FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
LAPORAN PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 01
DEFLEKSI
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi mahasiswa Teknik Mesin yang mempe lajari mekanika teknik, dan
mengikuti pratikum fenomena dasar, penentuan defleksi menjadi pengetahuan
dasar yang harus dimiliki untuk dapat merancang suatu konstruksi mesin.
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasrkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas :
1. Defleksi aksia
Defleksi yang terjadi jika pembebanan pada luas penampang
2. Defleksi lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang
Lendutan di setiap titk dapat ditentukan dengan metode baku seperti cara
integrasi langsung atau metode luas diagram momen lentur. Solusi untuk kasus-
kasus sederhana umumnya sudah ditabelkan (Popov, 1986). Salah satu
pemanfaatan terpenting berbagai rumusan lendutan adalah pada pemecahan
persoalan statis taktentu. Sebagai ilustrasi, tinjau batang kontinu yang ditumpu
dan dibebani seperti tertera pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Batang kontinu yang dijepit di ujung A dan ditumpu dengan rol
di ujung B serta dibebani di tengah bentang batang antara A dan B
1. Tumpuan Engsel
1. Defleksi Aksial
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.
Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara lain :
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari persamaan
(3.5) dan (3.4) kita peroleh
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.
Dengan anggapan itu kita peroleh
Dicatat juga bahwa pada gambar 3.9b jarak dari B pada kurva elastis
(diukur tegak lurus terhadap kedudukan balok original) yang akan memotong
garis singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah
pintasan dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang
berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x
yang dipisahkan oleh sudut dq : dt = xdq
tb / a dt x( Md )
XA
3. Superposisi
Alat ukur yang digunakan pada percobaan defleksi ini adalah dial gauge
(dial indicator) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang
banyak digunakan dalam industry pemesinan pada bagian produksi maupun pada
bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, diaman gerak liner
dari sensor diubah menjadi gerak putaran di jarum penunjuk pada piringan
berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi. Kecermatan
pembacaan skala adalah 0.01, 0.05 atau 0.002 dengan kapasitas ukuran yang
berbeda misalnya 20, 10, 5, 2, atau 1 mm. Untuk kapasitas ukuran yang besar
biasanya dilengkapi dengan jarum jam penunjuk kecil pada piringan jam yang
besar, dimana satu putaran penuh dari jarum jam yang besar sesuai dengan satu
angka dari yang kecil.
Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, lonjong,
pipih) dan dibuat dari baja karbida atau sapphire. Permukaan jenis sensor
disesuaikan dengan kondisi benda ukur dan frekuensi penggunaannya. Toleransi
kesalahan putarnya (run-out tolerance) dapat diperiksa dengan cara
menempatkan jam ukur pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada
sumbu yang tertentu.
BAB III
METODOLOGI
1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia.
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk
masing-masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari
panjang batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi/jarak tertentu dari
posisi pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
6. Ulangi langkah percobaan No.2-5, akan tetapi pindahkan posisi
pembebanan padaujung batang uji dan tumpuan rol berada di tengah-
tengah panjang batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian menjadi tumpuan engsel
rol. Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan
ukur besar simpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada tabel yang telah disediakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk (l/2≤ x ≤ l¿ :
p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48
−
48 )
Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿
P l2 l 15 P x 2 (
δ=
24 EI (
3 l− − )
2 48 6 EI
3 l−x )
1. Benda Uji 1
E = 200.000 N/mm2
p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48
−
48 )
( 14.6 N ) (200 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 200 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
(
).( 229.09mm )
48
−
48 )
mm
δ =1.13 mm
2. Benda Uji 2
p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48
−
48 )
( 14.6 N ) ( 450 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 450 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
).(229,09mm )
( 48
−
48 )
mm
δ =3.93 mm
3. Benda Uji 3
p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48
−
48 )
( 14.6 N ) (600 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 600 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
(
).( 229,09mm )
48
−
48 )
mm
δ =5.81 mm
Hasil pengujian
l
P( 2)
x
l 2
δ=
l
6 ( ) EI
( 2 ))
x 2
− (
2
Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿
P l l l2
δ=
6 EI ( ( )
z 3− 2l+ z +2 l
2 2 2 )
1. Benda Uji 1
229.09
(
14.6
2 )
200 2
229.09
δ=
6(
229.09 ( 2002
−( 2 ))
2 )
200000.229 .09
δ =−2.83 mm
Benda uji 2
P l l l2
δ=
6 EI ( ( )
3
z − 2l+ z +2 l
2 2 2 )
14.6 229.09 229.09 229.092
δ=
6(200000)(229.09) (
4503−
2 (
2(229.09)+
2 )450+2
2
l
)
δ =4.5 mm
Benda Uji 3
P l l l2
δ=
6 EI( ( )
z 3− 2l+ z +2 l
2 2 2 )
14.6 229.09 229.09 229.092
δ=
6(200000)(229.09)
3
600 −
( 2 (
2(229.09)+
2 )
600+2
2
l
)
δ =9.37 mm
Hasil pengujian
Px
δ= ( 3 l 2−4 x 2 )
48 EI
Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿
P
δ= ( 3 x2 −12 x 2 l+ 9 x l 3−l3 )
48 EI
Benda uji 1
Px
δ= ( 3 l 2−4 x 2 )
48 EI
14.6 (200)
δ= ( 3 (229.09)2−4 (200)2 )
48(200000)(229.09)
δ = 0.003 mm
Benda Uji 2
14.6
δ= ¿
48(200000)(229.09)
δ =¿2.42 mm
Benda Uji 3
δ =¿0.57 mm
Hasil pengujian
4.3 Analisa
Begitu juga pada hasil teoritis pada tumpuan jepit-rol pembebanan diujung
yang mana mempunyai jarak defleksi yang sangat jauh dari setiap posisi
pengujianyang dilakukan ,batang ketiga mengalami defleksi tertinggi karena
dekat dengan posisi pembebanan
Pada tumpuan engsel rol pembebanan ditegah batang tebal mengalami
defleksi eksperimen yang lebih tinggi. Pembebanan pun mempengaruhi proses
defleksi yang terjadi jika pembebanan lebih berat dari batang maka defleksi
yang terjadi pada batang akan besar
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Banyak penyebab dan akibat yang dipengaruhi oleh defleksi ini adalah
massa pembebanan yang diberikan, jenis tumpuan yang
diberikan,kekakuan batang dan panjang batang. Itu semua dapat
mengakibatkan kelendutan pada benda uji yang di uji kan. Besar
lendutan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis tumpuan yang
digunakan dan jenis pembebanan yang dilakukan. Nilai defleksi yang
terbesar terjadi pada saat beban diletakkan di ujung benda uji. Hasil
defleksi yang ditampilkan bukan merupakan titik maksimumnya.
Tumpuan pembebanan diujung merupakan jenis tumpuan yang paling
beresiko terjadinya retak dan ledutan terbesar. Apabila tetap ingin
menggunakan jenis tumpuan ini dibutuhkan bahan dengan tingkat
kekakuan yang tinggi..
2. Dalam penentuan hasil suatu pengukuran yang dilakukan dan diamati
oleh praktikan dalam menentukan detleksi pada sebuah batang dengan
solusi teoritik tidak sama. Itu disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain, posisi peletakan titik pengamatan pada saat pengukuran langsung.
Pengukuran yang dilakukan secara manual tentunya akan menimbulkan
kurang akuratnya hasil pengamatan yang dilakukan. Contohnya,
pemberian titik yang akan diamati tidak sesuai dengan angka yang di
inputkan ke dalam tabel pengamatan..
5.2 Saran
Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.
4. Ketika melakukan pengukuran defleksi pastikan beban dan alat ukur dial
indicator berada pada titik yang telah ditentukan, karena kalau tidak pada
titik yang ditentukan hasilnya akan sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.
Dari gambar diatas maka dapat di tentukan besarnya momen dan reaksi tiap
tumpuan :
2. Jelaskan manfaat jam-ukur pada percobaan ini dan terangkan cara kerja
jam ukur.
Jawab:
a. Mengukur kerataan permukaan bidang datar.
b. Mengukur kerataan permukaan dan kebulatan sebuah poros.
c. Mengukur kerataan permukaan dinding Cylinder.
d. Mengukur besar lendutan yang terjadi pada batang.
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 02
GOVERNOR
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Getaran bebas terjadi jika system berosilasi karena bekerjanya gaya yang
ada dalam system itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebasakan bergerak pada satu atau lebih frekuensi
naturalnya, yang merupakan sifat system dinamika yang dibentuk oleh distribusi
massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat
mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar.
1.2 Tujuan Percobaan
W
( 1+ k ) +w
2 g
ω 2=
w h
k = tan B/ tan a
5. Ayunan, yaitu naik turun yang kontinyu dari mesin terhadap kecepatan
yang diperlukan meskipun ketika beban tidak bertambah
6. Ketangkasan, kecepat anak sipengatur. Biasanya dinyatakan sebagai
waktu dalam detik yang diperlukan governor untuk menggerakkan
kendali bahan bakar dari kedudukan tanpa batasan bahan sampai beban
penuh.
1. Poster governor
Pada governor jenis porter ini ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan meregang dengan dorongan dari sleeve
yang dihubungkan melalui link seperti pada gambar dibawah
Gambar 2.5 Poster governor
2. Proel Governor
Pada governor jenis proel ini ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan meregang menjadi tegak lurus terhadap link
penghubung dengan dorongan dari sleeve yang dihubungkan melalui link
seperti pada gambar 2.
3. Hartnell Governer
Pada governor jenis Hartnell ini ketika poros berputar maka beban yang
ditumpu oleh pegas akan turun ke bawah dan kedua beban di samping akan
menyeimbangkan proses tersebut agar putaran yang terjadi tetap stabil.
1. Gaya sentrigugal
Merupakan sebuah gaya yang ditimbulkan akibat adanya gerakan suatu
benda atau partikel sebuah lintasan lengkung sehingga gaya yang ditimbulkan
keluar lingkaran.
F=mv ² /R
2. Gaya Sentripental
Yaitu gaya yang diperlukan agar benda dapat tetap bias bergerak
melingkar. Jika arah gaya sentrifugal mengarah keluar maka arah gaya
sentripental mengarah ke dalan lingkaran.
F=mω ² R
3. Gaya Tangensial
2. Diesel Engine
Dengan mesin beroperasi, minyak dari sistem pemberian minyak mesin
disediakan untuk persneling pompa yang terlihat pada gambar diatas. Kenaikan
persneling pompa tekanan minyak untuk nilai ditentukan oleh klep.
Tekanan minyak diatur pada kedua piston penyangga dan tegangan di dua
bidang penyangga sama. Tekanan minyak yang sama pada sisi klep pilot terus
menyampaikan minyak ke klep lain. Demikian untuk sistim hidrolis di
keseimbangan, dan konstan tetap kecepatan mesin.
Sirkuit mesin lokomotif diesel sebagai banyak yang diketik beda sirkuit
mulai dari ukuran dan pabrikan mesin lokomotif disel. Biasanya, mereka dapat
dimulai oleh kapal motor udara, kapal motor elektris, kapal motor hidrolis, dan
secara manual. Sirkuit start dapat buku sederhana start pushbutton, atau
komplekauto-start sirkuit. Tetapi hampir semua kasus peristiwa mengikuti harus
terjadi untuk mesin mulai untuk start. Tanda start mengirim untuk motor mulai
beroperasi elektris atau motor hidrolis, akan melibatkan engine’s roda gaya.
Motor akan mulai memutar engkol mesin. Mesin akan kemudian mempercepat ke
kecepatan normal. Ketika motor setater gear tambahan oleh motor berlari itu akan
melepaskan rodagaya. Sebab rely mesin lokomotif disel panas di tekanan untuk
menyalakan bahan bakar, mesin dingin dapat panas cukup mengambil dari gasses
yang jatuh udara dimampatkan di bawah panas pengapian bahan bakar.
2. Regulator
Gambar 2. 12 Regulator
3. Mistar Ukur
Mistar ukur adalah suatu alat ukur panjang dengan satuan cm yang
digunakan untuk mengukur tinggi kenaikan sleeve,serta batang batang yang
menghubungkan flyball dengan sleeve.
BAB III
METODOLOGI
1) Pully
2) Mistar
3) Motor Penggerak
4) Slide Regulator
5) Tachometer
6) Kertas Reflektor
4. Tempatkan sleeve pada skala ukur dan ukur kecepatan putar pada setiap
skala.
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.13 kg x 9.81 m/s2
F = 1.2753 N
c. KekakuanPegas
F
k=
∆x
1.2753 N
k=
0.032 m
k = 39.853 N/m
d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0 - PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.058 m
= 0.122 m
2. Tegangan 150 V
Xl = 0.18 m – 0.006 m
= 0.174 m
e. Mencarinilaicos Ɵ
(P akhir )2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.122)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.19365
2 x 0.122 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.19365)
= 78.834°
(0.174 )2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.10962
2 x 0.124 x 0.315
Ɵ 150V = cos−1 (0.10962)
= 83.706°
2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = x 369.3
60
=38.653 rad/s
2x π
2. ω 150v = x 378.9
60
=39.658 rad/s
b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.39 kg x 9.81 m/s2
F = 3.825 N
c. KekakuanPegas
mxg
k=
∆x
0.39 kg x 9.81 m/s 2
k=
0.0895 m
k = 42.7475 N/m
d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0– PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.089 m
= 0.091 m
2. Tegangan 150v
Xl = 0.18 m- 0.09 m
= 0.09 m
e. Mencarinilaicos Ɵ
(Pakhir)2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.091)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.14
2 x 0.091 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.14)
= 81.9521
(0.09)2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.1429
2 x 0.09 x 0. 315
Ɵ 150V = cos−1 (0.1429)
= 81.7843
2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = 60 x 365.6
=38.2661 rad /s
2x π
2. ω 150v = 60 x 368.5
=38.5696 rad /s
=180.8388 N
a. Rata-rata PemendekanPegas( ∆ x )
Pemendekan Pegas di 125 V + Pemendekan Pegas di 150 V
Δx =
2
0.097 m+ 0.098 m
Δx= =0.0975 m
2
b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.53 kg x 9.81 m/s2
F = 5.1993 N
c. KekakuanPegas
mxg
k=
∆x
0.53 kg x 9.81 m/s 2
k=
0.0975 m
k = 53.621 N/m
d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0 – PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.097 m
= 0.083 m
2. Tegangan 150v
Xl = 0.18 m – 0.098 m
= 0.082 m
e. Mencarinilaicos Ɵ
(Pakhir)2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.0 83)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.1317
2 x 0.0 83 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.1317)
= 82.43122
(0.0 82)2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.1302
2 x 0.0 82 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 x (0.1302)
= 82.5188
f. LenganGovernor (r)
r = PanjangLengan x Sin Ɵ
1. r 125v = 0.315 m x sin 82.43122
= 0.31225 m
g. KecepatanSudut (rad/s)
2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = 60 x 364.4 rpm
=38.14053 rad /s
2x π
2. ω 150v = 60 x 365.1rpm
=38.2138 rad /s
Lengan
Sudut θ ω (rad/s) F Sentrifugal (N)
Mass governor,r (m)
k
a F (N)
(N/m)
(kg)
125V 150V 125V 150V 125V 150V 125V 150V
0,3090 0,313
0,13 1,2753 39,853 78.834° 83.706° 38,653 39,658 60,021 64,015
3 1
42,747 81.7843 0,311 38,569 178,11 180,838
0,39 3,825 81.9521° 0,3119 38,2661
5 ° 7 6 8 8
82.43122 82.5188 0,3122 0,312 38,1405 38,213 241,714
0,53 5,1993 53,621 240,74
° ° 5 3 3 8 2
4.3 Analisa
Dari data yang didapatkan melalui percobaan dapat dilihat bahwa putaran
poros akan diputar oleh governor dengan beban yang berbeda – beda dan gaya
yang berbeda – beda, sehingga kestabilan putaran poros akan terjaga. Kecepatan
putaran bandul akan memperlambat ketika input voltase yang dimasukkan kecil,
dengan beban yang bervariasi. Massa yang diberikan pada governor sangat
mempengaruhi nilai gaya sentrifugal yang terjadi. Semakin besar massa pada
governornya (massa flyball), semakin besar pula gaya sentrifugal yang terjadi,
begitu juga sebaliknya semakin kecil massa flyball-nya, semakin kecil juga gaya
sentrifugalnya. Selain itu, tegangan yang diberikan pada governor juga dapat
mempengaruhi nilai kecepatan poros dan gaya sentrifugalnya.
Percepatan sudut berubah lebih besar ketika putaran poros meningkat, sehingga
posisi sleeve yang terjadi akan meningkat. Pemendekan pegas yang terjadi juga
bervariasi antara masing-masing beban yang diberikan, dan antara tengangan yang
diberikan. Pemendekan pegas yang terjadi semakin besar bila beban dari
flyballnya semakin besar, dan tegangan yang diberikan juga semakin besar, jika
beban dan tegangan yang diberikan semakin kecil, pemendekan yang terjadi juga
semakin kecil. Jarak antara flyball ke poros utama juga mempengaruhi gaya
sentrifugal, semakin besar jarak antara flyball ke poros utama, semakin besar pula
gaya sentrifugalnya, begitu juga sebaliknya semakin kecil jaraknya, semakin kecil
juga gaya sentrifugalnya. Jarak antara flyball dan poros utama itu sangat
tergantung dengan panjang lengan flyball dengan sudut antara lengan flyball dan
poros utama.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 03
GETARAN BEBAS
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pegas yang menyangga massa dianggap mempunyai massa yang dapat
diabaikan dan mempuyai nilai kekakuan, k (N/m). Satu getaran pada gambar
diatas adalah ketika beban berada pada posisi A kemudian ditarik sedemikian
sehingga sampai pada posisi B, jika dilepaskan, beban kembali ke posisi A,
kemudian ke posisi C dan kembali keposisi A, begitu seterusnya. Terlihat bahwa
beban melakukan gerak bolak balik terhadap titik kesetimbangan A. Jarak antara
posisi benda saat bergetar dengan posisi pada keadaan setimbang disebut
simpangan terjadi disebut amplitude.
Contoh prinsip getaran lainnya dapat dimodelkan seperti gambar 2.2
dibawah.
4
2. Acceleration adalah percepatan, yang dimaksud adalah percepatan benda,
mesin atau suatu alat melakukan suatu gerakan (getaran mekanis) tiap
satuan jarak (meter) per detik kuadrat (m/s2).
3. Displacement adalah pergeseran atau perpindahan letak yang dialami oleh
mesin atau alat yang diakibatkan oleh adanya getaran pada alat tersebut tiap
millimeter (mm).
Gaya pegas terjadi hanya jika terdapat defleksi relatif antara kedua
ujung-ujungnya. Menurut hukum Hooke’s besarnya gaya pegas sebanding
dengan defleksi relatif tersebut. Konstanta kesebandingannya disebut konstanta
pegas (k) dan dinyatakan dalam satuan gaya per satuan panjang. Untuk peredam
viscous.
Karakteristik Getaran
1. Amplitudo (A)
1
T=
f
3. Frekuensi (f)
4. Frekuensi merupakan banyaknya siklus (getaran) yang dilakukan dalam
satuan waktu, dengan satuan Hz.
1 v
T= =
f λ
k
ω n=2 πf =
√ m
5
2.1.7 Klasifikasi Getaran
Getaran dapat diklasifikasikan menurut ada tidaknya eksitasi yang
bekerja secara kontinyu, menurut derajat kebebasannya atau menurut sistem
massanya.Menurut klasifikasi yang pertama getaran dibedakan sebagai getaran
bebas atau getaran paksa.Menurut derajat kebebasannya getaran dapat
dibedakan sebagai getaran derajat satu, dua, atau n derajat sesuai dengan
banyakya koordinat bebas (independence) yang diperlukan untuk
mendefinisikan persamaan gerak sistem tersebut. Pada sistem getaran massa
diskret setiap massa dianggap sebagai bodi kaku dan tidak mempunyai
elastisitas. Sebaliknya pada sistem massa kontinu, massa yang bergetar tidak
dianggap sebagai bodi kaku tetapi mempunyai elastisitas sehingga
dimungkinkan adanya gerak relatif di antara titik-titik pada massa tersebut.
Sistem massa kontinyu memiliki n derajat kebebasan yang tak berhingga.
Ketiga model klasifikasi getaran tersebut ditunjukkan pada gambar
Pada suatu sistem pemasangan pegas ada dua yaitu yang dipasang seri
atau secara pararel atau dengan pemasangan gabungan.
6
a) Pegas Pararel
jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan
mengalami gaya tarik sebesar F1 dan F2. Pertambahan panjang sebesar ∆x1
dan ∆x2. Secara umum konstanta total pegas yang dirangkai pararel dinyatakan
dengan persamaan:
k total =k 1 +k 2+ k 3 +k 4 …+ k n
dengan
k n adalah konstanta pegas ke -n
Pegas 1 F 1=k 1 x
Pegas 2 F 2=k 2 x +
F 1 + F 2= ( k 1+ k 2 ) x
F 1=k e . x →k e =k 1 +k 2
b) Pegas seri
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F1, sehingga pegas
akan mengalami pertambahan panjang sebesar ∆x1 dan ∆x2. Secara umum
7
konstanta total pegas yang disusun seri dinyatakan dengan persamaan.
1 1 1 1 1
= + + + …+
k total k 1 k 2 k 3 kn
Dengan kn = konstanta pegas ke-n
Gaya P menghasilkan perpindahan total y dari ujung bebas pada
susunan pegas sebesarnya
P P
y= +
k 1 k2
Akibatnya, gaya yang diperlukan untuk satu unit perpindahan
(konstanta pegas ekivalen) diberikan oleh:
P
k e=
y
Dengan mensubtitusikanya , maka didapatkan nilai kebalikan dari
konstanta pegas:
1 1 1
= +
ke k1 k2
8
n
1 1
=∑
k e t=1 k 1
Dimana: n adalah jumlah pegas terpasang seri.
Garis a pada Gambar 2.3 adalah karakteristik dari sebuah pegas, garis
badalahkarakteristik suatu pegas yang lebih kaku, dan garis c adalah
karakteristik sebuah pegasyang kekakuannya lebih rendah. Berarti dari Gambar
2.3 dan persamaan (2.1) dapatdituliskan rumusan kekakuan pegas:
k
F=
x
9
2.1.9 Jenis Getaran
1. Getaran Bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya
yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent) dan jika ada gaya luas yang
bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih
frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk
oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan
elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau gerakan yang terjadi tanpa
rangsangan luar.
ω n T =2 π , atauω n= k
√ m
1
T =2 π
ωn
1
T =2 π
k
√m
m
T =2 π
√ k
dan frekuensi natural sistem satu derajat kebebasan ditentukan oleh
penyimpangan statik ∆. Getaran bebas dibagi dengan getaran bebas tanpa
redaman dan getaran bebas dengan redaman.
10
a. Getaran Bebas Tanpa Redaman
Getaran bebas terjadi akibat adanya gaya yang bekerja dalam sistem itu
sendiri dan mengakibatkan berisolasi serta tidak ada gaya luar yang bekerja.
Model getaran bebas tanpa redaman seperti pada gambar 2.11
k ∆=w=m. g
dengan mengukur simpangan x dari kesetimbangan static, maka gaya-
gaya yang bekerja pada m adalah k(A+x) dan w dengan x dipilih positif dalam
arah kebawah semua besaran berupa gaya, kecepatan, dan percepatan juga
positif dalam arah ke bawah. Dimana hokum kedua untuk gerak diterapkan
pada massa m sebagai berikut.
11
Gambar 2.12 Getaran Bebas Redaman
ƩF = m.a
ƩF = 0
w - kΔ = 0
ƩF = m.a
w – k (Δ + x) = mẍ
w – kΔ – kx = mẍ
w – w – kx = mẍ
dimana :
x = A sin ωt + B cos ωt
ẋ = Aω cos ωt – B w sin ωt
Maka :
mẍ + kx = 0
12
x
-mω² x + kx = 0
(-mω² + k ) x = 0
-mω² + k = 0
k = mω²
k
ω² =
m
k k
ω=
√ m
⇒ωn¿
m√ rad/det=
2π m
T=
ωn
=2 π
k√
Sedangkan frekuensi naturalnya adalah:
1 1 k
f n= =
τ 2π m √
dari getaran yang terjadi untuk diingat suatu prinsip D’Alembert yaitu
suatu sistem dinamik dapat diseimbangkan secara static dengan menambahkan
gaya khayal yang disebut sebagai gaya inersia yang besarnya sama dengan
massa dikali percepatan dengan arah melawan arah percepatan
13
Gambar 2.13 Getaran Bebas Dengan Redaman
dx
F d=−cv=−c ẋ=−c
dt
m ẍ + c ẋ+ k ẋ=0
14
Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman
kritis pada model massa-pegas peredam adalah:
c c =2 √ km
c
ζ=
2 √ km
x ( t )= X eζ ω t cos ¿
n
Frekuensi dalam hal ini disebut "frekuensi alamiah teredam", fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.
f d =√ 1−ζ 2 f n
2. Getaran paksa
Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar,
jika rangsangan tersebut berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada
15
frekuensi rangsangan, jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu
frekuensi natural sistem, maka akan dapat keadaan resonansi dan osilasi besar
yang berbahaya mungkin terjadi. Kerusakan pada struktur besar seperti
jembatan, gedung ataupun sayap pesawat terbang merupakan kejadian
menakutkan yang disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi
natural merupakan hal yang utama.
1) Redaman Viskos
Merupakan jenis redaman mekanik dimana energy diserap melalui
sejumlah fluida cair. Fluida yang biasa digunakan adalah oli. Fluida tersebut
diletakkan pada sebuah tabung yang berhubungan dengan batang yang akan
diterima.
2) Redaman Coulomb
Gaya redaman memiliki besaran konstan tetapi arahnya berlawanan
dengan getaran bodi. Hal ini disebabkan karena gesekan antara permukaan
rubbing baik permukaannya sama-sama kering atau dengan yang salah satunya
memiliki cukup pelumasan. Coulomb redaman adalah mekanisme redaman
umum yang terjadi pada mesin.
16
Gambar 2.15 Coulomb Dumping
3) Redaman Struktur
Merupakan redaman yang terdapat pada struktur dari sebuah
benda.Setiap benda memiliki redaman struktur tergantung pada kekakuan
struktur tersebut. Apabila sebuah sistem tidak memiliki redaman struktur, maka
sistem akan bergerak secara continue selama-lamanya.
17
Gambar 2.17 Laju Peluruhan Osilasi
x1
δ =ln
x2
δ =ln −ζ ω n ( t 1+t d )
xe sin ( √1−ζ 2 ωn ( t 1+t d )+ θ )
e−ζ ω tn 1
δ =ln −ζ ωn (t 1+td )
e
δ =ln eζ ω t n d
δ =ζ ω n t d
δ ≅ 2 πζ
1. Suspensi Kendaraan
Susunan komponennya per spiral, katup dan oli khusus untuk peredam
18
Gambar 2.18 Suspensi Kendaraan
2. Jembatan
Perencanaan dan perhitungan getaran pada jembatan sangat penting,
oleh karena itu dalam rancang bangun jembatan perlunya suatu perhitungan
yang mendalam sehingga tidak terjadi suatu musibah seperti pada gambar.
19
meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran) tanpa
memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat
ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli
dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor
“trend getaran” dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan
kenaikan melebihi level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan
analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih lengkap.
Shock pulse meter adalah alat yang khusus untuk memonitoring kondisi
antifriction bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan metode analisa getaran
yang konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah mengukur
gelombang kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas
gelombang kejut itulah yang mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing
tersebut. Pada sistem SPM ini biasanya memakai tranduser piezo-electric yang
telah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai frekuensi resonansi sekitar 32
KHz. Dengan menggunakan probe tersebut maka SPM ini dapat mengurangi
pengaruh getaran terhadap pengukuran besarnya impact yang terjadi.
3. Vibration Analyzer
Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan frekuensi getaran
yang akan dianalisa. Karena biasanya sebuah mesin mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran
yang ditimbulkan, frekuensi getaran yang timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang
terjadi pada mesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi dengan meter untuk membaca
amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa pilihan skala
4. Oscilokop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data
getaran yang akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah informasi
mengenai bentuk gelombang dari getaran suatu mesin. Osiloskop juga dapat
20
memberikan informasi tambahan yaitu: untuk mengevaluasi data yang diperoleh
dari tranduser non-contact (proximitor).
21
BAB III
METODOLOGI
22
BAB IV
PEMBAHASAN
39 gr
undamped Data Kelas A
t1(s) 2
l1(mm) 1045
A-B x1 x2
80 29 20
A-B x1 x2
62 18 13
64 gr
23
undamped Data Kelas A
t1(s) 1.6
l1(mm) 839
A-B x1 x2
84 12 12
A-B x1 x2
84 12 12
Diketahui:
k =1769,99 N /m
24
m=0,039 kg
t=1,93 s
L=1,682 m
λ=0,39 m
x 1=0,015 m
x 2=0,016 m
Perhitungan:
Menghitung nilai Frekuensi Pribadi (Teori)
k 1769,99 N /m
ω n=
√ √m
=
0,039 kg
=√ 45384,36 rad / s=213,0361rad / s
ωn
f=
2π
213,0361rad /s
f=
2π
f =33,906 Hz
Menghitung nilai Kecepatan
L
v=
t
1,682 m
v=
1,93 s
m
v=0,872
s
Menghitung nilai Frekuensi Pribadi (Pengujian)
v
f=
λ
25
m
0,872
s
f=
0,39 m
f =2,235 Hz
Diketahui:
k =1769,99 N /m
m=0,039 kg
t=1,3 s
L=0,434 m
λ=0,072 m
x 1=0,015 m
x 2=0,010 m
Perhitungan:
Mencari nilai Frekuensi Pribadi (Teori)
k 1769,99 N /m
ω n=
√ √m
=
0,039 kg
=√ 45384,36 rad / s=213,0361rad / s
ωn
f=
2π
213,0361rad /s
f=
2π
f =33,906 Hz
x1
ln
x2
ζ=
2π
26
0,015 m
ln
0,010 m
ζ=
2π
0,4054651
ζ=
2π
ζ =0,065
c=2. ζ . √ k . m
c=1,072
2
f D =f n √ 1−( ζ )
2
ω D =33,906 Hz √1−( 0,065 )
ω D =33,835 Hz
Tabel 4.3 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,039
kg
Frekuens Frekuensi
Panjang
Jumlah Massa Kekakua i Pribadi Kecepata Pribadi
Gelomban
pegas (kg) n (N/m) (teori) n (m/s) (pengujian)
g (m)
(Hz) (Hz)
1 1769,99 33,906 0,39 0,872 2,235
2 0,039 3539,98 47,950 0,08 0,433 5,415
3 5309,97 58,726 0,08 0,523 6,531
Tabel 4.4 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,064
kg
27
Frekuens Frekuensi
Panjang
Jumlah Massa Kekakua i Pribadi Kecepata Pribadi
Gelomban
pegas (kg) n (N/m) (teori) n (m/s) (pengujian)
g (m)
(Hz) (Hz)
1 1769,99 26,468 0,145 0,468 3,227
2 0,064 3539,98 37,431 0,21 0,631 3,005
3 5309,97 45,843 0,084 0,524 6,243
Tabel 4.5 Data Perhitungan Getaran Bebas dengan Redaman dengan Massa 0,039
kg
Frekuensi
Jumla
Massa Kekakua Redaman Pribadi
h X1 (m) X2 (m) Zeta
(kg) n (N/m) (c) (pengujian
pegas
) (Hz)
1 1769,99 0,015 0,01 0,065 1,072 33,835
2 0,039 3539,98 0,015 0,01 0,065 1,516 47,850
3 5309,97 0,018 0,013 0,052 1,857 58,648
Tabel 4.6 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,064
kg
Frekuensi
Jumla
Massa Kekakua Redama Pribadi
h X1 (m) X2 (m) Zeta
(kg) n (N/m) n (c) (pengujian
pegas
) (Hz)
1 1769,99 0,01 0,011 -0,015 -0,323 26,465
2 0,064 3539,98 0,01 0,009 0,017 0,505 37,426
3 5309,97 0,012 0,012 0,000 0,000 45,843
4.3 Analisa
Percobaan dengan peredam dengan massa 0,039 kgdan 0,064 Kg, di tabel
4.3 dan 4.4 dapat dilihat pada perhitungan Zeta (ζ) berpengaruh terhadap jumlah
pegas (konstanta) dan massa benda. Zeta (ζ) sebanding dengan jumlah pegas
maupun massa bendanya Percobaan dengan peredam terbukti dapat menurunkan
getaran suatu benda sehingga frekuensi pribadi nya pun turun.Harga frekuensi
pribadi suatu system juga berbanding lurus dengan kekauan pegasnya yaitu,
28
semakin besar nilai kekakuan pegas maka semakin besar pula nilai frekuensi
pribadinya
Pada percobaan getaran bebas tanpa peredam, dengan massa 0,39 kg dan
0,64 kgdapat dilihat bahwa adanya perbedaan yang besar antara nilai frekuensi
secara teoritis dengan nilai frekuensi hasil pengujian.Hal ini menunjukkan hasil
pengujian yang tidak akurat dan disebakan beberapa faktor. Salah satu faktornya
adalah kondisi alat uji yang tidak bekerja dengan baik sehingga nilai konstanta
pegas tidak sesuai lagi dengan nilai yang sesungguhnya. Kalau dari segi
praktikan, kesalahan dalam pengukuran dan pengambilan data yang tidak akurat
sehingga pada saat perhitungan yang terjadi data tidak sesungguhnya.Selain itu
penggulungan kertas pada drum oleh praktikan yang tidak rapi, penggulung
kertas grafik tidak berputar dengan konstan dan tidak lurus terhadap drum
pembawa kertas, hasil dari pena pencatat kekertas pencatat tidak sejajar pada
simpangan yang diberikan sehingga grafik gelombang getaran bebas yang
didapat tidak beraturan. Antara penghitungan waktu dan drum pembawa kertas
tidak selaras sesuai dengan penghentian waktu stopwatch, maka panjang
gelombang yang tercatat tidak sesuai dengan penghentian waktu dan
mengakibatkan penghitungan data yang tidak akurat terhadap kecepatan dan
panjang gelombang.
29
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://enhilmy.wordpress.com/2011/05/29/berkenalan-dengan-pegas/ (diakses :
10 Okteober 2015)
31
LAMPIRAN
32
TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM
1. Turunkan solusi persamaan diferensial gerak sistem getaran bebas yang
dinyatakan di persamaan (3.7) untuk kondisi awal berupa simpangan
Jawab :
1
Diketahui : I 0= M L2
12
sin θ ≈ θ sin θ ≈ θ
x=a sin θ x=b sin θ
x=a θ C ẋ=Ca θ̇ x=b θ C ẋ=Kb θ̇
x=a θ̇ kx =b θ
ΣM =0
ML
[ 1 2
MPa .a+ M L +
12
2
2
∗L
]
θ+ ¿Ca θ̇ . a+¨ Kb θ˙ . b=0 ¿
M L2 M L2
[ 2
MP a +
12
+
4 ]
θ +¿ C a2 θ̇+¨ K b2 θ̇=0 ¿
M L2 +3 M L2
[ 2
MP a +
12 ]
θ+¿ C a θ̇+¨ K b θ̇=0 ¿
2 2
M L2
[ MP a2 +
3 ]
θ̈+C a2 θ̇ + K b2 θ̇=0
k 1
Rumus ω n=
√ m
f=
T
2π
ω n=2 πf →
T
2π k k 2π 2 4π2
T
=
m m√
→ =
T
→k
Tn
m ( )
33
3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam
yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan.
Dalam hal ini faktor redaman, ζ <1 (sistem teredam kurang atau underdamped
Jawab :
d2 x
Dari persamaan gerak newton ΣF=m. a=m → Percepatan Komponen
d t2
gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan, gaya
pemulih berbanding lurus dengan simpangannya.
F p=−kx
Gaya hambat adalah meredam gaya pemulih
dx
F h=−bv=−b
dt
Disubtitusikan.
d 2 x bdx
M + +kx=0
dt 2 dt
4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut.
Jawab :
Yang bisa dipercaya adalah solusi teoritik karena solusi teoritik telah
mempunyai rumus standar yang telah disepakati dibandingkan solusi hasil uji.
Kebanyakan praktikan mengalami kesalaha dalam pengambilan data ( Human
error )
34
LAPORAN PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR
TA 2020-2021
MODUL 04
PUTARAN KRITIS
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
35
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada keadaan
yang lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada suatu putaran
tertentu lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum.
Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada sistem sudah seimbang. Pada
sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi terjadi sampai
keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang
melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.
36
1.3 Manfaat percobaan
37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Putaran kritis adalah batas antara putaran mesin yang memiliki jumlah
putaran normal dan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik dan lain sebagainya.
Timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian yang lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan
putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kitisnya. Karena
pada dasarnya poros-poros memiliki sifat elasitis, dan menunjukkan karakteristik
pegas, maka untuk mengilustrasikannya konsep dari suku-uku dasar yang
dipakai dan digunakan analisa sebah system masa dan pegas yang sederhana.
38
Gambar 2.1 Model fisik poros dengan beban ditengah
m× g
k= …………………….........................................(2.1)
δ
60 k
Nc=
2π √ m
……………………………………………(2.2)
Dimana :
δ = Defleksi (mm)
39
Sumbu suatu poros akan terdefleksi dari kedudukan semulanya boila
dikenai beban. Poros harus kuat menahan defleksi yang berlebih sehingga
mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional
terhadap pengaruh beban. Digram bebda bebas yang dikenai beban dapat dilihat
dibawah ini:
P × a× b
δ= ( L2−a2−b2)…………………………………(2.3)
6×E×I ×L
40
Gambar 2.5 Struktur yang dikenai 3 beban
Pa
Y max = (3 L2−4 a 2)………………………………………(2.4)
4 EI
πd 4
I= ……………………………………………….…………(2.5)
64
Dimana :
41
Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah
pegas vertical. Beban menyebabkan pegas melendut sejauh Xo. Bayangkan
massa ditarik kebawah pada suatu jarak Xo dari posisi keseimbangannya dan
kemudian dilepaskan dan ingin diketahui garaknya sebagai efek gravitasi.
k.δ
42
Gambar 2.8 Olakan poros (whirling)
Dimana:
δ = Defleksi (m)
m = Massa (kg)
m. g P
k= = ………………………………………….……(2.6)
δ δ
Dimana:
P = Gaya (N)
1 1 1 1
2
= 2 + 2 + 2 ……………………………..(2.7)
N c , tot N c 1 N c 2 N c 3
43
2.1.1 Poros Yang Digunakan Pada Putaran Kritis
1. Berdasarkan Pembebanan
a. Poros transmisi (transmission shafts)Poros transmisi lebih dikenal
dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang,
beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt pulley, procket rantai, dll.
b. Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur. Bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar.
c. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, seperti
poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban
puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
2. Bedasarkan Bentuk
a. Poros Lurus.
Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus umum.
b. Poros Engkol.
Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan sebagai
poros utama pada mesin torak.
44
b. Kekakuan Poros.
c. Korosi.
d. Material poros
45
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak x o dari posisi
keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui geraknya
sebagai efek gravitasi.
c. Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros
menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi,
meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatankecepatan
yang lebih rendah atau lebih tinggi.
46
meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros vertikal atau
horizontal.
Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka tidak akan ada
ketakseimbangan macam apapun yang dapat menyebabkan poros
berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya,
kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu
jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik
berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya inersia
yang mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan pusat poros
dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :
Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros pada
piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbu
bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat
47
disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia,untuk
sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :
W
(r e) 2
g
Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah
laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada
piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol,
dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan
W
(r e) 2 kr 0
g
W 2
r g
e k W 2
g
W 2
k 0
g
48
P W
k
r X st
49
Gambar 2.13 Grafik Kecepatan Olakan/Kecepatan Poros
50
mg
k
60 k
Nc
2 m
Dimana :
= Defleksi (mm)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putarn-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3,…, dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem Nc0 dapat ditentukan oleh :
1 1 1 1
2
2 2 2 ....
N c 0 N c1 N c 2 N c 3
51
Gambar 2.16 Getaran Pada Poros
Diagram benda bebas struktur/poros yang dikenai beban, F dapat dilihat
pada gambar berikut :
52
Gambar 2.19 Struktur Yang Dikenai 3 Beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
P a b
6 E I L
L2 a 2 b 2
Ada beberapa alat standard yang bisanya digunakan dalam suatu putaran
kritis antara lain:
1. Tachometer
Digunakan untuk mengetahui kecepatan putaran dari suatu benda yang
berputar. Pada praktikum governor ini tachometer yang digunakan adalah
tachometer optik, diamana cahaya yang dihasilkan dari tachometer ditembakan
dengan arah tegak lurus terhadap sistem yang ingin diketahui berapa putarannya.
Selanjutnya cahaya tadi dipantulkan (direfleksikan) kesensor yang ada pada
tachometer sehingga tanpil berapa nilai dari putaran sistem yang diamati
53
2. Regulator
Regulator merupakan salah satu alat yang digunakan dalam mengatur
kecepatan putaran mesin. Regulator ini dilengkapi dengan bandul bola, baik
yang mekanis maupun hirolis. Regulator mekanis biasanya dipakai pada mesin
dieselyang dayanya kecil, sedangkan untuk daya kerja yang besar dipakai
regulator hidrolis.
3. Mistar Ukur
Mistar ukur adalah suatu alat ukur panjang dengan satuan cm yang
digunakan untuk mengukur tinggi kenaikan sleeve,serta batang batang yang
menghubungkan flyball dengan sleeve.
54
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
55
PEMBAHASAN
Posisi 1
m = 1,65 kg
Panjang a = 0.18 m
Panjang b = 0.46 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
56
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
Perhitungan defleksi
P a b
( L2 a 2 b 2 )
6 E I L
16,1865 N . 0,18m . 0,46 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,18 m)2−(0,46 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00003875 m
P
k
16,1865 N
k= =417716,129 N /m
0.00003875m
60 k
Nc
2 m
60 417716,129 N /m
N c=
2. π √ 1,65
=4804,7408 rpm
Posisi 2
m = 1.65 kg
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
57
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125,150 volt
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
Perhitungan defleksi
P a b
( L2 a 2 b 2 )
6 E I L
16,1865 N . 0,36 m. 0,28 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,36 m)2−(0,28 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00005743 m
P
k
16,1865 N
k= =281847,466 N /m
0.00005743m
60 k
Nc
2 m
60 281847,4664 m
N c=
2. π √ 1,65
=3946,721rpm
58
Posisi 3
m = 1,65 kg
Panjang a = 0,54 m
Panjang b = 0,1 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 Pa
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
Perhitungan defleksi
P a b
( L2 a 2 b 2 )
6 E I L
16,1865 N .0,54 m. 0,1 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,54 m)2 −(0,1 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00001648 m
P
k
16,1865 N
k= =982190,533 N / m
0.00001648m
59
60 k
Nc
2 m
60 982190,533 m
N c=
2. π √ 1,65
=7367,621rpm
m = 3.3 kg
Panjang a = 0.18 m
Panjang b = 0.46 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
Perhitungan defleksi
P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I
32.373 N . 0,18 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0001367 m
60
P
k
32,373 N
k= =236817,849 N /m
0.0001367 m
60 k
Nc
2 m
60 236817,849/m
N c=
2. π √ 3,3
=2558,124 rpm
Posisi 2
m = 3.3 kg
Panjang a = 0,28 m
Panjang b = 0,36 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 pa
V = 100,125,150 volt
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
Perhitungan defleksi
P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I
61
32.373 N . 0,28 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0000292m
P
k
3,373 N
k= =115513,698 N /m
0,0000292m
60 k
Nc
2 m
60 115513.698 m
N c=
2. π √ 3,3
=1786,615 rpm
Posisi 3
m = 3,3 kg
Panjang a = 0,54 m
Panjang b = 0,1 m
d = 0,02 m
E = 1,9x1011 Pa
Perhitungan inersia
D4
I
64
P m g
62
Perhitungan defleksi
P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I
32.373 N .0,54 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0000305 m
P
k
32,373 N
k= =1061409,836 N /m
0,0000305 m
60 k
Nc
2 m
60 1061409,836 m
N c=
2. π √ 3,3 kg
=5415,717rpm
10 0.0000574 3946.72
1.65
1425 281847.466
0 3 1
12 0.0000574 3946.72
0.36 0.28 1466 281847.466
5 3 1
15 0.0000574 3946.72
1468 281847.466
0 3 1
10 0.54 0.1 1470 0.0000164 982190.533 7367.62
0 8 1
63
12 0.0000164 7367.62
1478 982190.533
5 8 1
15 0.0000164 7367.62
1480 982190.533
0 8 1
0.000029
1.65
4.3 Analisa
64
dan nilai teoritik. Penyebab perbedaan ini ialah ada dari faktor error human dan
faktor alat, error human atau kesalahan manusia ialah penempatan rumus yang
tidak sesuai dengan yang telah ditentukan sehingga terdapat kesalahan dan juga
ketelitian pada saat perhitungan yang kurang akurat sehingga angka yang
didapat melenceng, selain itu pada saat pengambilan data putaran poros tidak
akurat, sehingga putaran yang terbaca tidak sesuai dengan nilai yang
sesungguhnya, selain itu penempatan beban yang tidak sesuai dengan ukuran
atau dengan kata lain pengukuran jarak beban dengan tumpuan tidak persisi atau
tidak akurat sehingga terjadi kesalahan pada saat pengukuran.
65
Putaran kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan
putarnya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini
dikarenakan rotor memiliki beban yang mempengaruhi batang poros. Jadi nilai
kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin jauh dari posisi
tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak ditengah maka defleksi
akan semakin besar dan putaran semakin tak imbang.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
66
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.
4. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan
terlalu lama perputaran tersebut terjadi karena akan menyebabkan alat
jadi rusak
5. Setelah selesai melaukan percobaan, segera kembalikan alat-alat yang
telah dipinjam ketempat semula.
67
DAFTAR PUSTAKA
Team Penyusun LKM. 2013. Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin Bidang
Konstruksi dan Perancangan. Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru
http://blogmechanical.blogspot.com/2011/08/putaran-kritis-pada-poros
whirling.html
68