Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN LIMA LANTAI

BPR ARTOMORO SEMARANG


Mustaghfirin C.131.16.0217
Sigit Prasetya C.131.16.0276

Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang


Jl. Soekarno Hatta, Tlogosari Kulon, Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah 59160
Firin706@gmail.com
SigitPrasetya171@gmail.com

ABSTRAK
Kepadatan penduduk yang terus meningkat menjadikan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) semakin pesat guna menunjang perekonomian masyarakat yang konsumtif. Keberadaan
UMKM yang hampir di seluruh wilayah dan hampir bergerak di segala bidang usaha serta
keunggulannya dalam bertahan menghadapi gunjangan krisis ekonomi mampu memberikan dukungan
yang besar kepada pengusaha menengah dan pengusaha besar. Demi mewujudkan pengembangan
UMKM di kota Semarang yang akan mampu menunjang perekonomian kota Semarang.
Penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, atau sumber pendapatan bagi masyarakat/RT miskin
dengan semakin banyaknya UMKM. Demikian, perlu adanya sarana fasilitas permodalan dan sistem
pendukung usaha yang memadai mengingat masih kurangnya fasilitas pemodalan dan sistem
pendukung usaha mikro di kota Semarang. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan pembangunan
gedung Perkantoran BPR ARTOMORO SEMARANG dengan memperhatikan segi kenyamanan,
kelengkapan fasilitas, dan pemenuhan standar sebuah kantor, sehingga kantor tersebut menjadi yang
representative di tengah-tengah kota semarang sehingga meningkatkan minat para pelaku usaha mikro
di Kota Semarang. Perencanaan Struktur gedung Perkantoran BPR ARTOMORO ini meliputi: atap,
pelat lantai, kolom, balok, tangga, dan pondasi. Lokasi gedung berada di Jalan Semarang – Demak
No.2, Onggorawe, Loireng, Kec.Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dengan klasifikasi situs
tanah lunak (SE), faktor modifikasi (R) = 8, faktor keutamaan gempa (Ie) = 1. Untuk balok, kolom,
pelat lantai digunakan mutu beton (f’c) = 30 Mpa, mutu tulangan longitudinal (fy) = 400 Mpa, dan
tulangan geser (fyt) = 240 Mpa. Dari hasil perencanaan ini diperoleh atap menggunakan model kuda-
kuda baja double angel, tebal plat lantai 120 mm, balok utama dengan dimensi 300 x 550 mm, balok
bordes 200 x 400 dan balok anak 200 x 400 mm. Untuk kolom dengan dimensi 500 x 500 cm.
Struktur bawah menggunakan spun pile sedalam 25 meter dengan diameter 25 cm. Alat bantu yang
digunakan pada perencanaan ini adalah software SAP 2000, Microsoft Office, dan Autocad.
Kata Kunci : Perencanaan, Gedung Perkantoran
ABSTRACT
Population density that continues to increase makes the development of Micro, Small and Medium
Enterprises (MSMEs) increasingly rapid in order to support the economy of a consumptive
community. The existence of MSMEs, which are almost in all regions and almost engaged in all
business fields and their advantages in surviving the shock of the economic crisis, are able to provide
great support to medium and large entrepreneurs. In order to realize the development of MSMEs in
the city of Semarang which will be able to support the economy of the city of Semarang.
Creation/growth of job opportunities, or sources of income for the poor community/RT with the
increasing number of MSMEs. Thus, it is necessary to have adequate capital facilities and business
support systems considering the lack of capital facilities and micro business support systems in the
city of Semarang. Therefore, it is necessary to plan and construct the BPR ARTOMORO SEMARANG
office building by paying attention to the comfort, completeness of facilities, and compliance with the
standards of an office, so that the office becomes a representative office in the middle of the city of
Semarang, thereby increasing the interest of micro business actors in the city of Semarang. Planning
The structure of the BPR ARTOMORO office building includes: roof, floor slabs, columns, beams,
stairs, and foundations. The location of the building is on Jalan Semarang – Demak No. 2,
Onggorawe, Loireng, Kec. Sayung, Demak Regency, Central Java, with a site classification of soft
soil (SE), modification factor (R) = 8, earthquake priority factor (Ie) = 1. For beams, columns and
floor slabs, concrete strength (f'c) = 30 Mpa, longitudinal reinforcement quality (fy) = 400 Mpa, and
shear reinforcement (fyt) = 240 Mpa. From the results of this plan, the roof uses a double angel steel
truss model, floor plate thickness of 120 mm, main beam with dimensions of 300 x 550 mm, landing
beam 200 x 400 and child beam 200 x 400 mm. For columns with dimensions of 500 x 500 cm. The
lower structure uses a spun pile as deep as 25 meters with a diameter of 25 cm. The tools used in this
plan are SAP 2000, Microsoft Office, and Autocad software.

Keyword : Planning, Office Building

PENDAHULUAN DASAR TEORI


Kepadatan penduduk yang terus Struktur bangunan gedung harus
meningkat menjadikan perkembangan Usaha diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak
Mikro Kecil Menengah (UMKM) semakin beraturan. Struktur yang tidak memenuhi
pesat guna menunjang perekonomian ketentuan diatas ditetapkan sebagai gedung
masyarakat yang konsumtif. Keberadaan tidak beraturan berdasarkan konfigurasi
UMKM yang hampir di seluruh wilayah dan horizontal dan vertikal bangunan gedung.
hampir bergerak di segala bidang usaha serta 1. Ketidakberaturan horisontal
keunggulannya dalam bertahan menghadapi
Tabel 2.1. Ketidakberaturan Horisontal
gunjangan krisis ekonomi mampu memberikan
Pada Struktur
dukungan yang besar kepada pengusaha
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan
menengah dan pengusaha besar. Oleh
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
karenanya, UMKM memiliki potensi yang
Non Gedung. SNI 1726 – 2012.
lebih besar dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat.. Keberhasilan suatu usaha salah
2. Ketidakberaturan vertikal
satunya dipengaruhi oleh masalah permodalan.
Oleh karena itu peran pemerintah dan swasta Tabel 2.2. Ketidakberaturan Vertikal
dalam memenuhi kebutuhan modal sangat Pada Struktur
diperlukan. Peran tersebut pada umumnya
diberikan dalam bentuk pemberian kredit yang
dilakukan oleh BANK PERKREDITAN
RAKYAT.

Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan


Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung. SNI 1726 – 2012.

PEMBEBANAN
1. Beban Statis bangunan serta perilaku dan besar getaran
Beban statis adalah beban yang itu sendiri.
bersifat tetap sepanjang masa atau terus 5 . qx . l 4 px . l 3
fx = +
menerus selama bangunan masih tetap ada, 384 . E . Iy 48 . E . Iy
bekerja secara terus-menerus pada struktur. fy =
5 . qy . l 4
+
py . l 3
384 . E . Ix 48 . E . Ix
a) Beban Mati 1
f = √ ( fx 2 + fy 2 ) < f ijin = ×l
Beban mati (dead load) adalah berat 500
dari semua bagian dari suatu gedung yang Dimana :
bersifat tetap, termasuk segala unsur FI : gaya Inersia
tambahan, penyelesaian-penyelesaian, V : gaya geser penahan Inersia
mesin -mesin serta peralatan tetap yang a : percepatan gempa
merupakan bagian yang tak terpisahkan g : gravitasi
dari gedung itu. (PPPURG, 1983:Bab I
pasal 1 ayat 1). Suatu aspek penting yang utama dalam
meninjau perilaku struktur fleksibel yang
b) Beban Hidup mengalami percepatan tanah adalah periode
Beban hidup (live load) adalah semua alami getar.
beban yang terjadi akibat penghunian atau 1) Wilayah Gempa dan Spektrum
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya Respons
termasuk beban-beban pada lantai yang 2) Faktor Keutamaan Gedung (I)
berasal dari barang-barang yang dapat 3) Daktilitas Struktur Gedung
berpindah, mesin-mesin serta peralatan 4) Pembatasan Waktu Getar
yang tidak merupakan bagian yang tak 5) Jenis Tanah
terpisahkan dari gedung dan dapat di ganti
RENCANA STRUKTUR
selama masa hidup dari gedung itu,
1. STRUKTUR ATAS
sehingga mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan lantai dan atap bangunan
a) Perencanaan Struktur Atap
GORDING
tersebut.
Mendimensi gording
c) Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan
udara. (PPPURG, 1983:Bab I pasal 1 ayat
3).

2. Beban Dinamis
Beban dinamis adalah beban yang
Gambar 2.4. Gording
bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada
Pembebanan:
umumya, beban ini bersifat tidak tetap
a. Beban mati (D)
(unsteady-state) serta mempunyai
b. D = q = berat sendiri profil (qs) + berat
karakterisitik besaran dan arah yang
atap / genteng (qa)
berubah-ubah menurut waktu atau biasa
c. Beban hidup (L) = p
dikatakan bebabn dinamis ini hanya bekerja
d. Tekanan angin (w)
pada kurun waktu tertentu saja.
a) Beban Gempa
KUDA - KUDA
Beban Gempa adalah semua beban
Desain kuda-kuda didesain dengan
statik ekuivalen yang bekerja pada gedung
memperhatikan batasan-batasan sebagai
atau bagian gedung yang menirukan
berikut dan untuk menghindari tekuk pada
pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tahap pelaksanaan maupun akibat gaya yang
itu.
bekerja, maka kelangsingan maksimum batang
Adapun faktor-faktor itu adalah
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
bagaimana massa tersebut terdistribusi,
- Konstruksi utama tidak boleh lebih dari
kekakuan stuktur, kekakuan tanah, jenis
150.
pondasi, mekanisme redaman pada
- Konstruksi sekunder tidak lebih dari 200.
- Angka kelangsingan (λ) = Lk / i min c. Tulangan tarik harus disebar merata
dimana : didaerah tarik maksimum dari
Lk = panjang tekuk (m) penampang.
i min = jari-jari kelembaman minimum d. Pada balok-balok yang lebih tinggi
batang (m) dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan
1 3
i min= bh samping dengan luas minimum 10%
12 dari luas tulangan tarik pokok.
Diameter batang tulangan tersebut
PERENCANAAN PELAT LANTAI tidak boleh diambil kurang dari 8 mm
Pelat lantai merupakan suatu konstruksi pada jenis baja lunak dan  6 mm pada
yang menumpu langsung pada balok dan atau jenis baja keras.
dinding geser. e.  Pada balok senantiasa harus dipasang
Dalam menentukan tebal lantai perlu di sengkang. Jarak sengkang tidak boleh
perhatikan hal-hal sebagai berikut: diambil lebih dari 30 cm, sedangkan
- Besar lendutan yang di inginkan. dibagian balok sengkang-sengkang
- Lebar bentangan atau jarak antara bekerja sebagai tulangan geser. Atau
balok – balok pendukung. jarak sengkang tersebut tidak boleh
- Bahan konstruksi dan pelat lantai. diambil lebih dari 2/3 dari tinggi
balok. Diameter batang sengkang tidak
boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis
baja keras.

PERENCANAAN TANGGA
Semua tangga direncanakan dengan
menggunakan tipe K dengan pelat miring
sebagai ibu tangga. Perhitungan optrede dan
Gambar 2.5. Prinsip Desain Pelat
antrede tangga menggunakan rumus :

2 x optrede + antrede = 61 cm s/d 65 cm


PERENCANAAN BALOK
1. Perhitungan Balok keterangan :
Balok adalah bagian dari struktur optrede = langkah
sebuah bangunan yang kaku dan di rancang tegak
untuk menopang lantai dan mentransfer antrede = langkah datar
beban menuju elemen-elemen kolom sudut tangga (α) = arc tan (x/y)
penopang. jumlah anterde =A
Persyaratan balok menurut  PBBI jumlah optred =O=A+1
1971.N.I – 2 hal. 91  sebagai berikut : Analisa gaya yang bekerja pada tangga
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil dengan menggunakan program SAP2000
kurang dari 1/50 kali bentang bersih. sedangkan desain struktur sama dengan desain
Tinggi balok harus dipilih sedemikian pelat dan balok sekunder.
rupa hingga dengan lebar badan yang
dipilih. PERENCANAAN KOLOM
b.  Untuk semua jenis baja tulangan, Kolom adalah batang tekan vertikal dari
diameter (diameter pengenal) batang rangka struktur yang memikul beban dari
tulangan untuk balok tidak boleh balok. Kolom beton bertulang secara garis
diambil kurang dari 12 mm. Sedapat besar dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
mungkin harus dihindarkan 1. Blok tekan pendek
pemasangan tulangan balok dalam 2. Kolom pendek
lebih dari 2 lapis, kecuali pada 3. Kolom panjang atau langsing
keadaan-keadaan khusus. Berdasarkan Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung, kuat
tekan rencana dari komponen struktur tekan
tidak boleh diambil lebih besar dari ketentuan Dengan menggunakan kelompok tiang
berikut: pancang (pile group) sehingga digunakan
1) Untuk komponen struktur non-prategang rumus Tarzaghi untuk menghitung daya
dengan tulangan spiral atau komponen dukung tanah :
struktural tekan komposit.
ФPn (max) = 0,85 Ф [0,85 x f’c (Ag - As) q ult =1,3 . C . Nc+Df . γ . Nq+0,4 . γ . B . Nγ
+ fy x As]
2) Untuk komponen struktur non-prategang PERENCANAAN PILE CAP
dengan tulangan pengikat. Pile cap pengikat antara pondasi dan
ФPn (max) = 0,80 Ф [0,85 x f’c (Ag - As) kolom. Fungsi dari pile cap adalah untuk
+ fy x As] menyalurkan beban dari beban dai atasnya
yang kemudian di teruskan ke tiang pancang.
Tabel 2.23. Momen Inersia Elemen
Analisis mengenai desain pile cap sendiri
Struktur
sebagai berikut :
1) Perhitungan tulangan lentur pile cap :
β’ = Ip – Ik
q’ = 2000 Ag
Mu =2 ( Pu4 ) s−0,5 q β 2

α
φMn = φAsFy(d− ¿
2
AsFy
α =
2. STRUKTUR BAWAH 0,85 x f ' c x b
2) Kontrol kuat geser beton pile cap di
Untuk Perencanaan Struktur Gedung
Lima Lantai Kantor Pengadilan Negeri Kota ambil nilai terkecil dari = i :
Semarang, dilakukan penyelidikan tanah 2 √ F ' c x bo x d
Vc = (1+ )
meliputi pekerjaan Booring, Conus βc 6
+2) √
Penetration Test, Sievee Analysis dan Direct ∝sd '
F c x bo x d
Shear Test. Vc =(
bo 12
1
= √ F c x bo x d
'
DAYA DUKUNG TANAH Vc
Daya dukung (Bearing Capacity) adalah 3
kemampuan tanah untuk mendukung beban Ketentuan :
gedung yang berdiri di atasnya baik dari segi ∝s = 40 untuk kolom dalam
struktur pondasi maupun bangunannya sendiri ∝s = 30 untuk kolom tepi
tanpa terjadi keruntuhan geser. ∝s = 20 untuk kolom sudut
Daya dukung batas (Ultimate Bearing ak
βc =
Capacity) adalah daya dukung terbesar dari Bk
tanah, biasanya diberi simbol qult. Besarnya bo = 4β
daya dukung yang diijinkan sama dengan daya
dukung dibagi dengan angka keamanan PERENCANAAN PONDASI
(Wesley L.D. 1997. Mekanika Tanah. Badan Pondasi merupakan titik tumpuan terahkir
Penerbit PU. Jakarta), rumusnya adalah : dari semua elemen struktur yang berada
diatasnya. Beban-beban yang di terima
qult pondasi kemudian akan di teruskan ke lapisan
qa  di bawahnya dan sekeliling pondasi tersebut.
FK
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan di
dimana : gunakan terlebih dahulu harus di ketahui
qa : daya dukung yang diijinkan keadaan, susunan, dan sifat-sifat tanah serta
qult : daya dukung terbesar dari tanah daya dukungnya. Perencanaan tiang pancang
FK : angka keamanan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Daya dukung tiang pancang tunggal
a) Berdasarkan kekuatab bahan pancang
Ptiang = σb x Ab Gambar 2.15. Pemindahan Tiang Pancang
Dimana : Lurus
σb = Tegangan tekan beton yang di
ijinkan 1
M 1= ×q × a
Ab = Luas perm ukaan tiang 2
2
pancang q × ( L−2 a ) qa 2
b) Berdasarkan hasil sondir M 2= −
8 2
Kapasitas tiang (Qa11) berdasarkan hasil M 1=M 2
uji sondir di hitung menggunakan 2 2
motede Bagemann sebagai berikut : 4 a +4 a . L−L =0 → L=10
2 2
qc x Ab JHP x O 4 a +4 a .10−10 =0
Qa11 = +
3 5 −b ± √ b 2−4 ac
a 1,2=
Dimana : 2a
Ab = luas ujung bawah tanah −4 L ± √ 16 L −4.4 .(−L)
2 2
O = luas selimut tiang a 1,2=
Qc = tahanan ujung kerucut statis 2.4
−4 L ± √32 L
2
JH = Jumlah hambatan pelekat a 1,2=
2. Beban ijin tiang pancang 8
Efisiensi tiang menurut Converse −4 L ± 4 L √2
Lebarre : a 1,2=
8
ϕ
Eff = 1- ( a 1,2=½ (−L ± L √ 2 )
90
a 1= 0,207 L
( n−1 ) x m+ ( m−1 ) x n
) a 2= 1,207 L
mxn
Dimana :
n = jumlah baris tiang pancang
m = jumlah tiang dalam satu baris b. Pengangkatan dan pemasangan tiang
ϕ = arc tg diameter tiang / jarak tiang pancang
Beban ijin tiang pancang ditentukan
dengan persamaan berikut :
Pijin = Eff x Qa11
3. Beban maksimum tiang pancang
Beban maksimum yang terjadi pada
suatu tiang pancang ditentukan dari
persamaaan berikut :

Pu Mx. Y My . X
Pmaks = ± ± <
n ΣY ² Σx ²
Gambar 2.16. Pengangkatan dan
Pijin
Pemasangan Tiang Pancang
Sedangkan dalam pemindahan tiang
pancang didasarkan pada pengangkatan : ( L2−2. a . L )
a=
a. Pemindahan lurus 2 . ( L−a )
L2 – 2aL = 2aL – 2a2
2a2 – 4aL + L2 = 0
−b ± √ b −4 ac
2
a1,2 =
2a
−4 L ± √−16 L −4.2 . L
2 2
a1,2 =
2.2
−4 L ± √−16 L2−8. L2
a1,2 =
4
−4 L ± 2 L √ 6  Mutu baja = Bj 37
a1,2 = (Asumsi)
4
a1,2 = L(-1±½.√ 6 ) Sifat mekanis baja
a1 = 2,929.L  Modulus Elastisitas (E) =200000 Mpa
a2 = 17,071.L  Modulus Geser (G) = 80000 Mpa
 Poison Ratio (µ) = 30 %
c. Jadi yang berpengaruh adalah saat  Koefisien pemuaian (α) = 1,2 * 10-6/0
kondisi 2 (Pengangkatan dan pemasangan C
tiang pancang) (SNI 03-1729-2002, hal 9)
 Mutu Baja = Bj 37
Mu  Tegangan Leleh (Fy) = 240 Mpa
M n=  Tegangan Ultimit (Fu) = 370 Mpa
8
Mn  Tegangan Dasar = 160 Mpa
K=
b . d . Rλ
F=1− √1−2 k
F . Rλ
ρ=
2400
A s=ρ . b . d

METODOLOGI PERENCANAAN

Dalam suatu perencanaan gedung dibutuhkan


beberapa tahapan yang harus dilaksanakan,
antara lain : Pengumpulan Data, Pengolahan
Data, dan Analisis Data. Setelah tahapan –
tahapan tersebut dilaksanakan, maka akan
mendapatkan hasil perencanaan tersebut.

Gambar 3.1. Bagan Metodologi


Perencanaan
 Peregangan Minimum = 20 %
Perhitungan Rangka Atap
Adapun data-data perencanaan kuda-kuda
sebagai berikut: Tabel 4.1 Sifat Mekanis Baja
a) Bentang kuda-kuda = 10.50 m
b) Jarak kuda-kuda = 3,03 m
c) Sudut kemiringan = 300
d) Tinggi kuda-kuda = tan 300
x
= 1 (SNI 03-1729-2002, tabel 5.3
bentang kuda−kuda
2 hal 11)
x
0,577 = Berat bangunan dan komponen gedung
10.50 m
dutetapkan sebagai berikut:
X = 6.058 m
 Berat perunit komponen baja: 7850kg/m3
e) Jarak Gording = 1.2 m  Penutup atap genting : 50 kg/m2
 Plafont eternit : 11 kg/m2
 Jenis penutup atap = Genteng  Penggantung : 7 kg/m2
 Jenis plafond = Eternit (PPPURG 1987, hal 5-6)
 Sambungan = Baut Beban hidup yang berada pada atap:
 Beban hidup pekerja : 100 kg/m2 Fc = 30 Mpa
 Beban air hujan : (40 - 0,8 x Berat per unit volume = 2400Kg/m3
300) = 16 kg/m2 ( PPPURG 1987)
(PPPURG 1987, hal 7) Modulus elastisitas = 25742Mpa
Ec = 4700√ fc → 4700√ 30 = 25742,96
 Tekanan tiup angin : 25 kg/m2 Mpa
(SNI -2847 -2013, pasal 10.5(1), hal 54 )
(PPPURG 1987, hal 18)
 Koefisisen angin Material Tulangan
Fy = 240 Mpa
Angin tekan :0,02α– 0,4 (SNI-03-1729-2002, pasal 5.1.3, hal 9)
Angin hisap :-0,4 Berat per unit volume = 7850 Kg/m3
(PPPURG 1987)
(PPPURG 1987, hal 20) Modulus elastisitas = 200000 Mpa
(SNI-03-1729-2002, pasal 5.1.3, hal 9)
PERENCANAAN KUDA - KUDA Data Beban Yang Bekerja Pada Pelat
Adapun data-data dalam perencanaan
kuda-kuda tersebut adalah sebagai berikut: 1. Beban Mati
Data-data perencanaan  Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3
 Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3
 Bentang kuda-kuda = 10.50 m
 Berat jenis lapisan lantai = 1800 Kg/m3
 Jarak kuda-kuda = 3,03 m
 Penutup lantai ubin = 24Kg/m2
 Sudut kemiringan = 300
 Tebal lapisan lantai = 3 cm
 Jarak gording = 1,2 m
 Dinding pasangan bata merah = 1700
 Penutup atap = Genteng
Kg/m3 (tanpa lubang)
 Sambungan = baut
 Berat plafond dan penggantung = 18
(Asumsi)
Kg/cm
 Berat gording = 12,30 kg/m ( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
(Tabel Konstruksi Baja, hal 54) 2. Beban Hidup
 Modulus Elastisitas baja =200000 Mpa  Bangunan Perkantoran = 250 Kg/m2
 Modulus Geser (G) = 80000 Mpa ( PPPURG 1987, hal 12 )
 Poisson Ratio (m) = 30% Pembebanan Pada Pelat
 Koefisien Muat (at) = 1,2*10-5 1. Beban Mati (Wd)
(pasal 5.1.3, SNI 03-1729-2002, hal 9)  Berat pelat lantai = 2400 x 0,12
 Mutu baja = BJ 370 = 288 Kg/m3
 Tegangan leleh (fy) = 240 Mpa  Penutup lantai
 Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa = 24 Kg/m2
 Peregangan minimum = 20%  Berat plafond
(tabel 5.3, SNI 03-1729-2002, hal 11) = 18 Kg/m2
 Berat penutup atap genteng = 50 kg/m2 Total pembebanan (WD) = 330 Kg/m2
(PPPURG 1987, hal 6)
 Berat per Unit Volume = 7850 kg/m3 2. Beban Hidup (WL)
(tabel 1, PPPURG 1987, hal 5)  Beban Hidup Bangunan = 250 Kg/m2
 Beban Hidup pada Gording = 100 kg
(pasal 2.1.2.2, PPPURG 1987, hal 7) 3. Kombinasi Pembebanan
 Tekanan Tiup Angin = 25 kg/m2 Sebagai lantai utama kantor
(pasal 2.1.3.2, PPPURG 1987, hal 18) Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (330) + 1,6 (250)
= 796 Kg/m2  7,96 KN/m2
Perhitungan pada pelat tipe A1 dengan
PERHITUNGAN PELAT LANTAI
dimensi 320 x 300 cm, lantai aula.
1. Data Teknis Pelat Lantai Rencana : 1. Penulangan Arah X
Material Beton
Momen Lapangan (Mlx) = - Mu
4,011 KN.m 2 = 181,43 
b ×d
Mu −4,011
¿ Interpolasi (dari exel)
b ×d 2
1,0× 0,0942 Mu
= -453,938 KN/m2 2 = 200 
b ×d
Mu
= 400  ρ = 0,0010
2
b ×d 181,43
ρ = 0,0021 ρ = 0,0010 + ×
100
Mu (0,0010 – 0,0005)
= 453,9 
b ×d 2 = 0,0014 
Interpolasi ρmin > ρ
Mu As = ρmin × b × dx
= 500  = 0,0058 × 1000 × 82
b ×d 2 = 475,6 mm2
ρ = 0,0026 Didapat dari tabel 13a
53,9 Tulangan yang dipakai  12 – 200
ρ = 0,0021 + ×
100 (As = 565 mm2)
(0,0026 – 0,0021)
= 0,0023  4. Penulangan Arah Y
ρmin > ρ Momen Tumpuan (Mlx)
As = ρmin × b × dx = -3,367 KN.m
= 0,0058 × 1000 × 94 Mu −3,367
= 545,2 mm2 2
= 2
Didapat Tulangan yang
b ×d 1,0× 0,082
= -500 KN/m2
dipakai  12 – 200 (As = 565
mm2) = 0,0026 ρmin > ρ
As = ρmin × b × dx
2. Penulangan Arah X = 0,0058 × 1000 × 82
Momen Tumpuan (Mlx) = 475,6 mm2
= 2,650 KN.m Didapat dari tabel 13a
Mu Tulangan yang dipakai  12 –
2,650 200 (As = 565 mm2)
2
=
b ×d 1,0× 0,0942
= 299,9 ~ 300 KN/m2
As = ρmin × b × dx PERHITUNGAN BALOK KOLOM
= 0,0058 × 1000 × 94 Data Teknis Portal
= 545,2 mm2 1. Material beton
Didapat dari tabel 13a Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
Tulangan yang dipakai  12 – f.c ( kolom ) = 30 Mpa
200 (As = 565 mm2) Modulus elastisitas = 25742,960 Mpa

3. Penulangan Arah Y Ec=4700 √ fc → 4700 √ 30=25742,960 Mpa


Momen Lapangan (Mly) = (SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
1,22 KN.m
Mu 1,22 f.c ( balok ) = 30 Mpa
¿ Modulus elastisitas = 200000 Mpa
b ×d
2
1,0+0,0822
= 181,43 KN/m2 Ec=4700 √ fc → 4700 √ 30=25742,960 Mpa
Mu (SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )
= 100 
b ×d 2 2. Material tulangan
ρ = 0,0005 Besi ulir , Fy = 400 Mpa
Fu = 570 Mpa
Besi polos , Fy = 240 Mpa
Fu = 390 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3  Tulangan Tumpuan
Modulus elastisitas =200000 Mpa Untuk nilai luas penampang
balok atas (As) diambil dari output
3. Beban mati (WD)
nilai SAP2000 tarik didapat 239,4 N
Berat spaci lantai = 54 Kg/m2
dipakai tulangan 2D16.
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafond = 18 Kg/m2 +
Total pembebanan (WD) = 96 Kg/m2  Tulangan Lapangan
Untuk nilai luas penampang
4. Beban Hidup (WL) balok atas (As) diambil dari output
Beban hidup gedung = 250 Kg/m2 nilai SAP2000 Tekan didapat 119,7
Beban hidup atap = 100 Kg/m2 dipakai tulangan 2D16.

Perhitungan Tulangan Balok


Data Balok Tulangan Geser
Balok Induk 30 x 55 cm
Panjang balok (L) = 7000 mm Gaya geser yang ditahan beton (Vc)
Lebar balok (b) = 30 mm Vc = 1/6 √(fc').b .d
Tinggi balok (h) = 55 mm Gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs)
Tebal penutup beton ( p) = 40 mm Vs = (Vu- ϕ.Vc)/ϕ
Diameter tulangan utama = D 16 mm Gaya geser maksimum yang ditahan begel
Diameter tulangan sengkang = ∅ 10 mm Vs maks = 1/3 .√fc.b .d
Fc = 30 Mpa
Fy = 400 Mpa (tulangan pokok)
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)

Tinggi efektif d adalah :


d = h – p – ∅ sengk – ½.∅ tul.utama
= 550 – 40 – 10 – ½ . 16= 492 mm

Keterangan :
 Tulangan Tumpuan Karena Vs < Vs maks , maka syarat spasi
Untuk nilai luas d
begel = s ≤ dan s ≤ 600 mm
penampang balok atas (As) diambil 2
dari output nilai SAP2000 tarik Luas tulangan geser permeter
b.S
didapat 616,6 N dipakai tulangan Av,u 3 =
3D16. 3 . fy

 Tulangan Lapangan
Untuk nilai luas penampang
balok atas (As) diambil dari output
nilai SAP2000 Tekan didapat 258,3
dipakai tulangan 2D16.

Balok Anak 20 x 40 cm
Lebar balok (b) = 20 mm
Tinggi balok (h) = 40 mm
Tebal penutup beton ( p) = 40 mm
Diameter tulangan utama = D 16 mm
Diameter tulangan sengkang = ∅ 10 mm
Tulangan Torsi

Pengaruh puntir
Tu ≤(ϕ .√(fc^' ))/12 ((Acp^2)/pcp)

Keterangan :

30

18
Perhitungan Tulangan Kolom
Data Kolom
Kolom 50 x 50 cm
Diameter tulangan utama = D 19 mm  Karena Vs < Vs maks , maka syarat spasi
begel = s ≤ d/2 dan s ≤ 600 mm
Diameter tulangan sengkang = ∅ 10 mm
Fc = 30 Mpa
Luas tulangan geser permeter
Fy = 400 Mpa (tulangan pokok) Av,u = (Vs .S)/(fy .d) dengan S=1000 mm
Fy = 240 Mpa (tulangan sengkang)
Tinggi efektif d adalah :
d = h – p – ∅ sengk – ½.∅ tul.utama
= 500 – 40 – 10 – ½ . 9.5
= 440,5 mm
Keterangan :
 Syarat spasi s ≤ d/2 dan s ≤ 600 mm
Tulangan Pokok
Untuk nilai luas penampang balok atas (As)
diambil dari output nilai SAP2000 sebesar PERENCANAAN TANGGA
3600 mm2 dipakai tulangan 4D19. Syarat kenyamanan yang digunakan
menggunakan aturan acuan dimensi dan sudut
Tulangan Geser anak tangga. Untuk menghasilkan struktur
tangga yang nyaman dilalui, maka dimensi
Gaya geser yang ditahan beton (Vc) tangga yang digunakan pada konstruksi
Vc = 1/6 √(fc').b .d memakai perkiraan acuan angka dibawah ini :
Gaya geser yang ditahan oleh begel (Vs)
Vs = (Vu- ϕ.Vc)/ϕ O = Optrede ( langkah tegak ) = 15 cm – 20
Gaya geser maksimum yang ditahan begel cm
Vs maks = 1/3 .√(fc').b .d A = Antrede ( langkah datar ) = 20 cm – 35
cm

Digunakan : o = 18 cm
a = 30 cm
2 x o + a = 61-67 ( ideal)
2 x 18 + 30 = 66...... “OK” Penutup Lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2
Pengecekan kemiringan : Tg α = 18 / 30 Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2
16,67 = 87 kg/m2
= 0,6 b. Beban Hidup ( WL )
30
α = 30º WL = 300 kg/m2
Syarat kemiringan 25º < 30º < 45º.....“OK” c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2WD + 1,6WL
= 1,2 x 87 + 1,6 x 300
= 584,4 kg/m2
Gambar 4.64 Dimensi Tangga
Sumber : Dokumentasi Pribadi (program Perhitungan Pelat Tangga M22 (arah x)
Autocad)
Perhitungan Tulangan Tumpuan Tangga arah
' o x:
h =h+ . cos ∝
2 Mtx = - 32.7743
18 Mtx −32.7743
¿ 15+ . cos 29,54 °=¿22,79 cm ¿ = 2097,555 kN/m2
2 2 =
by . dx 1 . 0,1252
¿ 0,228 m (Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,228-0,15 Mu
= 0,078 m 2 = 2000 → ρ=0,0052
Ditetapkan : bd
Tinggi antar lantai = 400 cm Mu
2 = 2100 → ρ=0,0058
Lebar tangga (l) = 500 cm bd
Lebar bordes = 230 cm 2097,555−2000
Panjang bordes = 500 cm ρint =0,0052+ × ( 0,0058−0,0052 )
100
Tebal pelat tangga (ht) = 15 cm = 0,00578
Tebal pelat bordes = 17 cm
ρ∫ ¿ > ρ min
Mutu beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 400 Mpa 0,00578 > 0,0021 → maka dipakai rasio
Optrade (o) = 18 cm tulangan perlu ρ = 0,00506
Antrede (a) = 30 cm Asperlu = ρ .b.dx
Kemiringan (α) = 30º = 0,00578.1000.125 = 722,5 mm2
Berat jenis beton = 2400 kg/m3 ( Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 100 = 785
Tebal spesi = 3 cm mm2 > 722,5 mm2 )

PERHITUNGAN PEMBEBANAN Perhitungan Tulangan Lapangan Tangga arah


TANGGA x:
Mlx = 15.3543 kN.m
1. Pelat tangga ( h = 0,15 m )
Mlx 15,3543
a. Beban Mati ( WD ) 2 = = 982,675 kN/m2
Berat anak tangga = 0,074 x 2400=187,2 by . dx 1. 0,1252
kg/m2 (Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Penutup lantai = 1 x 24 = 24 kg/m 2

Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2 Mu


= 900 → ρ=0,0023
Handrill = taksiran = 15 kg/m2 bd 2
= 289,2kg/m2 Mu
b. Beban Hidup ( WL ) 2 = 1000 → ρ=0,0026
bd
WL = 300 kg/m 2
982,675−900
c. Kombinasi Pembebanan ρint=0,0023+ × ( 0,0026−0,0023 )
Wu = 1,2WD + 1,6WL 100
= 1,2 x 289,2 + 1,6 x 300 = 0,00255
= 827,04 kg/m2 ρ∫ ¿ < ρ min
0,00255 < 0,0021 → maka dipakai rasio
2. Pelat Bordes ( h = 0,17 m) tulangan perlu ρ = 0,00255
a. Beban Mati ( WD )
Asperlu = ρ .b.dx Perhitungan Tulangan Pelat Bordes M22
= 0,00255.1000.125 = 318,7 mm2 (arah x)
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393 Perhitungan Tulangan Tumpuan Bordes arah x
mm2 > 318,7 mm2 :
Mtx = - 7.2655 kN.m
Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M11 Mtx −7.2655
2 = 2 = 464,992 kN/m
2

(arah y) by . dx 1. 0,125
(Menurut tabel 5.1.i Buku
Perhitungan Tulangan Tumpuan Tangga arah Gideon Jilid 4)
y: Mu
2 = 400 → ρ=0,0010
Mty = -19,386 kN.m bd
Mty −19,386 Mu
2 = = 1465,86 kN/m2 = 500→ ρ=0,0013
by . dy 1. 0,1152 bd 2
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4) 464,992−400
ρint=0,0010+ × ( 0,0013−0,0010 )
Mu 100
2 = 1400→ ρ=0,0036 = 0,00119
bd
Mu ρ∫ ¿ > ρ min
= 1500 → ρ=0,0039
bd
2
0,00119 > 0,0021 → maka dipakai
1465,86−1400 rasio tulangan perlu ρmin = 0,0021
ρint=0,003+ × ( 0,0039−0,0036 ) Asperlu = ρ .b.dx
100
= 0,00379 = 0,0021.1000.125 = 262.5 mm 2

Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393


ρ∫ ¿ > ρ min
mm2 > 262.5 mm2
0,00379 > 0,0021 → maka dipakai rasio
tulangan perlu ρ = 0,00379 Perhitungan Tulangan Lapangan Bordes arah x
Asperlu = ρ .b.dy :
= 0,00379.1000.115 = 435,8 mm2 Mlx = 1.8487 kN.m
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 175 = 449 Mlx 1.8487
2 = 2 = 118,316 kN/m
2
mm2 > 435,8 mm2
by . dx 1. 0,125
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Perhitungan Tulangan Lapangan Tangga arah
Mu
y: 2 = 100→ ρ=0,0003
Mly = 5.5465 kN.m bd
Mly 5,5465 Mu
= 200 → ρ=0,0005
2 = 2 = 419,395 kN/m
2

by . dy 1. 0,115 bd 2
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4) 118,316−100
ρint =0,0003+ × ( 0,0005−0,0003 )
Mu 100
2 = 400 → ρ=0,0010 = 0,000336
bd
Mu ρ∫ ¿ < ρ min
2 = 500 → ρ=0,0013 0,000324 < 0,0021 → maka dipakai rasio
bd
419,395−400 tulangan perlu ρ = 0,0021
ρint=0,0010+ × ( 0,0013−0,0010 ) Asperlu = ρ .b.dx
100
= 0,0021.1000.125 = 262,5 mm2
= 0,000105
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393
ρ∫ ¿ < ρ min mm2 > 262,5 mm2
0,000105 < 0,0021 → maka dipakai rasio Perhitungan Tulangan Pelat Bordes M11
tulangan perlu ρmin = 0,0021 (arah y)
Asperlu = ρ .b.dy Perhitungan Tulangan Tumpuan Bordes arah y
= 0,0021.1000.115 = 241,5 mm 2
:
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393 Mtx = -9.4655 kN.m
mm2 > 241,5 mm2
Mtx −9.4655
2 = = 715,727 kN/m2
by . dx 1. 0,1152
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4)
Mu
2 = 700 → ρ=0,0018
bd
Mu
2 = 800 → ρ=0,0020
bd
715,727−700
ρint=0,0018+ × ( 0,0020−0,0018 )
100
= 0,00183
ρ∫ ¿ > ρ min 0,00183 > 0,0021 → maka
dipakai rasio tulangan perlu ρ = 0,0021
Asperlu = ρ .b.dx
= 0,0021.1000.115 = 241.5 mm2 PERHITUNGAN PONDASI
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393 Pondasi pada suatu struktur bangunan
mm2 > 241.5 mm2 diperhitungkan terhadap gaya aksial, gaya
Perhitungan Tulangan Lapangan Bordes arah geser, dan terhadap momen lentur. Pada
y: perencanaan akan digunakan pondasi tiang
Mlx = 1.5305 kN.m pancang, dengan kapasitas daya dukung
diperhitungkan berdasarkan tahanan ujung
Mlx 1.5305
2 = 2 = 115,727 kN/m
2 (end Bearing), dan gesekan tiang dengan
by . dx 1. 0,115 tanah (friction). Pemilihan jenis pondasi dapat
(Menurut tabel 5.1.i Buku Gideon Jilid 4) dilihat berdasarkan:
Mu
2 = 100→ ρ=0,0003 1. Kondisi dan karakteristik tanah
bd 2. Beban yang diterima pondasi
Mu
= 200 → ρ=0,0005 3. Biaya pelaksanaan
bd 2
115,727−100 Data Tanah dan Daya Dukung Tanah
ρint=0,0003+ × ( 0,0005−0,0003 )
100 Pondasi spun pile direncanakan mengunakan
= 0,000331 diameter 80 cm dengan kedalaman 30 m.
ρ∫ ¿ < ρ min Daya dukung tiang pancang berdasarkan
0,000331 < 0,0021 → maka dipakai rasio data sondir CPT (Cone Penetration Test)
tulangan perlu ρmin = 0,0021 sebagai berikut :
Asperlu = ρ .b.dx
= 0,0021.1000.115 = 241.5mm2 qc . Ap TF . Ka
Q u= +
Dipilih tulangan tumpuan∅ 10 – 200 = 393 3 5
mm2 > 241.5 mm2
Keterangan :
Tabel 4.29 Daftar Tulangan Pelat Tangga
dan Bordes Qu = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai conus (kg/cm2)
TF = Total Friction (kg/cm)
Ap = Luas penampang tiang pancang
(cm2)
Ka = Keliling penampang tiang pancang
(cm2)
SF = Safety Factor, 3 dan 5
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa 300 kg/cm2
Mutu tulangan (Fy) =400 Mpa 4000kg/cm2
Diameter tulangan pokok = D 1919 mm
Tabel 4.30 Kapasitas Daya Dukung Tiang Tebal pile cap (h)= 115 cm  1150 mm
Pancang Bulat (Beton Precast)
Dimensi Kolom = 40 x 50 cm
Pemeriksaan daya dukung per pancang :
Selimut Beton = 75 mm
Untuk tipe P-1 Check pada joint 145
Tinggi efektif arah x
Pu = 4,236 ton
d = h – p – ½ D tul. Pokok
Mu x = -1,77 ton.m Mu y = 3,85 ton.m
= 1150 – 75 – ½ x 19 = 1065,5 mm
Pu Mx . y My . x
P total= + +
n ∑y
2
∑x
2 Tinggi efektif arah y

Keterangan : d= h – p – D tul. pokok + ½ D tul. pokok


My = momen pada sumbu y = 1150 – 75 - 19 + ½ x 19
Mx = momen pada sumbu x
xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu x = 1065,5 mm
xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu y
n = jumlah tiang pancang Rasio tulangan minimal
ρ min=0,0038 (Tabel.6, Gideon Kusuma
series 1, hal 50)
ρ max=0,024 (Tabel.6, Gideon Kusuma
series 1, hal 52)

Rasio tulangan kondisi balance

Tabel 4.35 Pemeriksaan Daya Dukung per


ρb=β
fy (
0,85 f ' c 600
600+ fy )
=0,85
0,85. 30
400 (
600
600+ 400 )
Spun Pile Tipe P-1
¿ 0,032
Pemeriksaan Terhadap Geser Pons dan
(pasal 10.4.3, SNI -03 -2847 -2002, hal 54 )
Geser Lentur Pons
Menghitung keliling kritis geser pons (bo) : Tulangan Arah X

bo=2. ( lebar kolom+d ) =2. ( 500+250 )=150 Momen = 12,285 ton.m


0 mm Faktor tahanan momen maksimal

( 2
(
Menghitung kuat geser kritis pons : ρ ma
Rn max=ρ max . fy 1−
1 '
ф Vc=0,75.
3
√ f c . bo . d=0,75. 13 √30 . 1500.250=51,35 ton

(persamaan 80 , SNI -03 -2847 -2002, hal ( (


Rn max=0,0244 . 400 1−
0

110)
Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80
Perhitungan Tulangan Pile Cap
(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61)
Pile Cap Tipe P-1
Momen nominal rencana
Perhitungan tulangan direncanakan :
( ( ))
Mn=Mu/ ϕ 0,0244 400
Rn max=0,0244 . 400 1− . =7,89
,77 2 0.85 .30
=2,212ton .m
0,80 Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80
Faktor tahanan momen (pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61)
7
Mn 2,212 x 10
Rn= 2
= 2
=0,02→ Rn< RnMomen
max(OKnominal
) rencana
b . d 1150. 1065,5
Mn=Mu/ ϕ
Rasio tulangan perlu 3,88
Mn= =4,85 ton. m

( √
0,80
)
'
0,85 . f c 2 Rn
ρ perlu= 1− 1−
fy '
0,85. f c Faktor tahanan momen

( √ )
7
0,85.30 2. 0,02 Mn 4,85 x 10
ρ perlu= 1− 1− Rn=
=0,00005 2
= 2
=0,04 → Rn< Rnmax (OK )
400 0,85.30 b . d 1150. 1065 ,5

Rasio tulangan yang digunakan Rasio tulangan perlu

ρ perlu< ρ min→ maka dipakai rasiotulangan minimal0,85 . f ' c


ρ min = 0,0038
ρ perlu=
fy
− 1−
(√
2 Rn
'
0,85 . f c )
meter
Luas tulangan yang diperlukan per 0,85.30
ρ perlu=
400
1− 1−
2 . 0,04
0,85.30 ( √
=0,0001 )
2
As perlu=ρ .b . d=0,0038.1150. 1065,5=4656,235mm
Rasio tulangan yang digunakan
Jarak tulangan yang
diperlukan per meter ρ perlu< ρ min→ maka dipakai rasiotulangan minimal

1 2 b 1 2 1150ρ min = 0,0038


s perlu= π . D . = .3,14. 19 . =69,99 mm
4 As 4 4656 ,Luas
235 tulangan yang diperlukan
Jarak tulangan maksimal per meter

Jarak tulangan dipakai s=50 mm As perlu=ρ .b . d=0,0021.1000.1065,5=465


Digunakan D 19−200 Jarak tulangan yang diperlukan
per meter
Luas tulangan dipakai
1 b 1 1150
1 2 b 1 2 1150
s perlu= π . D2 . = .3,14. 192 .
As= π . D . = 3,14 .19 . =6517,855mm 4 As 4 4656,235
4 s 4 50
Jarak tulangan maksimal
As> As perlu → ( OK )
Jarak tulangan dipakai
Tulangan Arah Y s=50 mm

Momen = 3,85 ton.m Digunakan D 19−200

Faktor tahanan momen maksimal Luas tulangan dipakai


1 2 b 1 2 1150
Rn max=ρ max . fy 1−
( ( ρ max
2
.
fy
0.85 . fc )) As= π . D . = 3,14 .19 .
4 s 4 50
=6517,85

As> As perlu → ( OK )
фVc pons>Vu pons → Aman mendapatkan masukan, serta penyelesaian
masalah yang dihadapi.
PENUTUP 5. Untuk medapatkan hasil akurat dalam
1. Kesimpulan perhitungan disarankan penyusun tugas
Dari laporan tugas akhir perencanaan akhir sudah menguasai mengenai program
struktur gedung ini, ada beberapa hal yang SAP 2000.
dapat penyusun simpulkan, antara lain: 6. Menggunakan tabel atau grafik
1. Dalam merencanakan suatu struktur gedung pembebanan untuk struktur gedung yang
yang kokoh dan kuat diperlukan masih berlaku.
perencanaan yang matang agar mampu Dalam penyusunan laporan tugas akhir
menahan semua beban yang mungkin ini penyusun mengucapkan terimakasih serta
diterima oleh struktur gedung tersebut. ktik dan saran dari para pembaca. Penyusun
2. Permodelan dan pembebanan pada struktur juga ingin meninta maaf atas
bangunan memberikan pengaruh yang ketidaksempurnaan laporan tugas akhir ini
besar pada benar atau tidaknya hasil dari karena keterbatasan yang penyusun miliki.
suatu perencanaan tersebut. Semoga laporan tugas akhir ini dapat
3. Dalam perencanaan elemen struktur pada meberikan manfaat kepada civitas akademik
kolom, balok, dan pelat perlu mencari gaya Universitas Semarang, khususnya pada jurusan
lintang, gaya momen, dan gaya normal Teknik Sipil.
yang didapat dari program SAP 2000. Yang
mana gaya-gaya diatas diambil harga DAFTAR PUSTAKA
maksimal sebagai perhitungan dalam
desain struktur untuk menentukan jumlah Andiyarto, Hanggoro Tri Cahyo, Chusnul
tulangan yang akan digunakan. Chotimah. 2015. Short Course Aplikasi SNI
4. Dalam perencanaan struktur bawah Terbaru untuk Mahasiswa Tugas Akhir.
(pondasi) diperlukan hasil uji tanah (sondir Semarang : Universitas Negeri Semarang
dan boring) yang berguna untuk
Badan Standarisasi Nasional, 2019. Tata Cara
mengetahui jenis tanah dan kedalam tanah
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
keras. Adapun untuk mengetahui jenis
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
pondasi yang digunakan dengan melihat
(SNI 1726:2019). Jakarta : Standar Nasional
atau memperhatikan faktor lingkungan
Indonesia
setempat selain faktor daya dukung tanah.
Badan Standarisasi Nasional, 2013. Beban
2. Saran minimum untuk perencangan bangunan
Berdasarkan kendala yang penyusun gedung dan struktur lain (SNI 1727:2013).
hadapi selama penyusunan laporan tugas akhir Jakarta : Standar Nasional Indonesia
ini, penyusun memberikan saran dalam
perencanaan struktur gedung antara lain: Badan Standarisasi Nasional, 2013.
1. Dalam perencanaan struktur gedung, Persayaratan beton Struktural untuk Bangunan
seorang perencana harus mengacu pada Gedung (SNI 2847:2013). Jakarta : Standar
pedoman peraturan pembangunan gedung Nasional Indonesia
yang masih berlaku dan terbaru, sehingga Badan Standarisasi Nasional, 2014. Baja
hasil perencanaan yang diperoleh adalah up tulangan beton (SNI 2052:2014). Jakarta :
to date. Standar Nasional Indonesia
2. Diperlukannya ketelitian dan kemampuan
mekanika teknik yang kuat dalam Badan Standarisasi Nasional, 2015. Spesifikasi
perhitungan analisa struktur ini, agar hasil untuk Bangunan Gedung Baja Strktural (SNI
yang diperoleh lebih maksimal. 1729:2015). Jakarta : Standar Nasional
3. Mencari sumber buku yang lebih banyak Indonesia
dan relevan untuk menambah wawasan
Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Pedoman
pengetahuan mengenai dasar–dasar untuk
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
merencanakan sebuah struktur gedung.
Gedung. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU
4. Penyusun harus rutin melakukan kegiatan
bimbingan laporan tugas akhir untuk
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,
1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI 1971). Bandung : Departemen Pekerjaan
Umum
Hardiyatmo, Hary Christady. 2010. Analisis
dan Perencanaan Fondasi. Edisi kedua.
Cetakan pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Hasan, Aswin dan Imron Fikri Astira. 2013.
Analisis Perbandingan Simpangan Lateral
Bangunan Tinggi dengan Variasi Bentuk dan
Posisi Dinding Geser Studi Kasus : Proyek
Apartemen The Royale Springhill Residence.
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Himawan, Indarto, Hanggoro Tri Cahyo
Andiyarto, Kukuh C, Adi Putra. 2013.
Aplikasi SNI Gempa 1726 : 2012 for
Dummies. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai