Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ORGANISASI PROYEK

Menurut Soeharto (2001) badan-badan hukum dan susunan organisasi


pelaksanaan pekerjaan perlu dibentuk untuk menjamin pelaksanaan proyek agar
dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan selesai pada
waktunya. Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan
tanggung jawab yang berbeda. Untuk tercapainya sasaran pelaksanaan
sebagaimana diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat harus dapat berinteraksi
dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan
wewenang dan fungsinya masing-masing.

2.1 Struktur Organisasi

Menurut Ervianto (2005), untuk menjamin pelaksanaan proyek agar sesuai


dengan segala ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka
dibentuklah badan-badan hukum dan susunan organisasi pelaksanaan pekerjaan,
dimana unsur-unsur yang terlibat langsung dalam menangani proyek tersebut
adalah :

1. Pemilik proyek (bouwheer/owner);


2. Konsultan Perencana (consultant/designer);
3. Konsultan Pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana (contractor).

Masing-masing unsur organisasi tersebut mempunyai tugas dan tanggung


jawab yang berbeda, akan tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait dan saling
menunjang antar satu sama lainnya. Didalam pelaksanaan pekerjaan diharapkan
tercipta hubungan yang baik antara unsur-unsur tersebut sehingga dapat
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Hubungan antara satu unsur dengan
unsur-unsur lainnya harus selalu baik dan tidak melampaui batas wewenang dan
kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya.

4
2.1.1 Pemilik bangunan (bouwheer/owner)
Menurut Ervianto (2005), pemilik bangunan (bouwheer/owner) adalah
pihak yang memiliki gagasan untuk membangun, baik secara perorangan
(individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi
swasta maupun wakil suatu dinas atau jabatan.
Pemilik Proyek Pembangunan Jalan Segmen 1 Jantho – batas Aceh Jaya
adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dengan tugas dan
wewenang pengelolaan proyek diatur dalam suatu surat keputusan bersama.
Dalam menjalankan kewajibannya tersebut, pemimpin proyek mempunyai
tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut:
1. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin proyek dalam
pelaksanaan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana, konsultan
pengawas dan pelaksana proyek;
2. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan Jalan yang akan
dibangun;
3. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan
naskah serah terima;
4. Bertanggung jawab dari segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik
proyek yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan
surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan;
6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan yang
telah dilaksanakan;
7. Bertanggung jawab atas selesainya proyek tepat pada waktunya, sesuai dengan
ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
8. Berhak membatalkan proyek tersebut bila penawaran yang diajukan berlebihn
atau melampaui dana yang tersedia
9. Dilarang mengadakan ikatan yang mengakibatkan naiknya batas anggaran.

5
2.1.2 Konsultan perencana (consultant/designer)
Menurut Ervianto (2005), konsultan perencana (consultant/designer)
adalah badan hukum yang menerima tugas dari pemimpin proyek untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan (design) secara lengkap baik bidang sipil,
arsitektur dan bidang lain yang melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan
serta memberikan saran-saran yang perlu dalam perencanaan proyek.
Tugas dan tanggung jawab dari konsultan perencana adalah:
1. Membuat uraian-uraian tentang maksud dan tujuan dari perencanaan;
2. Mengumpulkan data-data lapangan dari hasil penyelidikan dan survey
lapangan untuk perencanaan;
3. Merencanakan arsitektur konstruksi;
4. Membuat gambar perencanaan dan gambar detail konstruksi dari Jalan yang
direncanakan;
5. Menghitung konstruksi agar diperoleh suatu konstruksi yang aman dan
ekonomis;
6. Membuat syarat-syarat pelaksanaan kerja (RKS), perhitungan volume dan
perkiraan rencana anggaran biaya;
7. Mempersiapkan seluruh dokumen tender yang berisikan syarat-syarat khusus
(bestek dan gambar bestek), petunjuk pelelangan, daftar alat dan bahan serta
perkiraan waktu pelaksanaan proyek;
8. Memberikan penjelasan tentang gambar konstruksi pada waktu memberikan
penjelasan pekerjaan.
9. Menyediakan dokumen proyek dan menyerahkan kepada pemimpin proyek
yang nantinya akan dijadikan dokumen tender.

2.1.3 Konsultan pengawas (direksi/supervisor)


Menurut Ervianto (2005), konsultan pengawas adalah orang atau badan
yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan
pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.
Pengawasan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana

6
dan memperoleh hasil yang dikehendaki. Pengawas berhak memberi petunjuk
kepada pelaksana jika diperlukan sehingga pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada
pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam RKS. Petunjuk yang
diberikan mencakup bidang teknis dan administratif. Konsultan pengawas pada
Proyek Pembangunan Jalan Segmen 1 Jantho – batas Aceh Jaya adalah
PT. Sarana Multi Daya.
Tugas dan tanggung jawab pengawas dalam pelaksanaan proyek adalah
sebagai berikut :

1. Mengawasi jalannya pelaksanaan proyek, baik dari segi kualitas maupun


kuantitas dari setiap pekerjaan;
2. Mengawasi pemakaian bahan bangunan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian
yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah mendapat
persetujuan dari pemimpin proyek;
5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan
pekerjaan dan mengatur pembayaran bertahap kepada kontraktor untuk
kemudian diteruskan kepada pemimpin proyek;
6. Bertanggung jawab terhadap waktu pelaksanaan proyek;
7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan jadwal waktu
pelaksanaan (time schedule).

2.1.4 Pelaksana (kontraktor)


Menurut Ervianto (2005), Pelaksana adalah suatu badan hukum yang resmi
berdiri sesuai dengan keahlian dan kemampuannya dalam pelaksana. Pelaksana
juga disebut sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan pekerjaan
pembangunan sesuai dengan surat penunjuk dan perintah kerja dari pimpinan

7
proyek setelah dinyatakan pemenang dalam tender. Kontraktor pelaksana pada
Proyek Pembangunan Jalan Bukit Segmen 1 Jantho – batas Aceh Jaya ini adalah
PT. Karya Konstruksi.

Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:


1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan pada
proyek sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam bestek;
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang diperlukan
pada saat pelaksanaan;
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan termin;
6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang
telah ditetapkan dalam kontrak;
7. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa pembangunan;
8. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung
jawab pelaksana.

2. 2 Hubungan Kerja antar Unsur Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan sebuah proyek, hubungan kerja antara unsur dari


organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hubungan secara teknis;
2. Hubungan secara hukum.

2.2.1 Hubungan kerja secara teknis


Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara
berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek. Hubungan kerja
antara pemilik proyek, perencana, pengawas dan pelaksana adalah hubungan

8
segitiga. Untuk lebih jelasnya hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi
tersebut dapat dilihat Gambar 2.1

Pimpinan Proyek

Pengawas Perencana

= Garis perintah
Pelaksana
= Garis konsultasi

Gambar 2.1 Struktur hubungan kerja secara teknis


Sumber : Ervianto (2005)

Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh


pemimpin proyek kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh
pemimpin proyek, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas.
Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut peraturan umum
pemilik proyek tidak dapat berhubungan langsung dengan pelaksana tetapi harus
melalui pengawas. Dalam pelaksanaan di lapangan pengawas berkuasa penuh
untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang dilaksanakannya bertentangan atau
menyimpang dari bestek yang ada, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan
wewenangnya. Apabila teguran-teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana,
maka pengawas dapat menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan,
baik untuk sementara waktu maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau
memerintah pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui pengawas. Hal
ini disebabkan karena diantara perencana dan pelaksana/kontraktor tidak ada

9
hubungan kerja, sebaliknya antara perencana dan pengawas terdapat hubungan
garis konsultasi
2.2.2 Hubungan kerja secara hukum
Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat
dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2

Pejabat Pembuat Perencana


Komitmen (Counsultant)

Pengawas Pelaksana
(Direksi) (Contractor)

Ket : Membayar jasa kepada konsultan


perencana, pengawas, kontraktor

Memberi jasa kepada pimpinan pelaksana kegiatan


Konrak
Mengawasi RKS
Realisasi RKS

Gambar 2.2 : Skema Hubungan Kerja Secara Hukum


Sumber : Ervianto (2005)

2. 3 Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan


kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan
yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang

10
benar-benar mampu serta memenuhi syarat administratif, teknis dan finansial
(keuangan) untuk melaksanakan proyek tersebut.
Penentuan pelaksanaan proyek pada dasarnya dilakukan dengan cara :
1. Pelelangan umum yaitu, pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas yaitu, pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan
di antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong/rekanan yang
tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha
ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
3. Penunjukan langsung yaitu, pelaksanaan pekerjaan bangunan maupun
pengadaan barang/jasa tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan
terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga
penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan
melakukan negosiasi penawaran secara teknis dan administrasif serta
perhitungan harga yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan


kewajiban sebagai berikut :

a. Menetapkan syarat-syarat pelelangan;


b. Mengadakan pengumuman pelelangan;
c. Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d. Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e. Melaksanakan pelelangan;
f. Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g. Membuat laporan dan pertanggung jawab kepada proyek.
h. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri

Penetapan pelaksanaan pekerjaan pada proyek ini dilakukan melalui


pelelangan umum. Selanjutnya PT. Karya Konsrtuksi ditetapkan sebagai

11
pelaksana pekerjaan pada proyek Pembangunan Jalan Segmen 1 Jantho – batas
Aceh Jaya kota Jantho.

2. 4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan gabungan antara tenaga kerja ahli
dan tenaga kerja biasa,tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah setempat dan
juga gabungan dari luar daerah aceh sesuai kebutuhan dan keahlian. Para pekerja
dikepalai oleh seorang kepala tukang yang bertanggung jawab kepada pelaksana.
Waktu kerja dilakukan pada hari senin sampai dengan minggu kecuali hari jum’at
adalah jadwal libur kegiatan proyek.kontraktor.

Tabel 2.1 Susunan Jadwal Pekerjaan

No Susunan Waktu Mulai(WIB) Selesai(WIB) Istirahat(WIB)


1 Pagi 08.00 12.30 12.30 s/d 13.30
2 Sore 13.30 17.30

2. 5 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan dilakukan dengan menyusun sebuah time schedule, yaitu


waktu pelaksanaan penyelesaian proyek. Apabila jangka waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi oleh kontraktor dan tidak dapat
mengemukakan alasan-alasan keterlambatan, maka diwajibkan membayar denda
keterlambatan. Keterlambatan akibat pekerjaan yang tidak sesuai kualitas standar
selama masa pelaksanaan merupakan tanggung jawab pelaksana dan tidak dapat
meminta perpanjangan waktu dari jadwal kontrak.

2.6 Kedudukan Penulis

Berdasarkan surat pengantar dari Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik Universitas Muhammadiyah, Banda Aceh No. 270/UM.M5.FT-TS/X/2018
tanggal 22 Oktober 2018 yang ditujukan kepada Direktur PT. Karya Konstruksi,

12
maka penulis ditempatkan di lapangan sebagai mahasiswa Kerja Praktek (KP)
selama 2 bulan terhitung mulai 22 Oktober 2018 sampai dengan 22 Desember
2018

2.7 Data Proyek

Data Proyek pada Pembangunan Jalan Segmen 1 Jantho – Batas Aceh Jaya
(OTSUS ACEH) adalah sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Segmen 1 Jantho-batas Aceh
Jaya
2. Lokasi Proyek : Gampong Siron Krueng, kecamatan Kuta Cot
Glie, Kabupaten Aceh Besar
3. Nomor Kontrak : 03 - AC/BANG/PUPR/APBA/2018
4. Tanggal Kontrak : 29 Juni 2018
5. Biaya Kontrak : Rp. 24.247.475.000,-
6. Sunber Dana : APBA - OTSUS ACEH
7. Perencana : Dinas PUPR
8. Pengawas : PT. Sarana Multi Daya
9. Pelaksana : PT. Karya Konstruksi
10. Tahun Anggaran : 2018
11. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 Bulan

13
14

Anda mungkin juga menyukai