TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian
Pendidikan Sarjana Teknik Sipil
Oleh:
Elfridani Saragih
100404085
Dosen Pembimbing:
Ir. Syahrizal, MT
NIP 19611231 198111 1 001
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
penyertaanNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir yang
berjudul ANALISIS CASH FLOW DENGAN VARIASI SISTEM PEMBAYARAN
TERHADAP KEUNTUNGAN KONTRAKTOR. Tugas akhir ini diajukan sebagai
syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan,
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya
yang sangat saya cintai, Bapak saya Arifin Saragih dan Ibu saya Rosly Sinaga.
Selain itu, saya juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada beberapa pihak yang
berperan penting yaitu:
1. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku dosen pembimbing skripsi, dan sekretaris
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr.-Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak/Ibu dosen dan staf tata usaha Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
4. Saudara-saudara terkasih Rofendo Saragih, Nathalia Saragih, Rivaldo Saragih,
Wella Sinaga, Sandy Sinaga yang selalu setia memberi semangat dan doa kepada
saya.
5. Sahabat terkasih Zefanya Hutasoit, Jernih Putri N Gulo, Prisquila Sembiring,
Essy Santaria Ginting, Rebekka Silalahi, Anggi Badia Raja Sihite, Hopnagel
Sinaga, Tohap Pakpahan, Elwis Sitorus, Boby Hutapea, Alfian Simbolon, Rid
Grandson Tumorang, Mardi Banurea, dan semua teman-teman seperjuangan sipil
2010 yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, doa, dan hiburan selama
perkuliahan maupun penyelesaian tugas akhir ini.
6. Sahabat serumah selama kuliah yang selalu ada mendukung saya Rohana Sirait,
Haga Prana Bangun, Mei Sianipar, Lina Munthe, Libert Sijabat, Rudi Purba.
Elfridani Saragih
Penulis
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................... 3
LAMPIRAN
Dengan sistem pembayaran yang seperti ini, pihak kontraktor sering kesulitan karena
kurangnya modal yang dimiliki oleh kontraktor sehingga harus melakukan pinjaman Bank.
2.1 Pengertian
Proyek adalah suatu tugas yang perlu didefenisikan dan terarah ke suatu sasaran
yang dituturkan secara konkret serta yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu
dengan menggunakan tenaga manusia yang terbatas dan dengan alat-alat yang terbatas
pula dan sedemikian rumit atau barunya sehingga diperlukan suatu jenis pimpinan dan
bentuk kerjasama yang berlainan dari yang biasa digunakan.
Semula, biaya suatu proyek tidak terlalu dipikirkan, yang penting fisik bangunan
dapat diselesaikan, berapapun biayanya, dan baru dapat diketahui setelah bangunan selesai
dilaksanakan. Namun demikian karena berkembangnya pemikiran manusia, terlebih-lebih
manyadari akan keterbatasan sumber daya yang ada, maka mulailah dikenal apa yang
disebut sebagai cost engineering. Pada awalnya cost engineering dilakukan oleh sedikit
orang yang memiliki latar belakang akademis dan pelatihan.
Cost engineering menjadi semakin berkembang didorong oleh kesadaran
manajemen dalam industri, mengenai hal-hal yang menyangkut cost.
Cost engineering terbagi menjadi dua bidang besar (Asiyanto, 2005) :
1. Cost estimating (estimasi biaya)
2. Cost control (pengendalian biaya, termasuk anggaran/budget)
Jadi, dengan demikian peran seorang cost engineer ada dua yaitu, memperkirakan
biaya proyek dan mengendalikan (mengontrol) realisasi biaya sesuai batasan-batasan yang
ada pada estimasi. Dalam proyek konstruksi, apalagi proyek-proyek yang besar, peranan
cost engineer penting sekali dalam pelaksanaan proyek, agar tidak terjadi kekacauan
keuangan (financial chaos) yang disebabkan oleh lemahnya estimasi maupun kontrol.
3. Proyeksi pendapatan
Bila komponen biaya pada butir ke-2 tersebut adalah biaya yang diperlukan
(dikeluarkan) untuk merealisasikan proyek atau investasi menjadi sebuah unit usaha yang
diinginkan, maka perkiraan atau proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana
4. Membuat model
Sebagai model untuk dianalisis dalam rangka mengkaji kelayakan finansial adalah
aliran kas (cash flow) selama umur investasi dan bukannya neraca atau statemen rugi laba.
Aliran kas tersebut dikelompokan menjadi aliran kas awal, operasional dan terminal.
Selanjutnya, dihitung diskonto aliran kas tersebut. Di sini diteliti pula penyusutan serta
pengeruh inflasi terhadap perkiraan aliran kas (cash flow).
c. Biaya Peralatan.
Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi, demobilisasi,
memindahkan, transportasi, memasang, membongkar, dan pengoperasian selama
konstruksi berlangsung. Dengan sendirinya termasuk pula kebutuhan struktur bangunan
Jumlah seluruh biaya tak langsung (umum dan proyek) dapat mencapai sekitar 12%-
30% dari biaya langsung, tergantung pada macam pekerjaan dan kondisi lapangannya.
Pada penelitian ini biaya tidak langsung yang dipakai dalam perhitungan cash flow adalah
overhead proyek yang besarnya 5% dari keseluruhan biaya konstruksi.
2. Kurva S
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas
dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva
S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu, dan bobot pekerjaan
yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Dari
kurva S dapat diketahui persentase (%) pekerjaan yang harus dicapai pada waktu tertentu.
Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan harus dihitung terlebih dahulu volume pekerjaan
dan biayanya, serta biaya nominal dari seluruh pekerjaan tersebut.
No. keg
ES EF
Jenis keg
LS LF
durasi
Lembaran Task Sheet pada tampilan gantt chart terdiri dari field-field (kolom):
Task Name, yaitu nama kegiata atau tugas.
Duration, yaitu waktu yang diperlkan untuk menyeesaikan suatu pekerjaaan.
Start, untuk data tanggal kapan kegiatan tersebut dimulai
Finish, kolom ini akan otomatis terisi dengan kapan kegiatan itu akan selesai apabila
telah ditentukan durasi kegiatan tersebut.
Predecessors, adalah suatu kegiatan yang harus dimulai atau selesai sebelum
kegiatan pada baris ini dilaksanakan. Dalam suatu proyek, suatu kegiatan
senantiasa selalu berkaitan dengan kegiatan yang lain sehingga antara satu kegiatan
dengan kegiatan lain memiliki hubungan. Jika kegiatan B terkait hubungan dengan
kegiatan A, maka kegiatan A dikatakan predecessor bagi kegiatan B, dan
sebaliknya kegiatan B sebagai successor bagi kegiatan A. Kolom predecessor diisi
dengan nomor baris dan jenis hubungan ketergantungan.
Setelah lembar kerja (task sheet) terbuka, data dapat diisikan pada kolom-kolom
task sheet. Data yang diisikan adalah:
1. data kegiatan proyek dimasukkan dengan mengetikkan pada kolom task name, waktu
kegiatan pada kolom durasi
Pada lembaran kanan (grafik gantt chart) akan tergambar dengan sendirinya bar
chart kegiatan tersebut dengan hubungan keterkaitannya.
Nilai ES, EF, LS, LF, FF, TF dapat diketahui dengan menukar lembaran kerja untuk
gant chart yang dapat disesuaikan kolom isiannya (task sheet), yaitu dengan cara menuju
menu View, Table:Entri, pilih Schedulle sehingga tampilan gantt chart akan berubah
seperti gambar berikut:
Microsoft Project terdiri dari beberapa tampilan yaitu: gantt chart, calendar, dan
network diagram. Penukaran tampilan dapat dilakukan dengan memilih View, dan
menentukan tampilan yang dikehendaki, misalnya Network Diagram seperti berikut:
2.6.6 Finansial
Finansial adalah keputusan tentang keuangan untuk mengatasi dan menyesuaikan
kondisi kas sesudah kas awal. Bila kondisi kas setelah selesai kas awal defisit maka perlu
dicarikan jalan keluar seperti memasukkan dana pinjaman dan bila sudah surplus cukup
besar dapat dipergunakan untuk mengembalikan pinjaman (bila ada pinjaman). Tolok
2.6.7 Retention
Retention sebesar 5% dari nilai kontrak akan dikembalikan setelah proyek selesai
(setelah pemeliharaan). Guna retention adalah (Halpin, 1998) :
1. Untuk memastikan bahwa kontraktor akan menyelesaikan proyek dengan kondisi
yang telah disetujui.
2. Sebagai bukti nyata untuk menghadapi kontraktor apabila standart pekerjaan tidak
terpenuhi atau terjadi kegagalan.
3. Menyediakan dana apabila kontraktor lain diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
4. Kepercayaan owner akan lebih kuat jika menggunakan jaminan uang.
2.7 Overdraft
Untuk mengetahui jumlah kredit bank yang harus dibuat, kontraktor perlu untuk
mengetahui overdraft maksimum yang akan terjadi selama umur proyek. Jika bunga rata-
rata dari overdraft diasumsikan satu persen per bulan, artinya kontraktor harus membayar
kepada bank 1% tiap bulan untuk jumlah overdraft pada akhir bulan. Yang dimaksud
overdraft adalah selisih antara pengeluaran pada suatu proyek dengan pembayaran dari
owner kepada kontraktor, sehingga merupakan kebutuhan dari kontraktor untuk
menyediakan dana terlebih dahulu sebelum menerima pembayaran dari owner (Halpin,
1998).
Penelitian yang berjudul “Analisis Cash Flow Optimal Pada Kontraktor Poyek
Pembangunan Perumahan” juga telah dilakukan oleh Martho F. Tolangi (2012). Pada
penelitian ini dilakukan analisis perencanaan cash flow berdasarkan uang muka 10% dan
15% dengan pembayaran bulanan dilakukan selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun. Dari hasil
analisa perencanaan cash flow Kontraktor disimpulkan bahwa perencanaan cash flow
optimal adalah perencanaan cash flow dengan sistem pembayaran selama 5 tahun dengan
uang muka 15%, karena pembayaran yang dilakukan lebih besar sehingga besar overdraft
positif lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Karina Renardi (2013) yang berjudul “Analisis
Variasi Sistem Pembayaran Terhadap Keuntungan Kontraktor juga menganalisis tentang
cash flow. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar keuntungan dari variasi system
pembayaran yang maksimum. Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Villa
Pulau Bali Canggu. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah penjadwalan
proyek dengan membuat uraian dan urutan setiap kegiatan dalam aktivitas, dan membuat
diagram jaringan proyek dengan metode PDM dengan bantuan Microsoft Project.
Kemudian membuat analisis cash flow dengan system pembayaran bulanan dan termin
progress 20% pada kondisi penjadwalan EST dan LST, dan mencari keuntungan
maksimum dari ke dua belas alternatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa system
pembayaran yang memberikan keuntungan maksimum adalah system pembayaran bulanan
uang muka 20% pada kondisi ES dengan nilai overdraft Rp.120.600.736,99 dan
keuntungan 9,97%.
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
HASIL
SELESAI
Perhitungan cash flow ini akan dijabarkan hanya sampai bulan kedua setiap sistem
pembayarannya dan dengan cara yang sama, hasil perhitungan bulan selanjutnya akan
ditunjukkan dalam bentuk tabel pada lampiran. Untuk perhitungan tiap variasi sistem
pembayaran dibuat beberapa alternatif yang ditunjukkan dalam tabel 3.1 dan
penjelasannya dapat dilihat pada keterangan berikut.
Tabel 3.1 Alternatif Variasi Sistem Pembayaran
Variasi Sistem Pembayaran
Bulanan Termin Progress 10%
1. Tanpa uang muka
a. ES (Alternatif 1) (Alternatif 3)
c.
b. LS
B (Alternatif 2) (Alternatif 4)
2. Uang muka 20%
a. ES (Alternatif 5) (Alternatif 7)
b. LS (Alternatif 6) (Alternatif 8)
3. Uang muka 30%
a. ES (Alternatif 9) (Alternatif 11)
b. LS (Alternatif 10) (Alternatif 12)
Keterangan:
Alternatif 1 = Perhitungan tanpa uang muka (0%) dengan sistem pembayaran bulanan
pada kondisi penjadwalan ES
Alternatif 2 = Perhitungan tanpa uang muka (0%) dengan sistem pembayaran bulanan
pada kondisi penjadwalan LS
Alternatif 3 = Perhitungan tanpa uang muka (0%) dengan sistem pembayaran termin
progress 10% pada kondisi penjadwalan ES
Alternatif 4 = Perhitungan tanpa uang muka (0%) dengan sistem pembayaran termin
progress 10% pada kondisi penjadwalan LS
Alternatif 5 = Perhitungan dengan uang muka 20% dengan sistem pembayaran bulanan
pada kondisi penjadwalan ES
Dalam tahapannya, data sekunder merupakan data yang didapatkan terlebih dahulu.
Setelah mendapatkan data proyek dan lokasinya kemudian dilakukan survey. Selanjutnya
menganalisis cash flow dari aspek pendapatan untuk mengetahui keuntungan kontraktor
yang didapat.
5) Cash in bulan ke – 2
Besarnya profit kontraktor:
Profit2 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp. 506.337.322,42 = Rp. 50.633.732,24
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke – 3 adalah sebagai berikut:
Pembayaran2 = tagihan2 – retensi2
= Rp. 506.337.322,42 - Rp. 50.633.732,24
= Rp. 455.703.590,18
Keuntungan = = 9,045%
Pembayaran pertama pada kondisi penjadwalan ES jatuh pada akhir bulan ketiga,
pembayaran kedua pada akhir bulan keempat, pembayaran ketiga pada bulan keenam,
pembayaran keempat pada bulan ketujuh, pembayaran kelima pada bulan kedelapan,
pembayaran keenam pada bulan kesepuluh, pembayaran ketujuh pada bulan kesepuluh,
pembayaran kedelapan pada bulan kesebelas, pembayaran kesembilan pada bulan
keduabelas, dan pembayaran kesepuluh pada bulan keempatbelas.
2) Cash in bulan ke – 1
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit, tagihan dan retensi
oleh owner.
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke – 2 adalah sebagai berikut:
Pembayaran1 = tagihan1 – retensi1
= Rp. 0 - Rp. 0
= Rp. 0
5) Cash in bulan ke – 2
Besarnya tagihan pada progress 10% :
Tagihan2 = bobot kumulatif pekerjaan 6,031 %
=0
Besarnya profit kontraktor:
Profit2 = 0,1 x Tagihan2
= 0,1 x Rp. 0 = Rp. 0
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke – 3 adalah sebagai berikut:
Pembayaran3 = tagihan2 – retensi2
= Rp. 0 - Rp. 0
= Rp. 0
= Rp. 474.300.000
Keuntungan = = 9,387%
Perhitungan cash flow dengan uang muka memiliki langkah yang sama dengan
perhitungan cash flow tanpa uang muka diatas. Uang muka yang dibayarkan oleh owner akan
dicoba sebesar 20% dan 30% dari nilai kontrak dan pengembalian uang muka dilakukan
setiap pembayaran sampai proyek selesai 100%. Bunga dari uang muka dibayar sampai
proyek selesai.
2) Cash in bulan ke – 1
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit, tagihan dan retensi oleh
owner.
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke-1 atau uang muka adalah
sebesar 20% dari nilai RAB sebagai berikut:
Karena overdraft bernilai positif, maka bunga overdraft adalah nol atau tidak ada
bunga.
Bunga overdraft1 = 0,01 x overdraft
= 0,01 x Rp. 0 = 0
5) Cash in bulan ke – 2
Profit kontraktor dapat dihitung dengan persamaan
Profit2 = 0,1 x RAB
= 0,1 x Rp. 305.367.355,61 = Rp. 30.536.735,56
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke- 2 adalah sebagai berikut:
= Rp. -12.8297.738,1
6) Cashflow bulan ke – 2
Overdraft pada akhir pembayaran 2 dapat dihitung dengan persamaan:
Karena overdraft bernilai positif, maka bunga overdraft adalah nol atau tidak ada
bunga.
Bunga overdraft2 = 0,01 x overdraft
= 0,01 x Rp. 0 = 0
Overdraft2 + bunga overdraft2 = Rp. 1.671.015.533,80+ 0
= Rp. 1.671.015.533,80
= Rp. 677.060.376,6
Keuntungan = = 9,739 %
Perhitungan cash flow dengan sistem pembayaran termin progress 10% memiliki
langkah yang sama dengan perhitungan cash flow dengan sistem pembayaran bulanan di atas.
Hanya saja terdapat perbedaan pada cash in pembayaran, yaitu tagihan termin progress 10%
dibayarkan selama sepuluh kali setiap kelipatan bobot 10% pada bobot kumulatif pekerjaan
dan ditambah dengan uang muka.
Pembayaran pertama pada kondisi penjadwalan ES jatuh pada bulan pertama (uang
muka), pembayaran kedua pada bulan ketiga, pembayaran ketiga pada bulan keempat,
pembayaran keempat pada bulan keenam, pembayaran kelima pada bulan ketujuh,
pembayaran keenam pada bulan kedelapan, pembayaran ketujuh pada bulan kesepuluh,
pembayaran kedelapan pada bulan kesepuluh, pembayaran kesembilan pada bulan kesebelas,
pembayaran kesepuluh pada bulan keduabelas, dan pembayaran kesebelas pada bulan
keempatbelas.
2) Cash in bulan ke – 1
Yang termasuk ke dalam cash in proyek adalah RAB, profit, tagihan dan retensi oleh
owner.
Besarnya tagihan pada progress 10% :
Tagihan1 = bobot kumulatif pekerjaan 0,357 %
= Rp. 0
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke – 1 atau uang muka adalah
sebesar 20% dari nilai RAB sebagai berikut:
Pembayaran1 = 20% x Rp. 10.540.000.000,00
= Rp. 2.108.000.000,00
Karena overdraft bernilai positif, maka bunga overdraft adalah nol atau tidak ada
bunga.
Overdraft1 + bunga overdraft1 = Rp. 2.074.143.891,92 + 0
= Rp. 2.074.143.891,92
5) Cash in bulan ke – 2
Besarnya tagihan pada progress 10% :
Tagihan2 = bobot kumulatif pekerjaan 3,254 %
= Rp. 0
Setelah diketahui besarnya tagihan dan retensi, maka besarnya pembayaran yang
dilakukan owner kepada kontraktor pada pembayaran bulan ke – 2 adalah sebagai berikut:
Pembayaran1 = tagihan1 – retensi1
= Rp. 0- Rp. 0
= Rp. 0
Karena overdraft bernilai positif, maka bunga overdraft adalah nol atau tidak ada
bunga.
Overdraft2+ bunga overdraft2 = Rp. (1.799.313.271,88) + Rp. 0
= Rp. (1.799.313.271,88)
Keuntungan = = 9,872 %
Dari hasil analisis cash flow untuk overdraft pada tabel 4.5 sampai 4.7, diperoleh
keadaan fluktuasi kondisi keuangan tiap bulan dari masing-masing alternatif dimana
overdraft negatif dinyatakan sebagai kurangnya dana yang tersedia pada kontraktor untuk
membiayai proyek tersebut. Maka dilakukan peminjaman uang pada bank yang artinya
kontraktor juga harus membayar bunga 1% terhadap jumlah overdraft kepada bank tiap
bulannya pada akhir bulan. Yang dimaksud overdraft adalah selisih antara pengeluaran
pada suatu proyek dengan pembayaran dari owner kepada kontraktor, sehingga merupakan
kebutuhan dari kontraktor untuk menyediakan dana terlebih dahulu sebelum menerima
pembayaran dari owner.
Dapat diketahui bahwa biaya total overdraft negatif yang terkecil memiliki tingkat
keuntungan yang maksimum. Hal ini dikarenakan perhitungan keuntungan didasarkan
pada sedikitnya peminjaman uang pada bank yang dilakukan oleh kontraktor. Semakin
kecil biaya overdraft negatif yang dikeluarkan, maka semakin besar keuntungan
maksimum yang didapat.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Analisa Cash Flow Proyek Pembangunan Perumahan Cemara
Kuta
Sistem Pembayaran
Bulanan Termin Progress 10%
Variasi
Total Overdraft Penutupan Akhir Profit Total Overdraft Penutupan Akhir Profit
Negatif (Rp) (Rp) (%) Negatif (Rp) (Rp) (%)
1. Tanpa Uang
Muka
a. ES 10.056.598.691,33 953.434.013,09 9,045 6.459.310.244,19 989.406.897,56 9,387
b. LS 10.144.010.402,61 952.559.895,97 9,037 9.241.911.260,02 961.580.887,40 9,123
2. Uang Muka
20%
a. ES 1.848.322.243,39 1.035.516.777,57 9,834 551.950.425,31 1.048.480.495,75 9,947
b. LS 2.740.455.777,93 1.026.595.442,22 9,739 1.346.574.759,92 1.040.534.252,40 9,872
3. Uang Muka
30%
a. ES 1.004.820.983,80 1.043.951.790,16 9,904 163.856.520,38 1.052.361.434,80 9,984
b. LS 1.905.078.157,30 1.034.949.218,43 9,819 798.405.000,00 1.046.015.950,00 9,924
(Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014)
4.5 Pembahasan
Perencanaan cash flow diperoleh dengan membandingkan sistem pembayaran
bulanan dan termin progress 10% dengan meninjau sistem pembayaran uang muka 0%,
20%, dan 30%. Perencanaan cash flow juga ditinjau terhadap dua kondisi penjadwalan
proyek yang berbeda yaitu Earliest Start (ES) dan Latest Start (LS) dengan memanfaatkan
float time.
Dari tabel 4.8 dan 4.9 terlihat bahwa keuntungan tertinggi dihasilkan oleh sistem
pembayaran progress 10% dengan penjadwalan kondisi Early Start (ES) dengan biaya
overdraft negatif terkecil sebesar Rp. (6.459.310.244,19) dan biaya penutupan akhir
terbesar senilai Rp. 989.406.897,56.
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00
0,00
ES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
LS
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
-1.500.000.000,00
Bulan
-2.000.000.000,00
Gambar 4.1 Grafik cash flow sistem bulanan tanpa uang muka (0%)
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ES
LS
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
-1.500.000.000,00
Bulan
-2.000.000.000,00
Gambar 4.2 Grafik cash flow sistem termin progress 10% tanpa uang muka (0%)
Pada grafik cash flow tanpa uang muka, terlihat bahwa pada bulan-bulan awal
kontraktor sudah meminjam uang pada bank, hal tersebut ditunjukkan oleh biaya overdraft
Tabel 4.10 Biaya total overdraft negatif dengan uang muka 20%
Penjadwalan Bulanan (Rp) Progress 10% (Rp)
ES 1.848.322.243,39 551.950.425,31
LS 2.740.455.777,93 1.346.574.759,92
(Sumber : Hasil pengolahan data 2014)
Dari tabel 4.10 dan 4.11 terlihat bahwa keuntungan tertinggi dihasilkan oleh sistem
pembayaran progress 10% dengan penjadwalan kondisi Earliest Start (ES) dengan biaya
overdraft negatif terkecil sebesar Rp. (551.950.425,31) dan biaya penutupan akhir terbesar
senilai Rp. 1.048.480.495,75.
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
ES
500.000.000,00
LS
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
Bulan
Gambar 4.3 Grafik cash flow sistem bulanan dengan uang muka 20%
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00
500.000.000,00 ES
LS
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
-1.500.000.000,00
Bulan
Gambar 4.4 Grafik cash flow sistem progress 10% dengan uang muka 20%
Tabel 4.12 Biaya total overdraft negatif dengan uang muka 30%
Penjadwalan Bulanan (Rp) Progress 30% (Rp)
ES 1.004.820.983,80 163.856.520,38
LS 1.905.078.157,30 798.405.000,00
(Sumber : Hasil pengolahan data 2014)
Dari tabel 4.12 dan 4.13 terlihat bahwa keuntungan tertinggi dihasilkan oleh sistem
pembayaran termin progress 10% dengan penjadwalan kondisi Earliest Start (ES) dengan
biaya overdraft negatif terkecil sebesar Rp. 163.856.520,38 dan biaya penutupan akhir
terbesar senilai Rp. 1.052.361.434,80. Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat dibuat suatu
3.500.000.000,00
3.000.000.000,00
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
ES
1.000.000.000,00
LS
500.000.000,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
Bulan
Gambar 4.5 Grafik cash flow sistem bulanan dengan uang muka 30%
3.500.000.000,00
3.000.000.000,00
2.500.000.000,00
2.000.000.000,00
1.500.000.000,00
1.000.000.000,00 ES
500.000.000,00 LS
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-500.000.000,00
-1.000.000.000,00
Bulan
Gambar 4.6 Grafik cash flow sistem progress 10% dengan uang muka 30%
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perhitungan untuk perencanaan cash flow yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk sistem pembayaran bulanan, pembayaran pada kondisi penjadwalan ES
memiliki profit dan penutupan akhir (overdraft + bunga overdraft) yang lebih
besar daripada kondisi penjadwalan LS.
5.2 Saran
Untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan dan lebih lengkap, ada beberapa
hal yang dapat menjadi saran untuk melengkapi atau melanjutkan penelitian-penelitian
sejenis, sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih maksimum, kontraktor sebaiknya
memakai sistem pembayaran bulanan dengan uang muka agar angka overdraft
negatif semakin kecil.
2. Untuk memperoleh hasil yang akurat dalam menyusun diagram jaringan kerja dan
penjadwalan waktu, dianjurkan untuk lebih menguasai keadaan proyek agar hasil
yang didapat sesuai dengan keadaan proyek.
Harianto, Feri & Ardiansyah, Tri Wahyu. 2007. System Pembayaran dan Permodalan yng
Menguntungkan bagi Kontraktor pada Proyek Perumahan Lawang Asri Puri Mojokerto.
Jurnal IPTEK Vol. 10, No.2, Mei 2007.
Tolangi, Martho F. 2012. Analisis Cash Flow Optimal pada Kontraktor Proyek Proyek
Pembangunan Perumahan. Jurnal Sipil Statik Vol. 1, No. 1, November 2012.