Anda di halaman 1dari 10

BAB III

MANAJEMEN PROYEK

3.1 Uraian Umum

Organisasi pelaksanaan merupakan suatu gabungan beberapa orang atau badan hukum
yang mempunyai pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas yang saling
bekerjasama satu sama lain dalam upaya untuk dapat mencapai suatu sasaran yang
diinginkan. Organisasi pelaksanaan akan berjalan baik jika mempunyai manajemen
yang tepat dan memenuhi sasaran. Proses manajemen sangat berpengaruh dalam
organisasi kerja yang pada hakekatnya berfungsi untuk mengelola dan mengatur tiap-
tiap anggota organisasi kerja sehingga dapat memainkan peran secara efektif yang pada
akhirnya menentukan keberhasilan proyek.

Pemilik
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) wil.II
Jateng

Konsultan Supervisi Kontraktor


PT. Global Profex Pelaksana
Synergy – PT. Nusvey PT. Bima Agung –
– PT. Sarana Multi PT. Sari Mas Indah
Daya, KSO Sejahtera, KSO

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek

Keterangan : Garis Koordinasi =


Garis Instruksi =

8
3.2 Pihak yang terkait

Pihak pengelola yang terkait pada pekerjaan pembangunan Jembatan Tirtonadi, Kota
Surakarta, yaitu sebagai pemilik proyek adalah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
(PJN) Wilayah II Provinsi Jawa Tengah, kemudian yang bertugas selaku pelaksana
proyek adalah kontraktor PT. Bima Agung – PT. Sari Mas Indah Sejahtera, KSO.
Selaku pengendali proyek adalah Konsultan Perencana PT. Cipta Ekapurna dan
Konsultan Supervisi PT. Global Profex Synergy (KSO), PT. Nusvey – PT. Sarana
Multi Daya.

3.2.1 Pemilik

Pemilik proyek yaitu pihak yang mempunyai dana dan ingin mendirikan suatu
bangunan. Pelaksanaan pekerjaan dari tujuan tersebut dapat dilakukan sendiri atau
dengan alasan tertentu dapat meminta pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan
yang diinginkan. Pemilik proyek dapat berupa perorangan, badan/instansi/lembaga
baik pemerintah atau swasta.
Tugas-tugas dari pemilik adalah:
1. Menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek,
2. Mengeluarkan surat perintah kerja kepada kontraktor mengenai pembangunan
proyek sesuai dengan dokumen kontrak,
3. Memerintahkan penambahan atau pengurangan pekerjaan suatu proyek,
4. Menyetujui atau menolak perubahan suatu pekerjaan,
5. Menerima suatu pekerjaan apabila telah memenuhi persyaratan

3.2.2 Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan atau badan
usaha baik swasta maupun pemerintah. Konsultan perencana bertugas merencanakan

9
struktur, mekanikal elektrikal, arsitektur, landscape, rencana anggaran biaya (RAB)
serta dokumen-dokumen pelengkap lainnya. Konsultan perencana mendapatkan
proyek melalui proses lelang yang diadakan panitia tender pekerjaan konstruksi.
Berikut ini untuk lebih jelasnya mengenai tugas dan wewenang konsultan perencana
dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Tugas – tugas dan kewajiban konsultan perencana dalam suatu proyek adalah:
 Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik
proyek (bisa pihak swasta maupun pemerintah).
 Membuat gambar kerja pelaksanaan, membuat rencana kerja dan syarat –
syarat pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
 Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
 Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek ke
dalam desain bangunan. Melakukan perubahan desain bila terjadi
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan.
 Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada
konsultan supervisi. Konsultan supervisi ini sendiri adalah orang/instansi
yang menjadi wakil pemilik proyek di lapangan.

3.2.3 Konsultan Supervisi

Konsultan Supervisi adalah : Suatu badan / organisasi yang ditunjuk oleh pemilik
proyek untuk mewakili dalam mengelola, melakukan pengendalian proyek, dan
sebagai supervisi dalam pelaksanakan pekerjaan proyek. Pada pembangunan Jembatan
Tirtonadi Surakarta, pemilik proyek memberi wewenang PT. Global Profex Synergy
(KSO), PT. Nusvey – PT. Sarana Multi Daya sebagai Konsultan Supervisi untuk
pengendalian dan bersama dengan pemilik proyek sekaligus melakukan pengawasan
proyek.

10
Hak dan kewajiban konsultan supervisi dalam suatu proyek adalah :

a. Melaksanakan Pre Contruction Meeting (PCM) dan melaksanakan Uitzet


(bersama penyedia jasa konstruksi, untuk melakukan pengecekan kesesuaian
kondisi lapangan dengan gambar rencana dan perhitungan volume awal.
b. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.
c. Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda pelaksanaan serta
mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan konstruksi.
d. Mengawasi Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas
dan laju pencapaian volume pekerjaan/realisasi fisik.
e. Memberi instruksi lapangan mengenai tahapan pekerjaan di lapangan baik
berkaitan dengan dimensi ukuran, maupun penggunaan bahan baku, dan
mengingatkan penyedia jasa konstruksi untuk membuat permohonan mulai
pekerjaan.
f. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan
persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.
g. Melakukan tugas supervisi administrasi berkaitan tertib waktu, dengan
memperhatikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan
perencanaan tahapan pekerjaan/time scedule pekerjaan.
h. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala serta membuat
laporan bulanan dan laporan teknik lainnya yang diperlukan.
i. Melaksanakan pengecekan secara cermat terhadap semua pengukuran dan
perhitungan volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran,
sehingga segala hasil pengukuran pekerjaan, perhitungan volume dan
pembayaran didasarkan pada ketentuan yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
j. Membantu Pejabat pembuat komitmen dalam memberi pemahaman atas
berbagai ketentuan di dalam dokumen kontrak khususnya menyangkut klaim
dari penyedia jasa konstruksi mengenai perpanjangan waktu atau tambahan

11
biaya dan secara umum yang menyangkut mengenai ketaatan penyedia jasa
konstruksi di dalam melaksanakan kewajibannya secara kontraktual.
k. Membantu pejabat pembuat komitmen dalam menguraikan usulan perubahan
pada pekerjaan utama di dalam desain atau spesifikasi dengan
mempersiapkan perubahan kontrak atau agenda (jika perlu).
l. Melaporkan kepada pejabat pembuat komitmen semua masalah sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan pencapian target
fisik, usaha-usaha penanggulangan dan tindakan turun tangan yang
diperlukan dengan terlebih dahulu mengkonsultasikan kepada pejabat
pembuat komitmen.
m. Melakukan pemeriksaan dan persetujuan atas gambar-gambar terlaksana (as
Built Drawing) yang menggambarkan secara rinci setiap bagian pekerjaan
yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi.

3.2.4 Kontraktor (Pelaksana Proyek)

Kontraktor adalah pihak yang menerima dan melaksanakan pekerjaan bangunan


menurut biaya yang telah disepakati dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan
syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan. Kontraktor berupa
perseroan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan bangunan. Pada proyek pembangunan Jembatan Tirtonadi
Surakarta ini, yang bertindak sebagai Kontraktor Pelaksana adalah PT. Bima Agung –
PT. Sari Mas Indah Sejahtera, KSO.
Adapun tugas dan kewajiban kontraktor secara umum antara lain :
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat -syarat yang telah
ditetapkan dalam dokumen kontrak.
2. Membuat dokumen mengenai pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
diserahkan kepada pihak direksi.

12
3. Menyusun rencana teknis kerja proyek dan menerima biaya pelaksanaan
pekerjaan dari pemilik proyek, sesuai nilai yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak.
4. Membuat laporan kemajuan hasil pekerjaan.
5. Membuat laporan harian, mingguan, bulanan.
6. Menyediakan tenaga kerja, barang, peralatan dan prasarana kerja lainnya
secara memadai.
7. Membuat gambar detail pelaksanaan dan akhir pekerjaan.
8. Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakan kerja bagi tenaga kerjanya.
9. Menyerahkan hasil pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan.

3.2.5 Sub Kontraktor

Sub kontraktor adalah pihak ketiga yang dilibatkan oleh pihak kontraktor utama untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang terbit dari kontrak konstruksi antara
pihak kontraktor utama dengan pihak pemilik proyek, pekerjaan yang dilakukan oleh
sub kontraktor adalah untuk dan atas nama pihak kontraktor utama. Menurut Fuady,
1998. Alasan diperlukan pihak sub kontraktor tersebut antara lain tetapi tidak terbatas
pada ketidakmungkinan pelaksanaan semua pekerjaan oleh pihak kontraktor karena
keterbatasan man power, keterbatasan expertise, keterbatasan dana dan keterbatasan
peralatan.

Jenis pekerjaan yang sering di sub kontraktorkan meliputi pekerjan yang tidak dikuasai
atau merupakan pekerjaan-pekerjaan khusus, seperti pekerjaan pemancangan,
pekerjaan bored pile, pekerjaan girder, dan lain-lain.
Tugas dari Sub Kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan dari kontraktor sesuai dengan
gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-syarat yang ditetapkan,

13
2. Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor mengenai hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakannya,
3. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor sesuai dengan batas waktu
yang telah ditetapkan,
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan pekerjaan dari
kontraktor berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.

Pada proyek penggantian Jembatan Tirtonadi Surakarta, pekerjaan yang dilimpahkan


kepada sub kontraktor meliputi:

1. PT. Hoki Kok Dilawan : Pekerjaan tanah, dan pembongkaran


jembatan existing
2. PT. Global Sakti Perkasa : Pekerjaan pondasi bored pile
3. PT. SCG Readymix Indonesia : Pekerjaan beton ready mix
4. PT. Swartama Global : Pekerjaan mobile crane
5. PT. Wijaya Karya Beton Tbk. : Pekerjaan stressing girder

3.3 Hubungan kerja antar pihak

Dalam melaksanakan suatu proyek harus direncanakan sistem hubungan kerja seperti
pada Gambar 3.1. Hal tersebut diperlukan karena perlunya diadakan kerjasama dan
koordinasi yang baik dan juga perlu penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan
bidangnya. Hubungan kerja tersebut dituangkan dalam suatu Dokumen Kontrak.
Secara garis besar pola dasar hubungan kerja diatur sebagai berikut :

1. Hubungan kerja pemilik proyek dengan konsultan perencana

Pemilik proyek berhak menunjuk konsultan perencana untuk melakukan tugas


diantaranya merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik.
Selain itu konsultan perencana berhak memberikan saran dan pertimbangan akan hal

14
yang berhubungan dengan keadaan dan perkembangan proyek, namun tetap keputusan
akhir ada di pemilik. Pertemuan antara pemilik proyek dan konsultan perencana harus
selalu diadakan baik dalam rapat mingguan ataupun evaluasi kinerja proyek dalam
kurun waktu selambat-lambatnya 2 minggu sekali untuk mencapai hasil yang
dikehendaki oleh pemilik proyek.

2. Hubungan kerja pemilik proyek dengan konsultan supervisi.

Pemilik proyek berhak menunjuk konsultan supervisi untuk melakukan tugas yang
diantaranya melaksanakan pekerjaan pengawasan, controlling, dan mengendalikan
jalannya proyek agar mencapai hasil kerja optimal sesuai dengan perencanaan.
Konsultan supervisi merupakan wakil dari pemilik proyek di lapangan dan jembatan
antara pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana. Konsultan supervisi harus
memberikan laporan secara periodik berupa laporan mingguan dan laporan harian
pelaksanaan di lapangan, serta seluruh hal yang berkaitan dalam proses pelaksanaan di
lapangan.

3. Hubungan kerja pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana

Pemilik proyek berhak menunjuk kontraktor pelaksana dengan berbagai metode


penunjukkan yang ada untuk melakukan tugas yang diantaranya melaksanakan
pekerjaan di dalam proyek sesuai dengan biaya yang telah disepakati bersama
berdasarkan gambar rencana, peraturan yang berlaku di dalam proyek serta syarat-
syarat lain yang telah ditetapkan. Kontraktor pelaksana berhak meminta segala sesuatu
untuk keperluan proyek kepada pemilik proyek dengan alasan yang jelas, logis dan
dapat dipertanggung jawabkan.

15
4. Hubungan kerja konsultan supervisi dengan konsultan perencana.

Pihak konsultan supervisi merupakan jembatan pemilik proyek, konsultan perencana,


maupun kontraktor pelaksana. Dalam hal ini hubungan antara konsultan pengawas
dengan konsultan perencana hanya sebatas menanyakan kepastian gambar rencana
jika dalam proses pengawasan pelaksanaan di dalam proyek masih terdapat
kekurangan maupun kekeliruan. Konsultan perencana harus mengerjakan revisi yang
diminta dari konsultan supervisi jika terdapat kekurangan maupun kekurangan untuk
mencapai hasil kerja yang optimal.

5. Hubungan kerja konsultan supervisi dengan kontraktor pelaksana.

Pihak konsultan supervisi bertugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang


dilakukan oleh kontraktor pelaksana. Berbagai jenis masalah di dalam proyek harus
dikonsultasikan oleh pihak kontraktor pelaksana kepada konsultan supervisi, dan
konsultan supervisi berhak memberikan solusi atau mengambil keputusan dari
permasalahan yang timbul dalam proyek. Jika terjadi penyimpangan maupun
kekeliruan dalam proses pelaksanaan, pihak konsultan supervisi wajib memberikan
peringatan kepada kontraktor pelaksana. Jika dalam peringatan lebih dari 3x masih
dihiraukan oleh pihak kontraktor pelaksana, maka konsultan supervisi berhak melapor
kepada pemilik proyek.

6. Hubungan kerja kontraktor pelaksana dengan konsultan perencana.

Pihak kontraktor pelaksana dan pihak konsultan supervisi sebenarnya tidak terdapat
hubungan kontrak yang saling mengikat, namun dalam pelaksanaan di lapangan
keduanya tidak bisa dipisahkan. Konsultan perencana wajib memberikan desain
gambar rencana dan memberikan penjelasan kepada pihak pelaksana. Pihak pelaksana
harus melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan desain rencana dari konsultan

16
perencana. Hal yang berkaitan dengan perubahan desain rencana dalam lapangan harus
selalu dikonsultasikan oleh pihak kontraktor pelaksana kepada konsultan perencana.

7. Hubungan kerja kontraktor dengan sub kontraktor.

Pihak kontraktor dalam hal ini langsung berhubungan dengan sub kontraktor baik
untuk mengawasi, memberikan arahan, melakukan warning hingga menegur sub
kontraktor jika dalam pelaksanaan masih terdapat kesalahan. Pihak sub kontraktor juga
bertanggung jawab kepada kontraktor terhadap hasil kerja yang sudah dijalankan,
hingga menanyakan jika dalam pelaksanaan terdapat suatu permasalahan yang harus
diatasi oleh konsultan supervisi.

17

Anda mungkin juga menyukai