PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan adalah jalur infrastruktur utama yang menjadi suatu penghubung dan
juga berperan penting dalam mobilitas manusia antara daerah yang satu dengan
yang lain dalam sistem pelayanan masyarakat. Mengingat fungsinya sebagai pilar
yang menentukaan kelancaran arus barang, jasa, manusia, uang dan informasi dari
suatu zona ke zona yang lainnya. Jalan juga berperan dalam memperlancar
pertumbuhan perekonomian sebuah bangsa, pemerataan perekonomian,
kelancaran lalu lintas, dan sebagainya. Adanya infrastruktur jalan juga memiliki
fungsi sebagai penghubung, keamanan sebuah bangsa dapat lebih merata,
pertukaran budaya antar daerah dan mempercepat aktifitas masyarakat di
wilayahnya.
Infrastruktur jalan menetralisir pergerakan barang dan jasa antar daerah antar
kota dan kampung-kampung sehingga memicu pengembangan yang terjadi pada
suatu wilayah. Sehingga apabila terjadi penurunan tingkat pelayanan dan
kapasitas jalan, akan sangat mempengaruhi kelancaran pergerakan ekonomi dan
menyebabkan biaya sosial yang tinggi kepada pemakai jalan. Oleh karena itu,
konstruksi perkerasan dan geometrik jalan harus dipertahankan agar berada dalam
kondisi stabil, baik, kuat dalam menahan beban lalu lintas dan cukup aman, serta
berfungsi baik dalam menjaga keselamatan penggunanya. Selain itu, lebar jalan
dan tikungan harus dibuat berdasarkan persyaratan teknis geometrik jalan raya,
baik alinyemen horisontal serta tebal perkerasan itu sendiri, dan juga lajur lalu
lintas harus dijamin kebebasan ruangnya agar pergerakan lalu lintas lancar, dan
memenuhi standar keamanan sehingga kendaraan yang melewati jalan tersebut
dengan beban dan kecepatan rencana tertentu dapat melaluinya dengan aman dan
nyaman.
1
Alor kecil merupakan salah satu desa dipinggir pantai yang memiliki pantai
yang indah di Kabupaten Alor. Selain memiliki budaya yang kuat Desa Alor
Kecil memiliki potensi taman laut yang sangat bagus dan merupakan salah satu
tempat wisata bagi masyarakat dari perkotaan. Desa Alor Kecil yang pada
dasarnya terbentuk dari Pemerintahan Adat yang kemudian berdasarkan
keputusan Menteri Dalam Negeri N0 03 Tahun 1981 dikukuhkan menjadi Desa
Alor Kecil dengan luas wilayah 132 Ha. Jumlah penduduk 1685 Jiwa yang terdiri
dari Laki-laki 841 jiwa dan dibawah koordinasi Pemerintah Kecamatan Alor
Barat Laut.
Ruas jalanKalabahi – Alor Kecil merupakan jaringan jalan kolektor primer
yang merupakan akses penghubung bagi masyarakat dan pelajar yang hendak
pergi ke pusat kota Kalabahi Kabupaten Alor untuk bersekolah dan melakukan
aktivitas lainnya demi menunjang kehidupan. Status ruas jalan adalah jalan
provinsi dengan jalan kelas IIIa. Dengan ciri-ciri pelayanan angkutan perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang yakni 40 s/d 60 km/jam (PP 34 Tahun
2006 Pasal 14). Dengan lebar badan jalan 4 meter, bahu jalan tidak diperkeras,
tanpa trotoar.
Seiring dengan perkembangan wilayah yang terjadi, ruas jalan Kalabahi –
Alor Kecil yang awalnya hanya terdapat permukiman penduduk kini sudah
terdapat fasilitas negara seperti Depot Pertamina, Pelabuhan, dan Pasar Rakyat.
Hal ini menyebabkan intensitas kendaraan yang melewati ruas jalan ini juga
meningkat dengan faktor pertumbuhan lalu lintas 3,50%/tahun, Walaupun
demikian ruas jalan tersebut termasuk lokasi yang memiliki akses jalan yang
buruk, dan sudah tidak nyaman saat dilewati. Dari pengamatan visual ruas jalan
tersebut mengalami penurunan kondisi layan dengan adanya kerusakan
permukaan seperti, lubang, pelepasan berbutir, retak kulit buaya, amblas, dimana
mengakibatkan intensitas pengguna jalan yang menggunakan kendaraan, menjadi
sulit untuk dilewati dan waktu tempuh perjalanan semakin lama padahal jalan ini
merupakan penghubung tercepat ke daerah perkotaan. Lalu lintas yang tidak
sesuai prediksi, beban lalu lintas yang melampaui batas, kondisi tanah dasar yang
2
buruk, faktor lingkungan serta pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
perencanaan.Terdapat berbagai jenis kerusakaan yang dapat terjadi pada
perkerasan lentur oleh sebab itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui kondisi
permukaan jalan dengan melakukan pengamatan secara visual.
Besarnya volume kendaraan pada ruas Jalan Kalabahi – Alor Kecil khususnya
pada penggunaan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil penumpang
berdampak sangat besar pada kinerja ruas jalan tersebut, hal ini menyebabkan
rendahnya tingkat pelayanan dan kinerja ruas. Kondisi eksisting pada ruas jalan
ini tidak akan mampu menampung volume lalu lintas seiring meningkatnya
pertumbuhan kendaraan pribadi. Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan
analisis kinerja ruas Jalan Kalabahi – Alor Kecil guna mengetahui tingkat
pelayanan ruas jalan Sehingga, dapat mengatasi permasalahan transportasi di ruas
jalan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis mengajukan skripsi
dengan judul “Analisa Kapasitas dan Kinerja Konstruksi Perkerasan
Eksisting Terhadap Perubahan Fungsi Wilayah Pada Ruas Jalan Kalabahi –
Alor Kecil”.
3
b. Mengetahui kebutuhan konstruksi perkerasan ruas Kalabahi – Alor kecil
agar dapat mengembalikan fungsi layan dan kinerja perkerasan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Dapat memberikan data real fungsi layan dan kinerja ruas jalan Kalabahi
– Alor Kecil kepada Pemda setempat.
b. Memperoleh bekal pengetahuan dalam mendesain konstruksi perkerasan
jalan
c. Menambah wawasan dibidang konstruksi jalan.
d. Sebagai bahan reverensi literatur bagi pembaca yang berkecimpung
dibidang jalan.
e. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Politeknik Negeri Kupang
khususnya jurusan Teknik Sipil Program Studi Perancangan Jalan dan
Jembatan.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah di penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memperjelas
permasalahan agar dapat memenuhi tujuan penelitian serta dapat
mempermudah analisis. Adapun batasan masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada ruas jalan Kalabahi – Alor Kecil dangan
panjang jalan yang ditinjau 11 km dari Km. 2 Depot Pertamina Kenarilang
– Km. 11 Pasar Alor Kecil
2. Tidak menghitung biaya konstruksi
3. Kondisi geometrik jalan yang ditinjau hanya meliputi lebar jalan dan lebar
bahu jalan
4. Survei yang dilakukan meliputi :
a. Survei kondisi lapis permukaan dengan MENGGUNAKAN METODE
Bina Marga
b. Survei inventaris jalan dengaan mengacu pada petunjuk Tata Cara
Pelaksanaan Survei Inventarisasi Jalan Kota, No: 016/T/BNKT/1990
5. Desain tebal perkerasan menggunakan metode Bina Marga 2017
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
pada jalur per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Qkend),
smp/jam (Qsmp) atau Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT)”.
Bagian kendaraan-kendaraan yang diperhhitungkan dalam arus lalu lintas
adalah :
a. Kendaraan Ringan (Light Vehicle (LV))
b. Kendaraan Berat (Heavy Vehicle (HV))
c. Sepeda Motor (Motor Cycle (MC))
d. Kendaraan tak bermotor (Unmotorized (UM))
6
perkerasan lentur.
Sebelum menentukan penggunaan jenis konstruksi perkerasan yang akan
dipakai sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu perbedaan antara perkerasan
lentur dan perkerasan kaku dalam hal perbedaan respon jika terjadi repetisi
beban, penurunan tanah dasar, dan perubahan temperatur. Terdapat perbedaan
utama antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku sebagaimana diberikan
pada Tabel dibawah ini :
TABEL 2.1PERBEDAAN ANTARA PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN
KAKU
Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
2 Repitisi Beban Timbul rutting (lendutan pada Timbul retak retak pada
jalur roda) permukaan
7
e. Warna perkerasan memberikan kesan tidak silau bagi pemakai jalan
f. Dapat dilaksanakan bertahap, terutama pada kondisi biaya pembangnan
terbatas atau kurangnya data untuk perencanaan.
Menurut Sukirman (1999), Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan
perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan lapisan tersebut
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan
dibawahnya. Perkerasan sendiri menurut Sukirman, (1999) tediri dari: lapisan
permukaan (surface course) yaitu lapisan aus dan lapis antara. Lapisan
dibawahnya ialah lapisan pondasi yang terdiri dari lapisan pondasi atas (base
course) dan pondasi bawah (subbase course). Lapisan ini diletakkan di atas
tanah dasar yang dipadatkan (subgrade). Masing-masing elemen lapisan di
atas termasuk tanah dasar secara bersama-sama memikul beban lalu lintas.
Tebal struktur perkerasan dibuat sedemikian rupa sampai batas kemampuan
tanah dasar memikul beban lalu lintas, atau dapat dikatakan tebal struktur
perkerasan sangat tergantung pada kondisi atau daya dukung tanah dasar.
8
2.4. Konsep Kapasitas
Tujuan utama dari analisa kapasitas suatu jalan adalah untuk
memperkirakan jumlah lalu lintas maksimum yang mampu dilayani oleh ruas
jalan tersebut. Hal ini seperti yang telah diketahui bahwa kapasitas suatu jalan
terbatas daya tampungnya. Apabila suatu arus lalu lintas yang dioperasikan
mendekati atau menyamai kapasitas yang ada, maka hal ini akan
menimbulkan rasa sangat tidak nyaman bagi pengguna. Analisa kapasitas
sendiri merupakan suatu rangkaian prosedur yang dipakai untuk
memperkirakan kemampuan daya tampung suatu ruas jalan terhadap arus lalu
lintas dalam suatu batasan kondisi operasional tertentu. Analisa ini dapat
diterapkan pada fasilitas jalan yang sudah ada untuk tujuan
pengembangan.Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas menurut MKJI
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997 adalah sebagai berikut:
C = Co × FCw × FCSP × FCSF
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCSP = Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
2.4.1. Kapasitas Dasar (Co)
Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD), gunakan Tabel berikut:
TABEL 2.2 KAPASITAS DASAR JALAN DUA-LAJUR DUA ARAH TAK TERBAGI
Datar 3100
Bukit 3000
Gunung 2900
Sumber:MKJI1997
9
2.4.2. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu-
Lintas(FCW)
TABEL 2.3 FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT LEBAR JALUR LALU
LINTAS
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
6 0,91
7 1,00
8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
10
TABEL 2.4 FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT PEMISAH ARAH
11
2.5. Parameter Desain Tebal Lapis Konstruksi Perkerasan Lentur
Perkerasan direncanakan untuk memikul beban lalu lintas yang berada di
atasnya secara aman, nyaman, serta selama masa layannya tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut perkerasan
harus mampu mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar akibat beban
lalu lintas di atasnya, dan mampu juga mengatasi pengaruh kembang susut
dari tanah dasar. Dengan demikian akan dapat memberikan kenyamanan
kepada pengemudi selama masa pelayanan jalan tersebut. Untuk itu dalam
perencanaan perlulah dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan dari konstruksi perkerasan jalan seperti:
12
oleh karena itu untuk menjaga tingkat pelayanan sesuai dengan
perencanaan awal maka jalan perlu dilakukan perawatan rutin setiap
tahunnya. Selain perawatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya jalan
juga memerlukan perawatan berkala agar jalan dapat memberikan
pelayanannya dengan baik sesuai dengan umur rencana yang
direncanakan. Perawatan berkala yang sering kali dilakukan adalah
penambahan tebal lapis perkerasan (overlay). Overlay digunakan sebagai
pemeliharaan jalan untuk meningkatkan struktur perkerasan yang sudah
menurun. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 13 Tahun
2011, pemeliharaan jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
perbaikan danperawatan jalan yang diperlukan dan direncanakan untuk
mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi optimal melayani lalu
lintas selama umur rencana yang telah direncanakan. Terdapat beberapa
jenis perawatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan rutin yaitu pemeliharaan dan perawatan yang rutin
dilakukan pada setiap tahunnya. Pemeliharaan yang dilakukan
diantaranya perbaikan kerusakan kecil, penambalan lubang,
pemburasan, saluran samping, trotoar, bangunan pelengkap, kerusakan
tepi jalan, drainase dan bahu jalan.
b. Pemeliharaan berkala merupakan pemeliharaan yang dilakukan secara
berkala dalam kurun waktu tertentu. Perbaikan yang dilakukan
diantaranya perencanaan tebal lapis tambah (overlay), pengaluran atau
pengkasaran permukaan (regrooving), pemarkaan ulang (marking).
c. Rehabilitasi merupakan pemeliharaan yang dilakukan karena sesuatu
hal yang tidak direncanakan sebelumnya seperti karena bencana alam
tanah longsor, banjir, gempa dan bencana bencana alam lainnya.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengembalian fungsi
jalan seperti semula agar segera dapat melayani lalu lintas dengan normal.
Selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus
dilakukan seperti pelapisan nonstruktural yang berfungsi sebagai lapis aus.
13
Menurut Sukirman (1999) umur rencana untuk perkerasan lentur jalan
baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun.
Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis karena
perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan
ketelitian yang memadai (tambahan tebal perkerasan menyebabkan biaya
awal yang cukup tinggi). Menurut Tanriajeng (2002), umur rencana
perkerasan jalan merupakan jumlah tahun dari awal jalan tersebut dibuka
untuk keperluan lalu lintas hingga diperlukan perbaikan bersifat struktural
(sampai diperlukan overlay lapis perkerasan).
Umur rencana untuk perkerasan lentur umumnya diambil 10 hingga 20
tahun. Kekuatan struktural jalan akan menurun seiring bertambahnya
umur. Jika dibiarkan begitu saja tanapa adanya perbaikan maka nilai
struktural jalan akan menurun hingga batas minimalnya, dimana jalan
dianggap sudah tidak mampu melayani lalu lintas yang ada. Selama
rentang didalam umur rencana dilakukan perbaikan rutin kerusakan
nonstruktural untuk membantu jalan tetap dapat melayani lalu lintas
dengan baik. Selain perbaikan rutin perawatan berkala juga diperlukan
jika kondisi perkerasan jalan dirasa telah buruk dan tidak nyaman sebelum
umur rencana habis untuk mengembalikan kinerja pelayanan jalan
berjalan dengan baik sesuai umur rencana. Peran perbaikan rutin maupun
berkala dapat dijelaskan memalui grafik berikut
14
Gambar2.2 Grafik Nilai Hubungan Nilai Konstruksi Dengan Masa Pelayanan Jalan.
Sumber : Danu Wahyudi 2004
15
permukaannya dilaksanakan sesuai kebutuhan umur rencana tahap
pertama.
2.5.4. Volume Lalu Lintas
Jumlah kendaraan yang hendak memakai jalan dinyatakan dalam
volume lalu lintas. Menurut Sukirman (1999) volume lalu lintas
didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik
pengamatan selama satu tahun waktu. Menutrut Sumarsono (2018)
parameter yang paling penting dalam analisis struktur perkerasan adalah
data lalu lintas yang diperlukan untuk menghitung beban lalu lintas
rencana yang dipikul oleh perkerasan selama umur rencana. Beban
dihitung dari volume lalu lintas pada tahun survei selanjutnya
diproyeksikan kedepan selama umur rencana.
2.5.5. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Menurut Sukirman (1999) jumlah kendaraan yang memakai jalan
bertambah dari setiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
lalu lintas adalah perkembangan daerah, bertambahnya kesejahteraan
masyarakat, naiknya kemampuan membeli kendaraan dll. Faktor
pertumbuhan lalu lintas dinyatakan dalam persen/tahun.
16
atau langsung di lapangan. Sifat tanah dasar ini mempengaruhi ketahanan
lapisan di atasnya dan mutu jalan secara keseluruhan. Sehingga tanah
dasar memiliki peranan yang sangat penting bagi kestabilan sistem
perkerasan lentur. Untuk kondisi desain tertentu makin tinggi daya dukung
tanah dasar maka akan semakin tipis struktur perkerasan yang diperlukan.
2.5.7. Faktor Lingkungan
Menurut Kholiq (2014) pengaruh kondisi lingkungan terhadap lapisan
perkerasan jalan dan tanah dasar adalah pada sifat teknis konstruksi
perkerasaan dan sifat komponen material penyusunnya juga terhadap
pelapukan bahan material konstruksi perkerasan sehingga dapat
mempengaruhi penurunan tingkat kenyamanan perkerasan jalan tersebut.
2.5.8. Survei Inventaris Jalan
Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data teknis dan non
teknis jalan kota.Hasil survai ini dipakai sebagai salah satu data masukan
dalam menentukan jenis penanganan yang diperlukan terhadap ruas jalan
dan jembatan yang bersangkutan. Penjelasan mengenai cara melakukan
survai inventarisasi jalan kota dapat dibaca pada buku petunjuk "Tata Cara
Pelaksanaan Survai Inventarisasi Jalan dan Jembatan Kota", No:
016/T/BNKT/ 1990.
17
Survai kondisi permukaan jalan dilakukan dengan berjalan kaki
sepanjang jalan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survai adalah
sebagai berikut:
a) Kekasaran Permukaan (SurfaceTexture)
b) Lubang-lubang (Pot Holes)
c) Tambalan (Patching)
d) Retak-retak (Cracking)
e) Alur (Ruting)
f) Amblas (Depression)
Penentuan angka dan nilai untuk masing-masing keadaan dapat
dilihat pada Tabel. Dengan menjumlahkan nilai-nilai keseluruhan
keadaan maka didapatkan nilai kondisi jalan.
Urutan Prioritas dihitung dengan memakai rumus sebagai
berikut:
Urutan Prioritas = 17 - (Kelas LHR +Nilai-Kondisi
Jalan)
Kelas LHR = Kelas lalu-lintas untuk pekerjaan
Pemeliharaan (lihat Tabel 2.6)
Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan terhadap
kondisi jalan (lihat Tabel2.7)
Urutan Prioritas 0 - 3
Jalan-jalan yang terletak pada urutan prioritas ini
dimasukkan ke dalam program peningkatan.
Urutan Prioritas 4 - 6
Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke
dalam program Pemeliharaan Berkala.
Urutan Prioritas >7
Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke
18
dalam program Pemeliharaan Rutin.
0 < 20
1 20 - 50
2 50 - 200
3 200 - 500
4 500-2.000
5 2.000 - 5.000
6 5.000 - 20.000
7 20.000 - 50.000
8 > 50.000
19
TABEL 2.7 NILAI KONDISI JALAN
Penilaian Kondisi
Angka Nilai
26 – 29 9
22 – 25 8
19 - 21 7
16 – 18 6
13 – 15 5
10 – 12 4
7–9 3
4–6 2
0–3 1
Retak-retak
Tipe Angka
E. Buaya 5
D. Acak 4
C. Melintang 3
B. Memanjang 1
A. Tidak Ada 1
Lebar Angka
D. > 2 mm 3
C. 1 - 2 mm 2
B. < 1 mm 1
A. Tidak Ada 0
Jumlah Kerusakan
Luas Angka
D. > 30 % 3
C.10 - 30% 2
B.<10% 1
A. 0 0
20
Alur
Angka
Kedalaman
E. >20mm 7
D. 11 -20mm 5
C . 6 -10mm 3
B. 0 –5mm 1
A..TidakAda 0
21
2.6. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Manual Desain
Perkerasan Jalan Bina Marga 2017
Metode Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) Bina Marga 2017 adalah
salah satu metode yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga.Terdapat 2 bagian dalam metode ini, yaitu pada Bagian I menjelaskan
tentang pedoman struktur perkerasan baru dan Bagian II tentang rehabilitasi
perkerasan. Pada metode ini dijelaskan pula faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalan pemilihan struktur perkerasan. Empat tantangan
terhadap kinerja aset jalan di Indonesia telah diakomodasi dalam manual ini:
beban berlebih, temperature perkerasan tinggi, curah hujan tinggi, dan tanah
lunak.
Dalam manual ini dideskripsikan pendekatan dengan desain mekanistik,
prosedur pendukung empiris, dan solusi berdasarkan chart yang
mengakomodasi keempat tantangan tersebut secara komprehensif. Metode
Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) Bina Marga 2017 merupakan
pelengkap pedoman desain perkerasan Pd-T-2002-B untuk perkerasan lentur
dan Pd-T-14-2003 untuk perkerasan kaku, dengan penajaman pada aspek-
aspek sebagai berikut : penentuan umur rencana, penetapan minimalisasi
discounted lifecycle cost, pertimbangan keraktisan pelaksanaan konstruksi,
dan penggunaan material yang efisien. Jenis struktur perkerasan yang
diterapkan dalam desain struktur perkerasan baru terdiri atas:
Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli, susunan lapisannya
dijelaskan pada Gambar
22
2.6.1. Tanah Dasar
Berbagai parameter digunakan sebagai petunjuk mutu daya dukung tanah
dasar seperti California Bearing Ratio (CBR), Modulus Resilient (MR):
penetrometer konus dinamis (Dynamic ConePenetrometer / DCP), atau
modulus reaksi tanah dasar. Pemilihan parameter mana yang akan digunakan,
ditentukan oleh kondisi tanah dasar yang direncanakan dan metode.
a) California Bearing Ratio (CBR)
Nilai CBR adalah nilai yang empiris dari mutu tanah dasar
dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang memiliki nilai
CBR 100%. Pengujian CBR di laboratorium mengikuti SNI
1744:2012 atau AASHTO T193. Berdasarkan kondisi benda uji,
CBR dibedakan atas CBR rencana (CBR Laboratorium) dan CBR
lapangan (CBR lapangan &DynamicCone Penetrometer / DCP).
b) CBR rencana (CBR Laboratorium)
CBR rencana disebut juga CBR Laboratorium atau design CBR,
adalah pengujian CBR di mana benda uji dsiapkan dan diuji mengikuti
SNI 1744:2012 atau AASHTO T193 di laboratorium. CBR rencana
digunakan untuk menyatakan daya dukung tanah dasar, di mana saat
perencanaan lokasi tanah dasar belum disiapkan sebagai lapis tanah
dasar struktur perkerasan. Pada prinsipnya jenis CBR ini digunakan
untuk menentukan daya dukung tanah dasar pada kondisi tanah dasar
akan dipadatkan (tanah urugan/timbuanan sebagai tanah dasar untuk
perkerasan).
c) CBR lapangan (CBR lapangan &Dynamic Cone Penetrometer / DCP)
CBR lapangan dikenal juga dengan nama CBR inplace atau field CBR,
adalah pengujian CBR yang dilaksanakan langsung di lapangan di
lokasi tanah dasar rencana. Prosedur pengujian mengikuti SNI
1738:2011 atau ASTM D 4429. Namun dewasa ini, yang paling sering
digunakan dalam penentuan nilai CBR lapangan adalah dengan
motode DCP (Dynamic Cone Penetrometer).
23
d) Pengujian DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Uji DCP untuk menentukan nilai CBR titik pengamatan dibatasi untuk
tanah dasar dan atau lapis pondasi jalan dengan ukuran butir
maksimum 4 cm. Daya dukung tanah dasar yang dinyatakan dengan
nilai CBR ini adalah untuk tanah dasar sedalam maksimum 90 – 100
cm dari permukaan tanah dasar. Pengujian CBR lapangan dengan alat
DCP banyak digunakan di Indonesia sejak tahun 1980. Prinsip
pelaksanaan uji DCP adalah pemberat atau penumbuk seberat 8 – 9 kg
dijatuhkan dari ketinggian 57,5 cm melalui sebuah batang atau stang
baja berdiameter 16 mm. Ujung batang atau stang berbentuk konus
dengan luas 1,61 cm2 bersudut 30° atau 60°. Analisis data lapangan
dilakukan dengan menggunakan nilai kumulatif tumbukan untuk
mencapai kedalaman penetrasi tertentu. Korelasi nilai DCP dan CBR
adalah jika menggunakan konus 30°, maka
Penetrasi
Log10 CBR = 1,352 − 1,125 Log10 ( ) ................
Jumlah tumbukan
(2.1)
sedangkan jika menggunakan konus 60°, maka
Penetrasi
Log 10CBR = 2,8135 − 1,313 Log 10 ( ) ..............
Jumlah tumbukan
(2.2)
Nilai CBR tersebut adalah CBR per lapisan kedalaman tanah.
2.6.2. Umur Rencana
Umur rencana, adalah jumlah waktu dalam satuan tahun yang
dihitung sejak jalan tersebut muali dibuka sampai dengan saat jalan
tersebut memerlukan perbaikan dalam skala berat atau dianggap perlu
untuk diberikan pelapisan ulang pada permukaannya. Perencanaan umur
rencana perkerasan baru sesuai seperti dengan Tabel 2.8.
24
TABEL 2.8 UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN BARU (UR)
Jenis Elemen Perkerasan Umur
Perkerasan rencana
(Tahun)
Pondasi jalan 40
25
Jumla h kendaraandalam 1 ta h un
𝐿𝐻𝑅𝑇 = ............................
365
(2.3)
Jumla h kendaraanselamapengamatan
. 𝐿𝐻𝑅 = ...........................
Jumla h haripengamatan
(2.4)
26
18
TABEL 2.9 PERKIRAAN LALU LINTAS UNTUK JALAN DENGAN LALU LINTAS RENDAH
(KASUS BEBAN BERLEBIH)
Deskripsi Jalan LHRT Kend Umur Pertumbuhan Pertumbuhan Kelompok Kumulatif ESA/HVAG Lalin desain
dua Berat rencana lalu lintas lalu lintas sumbu/ HVAG (overloaded) indikatif
Akses lokal 500 8 20 3,5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106
daerah industri
atau quarry
27
2.1.1. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data-data
pertumbuhan historis atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan
lain yang berlaku, Jika tidak tersedia maka Tabel 2.10 digunakan sebagai
nilai minimum.
Tabel 2.10 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Lintas (i)
Jawa Sumatera Kalimantan Rata-rata
Indonesia
( 1+0,01 i )UR −1
R= ……………………….(2.5)
0,01 i
Dengan:
R = Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
I = Tingkat Pertumbuhan Tahunan
UR = Umur Rencana ( tahun)
2.1.2. Faktor Distribusi Lajur
Faktor distribusi lajur untuk kendaraan niaga (truk dan bus)
ditetapkan dalam Tabel 2.12. Beban desain pada setiap lajur tidak boleh
melampaui kapasitas lajur pada setiap tahun selama umur rencana.
Kapasitas lajur maksimum agar mengacu pada MKJI
28
TABEL 2.11 FAKTOR DISTRIBUSI LAJUR (DL)
Jumlah Lajur Setiap Arah Kendaraan Niaga Pada Lajur Desain
(% terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
29
dilakukan dapat mengidentifikasi jenis dan muatan kendaraan niaga, maka
dapat digunakan data VDF masing-masing kendaraan menurut Tabel 2.14.
Jenis Kendaraan
30
TA AI VDF MASING-MASING KENDARAAN NIAGA
BE Sumatera Jawa Kalimantan
L Sulawesi Bali, Nusa
2.13 Tenggara,
NIL
VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF VDF
4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5
5B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6A 0,55 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5 0,55 0,5
6B 4,5 7,4 3,4 4,6 5,3 9,2 4 5,1 4,8 8,5 3,4 4,7 4,9 9
7A1 10,1 18,4 5,4 7,4 8,2 14,4 4,7 6,4 9,9 18,3 4,1 5,3 7,2 11,4
7A2 10,5 20 4,3 5,6 10,2 19 4,3 5,6 9,6 17,7 4,2 5,4 9,4 19,1
7C1 15,9 29,5 7 9,6 11 19,8 7,4 9,7 11,7 20,4 7 10,2 13,2 25,5
7C2A 19,8 39 6,1 8,1 17,7 33 7,6 10,2 8,2 14,7 4 5,2 20,2 42
7C3 24,5 51,7 6,4 8 18,1 34,4 6,1 7,7 13,5 22,9 9,8 15 28,7 59,6
31
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2017
Bermotor
Kecuali
Sepeda
Motor
32
2.6.5. Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif (CESAL)
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle
Load (CESAL) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada
lajur desain selama umur rencana dan sesuai dengan VDF masing-masing
kendaraan niaga yang ditentukan pada persamaan 2.6, yang ditentukan sebagai
berikut :
ESATH-1 = (ΣLHRJKx VDFJK) x 365 x DD xDLxR…………..(2.6)
Dimana :
ESATH-1 : Kumulatif lintasan sumbu standar ekivalen.(equivalent standard
axle) pada tahunpertama
LHRJK :Lintas harian rata-rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan kendaraan
perhari)
VDFJk :Faktor ekivalen beban ( vehicle Damage Factor) tiap jenis
kendaraan niaga sesuai Tabel 2.14dan Tabel 2.15
DD : Faktor distribusi arah (nilainya antara 0,3 – 0,7)
DL : Faktor distribusi lajur (Tabel2.12)
R :Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif (Persamaan2.1)
Nilai CESA4 yang didapat dikalikan dengan nilai Traffic Multiplier (TM)
untuk mendapatkan nilai kumulatif akibat kelelahan lapisan aspal (CESA 5). Nilai
TM dengan kondisi beban yang berlebih di Indonesia berkisar 1.8 – 2 (Kementerian
Pekerjaan Umum, 2017).
CESA5 =TMxCESA4 ………………………(2.7)
2.6.6. Desain Struktur Perkerasan
Pemilihan jenis perkerasan akan bervariasi sesuai estimasi volume lalu
lintas, umur rencana, dan kondisi pondasi jalan, sesuai Tabel 2.15. Data lalu lintas
penting untuk menghasilkan desain perkerasan yang efektif. Data harus meliputi
semua jenis kendaraan komersial. Apabila diketahui atau diduga terdapat kesalahan
data, harus dilakukan perhitungan lalu lintas khusus sebelum perencanaan akhir
dilakukan.
Catatan :
Tingkat kesulitan:
1. Kontraktor kecil-medium
34
Selain batasan yang diberikan pada Tabel 2.15, perencana harus
mempertimbangkan biaya terendah selama umur rencana keterbatasan
dan kepraktisan pelaksanaan. Pemilihan alternatif desain berdasarkan
manual ini harus didasarkan pada discounted lifecycle terendah. Desain
perkerasan berdasarkan lalu lintas rencana dan pertimbangan terendah
ditunjukkan pada Tabel 2.16, 2.17, 2.18, 2.19. Solusi lain dapat dipilih
untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat. Namun demikian,
disarankan untuk tetap menggunakan prosedur desain pada manual ini
sebagai langkah awal untuk semua desain.
Basis dari prosedur desain perkerasan lentur dengan campuran
berasapal yang digunakan pada manual ini adalah karakteristik mekanik
material dan analisis struktur perkerasan secara mekanistik. Metode ini
menghubungkan masukan berupa beban roda, struktur perkerasan dan sifat
mekanik material, dengan keluaran berupa respons perkerasan terhadap
beban roda seperti tegangan, regangan atau lendutan.
Respons struktural tersebut digunakan untuk memprediksi kinerja
struktur perkerasan dalam hal deformasi permanen dan retak lelah. Karena
prediksi didasarkan pada kinerja material di laboratorium dan pengamatan
di lapangan, pendekatan ini disebut sebagai mekanistik empiris.
35
26
TABEL 2.16 DESAIN PERKERASAN LENTUR OPSI BIAYA MINIMUM DENGAN CTB
F1 F2 F3 F4 F5
Untuk lalu lintas di bawah 10 juta ESA5 lihat Tabel 2.10, Tabel
2.11 dan Tabel 2.12
Repetisi beban sumbu kumulatif 20 tahun >10 - 30 >30 – 50 >50 – 100 >100 – 200 >200 - 500
pada lajur rencana (106 ESA5)
AC WC 40 40 40 50 50
AC BC 60 60 60 60 60
36
26
Kumulatif beban sumbu 20 tahun pada lajur rencana (106 FF1 < 0.5 0.5 ≤ FF2 ≤ 4.0
ESA5)
HRS WC 50 30
HRS Base - 35
LFA kelas A atau LFA kelas B atau kerikil alam atau lapis 150 125
distabilisasi dengan CBR>10%
37
TABEL 2.18 DESAIN PERKERASAN LENTUR – ASPAL DENGAN LAPIS FONDASI BERBUTIR
(SEBAGAI ALTERNATIF DARI TABEL 2.16 DAN TABEL 2.17)
Struktur pe rkerasan
Repetisi beban sumbu kumulatif 20 >2 ≥2 – 4 >4 - 7 >7 - 10 >10 - 20 >20 - 30 >30 - 50 >50 - 100 >100 - 200
tahun pada lajur rencana (106 ESA5)
AC WC 40 40 40 40 40 40 40 40 40
AC BC 60 60 60 60 60 60 60 60 60
LPA kelas A 400 300 300 300 300 300 300 300 300
Catatan 1 2 3
1. Nilai FFF1 atau FFF2 harus lebih diutamakan daripada solusi FF1 dan FF2 (Tabel 2.17) atau HRS berpotensi mengalami
rutting.
2. Perkerasan dengan CTB (Tabel 2.16) lebih efektif dalam biaya tapi tidak praktis jika sumber daya yang dibutuhkan tidak
tersedia
3. Untuk perkerasan lentur dengan beba > 10 juta CESA5, diutamakan menggunakan desain Tabel 2.17. Desain tabel 2.18
digunkan jika CTB sulit untuk diimpelementasikan. Solusi FFF5 - FFF9 dapat lebih praktis daripada desain Tabel 2.17.
38
28
Tabel 2.19 Penyesuaian tebal lapis fondasi agregat A untuk tanah dasar CBR ≥ 7% (hanya untuk desain Tabel 2.18)
Struktur Perkerasan
Repetisi beban sumbu kumulatif 20 >2 >2 – 4 >4 - 7 >7 - 10 >10 - 20 >20 - 30 >30 - 50 >50 - 100 >100 - 200
tahun pada lajur rencana (106 ESA5)
Subgrade CBR ≥ 5.5-7 400 300 300 300 300 300 300 300 300
Subgrade CBR > 7 – 10 330 220 215 210 205 200 200 200 200
Subgrade CBR ≥ 10 260 150 150 150 150 150 150 150 150
Subgrade CBR ≥ 15 200 150 150 150 150 150 150 150 150
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini berupa analisa Kapasitas dan kinerja konstruksi
perkerasan eksisting terhadap perubahan fungsi wilayah dan Mendesain
konstruksi perkerasan ruas Kalabahi– Alor Kecil agar dapat mengembalikan
fungsi layan dan kinerja perkerasanmenggunakan Metode Bina Marga 2017.
Data yang ada akan diolah dengan baiksehingga diperoleh hasil penelitian
sesuai dengan apa yang direncanakan.
Tahapan-tahapan penelitian proposal skripsi ini dapat dilihat sebagai
berikut:
3.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum
memenuhi pengumpulan data dan pengolahan data. Adapun tahap ini
meliputi:
1. Studi Pustaka terhadap materi proposal skripsi untuk menentukan garis
besar permasalahan.
2. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.
3. Survei ke lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi lapangan.
3.1.2 Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk memperolah informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian.
Ada 2 jenis data yang diperlukan:
1. Data primer yang diperoleh peneliti secara langsung.
2. Data sekunder yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
3.1.3 Tahap Pengolahan dan Analisa Data
1. Analisa kapasitas dan kinerja konstruksi perkerasan eksisting.
2. Analisa data desain tebal perkerasan menggunakan Metode Bina Marga
2017.
40
3.1.4 Tahap Akhir
Tahap Akhir merupakan tahap untuk mendapatkan kesimpulan dan
saran. Seluruh kegiatan penelitian pada laporan proposal ini dapat dilihat
pada gambar 3.3
Mulai
Pengumpulan data
Analisa Kapasitas dan Analisa data desain tebal perkerasan lentur menggunakan Metode bina marga
Kinerja Konstruksi 2017:
Perkerasan eksisting: - Menentukan umur rencana (UR)
- Menentukan kapasitas dasar (Co) - Menganalisis volume lalu lintas
- Menentukan faktor penyesuaian - Menentukan faktor pertumbuhan lalu lintas berdasar data-data pertumbuhan historis,
akibat lebar jalur lalu lintas atau bila tidak ada bisa digunakan digunakan Tabel 2.10.
(FCW) - Menghitung faktor pengali pertumbuhan lalu lintas (R) dengan Persamaan 2.5
- Menentukan faktor penyesuaian - Menentukan faktor distribusi lajur menggunakan Tabel 2.11.
akibat pemisah arah (FCSP) - Menentukan faktor distribusi arah, nilainya antara 0,3 sampai dengan 0,7.
- Menentukan faktor penyesuaian Menentukan nilai VDF4 dengan menggunakan Tabel 2.13 atau 2.14.
akibat hambatan samping - Menghitung ESA4 dengan Persamaan 2.6.
(FCSF) - Menghitung CESA4, dengan mengakumulasi semua hasil nilai ESA4.
- Menentukan kapasitas (C) - Menentukan nilai Traffic Multiplier (TM) berkisar 1,8 – 2.
- Menghitung CESA5 digunakan Persamaan 2.7.
- Menentukan jenis perkerasan digunakan Tabel 2.15.
- Menentukan desain perkerasan yang memenuhi syarat dari Tabel 2.16, Tabel 2.17,
Hasil Analisa:
- Kondisi Kapasitas dan kinerja konstruksi perkerasan eksisting
- kebutuhan konstruksi perkerasan ruas Kalabahi – Alor kecil yang dapat mengembalikan fungsi
layan dan kinerja perkerasan
Kesimpulan &
SaranHasil Analisa
Selesai
Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian
41
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada ruas jalan Kalabahi-Kokar yang terletak
di Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor dengan panjang Ruas Jalan
25,3 km. Ruas jalan tersebut yang diteliti yaitu jalan Kalabahi – Alor Kecil
dengan panjang jalan 11 km yang mana titik Km. 0 berada pada Jembatan
Buono Kalabahi sedangkan penelitian dimulai dari Km. 2 Pertamina
Kenarilang – Km. 11 Pasar Alor Kecil dengan lebar jalan 4 m .
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Ruas Jalan Kalabahi – Alor Kecil Kabupaten Alor
Sumber : Google Earth
42
Lokasi Penelitian
Km. Km
2 .
11
43
26
Diperoleh dari
Menunjukkan lokasi Data
6 Peta lokasi Http:www.google.com/
penelitian sekunder
maps/index.html.
Dipakaiuntukmenentuka
nnilai FR (Faktor
Regional) dan
Data curah Diperolehdariinstansite Data
7 menentukan nilai
hujan rkait (BMKG) sekunder
koefisien drainase dalam
perencanaan tebal
perkerasanlentur
44
26
45
26
46
26
seberat 9,07 kg (20 pon) dijatuhkan dari ketinggian 50,8 cm (20 inci)
melalui sebuah batang atau stang baja berdiameter 16 mm (5/8
inci).Ujung batang atau stang berbentuk konus dengan luas 1,61 cm 2
(1/2 inci2) bersudut 30° atau 60°. Pengujian dilakuakan per 300 meter
panjang jalan dimulai dari titik awal lokasi penelitian sampai titik akhir
penelitian berdasarkan studi pustaka yang diperoleh penulis, pengujian
dilakukan per 300 meter panjang jalan dengan maksud dan tujuan agar
mendapatkan nilai CBR yang lebih detail dan akurat. Dalam pengujian
ketegakan alat harus dijaga, begitu juga dengan penumbuk harus
sampai bagian atas stang tapi tidak boleh menumbuk bagian atas batas
stang.Pembacaan dilakukan setiap 5 kali tumbukkan dan hasilnya
dicatat pada tabel pengamatan. Hal di atas dilakukan untuk setiap titik
pengamatan sampai titik akhir lokasi penelitian.
B. Prosedur Pelaksanaan Pengujian Dynamic Cone Penetrometer
(DCP):
a. Pengujian dilakukan sepanjang ruas jalan dengan jarak antara titik
300 m.
b. Letakan alat DCP pada titik uji di atas permukaan tanah yang akan
diuji
c. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas
dasar yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada
mistar pengukur kedalaman.
d. Mencatat jumlah tumbukan:
a) Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati
sehingga menyentuh batas pegangan.
b) Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada
landasan.
c) Lakukan langkah-langkah pada obsen a dan b di atas dan
catat jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir DCP.
d) Pembacaan dilakukan setiap 5 kali tumbuhkan dan hasilnya
dicatat pada tabel pengamatan.
e) Pengujian dilakukan hanya batas kedalaman 70 – 90 cm.
47
26
48
26
Bulan
No Jenis
Juni Juli Agustus September Oktober Novemb
Peekerjaan
er
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Penyusunan
proposal
2 Seminar
proposal
3 Perbaikan
proposal
4 Jilid
Proposal
dan
pengurusan
ijin proposal
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Pengolahan
data
7 Ujian skripsi
8 Perbaikan
skripsi dan
penyerahan
49
26
BAB IV
PEBAHASAN
50
26
51
26
Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD), gunakan Tabel berikut :
52
26
TABEL 4.2 KAPASITAS DASAR JALAN DUA-LAJUR DUA ARAH TAK TERBAGI
Tipe jalan / tipe alinyemen kapasitas dasar total kedua arah
Dua lajur tak terbagi smp/jam
Datar 3100
Bukit 3000
Gunung 2900
Kapasitas dasar total dua arah tipe jalan dua lajur tak terbagi pada ruas
jalan Kalabahi-Alor Kecil sebesar 3100.
TABEL 4.3 FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT LEBAR JALUR LALU
LINTAS
Tipe jalan Lebar vektif lalu lintas FCw
(Wc)
(m)
Dua-lajur tak terbagi total kedua arah 0,69
5
6 0,91
7 1,00
Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCW) sebesar
0,414.
TABEL 4.4 FAKTOR PENYESUAIAN KAPASITAS AKIBAT PEMISAH ARAH
Pemisahan arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSPB Dua-lajur 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
2/2
Empat-lajur 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
4/2
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh faktor penyesuaian kapasitas
akibat pemisah arah sebesar 1,00
53
26
54
26
55
26
56
26
7,00 4,00 28
0+600 - 0+800 Lubang 13,20 3,20 42,24
5,60 1,60 8,96
8,22 3,20 26,304
0+800 - 1+000 Lubang 18,52 2,50 46,3
21,30 2,70 57,51
KM 03
20,00 3,20 64
1+000 - 1+200 Lubang 7,40 2,60 19,24
0,80 0,60 0,48
70,00 2,50 175
50,00 2,50 125
0,60 0,80 0,48
1+200 - 1+400 Lubang
6,00 3,20 19,2
2,80 2,30 6,44
7,70 3,50 26,95
8,32 3,80 31,616
1+400 - 1+600 Lubang
11,80 3,50 41,3
20,00 3,20 64
1+600 - 1+800 Lubang 10,00 3,60 36
8,10 3,70 29,97
30,00 2,80 84
15,00 4,00 60
1+800 - 2+000 Lubang 10,00 2,50 25
5,20 3,00 15,6
50,00 3,80 190
KM 04
1,30 2,70 3,51
8,00 2,20 17,6
4,00 3,50 14
Lubang
2+000 - 2+200 20,00 3,80 76
50,00 3,50 175
0,70 0,50 0,35
Pelepasan Butir 50,00 4,00 200
30,00 2,50 75
25,00 2,60 65
2+200 - 2+400 Lubang 3,00 2,80 8,4
40,00 2,20 88
8,00 3,90 31,2
2+400 - 2+600 Lubang 200 4 800
2+600 - 2+800 Lubang 200 4 800
2+800 - 3+000 Lubang 200 4 800
KM 05
3+000 - 3+200 Lubang 200 4 800
57
26
58
26
59
26
60
26
3+000
KM 05
3+000 - Lubang 3 3
3+200
3+200 - Lubang 3 3
3+400
3+400 - Lubang 3 3
3+600 15
3+600 - Lubang 3 3
3+800
3+800 - Lubang 3 3
4+000
KM 06
4+000 - Lubang 3 3
4+200
4+200 - Lubang 3 3
4+400
4+400 - Lubang 3 3
4+600 15
4+600 - Lubang 3 3
4+800
4+800 - Lubang 3 3
5+000
KM 07
5+000 - Pelepasan 3 3
5+200 Berbutir
Lubang 1 1
5+200 - Lubang 3 3
5+400
5+400 - Lubang 3 3
5+600 19 9
5+600 - Lubang 3 3
5+800
5+800 Pelepasan 3 3
-6+000 Berbutir
Lubang 3 3
KM 08
6+000 - Desintegratio 3 3
6+200 n
6+200 Lubang 3 3
-6+400
6+400 - Desintegratio 3 3
6+600 n 18
Lubang 3 3
6+600 - Lubang 3 3
6+800
6+800 - Lubang 3 3
7+000
KM 09
7+000 - Pelepasan 3 3
61
26
7+200 Berbutir
Lubang
7+200 - Lubang 1 1
7+400
7+400 - Lubang 3 3
7+600 13
7+600 - Pelepasan 3 3
7+800 Berbutir
7+900 - Pelepasan 3 3
8+000 Berbutir
Lubang
KM 10
8+000 - Pelepasan 3 3
8+200 Berbutir
8+200 - Pelepasan 3 3
8+400 Berbutir
8+400 - Pelepasan 3 3
8+600 Berbutir 12
8+600 - Pelepasan 3 3
8+800 Berbutir
Lubang
8+800 - Lubang
9+000
KM 11
9+000 - Pelepasan 3 3
9+200 Berbutir 6
Retak 3
Melintang
144
Sumber Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota, 1990.
Dari hasil analisis di atas di dapat angka kerusakan adalah 144,
maka nilai kondisi permukaan jalan yaitu 9.
4.3.4 Menghitung Nilai Kelas Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)
Nilai LHR didapat berdasarkan hasil survey lalu lintas pada ruas
jalan Kalabahi-Alor Kecil selama 1 minggu yang dimulai dari pukul 07:00
sampai dengan 19:00, kemudian dihitung rata-rata sebagai volume
kendaraan perhari Perhitungan nilai LHR dapat dilihat pada tabel di
berikut ini.
62
26
Jadi nilai LHR pada ruas jalan Kalabahi-Alor Kecil 10.019,5 smp/hari, maka
niali kelas LHR sesuai Tata Cara Survey Kondisi Jalan menurut Bina Marga
yaitu 6 Tabel 2.6.
4.3.5 Menghitung Urutan Prioritas
Setelah mendapatkan nilai kondisi jalan maka dilanjutkan dengan
menghitung nilai urutan prioritas untuk mengetahui jenis penanganan yang
sesuai dengan kondisi jalan.
63
26
64
26
Penumpang
6A2 39 32 21 25 32 21 170 24
7A1 77 73 48 45 34 58 335 48
( 1+0,01 x 3,50 % ) 10
R= −1
0,01 x 3,50 %
R = 10,02
1 100
2 80
3 60
4 50
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 04/SE/Db/2017
65
26
( 1+0,01 i )UR −1
R=
0,01 i
Dengan UR masing - masing sama dengan 3 dan 7 tahun
4
Lij
Rumus ESA4 ¿
( )
Sl
ESA = (∑LHRT jenis kendaraan X ESA4) DL
CESA4 = ESA X 365 X R
CESA5 = TM X CESA4
66
TABEL 4.12 HASIL PERHITUNGAN ESA,CESA4,CESA5
67
4.4.2 Penentuan Struktur Pondasi Jalan
1. CESA4
Nilai CESA4 dilihat dari tabel 4.3 didapat sebesar 3.142.279,68
2. CESA5
Nilai CESA4 dilihat dari tabel 4.3 didapat sebesar 5.656.103,151
3. CBR Tanah dasar
Berdasarkan data skunder yang didapat, nilai CBR pada ruas jalan
Kalabahi-Alor Kecil kabupaten Alor adalah 13 %.
Dari data yang telah didapatkan diatas maka dapat nilai
struktur pondasi jalan dapat diketahui dari tabel 4.13 berikut:
TABEL 4.13 BAGAN DESAIN 2: SOLUSI DESAIN JALAN MINIMUM
68
Dari tabel 4.4 diatas dapat hasil berupa:
a. CBR Tanah dasar = 13 %
b. Kelas kekuatan tanah dasar = SG6
c. Prosedur desain pondasi =A
Deskripsi struktur pondasi jalan =
perbaikan tanah dasar Meliputi bahan stabilitas Kapur atas timbun
pilihan (pemadatan berlapis ≤ 200 mm Tebal lepas).
4.4.3 Menentukan struktur perkerasan
Penentuan struktur perkerasan dapat mengunakan tabel 4.14
tentang pemilihan jenis perkerasan.
69
4.4.4 Menentukan tebal lapis perkerasan
70
jalan MDP Bina
Marga 2017
4.5 Pembahasan
Dari hasil perhitungan maka diketahui bahwa ruas jalan Kalabahi-
Alor Kecil dilihat dari faktor penyesuaian diperoleh kapasitas sebesar
1117,8 Smp/jam, hasil identifikasi Kerusakan Jalan Dengan Metode Bina
Marga diperoleh data kerusakan jalan dengan jenis kerusakan lubang,
tambalan, pelepasan berbutir, retak melintang, dan pegelupasan, memiliki
nilai urutan prioritas 2 dimana diketahui bahwa nilai urutan prioritas 0 – 3
dengan jenis penanganan yang sesuai yaitu harus masuk dalam program
peningkatan, hal ini juga didasari oleh Kecepatan rata-rata ruas jalan
Kalabahi-Alor Kecil Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 34
Tahun 2006 tentang jalan diharuskan 40 s/d 60 km/jm, namun pada
kenyataan dilapangan berdasarkan hasil pengamatan kecepatan rata-rata
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut 20 s/d 40 km/jam.
Berdasarkan hal diatas maka dilakukan perhitungan tebal
perkerasan menggunakan metode Bina Marga 2017 dengan umur rencana
yang dipilih yaitu 10 tahun dengan nilai LHR 1083,41 kend/hari. Dengan
nilai CESA4 3.142.279,685 dan CESA5 5.656.103,433 untuk CBR tanah
dasar>6 yaitu dengan nilai CBR 37% maka diperoleh jenis perkerasan AC
WC modifikasi atau SMA modifikasi dengan CTB (ESA pangkat 5)
dengan tebal AC-WC = 40 mm - 4 cm, AC- BC= 60 mm-6 cm, AC-
BACE = 245 mm-24,5 cm, LPA = 300 mm-30 cm.
71