Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SISTEM TRANSPORTASI

SISTEM TRANSPORTASI PUBLIK KOTA SEMARANG

( SEMARANG TENGAH )

Dosen Pengampu : Wardana Galih P., ST, MT

Disusun Oleh : KELOMPOK 5

 VERNANDO NIRVAN M C.111.15.0024


 AHMAD CHADZIK C.111.15.0025
 MUHAMMAD ICHWAN C.111.15.0026
 RAMADHENDY PUTERA C C.111.15.0051

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEMARANG 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Sistem Transportasi Publik di Kota Semarang Tengah” .

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Transportasi

,Selain itu, kita diharapkan lebih memahami materi tentang Sistem Transportasi Makro dan Mikro

di Kota Semarang Tengah.

Saya menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, baik secara materi maupun penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya

dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati dan tangan terbuka, kami menerima saran untuk penyempurnaan makalah ini di

masa yang akan datang.

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi

pembaca maupun bagi kami sendiri sebagai penyusun.

Semarang, 3 Juni 2018

Penyusun

KELOMPOK 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Semarang merupakan ibukota provinsi dimana pusat perekonomian lebih
dominan berada di pusat kota, sehingga mobilitas orang dengan berbagai aktivitas, mobilitas
barang maupun jasa menupuk pada satu tujuan yaitu pusat kota (wilayah Simpang Lima dan
sekitarnya). Dampak dari realita ini adalah pada jam-jam tertentu terjadi kemacetan di
berbagai ruas Jalan Semarang.
Kemacetan lalu lintas jalan dapat terjadi karena ruas jalan tersebut sudah tidak mampu
menampung atau menerima arus kendaraan yang memiliki volume kendaraan yang
berlebihan. Ruas jalan yang sempit, dan banyaknya kendaraan yang melewati dapat menjadi
penyebab kemacetan. Selain itu pengaruh gangguan samping juga dapat mengakibatkan
kemacetan, seperti parkir di badan jalan, berjualan di trotoar atau pinggir jalan seperti yang
dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima, jalan digunakan sebagai pangkalan becak/ojek, serta
apabila jalan juga dimanfaatkan untuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat dengan
menggunakan badan jalan seperti adanya pesta, kematian, dll. Manajemen persimpangan yang
buruk juga dapat memicu adanya kemacetan lalu lintas
Pertumbuhan penduduk yang melanda kota-kota besar itu baik sebagai pertumbuhan
alamiah akibat kelahiran, maupun akibat terjadinya urbanisasi, menimbulkan tekanan-tekanan
baru pada kehidupan kota dan jaringan pelayanan yang tersedia bagi penduduk kota tersebut.
Salah satu jaringan pelayanan yang mengalami tekanan terberat adalah pelayanan transportasi.
Urbanisasi merupakan salah satu faktor eksternal wilayah yang akan mempengaruhi
pertumbuhan penduduk total di sebuah wilayah. Sebuah kota dengan daya tarik yang sangat
besar seperti kota tersebut merupakan kota besar yang menjadi pusat perdagangan, ekonomi,
maupun pemerintahan merupakan kota yang sangat memiliki potensi besar adanya urbanisasi
skala besar. Kebanyakan masyarakat yang melakukan urbanisasi adalah mereka yang ingin
memiliki penghidupan yang lebih baik di perkotaan.
Pertambahan jumlah penduduk secara alami ditambah dengan kegiatan urbanisasi dan
migrasi ke kota tentunya akan menambah volume perpindahan secara massal maupun individu
atau sering disebut mobilitas penduduk yang semakin bertambah. Untuk melakukan kegiatan
perpindahan atau mobilitas penduduk ini pastilah memerlukan moda transportasi baik umum
ataupun pribadi. Kondisi transportasi umum di Indonesia secara umum yang masih di bawah
standar kenyamanan para pengguna ini mengakibatkan masyarakat beralih lebih memilih
moda transportasi pribadi seperti sepeda motor maupun mobil pribadi. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk dengan dipermudah persyaratan untuk memiliki sebuah kendaraan pribadi
menyebabkan adanya pertambahan jumlah kendaraan pribadi semakin banyak tiap tahunnya.
Kenyataan pertambahan volume kendaraan bermotor tiap tahunnya tidak diimbangi
dengan penambahan kapasitas jalan, sehingga yang terjadi adalah kapasitas jalan yang tersedia
tidak mencukupi volume yang ada. Maka tidak heran daya layan jalan yang tidak memenuhi
akan menyebabkan kemacetan jalan pada saat kondisi puncak ramai kendaraan. Permasalahan
kemacetan ini perlu diurai dengan sebuah kebijakan yang sesuai. Pemerintah perlu mengambil
tindakan dengan mengambil keputusan yang bijak dalam rangka perlunya dibangun sistem
transportasi baru untuk mengurangi dan mengurai kemacetan dan kepadatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana profil Kota Semarang Tengah ?
2. Bagaimana sistem transportasi Kota Semarang Tengah ?
3. Bagaimana kelayakan sistem transportasi di Kota Semarang Tengah ?
4. Bagaimana pengembangan sistem transportasi Kota Semarang Tengah ?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Agar mengetahui profil wilayah Kota Semarang Tengah
2. Agar mengetahui sistem transportasi Kota Semarang Tengah
3. Agar mengetahui kelayakan sistem transportasi di Kota Semarang Tengah
4. Agar mengetahui pengembangan sistem transportasi Kota Semarang Tengah
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut dan udara. Dari ketiga jenis
transportasi yang paling banyak digunakan adalah transportasi darat, hal ini dikarenakan
macam transportasi darat lebih bervariasi dibanding yang lain dan juga prasarana transportasi
darat terdapat di manapun di seluruh kota di Indonesia. Tidak seperti transportasi udara dan
laut, prasarana yang tersedia di Indonesia masih sedikit dibanding transportasi darat.
Rekayasa transportasi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmiah iptek di dalam
semua tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infra struktur transportasi untuk
menjamin terselenggaranya pergerakan yang selamat, mudah, cepat, nyaman, ekonomis, dan
serasi serta bersahabat dengan lingkungan.
Beberapa fungsi transportasi, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
 Untuk memudahkan aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.
 Untuk melancarkan arus barang maupun arus manusia.
 Untuk menunjang perkembangan pembangunan pada suatu daerah.
 Dan untuk menunjang perkembangan ekonomi dengan jasa angkutan.

2.2. Sistem Transportasi


Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterkaitan antara penumpang atau barang,
prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangkaian perpindahan orang atau barang yang
tercakup dalam suatu tatanan Terdiri dari berbagai elemen yang harus bekerja sama untuk
menggerakkan suatu sistem Transportasi diantaranya adalah Sistem Transportasi Makro dan
Sistem Transportasi Mikro.
2.2.1. Sistem Transportasi Makro
 Transportasi Makro Menurut Para Ahli
a. Menurut (Button, 1993:123). Kebutuhan transportasi dipicu karena adanya
interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi yang tersebar didalam ruang atau
tata guna lahan.
b. Menurut (Nasution, 1996: 97) berpendapat bahwa transportasi sebagai
perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tujuan. Proses transportasi
merupakan gerakan dari tempat asal dimana pengangkutan dimulai, ketempat
tujuan dimana kegiatan diakhiri.
c. Menurut (Papacosta, 1987:33), tranportasi didefinisikan sebagai suatu sistem
yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas yang
diperlukan manusia.
d. Menurut (Morlok Edward K, 1985:87). Transportasi untuk orang atau barang
umumnya tidak dilakukan hanya untuk keinginan itu saja, tetapi untuk untuk
mencapai tujuan lainnya.
e. Menurut (Tamin, 1997:22-29), sistem transportasi secara makro terdiri dari
beberapa sistem makro, yaitu; (a) sistem kegiatan; (b) sistem jaringan; (c)
sistem pergerakan; dan (d) sistem kelembagaan.

Masing-masing sistem tersebut saling terkait satu sama lainnya. Sistem


transportasi makro tersebut terlihat pada gambar berikut:
a. Sistem kegiatan (transport demand)
Sistem ini merupakan pola kegiatan tataguna lahan yang terdiri dari
sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang
timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan
kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh
tataguna lahan tersebut.

b. Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply)


Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda
tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang
meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan
laut.

c. Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic)


Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan
suatu pergerakan manusia/kendaraan.

d. Sistem kelembagaan (institusi)


Untuk menjamin terjadinya pergerakan yang aman, nyaman, lancar,
mudah dan handal dan sesuai dengan lingkungan. Maka diperlukan suatu sistem
yang mengatur tiga sistem diatas. Sistem ini disebut sistem kelembagaan.

2.2.2. Sistem Transportasi Mikro


a. Sistem Kegiatan/Tata Guna
Rencana tata guna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan
perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi mudah.
Contoh permasalahannya :

 Adanya pemarkiran secara liar misalnya orang itu memarkir kepada tempat
yang semestinya bukan tempat parkir, hal ini dapat mengakibatkan
kemacetan. Ataupun perebutan tempat lahan parkir akan menimbulkan
kriminalitas.

b. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek), fasilitas
angkutan umum yang lbih baik (jangka pendek dan menengah), atau
pembangunan jalan (jangka panjang). Aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan
sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergeakan tersebut diatur
dengan baik.

Contoh permasalahannya :

 Angkutan umum dengan seenaknya berhenti ditepi jalan tanpa


menghiraukan pengguna jalan di belakangnya, hal ini akan berakibat
terjadinya kecelakaan. Harusnya pergerakan untuk angkutan umum harus
diatur sedemikian sehingga lalu lintas berjalan dengan baik.

c. Sistem Kelembagaan
Sistem kelembagaan meliputi individu, kelompok, lembaga, dan instansi
pemerintahan serta swasta yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Di Indonesia sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportasi
secara umum dapat terkoordinasi melalui beberapa sistem, yaitu:

1. Sistem kegiatan : Dilakukan oleh Bappenas, Bapeda,


Bangda dan Pemda.
2. Sistem Jaringan : Dephub, Bina Marga
3. Sitem Pergerakan : Dinas Perhubungan, Organda,
Polantas dan Masyarakat.
Contoh permasalahannya :

 Perencanaan suatu lembaga yang kurang matang. Misalnya sebuah kawasan


akan dibangun sebuah Mall atau tempat perbelanjaan, tetapi jalan dari
kawasan tersebut tidak memadai contohnya jalan rusak atau pun kapasitas
jalan tidak cukup. Bagaimana suatu Mall bisa berkembang apabila jalan
tersebut tidak diperbaiki dulu.

Menurut Hay (1977), terdapat 5 komponen dasar yang membentuk sistem transportasi,
yaitu: sumber tenaga penggerak, kendaraan, jalur pergerakan, terminal, dan sistem
pengendalian operasi. Pada dasarnya pendukung sistem transportasi terdiri dari 3 unsur:
1. Sarana, terdiri dari sumber tenaga penggerak dan kendaraan.
2. Prasarana, terdiri dari jalur pergerakan dan titik simpul pergerakan/terminal.
3. Sistem operasi dan pengendalian pergerakan
Ruang lingkup teknik transportasi dibagi menjadi 2 kategori yaitu yang berhubungan
dangan perencanaan sistem dan yang berhubungan dengan perancangan rinci masing-
masing komponen sistem (sarana-prasarana transportasi dan sistem pengoperasiannya).
Masalah-masalah yang timbul dalam sistem transportasi antara lain:
1. Stabilitas dan daya dukung jalur gerak , kondisi geologi dan geografis
2. Dampak yang timbul pada lingkungan hidup (polusi udara dan kebisingan)
3. Kapasitas/daya angkut sarana dan prasarana berpengaruh dengan makin besarnya
kebutuhan dan makin tingginya kecepatan yang diminta
4. Upaya perbaikan sistem dan metoda pengendalian untuk meningkatkan factor
keamanan dan keselamatan
5. Pendanaan yang terbatas
Dalam perencanaan transportasi yang menjadi pusat perhatian dalam perencanaan
transportasi adalah upaya memenuhi permintaan (demand) yang ada dengan tingkat dan
kualitas pelayanan yang memadai serta dengan dana yang terbatas.
BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Profil Kota Semarang Tengah

Secara geografis, Semarang terletak antara 6 50’ – 7 10’ Lintang Selatan dan garis 109
35’ – 110 50’ Bujur Timur, dengan batas-batas sebelah Utara dengan Laut Jawa, sebelah Timur
dengan Kabupaten Demak, sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, dan sebelah Selatan
dengan Kabupaten Semarang. Suhu Udara berkisar antara 20-30 Celcius dan suhu rata-rata27
Celcius.

Kota Semarang memiliki Luas 373,70 km atau 37.366.836 Ha terdiri dari 16 kecamatan
dan 117 kelurahan. Penduduknya sangat heterogen terdiri dari campuran beberapa etnis, Jawa,
Cina, Arab dan Keturunan. Juga etnis lain dari beberapa daerah di Indonesia yang datang di
Semarang untuk berusaha, menuntut ilmu maupun menetap selamanya di Semarang. Mayoritas
penduduk memeluk agama Islam, kemudian berikutnya adalah Kristen, Katholik, Hindu dan
Budha. Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, terdiri dari pedagang, pegawai
pemerintah, pekerjaan pabrik dan petani.

Kota Semarang nampaknya akan terus berkembang, selain sebagai kota perdagangan
juga menjadi kota jasa pariwisata. Oleh karena itu, di Semarang terus bertumbuh hotel-hotel
dari kelas, melati hingga bintang. Perkembangan menjadi kota jasa itu akan ditunjang sarana
transportasi udara dengan Bandara Ahmad Yani yang ditingkatkan statusnya menjadi Bandara
Internasional, maupun transportasi darat berupa Kereta Api (KA) dan bus dengan berbagai
jurusan.
2.2. Sistem transportasi Kota Semarang Tengah

Dalam sebuah kota yang maju seperti kota Semarang, salah satu pembangunan yang
memperoleh prioritas utama adalah transportasi publiknya. Tanpa transportasi publik yang
baik, masyarakat kota akan kesulitan melakukan mobilitas keseharian. Lebih parah dari itu,
kondisi lalu lintasnya pun bisa menjadi semrawut.

Namun, dalam proses menjadikan transportasi publik sebagai pilihan utama untuk
melakukan perjalanan, tentu hadir sekian tantangan yang mesti ditangani dengan bijak oleh
pihak-pihak terkait. Dari sisi transportasinya sendiri, kita harus sadar bahwa saat ini peminat
transportasi massal di Indonesia masih tergolong sedikit. Entah karena alasan mobilitas maupun
rutenya yang kurang akomodatif. Peminat yang masih sedikit ini bisa membuat repot operator
transportasi publik, sebab bisa membuat kerugian finansial perusahaan.

Selain itu, operator pun tak sedikit yang masih kesulitan dalam memantau moda
transportasi yang tengah beroperasi. Ini didasari pada fakta bahwa masih ada operator yang
kemampuan mengelola moda transportasinya terbatas.

Meski begitu, permasalahan transportasi publik bukan hanya berasal dari sisi
transportasinya, masyarakat pun ikut ambil bagian. Bagi masyarakat calon konsumen
transportasi publik, tidak sedikit yang mengeluhkan tentang ketidakjelasan jam operasional
transportasi. Selain itu, di kondisi yang masih minim armada, waktu konsumen banyak
dihabiskan buat menunggu kedatangan kendaraan, apalagi kalau lokasi tunggunya tidak
strategis. Dan masalah utama yang masih menjadi sorotan sampai sekarang adalah tentang sisi
keamanan dan kenyamanan ketika sedang berada di dalam transportasi publik.
2.3. kelayakan sistem transportasi di Kota Semarang Tengah

Dalam rangka menciptakan sistem transportasi yang lebih baik, pemerintah Kota
Semarang mengadakan bus rapid transit (BRT) Trans Semarang yang mulai beroperasi pada
tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan halte BRT trans semarang
koridor VI. Penelitian ini menggunakan teknik kritik deskriptif. Hasilnya diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam menciptakan
sistem transportasi yang lebih baik. Berdasarkan observasi yang dilakukan, mayoritas halte
BRT Trans Semarang koridor VI memakai halte non permanen dan kurang layak untuk
dijadikan halte/shelter BRT. Dengan demikian pemerintah diharapkan membenahi kelayakan
halte BRT Trans Semarang agar rasa aman dan nyaman dapat diperoleh oleh pengguna BRT.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk menjaga kualitas layanan yang diberikan.
Layanan tersebut diantaranya pelayanan tiket, kondisi, kecepatan dan lama menunggu bus, serta
penempatan dan kondisi halte /shelter yang baik.

a. Pengertian Shelter/Halte

Definisi shelter menurut Keputusan Direktorat Jenderal Dinas Perhubungan Tahun


1996 Tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Pemberhentian Kendaraan
Penumpang Umum adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum untuk
menurunkan dan atau menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan.
Tujuannya adalah:

1) menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas;

2) menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum

3) menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau


4) menurunkan penumpang;

5) memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan umum


atau bus.

b. Standar Lokasi Shelter

Beberapa pedoman dalam menentukan lokasi shelter adalah menghubungkan jarak


maksimal dalam berjalan kaki (Giannopoulos, 1989). Adapun jarak rata-rata yang
disarankan adalah sebagai berikut:

1) 150 – 250 meter dari pusat kota atau dari daerah yang berpopulasi tinggi.

2) 200 – 350 meter dari wilayah dengan populasi sedang dengan area kepadatan
2000 orang/km².

3) 250 – 500 meter di daerah pinggiran dan area kepadatan rendah.

kondisi beberapa shelter dirasa kurang layak, khususnya halte non permanen karena
kurang memenuhi standar shelter pada umumnya di mana beberapa shelter tidak memiliki
ramp bagi penyandang disabilitas dan tidak adanya railing sebagai pegangan pada shelter.

Selain itu dimensi shelter juga kurang layak karena tidak cukup untuk menampung lebih
dari 10 orang. Bahkan ada beberapa titik yang seharusnya menjadi pemberhentian bus
tidak menyediakan shelter sehingga pengguna kesulitan saat akan naik maupun turun.

Sedangkan solusi untuk mengatasi masalah shelter ini adalah denga cara :

a.Ditambahnya dimensi shelter sehingga pengguna merasa nyaman dalam


menggunakannya.

b. Menambahan railing ataupun aspek keamanan lainnya agar pengguna merasa aman.

c. Menambahkan aksesibilitas seperti ramp agar shelter bersifat universal untuk semua
kalangan.
2.4. Pengembangan sistem transportasi Kota Semarang Tengah

Kondisi Kota Semarang yang memiliki banyak jenis kendaraan terutama kendaraan
umum masih belum secara signifikan menggantikan keberadaan kendaraan pribadi. Hal ini
terjadi dikarenakan masyarakat masih merasakan bahwa pelayanan dari kendaraan umum
masih kurang. Beberapa kekurangan pelayanan kendaraan umum adalah waktu tunggu yang
terlalu lama, masih menggunakan jalur yang sama dengan kendaraan pribadi sehingga ketika
macet tidak ada bedanya, beberapa kendaraan yang sudah tua dengan kursi yang sudah jelek
dan kondisi mesin yang sudah tidak baik. Selain itu juga keterhubungan antar satu jenis moda
dengan lainnya masih kurang, walaupun memang sudah cukup terjangkau biaya yang
dikeluarkan jika menggunakan BRT dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum
lainnya. Jika dihitung dengan biaya bensin kendaraan pribadi, BRT juga lebih hemat. Oleh
karena itu diperlukan lagkah tepat dalam pengembangan sistem transportasi yang
berkelanjutan.

Sistem transportasi berkelanjutan bertujuan untuk menciptakan kondisi yang lebih


baik dimasa yang akan datang. Selain rencana harus mampu menjawab permasalahan, konsep
perencanaan yang diangkat juga harus sesuai dengan teori yang ada dan mampu mendukung
visi yang dirumuskan.

Pada sasaran yang pertama yakni terwujudnya sistem jaringan transportasi yang
terpadu, kinerja ditekankan pada peningkatan kualitas jaringan jalan baik kondisi maupun
peningkatan fasilitas perlengkapan jalan seperti rambu, marka dan penerangan jalan itu sendiri.
Dalam teori terkait transportasi berkelanjutan, salah satu kriteria yang harus ada dalam
pengembangan transportasi bekelanjutan adalah aksesibilitas wilayah yang baik yang
ditunjukkan dengan kondisi jaringan jalan yang baik. Maka jika dilihat pada hal ini, Kota
Semarang telah mampu mewadahi kriteria yang diperlukan dalam mengembangkan transportasi
berkelanjutan.

Melalui penyediaan transportasi massal ramah lingkungan (BRT, monorel/MRT),


integrasi dan interkoneksi antar moda transportasi di terminal, pelabuhan, stasiun kereta api dan
bandara dan pengembangan moda transportasi regional (comuter line Kedungsepur)
menunjukkan pengembangan transportasi di Kota Semarang yang memperhatikan ketiga aspek
tersebut. Dilihat secara pada aspek lingkungan, penyediaan transportasi umum yang semakin
meningkat dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang mampu mengurangi jumlah polusi
udara. Transportasi umum juga terjangkau dengan tarif Rp1.000-3.500, maka semua kalangan
dapat mengakses. Interkoneksi antar moda transportasi di terminal, pelabuhan, stasiun kereta
api dan bandara serta pengembangan terminal barang merupakan salah satu perwujudan
dukungan terhadap salah satu hal yang harus tercapai didalam visi, yakni Semarang kota
perdagangan dan jasa.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Kemacetan lalu lintas jalan dapat terjadi karena ruas jalan di Semarang sudah tidak
mampu menampung atau menerima arus kendaraan yang memiliki volume
kendaraan yang berlebihan. Ruas jalan yang sempit, dan banyaknya kendaraan
yang melewati dapat menjadi penyebab kemacetan.
 Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterkaitan antara penumpang atau barang,
prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangkaian perpindahan orang atau
barang yang tercakup dalam suatu tatanan Terdiri dari berbagai elemen yang harus
bekerja sama untuk menggerakkan suatu sistem Transportasi diantaranya adalah
Sistem Transportasi Makro dan Sistem Transportasi Mikro.
 Salah satu angkutan umum yang menjadi tolak ukur pengembangan transportasi
berkelanjutan diSemarang adalah BRT
 Kurangnya fasilitas Shelter atau terminal kecil untuk menunjang ke
 Permasalahan transportasi publik diSemarang bukan hanya berasal dari sisi
transportasinya,namun bisa juga disebabkan karena ketidakpastian jam Operasional
angkutan umum itu sendiri
 Sistem transportasi di Semarang kota cenderung mengarah pada transportasi darat,
dikarenakan hamir tidak tersedianya sungai di wilayah ini
 Masyatrakat sekitar umumnya melakukan pergerakan sehari-hari dengan
menggunakan kendaraan pribadi disbanding Angkutan umum BRT.

4.2. Saran
 Penyuluhan tentang pentingnya BRT kepada masyarakat sekitar sangatlah
diperlukan
 Memperbaiki jam operasional BRT di Semarang sehingga masyarakat pengguna
angkutan umum merasa memiliki kepastian jadwal keberangkatan
 Memperbaiki Shelter BRT sehingga masyarakat pengguna angkutan umum merasa
nyaman
 Mengurangi parkir liar dan pedagang kaki lima pada badan jalan yang
menyebabkan kemacetan
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang

https://id.scribd.com/document/116098268/TRANSPORTASI

http://eprints.undip.ac.id/34316/4/2129_chapter_I.pdf

http://www.semarangkota.go.id/main/menu/11/profil-kota-semarang/profil-kota

dll

Anda mungkin juga menyukai