Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan faktor penunjang


lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini
banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor
manusia dalam hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan
peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam
proses perencanaan sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan
faktor kenyamanan, keamanan lingkungan serta faktor lain yang mendukung
rencana detail yang mantap.

B. Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan pembangunan proyek ini adalah untuk meningkatkan
sarana jalan sebagai transportasi darat juga untuk meningkatkan jasa
pelayanan pada masyarakat pemakai jalan yang meningkat.
Pembangunan jalan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
hal memperlancar arus lalu lintas sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi
masyrakat akan meningkat, dengan lancarnya arus lalu lintas memberi
efesieni waktu yang sangat berarti.

Page 1
BAB II
ORGANISASI KEGIATAN

Pembangunan suatu kegiatan perlu pengorganisasian yang terkoordinasi


secara efektif dan sistematis. Dalam pelaksanaan kegiatan perlu adanya suatu
pengaturan struktur organisasi. Organisasi kegiatan ini dibutuhkan untuk
mempelancar pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan sehingga hasil
yang diperlukan lebih maksimal dan sesuai dengan rencana. Untuk
tercapainya sasaran pelaksanaan sebagai mana diharapkan, maka setiap unsur
yang terlibat harus dapat berinteraksi dengan baik dan saling menunjang
antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan wewenang dan fungsinya
masing-masing. Agar semua pekerjaan berjalan lancar maka unsur yang
terkait ini telah membuat dan menyepakati suatu rencana kerja dan syarat –
syarat, kontrak kerja dan gambar bestek.

A. Struktur Organisasi

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala


ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah
badan-badan hukum dan susunan struktur organisasi pembangunan jalan
dan jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, dimana
unsur-unsur yang terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut
adalah :
1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner);
2. Konsultan perencana (consultant/designer);
3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana (contractor).

Page 2
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab
masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling
terkait satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

Pelaksana Kegiatan

Pelaksana Kegiatan (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki gagasan


untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum
seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil
suatu dinas atau jabatan.
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi Aceh
adalah pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan kepada Pembangunan
Jalan dan Jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. Untuk
memudahkan urusan administrasi dan kelancaran proyek, maka ditunjuk
seorang Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
Dalam menjalankan kewajiban, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiata (PPTK)
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin kegiatan dalam
pelaksanan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana, konsultan
pengawas dan pelaksana kegiatan;
2. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan jalan yang akan
dibangun;
3. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik kegiatan dengan konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan
naskah serah terima;

Page 3
4. Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik
kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan
surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan;
6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilaksanakan;
7. Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai
dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS)

2.1.2. Pengawas (Direksi/Supervisor)

Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang


ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil kerja sesuai
dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam
Aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan
perencanaan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pelaksana
kegiatan. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana
(pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Petunjuk yang
diberikan mencakup bidang teknis dan admin. Pelaksanaan pengawasan pada
kegiatan ini dilakukan oleh PT. Tuwie Bunta Group.
Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengawas mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :

Page 4
1. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dari setiap item pekerjaan;
2. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah
mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan
pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk
kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
6. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
waktu pelaksanaan (time schedule).
Dapat dilihat pada Struktur Organisasi (Struktur organisasi pengawas di
lapangan terlampiran).

2.1.3. Pelaksana (Kontraktor)

Pelaksana (kontraktor) adalah suatu organisasi berbadan hukum yang


dipercaya untuk melaksanakan pembangunan suatu kegiatan dan memiliki
suatu usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi sesuai dengan
keahlian dan kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan
sarana peralatan yang cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang
bertugas melaksanakan pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian pekerjaan
yang telah dibuat. Pelaksana pada kegiatan ini dipercayakan kepada PT.
Tata Karya Utama.
Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :

Page 5
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
pada kegiatan sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam bestek;
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksanaan;
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
yang sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang
tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan
termin;
6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti
yang telah ditetapkan dalam kontrak;
7. Mengadakan pemeliharaan selama kegiatan tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana.

2.2. Hubungan Kerja Antar Unsur-unsur Organisasi Kegiatan

Dalam pelaksanaan sebuah Proyek, masing – masing unsur mempunyai


wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya. hubungan kerja
antara unsur-unsur dari organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Hubungan kerja secara Teknis.
2. Hubungan kerja secara Hukum.
2.2.1. Hubungan Kerja Secara Teknis

Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab


antara berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Hubungan kerja antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan

Page 6
pelaksana adalah hubungan segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis
perencana diserahkan oleh pemimpin kegiatan kepada perencana.
Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin kegiatan, maka seluruh
teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika ada masalah teknis
yang perlu dibicarakan, maka menurut peraturan umum pemilik kegiatan
tidak dapat berhubungan langsung dengan pelaksana tetapi harus melalui
pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan pengawas berkuasa penuh
untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang dilaksanakannya
bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada, baik secara lisan
maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran
tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu
maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau
memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui
pengawas. Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan
pelaksana/kontraktror tidak ada hubungan kerja, sebaliknya antara
perencana dan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.

2.2.2. Hubungan Kerja Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat


dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama
Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan


kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya
pekerjaan yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka

Page 7
diperoleh rekanan yang benar-benar mampu serta memenuhi syarat
administrasi, teknis dan financial (keuangan) untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.

Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan


cara:
1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media
massa atau publikasi lainnya;
2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa
pemborong yang dianggap mampu ; dan
3. Pemilihan Langsung.¬¬
4. Penunjukan Langsung.

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka


dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas
dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang
dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong
/rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai
dengan bidang usaha ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
Pemilihan langsung adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan maupun
pengadaan barang/jasa oleh rekanan tanpa melalui pelelangan umum atau
pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-
kurangnya tiga penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM) dan dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan administratif
serta perhitungan harga yang dapat dipertanggung jawabkan.

Page 8
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya
mengundang satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan
penawaran dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut :
a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;
c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e) Melaksanakan pelelangan;
f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g) Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.
Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui
pelelangan. Sebagai tahap awal, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya
membentuk panitia pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk
melaksanakan segala proses pelelangan.

2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja yang didatangkan
dari jawa dan tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Aceh yang
disediakan oleh kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka
diklasifikasikan menurut keahlian dalam bidang masing – masing. Dalam
menjalankan kewajibannya, mereka dikepalai oleh seorang kepala tukang,
untuk menjamin kelancaran melaksanakan pekerjaan kontraktor juga
menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada di sabang
yang tidak jauh dari lokasi proyek
Jadwal Jam kerja pada kegiatan ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:

Page 9
- Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;
- Sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB;
Pembayaran upah kerja dilakukan setiap sebulan sekali, kecuali bagi
pekerja lepas diberikan upah kerja harian dan bulanan.

2.4. Time Schedule ( Jadwal Pelaksanaan )

Time schedule adalah jadwal pelaksanaan kegiatan. Bila kegiatan yang


dikerjakan lebih lama dari time schedule yang direncanakan maka
kontraktor diwajibkan membayar denda keterlambatan sesuai dengan
pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disepakati.

2.5. Kedudukan Penulis

Kedudukan penulis sebagai mahasiswa yang mengambil tugas Kerja


Praktek pada proyek tersebut berdasarkan surat pengantar dari ketua
Jurusan Teknik Sipil STTHarapan Medan tanggal 02 Agustus 2010 yang
ditujukan kepada Direktur PT. Tuwie Bunta Group, maka penulis
ditempatkan di lapangan hanya sebagai mahasiswa Kerja Praktek (KP)
selama 2 bulan terhitung mulai 06 Agustus 2010 sampai dengan 06
Oktober 2010.

BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan

Page 10
mengatur langkah-langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya
pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang
disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat
menghasilkan mutu pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang
telah disepakati.

Adapun ruang lingkup pekerjaan jalan Pribu-Karak dari awal proyek


sampai akhir pekerjaan meliputi :
1. Pekerjaan Umum;
2. Pekerjaan Drainase;
3. Pekerjaan Tanah
4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5. Prekerasan Berbutir
6. Perkerasan Aspal
7. struktur

3.1 Pekerjaan Umum

Pada pekerjaan umum ini meliputi beberapa jenis pekerjaan yaitu :


1. Mobilisasi
2. Kantor lapangan (Direksi Ket)
3. Penetapan titik ukuran
4. pekerjaan pembersihan

3.1.1 Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan peralatan,


gudang, bengkel dan lokasi tempat tinggal pekerja serta fasilitas-fasilitas

Page 11
yang berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan proyek.

3.1.2 Kantor Lapangan

Kantor lapangan merupakan bangunan sebagai fasilitas untuk menunjang


kelancaran aktifitas di lapangan. Kantor lapangan adalah pusat
berlangsungnya semua kegiatan proyek baik administrasi maupun teknis.

3.1.3 Penetapan Titik Pengukuran

Penetapan titik pengukuran di lapangan adalah untuk menentukan


ketinggian dan batas-batas konstruksi. Penentuan titik-titik ketinggian dan
batas-batas konstruksi tersebut sangat penting artinya pada saat pekerjaan
dengan alat-alat berat, karena jika terjadi kesalahan dalam penempatan
material akan sangat sukar untuk memindahkannya. Kegunaan lainnya
adalah sebagai penunjang batas ketinggian dari tebal material yang ditebar
sesuai dengan gambar bestek. Pekerjaan ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan theodolit, waterpass, meteran plastik dan peralatan ringan
lainnya.

3.1.4 Pekerjaan Pembersihan

Pekerjaan pembersihan di lapangan meliputi pembersihan lokasi dari


segala pepohonan, batu-batuan, akar pepohonan, rerumputan dan lain-lain.
Pekerjaan pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan
buldozer dan greader.

Page 12
3.2 Pekerjaan Drainase

Pada pekerjaan drainase ini meliputi :


1. Pekerjaan galian untuk selokan dan saluran air
2. Pekerjaan pasangan batu dengan mortal

3.3 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian biasa, timbunan biasa, timbunan


pilihan, penyiapan badan jalan.

3.3.1 Galian Biasa

Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai


galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan
galian perkerasan aspal. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperbaiki
elevasi tanah arah memanjang dan arah melintang, juga untuk
mendapatkan tinggi tanah dasar yang sesuai dengan perencanaan.
Pekerjaan ini dilakukan pada tempat yang memerlukan galian. Alat yang
digunakan untuk pekerjaan ini adalah excavator.

3.3.2 Timbunan Biasa

Sebelum penimbunan dikerjakan terlebih dahulu dipersiapkan dasar


timbunan tersebut yang dalam hal ini adalah tanah dasar (asli), dimana
tanah asli ini akan menjadi dasar lapisan penimbunan. Beberapa faktor

Page 13
yang bisa menyebabkan dasar timbunan menjadi lemah antara lain : air,
baik air tanah ataupun rembesan, bahan dasar timbunan yang jelek dan
lereng yang curam.
Pekerjaan pemadatan dilakukan sepanjang bahu jalan dan badan jalan.
Pemadatan dilakukan dari daerah terendah (pinggir) ke daerah yang tinggi
(tengah), dengan menggunakan motor greader untuk meratakan dan
menggunakan vibrator compactor roller untuk memadatkan, setelah
lapisan pertama dipadatkan kemudian disiram dengan menggunakan water
tank agar permukaan menjadi padat begitu pula untuk lapisan kedua
sampai memperoleh kemiringan 2% untuk badan jalan dan 4% untuk bahu
jalan.

3.3.3 Timbunan Pilihan

Timbunan pilihan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk


meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran
air dan lokasi serupa di mana bahan plastis sulit dipadatkan dengan baik.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau
pekerjaan pelebaran.
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan yang telah
ditentukan dan memiliki CBR paling sedikit 10%.
Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari haruslah pasir atau
kerikil atau bahan bakar berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastis
maksimum 6%.
3.3.4 Penyiapan Badan Jalan

Page 14
Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan
permukaan tanah dasar. Untuk jalan kerikil pekerjaan dapat juga
mencakup perataan berat dan motor greader untuk perbaikan bentuk
dengan atau tanpa penggaruan.

3.4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan
atau permukaan lainnya yang disetujui. Untuk Lapis Pondasi Agregat
Kelas B harus digunakan di bawah bahu jalan tanpa laburan aspal.

3.5 Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,


penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas
permukaan yang telah disiapkan, pekerjaan ini meliputi :

3.5.1 Lapis Pondasi Agregat Klas A

Pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu
lapisan di bawah beraspal.

3.6 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di


atas permukaan lapisan base course dan merupakan lapisan teratas dan
konstruksi lapisan perkerasan jalan raya. Pekerjaan ini meliputi lapis resap

Page 15
pengikat (prime coat), lapis pengikat aspal beton (AC-BC).

3.6.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis ini merupakan aspal cair yang disemprotkan melalui Asphalt


Sprayer ke atas yang merupakan lapisan pengikat antara lapisan
perkerasan dengan lapisan pondasi atas.
3.6.2 Lapis Pengikat Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan ini merupakan campuran aspal yang digunakan sebagai lapisan


perkerasan yang terletak pada lapisan atas dari suatu badan jalan.

3.7 Pasangan Batu

Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah,


gorong-gorong, saluran mortal, bangunan peluncur, pasangan batu kosong
dan bak control.

3.8 Pekerjaan Harian

Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri


dari pekerjaan jenis apapun dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari
Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan lainnya.

3.9 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan,


pemeliharaan rutin bahu jalan dan pekerjaan pemeliharaan rutin selokan,

Page 16
saluran air, galian dan timbunan.

BAB IV
KEGIATAN YANG DIIKUTI

Dalam melaksanakan kegiatan praktek Proyek Pembangunan Jalan Pribu-

Page 17
Karak Paket BANG/01/ABR/0 (STA 0+000 – 3+300). Lokasi Proyek
tepatnya Jalan Lintas Barat yang menghubungkan Desa Pribu menuju
Karak Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh

Dalam Proyek ini Penulis hanya mengikuti beberapa Item pekerjaan,


seperti :
1. Pekerjaan Perkerasan Berbutir
2. Pekerjaan Perkerasan Aspal
4.1 Pekerjaan Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,


penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas
permukaan yang telah disiapakan, pekerjaan ini meliputi :

4.1.1 Lapis Agregat Kelas A (Base A)

Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara


lapisan bawah dengan lapisan permukaan. Lapisan ini dibuat untuk
menyempurnakan kapasitas daya dukung beban. Material yang digunakan
untuk lapisan ini adalah yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%.
Bahkan yang digunakan untuk lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil
pecah, yang merupakan material kelas A baik yang berdiameter ¾ dan ⅜.
Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh
kestabilan struktur yang diperlukan untuk dapat menahan gaya vertikal
dan horizontal yang terjadi, disamping itu lapisan ini juga dibuat dengan
kepadatan yang cukup agar dapat menahan proses konsolidasi yang dapat

Page 18
menyebabkan terjadinya keretakan pada badan jalan.
Pada tiap-tiap lapisan harus segera dipadatkan pada seluruh lebar
hamparan dengan menggunakan alat Vibratory Roller dengan lebih kurang
8 passing dimana satu passing sama dengan satu kali pulang pergi pada
bagian yang lurus, tebal dari agregat kelas A ini adalah 20 cm, agar
kepadatan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan yang telah
disyaratkan.

Tahapan :
Pelaksanaan Lapis Pondasi agregat Kelas A meliputi:
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan Klas A adalah sebagai
berikut:
- Volume = 702,00 M3
- Waktu = 15 Hari

Peralatan yang dibutuhkan :


- Motor Grader = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Dump Truck = 6 Unit

Tenaga kerja yang dibutuhkan :


- Mandor = 1 Orang
- Kepala Tukang = 1 Unit
- Operator = 6 Orang
- Pembantu Operator = 6 Orang
- Supir Dump Truck = 6 Orang
- Pekerja = 3 Orang

Page 19
- Mekanik = 2 Orang

4.2 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang


berfungsi sebagai penahan beban roda diatasnya secara langsung.
Campuran aspal yang digunakan terdiri dari agregat kasar yang memenuhi
gradasi dan terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan
pasir serta material aspal.

Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini


meliputi :
1. Lapis Resap Pengikat (prime coat)
2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC)

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi


sebagai berikut :
1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan
permukaan menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan.
Pekerjaan pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan
tanpa ada suatu kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan
sebanyak 1 unit.
2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan
aspal cair bersuhu 160°C sampai dengan 180°C kebadan aspal. Asphalt
Sprayer digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.
3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi
pengambilan material ke lokasi perkerasan. Jumlah dump truck yang

Page 20
digunakan dalam pekerjaan ini adalah 6 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan untuk menghamparkan dan meratakan
agregat aspal di lokasi penghamparan. Banyaknya Asphalt Finisher yang
digunakan sebanyak I unit.
5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.

4.2.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi


atas dengan lapisan AC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya
dukung lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil dari
pengujian CBR tidak boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan
dibersihkan dengan menggunakan air compressor dan dilakukan prime
coat dengan asphalt sprayer sehingga tidak terdapat lagi sesuatu yang
dapat mengurangi hasil maksimal yang diharapkan.

Tujuan dari prime coat ini yaitu :


1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan
menjadi lebih keras.
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC yang akan dihamparkan.

Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi
atas agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan

Page 21
tanah dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.
Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas dengan menggunakan masin air
compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila permukaan base
course telah bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat.
Setelah lapisan permukaan pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan
prime coat.
Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi
60/70 sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan
dengan menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas
150 m2/jam. Alat ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah
pemanasan mencapai 160oC sampai dengan 180oC aspal cair baru bisa
disemprotkan melalui pipa. Proses penyemprotan prime coat dilakukan
bertahap yaitu dengan memulainya setengah dari lebar badan jalan
terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian baru dilanjutkan
pada setengah lebar badan jalan tersisa.

Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat


antara lain:
1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan
lapisan base.
2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau
orang yang berjalan kaki.
3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.

Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24
jam setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime

Page 22
coat tersebut diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah
kering harus di compressor lagi agar debu, air yang ada pada badan jalan
hilang.

4.2.2 Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada
bagian teratas dari pondasi atas.
Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah :
1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya tidak meresap kelapisan bawahnya yang akan melemahkan
lapisan-lapisan tersebut.
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.

Agregat Aspal untuk lapisan AC-BC dihasilkan oleh AMP (Asphalt


Mixing Plant) yang berlokasi di Jeuram (KM.80), pengaspalan oleh
PT.Tuwie Bunta Group dan diangkut oleh 7 dump truck.
Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP
dan suhu sewaktu dibawa dari AMP antara 140oC -160oC. Setibanya di
lapangan secara perlahan-lahan diruangkan ke bak mekanis Asphalt
Finisher untuk dihamparkan pada permukaan base course yang telah
diprime coat sebelumnya. Suhu aspal sewaktu penghamparan antara
140oC-150oC, dengan tebal penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan
20%-25%) untuk mencapai ketebalan aspal 5 cm. Ketebalan
penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang terdapat pada bagian

Page 23
samping belakang dari Asphalt Finisher. Penghamparan dilakukan searah
dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan Asphalt Finisher 90
m/jam.
Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah
agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-
125oC. Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak
rata atau kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan
menggunakan sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem
roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8
km/jam.
Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah
pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada
temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah
menurun antara 80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang
beratnya 10-20 ton), dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing.
Untuk pemadatan pertama dan tujuan dilakukan searah dengan sumbu
memanjang jalan, dimulai pada bagian tepi dan akhirnya kebagian tengah.
Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah
pemadatan tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan
dengan tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan
kecepatan 5-8 km/jam.
Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar
tidak terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat
dapat menutup keadaan cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah
ditetapkan maka kekuatan yang diinginkan.

Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang

Page 24
perlu dikontrol yaitu :
1. Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm
setelah pemadatan akan diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur
faktor pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm, dengan demikian
faktor pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka
didapat penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm. Dengan demikian
penebaran memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat
dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan
oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm.
Pemeriksaan terhadap kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan
dilakukan melalui pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau
pengambilan sample dilakukan setiap jarak 50 meter.

2. Kemiringan tranversal (kemiringan Melintang Jalan), kemiringan


tranversal diatur melalui alat penyetel yang berada pada bagian samping
belakang asphalt finisher. Akan tetapi harus diperiksa kembali oleh
petugas dengan menggunakan waterpass. Caranya adalah dengan
menggunakan mistar yang panjang dan kemiringan disesuaikan dengan
lebar dan kemiringan melintang jalan.
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan AC-BC adalah sebagai
berikut :
- Volume = 134.00 M2
- Waktu = 4 Hari
Peralatan yang dibutuhkan :
- Asphalt Finisher = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Asphalt Sprayer = 1 Unit

Page 25
- Air Compressor = 1 Unit
- Tandem Roller = 1 Unit
- PTR = 1 Unit
- Dump Truck = 7 Unit
Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Kepala Tukang = 1 Orang
- Operator = 5 Orang
- Supir Dump Truck = 7 Orang
- Pekerja = 12 Orang
- Mekanik = 2 Orang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kerja praktek dilakukan pada proyek Pembangunan Jalan Pribu-Karak


Paket BANG/01/ABR/0 Aceh Barat (0+000 - 3+300) dengan
menggunakan anggaran OTSUS (Otonomi Khusus) tahun 2010. Dalam

Page 26
melakukan kerja praktek (KP) ini penulis, telah banyak memperoleh
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi
perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan
antara konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggung
jawabkan tanpa melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek
yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh
dari pengamatan langsung di lapangan serta keterangan yang diberikan
oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan proyek.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pemantauan di lapangan selama melaksanakan kerja praktek ini,


maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya
bekerja sesuai dengan perencanaaan yang telah dibuat baik itu masalah
taktik pekerjaan maupun time schedule pekerjaan.
2. Time Schedule yang telah disusun untuk pelaksanaan proyek ini
ternyata tidak seluruhnya dapat diikuti. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
cuaca buruk berupa hujan, juga adanya perubahan gambar rencana
sehingga pelaksana tidak dapat bekerja seoptimal mungkin.
3. Pelaksana prime coat dilakukan setelah dipanaskan aspal penetrasi
60/70 sebanyak 70% dan minyak korosin (minyak Tanah) sebanyak 30%
dari seluruh campuran dan disemprot dengan menggunakan Asphalt
Sprayer, penyemprotan tidak boleh tertumpuk karena akan melekat pada
ban kendaraan pada saat panas terkena sinar matahari yang akan
menyebabkan terkelupasnya lapisan aspal. Pada pelaksanaan aspal AC-
BC, pemadatan pertama dilakukan dengan Tandem Roller sebanyak 1
passing, pemadatan kedua dilakukan dengan menggunakan PTR

Page 27
(Pneumatic Tire Roller) sebanyak 16 passing, dan ketiga dilakukan
dengan menggunakan Tandem Roller sebanyak 12 passing.
4. Dari hasil pelaksanaa kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai
dengan literatur dan spec yang diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari
pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%, yang
mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.

5.2 Saran-saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya


kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan terutama pada daerah
yang mudah mengalami penurunan, dilakukan pemadatan dan pengawasan
yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas jalan seperti yang
diharapkan.
2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan
proyek lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga
dapat diperoleh hasil seperti yang direncanakan.
3. Sebaiknya pada saat pengendalian terhadap mutu kepadatannya
dilakukan secara lapis demi lapis, sehingga akan menghasilkan kualitas
yang lebih baik dan tahan lama seperti yang diharapkan.
4. Kepada pihak pengawas agar lebih memperketat pengawasan di
lapangan, sehingga proyek yang dilaksanakan dapat selesai sesuai jadwal
yang sudah direncanakan.

Page 28
.
DAFTAR PUSTAKA

1. Perpustakaan Fakultas Teknik, 2003, Laporan Kerja Praktek program


sarjana (S1), Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh.
2. B.R.E, Dalimin, 1982, Pengaspalan Jalan Raya, Edisi Bandung.
3. B.R.E, Dalimin, 1981, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Penerbit :
Lestari, Jakarta.

Page 29
4. Soedarsono, D.U, 1979, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.
5. Departemen PU. 1995, Paduan Pipa Baja Bergelombang, Penerbit
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Program Jalan Subdit
Perencanaan Teknik Jembatan, Jakarta.

Page 30

Anda mungkin juga menyukai