Anda di halaman 1dari 29

BAB IV.

KOLOM UNIAKSIAL

4.1. Analisis Rangka Struktur.


Di dalam analisis struktur dikenal portal bergoyang (sway/unbraced) dan portal
tidak bergoyang (non-sway/braced). Pembedaan kedua tipe itu dari sudut pandang analisis
struktur sangat mudah, misalnya portal bergoyang dapat dilihat dari pola beban dan atau
kekakuan portal yang tidak simetri seperti tampak dalam gambar 4.1.(a) sampai dengan
(d), namun tidak demikian halnya dengan struktur tidak bergoyang. Struktur tidak
bergoyang dapat dikenali dari beban dan kekakuan yang serba simetri, atau secara visual
setiap titik buhul dari portal itu diberi pengekang dalam bentuk rangka diagonal atau sendi
seperti tampak dalam gambar 4.1.(e) dan (f).

2EI 2EI 2EI

2EI 2EI 2EI 2EI EI 2EI

(a) (b) (c)

2EI 2EI 2EI


EI EI

EI 2EI 2EI EI

(d) (e) (f)

Gb.4.1. Rangka Struktur Bergoyang dan Tidak bergoyang

4.2. Indek Stabilitas (Stability Index)


Kriteria bergoyang dan tidak bergoyang dalam struktur beton bertulang berbeda
dari kriteria analisis rangka struktur di atas. Dikatakan tidak bergoyang apabila momen
yang ditimbulkan oleh perkalian antara akumulasi gaya aksial kolom (ΣPu) dari tingkat di
atasnya dan lendutan horisontal relatif (Δo diantara dua tingkat) pada tingkat itu tidak
melebihi 5% dari momen yang ditimbulkan oleh perkalian antara gaya geser total kolom
(Vu) dan tinggi kolom (lc) pada tingkat itu. Nilai banding momen itu disebut indek-
kestabilan (stability index) yang dapat dirumuskan seperti berikut ini.

4-0
Q = stability index =
 P .
u o
 0,05
Vu .l c
ΣPu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat di atasnya
Vu = total gaya geser terfaktor dalam tingkat yg ditinjau
Δo = lendutan horisontal relatif antara dua lantai yang ditinjau
lc = tinggi kolom (diukur dari dua pusat titik buhul)

Dari rumusan di atas dapat dilihat bahwa dalam sebuah bangunan dapat saja terjadi
pada sebuah tingkat struktur itu bergoyang tetapi tidak pada tingkat yang lain, atau
bergoyang pada satu arah sumbu lemah tetapi tidak pada arah sumbu kuat.
Kolom mendukung beban aksial disamping momen. Menurut Euler kolom dapat
rusak/ patah oleh karena tekuk apabila beban itu sama dengan atau lebih besar dari beban
kritik (Pc), kolom demikian disebut kolom langsing dan sebaliknya disebut kolom pendek.
 2 EI
Pc = .
(k .lu ) 2
Bila kolom lentur (EI rendah atau lu tinggi) akan semakin memudahkan kolom itu rusak
oleh karena tekuk. Upaya untuk menghindarkan kerusakan tekuk, dengan memadukan
antara luasan tampang dan panjang batang, menjadi bagian dari tanggung jawab seorang
ahli struktur. Parameter tekuk
diindikasikan oleh suatu faktor
yang disebut faktor kelangsingan  2 EI
Pc =
(slenderness ratio) batang (k.lu/r), (k .lu ) 2

semakin besar faktor ini akan


mengindikasikan adanya keruskan tekuk
tekuk. Yang perlu diketahui bahwa
kerusakan tekuk terjadi di bawah k.lu/r

kekuatan tampangnya, sehingga Gb.4.2. Pengaruh faktor


seorang ahli struktur pun kadang kelangsingan pada gaya tekuk

dapat terkejut karenanya.

4.3. Faktor Kelangsingan (Slenderness Ratio)


Untuk faktor kelangsingan (k.lu/r) sedang (medium slenderness ratio) metode
pendekatan (approximate method) masih dapat digunakan yaitu dengan cara memperbesar

4-1
momen yang dihasilkan dari analisis struktur melalui suatu faktor pembesaran momen
(moment magnification factor), δ. Tambahan momen oleh adanya lenturnya kolom dapat
dilihat dalam gambar 4.3. Namun demikian apabila faktor kelangsingan itu tinggi (k.lu/r >
100) maka analisis lebih jauh (exact second order analysis) diperlukan untuk
mengakomodasi pengaruh non- 18000
linear bahan, retak, goyangan lateral, δ.M2
16000
rayapan, susut, lama pembebanan M2
14000

Gaya Aksial Nominal (kN)


dan pengaruh interaksi pada fondasi.
12000 Kolom
Analisis second order ini pendek
10000
dimungkinkan oleh adanya software
8000
yang saat ini ada untuk rangka
6000
bergoyang dan rangka sedikit 12 3 0 .7 7 ,
6 15 3 .8 5
4000
tertahan. Hasil dari second order
Kolom
lebih realistik dan cenderung hemat. 2000 langsing

Secara skematik prosedur hitungan 0


0 500 1000 1500 2000 2500 3000
kolom dapat dijelaskan melalui Momen Nominal (kNm)

diagram alir dalam gambar 4.4. Gb.4.3. Pengaruh faktor kelangsingan pada
Untuk analisis struktur kemampuan kolom

dengan metode elastik (first order analysis) perlu memperhitungkan pengaruh retak
sepanjang batang. Pengaruh itu dapat diberikan dengan mengurangi inersia tampang
seperti tabel 4.1.

Tabel 4.1. Inersia efektif


Elemen Modulus Elastisitas Momen Inersia Luasan
Balok Ec 0,35 Ig Ag
Kolom Ec 0,70 Ig Ag
Pelat datar/ slab datar Ec 0,25 Ig Ag

Radius girasi r = √(Ig/Ag) untuk tampang persegi empat secara praktis dapat
diambil r = 0,3 b atau r = 0,3 h bergantung pada arah momen itu dikerjakan. Untuk
tampang lingkaran radius girasi dapat diambil r = 0,25.D.

4-2
GOYANG TIDAK GOYANG

Ya Ya
k.lu/r < 22 KOLOM PENDEK
k.lu/r < 34-
12(M1/M2)

Tidak
Tidak
KOLOM
Ya LANGSING → Ya
22 ≤ k.lu/r METODE 34-12(M1/M2)
≤ 100 PENDEKATAN → ≤ k.lu/r ≤ 100
HITUNG FAKTOR δ

Tidak
Tidak
EXACT SECOND
ORDER ANALYSIS
→ P-Δ ANALYSIS

Gb.4.4. Diagram alir hitungan kolom

Panjang kolom bersih (lu) dapat ditentukan dengan memperhatikan adanya balok,
column capitals, drop panel, seperti tertera dalam gambar di bawah ini.

lu lu lu

Arah Goyangan

Gb.4.5. Panjang kolom bersih

Faktor panjang efektif/ faktor kelangsingan kolom (k) dalam analisis struktur dapat
diperoleh dengan secara tegas bergantung pada kondisi ujung-ujung kolom itu. Misal

4-3
kolom yang ditumpu secara sendi pada ujung-ujungnya maka k = 1, sedang apabila salah
satu ujungnya jepit maka k = 0,7. Demikian pula bila salah satu ujung jepit dan ujung lain
bebas maka k = 2 atau apabila kedua ujungnya jepit maka k = 0,5.
Tidak demikian halnya dalam struktur beton bertulang, faktor panjang efektif
kolom bergantung pada kondisi kekakuan balok pada ujung-ujung kolom itu. Untuk itu
pada struktur rangka tidak bergoyang dan bergoyang dapat ditentukan melalui persamaan
berikut ini.

Kolom Tidak Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil dari
persamaan berikut :
k = 0,7 + 0,05 ( ΨA + ΨB ) ≤ 1,0
k = 0,85 + 0,05 Ψmin ≤ 1,0
Ψmin = terkecil diantara ΨA dan ΨB
EI EI
l kolom l kolom
A= c
ujung atas kolom, B = c
ujung bawah kolom
EI EI
 l balok  l balok
b b

Kolom Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil dari persamaan
berikut :
20 −  m
Ψm < 2, k = 1 + m
20
Ψm ≥ 2, k = 0,9 1 +  m dengan Ψm = (ΨA + ΨB)/2

Untuk kolom BERGOYANG yang salah satunya sendi dan ujung lainnya jepit :
k = 2,0 + 0,3  dengan Ψ = ΨA atau ΨB untuk bagian kolom yang dijepit

Untuk menghitung nilai ΨA atau ΨB digunakan inersia (I) yang memperhitungkan adanya
retak seperti tabel 4.1 di atas. Untuk mendapatkan faktor panjang efektif (k) dapat pula
dilakukan melalui nomogram dalam gambar 4.8 dan 4.9.
Bila kolom termasuk dalam kategori kolom pendek maka momen yang didapat
dari analisis struktur dapat langsung digunakan untuk merancang. Tidak demikian halnya
bila kolom termasuk dalam kategori kolom langsing, faktor pembesaran momen (δ) perlu

4-4
dihitung dahulu dan momen rancang diperoleh dengan cara mengalikan momen hasil dari
analisis struktur dengan faktor pembesaran momen (δ). Faktor pembesaran momen harus
selalu lebih besar atau sama dengan 1,0.

4.4. Faktor Pembesaran Momen (Moment Magnification Factor)


Gaya aksial pada kolom langsing dapat menyebabkan kolom rusak lebih awal oleh
adanya tekuk (buckle). Tertekuknya kolom dapat diantisipasi dengan cara membesarkan
ukuran kolom atau menambah tulangan atau meningkatkan kuat tekan beton atau
kombinasi dari kemungkinan tersebut. Kelangsingan kolom tidak diakomodasi dalam
hitungan analisis struktur cara elastik (first order), namun tidak demikian halnya dengan
cara P-Δ (second order). Oleh karena cara elastik paling banyak dipakai maka tinjauan
terhadap kelangsingan kolom sangat diperlukan. Faktor pembesaran momen bergantung
pada jenis kolomnya, dan biasanya diaplikasikan pada momen kolom terbesarnya (M2).

Kolom Tidak Bergoyang :


Mc = δns . M2ns → M2ns = momen maksimum dari kolom
Cm  2 EI M
 ns = 1,0 dengan Pc = 2
dan C m = 0,6 + 0,4 1  0,4
Pu (k .lu ) M2
1−
0,75 Pc
Untuk menghitung Pc digunakan EI dari persamaan berikut di bawah ini.
0,4 Ec .I g 1,2.PDL
EI = dengan  d =
1+ d 1,2 PDL + 1,6 PLL

Kolom Bergoyang :
M1 = M1ns + δs . M1s
M2 = M2ns + δs . M2s
Nilai (δs . M1s dan δs . M2s) dapat dihitung dengan analisis second order, approximate
second order atau approximate magnifier method. Di bawah ini dituliskan cara pendekatan
dengan metode pembesaran (approximate magnifier method)
1  2 EI
s = 1,0 dengan Pc =
1−
P u (k .lu ) 2
0,75  P c

4-5
0,4 Ec .I g 1,2.PDL
EI = dengan  d =
1+ d 1,2 PDL + 1,6 PLL

Berbeda dari rumusan untuk kolom tidak bergoyang, bahwa Pu menjadi ΣPu dan Pc
menjadi ΣPc artinya bahwa gaya-gaya aksial terfaktor Pu dari seluruh kolom pada tingkat
yang ditinjau harus diketahui dan gaya aksial kritik Pc harus dihitung untuk seluruh kolom
pada tingkat itu. Untuk menghitung EI digunakan rumus di atas.

Contoh-4.1 :
Kolom berukuran 400 x 400 mm panjang 4m, di
ujung atas kolom terdapat balok di kiri dan 200/400 200/400
1
kanannya berukuran 200 x 400 mm panjang 5m.
400/400
Di ujung bawah kolom terdapat balok dengan
ukuran dan panjang sama dengan di ujung atas. 200/400 200/400
2
Di bawah kolom tersebut terdapat pula kolom
400/400
lain dengan ukuran dan panjang sama.
Hitunglah faktor panjang efektif kolom tersebut
3
bila E = 20.000 MPa, portal termasuk kategori
Gb.4.6. Portal dg tumpuan jepit
bergoyang, kemudian pastikan jenis kolom itu
langsing atau pendek ??

Jawaban :
Ic = 0,7.(1/12).400.4003 = 1,493.109 → EIc/lc = 20000. 1,493.109 / 4000 = 7,466.109
Ib = 0,35.(1/12).200.4003 = 0,373.109 → EIb/lb = 20000. 0,373.109 / 5000 = 1,493.109

Kolom 1-2 :
EI EI
l kolom
(1).7,466.10 9 l kolom
(2).7,466.10 9
A= c
= = 2,5 B = c
= =5
EI (2).1,493.10 9 EI (2).1,493.10 9
l balok l balok
b b

Kolom 2-3 :

4-6
EI
l
EI
kolom
(2).7,466.109 l kolom
(1).7,466.109
A= c
= =5 B = c
= =0
(2).1,493.10 9 EI 
l
EI
l balok
b
balok
b

Antara titik 1-2 : menggunakan nomogram k = 1,9


menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 3,75 > 2,
Ψm ≥ 2, k = 0,9 1 +  m = 1,96

Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram k = 1,5


menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 2,5 > 2,
Ψm ≥ 2, k = 0,9 1 +  m = 1,68

Kontrol jenis kolom :


r = 0,3.b = 0,3.400 = 120 mm
Kolom atas bergoyang → k.lu /r = 1,96.(4000-400)/120 = 58,8 > 22 → kolom langsing,
karena 58,8 < 100 → dapat menggunakan metode pendekatan → menggunakan δ
Kolom bawah bergoyang → k.lu /r = 1,68.(4000-400)/120 = 50,4 > 22 → kolom langsing,
karena 50,4 < 100 → dapat menggunakan metode pendekatan → menggunakan δ

Contoh-4.2 :
Mirip dengan contoh-4.1 tetapi tumpuan kolom paling bawah berupa sendi. Hitunglah
panjang efektif tekuk kolom paling bawah saja !!

200/400 2200/400
1
Jawaban :
400/400
Kolom 2-3 :
EI
l kolom
(2).7,466.10 9
200/400
2 2200/400
A= c
= =5
EI (2).1,493.10 9
l balok 400/400
b
3

Gb.4.7. Portal dg tumpuan sendi

4-7
EI
l kolom
(2).7,466.10 9
B = c
= =
EI
l
0
balok
b

Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram utk kolom bergoyang k = 3,4


menggunakan rumus k = 2,0 + 0,3.Ψ dan memasukkan Ψ = ΨA = 5
= 3,5
Contoh-4.3 :
Apabila hitungan analisis struktur dalam contoh-4.1 (bergoyang) sudah dilakukan dan
menghasilkan momen M2ns dan M2s pada sebuah kolom dan ΣPu seperti tabel di bawah
ini. Hitunglah faktor pembesaran momen δs dan momen akhir M2 tersebut !
Tabel 4.2. Hasil analisis struktur
Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN)
DL+LL 77,32 - 6011,31 33474,31
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31

Jawaban :

s =
1
 1,0 dengan Q =
 Pu
atau Q =
 Pu . 0
, Pc =
 2 EI
1− Q 0,75  Pc Vu .l c (k .lu ) 2

M2 = M2ns + δs . M2s

Disamping nilai Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus ACI dapat pula digunakan
nilai stability index tiap lantai seperti persamaan di atas. Memasukkan nilai Q untuk
masing-masing kombinasi didapat faktor pembesaran momen (δs) seperti dalam tabel
berikut.

Tabel 4.3. Hasil hitungan


Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc Q δs = δs.M2s M2 Total
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN) 1/(1- (kNm) (kNm)
Q)
1 77,32 6011,31 33474,31 0,24 1,31 77,32
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31 0,19 1,23 262,43 291,37=

4-8
28,94+262,43
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31 0,13 1,14 247,88 266,49=
18,61+247,88

Setelah mendapatkan momen M2 = M2ns + δs.M2s hitungan/ analisis tampang


selanjutnya dapat disamakan dengan kolom pendek.

4-9
Gb.4.8. Faktor panjang efektif - kolom bergoyang
(sway/unbraced)

4-10
Gb.4.9. Faktor panjang efektif - kolom tidak bergoyang
(non-sway/braced)

4-11
4.5. Diagram Interaksi Kolom Uniaksial
4.5.1. Kolom Tampang Persegi Empat

Pn e Pn
g.n

b b

h h

εc = 0,003 εc = 0,003
c

0,85.fc’ 0,85.fc’

0,85.fc’ 0,85.fc’

Cs2 Cc Cs1 Cc
Cs2 Cs1

a). Konsentrik b). Eksentrisitas kecil

Pn Pn
e e
g.n g.n

b b

h h

c
εc = 0,003
εc = 0,003
Ts Cs Ts Cs

Cc Cc

c). Eksentrisitas seimbang d). Eksentrisitas besar

Gb.4.10. Keseimbangan gaya pada kolom

4-12
Kemampuan nominal kolom pendek dapat dirumuskan melalui persamaan
keseimbangan dalam gambar 4.10. Gaya aksial dengan eksentrisitas nol (e=0), eksentrisitas
kecil, eksentrisitas seimbang dan eksentrisitas besar akan memberikan regangan pada baja
yang bervariasi pada saat serat terluar beton tekan mengalami runtuh pada regangan
sebesar εc = 0,003 (3%).
Nilai eksentrisitas (e) disamping bergantung pada nilai banding momen dan gaya aksial
juga bergantung pada faktor pembesaran momen (δ) → e = δ.Mc/Pn. Akibat dari regangan
yg bervariasi, kontribusi baja pada kemampuan nominal kolom bervariasi pula, seperti
gambar 4.10 di atas. Bila regangan baja (εs) melampaui regangan leleh (εy) maka
kontribusi kekuatan baja didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan leleh (fy),
namun tidak sebaliknya yang didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan
kerja (fs = Es.εs)
Persamaan keseimbangan dari gambar di atas dapat diturunkan berturut-turut sesuai
dengan urutan gambar nya seperti berikut :
(a) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .0 + Cs1 .(0,5h-d’) - Cs2 .(0,5h-d’) = 0
(b) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .(½.h-d’)
(c) Pn = Cc + Cs - Ts ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
(d) Pn = Cc + Cs - Ts ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
Arah reaksi gaya pada tulangan (Cs atau Ts) bergantung pada posisinya terhadap
garis netral (g.n) dan arah gaya luar Pn. Bila posisi itu di sisi tarik maka arah gaya pada
tulangan searah dengan arah gaya aksial Pn dan sebaliknya. Ada kemungkinan letak g.n
berada diantara tulangan dan sisi luar beton (daerah penutup beton/ concrete cover), dalam
hal demikian arah gaya (+ atau -) pada tulangan dapat disesuaikan dengan posisi g.n. itu.
Cc = 0,85.fc’. b.a dengan a = β.c nilai β = bergantung pada kualitas beton dan
mengikuti persamaan berikut :
Untuk fc’ ≤ 28 MPa maka β = 0,85
Untuk fc’ > 28 MPa maka β = 0,85 – (fc’- 30).0,008
Gaya pada tulangan bergantung pada nilai regangan (εs) yang diperoleh dengan persamaan
berikut :
εs’ = 0,003.{c-d’}/c untuk baja di daerah tekan
εs = 0,003.{d-c}/c untuk baja di daerah tarik
dengan : d’ = penutup beton dan d = tinggi efektif = (h-d’)

4-13
Gaya tarik baja (Ts) dapat dihitung dengan :
Ts = As.fy bila εs > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Ts = As.fs bila εs < εy dengan fs = εs. Es
Gaya tekan baja (Cs) dapat dihitung dengan :
Cs = As’.fy bila εs’ > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Cs = As’.fs bila εs’ < εy dengan fs = εs’. Es
Dalam perancangan kolom, tidak seperti halnya dalam perancangan balok, ukuran kolom
harus sudah diketahui. Untuk memperkirakan ukuran kolom diperlukan pengalaman,
namun demikian perkiraan ukuran kolom itu dapat didekati dengan persamaan berikut :
Ag = Pn /{0,8.fc’} dengan Pn = Pu/Ø dan Ag = b.h
Luasan baja tarik (As) dan tekan (As’) ditentukan dengan cara coba-ralat (trial and
error) yaitu diantara 1% sampai 6% dari luasan beton (Ag). Dalam persamaan
keseimbangan di atas dapat dilihat bahwa apabila letak garis netral ( c ) dapat ditentukan
maka regangan pada baja tekan dan tarik dapat dihitung dan dengan demikian reaksi gaya
pada baja tarik dan tekan dapat pula dihitung. Pada akhirnya nilai gaya aksial dan momen
nominal yang dapat didukung (Pn,Mn) dapat ditentukan. Bila nilai ( c ) diubah-ubah maka
akan didapat banyak gaya aksial dan momen. Bila nilai itu digambarkan dalam sumbu
Cartesian maka akan didapat diagram interaksi kolom seperti pada gambar 4.3.

Contoh-4.4 :
Gaya aksial dan momen yang harus M1 - M1

dipikul oleh ujung bawah kolom pada


arah sumbu kuatnya oleh beban mati
dan beban hidup adalah sebagai
berikut :
PDL = 1600 kN, MDL = 136 kNm dan
PLL = 1100 kN, MLL = 110 kNm.
M2 M2
Momen di ujung atas dianggap
Single Double
separuh dari momen di ujung bawah. Curvature Curvature

Momen pada arah sumbu lemahnya Gb.4.11. Single dan double curvature
dapat diabaikan. Tinggi kolom bersih
2,25m, melentur berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature) pada arah sumbu
kuatnya, namun pada sumbu lemahnya melentur satu arah (single curvature). Lebar kolom

4-14
ditetapkan 350 mm, kolom termasuk dalam kategori tidak bergoyang. Bila mutu bahan
fc’=35 MPa dan fy = 420 MPa, rencanakanlah ukuran kolom dan tulangan yang diperlukan
untuk menahan beban tersebut.

Jawaban :
Pu = 1,2.1600 + 1,6.1100 = 3682,1 kN → Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN
Ag = Pn/(0,8.fc’) = 5664,7.1000/(0,8.35) = 202313 mm2
b = 350 mm → h = Ag/b = 578 mm ≈ 600 mm
Karena ukuran balok di ujung atas dan bawah tidak diketahui maka dapat dianggap faktor
panjang efektif kolom k = 1
Pada arah sumbu lemah :
lu = 2250mm dan r = 0,3.b = 0,3.350 = 105 mm, M1/M2 = 1 (single curvature)
k.lu/r = 1.2250/105 = 21,4 < 34 – 12( 1) = 22 → kolom pendek
Pada arah sumbu kuatnya :
lu = 2250mm dan r = 0,3.h = 0,3.600 = 180 mm, (-M1/M2) = -0,5 (double curvature)
k.lu/r = 1.2250/180 = 12,5 < 34-12(-M1/M2) = 34+6 = 40 → kolom pendek
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 4200 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan : Pn
e
g.n
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81 b
Pn = Cc + Cs – Ts
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts h
→ P n = Cc c
Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN 0,003
Cc = 0,85.fc’.b.a Ts Cs
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 5664,7.103 / (0,85.35.350)
Cc
= 544,02 mm → c = a/β = 544,02/0,81 = 671,64 mm
Letak g.n ( c ) = 671,64 mm > d = 550 mm, tidak diantara Gb.4.12. Garis netral
diantara tulangan tarik
tulangan tarik dan tekan → anggapan salah perlu diulang !! dan tekan

4-15
Anggapan baru :
e Pn
1. letak g.n di dalam penutup beton sisi kiri
g.n
2. semua tul. tertekan, sisi kiri tidak leleh tetapi sisi
kanan leleh
εs2’ = 0,003.{c-d}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021 b

Cs2 = 2119,5.200000.0,003.{c-550}/c
= 1271700.{c-550}/c h

Cs1 = 2119,5.420 = 890190 N 0,003

Cc = 0,85.35.350.(0,81.c) = 8434,12.c N c

Pn = Cc + Cs1 + Cs2 = 8434,12.c + 890190 + 1271700.{c- 0,85.fc’

550}/c
Cs2 Cc Cs1
5664,7. 103 .c = 8434,12.c2 + 890190.c + 1271700.{c-
550} Gb.4.13. Garis netral di
2
0 = c -566,095.c + 1271700.c - 699435000 sisi kiri tulangan

c2 + 1271133,9.c – 699435000 = 0 → c = 550,01 mm > d → sesuai anggapan ! → a = β .c


= 0,81.550,01 = 445,5 mm
εs2‘ = 0,003.{c-d}/c = 0,003.(550,01-550)/550,01 = 5,4.10-8 < εy → sesuai anggapan !!
εs1’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(550,01-50)/550,01 = 0,0027 > εy → sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .(½.h-d’)
= 8434,12.550,01.(300-0,5.445,5) + 890190.(300-50)
- 1271700.{(550,01-550)/c}.(300-50)
= 580898689 Nmm = 580,89 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.136+1,6.110)/0,65 = 521,84 kNm
Mn = 580,89 kNm > MR = 521,84 kNm → aman !!

Contoh-4.5 :
Kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada salah satu ujungnya
seperti berikut :
PDL = 90 kN, MDL = 123 kNm dan
PLL = 68 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m, melentur
berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan
460 x 460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35 MPa, fy = 420 MPa.

4-16
Jawaban :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.90 + 1,6.68 = 216,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm Pn
e
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) = g.n

34 + 6 = 40 → kolom pendek
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
b
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
h
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
c
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
0,003
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
Ts Cs
Pn = Cc + Cs – Ts
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts
Cc
→ P n = Cc
Gb.4.14. Grasi netral
Pn = Pu/0,65 = 216,8/0,65 = 333,5 kN
diantara tulangan tarik
Cc = 0,85.fc’.b.a dan tekan
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 333,5.103 / (0,85.35.460) Pn
e
= 24,37 mm → c = a/β = 24,37/0,81 = 30,1 mm
g.n
Letak g.n di dalam pelindung beton kanan → tidak sesuai
anggapan !! b
Anggapan baru :
1. letak g.n di antara tul.tarik dan tekan h
2. tul.tarik sisi kiri leleh tetapi tula.tekan sisi kanan tidak c
εs’ = 0,003.{c-d’}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021 0,003
Cs = 2119,5.200000.0,003.{c-d’}/c Ts Cs
= 1271700.{c-50}/c
Ts = 2119,5.420 = 890190 N
Cc
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Gb.4.15. Garis netral
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1271700.{c-50}/c - 890190 diantara tulangan tarik dan
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1271700.{c-50} - 890190.c tekan

4-17
0 = c2 + 4,33.c – 5736.21
c = 73,6 mm → g.n diantara tultarik dan tekan. → sesuai anggapan !
a = β .c = 0,81.73,6 = 59,61 mm
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(73,6-50)/73,6 = 9,6.10-4 < εy → sesuai anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-73,6)/73,6 = 0,0131 > εy → sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.73,6.(230-0,5.73,6) + 1271700.{(73,6-50)/73,6}.(230-50)
+ 890190.(230-50)
= 391272902,6 mm = 391,27 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 391,27 kNm < MR = 460,92 kNm → tidak aman !!
Luasan tulangan diperbesar secara linear terhadap momen = (460,92/391,27).4239 = 4993
mm2 → ρ = 4993/(460x460) = 0,0232 = 2,36% → 6D34 = 2 x 2722,38 mm2 = 5444,76
mm2
Cs= 2722,38.200000.0,003.{c-d’}/c
= 1633428.{c-50}/c
Ts = 2722,38.420 = 1143399,6 N
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1633428.{c-50}/c - 1143399,6
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1633428.{c-50} - 1143399,6.c
0 = c2 + 14,12.c – 7367,84
c = 79,06 mm
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.79,06.(230-0,5.79,06) + 1633428.{(79,06-50)/79,06} .(230-50)
+ 2722,38.420.(230-50) = 480805317,1 Nmm
= 480,81 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 480,81 kNm > MR = 460,92 kNm → aman !!

Contoh-4.6 :
Seperti contoh-4.5, kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada
salah satu ujungnya seperti berikut :
PDL = 490 kN, MDL = 123 kNm dan

4-18
PLL = 468 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m, melentur
berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom sudah ditetapkan
460 x 460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35 MPa, fy = 420 MPa.

Jawaban :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.490 + 1,6.468 = 1336,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1 Pn
e
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm g.n

k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) =


34 + 6 = 40 → kolom pendek
b
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2 h
Anggapan : c
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan 0,003
2. tul.tarik dan tekan leleh semua Ts Cs
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
Pn = Cc + Cs – Ts
Cc
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts
Gb.4.16. Garis netral
→ P n = Cc diantara tulangan tarik dan
Pn = Pu/0,65 = 1336,8/0,65 = 2056,61 kN tekan
Cc = 0,85.fc’.b.a
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 2056,61.103 / (0,85.35.460)
= 150,28 mm → c = a/β = 150,28/0,81 = 185,53 mm
Letak g.n di antara tul.tarik dan tekan → sesuai anggapan !!
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(185,53-50)/185,53 = 2,19.10-3 > εy → sesuai anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-185,53)/185,53 = 3,63.10-3 > εy → sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e
= Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 0,85.35.460.150,28.(230-0,5.150,28) + 2119,5.420.(230-50) +
2119,5.420.(230-50)

4-19
= 638953335 Nmm
= 638,95 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 638,95 kNm > MR = 460,92 kNm → aman !!
ρ = 2,0% Ag = 4232 mm2 → 6D30 = 4239 mm2

Dalam digram interaksi 9000

dapat dilihat bahwa dengan luasan 8000 Mno_x


Mrx
tulangan ρ = 2% untuk memenuhi 7000
Mry

Gaya Aksial Nominal (kN)


Mno_y
e_min
kombinasi beban tersebut (Mn = 6000
ρ = 2% ρ = 2,36%
460,92 kNm; Pn = 333,54 kN) tidak 5000
aman tetapi setelah luasan tulangan 4000
dinaikkan menjadi ρ = 2,36% b
3000 4 6 0 .9 2 ,
2 0 5 6 .6 2
kolom menjadi aman, sedang
2000 h
dalam contoh terakhir kombinasi 4 6 0 .9 2 ,
1000 3 3 3 .5 4
beban (Mn = 460,92 kNm; Pn =
0
2056,62 kN) membuat kolom juga 0 200 400 600 800
Momen Nominal (kNm)
menjadi aman. Artinya
Gb.4.17. Diagram interaksi utk b/h =
penambahan beban aksial pada 460/460, fc’= 35 Mpa, fy= 420 MPa
kolom tipe rusak tarik, e > eb,
(tension control) menguntungkan namun sebaliknya. Pengurangan momen pada tipe kolom
yang rusak tekan, e < eb, (compression control) juga akan menguntungkan, namun tidak
sebaliknya.

4.5.2. Kolom Tampang Bujur Sangkar dengan Tulangan Utama Tersebar Melingkar.
Bentuk kolom ini serupa dengan tampang bujur sangkar sebelumnya. Perbedaan
terletak pada posisi tulangan yang diatur melingkar dan memiliki jarak terhadap sumbu
kolom yang tidak sama.
Sudut antara dua tulangan = 2.π/N = 2.π/8 = π/4
Jumlah tul N = 8
Jumlah deret = 1+ N/2 = 1 + 8/2 = 5
dn = R-(R-d’).Cos {(n-1).2π/N}
Cc = 0,85.fc’.b.a

4-20
Bila εs ≥ εy maka Cs atau Ts = As.fy
Bila εs < εy maka Cs atau Ts = As.fs dengan fs = Es.εs dan Es = 200.000 MPa.

Pn
εc = 0,003 d1
Cs1
d2
Cs2
a
Cc d3
h=b
d4
Ts3 d5
Ts4

Ts5
b
Gb.4.25. Diagram Tegangan-regangan dan Gaya pada Kolom Bujur
Sangkar dengan Tulangan Melingkar

Contoh-4.12 :
Ukuran kolom bujur sangkar b = h = 600 mm, d’ = 50mm, jumlah tulangan 8D25, fc’ = 20
MPa, fy = 420 MPa. Hitunglah kemampuan kolom pada saat c = 200 mm.
d1 = 300-250.Cos (0) = 50 mm
d2 = 300-250.Cos(π/4) = 123,15 mm
d3 = 300-250.Cos(2.π/4) = 300 mm
d4 = 300-250.Cos(3.π/4) = 476,56 mm
d5 = 300-250.Cos(4.π/4) = 550,0 mm
Untuk c = 200 mm , εy = 420/200000 = 0,0021
Kontrol regangan :
c − d1 200 − 50
 s1 ' = .0,003 = .0,003 = 0,00225 > εy ,leleh
c 200
c − d2 200 − 123,15
 s2 ' = .0,003 = .0,003 = 0,00115 < εy ,tidak leleh
c 200
d3 − c 300 − 200
 s3 = .0,003 = .0,003 = 0,00149 < εy ,tidak leleh
c 200
d4 − c 476,56 − 200
 s4 = .0,003 = .0,003 = 0,00414 < εy , leleh
c 200
d5 − c 550 − 200
 s5 = .0,003 = .0,003 = 0,00525 > εy ,leleh
c 200

4-21
Gaya aksial pada tulangan :
As = 0,25.π.D2 = 0,25.3,14.252 = 490,625 mm2
Cs1 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)
Cs2 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00115) = 226218,6 N (tidak leleh)
Ts3 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00149) = 293788,9 N (tidak leleh)
Ts4 = 2.As.fs = 2.490,625.420 = 412125,0 N (leleh)
Ts5 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)

Gaya aksial pada beton


Cc = 0,85.fc’.b.a = 0,85.20.600.(0,85.200) = 1734000 N

Persamaan keseimbangan : 9000

Pn = Cc + Cs1 + Cs2 - Ts3 – Ts4 8000 Mno_y


Mry
– Ts5 7000
Mrx
e_min
Gaya Aksial Nominal (kN)

d Mno_y
= 1734000 + 206062,5 + 6000

226218,6 - 293788,9 - 5000
h
412125,0 - 206062,5
4000
= 1254305 N = 1.254,3 kN
3000 b
3 0 7 .6 9 ,
2000 12 5 4 .3 0

1000
5 8 8 .6 1,
12 5 4 .3 0
0
Mn = 1734000.(R-0,5.a) + 0 200 400 600 800 1000

206062,5.(R-d1) + Momen Nominal (kNm)


Gb.4.26. Diagram interaksi kolom bujur
226218,6.(R-d2) +
sangkar tul.melingkar b=600 mm,fy/fc’=
293788,9.(R-d3) + 420/20 MPa, 8D25
412125,0.(R-d4) + 206062,5.(R-d5)
= 1734000.(300-170/2) + 206062,5.(300-50) + 226218,6.(300-123,15) +
293788,9.(300-300) + 412125,0.(300-476,56) + 206062,5.(300-550)
= 372,81 + 51,51 + 40,00 + 0 + 72,76 + 51,51 = 588,612 kNm

Latihan :
No mhs 1324…xy → c = (x+y)*20 +50
Mhs Genap B x H = 300 x 500 mm

4-22
Mhs Ganjil B x H = 500 x 500
Fc = 30 MPa, fy = 400 MPa., Luasan baja 2% Ag, d’ = 60 mm

4.5.3. Detail Penulangan


1. Luasan tulangan utama seharusnya diantara 1% dan 8% dari Ag (Ag = luasan
senyatanya untuk memikul gaya aksial yang diperlukan). Bila ukuran yang
diperlukan diperbesar karena alasan arsitektural maka luasan baja ≥ 0,5% dari
luasan itu.
2. Jarak bersih antara tulangan utama ≤ 150 mm tetapi ≥ 25 mm
3. Sengkang ikat tamba han harusdiberikan bila h > 2b
4. Tulangan pengekang diberikan di bawah dan di atas permukaan sambungan kolom
dengan balok setinggi > (1/6).lu dan > h dan > 450 mm
5. Diameter tulangan sengkang/ begel minimum 10 mm untuk tulangan utama ≤ 32
mm dan 12mm untuk tulangan utama > 32mm.
6. Bila digunakan tulangan spiral maka diameter minimum 10mm, jarak bersih antar
tulangan s ≤ 75 mm tetapi s ≥ 25 mm. Rasio luas tulangan ≥ 0,45.(Aggg/Accc-1).fccc’/fyyy.
Sambungan lewatan harus dilakukan sepanjang 1,5 kali kelilingnya atau ≥ 72 kali
diameter sengkang.
7. Jarak sengkang s ≤ 16.D (diameter tulangan utama) dan ≤ 48.d (diameter sengkang)
dan ≤ b (ukuran terkecil kolom).
8. Tegangan leleh sengkang untuk berbagai bentuk fy ≤ 400 MPa.
9. Penutup beton/ selimut beton/ concrete cover ≥ 40 mm
10. Sambungan lewatan (lap splice) dikategorikan dalam dua kelas : kelas A bila
tulangan yang disambung hanya separuh dari seluruh tulangan yang ada dan luas
terpasang sedikitnya 2 kali dari luasan yang sesungguhnya diperlukan, bila tidak
memenuhi salah satu ketenetuan tersebut sambungan termasuk dalam kelas B.
Sambungan yang dilakukan pada tengah-tengah tinggi kolom dapat termasuk dalam
kelas A bila tulangan yang disambung hanya sebagian dan kebutuhan luasan
tulangan ditempat ini kemungkinan besar < ½ dari pada luas tulangan di ujung
kolom.
Bila sepanjang sambungan diberi sengkang dengan jarak 100mm, jarak bersih antar
tulangan > 2.db dan selimut beton > db maka panjang lewatan (ld) untuk kelas A

4-23
dapat dihitung dengan rumus berikut di bawah ini tetapi harus ≥ 300 mm. Bila
masuk dalam kategori kelas B maka nilai ld di bawah ini dikalikan faktor 1,3.
l d 12.( . . ). f y
Untuk db ≤ 19 mm = dengan (α.β.λ) = 1 untuk beton normal,
db 25 . f c '

uncoated, other than top bars


l d 3.( . . ). f y
Untuk db > 19 mm =
db 5. f c '

< 75
mm
> 75
1,3ld mm
Kemiringan
< 1/6
< 150
mm

< 150
mm
s

Gb.4.32. Panjang lewatan (splice


≤ 150 mm b length) - ld

sengkang ikat
tambahan bila ≤ 150 mm
h > 2b

11. Untuk batang tulangan tekan dengan beton mutu


a. fccc’ ≥ 20 MPa dan fyyy≤ 400 MPa maka ld ≥ 0,07.db.fy dan ld ≥ 300 mm.
b. fccc’ ≥ 20 MPa dan fyyy > 400 MPa maka ld ≥ (0,13.fy-24).db
c. fccc’ < 20 MPa maka hasil ld dari hitungan di atas dikalikan dengan faktor
1,33.
12. Panjang penjangkaran (development length) yang diperlukan oleh tulangan tarik (D
< 36mm) yang ujungnya dibengkokkan 90o atau 180o adalah sebesar ldh yang
dihitung dengan rumus (fy/400).{100.db}/√fc’ → (1/4).db.(fy/√fc’)

4-24
Gb .4.34. Panjang penyaluran
(development length) atau
4.db dan ldh
panjang penjangkaran
> 60mm
(anchorage length)

12.db

Diameter Berat Luas


No.(#) in mm kg/m lb/ft Cm2 in2
3 0.375 9.5 0.559 0.375 0.71 0.29
4 0.500 12.7 0.994 0.667 1.27 0.39
5 0.625 15.9 1.552 1.042 1.98 0.49
6 0.750 19.1 2.235 1.500 2.85 0.59
7 0.875 22.2 3.043 2.042 3.88 0.69
8 1.000 25.4 3.974 2.667 5.07 0.79
9 1.128 28.7 5.057 3.393 6.45 1.00
10 1.270 32.3 6.410 4.302 8.18 1.27
11 1.410 35.8 7.901 5.302 10.08 1.56
14 1.693 43.0 11.391 7.644 14.53 2.25
18 2.257 57.3 20.245 13.586 25.82 4.00

4.5. Penulangan Geser pada Kolom


Gaya geser pada kolom, Vu yang akan digunakan untuk merancang bergantung pada
konsep yang digunakan :
1. Untuk bangunan yang tidak memperhitungkan gaya gempa maka gaya geser Vu dapat
menggunakan hasil hitungan analisis struktur dan diambil nilai terbesar dari berbagai
kombinasi beban yang digunakan.
2. Untuk bangunan yang memperhitungkan gaya gempa maka gaya geser Vu didapat dari
perhitungan momen nominal kolom (yang didasarkan pada momen nominal balok dari
berbagai kombinasi beban) dibagi dengan tinggi kolom bersih (Vu = Me/ln). Sedang

4-25
tegangan leleh, fy yang digunakan pada perhitungan momen nominal balok dan kolom
perlu dikalikan dengan faktor 1,25 untuk mengatasi pengaruh strain hardening bahan
baja oleh beban siklik. Disamping itu faktor reduksi kekuatan, Ǿ juga diambil = 1.
Perlu diketahui bahwa kapasitas kolom dalam perancangan tahan gempa didasarkan
pada kapasitas balok yang ada di sekitarnya (tidak hanya mendasarkan pada analisis
struktur)
Menurut SNI-03-2847-2002 pasal 26.4, ujung-ujung kolom sepanjang lo harus dikekang
dengan spasi sesuai pasal 23.4 oleh tulangan transversal/ sengkang sebanyak Ash seperti
tertera berikut ini.

Tinggi tulangan sengkang lo : Jarak sengkang s :


lo ≥h s ≤ ¼ lo
≥ ln/6 ≤ 6.D
≥ 450 mm ≤ 100 mm
Disamping itu luasan tulangan minimum Ash memenuhi :
Ash = 0,3. (s.hc . fc’ ). (Ag/Ach -1)
Ash = 0,09. (s.hc . fc’ / fyh)
Kemampuan beton pada kolom untuk menahan geser Vc dapat digunakan persamaan
berikut :
Nu
Vc = (1 + )(1 / 6).bw .d fc '
14. Ag

Di luar daerah lo tulangan sengkang yang digunakan memenuhi persamaan :


s ≤ 6.D ( D = diameter tulangan longitudinal kolom)
≤ 150 mm

4.6. Sistim Struktur


Menurut SNI 03-1726-2003 Indonesia dibagi ke dalam beberapa wilayah gempa
mulai dari :
1) Wilayah Gempa ringan (WG1 dan WG2),
2) Wilayah Gempa sedang (WG3 dan WG4),
3) Wilayah Gempa berat (WG5 dan WG6).
Dari sisi system strukturnya maka bangunan dibagi ke dalam :

4-26
1) sistem dinding penumpu (DS = dinding struktur), semua beban gravitasi dan beban
lateral dipikul oleh dinding ini, bila terletak di WG1 dan WG2 tidak perlu pendetilan
tulangan, bila di WG3 sd WG6 perlu dilakukan pendetilan khusus (DSK= dinding
struktur khusus),
2) sistem rangka gedung, beban gravitasi dipikul oleh rangka balok-kolom (namun tetap
harus dilihat kompatibilitasnya dengan DSK) sedang beban lateral dipikul oleh dinding
penumpu, perlu dilakukan pendetilan bila terletak di WG5 dan WG6 (DSK = dinding
struktur khusus),
3) sistem rangka pemikul momen (SRPM), menahan beban gravitasi dan beban lateral
sekaligus, system ini dibagi ke dalam : a) SRPMB (system rangka pemikul momen
biasa) untuk WG1 dan WG2, b) SRPMM (system rangka pemikul momen menengah)
untuk WG3 dan WG4, dan c) SRPMK (system rangka pemikul momen khusus) untuk
WG5 dan WG6,
4) sistem ganda yaitu kombinasi dari beberapa system di atas, misalnya kombinasi a)
SRPM (menahan beban gravitasi) dan DS (menahan beban lateral) atau b) SRPMM
(menahan beban gravitasi) dan SRPMM25% +DS75% (menahaan beban lateral) atau c)
SRPMK (menahan beban gravitasi) dan SRPMK+DS (menahaan beban lateral sesuai
dengan kekakuannya)

4.7. Geser pada Pertemuan Balok dan Kolom


Untuk menjamin perilaku balok yang lebih daktail pada system rangka pemikul momen
menengah (SRPMM) maka apabila ukuran balok lebih besar atau sama dengan ¾ kali
ukuran kolomnya disyaratkan adanya tulangan transversal dengan luasan sedikitnya
separuh dari yang ditetapkan pada SNI-03-2847-2002 pasal 23.4. dengan jarak s ≤ ¼ h atau
≤ 150mm.
Berdasarkan pada kapasitas momen nominal balok pada ke dua sisinya dengan
menggunakan tegangan leleh 1,25.fy dan luasan tulangan terpasang dapat dihitung momen
yang dipikul oleh kolom di atas dan di bawah pertemuan balok dan kolom yang sebanding
dengan inersia kolom tersebut (EI/L).
Gaya geser di bawah pertemuan balok kolom :

4-1
Mka

Vka

Cc =T2 T1
Mbk
Mbi
T2 Cc =T1

Vkb

Mkb

Daftar Pustaka
American Concrete Institute (ACI) Committee, 2005, Building Code Requirements for
Structural Concrete (ACI 318-05) and Commentary (ACI 318R-05)
Park,R., and Paulay,T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley and Sons, New
York
Rachmat Purwono, 2005, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS press
SNI-03-2847-2002, Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
SNI-03-1726-2002, Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
Wang, C., and Salmon,C.G., 1978, Reinforced Concrete Design, 3rd Edition, Harper &
Row Publishers, New York

4-2

Anda mungkin juga menyukai