4
2.1.5 Lingkup pekerjaan
Proyek pembangunan Gedung Dinas Bidang Pekerjaan Umum Daerah
Sulawesi Tengah. secara garis besar mempunyai lingkup pekerjaan sebagai
berikut:
1) Pekerjaan tanah/pasir
2) Pekerjaan pasangan
3) Pekerjaan beton & beton bertulang
a) Lantai Basement dan lantai I
b) Lantai II
c) Lantai III
d) Lantai IV
e) Core Lift
4) Pekerjaan plesteran
5) Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
6) Pekerjaan alat penggantung
7) Pekerjaan plafond
8) Pekerjaan lantai dan keramik
9) Pekerjaan sanitasi
10) Pekerjaan pengecetan
11) Pekerjaan lain-lain
5
Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan
mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan
modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai
kebutuhan proyek. Bagian-bagian dari organisasi proyek pembangunan gedung
kantor dinas pekerjaan umum daerah Palu terdiri dari pimpinan proyek, bendahara
proyek, dan kepala bagian tata usaha.
6
2.3 Struktur Organisasi Kontraktor
Kontraktor Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah adalah PT. Nindya Karya (Persero). Struktur
organisasi PT. Nindya Karya (Persero). adalah:
7
memiliki keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil
proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Daerah Palu, Sulawesi Tengah, pemilik proyek adalah Kementerian Pekerjaan
Umum. Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek antara lain mengawasi
dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontaktor, meminta laporan-
laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor, memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh kontraktor untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak,
dan membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang
telah ditetapkan kepada kontraktor.
8
pekerjaan sebelum diserahkan sepenuhnya kepada pemilik proyek, hal ini
disebut pemeliharaan.
9
Adapun tanggungjawab dan kewajiban dari pemberi tugas dalam
hubungan kerja di atas adalah berkewajiban membayar biaya perencanaan yang
menerima tugas. Upah yang diberikan pemberi tugas kepada perencana tidak
boleh kurang dari jumlah yang ditetapkan dari peraturan yang telah berlaku
tentang hubungan kerja antara perencana dan pemberi tugas dan mengganti semua
biaya yang dibuat oleh perencana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
aturan tersebut.
10
Kewajiban pemberi tugas dalam hubungan kerja tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
a) Menyediakan biaya pelaksanaan menurut jumlah yang telah ditetapkan
oleh kedua belah pihak (menurut persetujuan kontrak kerja).
b) Menyelenggarakan segala sesuatunya agar pelaksana bisa menggunakan
tanah pada saat proyek dilaksanakan.
c) Menunjuk wakilnya untuk melaksanakan pengawasan yang sering disebut
direksi, yang apabila dalam perjanjian kontrak belum ditetapkan, maka
pada saat penunjukkannya pelaksana harus menyampaikannya secara
tertulis.
d) Setelah pekerjaan selesai, maka pemberi tugas berhak menerima hasil dari
pelaksana, adapun arti dari penerimaan hukum yaitu sesudah penyerahan,
maka pemberi tugas wajib membayar. Waktu penyerahan menentukan
denda jika penyerahan terlambat dari waktu yang ditentukan. Dan resiko
kerugian setelah penyerahan pada pihak pelaksanan kecuali ada peraturan
lain yang mengikat.
11
instansi pemerintah yang berwenang. Kewajiban pelaksana dalam hubungan ini
adalah:
a) Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat
pelaksanaan.
b) Menyampaikan rencana pekerjaan dengan keterangan selengkap-
lengkapnya mengenai cara pelaksanaan dan alat yang digunakan serta
urutan dan lama penyelesaian tersebut dan disetujui oleh direksi.
c) Setelah rencana pekerjaan disetujui, maka dengan persetujuan direksi
ditetapkan untuk memulai pelaksanaan serta penyediaan dan pemberian
bahan-bahan dengan terlebih dahulu disampaikan secara tertulis oleh
pelaksana kepada direksi.
12
Gambar 2.3 Diagram struktur organisasi proyek
13
Maka langkah berikutnya adalah penyesuaian dengan peralatan, teknis dan
pekerjaan. Rencana pekerjaan yang ditunjang oleh beberapa peralatan haruslah
memerlukan suatu tahap perencanaan dalam hal pengoperasiannya. Perencanaan
tersebut terdiri dari perencanaan teknis dan perencanaan pelaksanaan.
14
pelaksanaan terjadi penyimpangan, maka pihak pengawas ahli membuat laporan
yang ditujukan kepada pihak direksi.
15
e) Pengawasan terhadap tuntutan-tuntutan kontraktor, baik yang diajukan dan
memberikan saran tentang cara penyelesaian dan pemecahannya kepada
pihak direksi melalui Pimpinan Proyek.
Dari kesimpulan-kesimpulan tersebut, terlihat dengan jelas bahwa lingkup
pengawasan dititikberatkan kepada masalah kualitas, kuantitas, dan waktu
pencapaian demi kelancaran pembangunan suatu proyek. Langkah-langkah
pengawasan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya tanpa ditunjang dengan norma-
norma atau standar-standar spesifikasi bersama oleh ketiga pihak (bouwheer,
consultant, and contractor). Selain daripada itu sarana-sarana penguji sangat
membantu dalam proses pengawasan utamanya untuk mencapai standar-standar
spesifikasi yang telah ditetapkan.
16
ataupun penggunaan waktu yang tidak semestinya, harus segera dicarikan
jalan keluarnya.
c) Pengendalian biaya (price control)
Dalam hal ini pembiayaan dan pembelanjaan suatu bahan atau material
konstruksi, kita tidak dengan gegabah mengeluarkan biaya tanpa konsep
perencanaan yang terjadi antara dana dan pelaksanaan.
d) Pengendalian peralatan (equipment control)
Pengoperasian peralatan secara langsung sangat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan proyek. Akan tetapi pengoperasian peralatan
yang tidak efektif dan efisien serta tidak sesuai dengan kapasitas dari
pengunaan alat tersebut maka pemanfaatan peralatan tidak akan optimal.
Manajemen peralatan sangat berperan dalam pencapaian penggunaan
peralatan yang optimal. Oleh karena itu harus didukung oleh suatu sistem
pengendalian di lapangan yang baik.
17