Anda di halaman 1dari 35

BAB IV.

KOLOM UNIAKSIAL

4.1. Analisis Rangka Struktur


Di dalam analisis struktur dikenal portal bergoyang (sway/unbraced) dan portal tidak
bergoyang (non-sway/braced). Pembedaan kedua tipe itu dari sudut pandang analisis struktur
sangat mudah, misalnya portal bergoyang dapat dilihat dari pola beban dan atau kekakuan
portal yang tidak simetri seperti tampak dalam gambar 4.1.(a) sampai dengan (d), namun
tidak demikian halnya dengan struktur tidak bergoyang. Struktur tidak bergoyang dapat
dikenali dari beban dan kekakuan yang serba simetri, atau secara visual setiap titik buhul dari
portal itu diberi pengekang dalam bentuk rangka diagonal atau sendi seperti tampak dalam
gambar 4.1.(e) dan (f).

2EI 2EI 2EI

2EI 2EI 2EI 2EI EI 2EI

(a) (b) (c)

2EI 2EI 2EI


EI EI

EI 2EI 2EI EI

(d) (e) (f)

Gb.4.1. Rangka Struktur Bergoyang dan Tidak bergoyang

4.2. Indek Stabilitas (Stability Index)


Kriteria bergoyang dan tidak bergoyang dalam struktur beton bertulang berbeda dari
kriteria analisis rangka struktur di atas. Dikatakan tidak bergoyang apabila momen yang
ditimbulkan oleh perkalian antara akumulasi gaya aksial kolom (ΣPu) dari tingkat di atasnya
dan lendutan horisontal relatif (Δo diantara dua tingkat) pada tingkat itu tidak melebihi 5%
IV-1
dari momen yang ditimbulkan oleh perkalian antara gaya geser total kolom (Vu) dan tinggi
kolom (lc) pada tingkat itu. Nilai banding momen itu disebut indek-kestabilan (stability index)
yang dapat dirumuskan seperti berikut ini.

Q  stability index 
 P . u o
 0,05
Vu .l c

ΣPu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat di atasnya


Vu = total gaya geser terfaktor dalam tingkat yg ditinjau
Δo = lendutan horisontal relatif antara dua lantai yang ditinjau
lc = tinggi kolom (diukur dari dua pusat titik buhul)

Dari rumusan di atas dapat dilihat bahwa dalam sebuah bangunan dapat saja terjadi
pada sebuah tingkat struktur itu bergoyang tetapi tidak pada tingkat yang lain, atau bergoyang
pada satu arah sumbu lemah tetapi tidak pada arah sumbu kuat.
Kolom mendukung beban aksial disamping momen. Menurut Euler kolom dapat
rusak/ patah oleh karena tekuk apabila beban itu sama dengan atau lebih besar dari beban
kritik (Pc), kolom demikian disebut kolom panjang dan sebaliknya disebut kolom pendek.
 2 EI
Pc  .
( k .l u ) 2

Bila kolom lentur (EI rendah atau lu tinggi) akan semakin memudahkan kolom itu rusak oleh
karena tekuk. Upaya untuk menghindarkan kerusakan tekuk, dengan memadukan antara
luasan tampang dan panjang batang, menjadi bagian dari tanggung jawab seorang ahli
struktur. Parameter tekuk
diindikasikan oleh suatu faktor
yang disebut faktor kelangsingan  2 EI
Pc 
(slenderness ratio) batang (k.lu/r), (k .l u ) 2
semakin besar faktor ini akan
mengindikasikan adanya keruskan tekuk
tekuk. Yang perlu diketahui bahwa
kerusakan tekuk terjadi di bawah k.lu/r

kekuatan tampangnya, sehingga Gb.4.2. Pengaruh faktor


seorang ahli struktur pun kadang kelangsingan pada gaya tekuk

dapat terkejut karenanya.

IV-2
4.3. Faktor Kelangsingan (Slenderness Ratio)
Untuk faktor kelangsingan (k.lu/r) sedang (medium slenderness ratio) metode
pendekatan (approximate method) masih dapat digunakan yaitu dengan cara memperbesar
momen yang dihasilkan dari analisis struktur melalui suatu faktor pembesaran momen
(moment magnification factor), δ. Tambahan momen oleh adanya lenturnya kolom dapat
dilihat dalam gambar 4.3. Namun demikian apabila faktor kelangsingan itu tinggi (k.lu/r >
100) maka analisis lebih jauh (exact second order analysis) diperlukan untuk mengakomodasi
pengaruh non-linear bahan, retak, goyangan lateral, rayapan, susut, lama pembebanan dan
pengaruh interaksi pada fondasi.
Analisis second order ini δ.M2

dimungkinkan oleh adanya software M2

yang saat ini ada untuk rangka


Kolom
bergoyang dan rangka sedikit pendek

tertahan. Hasil dari second order


lebih realistik dan cenderung hemat.
Secara skematik prosedur hitungan
kolom dapat dijelaskan melalui
Kolom
diagram alir dalam gambar 4.4. panjang

Untuk analisis struktur


dengan metode elastik (first order Gb.4.3. Pengaruh faktor kelangsingan pada
analysis) perlu memperhitungkan kemampuan kolom

pengaruh retak sepanjang batang.


Pengaruh itu dapat diberikan dengan mengurangi inersia tampang seperti tabel 4.1.
Tabel 4.1. Inersia efektif
Elemen Modulus Elastisitas Momen Inersia Luasan
Balok Ec 0,35 Ig Ag
Kolom Ec 0,70 Ig Ag
Pelat datar/ slab datar Ec 0,25 Ig Ag

Radius girasi r = √(Ig/Ag) untuk tampang persegi empat secara praktis dapat diambil r
= 0,3 b atau r = 0,3 h bergantung pada arah momen itu dikerjakan. Untuk tampang lingkaran
radius girasi dapat diambil r = 0,25.D.

IV-3
GOYANG TIDAK GOYANG

Ya Ya
k.lu/r < KOLOM PENDEK k.lu/r < 34-
22 12(M1/M
Tidak 2)
Tidak
KOLOM PANJANG
Ya  METODE Ya
22 ≤ PENDEKATAN  34-
k.lu/r ≤ HITUNG FAKTOR δ 12(M1/M2)
100 ≤ k.lu/r ≤ 100
Tidak
Tidak
SECOND ORDER
ANALYSIS  P-Δ
ANALYSIS

Gb.4.4. Diagram alir hitungan kolom

Panjang kolom bersih (lu) dapat ditentukan dengan memperhatikan adanya balok,
column capitals, drop panel, seperti tertera dalam gambar di bawah ini.

lu lu lu

Arah Goyangan

Gb.4.5. Panjang kolom bersih

Faktor panjang efektif kolom (k) dalam analisis struktur dapat diperoleh dengan secara
tegas bergantung pada kondisi ujung-ujung kolom itu. Misal kolom yang ditumpu secara
sendi pada ujung-ujungnya maka k = 1, sedang apabila salah satu ujungnya jepit maka k =
0,7. Demikian pula bila salah satu ujung jepit dan ujung lain bebas maka k = 2 atau apabila
kedua ujungnya jepit maka k = 0,5.

IV-4
Tidak demikian halnya dalam struktur beton bertulang, faktor panjang efektif kolom
bergantung pada kondisi kekakuan balok pada ujung-ujung kolom itu. Untuk itu pada struktur
rangka tidak bergoyang dan bergoyang dapat ditentukan melalui persamaan berikut ini.

Kolom Tidak Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil dari
persamaan berikut :
k = 0,7 + 0,05 ( ΨA + ΨB ) ≤ 1,0
k = 0,85 + 0,05 Ψmin ≤ 1,0
Ψmin = terkecil diantara ΨA dan ΨB
EI EI
 lc
kolom  lc
kolom
A  ujung atas kolom, B  ujung bawah kolom
EI EI
 l balok  l balok
b b

Kolom Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil dari persamaan
berikut :
20   m
Ψm < 2, k  1  m
20
Ψm ≥ 2, k  0,9 1   m dengan Ψm = (ΨA + ΨB)/2
Untuk kolom yang salah satunya sendi dan ujung lainnya jepit :
k  2,0  0,3  dengan Ψ = ΨA atau ΨB untuk bagian kolom yang dijepit

Untuk menghitung nilai ΨA atau ΨB digunakan inersia (I) yang memperhitungkan adanya
retak seperti tabel 4.1 di atas. Untuk mendapatkan faktor panjang efektif (k) dapat pula
dilakukan melalui nomogram dalam gambar 4.8 dan 4.9.
Bila kolom termasuk dalam kategori kolom pendek maka momen yang didapat dari
analisis struktur dapat langsung digunakan untuk merancang. Tidak demikian halnya bila
kolom termasuk dalam kategori kolom panjang, faktor pembesaran momen (δ) perlu dihitung
dahulu dan momen rancang diperoleh dengan cara mengalikan momen hasil dari analisis
struktur dengan faktor pembesaran momen (δ). Faktor pembesaran momen harus selalu lebih
besar atau sama dengan 1,0.

4.4. Faktor Pembesaran Momen (Moment Magnification Factor)


Gaya aksial pada kolom panjang dapat menyebabkan kolom rusak lebih awal oleh
adanya tekuk (buckle). Tertekuknya kolom dapat diantisipasi dengan cara membesarkan
ukuran kolom atau menambah tulangan atau meningkatkan kuat tekan beton atau kombinasi
IV-5
dari kemungkinan tersebut. Kelangsingan kolom tidak diakomodasi dalam hitungan analisis
struktur cara elastik (first order), namun tidak demikian halnya dengan cara P-Δ (second
order). Oleh karena cara elastik paling banyak dipakai maka tinjauan terhadap kelangsingan
kolom sangat diperlukan. Faktor pembesaran momen bergantung pada jenis kolomnya, dan
biasanya diaplikasikan pada momen kolom terbesarnya (M2).
Kolom Tidak Bergoyang :
Mc = δns . M2  M2 = momen maksimum dari kolom
Cm  2 EI M1
 ns   1,0 dengan Pc  dan C m  0,6  0,4  0,4
Pu (k .l u ) 2 M2
1
0,75 Pc

Untuk menghitung Pc digunakan EI dari persamaan berikut di bawah ini.


0,4 E c .I g 1,2.PDL
EI  dengan  d 
1 d 1,2 PDL  1,6 PLL

Kolom Bergoyang :
M1 = M1ns + δs . M1s
M2 = M2ns + δs . M2s
Nilai (δs . M1s dan δs . M2s) dapat dihitung dengan analisis second order, approximate second
order atau approximate magnifier method. Di bawah ini dituliskan cara pendekatan dengan
metode pembesaran (approximate magnifier method)
1  2 EI
s  1,0 dengan Pc 
1
P u ( k .lu ) 2
0,75  P c

0,4 E c .I g 1,2.PDL
EI  dengan  d 
1 d 1,2 PDL  1,6 PLL

Berbeda dari rumusan untuk kolom tidak bergoyang, bahwa Pu menjadi ΣPu dan Pc menjadi
ΣPc artinya bahwa gaya-gaya aksial terfaktor Pu dari seluruh kolom pada tingkat yang ditinjau
harus diketahui dan gaya aksial kritik Pc harus dihitung untuk seluruh kolom pada tingkat itu.
Untuk menghitung EI digunakan rumus di atas.

Contoh-4.1 :

IV-6
Kolom berukuran 400 x 400 mm panjang 4m, di ujung atas kolom terdapat balok di kiri dan
kanannya berukuran 200 x 400 mm panjang 200/400 200/400
1
5m. Di ujung bawah kolom terdapat balok
400/400
dengan ukuran dan panjang sama dengan di
ujung atas. Di bawah kolom tersebut terdapat 200/400 200/400
2
pula kolom lain dengan ukuran dan panjang
400/400
sama. Hitunglah faktor panjang efektif kolom
tersebut bila E = 20.000 MPa, portal termasuk
3
kategori bergoyang, kemudian pastikan jenis
Gb.4.6. Portal dg tumpuan jepit
kolom itu panjang atau pendek ??

Jawaban :
Ic = 0,7.(1/12).400.4003 = 1,493.109  EIc/lc = 20000. 1,493.109 / 4000 = 7,466.109
Ib = 0,35.(1/12).200.4003 = 0,373.109  EIb/lb = 20000. 0,373.109 / 5000 = 1,493.109
Kolom 1-2 :
EI
 lc
kolom
(1).7,466.10 9
A    2,5
EI ( 2 ). 1, 493 . 10 9

 l balok
b

EI
lc
kolom
( 2).7,466.10 9
B   5
EI ( 2).1,493.10 9
l balok
b

Kolom 2-3 :
EI EI
lc
kolom
( 2).7,466.10 9  lc
kolom
( 2).7,466.10 9
A    5  B   0
EI ( 2).1,493.10 9 EI 
l balok l balok
b b

Antara titik 1-2 : menggunakan nomogram k = 1,9


menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 3,75 > 2, k = 1,96
Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram k = 1,5
menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 2,5 > 2, k = 1,68
Kontrol jenis kolom :
r = 0,3.b = 0,3.400 = 120 mm
Kolom atas bergoyang  k.lu /r = 1,96.(4000-400)/120 = 58,8 > 22  kolom panjang, karena
58,8 < 100  dapat menggunakan metode pendekatan
IV-7
Kolom bawah bergoyang  k.lu /r = 1,68.(4000-400)/120 = 50,4 > 22  kolom panjang,
karena 50,4 < 100  dapat menggunakan metode pendekatan
Contoh-4.2 :
Mirip dengan contoh-4.1 tetapi tumpuan kolom paling bawah berupa sendi. Hitunglah
panjang efektif tekuk kolom paling bawah saja !!

200/400 200/400
1
Jawaban :
400/400
Kolom 2-3 :
EI
lc
kolom
( 2).7,466.10 9 200/400 2 200/400
A   5
EI ( 2).1,493.10 9
l balok 400/400
b

EI
lc
kolom
( 2).7,466.10 9
Gb.4.7. Portal dg tumpuan sendi
B   
EI 0
l balok
b

Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram k = 3,4


menggunakan rumus k = 2,0 + 0,3.Ψ dan memasukkan Ψ = ΨA = 5
= 3,5
Contoh-4.3 :
Apabila hitungan analisis struktur dalam contoh-4.1 (bergoyang) sudah dilakukan dan
menghasilkan momen M2ns dan M2s pada sebuah kolom dan ΣPu seperti tabel di bawah ini.
Hitunglah faktor pembesaran momen δs dan momen akhir M2 tersebut !
Tabel 4.2. Hasil analisis struktur
Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN)
1 77,32 6011,31 33474,31
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31

Jawaban :

s 
1
 1,0 dengan Q 
 Pu
atau Q 
 Pu . 0
, Pc 
 2 EI
1 Q 0,75  Pc Vu .l c (k .lu ) 2

M2 = M2ns + δs . M2s

IV-8
Disamping nilai Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus ACI dapat pula digunakan
nilai stability index tiap lantai seperti persamaan di atas. Memasukkan nilai Q untuk masing-
masing kombinasi didapat faktor pembesaran momen (δs) seperti dalam tabel berikut.
Tabel 4.3. Hasil hitungan
Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc Q δs = δs.M2s M2
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN) 1/(1-Q) (kNm) (kNm)
1 77,32 6011,31 33474,31 0,24 1,31 77,32
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31 0,19 1,23 262,43 291,37
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31 0,13 1,14 247,88 266,49

Setelah mendapatkan momen M2 = M2ns + δs.M2s hitungan/ analisis tampang


selanjutnya dapat disamakan dengan kolom pendek.

IV-9
Gb.4.9. Faktor panjang efektif - kolom tidak bergoyang
(non-sway/braced)
IV-10
4.5. Diagram Interaksi Kolom Uniaksial
4.5.1. Kolom Tampang Persegi Empat

Pn e Pn
g.n

b b

h h

εc = 0,003 εc = 0,003
c

0,85.fc’ 0,85.fc’

0,85.fc’ 0,85.fc’

Cs2 Cc Cs1 Cc
Cs2 Cs1

a). Konsentrik b). Eksentrisitas kecil

Pn Pn
e e
g.n g.n

b b

h h

c
εc = 0,003
εc = 0,003
Ts Cs Ts Cs

Cc Cc

c). Eksentrisitas seimbang b). Eksentrisitas besar

Gb.4.10. Keseimbangan gaya pada kolom

IV-11
Kemampuan nominal kolom pendek dapat dirumuskan melalui persamaan
keseimbangan dalam gambar 4.10. Gaya aksial dengan eksentrisitas nol (e=0), eksentrisitas
Gb.4.8. Faktor
kecil, eksentrisitas seimbang panjang efektif
dan eksentrisitas - kolom
besar akan bergoyang
memberikan regangan pada baja
(sway/unbraced)
yang bervariasi pada saat serat terluar beton tekan mengalami runtuh pada regangan sebesar εc
= 0,003 (3%).
Nilai eksentrisitas (e) disamping bergantung pada nilai banding momen dan gaya aksial juga
bergantung pada faktor pembesaran momen (δ)  e = δ.Mc/Pn. Akibat dari regangan yg
bervariasi, kontribusi baja pada kemampuan nominal kolom bervariasi pula, seperti gambar
4.10 di atas. Bila regangan baja (εs) melampaui regangan leleh (εy) maka kontribusi kekuatan
baja didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan leleh (f y), namun tidak
sebaliknya yang didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan kerja (fs = Es.εs)
Persamaan keseimbangan dari gambar di atas dapat diturunkan berturut-turut sesuai
dengan urutan gambar nya seperti berikut :
(a) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .0 + Cs1 .(0,5h-d’) - Cs2 .(0,5h-d’) = 0
(b) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .(½.h-d’)
(c) Pn = Cc + Cs - Ts ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
(d) Pn = Cc + Cs - Ts ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
Arah reaksi gaya pada tulangan (Cs atau Ts) bergantung pada posisinya terhadap garis
netral (g.n) dan arah gaya luar Pn. Bila posisi itu di sisi tarik maka arah gaya pada tulangan
searah dengan arah gaya aksial Pn dan sebaliknya. Ada kemungkinan letak g.n berada diantara
tulangan dan sisi luar beton (daerah penutup beton/ concrete cover), dalam hal demikian arah
gaya (+ atau -) pada tulangan dapat disesuaikan dengan posisi g.n. itu.
Cc = 0,85.fc’. b.a dengan a = β.c nilai β = bergantung pada kualitas beton dan
mengikuti persamaan berikut :
Untuk fc’ ≤ 30 MPa maka β = 0,85
Untuk fc’ > 30 MPa maka β = 0,85 – (fc’- 30).0,008
Gaya pada tulangan bergantung pada nilai regangan (εs) yang diperoleh dengan persamaan
berikut :
εs’ = 0,003.{c-d’}/c untuk baja di daerah tekan
εs = 0,003.{d-c}/c untuk baja di daerah tarik
dengan : d’ = penutup beton dan d = tinggi efektif = (h-d’)

Gaya tarik baja (Ts) dapat dihitung dengan :


Ts = As.fy bila εs > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Ts = As.fs bila εs < εy dengan fs = εs. Es

IV-12
Gaya tekan baja (Cs) dapat dihitung dengan :
Cs = As’.fy bila εs’ > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Cs = As’.fs bila εs’ < εy dengan fs = εs’. Es
Dalam perancangan kolom, tidak seperti halnya dalam perancangan balok, ukuran kolom
harus sudah diketahui. Untuk memperkirakan ukuran kolom diperlukan pengalaman, namun
demikian perkiraan ukuran kolom itu dapat didekati dengan persamaan berikut :
Ag = Pn /{0,8.fc’} dengan Pn = Pu/Ø dan Ag = b.h
Luasan baja tarik (As) dan tekan (As’) ditentukan dengan cara coba-ralat (trial and
error) yaitu diantara 1% sampai 6% dari luasan beton (Ag). Dalam persamaan keseimbangan
di atas dapat dilihat bahwa apabila letak garis netral ( c ) dapat ditentukan maka regangan
pada baja tekan dan tarik dapat dihitung dan dengan demikian reaksi gaya pada baja tarik dan
tekan dapat pula dihitung. Pada akhirnya nilai gaya aksial dan momen nominal yang dapat
didukung (Pn,Mn) dapat ditentukan. Bila nilai ( c ) diubah-ubah maka akan didapat banyak
gaya aksial dan momen. Bila nilai itu digambarkan dalam sumbu Cartesian maka akan didapat
diagram interaksi kolom seperti pada gambar 4.3.

Contoh-4.4 :
Gaya aksial dan momen yang harus M1 - M1

dipikul oleh ujung bawah kolom pada


arah sumbu kuatnya oleh beban mati
dan beban hidup adalah sebagai
berikut :
PDL = 1600 kN, MDL = 136 kNm dan
PLL = 1100 kN, MLL = 110 kNm.
M2 M2
Momen di ujung atas dianggap
Single Double
separuh dari momen di ujung bawah. Curvature Curvature

Momen pada arah sumbu lemahnya Gb.4.11. Single dan double curvature
dapat diabaikan. Tinggi kolom bersih
2,25m, melentur berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature) pada arah sumbu
kuatnya, namun pada sumbu lemahnya melentur satu arah (single curvature). Lebar kolom
ditetapkan 350 mm, kolom termasuk dalam kategori tidak bergoyang. Bila mutu bahan
fc’=35 MPa dan fy = 420 MPa, rencanakanlah ukuran kolom dan tulangan yang diperlukan
untuk menahan beban tersebut.

IV-13
Jawaban :
Pu = 1,2.1600 + 1,6.1100 = 3682,1 kN  Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN
Ag = Pn/(0,8.fc’) = 5664,7.1000/(0,8.35) = 202313 mm
b = 350 mm  h = Ag/b = 578 mm ≈ 600 mm
Karena ukuran balok di ujung atas dan bawah tidak diketahui maka dapat dianggap faktor
panjang efektif kolom k = 1
Pada arah sumbu lemah :
lu = 2250mm dan r = 0,3.b = 0,3.350 = 105 mm, M1/M2 = 1 (single curvature)
k.lu/r = 1.2250/105 = 21,4 < 34 – 12( 1) = 22  kolom pendek
Pada arah sumbu kuatnya :
lu = 2250mm dan r = 0,3.h = 0,3.600 = 180 mm, (-M1/M2) = -0,5 (double curvature)
k.lu/r = 1.2250/180 = 12,5 < 34-12(-M1/M2) = 34+6 = 40  kolom pendek
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 4200 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan : Pn
e
g.n
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81 b
Pn = Cc + Cs – Ts
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts h
 P n = Cc c
Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN 0,003
Cc = 0,85.fc’.b.a Ts Cs
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 5664,7.103 / (0,85.35.350)
Cc
= 544,02 mm  c = a/β = 544,02/0,81 = 671,64 mm
Letak g.n ( c ) = 671,64 mm > d = 550 mm, tidak diantara Gb.4.12. Garis netral
diantara tulangan tarik
tulangan tarik dan tekan  anggapan salah perlu diulang !! dan tekan
Anggapan baru :
1. letak g.n di dalam penutup beton sisi kiri
2. semua tul. tertekan, sisi kiri tidak leleh tetapi sisi kanan leleh
εs2’ = 0,003.{c-d}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021
Cs2 = 2119,5.200000.0,003.{c-550}/c
= 1271700.{c-550}/c
Cs1 = 2119,5.420 = 890190 N

IV-14
e Pn
Cc = 0,85.35.350.(0,81.c) = 8434,12.c N
Pn = Cc + Cs1 + Cs2 = 8434,12.c + 890190 + 1271700.{c-550}/c g.n

5664,7. 103 .c = 8434,12.c2 + 890190.c + 1271700.{c-550}


0 = c2 -566,095.c + 1271700.c - 699435000 b
c2 + 1271133,9.c – 699435000 = 0  c = 550,01 mm > d  sesuai
anggapan ! h

maka: a = β .c = 0,81.550,01 = 445,5 mm. 0,003


εs2‘ = 0,003.{c-d}/c = 0,003.(550,01-550)/550,01 = 5,4.10 -8 < εy  c

sesuai anggapan !! 0,85.fc’


εs1’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(550,01-50)/550,01 = 0,0027 > εy 
Cs2 Cc Cs1
sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .(½.h-d’) Gb.4.13. Garis netral di
= 8434,12.550,01.(300-0,5.445,5) + 890190.(300-50) sisi kiri tulangan
- 1271700.{(550,01-550)/c}.(300-50)
= 580898689 Nmm = 580,89 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.136+1,6.110)/0,65 = 521,84 kNm
Mn = 580,89 kNm > MR = 521,84 kNm  aman !!

Contoh-4.5 :
Kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada salah satu ujungnya
seperti berikut :
Pn
PDL = 90 kN, MDL = 123 kNm dan e
g.n
PLL = 68 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom
bersih 3,6 m, melentur berkebalikan pada kedua ujungnya (double b
curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan 460 x 460 mm, tidak
bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35 MPa, fy = 420 MPa. h

Jawaban : c

Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.90 + 1,6.68 = 216,8 kN 0,003

Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm Ts Cs

Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1


lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm Cc
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) = 34 + 6 =
Gb.4.14. Grasi netral
40  kolom pendek diantara tulangan tarik
dan tekan
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2

IV-15
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
Pn = Cc + Cs – Ts
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts Pn
e
 P n = Cc
g.n
Pn = Pu/0,65 = 216,8/0,65 = 333,5 kN
Cc = 0,85.fc’.b.a
b
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 333,5.103 / (0,85.35.460)
h
= 24,37 mm  c = a/β = 24,37/0,81 = 30,1 mm
c
Letak g.n di dalam pelindung beton kanan  tidak sesuai anggapan !!
0,003
Anggapan baru :
Ts Cs
1. letak g.n di antara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik sisi kiri leleh tetapi tula.tekan sisi kanan tidak
εs’ = 0,003.{c-d’}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021 Cc

Cs = 2119,5.200000.0,003.{c-d’}/c Gb.4.15. Garis netral


diantara tulangan tarik dan
= 1271700.{c-50}/c tekan
Ts = 2119,5.420 = 890190 N
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1271700.{c-50}/c - 890190
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1271700.{c-50} - 890190.c
0 = c2 + 4,33.c – 5736.21
c = 73,6 mm  g.n diantara tultarik dan tekan.  sesuai anggapan !
a = β .c = 0,81.73,6 = 59,61 mm
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(73,6-50)/73,6 = 9,6.10-4 < εy  sesuai anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-73,6)/73,6 = 0,0131 > εy  sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.73,6.(230-0,5.73,6) + 1271700.{(73,6-50)/73,6}.(230-50)
+ 890190.(230-50)
= 391272902,6 mm = 391,27 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 391,27 kNm < MR = 460,92 kNm  tidak aman !!

IV-16
Luasan tulangan diperbesar secara linear terhadap momen = (460,92/391,27).4239 = 4993
mm2  ρ = 4993/(460x460) = 0,0232 = 2,36%  6D34 = 2 x 2722,38 mm2 = 5444,76 mm2
Cs= 2722,38.200000.0,003.{c-d’}/c
= 1633428.{c-50}/c
Ts = 2722,38.420 = 1143399,6 N
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1633428.{c-50}/c - 1143399,6
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1633428.{c-50} - 1143399,6.c
0 = c2 + 14,12.c – 7367,84
c = 79,06 mm
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.79,06.(230-0,5.79,06) + 1633428.{(79,06-50)/79,06} .(230-50)
+ 2722,38.420.(230-50) = 480805317,1 Nmm
= 480,81 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 480,81 kNm > MR = 460,92 kNm  aman !!

Contoh-4.6 :
Seperti contoh-4.5, kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada
salah satu ujungnya seperti berikut : Pn
e
PDL = 490 kN, MDL = 123 kNm dan g.n

PLL = 468 kN, MLL = 95 kNm.


Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi
b
kolom bersih 3,6 m, melentur berkebalikan pada kedua
ujungnya (double curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan
h
460 x 460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35
c
MPa, fy = 420 MPa.
0,003

Ts Cs
Jawaban :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.490 + 1,6.468 = 1336,8 kN
Cc
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1 Gb.4.16. Garis netral
diantara tulangan tarik dan
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm tekan
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) =
34 + 6 = 40  kolom pendek

IV-17
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
Pn = Cc + Cs – Ts
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts  Pn = Cc
Pn = Pu/0,65 = 1336,8/0,65 = 2056,61 kN
Cc = 0,85.fc’.b.a
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 2056,61.103 / (0,85.35.460)
= 150,28 mm  c = a/β = 150,28/0,81 = 185,53 mm
Letak g.n di antara tul.tarik dan tekan  sesuai anggapan !!
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(185,53-50)/185,53 = 2,19.10-3 > εy  sesuai anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-185,53)/185,53 = 3,63.10-3 > εy  sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e
= Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 0,85.35.460.150,28.(230-0,5.150,28) + 2119,5.420.(230-50) +
2119,5.420.(230-50)
= 638953335 Nmm
= 638,95 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92
kNm ρ = 2% ρ = 2,36%

Mn = 638,95 kNm > MR = 460,92 kNm 


aman !! b

ρ = 2,0% Ag = 4232 mm2  6D30 = 4239


h
mm2
Dalam digram interaksi dapat dilihat
bahwa dengan luasan tulangan ρ = 2% untuk
memenuhi kombinasi beban tersebut (Mn =
460,92 kNm; Pn = 333,54 kN) tidak aman Gb.4.17. Diagram interaksi utk b/h =
460/460, fc’= 35 Mpa, fy= 420 MPa
tetapi setelah luasan tulangan dinaikkan
menjadi ρ = 2,36% kolom menjadi aman, sedang dalam contoh terakhir kombinasi beban (Mn
= 460,92 kNm; Pn = 2056,62 kN) membuat kolom juga menjadi aman. Artinya penambahan

IV-18
beban aksial pada kolom tipe rusak tarik, e > eb, (tension control) menguntungkan namun
sebaliknya. Pengurangan momen pada tipe kolom yang rusak tekan, e < e b, (compression
control) juga akan menguntungkan, namun tidak sebaliknya.

4.5.2. Kolom Tampang Lingkaran.


Kolom tampang lingkaran memiliki keunikan dalam menghitung luasan blok beton
tekan, yang berbentuk tembereng, dan letak titik beratnya. Untuk menghitung luasan beton
tekan dan titik beratnya diperlukan ketelitian dan keuletan tersendiri. Rumusan yang
digunakan untuk menghitung luasan dan titik berat pada posisi blok beton a < R berbeda dari
a> R.
Pn

A
a c δy
B α y
α g.n
R
sumbu
x

Gb.4.18. Penurunan rumus luasan dan


titik berat tembereng utk a < R

Posisi blok beton tekan a < R


A  R 2   R  a
2
tan   ;   arctan ( A / B ) A  a.( 2.R  a )
B

B Ra   a   .c Luas   2. A.( B / 2)  A.B

Luas Tembereng  Luas Juring  Luas



( ). .R 2  A.B

  .R 2  A.B
Luas Δ bertanda (+) bila α > π/2
Mencari titik berat tembereng :
Persamaan lingkarann  X2 + Y2 = R2  X = { R2 - Y2 }1/2
Δ Luas = δA = 2.X.δy
Δ Momen = Lengan x Luas = Y.δA = Y.(2.X).δy  memasukkan X = { R2 - Y2 }1/2
Δ Momen = 2.Y.{ R2 - Y2 }1/2 .δy

 2.Y . R 
R2
1/ 2
Momen  2
Y 2 .y
R1

IV-19
Penyelesaian persamaan diferensial parsial
Misal  U = R2 - Y2 ; dU/δy = -2Y ; 2.Y.δy = -.dU
R2
Momen  U
1/ 2
.U  Momen  
3

2 3/ 2
U  R2
R1 
2
3

(R 2  Y 2 )3 / 2  R2
R1
R1

Momen Tembereng
Titik Berat 
Luas Tembereng

Posisi blok beton tekan a > R


Lihat gambar 4.19 potongan juring sepanjang R.δγ, luas potongan juring (R/2).R.δγ

 / 2 
1 2
 R .  R 2    0
 / 2 
Luas Juring  2.  R 2 .( / 2   )
0
2
A
Lengan = 2/3.R.Sin(γ) tan   ;   arctan ( A / B )
B

d1
2/3.R.Sin(γ)
π/2-α γ d2
B α R.δγ
a
y1
2/3.R A y2
α y3
Gb.4.19. Penurunan luas dan titik
berat tembereng untuk a > R
( / 2  )

Momen Juring  Luas Juring x Lengan  2  .R.  . ( R / 2)


0
( 2 / 3).R. sin ( )

( / 2  )

 sin ( ).  (2 / 3).R 3   Cos( ) 0


( / 2  )
 (2 / 3).R 3
0

 (2 / 3).R   Cos( / 2   )  Cos(0)  ( 2 / 3).R 3 1  Cos( / 2   )


3

Titik berat juring, y2 = (2/3). R.{1-Cos(π/2-α)}/(π/2-α)


 Momen juring = (2/3). R3.{1-Cos(π/2-α)}
Luas ½ lingkaran = (1/2).π.R2
Titik berat ½ lingkaran, y1 = (4/3).R/π  Momen ½ lingkaran = (2/3).R3
Luas Δ = A.B
Titik berat Δ, y3 = 2/3.B  Momen Δ = (2/3).A.B2

IV-20
Contoh-4.7 :
Diameter Kolom D = 600mm, d’ = 50mm, jumlah tulangan n = 8 buah, fc’ = 20 MPa
Bila ditetapkan letak g.n ( c ) = 200 mm, berapakah nilai titik berat tembereng ?

Jawaban :
 fc’ = 20 MPa, β = 0,85  a = 0,85.200 = 170 mm
A  R 2   R  a
2
 a.(2.R  a )  170.(2.300  170  270 mm

d1
B Ra   300  170  130 mm
d2
a
Luas   2. A.( B / 2)  A.B  270.130
α  35100 mm 2
201 mm
A
tan     arctan ( A / B )
B
  arctan (270 / 130) 1,12    64,3 o

Gb.4.20. Kolom lingkaran


dengan a < R
Luas Tembereng  Luas Juring  Luas
1
 .1,12.600 2  35100  65700 mm 2
4

Momen  
3

2 3/ 2
U  R2
R1 
2
3

(R 2  Y 2 )3 / 2  R2
R1  R2 = 300 mm dan R1 = R-a = 130 mm

Momen   0 
2
3
 
(300 2  130 2 ) 3 / 2 1,32.10 7 mm 3

Titik berat tembereng = Momen/Luas = 1,32.107 / 65700 = 201 mm

d1 Contoh-4.8 :
d2 Diameter kolom D = 600mm, d’ = 50mm,
jumlah tulangan n = 8 buah, fc’ = 20 MPa
a
Bila ditetapkan letak g.n. ( c ) = 400 mm
α
106,1 mm berapakah nilai titik berat tembereng ?

Jawaban :
Gb.4.21. Kolom lingkaran
fc’ = 20 MPa, β = 0,85  a = 0,85.400 = 340
dengan a > R
mm  a > R

A  R 2   R  a
2
 a.(2.R  a )  340.( 2.300  340  297,32 mm

B  abs  R  a   abs (300  340)  40mm


IV-21
A
tan   ;   arctan ( A / B )  arctan (297,32 /( 40))  1,437 radian    82,37 o
B

Luas total = Luas ½ lingkaran + Luas Juring + Luas Δ


= ½ .π.R2 + R2 .(π/2-α) + A.B = ½ .π.3002 + 3002 .(π/2-1,437) + 297,32.40
=165.162,8 mm2
Momen = Σ Luas x Lengan
= (2/3).R3 - (2/3).R3{1-Cos(π/2-α)}- (2/3).A.B2
= (2/3).3003 - (2/3).3003 {1-Cos(π/2-1,437)} - (2/3).297,32.402
= 18.476.108 mm3
Titik Berat = Momen/ Luas = 17.523.892 / 165.162,8 = 106,10 mm

Apabila diperhatikan nilai banding antara posisi titik berat dan jari-jari ( R ) serta antara
luasan tembereng dan luasan lingkaran untuk tampang lingkaran mengikuti suatu persamaan
tertentu. Bila persamaan itu digambarkan maka tampak seperti gambar 4.22 berikut di bawah
ini. Untuk keperluan praktis maka hasil hitungan analitik dan grafik tidak berbeda sangat
berarti.

Gb.4.22. Hubungan antara a/D dan luas_tembereng/luas_lingkaran


serta titikberat_tenbereng/R

IV-22
Contoh-4.9 :
Menggunakan contoh-4.7 tentukan letak titik berat tembereng secara grafis !!

Jawaban :
a = 170 mm < R  a/D = 170/600 = 0,283  lihat grafik pada gambar 4.22
A_TBRG/A_TOT = L_tembereng / L_lingkaran = -1,175.(0,283)3 + 1,777.(0,283)2 + 0,4077.
(0,283) = 0,231
L_tembereng = 0,231.(0.25.3.14.6003) = 65340 mm2
Hitungan analitik dalam contoh 4.7 memberikan luasan 65700 mm2  perbedaan itu sangat
kecil
a/D = 170/600 = 0,283  lihat grafik pada gambar 4.22
TB_TBRG/R = Titik berat tembereng / R = 0.3329.(0,283)3 - 0.2022.(0,283)2 - 1.1388.
(0,283) + 1 = 0,669
Titik berat tembereng = 0,669.300 = 201 mm
Hitungan analitik dalam contoh 4.7 memberikan 201 mm  tidak ada perbedaan

Contoh-4.10 :
Menggunakan contoh-4.8 tentukan letak titik berat tembereng secara grafis !!
Jawaban :
a = 340 mm > R  a/D = 340/600 = 0,566  lihat grafik pada gambar 4.22
A_TBRG/A_TOT = L_tembereng / L_lingkaran = -1,175.(0,566)3 + 1,777.(0,566)2 + 0,4077.
(0,566) = 0,588
L_tembereng = 0,588.(0.25.3.14.6003) = 166.000 mm2
Hitungan analitik dalam contoh 4.8 memberikan 165.162 mm2  perbedaan itu sangat kecil
a/D = 340/600 = 0,566  lihat grafik pada gambar 4.22
TB_TBRG/R = Titik Berat Tembereng / R = 0.3329.(0,566)3 - 0.2022.(0,566)2 - 1.1388.
(0,566) + 1 = 0,350
Titik Berat Tembereng = 0,350.300 = 105 mm
Hitungan analitik dalam contoh 4.8 memberikan 106,1 mm  perbedaan itu sangat kecil

Contoh-4.11 :
Diameter kolom D = 600mm, d’ = 50mm, jumlah tulangan 8D25, fc’ = 20 MPa, fy = 420 MPa.
Hitunglah kemampuan kolom Mn dan Pn pada saat c = 200 mm, dengan menggunakan grafik.

IV-23
Pn
εc = 0,003 d1
Cs1
d2
Cs2
a
Cc d3

d4
Ts3 d5
Ts4

Ts5

Gb.4.23. Tegangan-regangan dan Gaya pada Kolom


Lingkaran
Jawaban :
Sudut antara dua tulangan = 2π/N = 2π/8 = π/4
Jumlah tul N = 8 maka 
Jumlah deret = 1+ N/2 = 1 + 8/2 = 5
dn = R-(R-d’).Cos {(n-1).2π/N}
d1 = 300-250.Cos (0) = 50 mm
d2 = 300-250.Cos(π/4) = 123,15 mm
d3 = 300-250.Cos(2.π/4) = 300 mm
d4 = 300-250.Cos(3.π/4) = 476,56 mm
d5 = 300-250.Cos(4.π/4) = 550,0 mm
Untuk c = 200 mm , εy = 420/200000 = 0,0021
Kontrol regangan :
c  d1 200  50
 s1 '  .0,003  .0,003  0,00225 > εy ,leleh
c 200
c  d2 200  123,15
 s2 '  .0,003  .0,003  0,00115 < εy ,tidak leleh
c 200
d3  c 300  200
 s3  .0,003  .0,003  0,00149 < εy ,tidak leleh
c 200
d4  c 476,56  200
 s4  .0,003  .0,003  0,00414 < εy , leleh
c 200
d5  c 550  200
 s5  .0,003  .0,003  0,00525 > εy ,leleh
c 200
Gaya aksial pada tulangan :
A = 0,25.π.D2 = 0,25.3,14.252 = 490,625 mm2
Cs1 = 1.A.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)
Cs2 = 2.A.fs = 2.490,625.(200000.0,00115) = 226218,6 N (tidak leleh)

IV-24
Ts3 = 2.A.fs = 2.490,625.(200000.0,00149) = 293788,9 N (tidak leleh)
Ts4 = 2.A.fs = 2.490,625.420 = 412125,0 N (leleh)
Ts5 = 1.A.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)

Gaya aksial pada beton tekan :


L_tembereng = 0,231.(0,25.3,14.6003) = 65340
mm2
Titik Berat Tembereng = 0,669.300 = 201 mm
Cc = 0,85.fc’.65340 = 1110780 N.
8D 600
25 mm

Persamaan keseimbangan : Gb.4.24. Diagram interaksi kolom lingkaran


D=600 mm,fy/fc’= 420/20 MPa, 8D25
Pn = Cc + Cs1 + Cs2 - Ts3 – Ts4 – Ts5
= 1110780 + 206062,5 + 226218,6 - 293788,9 - 412125,0 - 206062,5
= 630404,6 N = 631,08 kN (hasil analitik 640,38 kN)
Mn = 1110780.201 + 206062,5.(R-d1) + 226218,6.(R-d2) + 293788,9.(R-d3) + 412125,0.
(R-d4) + 206062,5.(R-d5)
= 1110780.201 + 206062,5.(300-50) + 226218,6.(300-123,15) + 293788,9.(300-300) +
412125,0.(300-476,56) + 206062,5.(300-550)
= 223,13 + 51,51 + 40,00 + 0 + 72,76 + 51,51 = 438,93 kNm (hasil analitik 439,73
kNm)

4.5.3. Kolom Tampang Bujur Sangkar dengan Tulangan Melingkar.


Bentuk kolom ini serupa dengan tampang bujur sangkar sebelumnya. Perbedaan
terletak pada posisi tulangan yang diatur melingkar dan memiliki jarak terhadap sumbu kolom
yang tidak sama.
Sudut antara dua tulangan = 2.π/N = 2.π/8 = π/4
Jumlah tul N = 8
Jumlah deret = 1+ N/2 = 1 + 8/2 = 5
dn = R-(R-d’).Cos {(n-1).2π/N}
Cc = 0,85.fc’.b.a

IV-25
Bila εs ≥ εy maka Cs atau Ts = As.fy
Bila εs < εy maka Cs atau Ts = As.fs dengan fs = Es.εs dan Es = 200.000 MPa.
Pn
εc = 0,003 d1
Cs1
d2
Cs2
a
Cc d3
h=b
d4
Ts3 d5
Ts4

Ts5
b
Gb.4.25. Diagram Tegangan-regangan dan Gaya pada Kolom Bujur
Sangkar dengan Tulangan Melingkar

Contoh-4.12 :
Ukuran kolom bujur sangkar b = h = 600 mm, d’ = 50mm, jumlah tulangan 8D25, f c’ = 20
MPa, fy = 420 MPa. Hitunglah kemampuan kolom pada saat c = 200 mm.
d1 = 300-250.Cos (0) = 50 mm
d2 = 300-250.Cos(π/4) = 123,15 mm
d3 = 300-250.Cos(2.π/4) = 300 mm
d4 = 300-250.Cos(3.π/4) = 476,56 mm
d5 = 300-250.Cos(4.π/4) = 550,0 mm
Untuk c = 200 mm , εy = 420/200000 = 0,0021
Kontrol regangan :
c  d1 200  50
 s1 '  .0,003  .0,003  0,00225 > εy ,leleh
c 200
c  d2 200  123,15
 s2 '  .0,003  .0,003  0,00115 < εy ,tidak leleh
c 200
d3  c 300  200
 s3  .0,003  .0,003  0,00149 < εy ,tidak leleh
c 200
d4  c 476,56  200
 s4  .0,003  .0,003  0,00414 < εy , leleh
c 200
d5  c 550  200
 s5  .0,003  .0,003  0,00525 > εy ,leleh
c 200

Gaya aksial pada tulangan :

IV-26
As = 0,25.π.D2 = 0,25.3,14.252 = 490,625 mm2
Cs1 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)
Cs2 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00115) = 226218,6 N (tidak leleh)
Ts3 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00149) = 293788,9 N (tidak leleh)
Ts4 = 2.As.fs = 2.490,625.420 = 412125,0 N (leleh)
Ts5 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)

Gaya aksial pada beton


Cc = 0,85.fc’.b.a = 0,85.20.600.(0,85.200)
= 1734000 N
d

Persamaan keseimbangan : h
Pn = Cc + Cs1 + Cs2 - Ts3 – Ts4 – Ts5
= 1734000 + 206062,5 + b

226218,6 - 293788,9 - 412125,0


- 206062,5
= 1254305 N = 1.254,3 kN

Gb.4.26. Diagram interaksi kolom bujur


sangkar tul.melingkar b=600 mm,fy/fc’=
420/20 MPa, 8D25

Mn = 1110780.201 + 206062,5.(R-d1) + 226218,6.(R-d2) - 293788,9.(R-d3) - 412125,0.


(R-d4) - 206062,5.(R-d5)
= 1734000.(300-170/2) + 206062,5.(300-50) + 226218,6.(300-123,15) - 293788,9.
(300-300) - 412125,0.(300-476,56) - 206062,5.(300-550)
= 372,81 + 51,51 + 40,00 + 0 + 72,76 + 51,51 = 588,612 kNm

4.5.4. Perancangan/ Analisis Kolom Tampang Persegi dan Lingkaran dengan Metode
Pendekatan.
a. Kolom tampang persegi :
Perancangan kolom secara analitik memerlukan ketekunan dalam melakukan coba-
ralat. Metode coba-ralat ini akan semakin sulit bila tulangan tidak hanya terdiri dari dua deret/
lapis seperti dijelaskan pada bab 4.5.1 namun tulangan itu disebar ke seluruh keliling kolom
seperti pada bab 4.5.2 dan 4.5.3. Banyak metode pendekatan/penyederhanaan untuk
perancangan dan analisis kolom seperti Metode Mosley (1982) yang memberikan syarat

IV-27
persamaannya hanya berlaku bila eksentrisitas e > (h/2-d’), yang berarti hanya untuk kolom
rusak tarik (tension control). Whitney di dalam Wang (1978) menyebutkan rumusan empirik
yang hanya berlaku untuk eksentrisitas kecil (e < eb)  compression control region, dengan
asumsi blok beton tekan dianggap selalu tetap sebesar 0,54.d :
b.h. f c ' As '. f y
Pn .  
3.h.e e
 1,18  0,5
d 2
d  d'
Priyosulistyo (2005) melakukan penelitian atas validitas rumus Whitney untuk berbagai
kondisi dan menyatakan bahwa rumus Whitney menjadi konservatif bila luasan tulangan
semakin besar dan tidak sesuai bila jenis kerusakan kolomnya mendekati rusak tarik (tension
control e > eb). Untuk memperhitungkan kemampuan kolom di tension control region (rusak
tarik) Wang (1978) menggunakan rumus penyederhanaan dengan menganggap ρ’ = ρ :
 e'  e' 
2
  d '  e'  
Pn .  0,85. f c '.b.d .   1   1    2. .(m  1).1     
 d  d   d  d 
 
b. Kolom tampang lingkaran :
Dalam menyelesaikan masalah kolom lingkaran, Whitney dalam Wang (1978)
membuat ekivalensi dengan luasan kolom persegi empat yang memiliki tinggi h = 0,8.D dan
lebar b = Ag /(0,8.D), jarak antar tulangan (2/3).(D-2d’), luasan tulangan ekivalen pada
masing-masing sisi = Ast /2. Untuk kolom tampang lingkar tipe tension control penyelesaian
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus pendekatan Whitney-Hognestad dalam Wang
(1978) dengan menganggap tulangan diletakkan secara simetri pada jarak 0,75.Ds dengan Ds
= jarak antara pusat tulangan tarik dan tekan.
 
 
Ag . f c ' Ast . f y
Pn .     Ds
 9,6.h.e  3.e  
 1,18 
 D  .  1,0 
  0,8.h  0,67.D s 
2
  s  
 2/3.Ds

Luasan beton tekan tetap menggunakan bentuk tembereng sedang


luasan tulangan tarik dan tekan masing-masing sebesar = 0,4. A st.
0,8.D
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menentapkan posisi blok D
beton tekan (a) pada momen renacana yang ditetapkan. Whitney Gb.4.27. Tampang
ekivalen kolom lingkaran
dan Hognestad menganggap bahwa gaya tulangan tarik selalu sama
d1 seimbang) sehingga rumusan dapat disederhanakan
dengan tulangan tekan (kondisi
  0,85.e 
2
 g .m.Ds  0,85.e 
Pn .  0,85. f c '.h 2 .   0,38    0,4.A  0,38 
  h  2,5.h  hst 
y 
a Ds 0,75.
α Ds
D
0,4.Ast

IV-28

Gb.4.28. Posisi tulangan dan luasan tulangan ekivalen


4.5.5. Metode Konservatif
Metode ini pernah ditululis oleh Dipohusodo ( ) kemudian disempurnakan dan diteliti
kehandalannya oleh Priyosulistyo (2005). Priyosulistyo (2005) menganggap cara konservatif
ini layak digunakan mengingat pada peristiwa gempa 26 Mei 2006 yang melanda daerah
sekitar kota Jogjakarta telah merusakkan banyak kolom dari pada balok. Di sisi lain rumus
Whitney ataupun Wang ataupun Whitney-Hognestad tidak mudah dihafal dan dipahami serta
tidak memiliki daerah pemakaian yang pasti.
Daerah rusak tekan (compression control) :
Po
Po
Pn 
  Po  e
1    1. 
  Pb  eb 
Untuk daerah rusak tarik (tension control) :
Mo
Pn 
 Mo  Mb, Pb
( e  e b )  
 Pb 

Dengan : Mo

Pb = gaya aksial seimbang


eb = eksentrisitas seimbang (Mb /Pb)
e = eksentrisitas yang diketahui (Mu /Pu) Gb.4.29. Posisi Po, Mb, Pb, Mo

Po = gaya aksial konsentrik


Mo = momen lentur murni
Mb = momen lentur seimbang

Contoh-4.13 :
Seperti contoh-4.5, kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada
salah satu ujungnya seperti berikut :
PDL = 490 kN, MDL = 123 kNm dan
PLL = 468 kN, MLL = 95 kNm.

IV-29
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m, melentur
berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan 460 x
460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35 MPa, fy = 420 MPa.

Jawab :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.490 + 1,6.468 = 1336,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) = 34 + 6 = 40  kolom pendek
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
e = Mu/Pu = 299,6.103 / 1336,8 = 224,12 mm
d’ = 50 mm, d = 410-50 = 410 mm ; fc’ =35 MPa  β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
cb = d. 600/{600+fy} = 410.600/(600+420) = 241,17 mm  ab = 0,81.241,17 = 195,35 mm
Pnb = Cc + Cs – Ts  Ts = Cs
Pnb = Cc = 0,85.fc’.b.ab = 0,85.35.460.195,35 = 2673405 N = 2673,4 kN
Mnb = Cc.( ½ h – 0,5.ab) + Cs.( ½ h-d’) + Ts.( ½ h-d’)
= 2673,4. (230- ½ 195,35) + (2119,5.420).(230-50) + (2119,5.420).(230-50)
= 674222785 Nmm = 674,222 kNm
eb = Mnb/Pnb = 674,222/2673,4 = 0,252 m = 252 mm
e = 224,12 mm < eb = 252  rusak tekan
Gunakan rumus berikut :
Po
Pn 
  Po  e
1    1. 
  Pb  eb 
Konservatif
Po = 0,85.fc’.b.h + As.fy = 0,85.35.460.460 + 2.2119,5.420
= 8075480 N = 8075,48 kN
Po 8075,48 Whitney
Pn    2887,09 kNm
  Po  e   8075,48  224,12 
1    1.  1    1 
  Pb  eb    2673,4  252 
eb
PR = Pu /Ø = 1336,8/0,65 = 2056,6
e
kN < Pn = 2887,09  aman !!
Atau MR = 299,6/Ø = 461 kNm < Mn = Pn.e = 647 kNm  aman !!

Gb.4.30. DiagramIV-interaksi
30 kolom,
rusak tekan (compression control)
Contoh-4.14 :
Seperti contoh-4.13, kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada
salah satu ujungnya seperti berikut :
PDL = 290 kN, MDL = 123 kNm dan
PLL = 268 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m, melentur
berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan 460 x
460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35 MPa, fy = 420 MPa.

Jawab :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.290 + 1,6.268 = 776,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 =
299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka Solusi tepat
dianggap k=1
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm Whitney
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34
- 12(-0,5) = 34 + 6 = 40  kolom pendek
Konservatif
e = Mu/Pu = 299,6.103 / 776,8 = 385,68 mm
e
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) =
eb
4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2

IV-31 Gb.4.31.Diagram interaksi kolom,


rusak tarik (tension control)
d’ = 50 mm, d = 410-50 = 410 mm ; fc’ =35 MPa  β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
cb = d. 600/{600+fy} = 410.600/(600+420) = 241,17 mm
ab = 0,81.241,17 = 195,35 mm
Pnb = Cc + Cs – Ts  Ts = Cs
Pnb = Cc = 0,85.fc’.b.ab = 0,85.35.460.195,35 = 2673405 N = 2673,4 kN
Mnb = Cc.( ½ h – 0,5.ab) + Cs.( ½ h-d’) + Ts.( ½ h-d’)
= 2673,4. (230- ½ 195,35) + (2119,5.420).(230-50) + (2119,5.420).(230-50)
= 674222785 Nmm = 674,222 kNm

eb = Mnb/Pnb = 674,222/2673,4 = 0,252 m = 252 mm


e = 385,68 mm > eb = 252  rusak tarik
Mo
Pn 
 Mo 
( e  e b )  
 Pb 

Kolom berperilaku sebagai balok :


Ts = Cc
As.fy = 0,85.fc’.b.a
2119,5.420 = 0,85.35.460.a  a = 65,04 mm
c = a/β = 65,04/0,81 = 80,31 mm
Mo = (As.fy).(d- ½ a) = 2119,5.420.(410- ½ 65,04) = 336025096 Nmm = 336,02 kNm
Mo 336,02.10 3
Pn    1295,54 kN
 Mo   336,02.10 3 
( e  eb )    (385, 68  252)  
 Pb   2673,4 

PR = Pu /Ø = 776,8/0,65 = 1195,1 kN < Pn = 1295,54  aman !!


Atau MR = 299,6/Ø = 461 kNm < Mn = Pn.e = 500 kNm  aman !!

4.5.6. Detail Penulangan


1. Luasan tulangan utama seharusnya diantara 1% dan 8% dari A g (Ag = luasan
senyatanya untuk memikul gaya aksial yang diperlukan). Bila ukuran yang diperlukan
diperbesar karena alasan arsitektural maka luasan baja ≥ 0,5% dari luasan itu.
2. Jarak bersih antara tulangan utama ≤ 150 mm tetapi ≥ 25 mm
3. Sengkang ikat tambahan harus diberikan bila h > b
4. Tulangan pengekang diberikan di bawah dan di atas permukaan sambungan kolom
dengan balok setinggi > (1/6).lu dan > h dan > 450 mm

IV-32
5. Diameter tulangan sengkang/ begel minimum 10 mm untuk tulangan utama ≤ 32 mm
dan 12mm untuk tulangan utama > 32mm.
6. Bila digunakan tulangan spiral maka diameter minimum 10mm, jarak bersih antar
tulangan s ≤ 75 mm tetapi s ≥ 25 mm. Rasio luas tulangan ≥ 0,45.(A g/Ac-1).fc’/fy.
Sambungan lewatan harus dilakukan sepanjang 1,5 kali kelilingnya atau ≥ 72 kali
diameter sengkang.
7. Jarak sengkang s ≤ 16.D (diameter tulangan utama) dan ≤ 48.d (diameter sengkang)
dan ≤ b (ukuran terkecil kolom).
8. Tegangan leleh sengkang untuk berbagai bentuk fy ≤ 400 MPa.
9. Penutup beton/ selimut beton/ concrete cover ≥ 40 mm
10. Sambungan lewatan (lap splice) dikategorikan dalam dua kelas : kelas A bila tulangan
yang disambung hanya separuh dari seluruh tulangan yang ada dan luas terpasang
sedikitnya 2 kali dari luasan yang sesungguhnya diperlukan, bila tidak memenuhi
salah satu ketenetuan tersebut sambungan termasuk dalam kelas B. Sambungan yang
dilakukan pada tengah-tengah tinggi kolom dapat termasuk dalam kelas A bila
tulangan yang disambung hanya sebagian dan kebutuhan luasan tulangan ditempat ini
kemungkinan besar < ½ dari pada luas tulangan di ujung kolom.
Bila sepanjang sambungan diberi sengkang dengan jarak 100mm, jarak bersih antar
tulangan > 2.db dan selimut beton > db maka panjang lewatan (ld) untuk kelas A dapat
dihitung dengan rumus berikut di bawah ini tetapi harus ≥ 300 mm. Bila masuk dalam
kategori kelas B maka nilai ld di bawah ini dikalikan faktor 1,3.
ld 12.( . . ). f y
Untuk db ≤ 19 mm  dengan (α.β.λ) = 1 untuk beton normal,
db 25 . f c '

uncoated, other than top bars


ld 3.( . . ). f y
Untuk db > 19 mm 
db 5. f c '

IV-33
< 75
mm
> 75
1,3l mm
Kemiringan d
< 1/6
< 150
mm

< 150
mm
s

Gb.4.32. Panjang lewatan (splice


≤ 150 mm b length) - ld

sengkang ikat
tambahan bila ≤ 150 mm
h>b

11. Untuk batang tulangan tekan dengan beton mutu


a. fc’ ≥ 20 MPa dan fy ≤ 400 MPa maka ld ≥ 0,07.db.fy dan ld ≥ 300 mm.
b. fc’ ≥ 20 MPa dan fy > 400 MPa maka ld ≥ (0,13.fy-24).db
c. fc’ < 20 MPa maka hasil ld dari hitungan di atas dikalikan dengan faktor 1,33.
12. Panjang penjangkaran (development length) yang diperlukan oleh tulangan tarik (D <
36mm) yang ujungnya dibengkokkan 90o atau 180o adalah sebesar ldh yang dihitung
dengan rumus (fy/400).{100.db}/√fc’  (1/4).db.(fy/√fc’)

IV-34
Gb .4.34. Panjang penyaluran
(development length) atau
4.db dan ldh
panjang penjangkaran
> 60mm (anchorage length)

12.db

Diameter Berat Luas


No.(#) in mm kg/m lb/ft cm2 in2
3 0.375 9.5 0.559 0.375 0.71 0.29
4 0.500 12.7 0.994 0.667 1.27 0.39
5 0.625 15.9 1.552 1.042 1.98 0.49
6 0.750 19.1 2.235 1.500 2.85 0.59
7 0.875 22.2 3.043 2.042 3.88 0.69
8 1.000 25.4 3.974 2.667 5.07 0.79
9 1.128 28.7 5.057 3.393 6.45 1.00
10 1.270 32.3 6.410 4.302 8.18 1.27
11 1.410 35.8 7.901 5.302 10.08 1.56
14 1.693 43.0 11.391 7.644 14.53 2.25
18 2.257 57.3 20.245 13.586 25.82 4.00

Daftar Pustaka
Park,R., and Paulay,T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley and Sons, New
York
Wang, C., and Salmon,C.G., 1978, Reinforced Concrete Design, 3 rd Edition, Harper & Row
Publishers, New York

IV-35

Anda mungkin juga menyukai