MANAJEMEN PROYEK
Organisasi pelaksanaan merupakan suatu gabungan beberapa orang atau badan hukum
yang mempunyai pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas yang saling
bekerjasama satu sama lain dalam upaya untuk dapat mencapai suatu sasaran yang
diinginkan. Organisasi pelaksanaan akan berjalan baik jika mempunyai manajemen
yang tepat dan memenuhi sasaran. Proses manajemen sangat berpengaruh dalam
organisasi kerja yang pada hakekatnya berfungsi untuk mengelola dan mengatur tiap-
tiap anggota organisasi kerja sehingga dapat memainkan peran secara efektif yang pada
akhirnya menentukan keberhasilan proyek.
Pemilik
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) wil.II
Jateng
8
3.2 Pihak yang terkait
Pihak pengelola yang terkait pada pekerjaan pembangunan Jembatan Tirtonadi, Kota
Surakarta, yaitu sebagai pemilik proyek adalah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
(PJN) Wilayah II Provinsi Jawa Tengah, kemudian yang bertugas selaku pelaksana
proyek adalah kontraktor PT. Bima Agung – PT. Sari Mas Indah Sejahtera, KSO.
Selaku pengendali proyek adalah Konsultan Perencana PT. Cipta Ekapurna dan
Konsultan Supervisi PT. Global Profex Synergy (KSO), PT. Nusvey – PT. Sarana
Multi Daya.
3.2.1 Pemilik
Pemilik proyek yaitu pihak yang mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu
bangunan. Pelaksanaan pekerjaan dari tujuan tersebut dapat dilakukan sendiri atau
dengan alasan tertentu dapat meminta pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan
yang diinginkan. Pemilik proyek dapat berupa perorangan, badan/instansi/lembaga
baik pemerintah atau swasta.
Tugas-tugas dari pemilik adalah:
1. Menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek,
2. Mengeluarkan surat perintah kerja kepada kontraktor mengenai pembangunan
proyek sesuai dengan dokumen kontrak,
3. Memerintahkan penambahan atau pengurangan pekerjaan suatu proyek,
4. Menyetujui atau menolak perubahan suatu pekerjaan,
5. Menerima suatu pekerjaan apabila telah memenuhi persyaratan
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau badan
usaha baik swasta maupun pemerintah. Konsultan perencana bertugas merencanakan
9
struktur, mekanikal elektrikal, arsitektur, landscape, rencana anggaran biaya (RAB)
serta dokumen-dokumen pelengkap lainnya. Konsultan perencana mendapatkan
proyek melalui proses lelang yang diadakan panitia tender pekerjaan konstruksi.
Berikut ini untuk lebih jelasnya mengenai tugas dan wewenang konsultan perencana
dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Tugas – tugas dan kewajiban konsultan perencana dalam suatu proyek adalah:
Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek (bisa pihak swasta maupun pemerintah).
Membuat gambar kerja pelaksanaan, membuat rencana kerja dan syarat –
syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek ke
dalam desain bangunan. Melakukan perubahan desain bila terjadi
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan.
Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada
konsultan supervisi. Konsultan supervisi ini sendiri adalah orang/instansi
yang menjadi wakil pemilik proyek di lapangan.
Konsultan Supervisi adalah : Suatu badan / organisasi yang ditunjuk oleh pemilik
proyek untuk mewakili dalam mengelola, melakukan pengendalian proyek, dan
sebagai supervisi dalam pelaksanakan pekerjaan proyek. Pada pembangunan Jembatan
Tirtonadi Surakarta, pemilik proyek memberi wewenang PT. Global Profex Synergy
(KSO), PT. Nusvey – PT. Sarana Multi Daya sebagai Konsultan Supervisi untuk
pengendalian dan bersama dengan pemilik proyek sekaligus melakukan pengawasan
proyek.
10
Hak dan kewajiban konsultan supervisi dalam suatu proyek adalah :
11
biaya dan secara umum yang menyangkut mengenai ketaatan penyedia jasa
konstruksi di dalam melaksanakan kewajibannya secara kontraktual.
k. Membantu pejabat pembuat komitmen dalam menguraikan usulan perubahan
pada pekerjaan utama di dalam desain atau spesifikasi dengan
mempersiapkan perubahan kontrak atau agenda (jika perlu).
l. Melaporkan kepada pejabat pembuat komitmen semua masalah sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan pencapian target
fisik, usaha-usaha penanggulangan dan tindakan turun tangan yang
diperlukan dengan terlebih dahulu mengkonsultasikan kepada pejabat
pembuat komitmen.
m. Melakukan pemeriksaan dan persetujuan atas gambar-gambar terlaksana (as
Built Drawing) yang menggambarkan secara rinci setiap bagian pekerjaan
yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi.
12
3. Menyusun rencana teknis kerja proyek dan menerima biaya pelaksanaan
pekerjaan dari pemilik proyek, sesuai nilai yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak.
4. Membuat laporan kemajuan hasil pekerjaan.
5. Membuat laporan harian, mingguan, bulanan.
6. Menyediakan tenaga kerja, barang, peralatan dan prasarana kerja lainnya
secara memadai.
7. Membuat gambar detail pelaksanaan dan akhir pekerjaan.
8. Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakan kerja bagi tenaga kerjanya.
9. Menyerahkan hasil pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan.
Sub kontraktor adalah pihak ketiga yang dilibatkan oleh pihak kontraktor utama untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang terbit dari kontrak konstruksi antara
pihak kontraktor utama dengan pihak pemilik proyek, pekerjaan yang dilakukan oleh
sub kontraktor adalah untuk dan atas nama pihak kontraktor utama. Menurut Fuady,
1998. Alasan diperlukan pihak sub kontraktor tersebut antara lain tetapi tidak terbatas
pada ketidakmungkinan pelaksanaan semua pekerjaan oleh pihak kontraktor karena
keterbatasan man power, keterbatasan expertise, keterbatasan dana dan keterbatasan
peralatan.
Jenis pekerjaan yang sering di sub kontraktorkan meliputi pekerjan yang tidak dikuasai
atau merupakan pekerjaan-pekerjaan khusus, seperti pekerjaan pemancangan,
pekerjaan bored pile, pekerjaan girder, dan lain-lain.
Tugas dari Sub Kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan dari kontraktor sesuai dengan
gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-syarat yang ditetapkan,
13
2. Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor mengenai hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakannya,
3. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor sesuai dengan batas waktu
yang telah ditetapkan,
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan pekerjaan dari
kontraktor berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
Dalam melaksanakan suatu proyek harus direncanakan sistem hubungan kerja seperti
pada Gambar 3.1. Hal tersebut diperlukan karena perlunya diadakan kerjasama dan
koordinasi yang baik dan juga perlu penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan
bidangnya. Hubungan kerja tersebut dituangkan dalam suatu Dokumen Kontrak.
Secara garis besar pola dasar hubungan kerja diatur sebagai berikut :
14
yang berhubungan dengan keadaan dan perkembangan proyek, namun tetap keputusan
akhir ada di pemilik. Pertemuan antara pemilik proyek dan konsultan perencana harus
selalu diadakan baik dalam rapat mingguan ataupun evaluasi kinerja proyek dalam
kurun waktu selambat-lambatnya 2 minggu sekali untuk mencapai hasil yang
dikehendaki oleh pemilik proyek.
Pemilik proyek berhak menunjuk konsultan supervisi untuk melakukan tugas yang
diantaranya melaksanakan pekerjaan pengawasan, controlling, dan mengendalikan
jalannya proyek agar mencapai hasil kerja optimal sesuai dengan perencanaan.
Konsultan supervisi merupakan wakil dari pemilik proyek di lapangan dan jembatan
antara pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana. Konsultan supervisi harus
memberikan laporan secara periodik berupa laporan mingguan dan laporan harian
pelaksanaan di lapangan, serta seluruh hal yang berkaitan dalam proses pelaksanaan di
lapangan.
15
4. Hubungan kerja konsultan supervisi dengan konsultan perencana.
Pihak kontraktor pelaksana dan pihak konsultan supervisi sebenarnya tidak terdapat
hubungan kontrak yang saling mengikat, namun dalam pelaksanaan di lapangan
keduanya tidak bisa dipisahkan. Konsultan perencana wajib memberikan desain
gambar rencana dan memberikan penjelasan kepada pihak pelaksana. Pihak pelaksana
harus melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan desain rencana dari konsultan
16
perencana. Hal yang berkaitan dengan perubahan desain rencana dalam lapangan harus
selalu dikonsultasikan oleh pihak kontraktor pelaksana kepada konsultan perencana.
Pihak kontraktor dalam hal ini langsung berhubungan dengan sub kontraktor baik
untuk mengawasi, memberikan arahan, melakukan warning hingga menegur sub
kontraktor jika dalam pelaksanaan masih terdapat kesalahan. Pihak sub kontraktor juga
bertanggung jawab kepada kontraktor terhadap hasil kerja yang sudah dijalankan,
hingga menanyakan jika dalam pelaksanaan terdapat suatu permasalahan yang harus
diatasi oleh konsultan supervisi.
17