Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEOGRAFI TRANSPORTASI

(PERBAIKAN)
PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA PADA SIMPANG
JALAN TANJUNGPURA dan SIMPANG TANJUNG RAYA

Dosen Pengampu: Diah Trismi Harjanti, M.Pd

Oleh:

YOLANDA SAFITRI

NEMOSIO PIETOVIN

URAY LIA WAHYUNI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji

syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subbahanahu wa ta’ala atas rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan

praktikum dengan judul “PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-

RATA PADA SIMPANG JALAN TANJUNGPURA DAN SIMPANG

TANJUNG RAYA” dengan tepat waktu.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geoggrafi

Transportasi yang diampu oleh ibu Diah Trismi Harjanti, M.Pd. Selain itu,

penulisan laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang arus lalu lintas harian. Pada kesempatan kali ini, kami

ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu kami dalam menyusun/menulis laporan ini. Kami

sepenuhnya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena

adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki. Oleh sebab itu,

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, kami perlukan demi

perbaikan makalah kami ke depannya.

Penulis,

Desember 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geografi transportasi merupakan cabang dari geografi ekonomi yang

mempelajari tentang pergerakan-pergerakan baik itu manusia, barang atau jasa

yang terjadi dalam suatu ruang permukaan bumi. Geografi transportasi juga

mempelajari tentang moda-moda dan sarana/prasarana yang digunakan selama

transfer dalam ruang tersebut seperti jalan, rel, mobil, kereta, pesawat, kapal laut

dan lainnya. transportasi merupakan topik yang penting dalam geografi karena

ekonomi dunia saat ini sangat dipengaruhi oleh kelancaran transportasi. Dengan

mempelajari geografi transportasi, geografer akan mengetahui mengapa kota-kota

ada yang berkembang begitu cepat namun ada pula yang lambat.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dan bertambahnya jumlah

penduduk didaerah-daerah perkotaan, terutama pada lokasi padat seperti

Simpang Tanjungpura yang berada dikota Pontianak, dengan sendirinya memacu

bertambahnya kendaraan angkutan umum sebagai transportasi yang penting

didaerah kota Pontianak. Pertumbuhan kendaraan yang semakin cepat

menyebabkan tidak seimbangnya antara jumlah kendaraan dan kapasitas jalan

yang ada. Kurangnya pengendanlian fasilitas umum dikota Pontianak, menuntut

instansi pemerintah yang terkait, melakukan rekayasa arus lalu-lintas untuk

mengetahui kapasitas serta berkembangya lalu-lintas dengan cara mensurvey

kendaraan khususnya rute dipusat kota Pontianak, ini bertujuan supaya

pemerintah dapat mengendalikan kapasitas lalu-lintas yang ada.

Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu-lintas maka

diperlukan berbagai informasi mengenai prasarana lalu-lintas yang bergerak,

serta perilaku penggunanya. Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh

hasil dampak kerja lalu-lintas, bila hasil dampak kerja berada dibawah standar

pelayanan minimal, maka selanjutnya diusulkan untuk perubahan geometrik atau

pengaturan penggunaan ruang jalan.


Dari uraian diatas, maka dipandang perlu untuk mengidentifikasikan

permasalahan yang terjadi, sehingga patut dalam laporan akhir ini penulis selaku

mahasiswa yang terlibat dalam pekerjaan dikota Pontianak, mengangkat topik

yang berjudul “ Perhitungan Lalu-Lintas Harian Rata-Rata Pada Simpang

Tanjungpura dan Simpang Tanjung Raya“ untuk dianalisa dalam penulian

Laporan Akhir ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah ditatas maka rumusan masalah yang dapat

diambil adalah:

1. Bagaimana Perhitungan lalu lintas harian rata-rata pada Simpang

Tanjungpura dan Simpang Tanjung Raya

2. Bagaimana mengurai kemacetan lalu lintas harian rata – rata pada Simpang

Tanjungpura dan Simpang Tanjung Raya

C. Tujuan Pratikum

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, Maka tujuan pratikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui masalah dilapangan yaitu mengenai lalu lintas harian rata

– rata yang terjadi di Simpang Tanjung Raya dan Simpang Tanjungpura, yang

diamati sebagai tugas khusus penulis untuk bisa mengumpulkan informasi

tentang kondisi lalu lintas dan perubahannya dari waktu ke waktu.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya macet disimpang perempatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalan Raya

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat

oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinyasehingga

dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan

yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah

dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus

ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat

memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya,

sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan

infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan

ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman kepada

pengguna jalan.

Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik

kendaraan bermotor ataupun sejenisnya yang melalui jalan tersebut. Jalan raya

merupakan sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek

kehidupan, dari segala aspek alan raya merupakan perggerakan suatu ekonomi

dan kemajuan dari suatu negara.

Permasalahan lalu lintas yang sering terjadi di simpang tanjung raya

adalah arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadinya kemacetan.

Kemudian pelayanan lalu lintas yang tidak memadai seperti seperti rambu-

rambu peringatan dan rehabilatasi jalan dan fasilitas pendukung lainya.

Permasalahan yang sering terjadi disekitar kita mungkin salah satunya ada yang

tadi disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman melalui atau menggunakan

jalan tersebut.

Lalu-lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan

sebagai gerak kendaraan dan orang diruang lalu-lintas jalan, dan apakah yang

dimaksud dengan ruang lalu-lintas Jalan, ruang lalu-lintas jalan yaitu prasarana

yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, atau barang yang
berupa fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan

lalu-lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, lancar, tertib dan teratur, serta

efisien melalui manajemen lalu- lintas dan rekayasa lalu-lintas. Tata-cara berlalu-

lintas dijalan, diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu-

lintas, perioritas menggunakan jalan jalur lalu lintas, dan pengendalian arus

dipersimpangan.

B. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus

diidentifikasikan sebelum melakukan perancangan jalan, karena kriteria desain

suatu rencana jalan yang ditentukan dari standart desain ditentukan oleh

klasifikasi jalan rencana. Pada prinsipnya klasifikasi jalan dalam standar desain

(baik untuk jalan antar kota maupun jalan luar kota) didasarkan kepada

klasifikasi jalan menurut undang-undang dan peraturan pemerintah yang

berlaku.

1. Klasifikasi jalan menurut fungsinya:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 tahun 2006

tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi menjadi empat jalan,

yaitu:

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-

rata tinggi antara kota yang penting atau antara pusat produksi dan

pusat-pusat eksport, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya

guna. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :

- Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban

ganda

- Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi > 80 km/jam

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatas serta

melayani daerah-daerah di sekitarnya. Adapun cirinya sebagai


berikutnya:

- Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton.

- Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80

km/jam)

c. Jalan penghubung atau jalan lokal merupakan jalan keperluan

aktivitas daerah yang sempit juga dipakai sebagai jalan penghubung

antara jalan-jalan dari golongan yang lama atau yang belainan.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

- Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan

ringan serta kendaraan berat namun dibatasi dari

pusat pemukiman ke pusat industri.

- Kecepatan kendaraan rendah (maksimum 60 km/jam).

d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan

rata-rata rendah dan bahaya untuk kendaraan-kendaraan kecil.


2. Klasifikasi Jalan menurut Kelas, sebagai berikut;

1. Kelas I

Kelas jalan ini mencangkup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk

dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya

tak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor dengan

ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

18.000 mm dan muatan sumbu terberat (MST) yang diizinkan lebih besar

dari 10 ton.

2. Kelas II

Kelas jalan ini mencangkup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi

lalu lintasnya terdapat lalu lintas lambat dengan ukuran lebar tidak

melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi

18.000 mm dan muatan sumbu terberat (MST) yang diizinkan 10 ton. Kelas

jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya,

dibagi dalam tiga kelas, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Jalan dalam MST

Muatan Sumbu Terberat

Fungsi Kelas MST (ton)

Jalan Arteri I >10

II
10
III A
8

Jalan Kolektor III A 8

III B
8
(Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/BM/1997)

3. Kelas III

Kelas jalan ini mencangkup semua jalan-jalan penghubung dan

merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi

permukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

Klasifikasi jalan berdasarkan lalu lintas harian rata-rata dapat dilihat

pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan LHR


Klasifikasi Kelas Lalu Lintas Harian Rata-

Fungsi Rata(LHR)

Dalam Satuan SMP

Utama I > 20.000

Sekunder II A 6000 s/d 20.000

II B
1500 s/d 8000
II C
< 2000

Penghubun III

(Sumber : Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, 1970)

3. Klasifikasi jalan menurut status

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa.

a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi

dan jalan strategis nasional serta jalan tol.

b. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan

primer yang menghubung ibukota provinsi dengan ibukota

kabupaten atau kota, atau antar ibukota kabupaten atau kota dan

jalan strategis provinsi.

c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan

primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi,

yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan

lokal, antar pusat kegiatan lokal serta jalan umum dalam sistem

jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis

kabupaten.

d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan

sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan

dalam kota, menghubungkan pusat pemukiman yang

berada di dalam kota, Jalan desa merupakan jalan umum


yang menghubungkan kawasan antar permukiman di

dalam desa serta jalan lingkungan.

4. Klasifikasi jalan menurut medan topografi

Berdasarkan perhitungan rata-rata dari ketinggian muka

tanah lokasi rencana, maka dapat diketahui lereng melintang yang

digunakan untuk menentukan golongan medan. Klasifikasi jalan

berdasarkan medan jalan.

Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

Golongan Medan Lereng Melintang

Datar (D) 0% - 9,9%

Perbukitan (B) 10% - 24,9%

Gunung (G) ≥25%

(Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/BM/1997)

5. Klasifikasi menurut tipe jalan,

Berdasarkan klasifikasinya, jalan terbagi menjadi 2 tipe, sebagai


berikut;

- Jalan tidak terbagi (TB), yaitu ruas jalan yang

pembatas jalurnya berupa marka jalan (terputus-

putus atau menerus).

- Jalan terbagi (B), yaitu ruas jalan yang pembatas

jalurnya berupa bangunan, yang disebut median

secara teknis berupa bangunan yang dilengkapi

dengan taman atau sekedar pasangan Kerb beton.

6. Klasifikasi jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan

prasarana jalan

Pengaturan kelas jalan menurut Undang-Undang RI nomor

38 tahun 2004 berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan

dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang

dan jalan kecil.

- Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu

lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk


secara terbatas dan dilengkapi dengan median,

paling sedikit 2 lajur setiap arah.

- Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu

lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan

masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur 2 arah

dengan lebar paling sedikit 7 meter.

- Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk

melayani lalu lintas setempat paling sedikit 2 lajur 2

arah dengan lebar paling sedikit 5,5meter.

C. Perhitungan Lalu Lintas Harian

Perhitungan lalu-lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata –

rata dalam satu hari yang melalui satu ruas jalan tersebut dibagi dengan lamanya

pengamatan (lamanya survey kendaraan), biasanya dihitung sepanjang tahun.

LHR adalah istilah yang baku digunakan dalam menghitung 8 beban lalu-lintas

pada suatu ruas jalan dan merupakan dasar dalam proses perencanaan

transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang diakibatkan oleh arus lalu-

lintas pada suatu ruas jalan. LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang

diperoleh selama pengamatan dengan lamanya pengamatan di lokasi simpang

tanjung raya.

Jumlah Lalu−lintas Selama Pengamatan


𝐿𝐻𝑅 =

Lamanya Pengamatan
Data LHR ini cukup teliti jika pengamatan dilakukan pada interval-

interval waktu yang cukup mengambarkan fluktuasi lalu-lintas selama

pengamatan. Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang

(SMP) yang didapat dengan mengalikan atau mengkonversikan angka

faktor eqivalensi (FE) setiap kendaraan yang melintasi jalan tersebut dengan

jumlah kendaraan yang kita peroleh dari hasil pendataan (kend/jam).

Volume lalu lintas dalam SMP ini menunjukkan besarnya jumlah Lalu lintas

Harian Rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut.

Dari Lalu Lintas Rata-rata (LHR) yang didapatkan kita dapat

merencanakan tebal perkerasan.

Untuk merencanakan teknik jalan baru, survey lalu lintas tidak dapat

dilakukan karena belum ada jalan. Akan tetapi untuk menentukan dimensi

jalan tersebut diperlukan data jumlah kendaraan. untuk itu hal yang harus

dilakukan sebagai berikut:

1. Survey perhitungan lalu lintas dilakukan pada jalan yang sudah

ada, yang diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan keadaan

komposisi lalu lintas akan serupa dengan jalan yang direncanakan.

2. Survey asal dalam tujuan yang dilakukan pada lokasi yang

dianggap tepat dengan cara melakukan wawancara kepada

pengguna jalan untuk mendapatkan gambaran rencana jumlah dan

komposisi pada jalan yang direncanakan. (L.Hendarsin, 2000)

D. Kapasitas Jalan

Menurut Munawar (2006), kapasitas adalah jumlah maksimum

kendaraan yang melewati suatu persimpangan atau ruas jalan selama

waktu tertentu pada kondisi jalan dan lalu lintas dengan tingkat

kepadatan yang ditetapkan.

Menurut Oglesby dan Hick (1993), definisi kapasitas ruas jalan

dalam suatu sistem jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum

yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan

tersebut, baik satu maupun dua arah dalam periode waktu tertentu di

bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Kapasitas jalan

dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang ada yaitu :


1. Sifat fisik jalan seperti lebar, jumlah dan tipe

persimpangan, alinyemen dankondisi permukaan.

2. Komposisi lalu lintas atau proporsi berbagai tipe kendaraan

dan kemampuankendaraan.

3. Kondisi lingkungan dan operasi dilihat dari cuaca, tingkat

aktivitas pejalankaki.

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung

arus atau volume lalu-lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu,

dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu

dalam satu jam(kend/jam), atau dengan mempertimbangkan berbagai jenis

kendaraan yang melalui suatu jalan yang digunakan satuan mobil

penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka

kapasitas menggunakan satuan mobil penumpang per-jam atau (smp/jam).

Pada saat arus rendah kecepatan lalu-lintas diruas jalan, kendaraan

bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan

yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat

tidak bisa lagi arus atau volume lalu-lintas bertambah, di sinilah kapasitas

terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang

dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan

kepadatan tinggi.

Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalu lintas yang dapat didukung

pada ruas jalan kendaraan tertentu (geometrik, komposisi, distribusi lalu

lintas dan faktor lingkungan). Berdasarkan standar dari Departemen

Pekerjaan Umum dalam MKJI 1997 (Marga, 1997), kapasitas jalan

dinyatakan dengan Persamaan 2.1 C = Co × FCw × FCsp × FCsf × FCcs 2.1

Dimana :

C = kapasitas sesungguhnya

Co = kapasitas dasar untuk kondisi ideal tertentu

FCw =faktor penyesuaian lebar jalan


FCsp =faktor penyesuaian pemisah arah

FCsf =faktor penyesuaian hambatan samping

FCcs =faktor penyesuaian ukuran kota

E. Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara

yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada

suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan

individu pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku

kendaraan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu

lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku

pengemudi yang berbeda yang dikarenakan oleh karakteristik lokal dan

kebiasaan pengemudi. Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan

karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar waktunya. Oleh karena itu

perilaku pengemudi akan berpengaruh terhadap perilaku arus lalu lintas.

Dalam menggambarkan arus lalu lintas secara kuantitatif dalam rangka

untuk mengerti tentang keragaman karakteristiknya dan rentang kondisi

perilakunya, maka perlu suatu parameter. Parameter tersebut harus dapat

didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu lintas dalam menganalisis,

mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu lintas berdasarkan

parameter dan pengetahuan pelakunya (Oglesby, C.H.& Hicks.R.G. 1998)

Arus adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pada suatu

ruas jalan dalam waktu tertentu dengan membedakan arah dan lajur. Arus

lalu-lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kenderaan

yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu

ruas jalan dan lingkungannya. Karena kemampuan individu pengemudi

mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kendaraan arus lalu-lintas

tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu-lintas akan mengalami


perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi atau kebiasaan

pengemudi. Arus lalu-lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan

bervariasi baik berdasarkan pada lokasi maupun waktunya, oleh karena itu

perilakupengemudi akan berpengaruh terhadap perilaku arus lalu-lintas.

dalam menggambarkan arus lalu-lintas secara kuantitatif dalam rangka

untuk mengerti tentang keragaman karakteristiknya dan rentang kondisi

perilakunya,maka perlu suatu parameter. Parameter tersebut harus dapat

didefenisikan dan diukur oleh insinyur lalu-lintas dalam menganalisis,

mengevaluasi, dan melakukan perbaikan fasilitas lalu-lintas berdasarkan

parameter dan pengetahuan pelakunya.

Arus mempunyai satuan kendaran smp dibagi oleh waktu. Terkadang

kitasulit membedakan antara arus dan volume, berikut adalah

perbedaannya: Arus (flow) :

· Membedakan lajur

· Diukur pada waktu yang pendek

· Membedakan arah

Volume :

· Tidak membedakan lajur

· Diukur pada waktu yang panjang (lama)

· Tidak membedakan arah.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif disebabkan hal yang cukup penting antara lain

karena penelitian ini ingin mengungkap data dengan apa adanya sesuai

dengan hasil temuan dilapangan. Menurut Anggito & Setiawan (2018)

“penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik tetapi melalui

pengumpulan data, analisis, kemudian diinterpretasikan” (h.9). Oleh

sebab itu penelitian ini menggunakan metode yang tidak menggunakan

rumus statistik (nonprobability sampling). Data yang dikumpulkan berupa

kata-kata dan gambar. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi

kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyaji suatu penelitian.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap dan dalam jangka waktu

tertentu. peneliti berusaha mengumpulkan data melalui wawancara,

observasi dan studi dokumentasi dengan terjun langsung ke lapangan

menemui informan. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam

bentuk deskripsi kata-kata agarlebih mudah dimengerti dengan yang

didapatkan di lapangan. Selain dalam bentuk deskripsi kata-kata, peneliti

juga menyajikan data dalam bentuk foto-foto penelitian guna

mempertegas dan memperjelas hasil penelitian tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti sangatlah penting.

Peneliti merupakan instrumen atau alat pengumpul data yang paling

penting, Oleh karena itu, peneliti harus terlibat dalam kehidupan orang

yang diteliti sehingga ada keterbukaan antara peneliti dengan yang ditelit.

Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke jalan Simpang

Tanjungpura dan Jalan Simpang Tanjung Raya. Kota Pontianak.


C. Metode Pengambilan Data

Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat suatu metodologi

penelitian. Adapun tujuan dari dibuatnya metodologi penelitian adalah

sebagai acuan atau pedoman yang berguna untuk 5 lebih mempermudah

melakukan kegiatan analisa di dalam suatu penelitian yang terdiri atas

beberapa tahap agar memperoleh hasil yang diharapkan. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu prosedur

pemecahan masalah yang diteliti dengan menjabarkan keadaan objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan faktor–faktor yang tampak atau

sebagai mana adanya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, dimana peneliti melakukan peninjauan langsung ke lokasi

yang akan dijadikan objek penelitian yaitu Jalan Simpang Tanjungpurak.

2. Teknik studi dokumenter, dimana penulis mengumpulkan data-data

baik dari dokumen maupun dari literatur serta berbagai tulisan yang

berhubungan dengan masalah yang dibahas.

Persiapan Penelitian Sebelum survey dilaksanakan, dilakukan

persiapan-persiapan sebagai berikut:  Penentuan Metode Survey

Penentuan metode survey digunakan untuk mendapatkan data-data

yang digunakan dalam penelitian.

1. Data Primer Metode survey yang dilakukan dengan cara melakukan

survey langsung kelapangan. Survey ini dilakukan untuk mendapatkan

data jalan (survey volume lalu lintas, survey hambatan samping, data

geometrik jalan).

2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini yaitu denah lokasi

penelitian, data jumlah penduduk, dan jumlah kendaraan Kota

Pontianak, yang didapatkan dari instansi atau sumber lain


D. Skema Lalu Lintas

Skema Perjalanan Kendaraan Lalu Lintas

Dari Arah Siantan


Jumlah Kendaraan
Motor : 9.443 Buah
Mobil : 670 Buah
Truck : 255 Buah

Keraton Istana Simpang Tanjung


Persimpangan 4 Jalan
Pontianak Raya 2

Arah dari Kota


Pontianak
Jumlah Kendaraan Jumlah
Kendaraan
Jam 06.00-08.00
Jam 06.00-08.00
Motor : 100 Buah
Jumlah Kendaraan Motor : 445 Buah
Mobil : 20 Buah
Jam 06.00-08.00 Mobil : 109 Buah
Jam 11.00-13.00
Motor : 2.772 Buah Jam 11.00-13.00
Motor : 50 Buah
Motor : 663
Mobil : 4 Buah Mobil : 180 Buah
Mobil : 141 Buah
Jam 15.00-16.00 Truck : 88 Buah
Jam 15.00-16.00
Motor : 150 Buah Jam 11.00-13.00
Motor : 1041
Mobil : 90 Buah Motor : 2755 Buah
Mobil : 888 Buah
Mobil : 174 Buah
BAB IV Truck : 10 Buah
Truck : 83 Buah

Jam 15.00-16.00

Motor : 3220 Buah

Mobil : 227 Buah

Truck : 86 Buah
Lokasi Pengamatan berdasarkan citra Google Eart
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil yang sudah kami lakukan melalui berbagai penelitian

kami mendapatkan bahwa bawasannya penelitian Penelitian Deskriptif ini

merupakan satu diantara sekian jenis penelitian yang bisa dipilih oleh para

peneliti. Baik itu peneliti dari kalangan mahasiswa maupun dosen dan

siapa saja yang memang memiliki profesi sebagai peneliti.

Kegiatan penelitian adalah hal penting yang membantu

memajukan teknologi dan ilmu pengetahuan. Kalangan dosen justru

memiliki kewajiban untuk melakukannya. Supaya kegiatan penelitian ini

berjalan lancar dan memudahkan proses untuk mendapatkan hasil yang

sesuai atau yang akurat. Maka metode penelitian yang digunakan harus

tepat dan tentunya sesuai. Diantara sekian jenis metode, metode deskriptif

juga cukup banyak digunakan.

Menurut McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015), metode kualitatif

digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang “apa (what)”,

“bagaimana (how)”, atau “mengapa (why)” atas suatu fenomena,

sedangkan metode kuantitatif menjawab pertanyaan “berapa banyak (how

many, how much)”. Sementara itu, Tailor (sebagaimana dikutip dalam

tulisan Basri, 2014)

Pada hakikatnya transportasi merupakan proses perpindahan

barang, manusia, maupun jasa. Dalam proses perpindahan tersebut

terdapat suatu proses dimana seseorang akan melakukan aktivitas

ekonomi. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah ketika seorang

mahasiswa berangkat menuju kampus menggunakan sarana transportasi

umum berupa bus. Ketika mahasiswa menumpang bus tersebut telah

terjadi aktivitas ekonomi disaat mahasiswa membayar ongkos kepada


kernet. Dalam perjalanan biasanya pedagang asongan akan turut

menumpang bus dengan menawarkan barang daganganya. Ketika itu

kembali lagi terjadi aktivitas ekonomi disaat mahasiswa tersebut membeli

barang dagangan pedagang tersebut. Melalui contoh sederhana tersebut

dapat dimaknai bahwa transportasi merupakan sarana penunjang bagi

aktifitas ekonomi.

Dalam era Otonomi daerah saat ini, transportasi memegang

peranan penting bagi kelancaran pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Perubahan sistem dari sentralisasi menjadi desentralisasi membawa angin

segar bagi daerah agar sebisa mungkin dapat mendayagunakan

kemampuan dan potensi daerahnya untuk kelangsungan pembangunan.

Distribusi barang dan jasa yang baik dan lancar menuntut keberadaan

sarana dan prasarana transportasi yang memadai agar distribusi mampu

mengcover seluruh lingkup daerah tersebut.


B. Pembahasan

Analisis lalu lintas rata – rata (LHR) di Simpang Tanjung Raya

Pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2022

peneliti menemukan ruas jalan mempengaruhi arus lalu lintas yang

menyebabkan kemacetan, dalam pengamatan yang peneliti lakukan

masih banyak pengguna jalan yang tidak mematuhi lalu lintas dan

menerobos. Hal ini, menyebabkan arus lalu kendaraan menjadi lambat.

Pada pengataman pertama pukul 06.59 – 07.30 arus kendaraan terpantau

padat dengan volume kendaraan yang besar, namun arus kendaraan

terpantau lengan pada pukul 10.30 – 13.00 dengan jumlah kedaraan yang

relatif rendah, dan melonjak pukul 15.00 – 17.00 dengan kemacetan yang

padat.

Metode yang digunakan untuk pengambilan data volume arus lalu

lintas dengan cara pencacahan arus lalu lintas (trafic counting), langkah

– langkah pengambilan data sebagai berikut:

- Mencatat semua jenis kendaraan yang lewat pada masing –

masing arah

- Kendaraan dicatat dalam interval waktu 30 menit sekali

Pengambilan data di lakukan pada waktu padatnya aktifitas,

waktu tersebut adalah pukul 06.59 – 07.30, 10.30 – 13.30 dan 15.30 – 17.00

sesuai dengan pengamatan dilapangan.


PAGI SIANG SORE

SUERVEY KENDARAAN

JENIS KENDARAAN

WAKTU RODA EMPAT RODA BANYAK KET


RODA
DUA KENDARAAN KENDARAAN
TRUK BUS DLL
PRIBADI UMUM

1 06.59 – 07.30 3,317 309 2 88 2 1

2 10.00 – 13.00 887 319 2 93 2 1

3 15.30 – 17.00 4,411 1,255 - 96 - -

JUMLAH 8.615 1.883 4 277 4 2

JUMLAH TOTAL
KENDARAAN 10, 785

Perhitungan lalu lintas harian rata – rata pada simpang Tanjung Raya

Jumlah Lalu−lintas Selama Pengamatan


𝐿𝐻𝑅 =

Lamanya Pengamatan
10,785
𝐿𝐻𝑅 =
6 jam

= 1.780 per jam

PAGI SIANG SORE

SURVEY KENDARAAN

JENIS KENDARAAN

WAKTU RODA EMPAT RODA BANYAK KET


RODA
DUA KENDARAAN KENDARAAN
TRUK BUS DLL
PRIBADI UMUM

1
08.00- 09.00 1.526 78 13 52 8 1

JUMLAH 1.526 78 13 52 8 1
1.526
JUMLAH TOTAL
KENDARAAN

Perhitungan lalu lintas harian rata – rata pada simpang Tanjungpura


Jumlah Lalu−lintas Selama Pengamatan
𝐿𝐻𝑅 =

Lamanya Pengamatan

1.678
𝐿𝐻𝑅 =
1 jam

= 1.678 per jam.


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan derived

demand aktivitas ekonomi sosial dan sebagainya Sarana transportasi

yang ada di darat laut maupun udara memiliki peranan dari segi aspek

sosial ekonomi melalui distri!usi antara daerah satu dengan daerah yang

lain kebanyakan menganggap pembangunan transportasi merupakan

bagian yang integral dari pembangunan ekonomi dan demi menekan

angka ekonomi supaya tidak terjadi deficit atau penurunan ada baiknya

pemerintah memperhatikan hal tersebut. Sarana transportasi baik itu

darat,laut,udara memegang peranan penting dalam aspek sosial maupun

ekonomi karena menghubungkan dari akses yang satu ke yang lainnya

demi distribusi yang lancar

B. Saran

Untuk memajukan transportasi berbagai daerah khususnya

daerah Pontianak pemerintah harus menaruh serta memperhatikan

bagian jalan mana saja jalan yang sering menjadi titik kemacetan dan juga

mempunyai volume kendaraan yang tinggi dengan hal ini pemerintah

harus berupaya untuk meningkatkan pelayanan baik itu Infrastruktur

serta pemeliharaannya di jalan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Destiyanto, R Restu. 2016. “Analisa Kinerja Lalu Lintas Di Jembatan Landak”. Pontianak:
Universitas Tanjungpura Fakultas Teknik Jurusan Sipil.

Kurniadi, Fery, Diananta Pramitasari, and Djoko Wijono. 2013. “Konsep Perilaku
Teritorialitas Di Kawasan Pasar Sudirman Pontianak.”

Kurniawan. 2015. “Pengendalian Lalu Lintas 4 Lengan Pada Persimpangan Jl. Re.
Martadinata – Jl. Jeranding Dan Persimpangan Jl. Re. Martadinata – Jl. Haruna Kota
Pontianak”. Pontianak: Universitas Tanjungpura Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Sipil.

Marga, Direktorat Jenderal Bina. 1997. “Departemen Pekerjaan Umum.” Manual


Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), Jakarta.

Mintorogo, Rasto, AS Syafaruddin, and S Nurlaily Kadarini. n.d. “Evaluasi Kinerja Dan
Perbaikan Kapasitas Jalan Sungai Raya Dalam.” Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Tanjungpura 2 (2).

Anda mungkin juga menyukai