menyampaikannya secara
tertulis.
d) Setelah pekerjaan selesai, maka pemberi tugas berhak menerima hasil dari
pelaksana, adapun arti dari penerimaan hukum yaitu sesudah penyerahan,
maka pemberi tugas wajib membayar. Waktu penyerahan menentukan
denda jika penyerahan terlambat dari waktu yang ditentukan. Dan resiko
kerugian setelah penyerahan pada pihak pelaksanan kecuali ada peraturan
lain yang mengikat.

2.4.4 Hubungan antara Pelaksana dan Perencana


Hubungan perencana dan pelaksana terjadi setelah pihak pelaksana
menyatakan kesediaannya kepada pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan
(atau sesudah pengumuman tender/lelang diumumkan). Hubungan ini pada
mulanya hanya berupa hubungan tidak langsung dan yang diatur oleh peraturan
pelaksana.
Perencana menetapkan persyaratan dari pelaksanaan pekerjaan dan
pelaksana harus mengerjakan pekerjaan sesuai dengan persyaratan tersebut. Jika
pemberi tugas adalah pihak swasta, maka pemberi tugas dapat menugaskan
perencana untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Akan tetapi untuk proyek-
proyek negara maka pekerjaan pengawasan ini dilaksanakan oleh unsur teknis dari

11
instansi pemerintah yang berwenang. Kewajiban pelaksana dalam hubungan ini
adalah:
a) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat
pelaksanaan.
b) Menyampaikan rencana pekerjaan dengan keterangan selengkap-
lengkapnya mengenai cara pelaksanaan dan alat yang digunakan serta
urutan dan lama penyelesaian tersebut dan disetujui oleh direksi.
c) Setelah rencana pekerjaan disetujui, maka dengan persetujuan direksi
ditetapkan untuk memulai pelaksanaan serta penyediaan dan pemberian
bahan-bahan dengan terlebih dahulu disampaikan secara tertulis oleh
pelaksana kepada direksi.

Pada proyek pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum


Daerah Palu, Sulawesi Tengah yang bertindak sebagai berikut:
a) Pemberi tugas adalah Dinas Pekerjaan Umum Daerah Palu, Sulawesi
Tengah
b) Konsultan Perencana CV. Timur Konsultan
c) Kontraktor Pelaksana adalah PT. Nindya Karya (Persero)

Hubungan kerja unsur-unsur di atas dapat digambarkan secara bagan


sebagai berikut:

12
Gambar 2.3 Diagram struktur organisasi proyek

2.4.5 Operasional peralatan


Dalam pengoperasional peralatan perlu diatur suatu perencanaan yang baik
dengan membuat rencana kerja dan peralatan-peralatan yang akan digunakan pada
operasi pekerjaan tersebut. Biaya operasi dari peralatan operasi dari proyek sangat
mahal, jadi dituntut perhitungan-perhitungan yang tepat antara biaya, peralatan,
dan produksi peralatan.
Pengoperasian peralatan yang kurang tepat dapat menuntut biaya yang
lebih besar, sebagai contoh untuk pekerjaan misalnya:
a) Pemindahan tanah dengan alat bulldozer.
b) Pemindahan material.
c) Penggunaan/penempatan molen yang tidak tepat, dan lain-lain.
Adapun pekerjaan yang perlu dilakukan dalam pengoperasian peralatan
sebagai berikut:
a) Luas pekerjaan yang akan dikerjakan
b) Waktu penyelesaian pekerjaan serta rencana mendetail yang akan
dilakukan.

13
Maka langkah berikutnya adalah penyesuaian dengan peralatan, teknis dan
pekerjaan. Rencana pekerjaan yang ditunjang oleh beberapa peralatan haruslah
memerlukan suatu tahap perencanaan dalam hal pengoperasiannya. Perencanaan
tersebut terdiri dari perencanaan teknis dan perencanaan pelaksanaan.

2.5 Pengawasan dan Pengendalian Proyek


2.5.1 Tujuan pengawasan dan pengendalian
Keberhasilan suatu proyek sangat ditentukan oleh cara (sistem)
pengelolaan dan pengendalian dari proyek tersebut. Di dalam pengelolaan suatu
proyek yang mencakup masalah pengawasan, yang dapat diartikan sebagai
berikut:
a) Usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan pelaksanaan dari ketentuan yang telah ada dalam bestek.
b) Usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kekosongan kegiatan,
selama proyek berjalan, dalam hal ini dapat menimbulkan mundurnya
waktu pelaksanaan proyek tersebut.
c) Usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan baik
kualitas maupun kuantitas bahan.
d) Usaha mengevaluasi kemajuan proyek sejauh mana persentase kemajuan
dan hal-hal apa saja yang menjadi hambatan selama pelaksanaannya.

Kegiatan pengendalian proyek didalamnya sudah termasuk kegiatan


pengawasan, hanya perlu diadakan suatu kegiatan yang bersifat korektif, dan
dalam mencapai hasil yang optimum dari pelaksanaan suatu proyek dengan jalan
memperkecil akan kemungkinan terjadinya penyimpangan, baik kualitas,
kuantitas, teknis pelaksanaan, waktu dan lain-lain. Sebagai proses dari
pengawasan dan pengendalian yang merupakan hasil pengamatan kemajuan
pekerjaan dapat dituangkan dalam bentuk laporan (harian atau mingguan).
Laporan ini merupakan tugas dan kewajiban pihak pelaksana, untuk melaporkan
kepada direksi, setelah mendapat persetujuan dari pihak pengawas. Apabila dalam

14
pelaksanaan terjadi penyimpangan, maka pihak pengawas ahli membuat laporan
yang ditujukan kepada pihak direksi.

2.5.2 Lingkup Pengawasan


Lingkup pengawasan suatu proyek meliputi berbagai aspek yang berbeda-
beda, tergantung dari sudut mana pengawasan itu dipandang. Lingkup
pengawasan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain:
a) Dari sudut kedudukan badan pengawas, yaitu pengawasan ke dalam
(intern audit) dan pengawasan ke luar (extern audit).
b) Dari sudut bentuk pengawasan, yaitu pengawasan rutin (harian),
pengawasan berkala, pengawasan tahunan, pengawasan darurat, dan
pengawasan insidentil.
c) Dipandang dari sudut badan yang diawasi, yaitu pemilik (Bouwheer),
konsultan (Consultant) dan pelaksana (Contractor).
d) Dipandang dari sudut yang diawasi, yaitu pengawasan keuangan,
pengawasan administrasi, pengawasan material, pengawasan waktu
pelaksanaan dan pengawasan teknis pelaksanaan.
e) Dipandang dari sudut tahapan pelaksanaan proyek, secara garis besar
dibagi atas pengawasan sebelum pelaksanaan konstruksi (Pre Construction
Stage Service) dan Pengawasan setelah penandatangan kontrak
pelaksanaan (Dokumen Tender)

Dengan melihat pandangan-pandangan di atas maka dapat disimpulkan


bahwa kewajiban staf pengawas adalah sebagai berikut:
a) Pengawasan terhadap perincian jadwal waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
b) Pengawasan terhadap desain, spesifikasi, dan gambar-gambar kerja.
c) Pengawasan terhadap kontrol kualitas dan kuantitas pekerjaan dan bahan.
d) Pengawasan terhadap penyiapan dan penyusunan laporan harian,
mingguan, bulanan, dan laporan lainnya yang diminta oleh direksi.

15
e) Pengawasan terhadap tuntutan-tuntutan kontraktor, baik yang diajukan dan
memberikan saran tentang cara penyelesaian dan pemecahannya kepada
pihak direksi melalui Pimpinan Proyek.
Dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, terlihat dengan jelas bahwa lingkup
pengawasan dititikberatkan kepada masalah kualitas, kuantitas, dan waktu
pencapaian demi kelancaran pembangunan suatu proyek. Langkah-langkah
pengawasan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya tanpa ditunjang dengan norma-
norma atau standar-standar spesifikasi bersama oleh ketiga pihak (bouwheer,
consultant, and contractor). Selain daripada itu sarana-sarana penguji sangat
membantu dalam proses pengawasan utamanya untuk mencapai standar-standar
spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.5.3 Sistem pengendalian proyek


Sistem pengendalian suatu proyek adalah suatu metode yang dapat
ditempuh dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan mempertimbangkan
seluruh jasa sehingga pengendalian proyek secara langsung mendukung
tercapainya tujuan dan maksud daripada keberadaan proyek itu.
Untuk dapat mengendalikan proyek maka faktor-faktor tersebut dapat
didasarkan pada sarana yang tersebut di bawah ini yaitu :
a) Pengendalian mutu dan volume pekerjaan (quality control)
Mutu dan volume pekerjaan sangat penting untuk dikendalikan karena
harus dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar-gambar atau
diuraikan dalam uraian-uraian dan syarat-syarat. Jika karena suatu
kelalaian dalam hal ini pembangunan mengadakan penyimpangan-
penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana untuk mutu dan kualitas
menurun, maka dengan segera diambil langkah-langkah untuk berada pada
mutu dan kualitas yang optimal.
b) Pengendalian waktu (time control)
Penggunaan waktu yang kurang efektif dan tidak ekonomis akibat karena
tidak ada perencanaan yang dapat menunjang pelaksanaan pekerjaan

16
ataupun penggunaan waktu yang tidak semestinya, harus segera dicarikan
jalan keluarnya.
c) Pengendalian biaya (price control)
Dalam hal ini pembiayaan dan pembelanjaan suatu bahan atau material
konstruksi, kita tidak dengan gegabah mengeluarkan biaya tanpa konsep
perencanaan yang terjadi antara dana dan pelaksanaan.
d) Pengendalian peralatan (equipment control)
Pengoperasian peralatan secara langsung sangat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan proyek. Akan tetapi pengoperasian peralatan
yang tidak efektif dan efisien serta tidak sesuai dengan kapasitas dari
pengunaan alat tersebut maka pemanfaatan peralatan tidak akan optimal.
Manajemen peralatan sangat berperan dalam pencapaian penggunaan
peralatan yang optimal. Oleh karena itu harus didukung oleh suatu sistem
pengendalian di lapangan yang baik.

17

Anda mungkin juga menyukai