Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

STUDI KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN ( LOS )

MIRATUL HAZANAH

D011 19 1124

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Besar ini dapat terselesaikan guna memenuhi salah
satu syarat dalam penyelesaian studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.

Penyusun menyadari bahwa dalam tugas ini masih terdapat celah kekeliruan
dan kekurangannya. Oleh karena itu, penyusun sangat berterima kasih apabila ada dari
pembaca yang memberi koreksi, saran, atau petunjuk yang konstruktif untuk kelanjutan
penyusunan selanjutnya yang lebih baik.

Akhirnya penyusun tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT. selaku Dosen mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas.
Penyusun berharap dengan selesainya tugas ini, dapat bermanfaat bagi peningkatan
pengetahuan pribadi khususnya dan bagi semua yang membaca serta pembangunan
dunia keteknik sipilan pada umumnya.

Gowa, 8 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya
penggunaan lahan baik dari jumlah maupun jenisnya, serta sering terjadi pergeseran
fungsi guna lahan dari kegiatan perumahan menjadi kegiatan komersial. Terjadinya
perubahan guna lahan ini mengakibatkan perubahan pada pergerakan dari suatu
lokasi ke lokasi lain yang merupakan permintaan turunan dari hal-hal di atas.
Peningkatan pergerakan yang terjadi sebaiknya dapat diimbangi pula dengan
peningkatan pelayanan jalan, yaitu berupa peningkatan sarana dan prasarana
perangkutan. Singkatnya, sebaiknya tercipta keseimbangan antara permintaan dan
penawaran, sehingga tidak terjadi masalah yang kerap kali terjadi, yaitu berbagai
persoalan lalu-lintas.
Akibat dari meningkatnya permintaan sarana dan prasarana perangkutan adalah
meningkatnya permintaan jumlah kendaraan dan prasarana jalan. Namun seringkali
peningkatan jumlah kendaraan ini tidak diimbangi oleh peningkatan prasarana
jalan, sehingga sering menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan lalu-lintas.
Persoalan lalu-lintas jika disederhanakan disebabkan oleh terlalu banyaknya
jumlah kendaraan yang memanfaatkan jalan serta terlampaunya sedikitnya/
sempitnya jalan, sedangkan jika diteliti lebih lanjut persoalan lalu lintas dapat
dinilai menurut skala lokal dan kota. Persoalan skala lokal muncul karena kecilnya
daya tampung jalan terhadap bangkitan lalu-lintas, sedangkan persoalan skala kota
disebabkan oleh kecilnya kemampuan, sistem perangkutan perkotaan yang
mencakup moda perangkutan dan jaringan jalan untukmenampung pergerakan
penduduk antar kawasan (Blunden, 1994, dalam Johannes Tumpal Panjaitan,
2008).
Peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi terlihat dari
semakin meningkatnya penggunaan lahan komersial, industri, perkantoran dan
perumahan serta perubahan guna lahan dari perumahan menjadi komersial.
Meningkatnya arus penduduk ulang-alik dari daerah-daerah menyebabkan
peningkatan arus lalu-lintas dan menimbulkan masalah kemacetan. Menghadapi
kenyataan diatas, ruas jalan tidak sepenuhnya berfungsi dengan baik. Hal ini dapat
diketahui dengan meningkatnya persoalan lalu- lintas yang terjadi setiap hari di
wilayah studi, seperti kemacetan, penurunan kecepatan kendaraan maupun
bertambahnya waktu perjalanan.
Tundaan sebagai bagian yang penting dari waktu perjalanan karena kendaraan
yang bergerak sangat berpotensi terhadap kemacetan dan kesemrawutan, maupun
tundaan tetap karena kapasitas dan volume lalu-lintas (kepadatan dan keramaian).
Tundaan yang dimaksud pada wilayah studi adalah berkurangnya waktu perjalanan
atau terjadinya pengurangan kecepatan bergerak di bawah kecepatan yang
dianggap dapat diterima atau tingkat kesesuaian standar kecepatan jalan rencana.
Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan lingkungan,
perilaku berkendaraan dan pejalan kaki, serta komposisi antar jenis moda
angkutan.Bagi pengendara kendaraan bermotor, tundaan merupakan persoalan
utama karena pengendara merasakan langsung akibat dari adanya tundaan. Seperti
diantaranya terhambatnya pergerakan yang dilakukan sehingga mengakibatkan
berkurangnya kecepatan kendaraan dan bertambahnya waktu tempuh kendaraan
untuk melewati suatu ruas jalan. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi arus
kendaraan dan tingkat pelayanan jalan sehingga harus ditangani.
1.2 Tujuan Studi
Dari data yang diperoleh di lapangan yaitu berupa volume lalu lintas, waktu
tempuh kendaraan, dan hambatan samping. Maka penulis dapat menelitidan
menganalisis,yaitu:
1. Derajat kejenuhan, kapasitas jalan, tingkat pelayanan untuk kondisi saat ini
2. Solusi / alternatif / pemecahan masalah
1.3 Batasan Masalah
Guna memperjelas berbagai permasalahan dan memudahkan dalam
menganalisis maka dibuat batasan – batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian hanya terlokalisir pada lokasi yang ditentukan.
2. Metode yang digunakan untuk menganalisis data menggunakan panduan MKJI
( Dep. PU 1997 ).
3. Kinerja jalan yang ditinjau adalah kapasitas segmen, derajat kejenuhan dan
tingkat pelayanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur


a. Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara yang
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas
jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan individu
pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kendaraan arus lalu
lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu lintas akan mengalami
perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi yang berbeda yang
dikarenakan oleh karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi. Arus lalu lintas
pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar waktunya.
Oleh karena itu perilaku pengemudi akan berpengaruh terhadap perilaku arus
lalu lintas. Untuk menggambarkan kondisi lalu lintas secara terukur dikenal
beberapa variabel antara lain arus / volume, kecepatan dan kepadatan. Definisi
arus / volume (V) lalu lintas adalah jumlah kendaraan dalam satuan mobil
penumpang (SMP) yang melalui suatu potongan melintang jalan dalam
satuan waktu tertentu (Putranto 2016).
b. Klasifikasi Kendaraan
Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut
Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang.
Penjelasan tentang jenis kendaraan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Mobil Penumpang (Passenger Car), jenis kendaraan pribadi dengan daya
angkut lebih kecil dari 12 orang, termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-
lain.
2. Mobil Bus (Bus), semua jenis kendaraan penumpang yang daya angkutnya
lebih besar dari 12 orang, termasuk di dalamnya Pick Up.
3. Mobil Gerobak (Truk Wagon), semua jenis truk yang mempunyai roda 4 ke
atas, termasuk mobil tangki.
4. Sepeda Motor (Motor Cycle), semua jenis kendaraan bermotor beroda 2,
seperti Honda, Yamaha, Suzuki, Vespa dan lain-lain.
2.2 Landasan Teori
a. Pengertian Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, Jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas
permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan
jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas
orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan
fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman
dan nyaman kepada pengguna jalan.
b. Kapasitas jalan
Kapasitas adalah suatu faktor yang terpenting dalam perencanaan dan
pengoperasian jalan raya. Hasil dari berbagai studi tentang kapasitas jalan raya
dan hubungan antara volume lalu lintas dengan kualitas arus lalu lintas atau
tingkat pelayanan dari suatu jalan dirangkum dalam Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). Kapasitas Jalan atau kapasitas suatu ruas jalan dalam satu
sistem jalan raya merupakan jumlah kendaraan maksimum yang memiliki
kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam maupun
dua arah) dalam periode waktu tertentu dan dengan kondisi jalan dan lalu lintas
yang umum. Sementara kapasitas dasar jalan raya didefinisikan sebagai
kapasitas dari suatu jalan yang mempunyai sifai-sifat jalan dan sifat lalu lintas
yang dianggap ideal. Secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan
matematika antara kerapatan, kecepatan dan arus. Kapasitas dinyatakan dalam
Satuan Mobil Penumpang (SMP). Persamaan dasar untuk menentukan
kapasitas adalah sebagai berikut:

dimana :

C = Kapasitas

Co = Kapasitas dasar(smp/jam)

FCw = Faktorpenyesuaianlebar jalur lalu lintas

FCsp = Faktorpenyesuaianpemisahanarah

FCsf = Faktorpenyesuaianhambata nsamping

FCcs = Faktorpenyesuaianukurankota
Kapasitas dasar jalan tergantung pada tipe jalan, jumlah lajur dan
apakah jalan dipisah dengan pemisah fisik atau tidak.

a) Kerb. Batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi jalur
lalulintas dan trotoar.
b) Trotoar. Bagian jalan yang disediakan untuk pejalan kaki yang
biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kerb.
c) Median. Daerah yang memisahkan arah arus lalulintas pada segmen
jalan.
d) Hambatan Samping. Didefinisikan sebagai aktifitas samping jalan
dan di Indonesia sering menimbulkan konflik, dan sangat berpengaruh
besar terhadap arus lalulintas. Hambatan samping yang terutama
berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah :
• Pejalan kaki yang menyeberang jalan;
• Pejalan kaki yang berjalan sepanjang sisi jalan;
• Kendaraan parkir atau berhenti di sisi jalan;
• Kendaraan keluar masuk persil;
• Kendaraan lambat, misalnya becak, bendi, sepeda, dll
e) Pemisahan Arah (Sp). Yaitu distribusi arah lalulintas pada jalan dua
arah tidak terbagi (Biasanya dinyatakan sebagai persentase dari arus
total pada masing-masing arah).
c. Lalu Lintas
Secara harfia lalu lintas diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia
atau barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sarana
jalan umum (Djajoesman, 1976). Menurut poerwadarminta dalam kamus
umum bahasa Indonesia (1993) menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan
bolak balik, hilir mudik dan perihal perjalanan di jalan dan sebagainya serta
berhubungan antara sebuah tempat dengan tempat lainnya. Lalu lintas di dalam
undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas
jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang,
dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
d. Tingkat pelayanan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) mendefinisikan
Tingkat Pelayanan suatu ruas jalan sebagai ukuran kualitatif yang
mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas mengendarai kendaraan.

Tingkat Pelayanan (ITP) pada suatu ruas jalan menunjukkan kondisi


secara keseluruhan ruas jalan tersebut. Tingkat pelayanan ditentukan
berdasarkan nilai kuantitatif seperti kecepatan perjalanan dan faktor lain yang
ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti kebebasan pengemudi dalam
memilih kecepatan, derajat hambatan lalu lintas, serta kenyamanan.

Dalam karakteristik dasar lalu lintas, pada dasarnya ditunjukkan oleh


parameter arus lalu lintas, kecepatan dan kerapatan. Karakteristik kemacetan
ialah perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan tersebut
yang merupakan suatu konsep yang mengikat dan faktor yang saling
bertentangan dengan yang lainnya.
Berikut di bawah ini tabel kelas tingkat pelayanan jalan.

e. Lalu Lintas Harian Rata-Rata


Lalu lintas harian rata-rata (LHR) Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
sering digunakan sebagai dasar untuk penggunaan jalan raya dan pengamatan
secara umum dan terhadap kecendrungan pola perjalanan. Volume harian
dinyatakan dalam satuan kendaraan perhari atau smp per hari. Proyeksi volume
lalu lintas sering didasarkan pada volume harian terukur. LHR diperoleh
dengan cara pengamatan volume lalu lintas dengan selama 24 jam pada suatu
jam pada suatu ruas jalan tertentu pengamatan dilakukan dalam beberapa hari
kemudian hasilnya dirataratakan sehingagan menjadi lalu lintas harian rata-
rata. Namun demikian apabila pengamatan tersebut dilakukan selama satu
tahun penuh (365 hari) maka dapat diperoleh lalu lintas harian rata-rata
tahunan (LHRT) dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan dalam satu
tahun dibagi dengan 365 hari. Satuan LHR adalah kendaraan perhari atau smp
perhari. Satuan Mobil Penumpang (smp) Menurut MKJI (1997) satuan mobil
penumpang merupakan suatu satuan yang dapat dipakai dalam perencanaan
lalu lintas. Satuan Mobil Penumpang (smp) ini dipakai karena faktor
karakteristik pergerakan setiap jenis kendaraan berbeda. Untuk kendaraan
ringan (LV) nilai smp 1,0 untuk kendaraan berat (HV) nilai smp 1,3 dan sepeda
motor (MC) nilai smp 0,5.
f. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan atau degree of saturation (DS) adalah rasio arus lalu
lintas terhadap kapasitas biasanya dihitung perjam. Di Indonesia, metode
analisis dengan prioritas yang disusun dalam MKJI (1997) tidak berdasarkan
celah (gap acceptance), melainkan berdasar pada kapasitas jalan yang didapat
dari data empiris yang dikumpulkan untuk ini derajat kejenuhan (DS) dibawah
0,77 analisis ini dapat diandalkan bila dibandingkan dengan nilai dsdiatasnya.
Karena pada keadaan tersebut pengemudi lebih agresif untuk berebut
menguasai setiap ruas jalan yang mukin diperolehnya didaerah konflik. Hal ini
mengandung resiko yang cukup tinggi untuk saling menutup dan menggunci
sehingga terjadinya kemacetan, dan model give way dan stop way yang
diterapkan di Negara barat yang berdasarkan pendekatan gap acceptance
seperti dalam perhitungan dalam American HCM 2000, tidak dapat diterapkan
dengan baik.
BAB III

METODOLOGI STUDI

3.1 Gambaran Umum Lokasi Studi


Lokasi studi merupakan ruas jalan di perkotaan. Survey dilakukan di Jalan Jawa,
Kec. Tempe, Kota Sengkang, Sulawesi Selatan. Pengamatan berlangsung selama
1 hari pada tanggal 16 Maret 2021.
3.2 Metode Pengambilan Data
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode survey. Karena penelitian
ini merupakan kegiatan penyelidikan untuk memperoleh fakta – fakta dari gejala–
gejala yang diketahui, mencari informasi secara faktual, mengumpulkan data
untuk dievaluasi dengan melakukan perbandinganperbandingan. Data penelitian
yang dibutuhkan didapat dari observasi atau pengamatan langsung dilokasi
penelitian. Adapun jenis data yang dibutuhkan adalah:
a. Lebar jalan efektif
b. Lebar bahu jalan
c. Pemisah arah
d. Jumlah angkutan kota yang berhenti/parker
e. Jumlah pejalan kaki yang menyebrang
f. Jumlah pejalan kaki disisi
g. Kendaraan masuk dan keluar
h. Survey volume kendaraan
3.3 Metode Analisa Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam studi ini adalah : Studi ini
menggunakan metode kuantitatif . Menurut Robert Donmoyer ( dalam
Given,2008: 713 ) metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian empiris di
mana data adalah dalam bentuk sesuatu yang dapat dihitung/ angka. Penelitian
kuantitatif memerhatikan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk
numerik.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Presensi Data

Parameter 7.30 - 9.30 12.30 - 14.30 15.30 - 17.30


Jumlah angkutan kota yang
320 560 660
berhenti/parkir (kend/jam)
Jumlah pejalan kaki yang
45 27 95
menyebrang (orang/jam)
Jumlah pejalan kaki disisi
136 43 145
(orang/jam)
Kendaraan masuk dan keluar
599 560 480
(kend/jam)
Volume lalu lintas (smp/jam) 785 680 875
Diketahui

a. Geometrik
Lebar jalan efektif = 3.5 m/lajur ( 4 lajur 2 arah terbagi)
Lebar bahu jalan = 0.3 m ( rata dengan jalan )
b. Lalu lintas
Pemisah arah = 50:50
c. Lingkungan
Ukuran kota = 437.348 jiwa
Jumlah kendaraan yang berhenti/parkir ( 250 kend/jam )
Jumlah pejalan kaki yang menyebrang ( 30 orang/jam )
Jumlah pejalan kaki disisi ( 49 orang/jam )
Kendaraan masuk dan keluar ( 230 kend/jam )
Dari hasil survey volume Q = 400 smp/jam
4.2 Perhitungan Data
Kapasitas dasar jalan (Co) metode dua lajur tidak terpisah = 1650 smp/jam
Faktor penyelesuaian lebar jalan (Fw) untuk dua lajur tidak terpisah = 1.00
Faktor pemisahan arah = 50 : 50 (Fsp ) = 1.00
Faktor penyesuaian hambatan samping (Fsf) = 0.94
Faktor ukuran kota (Fcs) = 0.94
Kapasitas segmen jalan

C = Co x Fw x Fsp x Fsf x Fsc

= 1650 x 1.00 x 1.00 x 0.94 x 0.94

= 1457.94 smp/jam (empat lajur dua arah terbagi)

Derajat Kejenuhan ( DS )

𝑄𝑠𝑚𝑝
DS =
𝐶

400
DS =
1457,94

= 0,27

Tingkat Pelayanan ( LOS )

LOS = V/C

LOS = 400/1457.94 = 0.27 Level B

4.3 Pembahasan
Dari perhitungan data yang telah dilakukan, diperoleh bahwa nilai kapasitas ruas
jalan adalah 1457.94 smp/jam. Untuk derajat kejenuhan didapat nilai 0.27. Nilai
tingkat pelayanan yang didapatkan adalah 0.27, dengan berdasarkan klasifikasi
tingkat pelayanan yang telah di tentukan oleh MKJI maka jalan ini termasuk
jalan yang memiliki tingkat pelayanan kelas B.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, telah didapatkan tingkat pelayan ruas jalan adalah
A. Sehingga dapat di simpulkan bahwa jalan ini memiliki karakteristik lalu lintas
sebagai berikut
• Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi
oleh kondisi lalu lintas.
• Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan.
• Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatan dan lajur
yang digunakan.

5.2 Saran
Adapun ukuran kinerja yang belum disajikan dalam laporan ini dapat dilanjutkan
pada penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

DPU, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta: Departemen


PekerjaanUmum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Bergkamp, D. 2011. Kemacetan lalu lintas DKI Jakarta. Diunduh dari
http://ekonomi.kompasiana.com.
Antonio Vicente Soares, Esti Widodomdan Andy Kristafi Arifianto. 2019. Studi
Kapasitas Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Pada Persimpangan Jalan Raya
Tlogomas, Tanpa Sinyal Terminal Landung Sari. Universitas : Tribhuwana
Tunggadewi Malang
LAMPIRAN
Hasil Survei:

LOKASI : Jalan Jawa, Kec. Tempe, kab. Wajo, Sulawesi Selatan

CUACA : Cerah

TANGGAL : 16//3/2021

HARI : Selasa

SURVEI : Volume kapasitas lalu lintas

JENIS KEND. Arah Timur JENIS KEND. Arah Barat


JUMLAH
WAKTU LV HV MC UM LV HV MC UM
1 1.21 0.25 0.8 1 1.21 0.25 0.8 KENDARAAN
07.00 - 07.15 1 0 39 0 3 0 25 0

Timur
Arah
07.15 - 07.30 6 0 48 0 1 0 44 0

Barat
Arah
07.30 - 07.45 8 0 46 0 0 0 39 0
07.45 - 08.00 7 0 56 0 5 0 54 0
TOTAL 22 0 47.25 0 9 0 40.5 0 69.25 49.5
PAGI 08.00 - 08.15 3 0 43 0 4 0 29 0

Timur
Arah
08.15 - 08.30 7 0 53 1 2 0 46 0

Barat
Arah
08.30 - 08.45 9 0 50 0 3 0 42 0
08.45 - 09.00 8 0 59 0 5 0 57 0
TOTAL 27 0 51.25 0.8 14 0 43.5 0 79.05 57.5
12.00 - 12.15 4 0 46 0 5 0 32 0

Timur
Arah
12.15 -12.30 8 0 57 2 2 0 50 0

Barat
Arah
12.30 - 12.45 9 0 54 0 4 0 46 0
12.45 - 13.00 11 0 64 0 7 0 63 0
TOTAL 32 0 55.25 1.6 18 0 47.75 0 88.85 65.75
SIANG 13.00 - 13.15 5 1 50 1 6 0 35 0

Timur
Arah
13.15 - 13.30 11 0 61 4 4 0 56 0

Barat
Arah
13.30 - 13.45 12 0 60 0 5 0 50 0
13.45 - 14.00 13 0 69 0 8 0 67 0
TOTAL 41 1.21 60 4 23 0 52 0 106.21 75
16.00 - 16.15 7 2 54 2 8 1 39 0
16.15 -16.30 13 0 66 5 6 0 60 0
Timur

Barat
Arah
Arah
16.30 - 16.45 14 0 64 1 7 0 54 0
16.45 - 17.00 15 0 75 0 11 0 72 1
TOTAL 49 2.42 64.75 6.4 32 1.21 56.25 0.8 122.57 90.26
SORE 17.00 - 17.15 8 1 61 0 9 0 67 0
17.15 - 17.30 12 1 59 2 7 1 96 1
Timur

Barat
Arah
Arah

17.30 - 17.45 7 0 47 0 6 1 53 1
17.45 - 18.00 13 0 49 0 15 2 92 0
TOTAL 40 2.42 54 1.6 37 4.84 77 1.6 98.02 120.44

Anda mungkin juga menyukai