ABSTRAK
Suatu struktur dituntut untuk tidak mengalami lendutan yang berlebihan agar mempunyai
kemampuan layanan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lendutan yang
terjadi pada balok taper kantilever menggunakan metode Metode Elemen Hingga dengan
variasi jumlah dan bentuk elemen. Analisis Metode Elemen Hingga dilakukan dengan
menggunakan program SAP2000 yang mampu melakukan perhitungan struktur statik dan
dinamis. Program ini sudah banyak digunakan oleh Engineer Struktur untuk memodelkan dan
menganalisis suatu sistem struktur secara keseluruhan maupun suatu elemen struktur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah pembagian elemen pada Metode Elemen Hingga
berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh dimana semakin baik pendekatan yang diberikan
akan memberikan hasil yang lebih baik serta bentuk elemen pada Metode Elemen Hingga juga
berpengaruh pada hasil yang didapatkan, dimana elemen segiempat lebih mendekati nilai
eksak (2.73 mm) dibanding dengan elemen segitiga. Dapat dilihat pada jumlah elemen yang
sama yaitu 40,80,160 dan 320 elemen, lendutan dengan bentuk elemen segiempat untuk model
balok a yaitu 2.7734 mm, 2.789 mm, 2.7922 mm, 2.8004 mm, untuk model balok b yaitu 2.7601
mm, 2.7756mm, 2.7787 mm, 2.7866 mm sedangkan elemen segitiga untuk model balok a yaitu
1.2974 mm, 1.6799 mm, 2.1562mm, 2.3889mm dan untuk model balok b yaitu 1.3581 mm,
1.7301 mm, 2.1931 mm, 2.4073 mm
Kata Kunci : Balok Non Prismatis, Lendutan, Metode Elemen Hingga, SAP2000
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ke ujung yang lainnya sedangkan balok
dijumpai konstruksi-konstruksi bangunan kantilever nonprismatis atau biasa disebut
yang berbentuk kantilever. Kantilever itu balok taper kantilever merupakan balok
sendiri merupakan balok yang didukung kantilever yang memiliki dimensi
pada salah satu ujungnya dan ujung yang penampang dengan ukuran yang berbeda
lain bebas. Konstruksi kantilever dapat dari salah satu ujung dengan ujung lainnya.
ditemui misalnya seperti pada bagian atap Selain didesain untuk menahan
bangunan yang tidak memakai penyangga, beban yang bekerja, suatu struktur juga
jembatan kantilever, balkon dan masih dituntut untuk tidak mengalami lendutan
banyak lagi yang lain. Bentuk-bentuk yang berlebihan (over deflection) agar
kantilever pada umumnya berbentuk mempunyai kemampuan layanan
prismatis dan nonprismatis, dimana balok (serviceability) yang baik. Lendutan yang
kantilever prismatis merupakan balok terjadi harus masih dalam batas yang
kantilever yang memiliki dimensi diijinkan (permissible deflection). Pada
penampang yang sama dari salah satu ujung umumnya lendutan/defleksi balok perlu
1039
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
ditinjau agar tidak melampaui nilai tertentu, layanan (serviceability) dan keamanannya
karena dapat terjadi dalam perancangan (safety) yang akan mempengaruhi
ditinjau dari segi kekuatan, balok masih psikologis (ketakutan) pengguna. Deformasi
mampu menahan beban, namun merupakan salah satu kontrol kestabilan
Iendutannya cukup besar sehingga tidak suatu elemen balok terhadap kekuatannya.
nyaman lagi. Perancangan yang Biasanya deformasi dinyatakan sebagai
mempertimbangkan batasan lendutan perubahan bentuk elemen struktur dalam
dinamakan perancangan berdasarkan bentuk lengkungan (𝜃) dan perpindahan
kekakuan (design for stiffness). posisi dari titik di bentang balok ke titik lain,
Ada beberapa metode yang dapat yaitu defleksi (𝛿) akibat beban yang bekerja
dipergunakan untuk menyelesaikan pada balok tersebut.
persoalan-persoalan lendutan pada balok Dari rumusan masalah diatas maka
seperti metode integrasi ganda (double peneliti mengajukan penelitian mengenai:
integrations method), metode luas bidang “Perhitungan Lendutan Balok
momen (moment area method), metode Taper Kantilever dengan Menggunakan
balok padanan (conjugate beam method), SAP2000”.
dan metode beban satuan (unit load
method), metode-metode tersebut Batasan Masalah
merupakan metode dengan penyelesaian Batasan masalah dari penelitian ini
matematik dan pada umumnya digunakan adalah sebagai berikut:
pada perhitungan balok prismatis untuk 1. Analisis dilakukan pada balok baja
solusi persamaan bagi geometri yang rumit, menggunakan pelat dengan ketebalan
pembebanan, dan sifat material tertentu, dan 15 mm dengan panjang 2000 mm
umumnya tidak hanya diperoleh dengan dan tinggi penampang ditumpuan kiri
penyelesaian analisis matematik dari 400 mm dan ujung bebas kanan 200 mm,
persamaan diferensial penentunya. tinggi penampang bervariasi secara
Penyelesaian analitik yang diperoleh linier.
menetapkan parameter yang dicari bagi 2. Modulus Elastisitas baja E = 200000
sistem struktur dari persamaan diferensial Mpa dan angka poisson ʋ = 0.3.
penentu sangat terbatas pada kondisi 3. Berat sendiri diabaikan.
tertentu seperti beban, geometri dan sifat 4. Model struktur yang ditinjau adalah
bahan. Dengan demikian, salah satu cara balok taper kantilever statis tertentu,
pendekatan metode elemen hingga dengan dengan asumsi tumpuan yang digunakan
menggunakan program komputer adalah jepit-bebas.
merupakan solusi yang digunakan untuk 5. Beban yang dikenakan pada struktur
memperoleh penyelesaian bagi sistem adalah beban terpusat pada ujung bebas
dengan geometri, beban dan material yang P = 10 kN
kompleks seperti pada balok taper 6. Analisa dilakukan dengan metode
kantilever (balok kantilever nonprismatis). elemen hingga yang dianalisis dengan
bantuan program SAP2000.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Semua balok akan terdefleksi (atau
Tujuan dari penelitian ini adalah
melendut) dari posisi awalnya apabila
sebagai berikut :
terbebani (paling tidak disebabkan oleh
1. Untuk mengetahui besarnya lendutan
berat sendirinya). Dalam struktur bangunan,
balok taper kantilever yang dianalisis
seperti : balok dan plat lantai tidak boleh
dengan metode elemen hingga pada
melendut terlalu berlebihan (over
SAP2000.
deflection) untuk mengurangi kemampuan
1040
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan tugas akhir
Gambar 1 (a) balok sebelum terdeformasi, (b)
ini yaitu sebagai bahan referensi untuk balok dalam konfigurasi terdeformasi
mengetahui bahwa Metode Elemen Hingga Penyebab umum lendutan balok
yang disimulasikan dengan halus dapat adalah bending momen, sehingga
memberikan hasil yang lebih baik. perhitungan lendutannya cukup dengan
menyelesaikan persamaan diferensial garis
LANDASAN TEORI elastis (Ghali-Neville, 1997)
Teori bending momen pada balok
Kantilever yang potongan penampang dapat dianggap
Jika suatu balok disangga atau tetap bidang ketika melendut (plane
dijepit hanya pada salah satu ujungnya transverse sections remain plane) dan
sedemikian sehingga sumbu balok tidak perilaku material mengikuti hokum Hooke,
dapat berputar pada titik tersebut, maka dapat diperoleh dari persamaan berikut:
balok tersebut disebut balok gantung, balok 𝑑2𝑦
𝑀 = −𝐸𝐼
kantilever (cantilever beam). 𝑑𝑥 2
Dimana :
Lendutan M = Momen
Lendutan adalah perubahan bentuk EI = Kekuatan Lentur
pada balok dalam arah y akibat adanya y = Lendutan
pembebanan vertikal yang diberikan pada x = jarak
balok atau batang. Deformasi pada balok Dalam kasus balok nonprismatis,
secara sangat mudah dapat dijelaskan rigiditas lentur El adalah variabel, sehingga
berdasarkan defleksi balok dari posisinya kita menulis persamaan diatas dalam bentuk
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi 𝑑2𝑦
𝑀 = −𝐸𝐼𝑥
diukur dari permukaan netral awal ke posisi 𝑑𝑥 2
netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi Dimana subskrip x dimasukkan
yang diasumsikan dengan deformasi sebagai pengingat bahwa rigiditas lentur
permukaan netral dikenal sebagai kurva dapat bervariasi terhadap x. Untuk
elastis dari balok. Gambar 1 (a) mendapatkan lendutan (y) perlu dilakukan
memperlihatkan balok pada posisi awal dua integrasi pada persamaan momen lentur
sebelum terjadi deformasi dan Gambar (b) dimana integrasi pertama menghasilkan
adalah balok dalam konfigurasi kemiringan dan integrasi kedua
terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi menghasilkan lendutan (y). Analisis balok
pembebanan. nonprismatis lebih rumit daripada analisis
balok dengan momen inersia konstan,
apabila balok yang lebih rumit (seperti balok
yang meruncing) dijumpai, metode analisis
secara numerik seringkali dibutuhkan
dimana program komputer untuk
perhitungan numerik defleksi balok sudah
tersedia.
1041
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
1042
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
a
Gambar 7 Lendutan ujung model 80 elemen
1043
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
1044
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
1045
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
Gambar 34 Tegangan yang terjadi pada model Gambar 42 Tegangan yang terjadi pada model
segitiga dengan 320 elemen (model a) segitiga dengan 320 elemen (model b)
d. Bentuk Elemen Segitiga (Model b)
Tabel 3 Lendutan ujung balok dengan variasi
jumlah dan bentuk element segitiga
Lendutan Lendutan
Jumlah
Gambar 35 lendutan ujung model segiempat balok model balok model
Elemen
dengan 40 elemen (model b) a (mm) b (mm)
40 1.2974 1.3581
80 1.6799 1.7301
160 2.1562 2.1931
320 2.3889 2.4073
Gambar 36 Tegangan yang terjadi pada model
segitiga dengan 40 elemen (model b)
1046
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
lendutan dengan metode integrasi ganda atau semakin halus mesh yang diberikan
yaitu 2.73 mm dianggap 100 % besarnya nilai lendutan juga semakin
besar.
Tabel 4 Perbandingan hasil analisa 2. Pada hasil analisis Metode Elemen
Metode Integrasi Ganda
Lendutan (mm) % relatif Hingga menggunakan program
2.73 100
Metode Elemen Hingga (SAP2000) Lendutan (mm) % relatif SAP2000 dapat dilihat bahwa lendutan
40 elemen 2.7734 102 dengan elemen segiempat lebih
80 elemen 2.789 102
elemen segiempat (model a) mendekati nilai eksak (2.73 mm)
160 elemen 2.7922 102
320 elemen 2.8004 103
40 elemen 1.2974 48
dibanding dengan elemen segitiga.
elemen segitiga (model a)
80 elemen 1.6799 62 Dapat dilihat pada jumlah elemen yang
160 elemen 2.1562 79
320 elemen 2.3889 88
sama yaitu 40,80,160 dan 320 elemen,
40 elemen 2.7601 101 lendutan dengan bentuk elemen
80 elemen 2.7756 102
elemen segiempat (model b)
160 elemen 2.7787 102 segiempat untuk model balok a yaitu
320 elemen 2.7866 102 2.7734 mm, 2.789 mm, 2.7922 mm,
40 elemen 1.3581 50
elemen segitiga (model b)
80 elemen 1.7301 63 2.8004 mm, untuk model balok b yaitu
160 elemen 2.1931 80
320 elemen 2.4073 88
2.7601 mm, 2.7756mm, 2.7787 mm,
2.7866 mm sedangkan elemen segitiga
untuk model balok a yaitu 1.2974 mm,
1.6799 mm, 2.1562mm, 2.3889mm dan
PENUTUP
untuk model balok b yaitu 1.3581 mm,
Kesimpulan 1.7301 mm, 2.1931 mm, 2.4073 mm.
Penelitian ini memodelkan balok 3. Pada hasil analisis dengan Metode
taper kantilever yang dihitung dengan Integrasi Ganda untuk model balok a
dan b didapatkan hasil yang sama
menggunakan Metode Momen Area dan
sedangkan untuk analisis dengan
Metode Elemen Hingga yang dianalisis
Metode Elemen Hingga yang dianalisis
dengan bantuan program SAP2000
dengan SAP2000 memberikan hasil
menggunakan elemen 2 dimensi dengan yang berbeda yang menunjukkan bahwa
variasi jumlah dan bentuk elemen. Hasil perhitungan Metode Elemen Hingga
yang diperoleh ditunjukan oleh tabel pada dengan SAP2000 mampu melakukan
bab sebelumnya. Beberapa hal yang dapat analisis untuk model penampang yang
menjadi kesimpulan dari penelitian ini lebih kompleks.
yaitu: Saran
1. Melakuka analisis dengan
1. Semakin halus mesh yang digunakan
menggabungkan mesh segitiga dan
maka hasil yang diperoleh akan
segiempat.
memberikan hasil dengan ketelitian
2. Melakukan analisis terhadap balok
yang lebih baik. Dapat dilihat pada
berbentuk profil.
gambar 19 dan 28 bawa semakin banyak
DAFTAR PUSTAKA
Bhavikatti, S. S., 2005. Finite Element Analysis, New Age International Publisher
Dewobroto, Wiryanto, 2013. Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000, Lumina Press,
Jakarta.
Dill, Ellis H. 2011. The Finite Element Method for Mechanics of Solid with ANSYS
Applications, CRC Press, USA.
Erdogan M, Ibrahim G., 2015. The Finite Element Method and Application in Engineering
Using ANSYS. Second Edition. Springer International Publishing, London.
1047
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.8 Agustus 2019 (1039-1048) ISSN: 2337-6732
Ghali, A. dan Neville, A. M., 1997. Structural Analysis – a Unified Classical and Matrix
Approach 4th ED, E & FN SPON, London.
Gere dan Timoshenko, 2005. Mekanika Bahan Edisi Keempat Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Jacob Fis, Ted Belytscho.,2007. A First Course In Finite Elements, Jhon Wiley & Sons ltd.
Setiawan, Agus, 2015., Analisis Struktur, Erlangga, Jakarta.
Sugito, 2007. Modul SAP2000 15.0 Analisis 3D Statik dan Dinamik.
Suryanto, Heru, Aplikasi Metode Elemen Hingga Untuk Analisa Struktur Statik Linier
Dengan Program MSX/NASTRAN.
1048