KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Besar Geometrik
Lintasan dengan lancar dan mendapatkan wawasan dan ilmu yang bermanfaat.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Geometri Lintasan yang ada di
UNJANI .
Dalam hal ini penulis menggunakan buku- buku yang menunjang . Seperti
buku panduan dan buku buku mengenai materi yang bersangkutan , karena kami
tidak mempunyai latar belakang pendidikan maupun buku petunjuk
dapat
Cimahi,Januari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................4
1.1
LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.2
1.3
LINGKUP PEMBAHASAN.......................................................................7
1.4
SISTEMATIKA PEMBAHASAN...............................................................8
Umum...................................................................................................9
2.1.2
Standar Perencanaan.............................................................................9
2.2
Klasifikasi Jalan...........................................................................................9
2.3
Parameter Perencanaan..............................................................................12
2.3.3
Kendaraan Rencana............................................................................13
2.3.4
Kecepatan Rencana............................................................................14
2.3.5
Jarak Pandang.....................................................................................15
Kapasitas............................................................................................19
2.3.10
Alinemen Horizontal..........................................................................21
2.3.11
Alinemen Vertical...............................................................................27
Perhitungan Awal.......................................................................................31
3.1.1
3.1.2
3.1.3
Klasifikasi Medan...............................................................................34
3.1.4
3.1.6
Kelandaian Maksimum.......................................................................37
3.1.7
Panjang Kritis.....................................................................................38
3.2
3.2.1
Perencanaan Tikungan........................................................................38
3.2.2
Stationing............................................................................................50
3.2.3
Diagram Superelevasi.........................................................................51
3.3
3.3.1
3.3.2
Lengkung Vertikal..............................................................................53
3.3.3
3.3.4
3.3.5
BAB IV PENUTUP..................................................................................................65
4.1
KESIMPULAN..........................................................................................65
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari Perencanaan
jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga
dapat memenuhi fungsi dasar dari .=an yaitu memberikan pela yanan
yang optimum pada arus lalu lintas.
Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah nenghasilkan infra
struktur
yang
aman,
efisiensi
pelayanan
arus
lalu
lintas
dan
Mengkoordinasikan
perencanaan
alinemen
BAB II
DASAR TEORI
2.1Geometrik Jalan
2.1.1 Umum
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan dari suatu ruas jalan
secara lengkap,
meliputi
beberapa
elemen
kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survey lapangan
dan telah dianalisis dengan suatu standar perencanaan
Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan kondisi
geometrik jalan yang mampu memberikan pelayanan
optimum. Disamping itu fungsi dari perencanaan ini adalah berkaitan dengan
keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas bagi pemakai jalan
perencanaan
Perencanaan
Geometrik
Jalan
Antar
Direktorat Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No. 038 T/BM/1997
Kelas
I
II
III A
III A
Jenis Medan
Notasi
.
1.
Datar
D
<3
2.
Perbukitan
B
3 25
3.
Pegunungan
G
>25
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. 1997)
4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan
Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985
adalah jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kotamadya, jalan desa,
dan jalan khusus
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang memhubungkan antar ibu kota propinsi dan jalan
strategis nasional serta jalan tol.
b. Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibu kota propinsi dan ibu kota kabupaten.
c. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan serta jalan
umum dalam jaringan jalan sekunder dalam suatu wilayah kabupaten.
d. Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
fungsinya menghubungkan pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan
dengan persil serta antar permungkiman dalam kota
e. Jalan desa adalah jalan umum yang berfungsi menghubungkan wilayah
pemungkiman dalam desa.
f. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
sebagai
acuan
dalam
Tonjolan (cm)
Kendara
an
Kecil
Sedang
Besar
Ting
Leb
Panjan
Depa
Belaka
gi
ar
ng
130
210
560
90
150
410
260
1210
210
240
410
260
2100
130
90
Putar
(cm)
Mi Ma
n
42
0
74
0
29
Tonjola
n (cm)
x
730
128
0
140
750
1410
1370
0
0
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Luar Kota No.
038/TBM/1997)
Kendaraan rencana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik
jalan ditentuan oelh fungsi dan jenis kendaraan yang dominan yang memakai jalan
tersebut. Pertimbangan biaya tentu ikut menentukan kendaraan recana yang dipilih
sebagai kriteria perencanaan (Shirley, 2000)
038/TBM/1997)
2.3.5
Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari
bahaya tersebut dengan aman. Diedakan dua jarak pandang, yaitu Jarak Padang
Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd)
VR
3,6
VR 2
3.6
2 gf
( )
T+
Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g
= Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f
= Koefisien gesekan memanjang perkerasan jalan aspal,
ditetapkan 0,35-0,55
Persamaan diatas disederhanakan menjadi
JBhB = 0,694 VBRB + 0,004
VR
F
Tabel dibawah ini, berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan diatas
dengan pembulatan-pembulatan untuk berbagai VR
Tabel 2.4 Jarak Pandang Henti (JH) minimum
Vr, km/jam
Jh minimum
120
250
100
175
80
120
60
75
50
55
40
40
30
27
20
16
(m)
dengan
aman
sampai
= d1+d2+d3+d4
= 0,278fi(V m +
a .t 1
)
2
d2
= 0,278 V t2
d3 = 30 s/d 100 m
d4 = 2/3 d2
Dimana :
t1 = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan yang
sesuai dengan persamaan t1 2.12+0.026V.
= waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur kanan
t2
yang
besarnya
tergantung
pada kecepatan
korelasi
dengan
= 2.052+0.0036V
Jarak pandang menyiap ini hanya perlu dilihat dari pada jalan 2/2 UD.
Besarnya jarak pandangan menyiap berdasarkan kecepatan rencana ditunjukan pada
Tabe; 2.5
Tabel 2.5 Standar Jarak Pandangan Menyiap Untuk Desain
VR, km/jam
Jh minimum
120
800
100
670
80
550
60
350
50
250
40
200
30
150
20
100
(m)
Daerah mendahului harus disebar disepanjang jalan dengan jumlah
panjang minimum 30% dari panjang total ruas jalan tersebut
Jenis Kendaraan
.
1.
Kelas
smp
Ruas
Kendaraan Ringan
LV
1,00
Sedan/Jeep
Oplet
Mikrobus
Pick-up
2.
Kendaraan Berat
HV
1,20
Bus Standar
Truk Sedang
Truk Berat
3.
Sepeda Motor
MC
0,25
4.
Kendaraan Tak Bermotor UM
0,80
Becak
Sepeda
Gerobak, dll
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)
Simpang
1,00
1,30
0,40
1,00
Nilai smp
Sepeda
0,5
Mobil Penumpang/Sepeda Motor
1,0
Truk Ringan (< 5 ton)
2,0
Truk Sedang (> 5 ton)
2,5
Truk Berat (> 10 ton)
3,0
Bus
3,0
Kendaraan Tak Bermotor
0,8
(Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, 1970)
Jenis Kendaraan
Datar/Perbukitan
Pegunungan
.
1.
2.
3.
1,0
1,2 2,4
1,2 5,0
1,0
1,9 3,5
2,2 6,0
2.3.9 Kapasitas
Kapasitas didefinisikan sebagai banyaknya jumlah kendaraan maksimum
yang dapat melintasi ruas jalan, selama periode waktu tertentu, dalam
kondisi jalan dan lalu lintas yang ada. Kapasitas didapat dari harga besaran
kapasitas ideal yang direduksi oelh factor-faktor lalu lintas dan jalan
Kapasitas tidak dapat diketahui dengan menggunakan rumus yang
sederhana. Yang penting dalam penilaian kapasitas jalan adalah pemahaman
akan berbagai kondisi yang berlaku
a. Kondisi Ideal
Kondisi ideal adalah suatu kondisi pada salah satu ruas jalan yang
merupakan kondisi yang layak untuk ruas jalan tersebut. Apabila
pada salah satu ruas jalan mengalami kemacetan akibat dari volume
kendaraan yang berlebihan pada ruas jalan tersebut, maka pada ruas
jalan tersebut sudah tidak layak lagi digunakan dan cara
menanggulanginya dapat dilakukan dengan menambah kapasitas
dengan cara menambah lajur atau mengalihkan arus lalu lintas agar
dicapai kondisi ideal pada ruas jalan tersebut.
b. Kondisi Jalan
Kondisi jalan juga mempengaruhi kapasitas pada ruas jalan, dengan
kondisi jalan yang tidak ada hambatan maka pada ruas jalan tersebut
tidak adanya kemacetan, tundaan dan hambatan samping. Pada ruas
jalan yang memiliki klasifikasi kelas jalan dan juga kondisi jalan
yang harus memenuhi kriteria untuk klasifikasi kelas jalan tersebut.
Adapun kondisi jalan yang mempengaruhi kapasitas pada salah satu
ruas jalan adalah :
- Lebar jalur ruas jalan
- Lebar bahu jalan
dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus
harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR)
Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel :
2.3.10.2
Tikungan
a. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang ditikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada
saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi
maksimum ditetapkan 10%
b. Jari-jari tikungan
Jari-jari tikunhgan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut :
2
Rmin =
VR
127 (e max + f )
Dimana :
Rmin = Jari0jari tikungan minimum (m)
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
emax = Superelevasi maksimum (%)
f
= Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14 0,24
120
100
80
60
50
40
30
20
minimum, Rmin
600
370
210
110
80
50
30
15
(m)
c. Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian
lengkung jalan berjari-jari tetap. R berfungsi mengantisipasi perubahan
alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) samapai bagian
lengkung jalan berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifual yang bekerja
pada kendaraan saat berjalan ditikungan berubah secara berangsur-angsur,
baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan
tikungan. Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral
(clothoid). Dalam tata cara ini digunakan dalam bentuk spiral
Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan bahwa :
- Lama waktu perjalanan dilengkung peralihan perlu dibatasi untuk
menghindarkan kesan perubahan alinemen yang mendadak, ditetapkan
-
= 0,035 m/m/detik
max
= 0,025 m/m/detik
max
Ls ditentukan dari 3 rumsu dibawah ini dan diambil niali yang paling
besar
Berdasarkan waktu tempuh maksimal dilengkung peralihan
Ls =
VR
3,6
Dimana :
T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
V R3
RC
Ls = 0,022
2,727
V Re
C
Ls =
e
( men )V R
3,6 r e
Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
em = Superelevasi minimum
en = Superelevasi normal
re = Tingkat pencapaian perubahan kemirigan melintang jalan (m/m/detik)
-
2
L
Superelevasi, e (%)
4
6
8
L L L Le L Le
10
L Le
0
1
0
2
5
2
5
3
5
2
5
1
5
3
0
2
0
3
0
2
5
2
0
3
0
2
5
4
5
3
0
3
5
5
5
4
0
6
0
4
0
3
5
6
0
4
0
7
5
5
0
3
0
6
0
4
0
8
0
5
5
4
5
7
5
5
0
8
5
6
0
4
5
8
0
5
5
9
25
30
40
45
70
80
2
5
3
0
3
5
4
0
6
5
7
30
40
50
55
90
10
0
8
0
11
10
0
9
0
12
0
7
0
11
0
9
0
13
90
3
5
4
0
5
0
6
0
9
40
50
60
70
12
0
1
0
13
0
14
0
1
1
0
5
-
120
100
80
60
50
40
30
20
25000
1500
900
500
350
250
130
60
(km.jam
)
Rmin
-
Ls2
24 R e
Dimana :
Ls = Panjang lengkung peralihan (m)
R
(m)
700
1250
2000
5000
d. Pencapaian Superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal
pada bagian jalan yang lurus sampai kekemiringan penuh (superelevasi)
pada bagian lengkung
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear,
diawali dari bentuk normal yang berbentuk () sampai awal lengkung
peralihan (TS) yang berbentuk () pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan
sampai superelevasi penuh yang berbentuk (), pada akhir bagian lengkung
peralihan (SC)
Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear
diawali dari bagian lurus sepanjang 213 Ls sampai dengan linkaran penuh
sepanjang 113 bagian panjang Ls
Pada tikungan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada
bagian spiral
2.3.10.3
Bentuk Lengkung Horizontal
A. Lengkung busur lingkaran sederhana ( Full Circle )
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung tanpa adanya
peralihan. Yang dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2 lingkaran pada
lengkung tersebut
B. Lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan ( Spiral Circle - Spiral )
2.3.10.4
2.3.10.5
konsistensi geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas ditikungan sama
dengan di bagian lurus. Pelebaran jalan ditikungan mempertimbangkan :
- Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada
-
lajurnya
Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan
melakukan gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran
ditikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana
rencana
Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 m dapat diabaikan
Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
120
110
100
80
60
50
40
< 40
(km/jam)
Kelandaia
10
10
n
Maksimal
(%)
Panjang lritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan
agar kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh Vr. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel
Table Panjang Kritis (m)
Kecepatan Kelandaian (%)
pada awal
tanjakan
(km/jam)
80
60
2.3.11.2
4
630
320
5
460
210
6
360
160
7
270
120
8
230
110
9
230
90
10
200
80
Lengkung Vertical
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cembung, panjangnya dietapkan dengan rumus
AS
405
Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cekung, panjangnya ditetapkan dengan rumus
L =2.S405
A
=A. Y
S2
405
Dimana :
L
A
J
h
Y
Perbedaan Kelamdaian
Panjang Lengkung
(km/jam)
Memanjang (%)
1
0,6
(m)
<40
40 60
20 30
40 80
0,4
80 150
BAB III
PERENCANAAN JALAN
3.1Perhitungan Awal
3.1.1 Penentuan Trase Alinemen Horizontal
Trase jalan dobuat dengan menghubungkan titik-titik acuan pada peta.
Dalam pembuatan trase diusahakan agar jalan cukup landai untuk meminimalisir
tanjakan. Pertimbangan lainnya yaitu bahwa titik pada tikungan berada didaerah
yang relative datar. Trase jalan digambarkan langsung pada peta yang diberikan
Y
9273493
9273535
9273560
9273595
9273612
B-c
= ArcTg (
X B X A
Y B Y A
= ArcTg (
701841701851
92735359273493 )
=132332.99
= 3463627.01
X c X B
= ArcTg ( Y C Y B
= ArcTg (
c-d
701820701841
92735609273535
=40148.93
= 3195811.07
X D X C
= ArcTg ( Y D Y C
= ArcTg (
701830701820
92735959273560
= 175643.43
X E X D
= ArcTg ( Y E Y D
d-e
= ArcTg (
701778701830
92736129273595
=715346.45
= 288613.55
(701841701851)2+(92735359273493)2
(701820701841)2 +(92735609273535)2
=
=
(X X ) +(Y Y )
(701830701820) +(92735959273560)
2
= 32 dam = 320 m
dDE
(X
X D )2 +(Y E Y D )2
(701778701830)2 +(92736129273595)2
Jenis Medan
.
1
2
3
Kemiringan
Notasi
Datar
Perbukitan
Pegunungan
Medan (%)
<3
3 25
>25
D
B
G
Kelandaian
ab
= Row
Dimana :
A
= Elevasi kanan/kiri tertinggi
B
= Elevasi kanan/kiri terendah
Ro = Daerah Milik Jalan
w
Direncanakan daerah jalan kolektor dengan Row = 15 m, maka didapat :
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Kelandaian
No
STA
Elevasi
Kiri
Kelandaian
Kanan
1 0+0
188.6
188.2
2.67
2 0 + 100
188.5
188.1
2.67
3 0 + 200
188.4
187.7
4.67
4 0 + 300
188.2
187.2
6.67
187.7
186.9
5.33
6 0 + 500
187.5
186.8
4.67
7 0 + 600
186.4
186.3
0.67
8 0+ 700
186.8
186.5
2.00
9 0 + 800
186.9
186.6
2.00
10 0 + 900
187.5
187.3
1.33
11 1+ 00
187.9
187.3
4.00
12 1+100
188.5
187.9
4.00
13 1+200
188.5
187.7
5.33
14 1+300
188.4
187.6
5.33
15 1+400
188.3
187.6
4.67
16 1+500
188.3
187.6
4.67
17 1+600
188.2
187.5
4.67
Rata rata
3.84
Max
6.67
Min
0.67
Dari hasil perhitungan, didapat bahwa nilai rata-rata ialah 3.84 Sehingga
jenis medan pada daerah ini termasuk medan perbukitan .
Kelas
I
II
III A
III A
III B
120
100
80
60
50
40
30
20
175
120
75
55
40
27
16
120
800
100
670
80
550
60
350
50
250
40
200
30
150
20
100
120
3
110
3
100
4
80
5
60
8
50
9
40
10
<40
10
(m)
Kelandaian maksimum untuk kecepatan rencana 60 km/jam adalah 8%
630
320
460
210
360
160
Kelandaian (%)
7
8
10
230
90
200
80
tanjakan
(km/jam)
80
60
270
120
230
110
3.2
= 60 km/jam
= 8%
enormal
= 2%
=2x3m
= -0,00065V + 0,192
= -0,00065(60) + 0,192
= 0,153
181913,53(emax +f max )
=
Vr 2
=
181913,53(0,08+0,153)
602
= 11,77
Rmi
n
Vr 2
127 (e max + f max )
60
127 (0,08+0,153)
= 121,658 m
1. SS
Tikungan 1 direncanakan menggunakan SS (Spiral-Sipiral)
Diketahui :
1
= 283815.94
Vr
Rmin
Digunakan R
Ls
= 60 km/jam
= 121,658 m
= 130 m
= 50 m
= 7,9%
Yc
= 1
= 283815.94
= 14197.97
2
Ls
= 6. R
50
6 . 130
= 3,205 m
Xc
= Ls (1 -
Ls2
40 . R 2
= 50 (1 -
50 2
40 .130 2
= 49,7 81m
2
Ls
= Ls - 40 . R 2
R sin s
50 2
2
40 .130
= 50 -
130 sin
14197.97
= 17.84 m
Ls 2
= 6 . R R( 1 cos s )
2
50
6 . 130
130(1
cos14197.97)
= - 0.833
Ts
= ( R + p ) tan
+k
Es
17.84
= 147,63 m
( R+ p)
= cos R
2
=
(130+(0.833))
cos 14 19 7.97
130
= 3.3 m
Ltot = 2Ls
= 2 . 50
= 100 m
-
= 60 km/jam
= 130m
=2
= 0,8 (Kebebasan Samping)
= 2,1 m (Lebar lintas kendaraan kecil pada jalan lurus)
= 3,4 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan
sedang)
= 0,9 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan kecil)
Secara Analitis :
B = n(b + c) + (n-1)Td + Z
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
N = Jumlah lajur lintasan (2)
B = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
C = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Perhitungan
b
R 2 p2
2
2
= 130 - 130 3,4
=R-
= 0,044 m
= b + b
= 2,1 + 0,044
= 2,144 m
Td = R 2+ A (2 P+ A )
b
= 0,027 m
Z
-R
= 0,105
Vr
Rr
= 0,105
60
130
- 130
= 0,024 m
= n(b + c) + (n-1)Td + Z
= 2(2,144 + 0,8) + (2-1) 0,027 + 0,024
= 5.939m = 6 m
Hasil Perhitungan
Tikungan PI-B, menggunakan tipe S-S dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
1
Vr
R
Ls
e
= 283815.94
= 60 km/jam
= 130 m
= 50 m
= 7.9%
s
Yc
Xc
k
p
= 14197.97
= 3,205 m
= 49,781m
= 17.84 m
= - 0.833m
Ts
Es
L
= 147,63 m
= 3.3 m
= 100 m
SS
2. Scs
Tikungan 3 direncanakan menggunakan SCS (Spiral-Circle-Sipiral)
Diketahui :
3
= 580832.36
Vr
Rmin
Digunakan R
= 60 km/jam
= 121,658 m
= 286 m
= 50 m
= 5.7%
Perhitungan s, c dan Lc
s
90
Ls
Rr
90
50
286
=5
= 3 (2 . s)
= 580832.36 (2 . 5)
= 48.14 m
c. .R
=
180
c
Lc
48.14 . . 286
180
= 240.29 m
Syarat tikungan S-C-S
Lc
> 20
240.29
> 20
Maka tikungan S-C-S dapat dipakai
Xs
Ys
Ls2
40 . R 2
= 50 ( 1 -
50 2
40 .286 2
= 49.962 m
2
Ls
= 6. R
=
502
6 . 286
= 1,46 m
= Ys (R(1 cos s))
= 1,46 (286(1 cos 5))
= 0,372
Ls2
= Ls ( 40 . R 2 ) (R sin s)
50
= 50 ( 40 .286 2 ) (286 sin 5)
= 25.07
= (R + P) . tan 3 + K
58 08 32.36
= (286 + 0,372) tan
2
Ts
25.07
= 184.27 m
=(
R+P
1
cos 3
2
=(
286+ 0,372
58 08 32.36
cos
2
Es
)R
) 286
= 41.637 m
Ltot = Lc + (2 . Ls)
= 240.29 + (2 . 50)
= 340,29 m
2Tt
> Ltot
405,186 > 340,29
(Tikungan S-C-S dapat digunakan)
-
= 60 km/jam
= 286 m
=2
= 0,8 (Kebebasan Samping)
= 2,1 m (Lebar lintas kendaraan kecil pada jalan lurus)
= 3,4 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan
sedang)
= 0,9 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan kecil)
Secara Analitis :
B = n(b + c) + (n-1)Td + Z
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
Haryati Lenggangsari K. (2411131097)Page 41
Perhitungan
b
R 2 p2
2
2
= 286 - 286 3,4
=R-
= 0,02 m
= b + b
= 2,1 + 0,02
= 2,12 m
Td = R 2+ A (2 P+ A )
b
- Rr
- 286
= 0,012 m
Vr
= 0,105 R
= 0,105
60
286
= 0,022 m
= n(b + c) + (n-1)Td + Z
= 2(2,12 + 0,8) + (2-1)0,012 + 0,022
= 5,87 m
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3 = 6 m
B
TernyataB < W
5,87 < 6
5,87 - 6 = 0,13 m
Karena B < W, maka tidak diperlukan pelebaran perkerasan pada
-
= 580832.36
= 60 km/jam
= 286 m
= 50 m
= 5.7%
s
c
Lc
Xs
Ys
=5
= 48.14 m
= 240.29 m
= 49.962 m
= 1,46 m
p
k
Ts
Es
Ltot
= 0,372m
= 25.07m
= 184.27 m
= 41.637 m
= 340,29 m
R = 286 m
Lc = 240,29 m
SCS
3. Fc
Tikungan 2 direncanakan menggunakan FC (Full-Circle)
Diketahui :
2
= 895029.88
Vr
Rmin
Digunakan R
Ls
E
= 60 km/jam
= 75,857 m
= 409 m
= 50m
= 4,5%
89 50 29.88 . 2 . 409
360
= 641.325 m
Syarat Tikungan FC
1) Lt = Lc = 641.325 m
2) 2Tc > Lc
815.74 > 641.325 ( Tikungan Full Circle Dapat Digunakan )
Perhitungan Pelebaran Perkerasan di Tikungan
Data data :
Jalan rencana kelas III A (kolektor) dengan muatan sumbu terberat 8 ton
sehingga direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah
kendaraan Kecil
Vr
R
N
C
B
P
= 60 km/jam
= 409 m
=2
= 0,8 (Kebebasan Samping)
= 2,1 m (Lebar lintas kendaraan kecil pada jalan lurus)
= 3,4 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan
sedang)
= 0,9 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan kecil)
Secara Analitis :
B = n(b + c) + (n-1)Td + Z
Dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
N = Jumlah lajur lintasan (2)
B = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
C = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Perhitungan
b
R 2 p2
2
2
= 409 - 409 3,4
=R-
= 0,014 m
= b + b
= 2,1 + 0,014
= 2,114 m
Td = R 2+ A (2 P+ A )
b
=
Z
-R
- 409
= 0,008 m
Vr
= 0,105 R
= 0,105
60
409
= 0,015 m
= n(b + c) + (n-1)Td + Z
= 2(2,114 + 0,8) + (2-1)0,08 + 0,015
= 5,923 m
Hasil Perhitungan
Tikungan PI-2, menggunakan tipe FC dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
2
Vr
R
Ls
e
= 895029.88
= 60 km/jam
= 409 m
= 50 m
= 4,5%
Tc
Lc
Ec
= 407,87 m
= 641.325 m
= 168.61 m
FC
3.2.2 Stationing
Stationing ini dilakukan setelah perhitungan dan penggambaran tikungan
selesai. Stationing dilakukan dengan memberikan tanda setiap 100 m sepanjang
garis jalan pada alinemen horizontal dengan STA awal +0,000. Titik-titik penting
juga perlu untuk diberikan stasioningnya, seperti titik Ts, puncak tikungan dan titiktitik lain yang perlu dianggap
Tabel Perhitungan Stationing SS
Titik
Sta. A
Sta. Ts B
Sta. St B
Perhitungan
Sta. A + dA-B TsB
0,000 + 432 147,63
Sta. Ts B + Ls B + Ls C
284.37+ 50 + 50
STA
0 + 0,000
0 + 284.37
0 + 384,37
Perhitungan
Sta. St B + dBC St B TsC
668.74 + 330 384,37 184.27
STA
0 + 430.1
Sta. St C
Sta Ts C + Ls + LcC + Ls
1098.84 + 50 + 240.29 + 50
0 + 958.55
Perhitungan
Sta. Tc D
0 + 342.23
Sta. Ct D
Sta Tc D + Ls + LcD + LS
342.23+ 50+ 641.325 + 50
1+ 83,55
Sta. E
Sta Ct D + dDE
1083,55+ 548
1 + 631.55
STA
= 60 km/jam
= 8%
= 2%
Tikungan
SS
SCS
FC
Superelevasi
(%)
7.9
5.7
4.5
2%
0%
2%
7,9%
(kanan)
Ls = 50 m
Ls = 50 m
SS
Pot A
Pot B
Pot C
Pot D
0%
2%
5,7%
(kanan)
Ls = 50 m
Lc = 240,29 m
Ls = 50 m
SCS`
Pot A
Pot C
Pot B
Pot D
0%
2%
4,5%
(kanan)
Ls = 50 m
Lc = 641,325 m
Ls = 50 m
FC
Pot A
Pot C
Pot B
Pot D
STA
1
0+0
0 + 100
0 + 200
0 + 300
0 + 400
0 + 500
0 + 600
0+ 700
0 + 800
0 + 900
1+ 00
1+100
13
1+200
187.2
187
186.7
186.4
186.1
185.9
185.6
185.6
186.4
187.9
187.3
187.2
14
15
16
17
1+300
1+400
1+500
1+600
187.1
187
186.9
186.9
g2
El . AEl . PI 1
L
187,5186,3
432
x 100
x 100
= 0,27 %
El . PI 1El . PI 2
=
L
=
186.3185,7
330
x 100
x 100
= 0,18 %
A
= g1 g2
= 0,27 0,18
= 0,09 %
60 2 0,9
360
=9m
Diambil Lv terbesar, yaitu = 50 m
A Lv
Ev
= 800
=
Y
0,09 50
800
= 0,015m
A X2
= 800 Lv
=
2
1
0,09( 50)
4
800 50
= 0,00093m
Stationing Lengkung Vertikal PVI1
Sta A
= Sta PVI1 Lv
= (0 + 432) ( 50)
= 407 m
Sta B = Sta PVI1 Lv
= (0 + 432) ( 50 )
= 419.5 m
Sta C = Sta PVI1
= 0 + 432
= 432 m
Sta D = Sta PVI1 + Lv
= (0 + 432) + ( 50 )
= 419.5 m
Sta E = Sta PVI1 + Lv
= (0 + 432) + ( 50 )
= 407 m
Elevasi Lengkung Vertikal
Elevasi a
= Elevasi PVI1 + ( Lv g1 )
Elevasi b
Elevasi c
Elevasi d
Elevasi e
= 186,3 + ( 50 x 0,27% )
= 186,367 m
= Elevasi PVI1 + ( Lv g1 ) + y
= 186,3 + ( 50 x 0,27% ) + 0,00093
= 186,335 m
= Elevasi PVI2 + Ev
= 186,3 + 0,015
= 186, 315 m
= Elevasi PVI1 + ( Lv g2 ) + y
= 186,3 + ( 50 x 0,18% ) + 0,00093
= 186,323 m
= Elevasi PVI1 + ( Lv g2 ) + y
= 186,3 + ( 50 x 0,65% ) + 0,00093
= 186,346 m
El . PI 1El . PI 2
L
186,3185,7
330
x 100
x 100
= 0,18 %
El . PI 2El . PI 3
L
185,7187,2
320
x 100
x 100
= -0,47 %
= g2 g1
= -0,47 0,18
= 0,65 %
Syarat keluasan bentuk
Lv
= 0,6 V
= 0,6 60
= 36 m
A
Syarat drainase
Lv
= 40 A
= 40 x 0,65
= 26 m
Syarat kenyamanan
Lv
=Vt
= 60 km/jam x 3 detik
= 50 m
Pengurangan goncangan
Lv
V2 A
= 360
=
50 2 0,229
360
= 1,59 m
Diambil Lv terbesar, yaitu = 50 m
Ev
A Lv
800
0,65 x 50
800
= 0,04 m
2
AX
= 800 Lv
=
2
1
0,65( 50)
4
800 x 50
= 0,0025 m
Stationing Lengkung Vertikal PVI2
= Sta PVI2 Lv
= (0 + 330) ( 50 )
= 305 m
Sta B
= Sta PVI2 Lv
= (0 + 330) ( 50 )
= 317.5 m
= Sta PVI1
= 0 + 330
= 330 m
= Sta PVI2 + Lv
= (0 + 330) + ( 50 )
= 317,5 m
= Sta PVI2 + Lv
= (0 + 330) + ( 50 )
= 309 m
Sta C
Sta D
Sta E
= Elevasi PVI2 +( Lv g1 )
= 185,7+ ( 50 x 0,18% )
= 185,746 m
= Elevasi PVI2 +( Lv g1 ) +y
= 185,7 +( 50 x 0,18%)+ 0,0025
= 185,725 m
= Elevasi PVI2 +Ev
= 185,7 + 0,04
= 185.74 m
= Elevasi PVI2 +( Lv g2 ) + y
= 185,7 +( 50 x 0,47%)+ 0,0025
= 185,725 m
= Elevasi PVI2 + ( Lv g2 ) +y
= 185,7 + ( 50 x 0,47%)+ 0,0025
= 185,746 m
g2
El . PI 2El . PI 3
L
185.7187.2
320
= -0,47 %
El . PI 3El . B
=
L
=
187.2186.9
548
x 100
x 100
x 100
x 100
= 0,054 %
= g2 g1
= 0,054 + 0,47
= 0,524 %
60 2 x 0,524
360
= 5,24 m
Diambil Lv terbesar, yaitu = 50 m
Ev
A Lv
800
0,524 x 50
800
= 0,033 m
2
AX
= 800 Lv
=
2
1
0,524( 50)
4
800 x 42
= 0,0024 m
Sta C
Sta D
Sta E
= Sta PVI3 Lv
= (0 + 548) ( 50 )
= 523 m
= Sta PVI2 Lv
= (0 + 548) ( 50 )
= 535,5 m
= Sta PVI1
= 0 + 548
= 548 m
= Sta PVI3 + Lv
= (0 + 548) + ( 50 )
= 535,5 m
= Sta PVI3 + Lv
= Elevasi PVI3 -( Lv g1 )
= 187.2 -( 50 x 0,47% )
= 187.08 m
= Elevasi PVI3 -( Lv g1 ) - y
= 187.2 - ( 50 x 0,47%) - 0,0024
= 187.139 m
= Elevasi PVI3 - Ev
= 187.2 -0,033
= 187.17 m
= Elevasi PVI3 - ( Lv g2 ) - y
= 187.2 - ( 50 x 0,054%) - 0,0024
= 187.139 m
= Elevasi PVI3 - ( Lv g2 ) - y
= 187.2 - ( 50 x 0,054%) -0,0024
= 187,08 m
3.
4.
5
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
STA
0+0
0 + 100
0 + 200
0 + 300
0 + 400
0 + 407
0 + 419.5
0 + 432
0 + 444,5
0 + 469.5
0 + 500
0 + 600
0+ 700
0 + 737
0 + 749
0 + 762
0 + 774,5
0 + 799,5
0 + 800
0 + 900
1+0
1 + 100
1 + 200
1 + 285
1 + 297.5
1 + 310
1 + 322,5
1 + 335
1 + 400
1 + 500
1+ 600
Keterangan
186.367
186.335
186.315
186.323
186.346
Titik a
Titik b
Titik c
Titik d
Titik e
185,746
185,725
185,74
185,725
185,746
Titik a
Titik b
Titik c
Titik d
Titik e
187,08
187,139
187,17
187,139
187,08
Titik a
Titik b
Titik c
Titik d
Titik e
186,1
185,9
185,6
185,6
186,4
187,9
187,3
187.2
187
186.9
186.9
Gambar 123 Damaja, Damija dan Desawja di lingkungan Jalan Antar Kota
BAB IV
PENUTUP
4.1KESIMPULAN
Dari hasil perancangan geometrik diperoleh hasil sebagai
berikut :
1
spiral
spiral
Jenis
itu
tikungan
juga
SCS
jenis
memberikan
karena
Lengkung
lingkaran
melewati
kemungkinan
sehingga
tikungan,
pengambilan
jalur
Koordinasi
dan
alinemen
alinemen
horizontal
vertikal
dibuat
lebih
melingkupi
panjang
alinemen
dan
vertikal.
arti
memudahkan