Anda di halaman 1dari 37

Proposal Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia XIII

Tahun 2022

Klasifikasi Model Bangunan Gedung Baja

Steela Structure
“Bangunan Baja 8 Lantai Tahan Gempa”

1
RINGKASAN EKSEKUTIF

Perencanaan struktur bangunan tahan gempa sangat penting dilakukan di


Indonesia, hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia berada diantara pertemuan
3 lempeng tektonik utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik,
dan lempeng Eurasia. Hal itu menyebabkan Indonesia memiliki potensi gempa
yang sangat tinggi. Perhitungan struktur miniatur gedung tahan gempa ini mengacu
pada beban gempa sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2012)
dan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2019). Menurut SNI-1726-2019
pada umumnya terdapat tiga macam konfigurasi sistem struktur penahan beban
gravitasi dan sistem penahan beban lateral terdiri dari sistem moment resisting
frame (portal penahan momen), sistem bracced frame (pengaku diagonal), dan
sistem shear wall (dinding geser).
Material yang digunakan dalam permodelan ini menggunakan kolom king
cross dengan ukuran 40 x 20 x 6 x 8 mm dan balok IWF dengan ukuran 35 x 25 x 8
x 12 mm. Miniatur gedung ini diasumsikan merupakan Gedung tahan gempa
dengan material baja setinggi 8 lantai yang menggunakan sistem struktur open
frame. Pada analisis struktur moedel miniatur gedung ini digunakan pembebanan
gravitasi dari berat sendiri struktur utama dan pelat tripek setebal 3mm, untuk
beban hidup digunakan beban pelat baja yang diletakan ditengah bentang selebar
100mm dan panjang 200mm. sedangkan untuk beban lateral menggunakan beban
gempa analisis dinamis respon spektrum wilayah Jakarta yang dicari menggunakan
RSA 2019.
Permodelan struktur dan analisa struktur dibantu dengan menggunakan
software SAP 2000. Hasil analisis struktur ini didapatkan nilai gaya dalam
maksimum, simpangan, dan periode struktur. Hasil aksial beban terfaktor (Pu) =
14978,28 N, Momen akibat beban terfaktor (Mu) = 1108967,4 Nmm Gaya geser
akibat beban terfaktor (Vu) = 14993,19 N. Pada nilai simpangan lantai 1-8
diperkirakan masih memenuhi batas ijin yaitu kurang dari simpangan ijin struktur
sebesar 0,538 mm, sehingga didapatkan nilai periode struktur sebesar T = 0,11358
s dan frekuensi sebesar f = 8,80405 Hz. hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
nilai periode/frekuensi rencana tidak sama dengan nilai periode/frekuensi yang
diberikan. Sehingga dapat dikatakan bangunan gedung tersebut aman dari
resonansi gempa yang diberikan.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan struktur bangunan tahan gempa sangat penting dilakukan di
Indonesia, hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia berada diantara pertemuan
3 lempeng tektonik utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik,
dan lempeng Eurasia. Hal itu menyebabkan Indonesia memiliki potensi gempa
yang sangat tinggi. Sehingga penting adanya perencanaan bangunan tahan gempa,
dalam merencanakan sebuah bangunan perlu diperhatikan kekakuan dan keuletan
pada bangunan tersebut sehingga dapat meredam gaya lateral (gempa) agar dapat
meminimalisir keruntuhan yang berdampak termakannya korban jiwa apabila
terjadi gempa.
Menurut SNI-1726-2019 pada umumnya terdapat tiga macam konfigurasi
sistem struktur penahan beban gravitasi dan sistem penahan beban lateral terdiri
dari sistem moment resisting frame (portal penahan momen), sistem bracced frame
(pengaku diagonal), dan sistem shear wall (dinding geser). Dalam perencanaan
suatu bangunan struktur baja tentu tidak mudah karena harus memperhatikan
sistem pemikul beban lateral setelah mempertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya.
Pada proposal ini perencanaan gedung tahan gempa direncanakan
menggunakan gedung dengan struktur rangka baja. Penggunaan material baja
dipilih karena dianggap memiliki sifat daktilitas yang cukup tinggi sehingga baja
dapat berdeformasi lebih besar apabila melampaui batas kekuatan elastisitasnya
sehingga mampu menahan beban lateral, selain itu konstruksi baja dianggap jauh
lebih efektif dan ramah lingkungan dibanding dengan beton.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana merencanakan model bangunan gedung berstruktur baja yang yang
memenuhi persyaratan SNI 03-1729-2019?
2. Bagaimana merencanakan bangunan gedung berstruktur baja yang memiliki
periode struktur yang berbeda dengan periode beban?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah memperoleh bangunan gedung berstruktur baja yang tahan gempa. Selain
itu diharapkan agar bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bahwa
bangunan gedung berstruktur baja dapat menjadi salah satu alternatif untuk
menanggulangi permasalahan gempa di Indonesia.
1.4 Metode Penulisan
Proposal ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan
proposal ini.

3
BAB II

DESAIN MODEL BANGUNAN GEDUNG 8 LANTAI SKALA 1:50


2.1 Dasar Teori
Beban gempa merupakan beban yang sangat tidak dapat diperkirakan baik
besarnya, arahnya, maupun saat terjadinya. Besarnya beban gempa yang bekerja
pada struktur bangunan, tergantung dari banyak variabel. Gaya horisontal, gaya
vertikal dan momen torsi yang terjadi akibat gempa pada struktur, sangat
tergantung pada berat dan kekakuan material struktur, konfigurasi dan sistem
struktur, periode atau waktu getar struktur, kondisi tanah dasar, wilayah
kegempaan, serta perilaku gempa itu sendiri .Agar beban gempa pada struktur
bangunan yang diperhitungkan tidak terlalu besar dan arahnya cukup dapat
diperkirakan, serta distribusi beban gempa dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana, maka ketentuan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur
bangunan di daerah rawan gempa adalah : tata letak dari struktur, perencanaan
kapasitas dengan konsep strong column – weak beam, serta pendetailan yang baik
dari elemen-elemen struktur. Dengan memenuhi persyaratan-persyaratan di atas,
maka dapat diharapkan perencanaan struktur di daerah rawan gempa dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana, aman, dan ekonomis (Siswanto & Salim,
2018).
Agar struktur bangunan dapat bernilai lebih ekonomis, tetapi tidak mengalami
keruntuhan saat terjadi gempa kuat dengan menggunakan sistem struktur yang
bersifat daktail. Daktilitas secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan
suatu struktur elemen suatu bangunan untuk memencarkan sejumlah besar energi
melalui perilaku inelastik, dengan deformasi yang besar tanpa mengalami
pengurangan kekuatan yang berarti selama terjadinya pembebanan.
Faktor daktilitas struktur gedung adalah rasio antara simpangan maksimum
struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai kondisi
diambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya
pelelehan pertama .
Diantara beberapa material utama konstruksi, baja adalah material yang paling
daktail. Kelebihan ini dapat membuat konstruksi mengalami simpangan pasca
elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan
dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi ambang runtuh (Rihandiar & Indrawan, 2020).
Setiap struktur memiliki periode getar natural dimana struktur tersebut ingin
bergetar atau bergoyang ketika terjadi ganguan (dapat berupa beban dinamis
gempa atau angin). Besarnya periode getar natural struktur ditentukan oleh massa
dan kekakuan bangunan. Frekuensi dan periode memiliki hubungan berbanding
terbalik dimana f = 1/T. Dalam pembebanan dinamik, perode getaran ini penting
untuk diperhatikan agar terhindar dari fenomena resonansi. Resonansi akan terjadi
bila nilai frekuensi natural struktur sama dengan frekuensi natural beban dan dapat
meningkatkan amplitudo getaran dengan sangat signifikan seperti yang terlihat
pada gambar 2.1 Dari gambar response ratio terlihat bahwa jika nilai rasio

4
frekuensi = 1 atau mendekati satu, maka pembesaran dinamis akan semakin besar
bahkan menjadi takterhingga.
̅

Dimana :
= rasio frekuensi
̅ = frekuensi natural beban
= frekuensi natural struktur.

Gambar 2.1 Hubungan antara rasio frekuensi dengan pembesaran dinamis


(Sumber : FEMA 451)
2.2 Kriteria Desain
Dari segi struktural, salah satu ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan struktur agar tahan terhadap gempa, adalah Perencanaan Kapasitas
(Capacity Design). Dalam suatu perencanaan struktur yang tahan gempa hal dasar
yang harus diketahui adalah terdapatnya suatu komponen struktur yang didesain
untuk mengalami kelelehan. Komponen struktur yang leleh tersebut merupakan
komponen yang menyerap energi gempa selama struktur menerima beban gempa.
Agar memenuhi konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa tersebut,
maka pada saat gempa kelelehan (sendi plastis) direncanakan terjadi hanya pada
balok. Ada 2 jenis mekanisme terbentuknya sendi plastis pada struktur portal,
antara lain:
1. Mekanisme kelelehan pada Balok (Beam Sidesway Mechanism), yaitu keadaan
dimana sendi-sendi plastis terbentuk pada balok-balok dari struktur bangunan,
akibat pengunaan kolom-kolom yang kuat (Strong Column Weak Beam)
2. Mekanisme kelelehan pada kolom (Column Sidesway Mechanism), yaitu keadaan
dimana sendi-sendi plastis terbentuk pada kolom- kolom dari struktur bangunan
suatu tingkat penggunaan balok-balok yang kaku dan kuat (Strong Beam Weak
Column).
Strong Coloumn Weak Beam (Kolom Kuat Balok Lemah) adalah salah satu
inovasi desain secara struktural dengan cara membuat sistem struktur yang

5
fleksibel yang mampu berdeformasi saat terjadi gempa (memiliki daktilitas tinggi)
pada jenis perencanaan SRMPK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus).
Kapasitas desain SRMPK digunakan untuk memastikan tidak terjadinya sendi
plastis pada kolom selama terjadinya gempa. Mekanisme SCWB Pada saat struktur
mendapat suatu gaya lateral gempa, distribusi kerusakan sepanjang ketinggian
bangunan bergantung pada distribusi lateral Story Drift (Simpangan antar lantai)
Jika struktur memiliki kolom yang lemah, simpangan antar lantai akan cenderung
terpusat pada satu lantai (soft Story effect) sebaliknya jika kolom lebih kuat dari
balok (Strong Coloumn Weak Beam) maka drift akan tersebar secara merata dan
keruntuhan lokal disatu lantai dapat diminimalkan.
2.3 Sistem Struktur
Sifat khusus dari struktur yang berhubungan dengan tingkat layanan bangunan
akibat gempa adalah kekakuan (Stiffness) dan kakuatan (Strength). Sistem struktur
dasar penahan beban lateral secara umum dapat dibedakan atas Sistem Dinding
Struktural (SDS), Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM), dan Sistem Ganda
(gabungan SRPM dan SDS). Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM),
teridiri dari:
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
b. Sistem Rangka Pemikil Momen Menengah (SRPMM)
c. Sistem dinding struktural
Dalam memilih jenis struktur yang tepat, ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan misalnya tinggi bangunan, arsitektural, dan fungsi bangunan.
Dengan mendesain bangunan sesuai dengan berbagai ketentuan yang ada di SNI
diharapkan struktur bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan pada saat
terjadi gempa. Salah satu jenis struktur bangunan adalah struktur Open Frame.
Struktur Open Frame terdiri dari kolom dan balok yang digabungkan dengan
sambungan tahan momen. Kekakuan lateral dari portal kaku cenderung tergantung
dari kekakuan lentur dari kolom, balok, dan sambungan.

2.4 Modelisasi Struktur


Modelisasi penting bagi pemahaman pembaca akan rancangan yang
ditawarkan. Selain itu, modelisasi bertujuan untuk memudahkan pemahaman
terhadap suatu hal, hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat gambar 3D yang
lebih mudah dipahami dibanding gambar 2D, khususnya bagi yang awam. Jika
bagi awam saja demikian, tentunya jika gambar 3D diterapkan bagi para engineer
pasti akan sangat membantu. Selama ini memakai gambar 2D dikarenakan lebih
mudah, khususnya jika dikerjakan secara manual. Jadi dasar pemikirannya adalah
cara penggambaran manual. Meskipun dalam pelaksanaannya sudah memakai
program komputer AutoCAD, Google Sketchup max, maupun SAP 2000.
Modelisasi struktur diperlukan untuk analisa struktur gedung selanjutnya yang
menggunakan program SAP 2000 V.14
Pembebanan yang dipakai :
1. Beban mati = Beban sendiri bangunan
2. Beban hidup = Beban seberat 1000gr yang dipusatkan ditengah bentang selebar
100mm

6
3. Beban respond speaktrum jakarta dengan asumsi bangunan kelas D RSA 2019

Gambar 2.2 Open Frame

Gambar 2.3 Potongan Depan

7
Gambar 2.4 Potongan Samping

2.5 Analisa Struktur


Analisa ini diperoleh dari program SAP 2000. Masing-masing elemen struktur
dimodelkan berdasarkan data rencana dengan material sesuai rencana.
a. Perencanaan Kolom
Kolom digunakan baja king cross dengan dimensi 40 x 20 x 6 x 8. Baja king
Cross Column adalah perpaduan dua buah profil WF yang dilas penuh pada kedua
sisi web nya. Profil ini memiliki kuat aksial yang cukup tinggi pada arah X dan
arah Y. Maka dari itu King Cross Column paling baik digunakan untuk struktur
kolom pada bangunan.
b. Perencanaan Balok
Balok digunakan baja IWF dengan dimensi 35 x 25 x 8 x 12.
c. Perencanaan Plat Lantai
Plat lantai digunakan material kayu triplek dengan ketebalan 3 mm.
d. Hasil Analisa Struktur
Hasil analisis struktur kali ini diperoleh dari bantuan program SAP 2000 yang
memiliki nilai periode struktur sebesar T = 0,11358 s dan frekuensi sebesar f =
8,80405 Hz. Hasil periode struktur tersebut akan dibandingkan dengan nilai
periode dan frekuensi yang sudah diberikan yaitu berkisar antara T = 0,18 sampai
0,6666 dengan frekuensi sebesar 1,5 Hz sampai 5,5 Hz. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai periode/frekuensi rencana tidak sama dengan nilai

8
periode/frekuensi yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan bangunan gedung
tersebut aman dari resonansi gempa yang diberikan.

T = 0,11358
f = 8,80405

Gambar 2.5 Periode dan Frekuensi SAP 2000


Setelah pengecekan hasil periode struktur yang telah memenuhi syarat, maka
hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah pengecekan elemen struktur.
Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui elemen struktur kuat atau tidaknya
untuk menahan beban yang telah diberikan.
Pengecekan tersebut diperoleh dari Run SAP 2000 yang memiliki beberapa
macam warna yaitu biru, hijau, kuning, orange dan merah. Dari lima warna
tersebut memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda. Biru melambangkan
struktur sangat kuat menahan beban sedangkan merah melambangkan struktur
tidak kuat menahan beban.
Hasil Run SAP untuk bangunan miniatur gedung tersebut. Diperoleh, tidak
ada elemen struktur yang berwarna merah, melainkan berwarna biru sampai
orange. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bangunan miniatur gedung tersebut
masih mampu untuk menahan beban yang telah direncanakan.
Dengan visualisasi hasil analisis struktur pada SAP 2000 sebagai berikut :

Gambar 2.6 Analisa Struktur Portal

9
Gambar 2.7 Analisa Struktur Portal
Keterangan : (a) Analisa Struktur Portal Tampak XZ (b) Analisa Struktur Portal
Tampak YZ
2.6 Desain Komponen Struktur
Desain Komponen Struktur, dimensi harus dirancang sedemikian rupa
sehingga memenuhi prinsip dasar struktur yaitu kekuatan, kestabilan, dan
keseimbangan. Pada desain ini menggunakan material struktur baja dengan
komponen:
- Berat jenis baja 7800 kg/m3
- Modulus elastisitas 200000
- Poisson 0,3
Hasil periode struktur dibandingkan dengan periode beban:
 Hasil periode struktur yang diperoleh dari SAP 2000 T = 0,11358 s
 Hasil periode beban:
- f = 1,5 Hz T= = = 0,667 s ≠ 0,11358 s (Ok)

- f = 2,5 Hz T= = = 0,4 s ≠ 0,11358 s (Ok)

- f = 3,5 Hz T= = = 0,286 ≠ 0,11358 s (Ok)

- f = 4,5 Hz T= = = 0,222 ≠ 0,11358 s (Ok)

- f = 5,5 Hz T= = = 0,182 ≠ 0,11358 s (Ok)


Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai periode/frekuensi rencana tidak
sama dengan nilai periode/frekuensi yang diberikan. Sehingga dapat dikatakan
bangunan gedung tersebut aman dari resonansi gempa yang diberikan.
1. Kolom
 Kolom menggunakan baja King Cross 40×20×6×8
 Jarak as ke as kolom 100mm
2. Balok
Balok menggunakan baja IWF 40×20×6×8

10
3. Lantai
 Plat lantai 1-8 menggunakan triplek 3 mm dengan massa jenis kayu
Sengon, dengan Modulus elastisitas 7256 N/mm², Berat jenis 600 kg/m³,
Angka voisson 0,22.
 Elevasi perlantai 70mm

2.7 Desain Sistem Sambungan Komponen dan Antar Komponen Struktur


Data Penampang:

a. Beban angkur baut


1. Gaya aksial akibat beban terfaktor (Pu) = 14978,28 N
2. Momen akibat beban terfaktor (Mu) = 1108967,4 Nmm
3. Gaya geser akibat beban terfaktor (Vu) = 14993,19 N

b. Plat Tumpuan (Base Plate)


1. Tagangan leleh baja (fy) = 240 Mpa
2. Tegangan tarik putus pelat (fup) = 370 Mpa
3. Lebar pelat tumpuan (B) = 50 mm
4. Panjang pelat tumpuan (L) = 50 mm
5. Tebal pelat tumpuan (t) = 5 mm

c. Dimensi Kolom Baja


1. Profil baja = 40 × 20 × 6 × 8
2. Lebar total (ht) = 40 mm
3. Lebar sayap (bf) = 40 mm
4. Tebal badan (tw) = 20 mm
5. Tebal sayap (tf) = 8 mm

d. Jenis angkur baut


1. Jenis angkur baut (tipe) = A-325
2. Tegangan tarik putus angkur baut (fub) = 825 Mpa
3. Tegangan leleh angkur baut (fy) = 400 Mpa
4. Diameter angkur baut (d) = 5 mm
5. Jarak antar baut (s) = 5 mm
a. Jumlah angkur baut dalam 1 baris = 2 buah
b. Jumlah baris baut = 2 buah
c. Jumlah baut total = 4 buah
d. Jarak baut terhadap pusat penampang (f) = 22 mm

e. Gaya tarik pada angkur baut

11
Gaya yang bekerja pada angkur baut yang tertarik

Luas penampang angkur baut

Faktor reduksi kekuatan tarik

Tahanan tarik nominal angkur baut

f. Gaya geser pada baut


Gaya geser yang ditahan oleh satu baut (Vs1) = = = 3748,298 N
Kondisi sambungan baut geser tunggal, makan nilai m = 1
Faktor pengaruh ulit pada bidang geser r1 = 0,4
Luas penampang baut Ab = = = 19,63
Vn = r1 x m x Ab x Fub = 0,4 x 1 x 19,63 x 825 = 6476,25 N
Syarat
Vs1
3748,298 0,75 * 6476,25
3748,298 N 4857,188 N AMAN (OK)

g. Gaya Tumpu pada Baut


Gaya tumpu yang ditahan satu baut Rs1 = Vs1 = 3748,298 N
Diameter baut = 5 mm
Tebal plat sambung = 5 mm
Tegangan Tarik putus plat (Fup) = 370 Mpa
Tahanan tumpu nominal Rn = 2,4 x d x t x Fup = 2,4 x 5 x 12 x 370 = 22200
N
Syarat
Rs1
3748,298 0,75 * 22200
3748,298 N 16650 N AMAN (OK)

2.8 Desain Sistem Sambungan Kolom dengan Lantai Dasar


Data Penampang:
a. Beban angkur baut
1. Gaya aksial akibat beban terfaktor (Pu) = 910,81 N
2. Momen akibat beban terfaktor (Mu) = 128100,93 Nmm

12
3. Gaya geser akibat beban terfaktor (Vu) = 1528,88 N

b. Plat Tumpuan (Base Plate)


1. Tagangan leleh baja (fy) = 240 Mpa
2. Tegangan tarik putus pelat (fu) = 370 Mpa
3. Lebar pelat tumpuan (B) = 50 mm
4. Panjang pelat tumpuan (L) = 50 mm
5. Tebal pelat tumpuan (t) = 5 mm

c. Dimensi Kolom Baja


1. Profil baja = 40 × 20 × 6 × 8
2. Lebar total (ht) = 40 mm
3. Lebar sayap (bf) = 40 mm
4. Tebal badan (tw) = 20 mm
5. Tebal sayap (tf) = 8 mm

d. Jenis angkur baut


1. Jenis angkur baut (tipe) = A-325
2. Tegangan tarik putus angkur baut (fu) = 825 Mpa
3. Tegangan leleh angkur baut (fy) = 400 Mpa
4. Diameter angkur baut (d) = 5 mm
5. Jumlah angkur baut pada sisi tarik (nt) = 4 buah
6. Jumlah angkur baut pada sisi tekan (nc) = 4 buah
7. Jarak baut terhadap pusat penampang (f) = 22 mm
8. Panjang angkur baut tertanam di landasan = 12 mm
Perhitungan:
a. Gaya tarik pada angkur baut
1. Gaya tarik pada angkur baut

2. Gaya yang bekerja pada angkur baut yang tertarik

3. Tegangan tarik putus angkur baut

4. Luas penampang angkur baut

13
5. Faktor reduksi kekuatan tarik

6. Tahanan tarik nominal angkur baut

7. Tahanan tarik angkur baut

8. Syarat yang harus dipenuhi

(AMAN)

b. Gaya geser pada angkur baut


1. Gaya geser pada angkur baut

2. Tegangan tarik putus baut

3. Jumlah penampang geser

4. Faktor pengaruh ulir pada bidang geser

5. Luas penampang baut

6. Faktor reduksi kekuatan geser

7. Tahanan geser nominal

8. Tahanan geser angkur baut

9. Syarat yang harus dipenuhi

(AMAN)

c. Gaya tumpu pada angkur baut


1. Gaya tumpu pada angkur baut

2. Diameter angkur baut

3. Tebal pelat tumpu

14
4. Tegangan tarik putus pelat

5. Tahanan tumpu nominal

6. Tahanan tumpu

7. Syarat yang harus dipenuhi

(AMAN)

c. Kombinasi geser dan tarik


1. Konstanta tegangan untuk baut mutu tinggi

2. Faktor pengaruh ulir pada bidang geser

3. Tegangan geser akibat beban terfaktor

4. Kuat geser angkur baut

5. Syarat yang harus dipenuhi

(AMAN)
6. Gaya tarik akibat beban berfaktor

7. Tahanan tarik angkur baut

8. Syarat yang harus dipenuhi

(AMAN)
2.9 Berat Desain Dari Model Bangunan
Berat Desain Dari Model Bangunan (W) harus menyatakn seluruh beban mati
dan beban hidup terhitung dalam struktur
Beban Seismik Lantai 1 (W1-W7)
Berdasarkan SNI 1727 – 2019 Pasal 4.7.2 Hal. 30, beban hidup dapat
direkduksi untuk factor elemen beban hidup (kLL) diambil nilai 3, karena termasuk

15
golongan kolom tepi dengan pelat kantilever, dapat dilihat pada Tabel 4.7 – 1 SNI
1727 – 2019 , Area tributary (AT) terbesar adalah 70 mm x 8 = 580 mm, nilai
beban hidup tereduksi adalah
 Berat Hidup = Berat Hidup Pelat x Luas Area
= 1 Kg/cm2 x (10 cm x 20 cm)
= 1 Kg/cm2 x 200 cm2
= 200 Kg
 Beban Mati = Beban Sendiri Bangunan

Balok
Tabel 2.1 Profil Balok
Tipe Profil Jumlah Berat (kg/cm) Panjang (cm) Total (Kg)
W1 IWF 35 x 25 x 8 x 12 17 0,054 10 9,18
Total 9,18

Kolom
Tabel 2.2 Profil Kolom
Tipe Profil Jumlah Berat (Kg/mm) Panjang (cm) Total (Kg)
K1 KC 40 x 20 x 6 x 8 12 0,0408 5 4,896
Total 4,896

 Pelat Lantai = Berat Pelat Triplek 12 x Tebal Pelat x Luas


= 6 Kg/cm2 x 0,3 cm x 200 cm2
Total = 360 Kg
 Berat Total (W) = W Hidup + W Mati
= 200 Kg + 374,076 Kg
= 574,076 Kg
Beban Seismik Lantai Atap (W8)
Berdasarkan SNI 1727 – 2019 Pasal 4.7.2 Hal. 30, beban hidup dapat
direkduksi untuk factor elemen beban hidup (kLL) diambil nilai 3, karena termasuk
golongan kolom tepi dengan pelat kantilever, dapat dilihat pada Tabel 4.7 – 1 SNI
1727 – 2019 , Area tributary (AT) terbesar adalah 70 mm x 8 = 580 mm, nilai
beban hidup tereduksi adalah
 Berat Hidup = Berat Hidup Pelat x Luas Area
= 1 Kg/cm2 x (10 cm x 20 cm)
= 1 Kg/cm2 x 200 cm2
= 200 Kg
 Beban Mati = Beban Sendiri Bangunan

16
Balok
Tabel 2.3 Profil Balok
Tipe Profil Jumlah Berat (kg/cm) Panjang (cm) Total (Kg)
W1 IWF 35 x 25 x 8 x 12 17 0,054 10 9,18
Total 9,18

Kolom
Tabel 2.4 Profil Kolom
Tipe Profil Jumlah Berat (Kg/mm) Panjang (cm) Total (Kg)
K1 KC 40 x 20 x 6 x 8 12 0,0408 5 4,896
Total 4,896

 Pelat Atap = Berat Pelat Triplek 12 x Tebal Pelat x Luas


= 6 Kg/cm2 x 0,3 cm x 200 cm2
Total = 360 Kg
 Berat Total (W) = W Hidup + W Mati
= 200 Kg + 374,076 Kg
= 574,076 Kg

Tabel 2.5 Beban Seismik Model Bangunan


Lantai Ke- W (Kg) Tinggi (mm)
8 574,076 560
7 574,076 490
6 574,076 420
5 574,076 350
4 574,076 280
3 574,076 210
2 574,076 140
1 574,076 70
Total 4.592,608

17
2.10 Daftar Material Yang Di Gunakan Dalam Permodelan Struktur Gedung
Tabel 2.6 Rekap profil utama dan pelat
Jumlah
No Nama Komponen Spesifikasi Komponen Satuan
Komponen
Profil Kingcross 40 X 20 X 6
1 Mutu BJ 37 5,88 m
X 8 Mm
Profil Iwf 35 X 25 X 8 X 12
2 Mutu BJ 37 7,98 m
Mm
Kayu Sengon E =7256
3 Multiplek 3 Mm 0,48 m2
N/Mm2
Kayu Sengon E =7256
4 Multiplek 12 Mm 0,06 m2
N/Mm2

2.11 Simpangan Horizontal


Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.8.6, penentuan antar tingkat desain (∆)
harus dihitung sebagai perbedaan simpangan pada pusat massa diatas dan dibawah
tingkat yang ditinjau seperti pada Gambar 4.24. dalam perhitungan simpangan
antar lantai parameter yang dibutuhkan adalah Ie dan Cd. Dimana Ie merupakan
faktor keutamaan gempa , karena kategori resiko Gedung IV maka Ie = 1,5
Tabel 2.7 Faktor Keutamaan Gempa

sedangkan faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5 untuk rangka baja pemikul
momen khusus

18
Simpangan pusat massa ditingkat-x (∆x) (mm) harus ditentukan sesuai dengan
SNI 1726-2019 sebagai berikut :

δx =

Keterangan :
Cd = Faktor pembesaran simpangan lateral = 5,5 untuk ranga baja pemikul
momen khusus
= Simpangan di tingkat-x yang di isyaratkan pada pasal ini, yang
ditentukan dengan analisis elastic

Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.12.1, simpangan antar lantai desain (∆)
pada gedung tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin (∆a). pada SNI 1726-
2019 Pasal 7.12.1.1 menyatakan untuk sistem penahan gaya gempa yang terdiri
dari hanya rangka momen pada struktur yang dirancang untuk kategori desain
seismik D, E dan F, simpangan antar tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi ∆a/𝜌
untuk semua tingkat, dengan nilai 𝜌 = 1,3 untuk kategori desain seismik D, E dan F

∆a = 0,010 hsx
Keterangan :
∆a = simpangan ijin
hsx = tinggi tingkat dibawah tingkat-x
𝜌 = redudansi = 1,3

19
Simpangan arah X (Model-1)
TABLE: Joint Displacements
Joint OutputCaseCaseType StepType U1 U2 U3 R1 R2 R3
9 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000649 2,23E-07 0,000064 4,71E-09 6,48E-07 6,9E-08
8 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000597 2,4E-07 0,000064 2,05E-09 7,82E-07 6,17E-08
7 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000529 2,09E-07 0,000062 1,59E-09 9,48E-07 5,48E-08
6 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000448 1,84E-07 0,000059 1,5E-09 1,08E-06 4,86E-08
5 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000355 1,61E-07 0,000053 1,34E-09 1,17E-06 4,25E-08
4 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000255 1,38E-07 0,000044 1,06E-09 1,21E-06 3,66E-08
3 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000152 1,06E-07 0,000033 7,28E-10 1,16E-06 2,76E-08
2 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000058 5,13E-08 0,000018 5,01E-10 9,21E-07 1,3E-08
1 QUAKE X LinRespSpec
Max 0 0 0 0 0 0

a. Simpangan pada arah X Model 1


- Untuk tingkat 1
0,000058 – 0 = 0,000058 mm
- Untuk tingkat 2
0,000152 - 0,000058 = 0,000094 mm
- Untuk tingkat 3
0,000225 – 0,000094= 0,000161 mm
- Untuk tingkat 4
0,000355 - 0,000161 = 0,000194 mm
- Untuk tingkat 5
0,000448 – 0,000194 = 0,000254 mm
- Untuk tingkat 6
0,000529 – 0,000254 = 0,000275 mm
- Untuk tingkat 7
0,000597– 0,000275 = 0,000322 mm
- Untuk tingkat 8
0,000649 – 0,000322 = 0,000327 mm

b. Simpangan antar lantai di tingkat-x (∆x) (mm)


- Untuk tingkat 1

δ1 = = = 0,000213 mm

- Untuk tingkat 2

δ2 = = = 0,000345 mm

20
- Untuk tingkat 3

δ3 = = = 0,00059 mm

- Untuk tingkat 4

δ4 = = = 0,000711 mm

- Untuk tingkat 5

δ5 = = = 0,000931 mm

- Untuk tingkat 6

δ6 = = = 0,001008 mm

- Untuk tingkat 7

δ7 = = = 0,001181 mm

- Untuk tingkat 8

δ8= = = 0,001199 mm

Cek simpangan terhadap Simpangan Ijin


- Cek terhadap simpangan lantai 1

0,000213

0,000213 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 2

0,000345

0,000345 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 3

0,00059

0,00059 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 4

21
0,000711

0,000711 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 5

0,000931

0,000931 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 6

0,001008

0,001008 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 7

0,001181

0,001181 mm ……(ok)
- Cek terhadap simpangan lantai 8

0,001199

0,001199 mm ……(ok)

Simpangan arah Y (Model-1)


TABLE: Joint Displacements
Joint OutputCase CaseType StepType U1 U2 U3 R1 R2 R3
9 QUAKE Y LinRespSpec Max 6,436E-07 0,000801 0,000077 9,72E-07 7,291E-09 1,06E-07
8 QUAKE Y LinRespSpec Max 6,803E-07 0,000724 0,000076 1,12E-06 2,958E-09 9,46E-08
7 QUAKE Y LinRespSpec Max 5,975E-07 0,000631 0,000074 1,29E-06 1,812E-09 8,3E-08
6 QUAKE Y LinRespSpec Max 5,196E-07 0,000524 0,000069 1,41E-06 1,734E-09 7,3E-08
5 QUAKE Y LinRespSpec Max 4,498E-07 0,000408 0,000062 1,47E-06 1,736E-09 6,34E-08
4 QUAKE Y LinRespSpec Max 3,783E-07 0,000287 0,000052 1,46E-06 1,515E-09 5,35E-08
3 QUAKE Y LinRespSpec Max 2,769E-07 0,000167 0,000038 1,35E-06 1,34E-09 3,9E-08
2 QUAKE Y LinRespSpec Max 1,286E-07 0,000061 0,00002 1,02E-06 1,354E-09 1,77E-08
1 QUAKE Y LinRespSpec Max 0 0 0 0 0 0

22
Simpangan Antar Lantai (Drift) Model 1
h Simpangan arah x Simpangan arah y Drift Arah-X Drift Arah-Y Cek
560 0,000649 0,000801 0,000327 0,000411 0,001199 0,001507 0,538462 OK
490 0,000597 0,000724 0,000322 0,000390 0,001181 0,001430 0,538462 OK
420 0,000529 0,000631 0,000275 0,000334 0,001008 0,001225 0,538462 OK
350 0,000448 0,000524 0,000254 0,000297 0,000931 0,001089 0,538462 OK
280 0,000355 0,000408 0,000194 0,000227 0,000711 0,000832 0,538462 OK
210 0,000255 0,000287 0,000161 0,000181 0,000590 0,000664 0,538462 OK
140 0,000152 0,000167 0,000094 0,000106 0,000345 0,000389 0,538462 OK
70 0,000058 0,000061 0,000058 0,000061 0,000213 0,000224 0,538462 OK

Story Drift Model - 1


600
Ketinggian (mm)

500
400
300
arah x
200
100 arah y
0
0.000000 0.000500 0.001000 0.001500 0.002000
Simpangan (mm)

Simpangan arah X (Model-2)


TABLE: Joint Displacements
Joint OutputCaseCaseType StepType U1 U2 U3 R1 R2 R3
18 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000649 6,84E-08 0,000016 1,86E-09 5,46E-07 3,72E-08
17 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000597 4,61E-08 0,000016 1,04E-09 6,89E-07 3,33E-08
16 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,00053 4,19E-08 0,000015 8,78E-10 8,17E-07 2,96E-08
15 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000448 3,76E-08 0,000013 7,6E-10 9,18E-07 2,63E-08
14 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000355 3,29E-08 0,000011 6,09E-10 9,82E-07 2,3E-08
13 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000255 2,79E-08 8,73E-06 4,61E-10 9,99E-07 1,99E-08
12 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000153 2,03E-08 5,95E-06 3,31E-10 9,47E-07 1,51E-08
11 QUAKE X LinRespSpec
Max 0,000059 8,94E-09 2,98E-06 1,88E-10 7,41E-07 7,15E-09
10 QUAKE X LinRespSpec
Max 0 0 0 0 0 0

Simpangan arah X (Model-2)


TABLE: Joint Displacements
Joint OutputCase CaseType StepType U1 U2 U3 R1 R2 R3
17 QUAKE Y LinRespSpec
Max 3,264E-07 0,00074 0,000077 0,00000115 2,964E-09 6,775E-08
18 QUAKE Y LinRespSpec
Max 3,085E-07 0,000819 0,000078 9,934E-07 5,427E-09 7,625E-08
16 QUAKE Y LinRespSpec
Max 2,861E-07 0,000645 0,000075 0,000001317 2,415E-09 5,947E-08
15 QUAKE Y LinRespSpec
Max 2,491E-07 0,000536 0,00007 0,000001438 2,138E-09 5,231E-08
14 QUAKE Y LinRespSpec
Max 2,157E-07 0,000417 0,000063 0,000001498 1,824E-09 4,551E-08
13 QUAKE Y LinRespSpec
Max 1,815E-07 0,000294 0,000053 0,000001487 1,434E-09 3,842E-08
12 QUAKE Y LinRespSpec
Max 1,331E-07 0,000172 0,000038 0,000001376 9,946E-10 0,000000028
11 QUAKE Y LinRespSpec
Max 6,243E-08 0,000063 0,000021 0,000001043 5,644E-10 1,266E-08
10 QUAKE Y LinRespSpec
Max 0 0 0 0 0 0

23
Simpangan Antar Lantai (Drift) Model 2
h Simpangan arah xSimpangan arah y Drift Arah-X Drift Arah-Y Cek
560 0,000649 0,00074 0,000328 0,000262 0,001203 0,000961 0,538462 OK
490 0,000597 0,000819 0,000321 0,000478 0,001177 0,001753 0,538462 OK
420 0,000530 0,000645 0,000276 0,000341 0,001012 0,001250 0,538462 OK
350 0,000448 0,000536 0,000254 0,000304 0,000931 0,001115 0,538462 OK
280 0,000355 0,000417 0,000194 0,000232 0,000711 0,000851 0,538462 OK
210 0,000255 0,000294 0,000161 0,000185 0,000590 0,000678 0,538462 OK
140 0,000153 0,000172 0,000094 0,000109 0,000345 0,000400 0,538462 OK
70 0,000059 0,000063 0,000059 0,000063 0,000216 0,000231 0,538462 OK

Kesimpulan : Dari perhitungan simpangan antar lantai kemudian dibandingkan


dengan simpangan izin nya dapat disimpulkan bahwa simpangan antar lantai aman
karena sudah memenuhi persyaratan simpangan antar lantai harus kurang dari sama
dengan simpangan izinnya ( δx ∆a ) .

2.12 Rencana Waktu Konstruksi


No. Uraian Pekerjaan Waktu Yang
Dibutuhkan
1 Persiapan Alat dan Bahan 5 Menit
2 Pemasangan Rangka Utama (Balok Dan Kolom) 40 Menit
3 Pemasangan Alat Sambung Rangka Utama (Balok dan Kolom) 30 Menit
4 Pemasangan Pelat Lantai Dasar 10 Menit
5. Pemasangan Pelat Lantai 1 – Lantai 8 30 Menit
6 Pemasangan Panel – Panel Dinding 25 Menit
7 Pemasangan Penutup Atap 10 Menit
8 Pemasangan Aksesoris Bangunan 15 Menit
9 Proses Pengecekan Semua Sambungan – Sambungan 5 Menit
10 Prose Pembersihan Area Konstruksi 10 Menit
11 Total Waktu Yang Dibutuhkan Proses Pembuatan Konstruksi 180 Menit / 3 Jam

24
BAB 3
GAMBAR METODE PERAKITAN MODEL BANGUNAN GEDUNG

3.1. Pekerjaan Persiapan

Terlepas dari kelengkapan proyek lain hal yang perlu dipersiapkan dalam
tahap persiapan pekerjaan adalah lokasi proyek yang mana lokasi proyek
merupakan lokasi dimana proyek pembangunan gedung dilaksanakan.

3.1.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu hal pokok yang
menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam setiap pelaksanaan pekerjaan
karena setiap item pekerjaan memiliki resiko dan potensi terhadap kecelakaan
kerja.
Penyebab kecelakaan dibagi menjadi 2, yaitu unsafe condition (faktor
lingkungan) dan unsafe action (faktor manusia). Contoh dari unsafe condition
adalah kondisi peralatan sudah tidak layak pakai, pengamanan gedung kurang
standar, pencahayaan, kurangnya ventilasi, dan sebagainya. Contoh dari unsafe
action adalah kurangnya pendidikan, tidak memakai APD, mengangkut beban
berlebih, dan sebagainya. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80-85% kecelakaan
kerja disebabkan oleh unsafe action. (Anizar, 2009).

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti


(Suardi, 2005):
 Faktor fisik yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat
udara, dan lain-lain.
 Faktor kimia yaitu gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda
padat.
 Faktor biologi yaitu golongan hewan dan tumbuh-tumbuhan.
 Faktor fisiologis yaitu konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
 Faktor mental-psikologis yaitu susunan kerja, hubungan dengan antar
pekerja maupun pengusaha, dan sebagainya.

Hal utama yang perlu diantisipasi atau mengurangi dampak resiko kecelakaan
adalah dengan melengkapi diri dengan perangkat dan alat keselamatan diantaranya
menggunakan :
1. Helm pengaman
2. Sepatu kerja
3. Helm kerja
4. Kaca mata ( safety glass )
5. Sarung tangan ( glove)
6. Ear plug
7. Masker
25
8. Safety harness
9. Respirator
10. Pelindung wajah
11. Wearpack atau Coverall
12. Rompi safety
13. Safety APAR

3.1.2. Peralatan Kerja

Untuk menunjang dan memudahkan kelancaran dalam pembuatan dan


pelaksanaan perakitan model bangunan gedung baja ini siperlukkan alat bantu kerja
sebagai berikut :

1. Pelat baja
2. Baut
3. Screw driver machine
4. Alat sambung
5. Angkur
6. Multipleks

3.2. Perakitan Bangunan

Dalam proses pelaksanaan perakitan model bangunan gedung pada kontes ini
struktur rangka utama sudah dirakit dari tempat asal, sedangkan dinding, atap dan
lantai dalam bentuk bagian-bagian tertentu. Kemudian dilakukan perakitan di tempat
lomba.

Untuk memperoleh kecepatan dan ketepatan kerja selama pelaksanaan maka


harus memperhatikan Standard Operating Procedure ( SOP ) seperti yang diuraikan
dibawah ini :

3.2.1. Pembagian bentuk segmen

Dikarenakan rangka utama telah dibuat dan dirakit di tempat asal maka
dilokasi perlombaan hanya tinggal merakit dan membuat bagian dari dinding, atap
dan lantai. Sehingga pekerjaan akan lebih cepat dan efisien.Pembagian segmen atau
bagian-bagian merupakan hal penting karena berkaitan dengan waktu pelaksanaan
pekerjaan model bangunan gedung.Penyambungan pada setiap alat sambung tetap
memperhatikan kekuatan dan metode penyambungan. Masing-masing peserta dalam
tim bekerja bersama (team work) dengan tim kerja yang solid.

26
3.2.2. Pemasangan (erection)

Pada saat proses pemasangan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :


a. Pasang rangka utama
b. Pasang alat sambung rangka utama
c. Pasang pelat lantai dasar
d. Pasang pelat lantai satu
e. Pasang panel-panel dinding
f. Pasang penutup atap
g. Pasang asesoris bangunan
h. Cek semua sambungan-sambungan

3.3. Pembersihan Lokasi

Setelah semua pekerjaan perakitan selesai maka lokasi model bangunan


gedung dibersihkan dari berbagai peralatan dan kotoran yang dapat mengganggu
pengujian pembebanan. Sehingga lokasi menjadi bersih dan aman terhadap benda-
benda yang dapat mengganggu

3.4. Metode perakitan

Metode perakitan yang dilaksanakan sebagai berikut :


1. Mempersiapkan alas bangunan dari multiplek 12mm.
2. Memasang kolom pada alas lantai bangunan menggunakan plat siku dengan cara
dibaut pada semua sisi kolom.
3. Merangkai balok induk dengan kolom

Gambar 3.1 a. Papan Alas Lantai Gambar 3.1 b. Pemasangan Kolom

4. Memasang plat lantai multiplek dengan meletakkannya di atas balok induk per
elemen atau per ruangan.

27
Gambar 3.2 Rangkaian Balok dan Kolom

Gambar 3.3 Rangkaian Balok dengan kolom pada lantai diatasnya

5. Memasang dinding, pintu dan jendela ke rangka bangunan menggunakan baut


3mm yang dipasang di ujung panel dinding.

6. Memasang penutup atap multiplek menggunakan alat sambung baut 3mm.


7. Memasang ornamen-ornamen tambahan.

28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Struktur bangunan gedung menggunakan bahan baja yang membuat beban
bangunan relatif lebih ringan. Karena memiliki beban yang lebih ringan di
bandingkan material beton, maka struktur bangunan baja lebih tahan terhadap
gempa dibandingkan dengan struktur bangunan beton.
2. Penggunaan material kolom king Cross Column adalah perpaduan dua buah
profil WF yang dilas penuh pada kedua sisi web nya. Profil ini dipilih karena
memiliki kuat aksial yang cukup tinggi pada arah X dan arah Y. Maka dari
itu King Cross Column paling baik digunakan untuk struktur kolom pada
bangunan.
3. Penggunaan Material Balok IWF Dipilih Karena Profil IWF memiliki
Fleksibilitas tinggi, sehingga bangunan yang dibuat dari rangka ini menjadi
lebih kuat dan tidak mudah runtuh. Bahannya tidak memerlukan biaya dan
perbaikan yang tinggi.
4. Hasil rancangan menunjukan keamanan struktur sehingga bangunan dapat
diralisasikan
5. Beban hozontal yang diterapkan yaitu beban plat sebesar 1000gr yang
ditumpu pada bagian tengah bangunan
6. Metode perakitan baja yang dinilai cukup cepat dan efektif, sehingga dapat
diterapkan oleh para pekerja dibidang teknik sipil. Melalui metode ini waktu
pengerjaan lebih cepat dan ekonomis sehingga dapat menekan biaya material
dan tenaga selama pengkonstruksian.

29
200
mm
mm
300

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm

12 mm
mm
300 400
mm

REVISIONS

01
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
GAMBAR 3D ISOMETRI 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
100 mm 100 mm 100 mm

70 mm
30 mm

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
12 mm
REVISIONS

02
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
TAMPAK DEPAN 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
100 mm 100 mm

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
12 mm
REVISIONS

03
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
TAMPAK SAMPING KIRI 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
100 mm 100 mm 100 mm

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
12 mm
REVISIONS

04
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
TAMPAK BELAKANG 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
Dinding kertas 150 gram

70 mm
Plat lantai multiplek 3 mm

Frame kaca 32 mm x 30 mm x 1 mm

70 mm
Plat lantai multiplek 12 mm

12 mm
REVISIONS

05
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
POTONGAN A-A 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
100 mm 100 mm 100 mm

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
Frame kaca 32 mm x 30 mm x 1 mm
30 mm 3 mm

32 mm

70 mm
12 mm
REVISIONS

06
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
POTONGAN B-B 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
Multiplex 3 mm

IWF 35 mm x 25 mm x8 mm x 12 mm

70 mm
KINGCROSS 40 mm x 20 mm x 8 mm x 6 mm

70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
70 mm
100
mm
100 mm
mm 100
100 mm
mm 100

NO NAMA KOMPONEN SPESIFIKASI KOMPONEN JUMLAH KOMPONEN SATUAN


1 PROFIL KINGCROSS 40 X 20 X 6 X 8 MM MUTU BJ 37 5,88 M
2 PROFIL IWF 35 X 25 X 8 X 12 MM MUTU BJ 37 7,98 M
3 MULTIPLEK 3 MM KAYU SENGON E =7256 N/mm2 0,48 M2
4 MULTIPLEK 12 MM KAYU SENGON E =7256 N/mm2 0,12 M2

REVISIONS

07
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
ISOMETRI DETAIL STRUKTUR DAN DAFTAR KOMPONEN 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...
100 mm 100 mm 100 mm 100 mm 100 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

70 mm
70 mm

REVISIONS

08
GAMBAR PERENCANAAN KBGI MM/DD/YY REMARKS
1 _ _ /_ _ /_ _ ...
TAMPAK DETAIL STRUKTUR 2 _ _ /_ _ /_ _ ...
3 _ _ /_ _ /_ _ ...

A
4 _ _ /_ _ /_ _ ...
5 _ _ /_ _ /_ _ ...

Anda mungkin juga menyukai