Konstruksi Beton
Dosen : Dr. Ir. Abd. Rahman Djamaluddin, MT
Oleh :
Tina
D081181003
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balok merupakan elemen struktur yang sangat penting disuatu bangunan.
Dalam perencanaan konstruksi balok direncanakan kuat menahan gaya-gaya yang
mungkin akan terjadi sesuai perhitungan beban, baik berupa gaya vertikal maupun
gaya horisontal. Balok merupakan struktur lentur yang mempunyai karakteristik yang
sangat rumit karena banyak gaya-gaya yang diterimanya sehingga rawan terjadinya
kerusakan.
Beton bertulang merupakan material yang digunakan pada sebagian besar
konstruksi bangunan, baik besar maupun kecil, misalnya gedung, bendungan, jembatan
dan masih banyak lagi. Beton bertulang terdiri dari campuran beton yang
dikombinasikan dengan tulangan baja, dimana beton berfungsi menahan gaya tekan
yang diakibatkan oleh beban yang diberikan sedangkan tulangan baja berfungsi untuk
menahan gaya tarik yang tidak dimiliki oleh beton.
Salah satu kontruksi yang sering digunakan dalam pembagunan suatu gedung
adalah beton bertulang. Kontruksi balok dengan mengunakan beton bertulang ini
dimaksudkan agar balok dapat memiliki gaya lentur dan mempunyai kekakuan
sehingga dapat menerima beban dan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi suatu
bangunan. Suatu pembangunan tentunya mengharapkan kontruksi bangunan
direncanakan sesuai dengan harapan, terutama mengenai keamanan konstruksi, maka
dari itu sebelum mengerjakan suatu konstruksi gedung harus dilakukan analisis
struktur dengan benar dan berpedoman pada peraturan SNI-03-2847- 2002 dan SNI-
2847-2013 tentang perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Beton bertulang adalah material yang terdiri atas beton dan baja tulangan. Beton
merupakan material yang kuat dalam menahan tekan, namun lemah dalam
menahan tarik sehingga terjadi retak ketika menerima beban yang melebihi kuat
tariknya karena itu ditanamkan tulangan baja agar dapat menahan tegangan tarik
yang akan diterima struktur beton bertulang tersebut. Jadi, bisa dikatakan bahwa
kunci desain struktur beton bertulang adalah letak penempatan baja tulangan agar
tepat berada pada daerah tegangan tarik yang akan diterima. Kombinasi beton dan
baja membuat beton bertulang menjadi material yang berkekuatan tinggi namun
tetap ekonomis.
bertulang seperti ACI untuk Amerika Serikat, BS untuk Inggris dan SNI untuk
bertulang di Indonesia adalah SNI 03-2847-2002 dimana dalam pasal 10.1 tertera
dipersyaratkan dalam tata cara ini, dengan menggunakan faktor reduksi kekuatan
Ø ditentukan dalam 11.2 dan 11.3”.(SNI 03-2847-2002,hal 51). Terdapat
beberapa kriteria yang harus direncanakan dalam mendesain suatu struktur yaitu :
Suatu struktur harus dirancang untuk mampu berfungsi sesuai kebutuhannya agar
c. Ekonomis
Suatu desain struktur harus dirancang sesuai budget yang telah ditentukan agar
akurat beban-beban yang akan diterapkan pada struktur serta besarnya beban yang
pada umumnya berdasarkan pada keadaan batas atau ultimit. Analisis struktur
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat struktur gedung yang memiliki besar yang konstan
dan terdapat pada satu posisi tertentu. Adapun berat sendiri struktur untuk
bangunan beton bertulang adalah pelat, balok kolom, dinding, langit-langit,
tangga, dan saluran air. Semua motode untuk menghitung beban mati adalah
untuk menghitung elemen didasarkan atas peninjauan berat suatu material yang
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang letaknya dapat berubah, bisa ada atau tidak ada
pada waktu tertentu pada struktur. Beban hidup meliputi beban orang, barang-
barang gudang, dan beban peralatan yang sedang bekerja. Meskipun dapat
3. Beban Gempa
Gempa merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Banyak
tempat di dunia yang berada pada daerah gempa, salah satunya adalah
Indonesia. Oleh sebab itu, pada daerah yang rawan gempa perlu
periode ulang 500 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama
Untuk struktur beton bertulang yang berada di wilayah rawan gempa harus
didesain sebagai struktur strong column weak beam (Gambar 2.1). Maksudnya
kolom didesain harus lebih kuat dari balok, sehingga jika terjadi gempa kuat,
pada balok akan terjadi kerusakan, namun kolom masih dapat berdiri dengan
paling tinggi.
I = I1 . I2 (2.1)
dimana:
I = faktor keutamaan.
Faktor Keutamaan
Kategori Gedung
I1 I2 I
SNI 03-1726-2002
4.3.3
1,6 ≤ R = µ . f1 ≤ Rm (2.2)
dimana:
R = faktor reduksi gempa
SNI-03-1726-2002
Nilai respon gempa didapat dari spectrum respon gempa rencana untuk
waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung. Nilai ini
bergantung pada:
dimana:
Setiap struktur gedung harus direncanakan dan dilaksanakan untuk dapat menahan
suatu beban geser dasar horizontal total akibat gempa (V), yang ditentukan
(2.4)
dimana:
I = factor keutamaan
Beban geser dasar akibat gempa (V) harus dibagukan sepanjang tinggi bangunan
gedung. Beban ini dibagi menjadi beban-beban horizontal terpusat yang bekerja
Wi . zi
Fi = n
V (2.5)
W
i =1
i . zi
Dimana:
V = gaya geser dasar, jika 3 maka 0,1 V harus dianggap terpusat pada
massa lantai tingkat paling atas, sisanya 0,9 V harus dibagi sepanjang tinggi
Ada dua metode dasar dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang
yaitu:
tegangan yang terjadi lebih kecil dari pada tegangan yang diizinkan, yaitu :
(2.6)
Keterangan :
: Tegangan normal
: Tegangan izin
Pada metode ini kekuatan bahan dikalikan dengan factor reduksi sehingga kuat
bahan dalam perencanaan bukan kuat bahan maksimal, misalnya nilai kuat kolom
beton bertulang direduksi menjadi 0,33 fc’.Hal ini dilakukan untuk memberi batas
keamanan atas asumsi-asumsi yang tidak pasti dilapangan. Namun beban yang
diberikan sesuai dengan kenyataan dilapangan, misalnya beban mati dan beban
hidup (D+L).
diinginkan, yaitu :
Mu ≤ ØMn (2.7)
Keterangan :
Mu : Momen yang boleh bekerja pada penampang
Ø : Faktor reduksi
Batas keamanan diberikan dengan faktor pengali tertentu pada beban sesuai
dengan peraturan yang berlaku, selain itu dalam perencanaannya masih ada faktor
U1 = 1,4D
U4 = 0,9D + 1,6W
U6 = 0,9D + 1,0E
Keterangan :
D = beban mati
L = beban hidup
E = beban gempa
W = beban angina
A = beban atap
R = beban hujan
Pada Working Stress Method perencanaannya berdasarkan daerah elastis hingga
2.2 Balok
Balok adalah salah satu elemen struktur bangunan yang akan mengalami lentur
akibat beban luar yang bekerja padanya. Berdasarkan teori elastic, distribusi
tegangan normal pada penampang akibat momen lentur (M) dapat dituliskan pada
persamaan 2.3, namun rumus ini hanya berlaku bila penampang balok beton tanpa
My
= (2.8)
I
Keterangan :
= Tegangan Normal
Rumus di atas tidak dapat digunakan dalam desain balok beton bertulang karena
rumus di atas hanya berlaku untuk penampang beton tanpa tulangan sedangkan
mentransfer gaya tarik pada saat terjadi retak di bagian tarik balok.
penampang beton bertulang, yaitu analisis dan desain. Pada perhitungan analisis,
data yang ada. Sedangkan pada perhitungan desain, kita diminta memilih
berdasarkan teori lentur, kita memerlukan beberapa asumsi berikut yang sesuai
1. Penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar sebelum
lentur akan tetap berupa bidang datar setelah lentur (Pasal 12.2(2))
2. Regangan pada baja sama dengan regangan pada beton pada level yang sama
(Pasal 12.2(2))
3. Tegangan pada beton dan tulangan dapat dihitung dari regangan dengan
(12.5(5))
6. Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan tekan beton
penampang dan suatu garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral
• Faktor β1 harus diambil sebesar 0.85 untuk beton dengan nilai kuat
tekan fc’ lebih kecil dari pada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk
Gambar 2.5 Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik Saja
(Pan Austin, 2005)
As. fy
a= (2.11)
0.85 fc'.b
cb cu 0.003
= = (2.14)
d cu + y 0.003 + ( fy / Es)
cb cu 0.003 600
= = = (2.15)
d cu + y 0.003 + ( fy / 200000) 600 + fy
Karena jenis keruntuhan pada balok beton bertulang bergantung pada rasio
tulangan yang dimiliki penampang, maka akan ada rasio tulangan dimana
keruntuhan yang terjadi bersifat balance atau seimbang. Pada kondisi seperti itu:
As. fy b . fy.d As
ab = = , dimana b = (2.17)
0.85. fc.b 0.85. fc bd
cb b. fy
= (2.18)
d 0.85.1. fc
cb
Jika nilai ini disubtitusikan pada persamaan sebelumnya, maka :
d
SNI mensyaratkan maksimum adalah 0.75 b (Pasal 12.3(3)), hal ini digunakan
Ketika beban diberikan pada balok maka akan menimbulkan gaya dalam yaitu
gaya geser dan momen lentur pada penampang dari balok tersebut. Gaya geser
kondisi tarik dan tekan. Kedua gaya dalam tersebut bisa menyebabkan retak pada
beton bertulang saat tegangan yang timbul lebih besar dari kekuatan beton.
Balok beton dapat retak ketika menahan momen lentur. Sewaktu serat bawah
tertarik (momen positif), beton sebenarnya bisa menahan tegangan tarik tersebut,
tetapi seperti kita ketahui bahwa kuat tarik beton sangat kecil.
Keterangan :
Pada balok kita hanya membahas retak yang disebabkan oleh momen lentur
karena hal tersebut merupakan hal yang paling dominan. Momen lentur ini akan
menyebabkan kondisi tekan dan tarik pada serat beton. Ketika momen lentur
menyebabkan keadaan dimana tegangan tarik yang terjadi lebih besar dari
kekuatan tarik balok,maka akan terjadi retak Momen yang menyebabkan retak
Pada balok sederhana, kurva dari momen –lendutan akan ditunjukan pada gambar
di bawah. Sebelum terjadi retakan,kekakuan balok adalah EIg atau EIucr, dimana
Ig adalah luasan utuh dari inersia balok.dan Iucr adalah momen inersia dalam
kondisi utuh. Setelah retak kekakuan balok menjadi EIcr, dimana Icr adalah
sebesar δ1+δ2 dimana δ1 adalah lendutan sebelum terjadi retak dan δ2 merupakan
lendutan setelah retak. Jika kita menghitung lendutan secara teoritis dengan
momen inersia sebelum retak, lendutan akan sebesar δ3 yang lebih kecil dari
δ1+δ2.
Maka sesungguhnya balok beton bertulang mengalami retak saat diberi beban
Gambar 2.7 Daerah dari pembebanan dan retak pada balok beton bertulang
sederhana saat diberi beban layan. Region 1: utuh. Region 2 : Retak
(MacGregor,1997)
Gambar 2.8 Kurva antara momen elastis dan lendutan yang menggambarkan
kondisi, utuh, aktual, and retak. Ma adalah momen lentur maksimal
saat beban layan (Shahab,Z.A,1995)
Gambar 2.9 Retak, regangan dan tegangan pada uji coba balok
(MacGregor,1997)
2.2.4 Momen Retak
Jika momen inersia pada beton bertulang dilambangkan dengan I dan jarak dari
serat tarik terjauh dari garis netral adalah y, maka momen retak yang terjadi
I
sebesar : Mcr = fr (2.21)
y
Ketika diberikan beban layan, balok beton bertulang dapat mengalami retakan
pada tempat dimana momen lentur lebih besar dari momen retak. Retakan
membuat area yang utuh pada balok berkurang dan merubah kekakuan balok
tersebut karena momen inersianya juga berkurang. Momen inersia sesudah retak
Saat penampang dari balok mengalami retak,wilayah yang mengalami tarik akan
berubah dan area yang masih efektif hanya terdiri dari beton dan baja yang masih
elastisitas (n) :
Es
n= (2.22)
Ec
Untuk menghitung jarak aksis netral retakan dari serat regangan (c) kita
mengambil momen statis dari garis netral dari dari area sisa dan momen statisnya
dianggap nol.
1
Sx = bc 2 + nAs' (c − d ) − nAs(d − c)
12
1 2
bc + c(nAs + nAs') − (nAsd + nAs' d ) = 0 (2.23)
12
Kemudian
Keterangan :
d = Tinggi balok
d’ = Selimut beton
1
Icr = bc 3 + nAs(d − c) 2 + nAs'(c − d ' ) 2 (2.25)
3
2.2.6 Momen Inersia Efektif Pada Balok
Jika balok retak pada tempat dimana momen lentur lebih besar dari momen retak,
maka momen inersia secara keseluruhan dari balok tersebut akan mengecil.
Kolom adalah elemen vertikal yang menerima beban tekan aksial, dengan atau
tanpa momen. Ukuran penampang suatu kolom biasanya adalah tingginya. Kolom
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkakng
rangka.
Kolom ini berbentuk bundar dan tulangannya berbentuk spiral yang dililitkan
Komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan profil
baja yang berbentuk pipa, I, dll, dengan atau tanpa diberi tulangan pokok
memanjang.
Gambar 2.11 Jenis-Jenis Kolom
Keruntuhan karena kelelehan tulangan pada zona tarik dan crushing beton pada
zona tekan terjadi pada kolom pendek. Pemisahan atas kolom pendek dan kolom
langsing didasari atas nilai rasio kelangsingan kolom, menurut SNI Beton pasal
lu = panjang bentang komponen struktur lentur yang diukur dari pusat ke pusat
joint
M1
M1
M2 M2
a. Kolom Pendek
Gambar 2.13 Diagram Regangan Akibat Gaya Normal Kosentrik dan Momen
Kekuatan kolom pendek yang dibebani secara konsentrik terbagi atas komponen
perbedaan kuat tekan beton pada elemen struktur aktual terhadap kuat tekan
SNI beton pasal 12.3.5 mensyaratkan adanya reduksi kekuatan sedemikian rupa
sehingga :
Gambar 2.14 Notasi dan Perjanjian Tanda Gaya Dalam pada Kolom
(MacGregor,1997)
Dari gambar diatas, diketahui si = Z.y , dimana Z adalah nilai yang diambil
tarik. Jika Pn = beban aksial dan Pnb = beban aksial yang berkaitan dengan
peningkatan nilai dari 0,7 ke 0,8 (untuk tulangan spiral) dan dari 0,65 sampai
0,8 (untuk tulangan sengkang pengikat) jika Pn lebih kecil dari pada 0,1Ag. fc'.
0,15..Pn
= 0,8 − 0,65 (2.39)
0,1. fc'.Ag
0,15..Pn
= 0,8 − 0,70 (2.40)
0,1. fc'.Ag
Peningkatan nilai tersebut secara umum berarti bahwa faktor reduksi 0,65 dan
0,70 diatas hanya diberlakukan jika keruntuhan yang terjadi didahului oleh
dengan :
- fy 400Mpa
h − d − ds
- 0,7
h
Untuk kolom yang lain, Pb harus dihitung terlebih dahulu. Setelah itu, faktor
reduksi bisa dikurangi seperti diatas jika nilai Pn lebih kecil dari pada 0,1Agfc’
atau Pb. Jika nilai Pb lebih kecil dari 0,1Agfc’ maka pembagi pada persamaan
b. Perencanaan Kolom
diagram interaksi P-M, yang menunjukan hubungan beban aksial dan momen
lentur pada elemen struktur tekan pada kondisi batas. Titik teratas dari diagram
dibawah garis Mn adalah daerah yang menunjuka bahwa penampang beton telah
retak dan runtuh. Kondisi balance terjadi ketika ketahanan beton dan baja sama
besar dalam menahan gaya-gaya yang ada. Pada awalnya gaya-gaya tersebut
ditahan oleh kuat tekan beton dan tulangan hingga mencapai titik balance dimana
momen telah mencapai maksimum, setelah beton akan mulai mengalami retak
maka gaya-gaya itu akan ditahan tulangan tarik hingga mencapai titik leleh baja.
3. Hitung Pnb untuk penampang yang diasumsikan tersebut dan tentukan tipe
keruntuhannya
Dalam membatasi rasio tulangan, SNI Beton pasal 12.9.1 mensyaratkan sebesar :
0,01 0,08
Walaupun maks dapat diambil sebesar 0,08, pemasangan tulangan dengan rasio
seperti ini sangat sulit dilakukan di lapangan, terutama jika digunakan jenis
sambungan lewatan. Selain itu SNI Beton pasal 12.9.2 juga mensyaratkan jumlah
Pu
Ag (2.41)
0,5( fc'+ fy.1 ).
Pu
Ag (2.42)
0,4( fc'+ fy.1 ).
Ast
Dimana t =
Ag
yaitu :
Berbeda dengan balok, gaya yang dominan pada kolom adalah gaya normal.
Selain gaya normal, momen lentur yang bekerja pada ujung kolom juga
menghasilkan kondisi tarik dan tekan pada penampang. nilai dari gaya tersebut
akan sebesar
P M
f=− (2.44)
A W
Keterangan :
P = Gaya normal
A = Luas penampang
M = Momen lentur
Akan ada dua kondisi yang terjadi pada penampang kolom yaitu tarik dan tekan,
P M
atau hanya tekan.Jika maka hanya akan terdapat kondisi tekan pada
A W
P M
penampang. Sebaliknya jika maka akan ada dua kondisi yang terjadi
A W
Retak akan terjadi jika ada kondisi tarik, dan hanya jika tegangan tarik lebih besar
Gambar 2.16 Penempatan gaya normal dan momen lentur pada penampang yang
menyebabkan kondisi tekan (a) dan kondisi tekan dan tarik (b)
Jadi
P.W
Mcr = fr.W + (2.46)
A
Jika Momen yang bekerja pada kolom kurang dari Mcr, maka kolom tidak
mengalami retak, dan tidak akan ada perubahan momen inersia pada kolom. Jika
terdapat eksentrisitas pada gaya normal P, maka momen retak akan menjadi :
P.W
Mcr = fr.W + − Pe (2.47)
A
Keterangan :
bagian kolom, secara prinsip kita dapat menghitung momen retak pada kolom
Menurut brugeling, retak dapat terjadi pada bagian balok yang belum diberi beban
M = M 20 + M cr (2.48)
M cr = fcr ( fl )Wc
Keterangan :
Keterangan :
Perhitungan dari momen inersia retak untuk kolom sama dengan perhitungan
balok. Branson dan Shaikh mengemukakan bahwa momen inersia retak dari beton
dengan tulangan beton. Efek dari beton yang belum diberi beban termasuk dalam
Icr, sementara efek dari tulangan yang belum diberi beban tidak termasuk, karena
gaya Pps dihitung sebagai beban buatan. Pendekatan ini dianggap mendekati
Pola dari tahanan kolom berbentuk segiempat yang tengah dibahas ini adalah
Pertama-tama, ambil momen statis di sekitar garis netral pada bagian yang telah
ditransformasi. Momen statis ini dianggap nol. Kemudian, jarak dari serat regang
Kemudian
− nAs + n 2 As 2 + nAsbh
C=
b (2.51)
Keterangan :
Momen inersia efektif pada kolom yang ramping dapat dihitung dengan
maupun dibebani sebagian. Seperti pada kolom, terdapat momen dan gaya normal
Shaikh dan Branson melakukan eksperimen pada balok bertulang sederhana yang
momen retak pada beban layan setelah dekompresi dan momen inersia efektif
kurang lebih sama dengan tulangan balok tersebut. Maka momen inersia efektif
pada saat terdapat gaya normal dan gaya lendutan adalah sebesar :
Keterangan :
Pada kolom,akan terdapat dua kombinasi momen yang bekerja di ujung dari
kolom (gambar 2.17). Pola dari dua kombinasi ini akan berbeda.
Pada tipe A, retak akan terjadi hanya pada dua ujung (atas dan bawah) sementara
Jika kita mengasumsikan momen inersia efektif pada kolom dapat di persamakan
seperti pada balok, maka kita dapat menggunakan persamaan (2-11 & 2-12)
seperti yang disarankan oleh ACI code 318-1989 (revisi 1992) namun harus
diasumsikan juga bahwa kolom tipe A dibagi atas dua bagian, karena arah dari
Jika menganalogikan sebagai balok, momen inersia efektif kolom retak yang
Keterangan
Contoh aplikasi desain balok beton bertulang dan Sketsa gambar beton bertulang
- SAP 200
- ETABS
- SAPCON
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air
membentuk suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi,
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, Struktur beton
bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi,
memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang
ekonomis, kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan
sedikit semen dan tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun
konstruksi beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat tarik
yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena
bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat
dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain,
Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas dinamis, Perbandingan Poisson,
Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-Regangan.