PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan pembangunan proyek ini adalah untuk meningkatkan
sarana jalan sebagai transportasi darat juga untuk meningkatkan jasa
pelayanan pada masyarakat pemakai jalan yang meningkat.
Pembangunan jalan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
hal memperlancar arus lalu lintas sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi
masyrakat akan meningkat, dengan lancarnya arus lalu lintas memberi
efesieni waktu yang sangat berarti.
Page 1
BAB II
ORGANISASI KEGIATAN
A. Struktur Organisasi
Page 2
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab
masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling
terkait satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
Pelaksana Kegiatan
Page 3
4. Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik
kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan
surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan;
6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilaksanakan;
7. Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai
dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS)
Page 4
1. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dari setiap item pekerjaan;
2. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah
mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan
pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk
kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
6. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
waktu pelaksanaan (time schedule).
Dapat dilihat pada Struktur Organisasi (Struktur organisasi pengawas di
lapangan terlampiran).
Page 5
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
pada kegiatan sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam bestek;
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksanaan;
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
yang sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang
tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan
termin;
6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti
yang telah ditetapkan dalam kontrak;
7. Mengadakan pemeliharaan selama kegiatan tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana.
Page 6
pelaksana adalah hubungan segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis
perencana diserahkan oleh pemimpin kegiatan kepada perencana.
Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin kegiatan, maka seluruh
teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika ada masalah teknis
yang perlu dibicarakan, maka menurut peraturan umum pemilik kegiatan
tidak dapat berhubungan langsung dengan pelaksana tetapi harus melalui
pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan pengawas berkuasa penuh
untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang dilaksanakannya
bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada, baik secara lisan
maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran
tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu
maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau
memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui
pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan
pelaksana/kontraktror tidak ada hubungan kerja, sebaliknya antara
perencana dan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.
Page 7
diperoleh rekanan yang benar-benar mampu serta memenuhi syarat
administrasi, teknis dan financial (keuangan) untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.
Page 8
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya
mengundang satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan
penawaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut :
a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;
c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e) Melaksanakan pelelangan;
f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g) Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.
Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui
pelelangan. Sebagai tahap awal, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya
membentuk panitia pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk
melaksanakan segala proses pelelangan.
Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja yang didatangkan
dari jawa dan tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Aceh yang
disediakan oleh kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka
diklasifikasikan menurut keahlian dalam bidang masing – masing. Dalam
menjalankan kewajibannya, mereka dikepalai oleh seorang kepala tukang,
untuk menjamin kelancaran melaksanakan pekerjaan kontraktor juga
menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada di sabang
yang tidak jauh dari lokasi proyek
Jadwal Jam kerja pada kegiatan ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:
Page 9
- Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;
- Sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB;
Pembayaran upah kerja dilakukan setiap sebulan sekali, kecuali bagi
pekerja lepas diberikan upah kerja harian dan bulanan.
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Page 10
mengatur langkah-langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya
pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang
disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat
menghasilkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang
telah disepakati.
3.1.1 Mobilisasi
Page 11
yang berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan proyek.
Page 12
3.2 Pekerjaan Drainase
Page 13
yang bisa menyebabkan dasar timbunan menjadi lemah antara lain : air,
baik air tanah ataupun rembesan, bahan dasar timbunan yang jelek dan
lereng yang curam.
Pekerjaan pemadatan dilakukan sepanjang bahu jalan dan badan jalan.
Pemadatan dilakukan dari daerah terendah (pinggir) ke daerah yang tinggi
(tengah), dengan menggunakan motor greader untuk meratakan dan
menggunakan vibrator compactor roller untuk memadatkan, setelah
lapisan pertama dipadatkan kemudian disiram dengan menggunakan water
tank agar permukaan menjadi padat begitu pula untuk lapisan kedua
sampai memperoleh kemiringan 2% untuk badan jalan dan 4% untuk bahu
jalan.
Page 14
Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan
permukaan tanah dasar. Untuk jalan kerikil pekerjaan dapat juga
mencakup perataan berat dan motor greader untuk perbaikan bentuk
dengan atau tanpa penggaruan.
Pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu
lapisan di bawah beraspal.
Page 15
pengikat (prime coat), lapis pengikat aspal beton (AC-BC).
Page 16
saluran air, galian dan timbunan.
BAB IV
KEGIATAN YANG DIIKUTI
Page 17
Karak Paket BANG/01/ABR/0 (STA 0+000 – 3+300). Lokasi Proyek
tepatnya Jalan Lintas Barat yang menghubungkan Desa Pribu menuju
Karak Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh
Page 18
menyebabkan terjadinya keretakan pada badan jalan.
Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar
hamparan dengan menggunakan alat Vibratory Roller dengan lebih kurang
8 passing dimana satu passing sama dengan satu kali pulang pergi pada
bagian yang lurus, tebal dari agregat kelas A ini adalah 20 cm, agar
kepadatan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan yang telah
disyaratkan.
Tahapan :
Pelaksanaan Lapis Pondasi agregat Kelas A meliputi:
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan Klas A adalah sebagai
berikut:
- Volume = 702,00 M3
- Waktu = 15 Hari
Page 19
- Mekanik = 2 Orang
Page 20
digunakan dalam pekerjaan ini adalah 6 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan
agregat aspal di lokasi penghamparan. Banyaknya Asphalt Finisher yang
digunakan sebanyak I unit.
5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.
Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi
atas agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan
Page 21
tanah dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.
Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas dengan menggunakan masin air
compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila permukaan base
course telah bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat.
Setelah lapisan permukaan pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan
prime coat.
Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi
60/70 sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas
150 m2/jam. Alat ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah
pemanasan mencapai 160oC sampai dengan 180oC aspal cair baru bisa
disemprotkan melalui pipa. Proses penyemprotan prime coat dilakukan
bertahap yaitu dengan memulainya setengah dari lebar badan jalan
terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian baru dilanjutkan
pada setengah lebar badan jalan tersisa.
Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24
jam setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime
Page 22
coat tersebut diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah
kering harus di compressor lagi agar debu, air yang ada pada badan jalan
hilang.
Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada
bagian teratas dari pondasi atas.
Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah :
1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya tidak meresap kelapisan bawahnya yang akan melemahkan
lapisan-lapisan tersebut.
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Page 23
samping belakang dari Asphalt Finisher. Penghamparan dilakukan searah
dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan Asphalt Finisher 90
m/jam.
Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah
agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-
125oC. Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak
rata atau kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan
menggunakan sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem
roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8
km/jam.
Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah
pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada
temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah
menurun antara 80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang
beratnya 10-20 ton), dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing.
Untuk pemadatan pertama dan tujuan dilakukan searah dengan sumbu
memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan akhirnya kebagian tengah.
Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah
pemadatan tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan
dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan
kecepatan 5-8 km/jam.
Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar
tidak terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat
dapat menutup keadaan cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan maka kekuatan yang diinginkan.
Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang
Page 24
perlu dikontrol yaitu :
1. Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm
setelah pemadatan akan diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur
faktor pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm, dengan demikian
faktor pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka
didapat penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm. Dengan demikian
penebaran memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat
dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan
oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm.
Pemeriksaan terhadap kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan
dilakukan melalui pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau
pengambilan sample dilakukan setiap jarak 50 meter.
Page 25
- Air Compressor = 1 Unit
- Tandem Roller = 1 Unit
- PTR = 1 Unit
- Dump Truck = 7 Unit
Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Kepala Tukang = 1 Orang
- Operator = 5 Orang
- Supir Dump Truck = 7 Orang
- Pekerja = 12 Orang
- Mekanik = 2 Orang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Page 26
melakukan kerja praktek (KP) ini penulis, telah banyak memperoleh
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi
perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan
antara konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggung
jawabkan tanpa melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek
yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh
dari pengamatan langsung di lapangan serta keterangan yang diberikan
oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan proyek.
5.1 Kesimpulan
Page 27
(Pneumatic Tire Roller) sebanyak 16 passing, dan ketiga dilakukan
dengan menggunakan Tandem Roller sebanyak 12 passing.
4. Dari hasil pelaksanaa kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai
dengan literatur dan spec yang diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari
pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%, yang
mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.
5.2 Saran-saran
Page 28
.
DAFTAR PUSTAKA
Page 29
4. Soedarsono, D.U, 1979, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.
5. Departemen PU. 1995, Paduan Pipa Baja Bergelombang, Penerbit
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Program Jalan Subdit
Perencanaan Teknik Jembatan, Jakarta.
Page 30