BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut SNI 1729 2015 ketentuan umum dalam perencanaan kekuatan tekan
desain (ϕc Pn), dan kekuatan tekan tersedia (Pn Ωc) yaitu kuat tekan nominal (Pn)
ditentukan berdasarkan keadaan batas tekuk lentur, tekuk orsi, dan tekuk torsi-lentur
ada nilai terendah.
2.2.1.1 Panjang Efektif
Panjang efektif (KL/r) dimana L panjang komponen struktur tanpa dibresing
lateral, K yaitu Panjang efektif, dan r radius girasi.
Menurut Wiryanto Dewobroto (2015) (dikutip dari AISC 2010) nilai K untuk
jepit-jepit yaitu 0,50 (teoritis) atau 0,65 (jika kondisi ideal hanya pendekatan), sendi-
jepit yaitu 0,70 (teoritis) atau 0,80 (jika kondisi ideal hanya pendekatan), dan sendi-
sendi yaitu 1.
2.2.1.2 Panjang Tekuk.
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada jenis perletakannya,
seperti kolom dengan tumpuan jepit dapat mengekang ujungnya dari berotasi dan
translasi, sehingga mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan tumpuan
sendi. Panjang tekuk dihitung seperti berikut,
Apabila Lk = k.L, dimana k faktor panjang tekuk, maka nilai k dapat dilihat pada Tabel
2. 1
6
Sendi-rol
Jepit- Jepit- Jepit-rol Sendi- Jepit-
tanpa
jepit sendi tanpa rotasi sendi lepas
rotasi
1
k teoritis 0.5 √2
1 1 2 2
∑(𝐼𝑐𝑎/𝐿𝑐𝑎)
GA = ∑(𝐼𝑏𝑎/𝐿𝑏𝑎) ………………………………………………………………2.1
∑(𝐼𝑐𝑏/𝐿𝑐𝑏)
GB = ∑(𝐼𝑏𝑏/𝐿𝑏𝑏)………………………………………………………..... …...2.2
Lk = k . L………………………………………………………………. …...2.3
Dimana :
IcA = Momen inertia kolom yang bertemu di titik A
IcB = Momen inertia kolom yang bertemu di titik B
LcA = Panjang kolom yang bertemu di titik A
LcB = Panjang kolom yang bertemu di titik B
IbA = Momen inertia balok yang bertemu di titik A
IbB = Momen inertia balok yang bertemu di titik B
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B
Untuk tumpuan jepit nilai G=1
Untuk tumpuan sendi nilai G = 10
Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukan nilai G kedua ujung-
ujungnya pada nomogram Gambar 2. 3. Dari kedua titik nilai G tersebut ditarik garis
yang memotong garis skala k. Titik potong ini menunjukan nilai k dari kolom tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa ada dua nomogram, yaitu untuk struktur tak bergoyang dan
untuk struktur bergoyang. Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-ujung dari kolom
yang ditinjau tidak dapat berpindah kearah lateral.
8
Dalam menentukan kuat nominal batang tekan (Pn) digunakan rumus sebagai
berikut,
Pn = Fcr . Ag…………………………………………………………………….2.5
Dimana Fcr adalah tegangan kritis, dan Ag adalah luas penampang utuh atau gross.
1). Tekuk lentur
Tekuk lentur adalah tekuk global yang terjadi pada penampang tidak langsing.
Tegangan kritis (Fcr) dihitung berdasarkan syarat berikut, bila
𝐾𝐿 𝐸 𝐹𝑦
(a). ≤ 4,71 √𝐸 atau 𝐹𝑒 ≤ 2,25
𝑟 𝑦
𝐹𝑦
maka 𝐹𝑐𝑟 = [0,658𝐹𝑒 ] . 𝐹𝑦……………………………………………………2.6
(Considere) dan Modulus Tangent (Engesser) secara terpisah dikarenakan rumus Euler
ini tidak dapat meramalkan tekuk jenis tersebut. Namun hasil dari teori ini masih perlu
dikoreksi berlandaskan pada data hasil uji empiris yang diolah secara statistik.
𝐾𝐿 𝐸 𝐹𝑦
(b). > 4,71 √𝐸 atau 𝐹𝑒 > 2,25 maka 𝐹𝑐𝑟 = 0,887. 𝐹𝑒……………………2.7
𝑟 𝑦
𝜋2 𝐸
Fe= 𝐾𝐿 2 ................................................................................................................2.8
( )
𝑟
Pada wilayah kelangsingan ini terdapat tegangan kritis yang disebut dengan
tekuk elastis. Dikarena belum memperhitungkan imperfection, maka rumus Euler tidak
bisa dipakai secara langsung.
2.3.Kolom Baja
Tegangan yang terjadi pada kolom gemuk pada saat kegagalan akibat tekuk cukup
besar dan dapat melampaui tegangan batas elastis, sehingga kegagalan akibat tekuk ini
sering disebut dengan tekuk inelastis (inelastic buckling).
Konstruksi baja komposit adalah alternatif dari beberapa perencanaan konstruksi yang
ada. Konstruksi struktur baja komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material
ataupun lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga
menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik dari sebelumnya. Komposit baja dengan
beton memiliki dasar pada kemampuan dari beton yang mempunyai perilaku yang
menguntungkan ketika menerima beban tekan dan perilaku yang kurang
menguntungkan ketika menerima beban tarik. Sedangkan untuk baja mempunyai
kemampuan bahan yang sama baik untuk beban tarik dan tekan tetapi harus diwaspadai
terhadap bahaya tekuk ketika menerima beban tekan.
Dengan memanfaatkan kemampuan kedua material tersebut, maka jika digabungkan
untuk memperoleh masing-masing keunggulan dari baja dan beton didapatkan suatu
konstruksi yang ideal, aman, ekonomis, kuat, dan tahan lama.
Pada umumnya struktur komposit berupa sebagai berikut :
1. Kolom baja terbungkus beton (a, c)
2. Kolom baja berisi beton (b)
3. Balok baja menagan slab beton (d)
Dengan memanfaatkan kelebihan sistem komposit, maka dapat mereduksi berat baja
sebesar 20% - 30%. Adanya reduksi berat ini maka secara langsung juga dapat
mengurangi tinggi profil baja yang digunakan.
Perencanaan struktur dikatakan optimum apabila memenuhi kriteria : biaya yang
minimum, berat yang minimum, waktu konstruksi yang minimum, tenaga kerja yang
minimum, biaya manufaktur yang minimum, sedangkan manfaat yang maksimum
sepanjang masa layan. (Agus Setiawan, 2008:2)
Metode LRFD (Load and Resistance Factor Design) adalah spesifikasi yang
dikeluarkan oleh Amerika yang dijadikan acuan oleh SNI 03-1729-2002 untuk desain
konstruksi baja, berdasarkan ketahanan metode kekakuan metode plastis (Ultimate).
Secara umum, perencanaan struktur baja menggunakan standar peraturan dari SNI 03-
1729-2002.
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya dalam bentuk prakiraan saja. Beban yang bekerja pada struktur
diatur oleh peraturan pembebanan yang telah berlaku, sedangkan untuk masalah
kombinasi dari beban yang bekerja telah diatur dalam SNI. Dalam fungsi kerjanya
setiap struktur akan menerima pengaruh dari luar yang perlu dipikul. Selain pengaruh
dari luar, sistem struktur juga terbuat dari material yang memiliki massa tersendiri yang
mengakibatkan pemikulan berat sendiri akibat pengaruh gravitasi. Beberapa jenis
beban antara lain :
2.5.1. Pembebanan Struktur
Pembebanan adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Pada umumnya
penentuan besarnya beban struktur merupakan estimasi saja. Beban yang bekerja pada
suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku. Beban struktur juga
memiliki beban alami yaitu beban gravitasi. Beban gravitasi adalah beban yang secara
13
alami bekerja pada gedung dan mengarah vertikal ke arah bumi dari atas menuju
bawah. Beban yang bekerja pada struktur gedung yang terkena beban gravitasi yaitu
seperti :
satuan dari beberapa material konstruksi dan komponen bangunan gedung dapat
ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung 1983. Informasi mengenai berat satuan dari berbagai material
konstruksi yang dapat digunakan sebagai rujukan perhitungan beban mati adalah
sebagai berikut :
1) Beton bertulang = 2400 kg/m³
6) Plafond = 18 kg/m²
tersebut. Beban hidup adalah beban ada atau tidaknya tergantung pada suatu waktu
yang diberikan kepada struktur tersebut. Perencanaan pembebanan pada beban hidup
disesuaikan dengan standar pembebanan yang telah ditetapkan dalam SNI 1727:2013.
Berikut merupakan contoh beban hidup yang direncanakan bekerja pada struktur
gedung :
1) Beban hidup lantai gedung untuk kantor sebesar 2,40 kN/m²
2) Beban hidup atap datar sebesar 0,96 kN/m²
3) Beban hidup lantai gedung untuk lobi sebesar 4,79 kN/m²
4) Beban hidup lantai gedung untuk gudang sebesar 6,00 kN/m²
Permukaan L/B Cp
Dinding di sisi angin Seluruh nilai 0,8
datang
0–1 -0,5
Dinding di sisi angin 2 -0,3
pergi >4 -0,2
Dinding tepi Seluruh nilai -0,7
lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran rencananya. Menurut SNI
1727:2013 (8;3) pembebanan air hujan pada atap gedung dihitung sebagai berikut:
RL = 0,0098 . (ds + dh) ........................................................................................2.9
*Keterangan :
R = Beban air hujan terkumpul pada atap yang tidak melendut (kN/m² )
ds = Kedalaman air pada atap yang tidak melendut melimpah ke lubang masuk sistem
drainase sekunder apabila drainase primer tertutup (mm).
dh = Tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut diatas lubang masuk
sistem drainase sekunder pada aliran air rencana (mm).
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadinya kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk :
o Gedung bioskop
o Gedung pertemuan
o Lapangan stadion
o Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah serta unit
gawat darurat
o Tempat penitipan anak
o Penjara
o Rumah jompo
18
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk kedalam kategori III
risiko IV atau yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar serta gangguan massal terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari bila terjadinya kegagalan, termasuk, tapi
tidak dibatasi untuk :
o Pusat pembangkit listrik
o Fasilitas penanganan untuk air
o Fasilitas penanganan untuk limbah
o Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur,
proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat
pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya,
limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak yang
mengandung bahan beracun atau peiedak dimana memiliki jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadinya kebocoran atau kerusakan.
Berikut adalah contoh peta gempa untuk SS percepatan pada perioda pendek dan
perioda 1 detik (S1).
5) 1,2D ± 1,0E + L
24
6) 0,9D ± 1,0W
Dimana :
D = Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi
E = Beban gempa, atau bisa diganti dengan, γL = 0,5 bila L< 5 kPa, dan
γL = 1 bila L≥ 5 kPa.
L = Beban hidup yang diakibatkan oleh penggunaan gedung
Lr = Beban hidup dari atap selama perawatan
R = Beban hujan (Tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air)
W = Beban angin yang diakibatkan oleh tekanan udara
Struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau bangunan yang berada di
bawah pemukaan tanah, dapat berupa basement dan/atau sistem pondasi. Perencanaan
struktur bawah untuk suatu konstruksi bangunan dengan tepat mutlak dipertukan untuk
dapat menjaga kestabitan konstruksi yang ditahan. Kesalahan dalam perhitungan
struktur bawah akan menyebabkan bangunan yang kokoh pada struktur atas menjadi
runtuh dan berakibat fatal bagi penghuninya.
Struktur bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak
boteh gagal lebih dahulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa beban
mati (DL), beban hidup (LL), beban gempa (E), beban angin, dan lain-lain. Dalam
merencanakan struktur bawah dipertukan data-data mengenai karakteristik tanah
25
tempat struktur tersebut berada dan beban struktur yang bekerja di atas struktur bawah
yang direncanakan. Karakteristik tanah metiputi jenis lapisan tanah di bawah
permukaan tanah, kadar air, tinggi muka air tanah, dtt. Beban struktur yang bekerja
tergantung dari jenis materiaI yang digunakan, jumtah tingkat bangunan, jenis-jenis
beban yang bekerja pada struktur tersebut, dan lain-lain. Jenis pondasi ditentukan
dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan tempat berdirinya bangunan dan
usutan jenis pondasi serta karakteristik tanah yang dilaporkan oleh soil engineer.
Hasil dari penyelidikan tanah yang dilaporkan oleh soil engineer antara lain:
a. Kondisi tanah dasar yang.menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa lapisan
kedalaman.
b. Analisis daya dukung tanah.
c. Besar nitai SPT (Standard Penetration Test) dari beberapa titik bor.
d. Besar tahanan ujung konus dan jumtah hambatan petekat dari beberapa titik sondir.
e. Hasil tes laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah, dan lain-lain.
f. Analisis daya dukung tiang pondasi berdasarkan data-data tanah (apabila
menggunakan pondasi tiang).
2.7.1 Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral adalah sebuah parameter perencanaan yang penting di
dalam sejumlah sejumlah persoalan teknik pondasi. Dinding penahan dan dinding turap
(sheet pile wall), galian yang diperkokoh (braced excavation) dan galian tidak
diperkokoh (unbraced excavation), tekanan tanah (grain pressure) pada diaphragm
wall, dan lain-lain. Semuanya ini memerlukan perkiraan tekanan lateral secara
kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisa perencanaan maupun analisa
stabilitas (Joseph E. Bowles,1988). Tekanan tanah lateral dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
• Jika dinding tidak bergerak K menjadi koefisien tekanan tanah diam (K0)
• Jika dinding bergerak menekan ke arah tanah hingga runtuh, koefisien K
mencapai nilai maksimum yang disebut tekanan tanah pasif (Kp)
26
• Jika dinding menjauhi tanah, hingga terjadi keruntuhan, maka nilai K mencapai
minimum yang disebut tekanan tanah aktif (Ka)
Gambar 2. mendeskripsikan tentang arah pergerakan dinding menurut tekanan lateral
yang bekerja
Disebut tekanan tanah aktif jika tekanan yang bekerja mengakibatkan dinding
menjauhi tanah yang ditahan, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:
i. Pondasi tiang bor mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
Kapasitas daya dukung bored pile dari data parameter kuat geser tanah. Daya
dukung ujung pondasi bored pile (end bearing).
Qp = Ap . cu . Nc*……………………………………………….. 2.19
Dimana :
Nc* = Faktor daya dukung tanah, untuk pondasi bored pile nilai Nc*=9
Dimana :
Vesic (1976) mengusulkan korelasi antara (Φ)dan Nq* seperti terlihat pada Gambar
2.
31