Anda di halaman 1dari 135

LAPORAN KOMPILASI PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021

Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710

LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021

MODUL 01
DEFLEKSI

Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710

LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan

Pengujian defleksi penting dilakukan pada balok, untuk mengetahui


defleksi yang menjadi salah satu faktor bagi perancang konstruksi mesin
maupun bangunan dalam mendapatkan konstruksi yang kokoh atau mampu
menerima beban sesuai rancangan.

Bagi mahasiswa Teknik Mesin yang mempe lajari mekanika teknik, dan
mengikuti pratikum fenomena dasar, penentuan defleksi menjadi pengetahuan
dasar yang harus dimiliki untuk dapat merancang suatu konstruksi mesin.

Dalam perencanaan sangat penting diperhatikan dalam adalah


perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi
kekakuan (stiffness) dan kekuatan (strength), dimana pada batang horizontal
yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.

Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami


pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut
ataupun pada elemen-elemen lainnya.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan yang dilakukan adalah:


1. Mengetahui fenomena lendutan batang prismatik dan pemanfatannya
dalam eksperimen dengan kontruksi sederhana.
2. Membandingkan solusi teoritik dengan hasil eksperimen

1.3 Manfaat percobaan

Adapun manfaat dari praktikum pengujian defleksi sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui fenomena yang terjadi akibat adanya defleksi.

2. Dapat dijadikan acuan untuk pengukuran nilai defleksi suatu balok.

3. Membantu mahasiswa dan perancang untuk menentukan defleksi suatu


balok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasrkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas :

1. Defleksi aksia
Defleksi yang terjadi jika pembebanan pada luas penampang

2. Defleksi lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang

3. Defleksi yang disebabkan.oleh gaya geser pada batang

Defleksi berhubungan dengan regangan, jika regangan yang terjadi pada


struktur semakin besar, maka tegangan struktur pun akan bertambah besar.
Defleksi sangatpenting untuk diketahui karena berhubungan dengan desain
struktur dan membantu dalam analisis struktur. Faktor-faktor yang
mempengaruhi defleksi:

1. Besar pembebanan (P)


2. Panjang batang (L)
3. Dimensi penampang batang (I)
4. Jenis material batang (E)

Lendutan di setiap titk dapat ditentukan dengan metode baku seperti cara
integrasi langsung atau metode luas diagram momen lentur. Solusi untuk kasus-
kasus sederhana umumnya sudah ditabelkan (Popov, 1986). Salah satu
pemanfaatan terpenting berbagai rumusan lendutan adalah pada pemecahan
persoalan statis taktentu. Sebagai ilustrasi, tinjau batang kontinu yang ditumpu
dan dibebani seperti tertera pada Gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Batang kontinu yang dijepit di ujung A dan ditumpu dengan rol
di ujung B serta dibebani di tengah bentang batang antara A dan B

Diagram benda bebas batang AB dapat digambarkan pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Diagram benda babas batang AB


Dengan menggunakan hukum Newton, yang dapat langsung ditentukan
hanyalah reaksi pada arah horisontal, Ax 0. Gaya reaksi yang lain harus dicari
dengan memanfaatkan persamaän defleksi di tumpuan B dan mengandaikan
bahwa FB adalah gaya luar sedemikian sehingga defleksi total di B akibat gaya P
dan FB sama dengan nol. Dengan memanfaatkan tabel di buku rujukan, dapatlah
diturunkan bahwa:

Untuk melihat secara eksperimental, kita dapat melakukan simulasi


dengan menyusun perangkat uji seperti konstruksi di Gambar 2 . Hasil
pengukuran kemudian dapat dibandingkan dengan solusi teoretik tersebut di
atas.

2.1.1 Jenis-Jenis Tumpuan


Adapun jenis-jenis tumpuan yang digunakan sebagai berikut :

1. Tumpuan Engsel

Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya


horizontal maupun gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang
berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah
vertikal. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung, maka
perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak
tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen
statika harus digunakan.

Gambar 2. 3 Sketsa tumpuan engsel


2. Tumpuan Jepit

Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi


vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang.
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu
melawan suaut kopel atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan
membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke
dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya
dan sebuah momen.
Gambar 2. 4 Sketsa tumpuan jepit
3. Tumpuan Rol

Tumpuan rol merupakan tumpuan yang bisa menahan komponen gaya


vertikal yang bekerja padanya.

Gambar 2. 5 Sketsa tumpuan rol


Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami
beban lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang
terdiri atas:

1. Defleksi Aksial

Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.

Gambar 2. 6 Defleksi aksial


2. Defleksi Lateral

Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas


penampang.

Gambar 2. 7 Defleksi lateral secara tegak lurus penampang


3. Defleksi oleh gaya geser atau puntir pada batang

Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan


ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu yang
ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.

Gambar 2. 8 Defleksi karena adanya momen punter

2.1.2 Jenis-Jenis Pembebanan

Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang


adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban yaitu :

1. Beban Terpusat

Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.

Gambar 2. 9 Beban terpusat


2. Beban Terbagi Merata
Disebut beban terbaf\gi merata karena merata sepanjang batang
dinyatakan dalam qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2. 10 Beban terbagi merata


3. Beban Bervariasi Uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang
besarnya tidak merata.

Gambar 2. 11 Beban bervariasi uniform

2.1.3 Metode Perhitungan Defleksi

Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara lain :

1. Metode Integrasi Ganda


Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut
kurva elastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan
bagaimana menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan
lendutan tegak y dari setiap titik dengan terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif.
Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original
balok dengan proyeksi panjang lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis
sangat datar dan kemiringannya pada setiap sangat kecil. Harga kemiringan,
tan q =dy / dx , dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan q, oleh
karena itu

Gambar 2. 12 Kurva Elastis

Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari persamaan
(3.5) dan (3.4) kita peroleh

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


Persamaan 3.8 dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang
balok. Apabila persamaan 3.8 diintegrasi, andaikan EI diperoleh

Persamaan 3.9 adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan


kemiringan atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M
menyatakan persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan C1
adalah konstanta yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang
integrasi persamaan (3.9) untuk memperoleh

Persamaan 3.10 adalah persamaan lendutan kurva elastis yang


dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah
konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan
pembebannya. Apabila kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka
persamaan momen akan berubah pula. Kasus ini membutuhkan penulisan
sebuah persamaan momen secara terpisah antara setiap perubahan titik
pembebanan dua integrasi dari persamaan 3.8 dibuat untuk setiap persamaan
momen seperti itu. Pengevaluasian konstanta integrasi menjadi sangat rumit.
Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan persamaan momen tunggal
sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk seluruh panjang
balok meskipun pembebanan tidak seimbang.

2. Metode Luas Momen

Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan


batang menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode
momen luas. Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti
metode integrasi ganda. Gambar 3.9a memperlihatkan sebuah balok sederhana
yang mendukung satu titik pembebanan. Kurva elastis merupakan pandangan
samping permukaan netral dan diperlihatkan pada gambar 3.9b, dengan
lendutan yang diperbesar, diagram momen dianggap seperti gambar 3.9c. Pada
gambar 3.9b terlihat bahwa jarak busur diukur sepanjang kurva elastis antara
dua penampang sama dengan r ´dq , dimana r adalah jari-jari lengkungan kurva
elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan momen lentur diperoleh:
karena ds = r dq , maka

Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.
Dengan anggapan itu kita peroleh

Gambar 2. 13 Sketsa Metoda Luas Momen


perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua
titik sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:

Dicatat juga bahwa pada gambar 3.9b jarak dari B pada kurva elastis
(diukur tegak lurus terhadap kedudukan balok original) yang akan memotong
garis singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah
pintasan dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang
berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x
yang dipisahkan oleh sudut dq : dt = xdq

oleh karena itu


XB

tb / a   dt   x( Md )
XA

Dengan memasukkan harga dq kepersamaan (b), diperoleh


XB
1
tb / a   dt   x(Md )
EI XA

Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung


yang ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A.
Gambar 3.9 menunjukkan bahwa penyimpangan diukur dari B relatif terhadap
garis singgung. acuan yang ditarik dari A. Gambar 3.9 menggambarkan
perbedaan antara tb/a dari A dari garis singgung acuan pada B. Secara umum
penyimpangan seperti ini tidak sama.

Pengertian geometris persamaan (c) dan (d) mengembangkan dasar


teori metode momen luas dari diagram momen pada gambar 9.9c kita melihat
bahwa M dx adalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari
ordinat melalui B karena integral M dx berarti jumlah elemen, persamaan (c)
bisa dinyatakan sebagai,

3. Superposisi

Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan


diferensial linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan
turunannya dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi.
Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat
dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang
bekerja sendiri-sendiri.
Berlaku analog

Gambar 2. 14 Metoda superposisi

2.2 Teori Dasar Alat Uji

Alat ukur yang digunakan pada percobaan defleksi ini adalah dial gauge
(dial indicator) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur pembanding yang
banyak digunakan dalam industry pemesinan pada bagian produksi maupun pada
bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, diaman gerak liner
dari sensor diubah menjadi gerak putaran di jarum penunjuk pada piringan
berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi. Kecermatan
pembacaan skala adalah 0.01, 0.05 atau 0.002 dengan kapasitas ukuran yang
berbeda misalnya 20, 10, 5, 2, atau 1 mm. Untuk kapasitas ukuran yang besar
biasanya dilengkapi dengan jarum jam penunjuk kecil pada piringan jam yang
besar, dimana satu putaran penuh dari jarum jam yang besar sesuai dengan satu
angka dari yang kecil.
Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, lonjong,
pipih) dan dibuat dari baja karbida atau sapphire. Permukaan jenis sensor
disesuaikan dengan kondisi benda ukur dan frekuensi penggunaannya. Toleransi
kesalahan putarnya (run-out tolerance) dapat diperiksa dengan cara
menempatkan jam ukur pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada
sumbu yang tertentu.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum :
1. Alat uji defleksi
2. Alat ukur
3. Penggaris
4. Dial indikator
5. Tumpuan
 Tumpuan Engsel
 Tumpuan Jepit
 Tumpuan Rol
6. Gantungan dan Benda Uji (1.49 kg)
7. Spesimen
 Batang tebal
 Batang tipis
 Batang slinder

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur yang dilakukan pada saat praktikum yaitu :

1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia.
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk
masing-masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari
panjang batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi/jarak tertentu dari
posisi pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
6. Ulangi langkah percobaan No.2-5, akan tetapi pindahkan posisi
pembebanan padaujung batang uji dan tumpuan rol berada di tengah-
tengah panjang batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian menjadi tumpuan engsel
rol. Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan
ukur besar simpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada tabel yang telah disediakan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian

Data Pengukuran Batang Uji


Batang panjang diameter
Uji (mm) lebar (mm) tebal (mm) massa (kg) (mm) keterangan
1 998 50.1 3.8 1.49   batang (tipis)
batang
2 796 50.6 5 1.49   (panjang)
3 1002     1.49 6.5 poros

Data Pengujian Tumpuan Jepit-rol beban Tengah


Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm)
batang Uji
X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 0.8 4.69 5.33
2 200 450 600 0.15 0.27 0.36
3 200 450 600 0.8 4.16 4.07

Data pengujian tumpuan jepit-rol beban ujung


Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm)
batang Uji
X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 -0.98 -1.1 6.4
2 200 450 600 -0.17 -0.25 2.14
3 200 450 600 -0.88 -1.54 4.82

Data pengujian tumpuan Engsel-jepit beban tengah


Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm)
batang Uji
X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 8.15 11.48 11.7
2 200 450 600 0.93 1.13 0.82
3 200 450 600 9.91 9.91 10.87
4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Tumpuan Jepit dan Rol beban ditengah

Untuk (l/2≤ x ≤ l¿ :

p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48

48 )
Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿

P l2 l 15 P x 2 (
δ=
24 EI (
3 l− − )
2 48 6 EI
3 l−x )

1. Benda Uji 1

Defleksi pada X1 = 200 mm

P = 1,49 kg x 998 m/s2 = 14,6 N

E = 200.000 N/mm2

p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48

48 )
( 14.6 N ) (200 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 200 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
(
).( 229.09mm )
48

48 )
mm

δ =1.13 mm

2. Benda Uji 2

Defleksi pada X2 = 450 mm

p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48

48 )
( 14.6 N ) ( 450 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 450 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
).(229,09mm )
( 48

48 )
mm

δ =3.93 mm
3. Benda Uji 3

Defleksi pada X3 = 600 mm

p x 2 27 l 33 x
δ= (
6 EI 48

48 )
( 14.6 N ) (600 mm)2 27 ( 1250 mm ) 33 ( 600 mm )
δ=
6 .(200,000
N
2
4
(
).( 229,09mm )
48

48 )
mm

δ =5.81 mm

Hasil pengujian

batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis


Uji X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 0.8 4.69 5.33 1.13 3.93 5.81
2 200 450 600 0.15 0.27 0.36 0.52 1.84 2.41
3 200 450 600 0.8 4.16 4.07 2.2 7.79 10.23

4.2.2 Tumpuan Jepit dan Rol beban diUjung

Untuk (0x ≤ l/2 ¿

l
P( 2)
x
l 2
δ=
l
6 ( ) EI
( 2 ))
x 2
− (
2

Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿

P l l l2
δ=
6 EI ( ( )
z 3− 2l+ z +2 l
2 2 2 )
1. Benda Uji 1

Defleksi pada X1 = 200 mm


l
P( 2)
x
l2
δ=
l
6 ( ) EI
( x −( ) )
2
2
2

229.09
(
14.6
2 )
200 2
229.09
δ=
6(
229.09 ( 2002
−( 2 ))
2 )
200000.229 .09

δ =−2.83 mm

Benda uji 2

Defleksi pada X2 = 450 mm

P l l l2
δ=
6 EI ( ( )
3
z − 2l+ z +2 l
2 2 2 )
14.6 229.09 229.09 229.092
δ=
6(200000)(229.09) (
4503−
2 (
2(229.09)+
2 )450+2
2
l
)
δ =4.5 mm

Benda Uji 3

Defleksi pada X3 = 600 mm

P l l l2
δ=
6 EI( ( )
z 3− 2l+ z +2 l
2 2 2 )
14.6 229.09 229.09 229.092
δ=
6(200000)(229.09)
3
600 −
( 2 (
2(229.09)+
2 )
600+2
2
l
)
δ =9.37 mm
Hasil pengujian

batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis


Uji X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 -0.98 -1.1 6.4 -2.83 4.5 9.37
2 200 450 600 -0.17 -0.25 2.14 -0.3 1.43 4.18
3 200 450 600 -0.88 -1.54 4.82 0.7 8.74 20.9

4.2.3 Tumpuan Engsel-rol beban ditengah

Untuk (l/ 2≤ x ≤ l/2 ¿

Px
δ= ( 3 l 2−4 x 2 )
48 EI

Untuk (l/ 2≤ x ≤ l ¿

P
δ= ( 3 x2 −12 x 2 l+ 9 x l 3−l3 )
48 EI

Benda uji 1

Defleksi pada X1 = 200 mm

Px
δ= ( 3 l 2−4 x 2 )
48 EI

14.6 (200)
δ= ( 3 (229.09)2−4 (200)2 )
48(200000)(229.09)

δ = 0.003 mm

Benda Uji 2

Defleksi pada X2 = 450 mm

14.6
δ= ¿
48(200000)(229.09)

δ =¿2.42 mm

Benda Uji 3

Defleksi pada X3 = 600 mm


14.6
δ= ¿
48(200000)(229.09)

δ =¿0.57 mm

Hasil pengujian

batang Posisi Pengujian (mm) Defleksi Pengujian (mm) Defleksi Teoritis


Uji X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 200 450 600 8.15 11.48 11.7 0.003 2.42 0.57
2 200 450 600 0.93 1.13 0.82 0.16 3.84 6.39
3 200 450 600 9.91 9.91 10.87 -0.27 4.44 11.51

4.3 Analisa

Pada praktikum defleksi ini dilakukan 3 kali pengujian dengan tumpuan


yang berbeda yaitu tumpuan jepit-rol beban tengah, jepit-rol beban ujung, dan
engsel-rol beban tengah. Selanjutnya, batang uji yang digunakan terdiri dari 3
jenis yaitu batang (tipis), batang (tebal), dan batang poros.

Pada pengujian I dengan tumpuan jepit-rol beban tengah, posisi pengujian


untuk masing-masing batang uji yaitu x1 pada 200mm, x2 pada 450mm, dan
x3 pada 600 mm. besar defleksi yang didapat setelah pengukuran meningkat
seiring semakin jauhnya titik pengujian dari tumpuan. Pada batang tipis, posisi
pengujian x1 memiliki nilai defleksi sebesar 0.8, sedangkan pada posisi
pengujian x2 memiliki nilai sebesar 4.69, dan pada posisi pengujian x3
memiliki nilai sebesar 5,33. Pada batang tebal posisi pengujian x1 memiliki
nilai sebesar 0.15, posisi pengujian x1 memiliki nilai sebesar 0.27, dan posisi
pengujian x3 memiliki nilai sebesar 0.36. Pada batang poros posisi pengujian
x1 memiliki nilai sebesar 0.8, posisi pengujian x2 memiliki nilai sebesar 4.16,
posisi pengujian x3 memiliki nilai sebesar 4.07.

Pada pengujian II dengan tumpuan jr tepit-rol beban ujung, posisi


pengujian untuk masing-masing batang uji yaitu x1 pada 200mm, x2 pada
450mm, dan x3 pada 600 mm.. Pada batang tipis, posisi pengujian x1
memiliki nilai defleksi sebesar -0.98, sedangkan pada posisi pengujian x2
memiliki nilai sebesar -1.1, dan pada posisi pengujian x3 memiliki nilai
sebesar 6,3. Pada batang tebal posisi pengujian x1 memiliki nilai sebesar
-0.17, posisi pengujian x2 memiliki nilai sebesar -0.25, dan posisi pengujian
x3 memiliki nilai sebesar 2.14. Pada batang poros posisi pengujian x1
memiliki nilai sebesar -0.88, posisi pengujian x2 memiliki nilai sebesar -1.54,
posisi pengujian x3 memiliki nilai sebesar 4.82.

Pada pengujian III dengan tumpuan engsel-rol beban tengah, posisi


pengujian untuk masing-masing batang uji yaitu x1 pada 200mm, x2 pada
450mm, dan x3 pada 600 mm.. Pada batang tipis, posisi pengujian x1
memiliki nilai defleksi sebesar 8.15, sedangkan pada posisi pengujian x2
memiliki nilai sebesar 11.48, dan pada posisi pengujian x3 memiliki nilai
sebesar 11.7. Pada batang tebal posisi pengujian x1 memiliki nilai sebesar
0.93, posisi pengujian x2 memiliki nilai sebesar 1.13, dan posisi pengujian x3
memiliki nilai sebesar 0.82. Pada batang poros posisi pengujian x1 memiliki
nilai sebesar 8.45, posisi pengujian x2 memiliki nilai sebesar 9.91, posisi
pengujian x3 memiliki nilai sebesar 10.87.

Dari hasil yang didapatkan tumpuan jepit-rol pada pembebanan ditengah


menunjukkan batang mengalami defleksi teoritis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil eksperimen, defleksi pada titik 3 yaitu 600 mm
mengalami defleksi yang paling besar. Perubahan ini dikarenakan posisi yang
jauh dari tumpuan menyebabkan pada ujung batang mengalami defleksi yang
besar dari pada yang lain.

Begitu juga pada hasil teoritis pada tumpuan jepit-rol pembebanan diujung
yang mana mempunyai jarak defleksi yang sangat jauh dari setiap posisi
pengujianyang dilakukan ,batang ketiga mengalami defleksi tertinggi karena
dekat dengan posisi pembebanan
Pada tumpuan engsel rol pembebanan ditegah batang tebal mengalami
defleksi eksperimen yang lebih tinggi. Pembebanan pun mempengaruhi proses
defleksi yang terjadi jika pembebanan lebih berat dari batang maka defleksi
yang terjadi pada batang akan besar
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum defleksi dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut

1. Banyak penyebab dan akibat yang dipengaruhi oleh defleksi ini adalah
massa pembebanan yang diberikan, jenis tumpuan yang
diberikan,kekakuan batang dan panjang batang. Itu semua dapat
mengakibatkan kelendutan pada benda uji yang di uji kan. Besar
lendutan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh jenis tumpuan yang
digunakan dan jenis pembebanan yang dilakukan. Nilai defleksi yang
terbesar terjadi pada saat beban diletakkan di ujung benda uji. Hasil
defleksi yang ditampilkan bukan merupakan titik maksimumnya.
Tumpuan pembebanan diujung merupakan jenis tumpuan yang paling
beresiko terjadinya retak dan ledutan terbesar. Apabila tetap ingin
menggunakan jenis tumpuan ini dibutuhkan bahan dengan tingkat
kekakuan yang tinggi..
2. Dalam penentuan hasil suatu pengukuran yang dilakukan dan diamati
oleh praktikan dalam menentukan detleksi pada sebuah batang dengan
solusi teoritik tidak sama. Itu disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain, posisi peletakan titik pengamatan pada saat pengukuran langsung.
Pengukuran yang dilakukan secara manual tentunya akan menimbulkan
kurang akuratnya hasil pengamatan yang dilakukan. Contohnya,
pemberian titik yang akan diamati tidak sesuai dengan angka yang di
inputkan ke dalam tabel pengamatan..

5.2 Saran
Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.
4. Ketika melakukan pengukuran defleksi pastikan beban dan alat ukur dial
indicator berada pada titik yang telah ditentukan, karena kalau tidak pada
titik yang ditentukan hasilnya akan sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Popov, E.P. 1993. Mechanics of Materials. Erlangga, Jakarta.

Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.

Winda, dan Eddy Winarno,. 2007. Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang.


Yogyakarta.

Arsyad, Muhammad. 2001. Pengetahuan tentang Bumi. Jurusan Fisika – FMIPA,


Universitas Negeri Makassar.

Setia, G. D. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: NOVA.

Sukandarrumidi. 1998. Bahan Galian Industri. Gajah Mada University


Press.Yogyakarta.
LAMPIRAN
TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM
1. Turunkan secara rinci teoritik gaya reaksi tumpuan untuk kontruksi batang
kontinu yang telah di percobaan ini

Karena besarnya d relative sangat kecil maka tg d = d saja sehingga


persamaannya dapat ditulis menjadi :

Jika dx bergerak kekakan maka besarnya d akan semakin mengecil atau


semakin berkurang sehingga didapat persamaan :

Lendutan relative sangat kecil sehingga dapat persamaan :

Persamaan tegangan 1/r = M/El, sehingga didapat persamaan


Persamaan tersebut di atas dapat di terapkan untuk mencari defleksi pada balok
sesuai dengan penelitian seperti pada gambar di bawah ini

Diagram benda bebas

Dari gambar diatas maka dapat di tentukan besarnya momen dan reaksi tiap
tumpuan :
2. Jelaskan manfaat jam-ukur pada percobaan ini dan terangkan cara kerja
jam ukur.
Jawab:
a. Mengukur kerataan permukaan bidang datar.
b. Mengukur kerataan permukaan dan kebulatan sebuah poros.
c. Mengukur kerataan permukaan dinding Cylinder.
d. Mengukur besar lendutan yang terjadi pada batang.

Dial indicator bekerja dengan mengubah gerakan naik turun


spindlekegerakan putaran pada rotasi pada jarum penunjuk. Tapi,
untukmeningkatkan ketelitian gerakan naik turun spindle akan dikonversi
keputaran jarum dengan pergerakan yang lebih panjang.

3. Jelaskan bagaimana cara mengompensasi kesalahan akibat pengabaian


berat penggantung dan anak penggantung beban.
Jawab:
Berat batang dan penggantung dapat diabaikan, bila pemberat yang
digunakan dalam uji Defleksi yang digunakan lebih besar.
4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda mana yang lebih bias
dipercaya?
Jawab:
Menurut saya lebih dapat dipercaya hasil uji, karena untuk menguji
teoritik perlu dilakukannya pengujian dan data yang didapat pengujian
emang langsung dari percobaan sendiri. Teoritik didapatkan setelah
adanya pengujian.
LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021

MODUL 02
GOVERNOR
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710

LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan

Uji governor adalah unit jenis sentrifugal yang memberikan control


presisi kecepatan mesin. Ketika control kecepatan tidak diinginkan itu harus
dilepaskan dengan tipe twin-pin. Tidak pernah terlibat kopling ini dengan
menjalankan mesin. Untuk mengoperasikannya menarik tutup luar dan putar ¼
berubah di kedua arah sampai anda merasakan dua lugs drop kedalam wadahnya
yang disediakan.

Governor bergerak ketika lugs berada di relung yang lebih dalam. 


Relung dangkal menguncinya dalam posisi terlepas. Beberapacengkeraman
governor dikendalikan oleh pegas dimuat tuas dipasang di bagian atas
perumahan governor operasi yang jelas. Sabuk ketegangan dapat disesuaikan
dengan menaikkan atau menurunkan governor dalam lubang pemasangan
ditempatkan. Jauhkan katrol dan sabuk bebas dari kotoran dan minyak. Belt
selipakan mempengaruhi operasi governor dan sabuk ketat dapat menyebabkan
keausan yang cepat dari poros governor dan bantalan. Menyesuaikan untuk
memungkinkan 1 " depresi tengah antara puli dengan thumb pressure.

Getaran bebas  terjadi jika system berosilasi karena bekerjanya gaya yang
ada dalam system itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebasakan bergerak pada satu atau lebih frekuensi
naturalnya, yang merupakan sifat system dinamika yang dibentuk oleh distribusi
massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat
mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar.
1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan yang dilakukan adalah :


1. Mengetahui karakteristik pengatur (governor) dengan membuat grafik
yang menyatakan hubungan antara kecepatan poros dengan posisi sleeve
untuk berbagai beban.
2. Menentukan daerah stabil dan tidak stabil dari governor
3. Menentukan gaya sentrifugal yang ditimbulkan dengan gaya tekan pegas
pada flyball.
4. Menerapkan konsep penguraian gaya truss dan frame pada konstruksi
governor.

1.3 Manfaat percobaan

Adapun manfaat dari praktikum pengujian governor sebagai berikut :

1. Praktikan diaharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat pada


praktikum governor ini ke dunia kerja nantinya apabila diperlukan.

2. Praktikan dapat mengetahui skema alat,sistem kerja dari suatu governor


pada suatu mekanisme komponen mesin serta menganalisa serta
mengetahui hubungan tiap-tiap parameter pada percobaan governor.

3. Praktikan mampu mengaplikasikan governor dalam kehidupan sehari-


hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Governor merupakan suatu alat pengatur kecepatan putaran pada mesin


penggerak mula. Fungsi dari governor adalah mengatur kecepatan putaran poros
keluaran pada penggerak mula yang dipasang alat pengatur ini. Sehingga dapat
diperoleh kecepatan putaran poros keluaran yang stabil, meskipun beban yang
ditanggung oleh mesin tersebut bervariasi dan berubah-ubah.
Setiap alat yang memiliki kemampuan mengatur elemen mesin pada
suatu keadaan tertentu disebut governor. Terdapat banyak macam governor,
namun umumnya tergantung pada karakteristik gerak rotasi yang diadaptasi dari
pendulum sederhana. Ketika beban dari motor bakar (misalnya diesel)
meningkat, tentunya pasokan bahan bakar ke motor harus ditambah untuk
mempertahankan kecepatan poros engkol (Crankshaft). Governor merasakan
perubahan kecepatan motor dan secara otomatis menyesuaikan pasokan bahan
bakar sesuai beban motor Pemakaian governor yang paling populer adalah di
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Selain di motor diesel, governor juga
digunakan pada turbin uap, turbin air, dan turbin gas. Pada turbin air misalnya,
governor akan membuka katup fluida ketika putaran turbin mulai menurun.
Berdasarkan cara kerjanya, pengatur atau governor dibedakan menjadi dua,
yaitu:

 Pengatur sentrifugal (centrifugal governor)


 Pengatur inersia (inertia governor)

Pengatur sentrifugal bekerja berdasarkan gaya sentrifugal, sedangkan


pengatur inersia bekerja berdasarkan momen inersia yang timbul karena
terjadinya percepatan sudut. Karena lebih rumit, jenis yang kedua ini tidak
banyak digunakan, walaupun reaksinya lebih cepat. Dalam percobaan ini yang
dibahas hanya pengatur sentrifugal
Governor bekerja berdasarkan perubahan besarnya gaya sentrifugal yang
terjadi karena adanya perubahan perubahan kecepatan putaran poros. Tanggapan
dari governor ini diteruskan ke suatu sistem lain yang mempengaruhi besarnya
kecepatan putaran dari mesin-mesin penggerak mula.

Gambar 2.1 Governor

Terdapat tiga jenis governor sesuai konstruksinya, yaitu :

 Pengatur Porter Pengatur ini mempunyai bandul (massa) yang


dihubungkan dengan mekanisme seperti tersaji di Gambar 1. Gaya
sentrifugal (gaya inersia) yang terjadi akibat gerak melingkar beraturan
bandul ditahan oleh batang bagian atas dan batang bagian bawah. Untuk
pengatur Porter, keadaan seimbang dicapai bila persamaan berikut
terpenuhi

W
( 1+ k ) +w
2 g
ω 2=
w h

ω = kecepatan putar (rad/s]

W = gaya berat rangka pengatur [N]

w = gaya berat bandul [N]


g = percepatan gravitasi [m/s']

h = jarak pemberat dari titik perputaran atas [m]

k = tan B/ tan a

Gambar 2.2 Pengatur Porter

 Pengatur Proell Pengatur Proell mempunyai konstruksi yang hampir


sama dengan pengatur Porter, tetapi bandul pada pengatur ini dikait ke
satu batang saja, yaitu batang bagian bawah. Karena hanya ditahan oleh
batang bagian bawah, yang ditambah pengaruh gaya berat bandul, gaya
ke atas pada rangka pengatur governor Proell lebih besar dibandingkan
gaya ke atas pada pengatur Porter untuk kecepatan putar yang sama.

Gambar 2.3 Pengatur Proell


 Pengatur Hartnell Pengatur Hartnell memakai pegas untuk menahan
gerakan ke atas, sehingga dibutuhkan kecepatan putar yang lebih besar
(atau gaya centrifugal yang lebih besar) untuk mengangkat rangka
pengatur.

Gambar 2.4 Pengatur Hartnell

Suatu govemor dikatakan stabil apabila perubahan posisi sleeve


proporsional dengan perubahan kecepatan putar poros.

2.1.1 Karakteristik governor

1. Penurunan kecepatan, atau berkurangnya  kecepatan mesin dari tanpa


beban kebeban penuh yang dinyatakan dalam putaran/menit atau
sebagai presentase dari kecepatan normal/rata-rata

2. Pengaturan Isohkhorik, yaitu mempertahankan kecepatan mesin kons


tanpa ada segala beban, pengaturan kecepatan yang mungkin dari
penurunan kecepatan nol.

3. Kepekaan/sensitivenya atau perubahan kecepatan yang diperlukan


sebelum governor akan melakukan gerakan.

4. Kestabilan yaitu kemampuan mengatur waktu mempertahankan


kecepatan mesin yang diinginkan tanpa naik turun atau konstan.

5. Ayunan, yaitu naik turun yang kontinyu dari mesin terhadap kecepatan
yang diperlukan meskipun ketika beban tidak bertambah
6. Ketangkasan, kecepat anak sipengatur. Biasanya dinyatakan sebagai
waktu dalam detik yang diperlukan governor untuk menggerakkan
kendali bahan bakar dari kedudukan tanpa batasan bahan sampai beban
penuh.

7. Daya dari pengatur, gaya yang ditimbulkan pada governor untuk


mengatasi tahanan dalam system kendali bahan bakar.

2.1.2 Sistem pengaturan pada governor

Konstruksi pengaturan dari governor bermacam-macam berdasarkan


tipenya,karena itu bagian ini hanya membicarakan macam beban sentrifugal
saja.
a) Putar tuas pengontrol putaran kearah katup throttle karburator,
membuka dan mengunci dengan memutartuas kupu-kupu.
b) Tempatkan obeng pada lubang poros pengatur dan putarlah sehingga
beban pengatur. Seperti dibicarakan diatas, pengaturannya harus
dipasang sedemikian rupa sehingga waktu katup throttle karburator
terbuka lebar waktu beban pengatur pada posisi tertutup rapat.

2.1.3 Jenis - Jenis governor

Adapn jenis-jenis dari governor adalah sebagai berikut :

1. Poster governor

Pada governor jenis porter ini ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan meregang dengan dorongan dari sleeve
yang dihubungkan melalui link seperti pada gambar dibawah
Gambar 2.5 Poster governor

2. Proel Governor

Pada governor jenis proel ini ketika poros berputar maka sleeve akan
naik ke atas dan kedua beban akan meregang menjadi tegak lurus terhadap link
penghubung dengan dorongan dari sleeve yang dihubungkan melalui link
seperti pada gambar 2.

Gambar 2.6 Proel Governor

3. Hartnell Governer

Pada governor jenis Hartnell ini ketika poros berputar maka beban yang
ditumpu oleh pegas akan turun ke bawah dan kedua beban di samping akan
menyeimbangkan proses tersebut agar putaran yang terjadi tetap stabil.

Gambar 2.7 Hartnell Governer

2.1.4 Gaya-gaya pada governor

Adapun gaya – gaya yang bekerja pada governor yaitu :

1. Gaya sentrigugal
Merupakan sebuah gaya yang ditimbulkan akibat adanya gerakan suatu
benda atau partikel sebuah lintasan lengkung sehingga gaya yang ditimbulkan
keluar lingkaran.

F=mv ² /R

Gambar 2.8 Gaya Sentrifugal

2. Gaya Sentripental
Yaitu gaya yang diperlukan agar benda dapat tetap bias bergerak
melingkar. Jika arah gaya sentrifugal mengarah keluar maka arah gaya
sentripental mengarah ke dalan lingkaran.
F=mω ² R

Gambar 2.9 Gaya Sentripental

3. Gaya Tangensial

Yaitu gaya dalam yang bekerja sejajar dengan bidang penampang


potong atau tegak lurus terhadap sumbu batang
T
Ft =
dp
2

Gambar 2.10 Gaya Tangensial

2.1.5 Prinsip Kerja Governor Sentrifugal

Prinsip kerja governor sentrifugal yaitu dengan memanfaatkan flyball


sebagai pemberat.Governor sentrifugal atau mekanis menggunakan flyweight
yangberputar sebagai alat standar operasinya, prinsip kerjanya serupa dengan
sistem maju mekanis distributor, saat mesin dan pompa injeksi bahan bakar
berputar,bekerja gaya sentrifugal pada flyweight yang berputar yang
mengontrol posisibatang berigi atau batang pengontrol bahan bakar pompa
injeksi.

2.1.6 Aplikasi governor

1. Pneumatic Hydraulic Speed Control.

Pada sistem di atas, governor mengontrol beberapa keadaan, yaitu :


a. Oil Supply

Pada sistem penyuplaian minyak terdiri dari tempat penyimpanan minyak,


pompa roda gigi, dan aki. Minyak melumasi bagian yang bergerak dan
mendukung beberapa parts untuk beroperasi. Kerja untuk penyuplaian
minyak ini dilakukan oleh governor.
b. Speed Control Coulumn

Berfungsi dalam pengubahan kecepatan mesin dengan adanya perubahan


katup penghambat atau menjaga kecepatan mesin agar tetap konstan
jika terjadi perubahan beban
c. Power Piston

Berfungsi mengatur besarnya injeksi yang diberikan ke piston pada


berbagai jenis bukaan katup.
d. Compesanting Mechnism

Merupakan mekanisme yang terjadi pada saat penggantian kecepatan,


dimana terjadi perubahan posisi piston dan klep.
e. Fuel Control

Governor berfungsi sebagai pengontrol besar bukaan katup minyak yang


di supply ke mesin.

2. Diesel Engine
Dengan mesin beroperasi, minyak dari sistem pemberian minyak mesin
disediakan untuk persneling pompa yang terlihat pada gambar diatas. Kenaikan
persneling pompa tekanan minyak untuk nilai ditentukan oleh klep.

Tekanan minyak diatur pada kedua piston penyangga dan tegangan di dua
bidang penyangga sama. Tekanan minyak yang sama pada sisi klep pilot terus
menyampaikan minyak ke klep lain. Demikian untuk sistim hidrolis di
keseimbangan, dan konstan tetap kecepatan mesin.

Ketika pertambahan beban mesin, kecepatan mesin menurun. Penurunan di


kecepatan mesin akan dirasakan oleh box governor. Karena penurunan tadi box
governor menurunkan pengisap klep pilot. Gerakan naik servo-motor pada piston
akan terus dipancarkan dan pengangkat stasiun untuk rak bahan bakar akan
meningkatkan jumlah bahan bakar yang disuplai ke dalam mesin. Gerakan naik
piston dimampatkan oleh penyangga bagian atas dan membebas tekanan di
penyangga bagian bawah.

Gambar 2.11 Mesin diesel

Sirkuit mesin lokomotif diesel sebagai banyak yang diketik beda sirkuit
mulai dari ukuran dan pabrikan mesin lokomotif disel. Biasanya, mereka dapat
dimulai oleh kapal motor udara, kapal motor elektris, kapal motor hidrolis, dan
secara manual. Sirkuit start dapat buku sederhana start pushbutton, atau
komplekauto-start sirkuit. Tetapi hampir semua kasus peristiwa mengikuti harus
terjadi untuk mesin mulai untuk start. Tanda start mengirim untuk motor mulai
beroperasi elektris atau motor hidrolis, akan melibatkan engine’s roda gaya.
Motor akan mulai memutar engkol mesin. Mesin akan kemudian mempercepat ke
kecepatan normal. Ketika motor setater gear tambahan oleh motor berlari itu akan
melepaskan rodagaya. Sebab rely mesin lokomotif disel panas di tekanan untuk
menyalakan bahan bakar, mesin dingin dapat panas cukup mengambil dari gasses
yang jatuh udara dimampatkan di bawah panas pengapian bahan bakar.

2.2 Teori Dasar Alat Uji


1. Tachometer

Digunakan untuk mengetahui kecepatan putaran dari suatu benda yang


berputar. Pada praktikum governor ini tachometer yang digunakan adalah
tachometer optik, diamana cahaya yang dihasilkan dari tachometer ditembakan
dengan arah tegak lurus terhadap sistem yang ingin diketahui berapa putarannya.
Selanjutnya cahaya tadi dipantulkan (direfleksikan) kesensor yang ada pada
tachometer sehingga tanpil berapa nilai dari putaran sistem yang diamati.

Gambar 2.11 Tachometer

2. Regulator

Regulator merupakan salah satu alat yang digunakan dalam mengatur


kecepatan putaran mesin. Regulator ini dilengkapi dengan bandul bola, baik
yang mekanis maupun hirolis. Regulator mekanis biasanya dipakai pada mesin
dieselyang dayanya kecil, sedangkan untuk daya kerja yang besar dipakai
regulator hidrolis.

Gambar 2. 12 Regulator

3. Mistar Ukur

Mistar ukur adalah suatu alat ukur panjang dengan satuan cm yang
digunakan untuk mengukur tinggi kenaikan sleeve,serta batang batang yang
menghubungkan flyball dengan sleeve.

Gambar 2.13 Mistar Ukur

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum :

1) Pully

2) Mistar

3) Motor Penggerak

4) Slide Regulator

5) Tachometer

6) Kertas Reflektor

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur yang dilakukan pada saat praktikum yaitu :

1. Hubungkan rangkaian motor pada alat uji govenor dengan slide


regulator.

2. Atur tegangan masukan ke motor menggunakan slide regulator hingga


motor listrik berputar

3. Amati dan ukur kecepatan putaran motor dengan menggunakan


tachometer

4. Tempatkan sleeve pada skala ukur dan ukur kecepatan putar pada setiap
skala.

5. Lanjutkan pengamatan dengan memvarasikan massa flyball.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian

Berikut data yang diperoleh dari hasil pengujian Governor:

Tabel 4.1 Data pengujian Governor

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Massa 0.13 Kg


a. Rata-rata PemendekanPegas( ∆ x )
Pemendekan Pegas di 125 v + Pemendekan Pegas di 150 v
Δx =
2
0.058 m+ 0.0006 m
Δx= =0.032 m
2

b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.13 kg x 9.81 m/s2
F = 1.2753 N
c. KekakuanPegas
F
k=
∆x
1.2753 N
k=
0.032 m
k = 39.853 N/m

d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0 - PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.058 m
= 0.122 m
2. Tegangan 150 V
Xl = 0.18 m – 0.006 m
= 0.174 m
e. Mencarinilaicos Ɵ
(P akhir )2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.122)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.19365
2 x 0.122 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.19365)
= 78.834°
(0.174 )2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.10962
2 x 0.124 x 0.315
Ɵ 150V = cos−1 (0.10962)
= 83.706°

f. Lengan Governor (r)


r = PanjangLengan x Sin Ɵ
1. r 125v = 0.315 m x sin 78.834°
= 0.30903 m
2. r 150v = 0.315 m x sin 83.706°
= 0.3131 m
g. KecepatanSudut ( rad/s)

2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = x 369.3
60

=38.653 rad/s
2x π
2. ω 150v = x 378.9
60
=39.658 rad/s

h. Gaya Sentrifugal (Fs)


Fs =mω2 r
1. Fs 125v = 0.13 x (38.653)2 x 0.30903
= 60.021 N
2. Fs 150v = 0.13 x (39.658)2 x 03131.
= 64.015 N

4.2.2 Massa 0.39 Kg


a. Rata-rata PemendekanPegas( ∆ x )
Pemendekan Pegas di 125 v + Pemendekan Pegas di 150 v
Δx =
2
0.089 m+ 0.09m
Δx= =0.0895 m
2

b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.39 kg x 9.81 m/s2
F = 3.825 N

c. KekakuanPegas
mxg
k=
∆x
0.39 kg x 9.81 m/s 2
k=
0.0895 m
k = 42.7475 N/m

d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0– PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.089 m
= 0.091 m
2. Tegangan 150v
Xl = 0.18 m- 0.09 m
= 0.09 m

e. Mencarinilaicos Ɵ
(Pakhir)2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.091)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.14
2 x 0.091 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.14)
= 81.9521
(0.09)2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.1429
2 x 0.09 x 0. 315
Ɵ 150V = cos−1 (0.1429)
= 81.7843

f. Lengan Governor (r)


r = PanjangLengan x Sin Ɵ
1. r 125v = 0.315m x sin 81.9521
= 0.3119m
2. r 150v = 0.315 m x sin 81.7843
= 0.3117 m
g. KecepatanSudut (rad/s)

2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = 60 x 365.6

=38.2661 rad /s
2x π
2. ω 150v = 60 x 368.5

=38.5696 rad /s

h. Gaya Sentrifugal (Fs)


Fs =mω2 r
1. Fs 125v = 0.39 x ( 38.2661 )2 x 0. 3119
=178.1182 N
2. Fs 150v = 0.39 x (38.5696)2 x 0. 3117

=180.8388 N

4.2.3 Massa 0.53 Kg

a. Rata-rata PemendekanPegas( ∆ x )
Pemendekan Pegas di 125 V + Pemendekan Pegas di 150 V
Δx =
2
0.097 m+ 0.098 m
Δx= =0.0975 m
2
b. Gaya (F)
F = massabeban x Percepatangravitasi
F = 0.53 kg x 9.81 m/s2
F = 5.1993 N
c. KekakuanPegas
mxg
k=
∆x
0.53 kg x 9.81 m/s 2
k=
0.0975 m
k = 53.621 N/m

d. PanjangAkhir (Xl)
Xl = X0 – PemendekanPegas
1. Tegangan 125V
Xl = 0.18 m – 0.097 m
= 0.083 m
2. Tegangan 150v
Xl = 0.18 m – 0.098 m

= 0.082 m

e. Mencarinilaicos Ɵ
(Pakhir)2
Cos Ɵ =
2 xPakhir x Plengan
(0.0 83)2
1. Cos Ɵ 125v = = 0.1317
2 x 0.0 83 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 (0.1317)
= 82.43122
(0.0 82)2
2. Cos Ɵ 150v = = 0.1302
2 x 0.0 82 x 0.315
Ɵ 125V = cos−1 x (0.1302)
= 82.5188

f. LenganGovernor (r)
r = PanjangLengan x Sin Ɵ
1. r 125v = 0.315 m x sin 82.43122
= 0.31225 m

2. r 150v = 0.315 m x sin 82.5188


= 0.31231 m

g. KecepatanSudut (rad/s)

2x π
ω= xn
60
2x π
1. ω 125v = 60 x 364.4 rpm

=38.14053 rad /s
2x π
2. ω 150v = 60 x 365.1rpm

=38.2138 rad /s

h. Gaya Sentrifugal (Fs)


Fs =mω2 r
1. Fs 125v = 0.53 x (38.14053)2 x 0.31225
= 240.7419 N
2. Fs 150v = 0.52 x(38.2138)2 x 0.31231
= 241,7142 N

Berikut ditampilkan hasil data dari pengolahan pengujian governor:

Tabel 4.2 Data Hasil Pengolahan

Lengan
Sudut θ ω (rad/s) F Sentrifugal (N)
Mass governor,r (m)
k
a F (N)
(N/m)
(kg)
125V 150V 125V 150V 125V 150V 125V 150V

0,3090 0,313
0,13 1,2753 39,853 78.834° 83.706° 38,653 39,658 60,021 64,015
3 1
42,747 81.7843 0,311 38,569 178,11 180,838
0,39 3,825 81.9521° 0,3119 38,2661
5 ° 7 6 8 8
82.43122 82.5188 0,3122 0,312 38,1405 38,213 241,714
0,53 5,1993 53,621 240,74
° ° 5 3 3 8 2

4.3 Analisa

Dari data yang didapatkan melalui percobaan dapat dilihat bahwa putaran
poros akan diputar oleh governor dengan beban yang berbeda – beda dan gaya
yang berbeda – beda, sehingga kestabilan putaran poros akan terjaga. Kecepatan
putaran bandul akan memperlambat ketika input voltase yang dimasukkan kecil,
dengan beban yang bervariasi. Massa yang diberikan pada governor sangat
mempengaruhi nilai gaya sentrifugal yang terjadi. Semakin besar massa pada
governornya (massa flyball), semakin besar pula gaya sentrifugal yang terjadi,
begitu juga sebaliknya semakin kecil massa flyball-nya, semakin kecil juga gaya
sentrifugalnya. Selain itu, tegangan yang diberikan pada governor juga dapat
mempengaruhi nilai kecepatan poros dan gaya sentrifugalnya.

Percepatan sudut berubah lebih besar ketika putaran poros meningkat, sehingga
posisi sleeve yang terjadi akan meningkat. Pemendekan pegas yang terjadi juga
bervariasi antara masing-masing beban yang diberikan, dan antara tengangan yang
diberikan. Pemendekan pegas yang terjadi semakin besar bila beban dari
flyballnya semakin besar, dan tegangan yang diberikan juga semakin besar, jika
beban dan tegangan yang diberikan semakin kecil, pemendekan yang terjadi juga
semakin kecil. Jarak antara flyball ke poros utama juga mempengaruhi gaya
sentrifugal, semakin besar jarak antara flyball ke poros utama, semakin besar pula
gaya sentrifugalnya, begitu juga sebaliknya semakin kecil jaraknya, semakin kecil
juga gaya sentrifugalnya. Jarak antara flyball dan poros utama itu sangat
tergantung dengan panjang lengan flyball dengan sudut antara lengan flyball dan
poros utama.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum governor dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut

1. Semakin besar kecepatan putar poros maka pemendekan sleeve akan


membesar atau pegas semakin memendek
2. Besar kecilnya gaya sentrifugal dipengaruhi oleh kecepatan putar dari
governor dan juga dipengaruhi oleh beban yang diberikan serta panjang
lengan yang telah ditentukan.
3. Semakin kecil beban yang diberikan maka gaya sentrifugal akan
mengecil karena antara gaya sentrifugal dengan massa beban sebanding
lurus sehingga beban besar maka gaya sentrifugal juga akan besar. Selain
massa beban yang mempegaruhi besar kecilnya gaya sentrifugal ialah
panjang lengan dari governor dan kecepatan putarnya, semakin panjang
ukuran lengan maka semakin kecil gaya sentrifugalnya.
4. Kecepatan putar tidak selalu kecepatannya konstan sehingga diperlukan
toleransi pada saat mengukur kecepatn putar dari suatu benda.
5.2 Saran

Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :

1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.

2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.

3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.

4. Dalam pengukuran tinggi sleeve, sebaiknya hati-hati agar mistar tidak


mengenai flyball yang sedang berputar.

DAFTAR PUSTAKA

Badri, Muftil, Nazaruddin. 2012. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.


Pekanbaru.

Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.

Winda, dan Eddy Winarno,. 2007. Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang.


Yogyakarta.

Arsyad, Muhammad. 2001. Pengetahuan tentang Bumi. Jurusan Fisika –


FMIPA, Universitas Negeri Makassar.

Setia, G. D. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: NOVA.

Sukandarrumidi. 1998. Bahan Galian Industri. Gajah Mada University


Press.Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021

MODUL 03
GETARAN BEBAS
Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710
LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan

Perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat terutama pada


proses produksi dan konstruksi dalam sebuah perkembangan industrial yang
tidak asing bagi para akademika terutama pada bidang teknik mesin. Berkaitan
dengan teknik mesin, banyak sekali ilmu yang wajib dipelajari, dari mulai
rancang konstruksi, struktur otomotif, konstruksi crane, konstruksi jembatan dan
lain-lain.Dari rancang konstruksi tersbut diperlukan suatu ilmu yang penting
demi terjaganya keamanan dalam pemakaian, yaitu ilmu getaran. Ilmu getaran
berhubungan dengan gerakan osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan
gerak tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu
bergetar. Mesin dan struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu
dan dalam rancangannya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya. Getaran
bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam
sistem sistem itu sendiri, serta tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang
bergetar bebas akan bergetar satu atau lebih frekuensi pribadinya yang
merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan
kekakuannya.
Parameter-parameter dari karakteristik getaran bebas satu derajat
kebebasan yaitu frekuensi, amplitudoo, dan periode yang tidak dapat diketahui
secara langsung. Parameter-parameter ini dapat diketahui dalam bentuk grafik
dengan menggunakan alat peraga yaitu dengan cara menarik beban terhubung
pada ujung pegas yang bergantung dan dilepaskan, maka beban akan bergetar
bersamaan dengan pegas, lalu pena yang dihubungkan dengan beban ikut
bergerak dan melukis sebuah grafik pada kertas. Dengan adanya pemahaman
pada praktikum getaran bebas ini akan berguna kelas dalam kehidupan sehari-
hari.

1
1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan yang dilakukan adalah:


1. Memahami fenomena getaran bebas baik tak teredam maupun teredam
beserta segala atributnya seperti frekuensi pribadi, redaman viskos, dan
redaman Coulomb (redaman karena efek gesekan).
2. Mengetahui berbagai cara untuk menentukan parameter sistem getaran
seperti konstanta kekakuan pegas dan koefisien redaman viskos melalui
eksperimen
3. Membandingkan solusi teoretik dengan hasil eksperimen

1.3 Manfaat percobaan

Adapun manfaat dari praktikum pengujian getaran bebas sebagai berikut:

4. Memahami fenomena-fenomena pada praktikum getaran bebas.

5. Dapat mengetahui berbagai cara menentukan parameter sistem getaran

6. Mendapatkan wawasan dalam dunia permesinan khususnya getaran

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Getaran adalah gerakan translasi (bolak-balik) yang ada di sekitar titik


kesetimbangan dimana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang
diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak translasi penuh.
Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada
pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran
mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama.
Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar, jadi
kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (engineering) mengalami getaran
sampai derajat tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan
sifat osilasinya.

Gambar 2. 15 Siklus Getaran


Getaran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Getaran Mekanik, yaitu getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia.
2. Getaran Seismik, yaitu getaran tanah yang disebabkan peristiwa alam dan
kegiatan manusia.
3. Getaran Kejut, yaitu getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan
sesaat.

3
Pegas yang menyangga massa dianggap mempunyai massa yang dapat
diabaikan dan mempuyai nilai kekakuan, k (N/m). Satu getaran pada gambar
diatas adalah ketika beban berada pada posisi A kemudian ditarik sedemikian
sehingga sampai pada posisi B, jika dilepaskan, beban kembali ke posisi A,
kemudian ke posisi C dan kembali keposisi A, begitu seterusnya. Terlihat bahwa
beban melakukan gerak bolak balik terhadap titik kesetimbangan A. Jarak antara
posisi benda saat bergetar dengan posisi pada keadaan setimbang disebut
simpangan terjadi disebut amplitude.
Contoh prinsip getaran lainnya dapat dimodelkan seperti gambar 2.2
dibawah.

Gambar 2.2 Prinsip bandul-massa


Satu kali getaran adalah ketika benda bergerak dari titik A-B-C-B-A atau
titik B-C-B-A-B.bandul tidak pernah melewati lebih dari titik A atau titik C
karena titik tersebut merupakan simpangan terjauh. Simpangan terjauh ini
disebut amplitude. Dititik A atau di titik C benda akan berhenti sesaat sebelum
kembali bergerak. Banyak getaran yang biasa diminta anatar 1, ¾, ½, dan 1/4.
1 = A-B-C-B-A
¾ = A-B-C-B
½ = A-B-C
¼ = A-B
Getaran dapat di evaluasi melalui 3 aspek, yaitu:
1. Velocity adalah kecepatan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah nilai
kecepatan getaran (frekuensi getaran) pada suatu mesin/alat tiap satuan
jarak (meter) per detiknya (m/s).

4
2. Acceleration adalah percepatan, yang dimaksud adalah percepatan benda,
mesin atau suatu alat melakukan suatu gerakan (getaran mekanis) tiap
satuan jarak (meter) per detik kuadrat (m/s2).
3. Displacement adalah pergeseran atau perpindahan letak yang dialami oleh
mesin atau alat yang diakibatkan oleh adanya getaran pada alat tersebut tiap
millimeter (mm).
Gaya pegas terjadi hanya jika terdapat defleksi relatif antara kedua
ujung-ujungnya. Menurut hukum Hooke’s besarnya gaya pegas sebanding
dengan defleksi relatif tersebut. Konstanta kesebandingannya disebut konstanta
pegas (k) dan dinyatakan dalam satuan gaya per satuan panjang. Untuk peredam
viscous.

Besarnya gaya redaman sebanding dengan kecepatan dan faktor


kesebandingan disebut koefisien redaman.

Karakteristik Getaran
1. Amplitudo (A)

Amplitudo merupakan simpangan yang terbesar dari posisi


kesetimbangan, yaitu nilai maksimum dari A dengan satuan meter (m).
2. Periode (T)

Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu lintasan


bolak-balik (siklus), dengan satuan detik (s).

1
T=
f
3. Frekuensi (f)
4. Frekuensi merupakan banyaknya siklus (getaran) yang dilakukan dalam
satuan waktu, dengan satuan Hz.

1 v
T= =
f λ

Frekuensi sudut (ωn) adalah 2π dikalikan frekuensi.

k
ω n=2 πf =
√ m

5
2.1.7 Klasifikasi Getaran
Getaran dapat diklasifikasikan menurut ada tidaknya eksitasi yang
bekerja secara kontinyu, menurut derajat kebebasannya atau menurut sistem
massanya.Menurut klasifikasi yang pertama getaran dibedakan sebagai getaran
bebas atau getaran paksa.Menurut derajat kebebasannya getaran dapat
dibedakan sebagai getaran derajat satu, dua, atau n derajat sesuai dengan
banyakya koordinat bebas (independence) yang diperlukan untuk
mendefinisikan persamaan gerak sistem tersebut. Pada sistem getaran massa
diskret setiap massa dianggap sebagai bodi kaku dan tidak mempunyai
elastisitas. Sebaliknya pada sistem massa kontinu, massa yang bergetar tidak
dianggap sebagai bodi kaku tetapi mempunyai elastisitas sehingga
dimungkinkan adanya gerak relatif di antara titik-titik pada massa tersebut.
Sistem massa kontinyu memiliki n derajat kebebasan yang tak berhingga.
Ketiga model klasifikasi getaran tersebut ditunjukkan pada gambar

Gambar 2.3 Klasifikasi getaran

a) System getaran bebas massa diskret dua derajat kebebasan

b) System getaran paksa massa diskret satu derajat kebebasan

c) System getaran paksa massa kontinyu

2.1.8 Pemasangan Pegas

Pada suatu sistem pemasangan pegas ada dua yaitu yang dipasang seri
atau secara pararel atau dengan pemasangan gabungan.

6
a) Pegas Pararel
jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan
mengalami gaya tarik sebesar F1 dan F2. Pertambahan panjang sebesar ∆x1
dan ∆x2. Secara umum konstanta total pegas yang dirangkai pararel dinyatakan
dengan persamaan:

Gambar 2.4 Rangkaian Paralel

k total =k 1 +k 2+ k 3 +k 4 …+ k n

dengan
 k n adalah konstanta pegas ke -n

Gambar 2.5 Diagram benda bebas Paralel pegas

Pegas 1 F 1=k 1 x

Pegas 2 F 2=k 2 x +

F 1 + F 2= ( k 1+ k 2 ) x

F 1=k e . x →k e =k 1 +k 2

b) Pegas seri
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F1, sehingga pegas
akan mengalami pertambahan panjang sebesar ∆x1 dan ∆x2. Secara umum

7
konstanta total pegas yang disusun seri dinyatakan dengan persamaan.
1 1 1 1 1
= + + + …+
k total k 1 k 2 k 3 kn
Dengan kn = konstanta pegas ke-n
Gaya P menghasilkan perpindahan total y dari ujung bebas pada
susunan pegas sebesarnya
P P
y= +
k 1 k2
Akibatnya, gaya yang diperlukan untuk satu unit perpindahan
(konstanta pegas ekivalen) diberikan oleh:
P
k e=
y
Dengan mensubtitusikanya , maka didapatkan nilai kebalikan dari
konstanta pegas:
1 1 1
= +
ke k1 k2

Gambar 2.6 Pegas Seri

Gambar 2.7 Diagram benda bebas seri pegas


Secara umum, konstanta pegas ekivalen yang terpasang seri

8
n
1 1
=∑
k e t=1 k 1
Dimana: n adalah jumlah pegas terpasang seri.

Pegas yang panjang awalnya adalah L0 dengan kekakuan pegas adalah


k, jika diberikan beban sebesar F, maka akan terjadi pertambahan panjang pada
pegas sebesar x (Gambar 2.2). Besarnya pertambahan panjang pegas
berbanding lurus dengan besar gaya yang diberikan dan dapat dirumuskan:

Gambar 2.8 Pertambahan Panjang Pegas

Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pada pegas dapat


ditunjukkan pada diagram pegas (Gambar 2.3), pada sumbu horisontal adalah
perpindahan (x) dan sumbu vertikal adalah gaya (F).

Gambar 2.9 Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang

Garis a pada Gambar 2.3 adalah karakteristik dari sebuah pegas, garis
badalahkarakteristik suatu pegas yang lebih kaku, dan garis c adalah
karakteristik sebuah pegasyang kekakuannya lebih rendah. Berarti dari Gambar
2.3 dan persamaan (2.1) dapatdituliskan rumusan kekakuan pegas:
k
F=
x

9
2.1.9 Jenis Getaran

Adapun jenis-jenis dari getaran adalah sebagai berikut :

1. Getaran Bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya
yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent) dan jika ada gaya luas yang
bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih
frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk
oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan
elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau gerakan yang terjadi tanpa
rangsangan luar.

Gambar 2.10 Getaran Bebas

Perioda natural osilasi dibentuk dari

ω n T =2 π , atauω n= k
√ m
1
T =2 π
ωn
1
T =2 π
k
√m
m
T =2 π
√ k
dan frekuensi natural sistem satu derajat kebebasan ditentukan oleh
penyimpangan statik ∆. Getaran bebas dibagi dengan getaran bebas tanpa
redaman dan getaran bebas dengan redaman.

10
a. Getaran Bebas Tanpa Redaman
Getaran bebas terjadi akibat adanya gaya yang bekerja dalam sistem itu
sendiri dan mengakibatkan berisolasi serta tidak ada gaya luar yang bekerja.
Model getaran bebas tanpa redaman seperti pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Getaran Bebas Tanpa Redaman

Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami


getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar. Hokum Newton
kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak sistem.Seperti yang
ditunjukkan gambar dibawah, perubahan bentuk pegas pada posisi
kesetimbangan static adalah ∆ dan gaya pegas k∆ adalah sama dengan gaya
gravitasi w yang beerja pada massa m

k ∆=w=m. g
dengan mengukur simpangan x dari kesetimbangan static, maka gaya-
gaya yang bekerja pada m adalah k(A+x) dan w dengan x dipilih positif dalam
arah kebawah semua besaran berupa gaya, kecepatan, dan percepatan juga
positif dalam arah ke bawah. Dimana hokum kedua untuk gerak diterapkan
pada massa m sebagai berikut.

11
Gambar 2.12 Getaran Bebas Redaman

ƩF = m.a

ƩF = 0

w - kΔ = 0

w = kΔ ..................... pers. (1)

ƩF = m.a

w – k (Δ + x) = mẍ

w – kΔ – kx = mẍ

w – w – kx = mẍ

mẍ + kx = 0 ................ pers. (2)

dimana :

x = A sin ωt + B cos ωt

ẋ = Aω cos ωt – B w sin ωt

ẍ = -Aω² sin ωt – B ω² cos ωt

Maka :

mẍ + kx = 0

m (-Aω² sin ωt – B ω² cos ωt) + kx = 0

m (-ω²) (A sin ωt + B cos ωt) + kx = 0

12
x

-mω² x + kx = 0

(-mω² + k ) x = 0

Getaran terjadi, jika x≠0.Oleh karena itu (k-mω²) = 0 dan akibatnya

-mω² + k = 0

k = mω²

k
ω² =
m

k k
ω=
√ m
⇒ωn¿
m√ rad/det=

Perioda natural osilasi dibentuk dari ω nT = 2π

2π m
T=
ωn
=2 π
k√
Sedangkan frekuensi naturalnya adalah:

1 1 k
f n= =
τ 2π m √
dari getaran yang terjadi untuk diingat suatu prinsip D’Alembert yaitu
suatu sistem dinamik dapat diseimbangkan secara static dengan menambahkan
gaya khayal yang disebut sebagai gaya inersia yang besarnya sama dengan
massa dikali percepatan dengan arah melawan arah percepatan

a. Getaran Bebas Dengan Redaman


Sistem yang bergetar mengalami redaman sampai derajat tertentu
karena energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil,
maka pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan hitungan
frekuensi natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman.
Redaman sangat penting untuk membatasi amplitudo osilasi waktu resonasi.

13
Gambar 2.13 Getaran Bebas Dengan Redaman

Koordinat bebas (independent coordinates) diperlukan untuk


menetapkan susunan atau posisi sistem pada setiap saat, yang berhubungan
dengan jumlah derajat kebebasan (degree of freedom). Derajat kebebasan
(degree of fredom) adalah jumlah koordinat independen yang dibutuhkan untuk
menentukan posisi atau gerak secara lengkap bagian dari sistem.

Bila peredaman diperhitungkan, berarti gaya peredam juga berlaku pada


massa selain gaya yang disebabkan oleh peregangan pegas.Bila bergerak dalam
fluida benda akan mendapatkan peredaman karena kekentalan fluida. Gaya
akibat kekentalan ini sebanding dengan kecepatan benda. Konstanta akibat
kekentalan (viskositas) c ini dinamakan koefisien peredam, dengan satuan N
s/m (SI)

dx
F d=−cv=−c ẋ=−c
dt

Dengan menjumlahkan semua gaya yang berlaku pada benda kita


mendapatkan persamaan.

m ẍ + c ẋ+ k ẋ=0

Solusi persamaan ini tergantung pada besarnya redaman. Bila redaman


cukup kecil, sistem masih akan bergetar, namun pada akhirnya akan berhenti.
Keadaan ini disebut kurang redam, dan merupakan kasus yang paling
mendapatkan perhatian dalam analisis vibrasi. Bila peredaman diperbesar
sehingga mencapai titik saat sistem tidaklagi berosilasi, kita mencapai titik
redaman kritis. Bila peredaman ditambahkan melewati titik kritis ini sistem
disebut dalam keadaan lewat redam.

14
Nilai koefisien redaman yang diperlukan untuk mencapai titik redaman
kritis pada model massa-pegas peredam adalah:

c c =2 √ km

Untuk mengkarakterisasi jumlah peredaman dalam sistem digunakan


nisbah yang dinamakan nisbah redaman. Nisbah ini adalah perbandingan antara
peredaman sebenarnya terhadap jumlah peredaman yang diperlukan untuk
mencapai titik redaman kritis. Rumus untuk nisbah redaman (ζ ) adalah :

c
ζ=
2 √ km

Sebagai contoh struktur logam akan memiliki nisbah redaman lebih


kecil dari 0,05,sedangkan suspensi otomotif akan berada pada selang 0,2-0,3.
Solusi sistem kurang redam pada model massa-pegas-peredam adalah :

x ( t )= X eζ ω t cos ⁡¿
n

Nilai X, amplitudo awal, dan , ingsutan fase, ditentukan oleh panjang


regangan pegas. Dari solusi tersebut perlu diperhatikan dua hal: faktor
eksponensial dan fungsi cosinus. Faktor eksponensial menentukan seberapa
cepatsistem teredam: semakin besar nisbah redaman, semakin cepat sistem
teredam ke titik nol. Fungsi kosinus melambangkan osilasi sistem, namun
frekuensi osilasi berbeda daripada kasus tidak teredam.

Frekuensi dalam hal ini disebut "frekuensi alamiah teredam", fd, dan
terhubung dengan frekuensi alamiah takredam lewat rumus berikut.

f d =√ 1−ζ 2 f n

Frekuensi alamiah teredam lebih kecil daripada frekuensi alamiah


takredam, namun untuk banyak kasus praktis nisbah redaman relatif kecil, dan
karenanya perbedaan tersebut dapat diabaikan. Karena itu deskripsi teredam
dan takredam kerap kali tidak disebutkan ketika menyatakan frekuensi alamiah.

2. Getaran paksa

Getaran paksa adalah getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar,
jika rangsangan tersebut berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada

15
frekuensi rangsangan, jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu
frekuensi natural sistem, maka akan dapat keadaan resonansi dan osilasi besar
yang berbahaya mungkin terjadi. Kerusakan pada struktur besar seperti
jembatan, gedung ataupun sayap pesawat terbang merupakan kejadian
menakutkan yang disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi
natural merupakan hal yang utama.

2.1.10 Jenis – Jenis Redaman

Redamnan adalah sistem yang bergetar (osilasi) secara bebas akan


mengalami penurunan amplitude getaran atau gerakan untuk melawan sustu
sistem yang bergetar (menurunkan) amplitude getaran suatu sistem). Ada
beberapa jenis redaman sebagai berikut:

1) Redaman Viskos
Merupakan jenis redaman mekanik dimana energy diserap melalui
sejumlah fluida cair. Fluida yang biasa digunakan adalah oli. Fluida tersebut
diletakkan pada sebuah tabung yang berhubungan dengan batang yang akan
diterima.

Gambar 2.14 Viscous Dumping

2) Redaman Coulomb
Gaya redaman memiliki besaran konstan tetapi arahnya berlawanan
dengan getaran bodi. Hal ini disebabkan karena gesekan antara permukaan
rubbing baik permukaannya sama-sama kering atau dengan yang salah satunya
memiliki cukup pelumasan. Coulomb redaman adalah mekanisme redaman
umum yang terjadi pada mesin.

16
Gambar 2.15 Coulomb Dumping

3) Redaman Struktur
Merupakan redaman yang terdapat pada struktur dari sebuah
benda.Setiap benda memiliki redaman struktur tergantung pada kekakuan
struktur tersebut. Apabila sebuah sistem tidak memiliki redaman struktur, maka
sistem akan bergerak secara continue selama-lamanya.

Gambar 2.16 Solid Dumping

2.1.11 Pengurangan Logaritmik


Mengukur laju peuruhan osilasi bebas secara mudah untuk menentukan
jumlah yang ada dalam sistem.Makin besar redamannya, makin besar pula laju
peluruhannya.

17
Gambar 2.17 Laju Peluruhan Osilasi

Pengurangan logaritmik didefinisikan sebagai logaritma natural dari


rasio dua amplitudo berurutan. Jadi rumusan pengurangan logaritmik adalah :

(−ζ ωn ±i √ 1−ζ 2 ωn) t


x=x e
(−ζ ωn+i √ 1−ζ 2 ωn) t (−ζ ωn−i √1−ζ 2 ωn) t
x= A e +B e
x=x e−ζ ω t sin ( √ 1−ζ 2 ω n t +θ )
n

x1
δ =ln
x2

x e−ζ ω t sin ( √1−ζ 2 ωn t 1+θ )


n 1

δ =ln −ζ ω n ( t 1+t d )
xe sin ( √1−ζ 2 ωn ( t 1+t d )+ θ )

e−ζ ω tn 1

δ =ln −ζ ωn (t 1+td )
e
δ =ln eζ ω t n d

δ =ζ ω n t d
δ ≅ 2 πζ

2.1.12 Pengaplikasikan Getaran

Berikut contoh-contoh pengaplikasian getaran diantaranya:

1. Suspensi Kendaraan

Susunan komponennya per spiral, katup dan oli khusus untuk peredam

18
Gambar 2.18 Suspensi Kendaraan

2. Jembatan
Perencanaan dan perhitungan getaran pada jembatan sangat penting,
oleh karena itu dalam rancang bangun jembatan perlunya suatu perhitungan
yang mendalam sehingga tidak terjadi suatu musibah seperti pada gambar.

Gambar 2.19 Jembatan

2.2 Teori Dasar Alat Uji

Ada beberapa alat standard yang bisanya digunakan dalam suatu


pengukuran getaran antara lain:
1. Vibration Meter

Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah


dibawa dan dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil data getaran
pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel
dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan
switch selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur. Vibration

19
meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran) tanpa
memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat
ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli
dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor
“trend getaran” dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan
kenaikan melebihi level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan
analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih lengkap.

2. Shock Pulse Meter

Shock pulse meter adalah alat yang khusus untuk memonitoring kondisi
antifriction bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan metode analisa getaran
yang konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah mengukur
gelombang kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas
gelombang kejut itulah yang mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing
tersebut. Pada sistem SPM ini biasanya memakai tranduser piezo-electric yang
telah dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai frekuensi resonansi sekitar 32
KHz. Dengan menggunakan probe tersebut maka SPM ini dapat mengurangi
pengaruh getaran terhadap pengukuran besarnya impact yang terjadi.

3. Vibration Analyzer

Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan frekuensi getaran
yang akan dianalisa. Karena biasanya sebuah mesin mempunyai lebih dari satu frekuensi getaran
yang ditimbulkan, frekuensi getaran yang timbul tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang
terjadi pada mesin tersebut. Alat ini biasanya dilengkapi dengan meter untuk membaca
amplitudo getaran yang biasanya juga menyediakan beberapa pilihan skala
4. Oscilokop
Osciloskop adalah salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data
getaran yang akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah informasi
mengenai bentuk gelombang dari getaran suatu mesin. Osiloskop juga dapat

20
memberikan informasi tambahan yaitu: untuk mengevaluasi data yang diperoleh
dari tranduser non-contact (proximitor).

21
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum :


1. Rangka
2. Rangka beban
3. Peredam
4. Landasan
5. Kaki/dudukan
6. Motor
7. Kedudukan kertas
8. Beban/massa
9. Pegas

3.2 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur yang dilakukan pada saat praktikum yaitu :

1. Berikan simpangan tertentu pada system getaran (batang) dan lepaskan

2. Pena pencatat dikontakkan pada kertas pencatat

3. Drum pembawa kertas diaktifkan.

4. Batang digetarkan dan getarannya dapat diamati dengan merekam


perpindahan ujung bebas pada kertas pencatat

5. Setelah rekaman data getaran diperoleh, drum pembawa kertas


dinonaktifkan

6. Variasikan kekakuan dan posisi pegas terhadap batang

7. Amati fenomena getaran bebas teredam dengan memberikan damper


(peredam) pada batang

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian

39 gr
undamped Data Kelas A
t1(s) 2
l1(mm) 1045

A-B x1 x2
80 29 20

damped Data Kelas A


t1(s) 1.8
l1(mm) 610

A-B x1 x2
62 18 13

64 gr

23
undamped Data Kelas A
t1(s) 1.6
l1(mm) 839

A-B x1 x2
84 12 12

damped Data Kelas A


t1(s) 2.3
l1(mm) 844

A-B x1 x2
84 12 12

4.2 Pengolahan Data

1. Menggunakan 1 pegas tanpa redaman

Diketahui:

k =1769,99 N /m

24
m=0,039 kg

t=1,93 s

L=1,682 m

λ=0,39 m

x 1=0,015 m

x 2=0,016 m

Perhitungan:
 Menghitung nilai Frekuensi Pribadi (Teori)

k 1769,99 N /m
ω n=
√ √m
=
0,039 kg
=√ 45384,36 rad / s=213,0361rad / s

ωn
f=

213,0361rad /s
f=

f =33,906 Hz
 Menghitung nilai Kecepatan

L
v=
t

1,682 m
v=
1,93 s

m
v=0,872
s
 Menghitung nilai Frekuensi Pribadi (Pengujian)

v
f=
λ

25
m
0,872
s
f=
0,39 m

f =2,235 Hz

2. Menggunakan 1 pegas dengan redaman

Diketahui:

k =1769,99 N /m

m=0,039 kg

t=1,3 s

L=0,434 m

λ=0,072 m

x 1=0,015 m

x 2=0,010 m

Perhitungan:
 Mencari nilai Frekuensi Pribadi (Teori)

k 1769,99 N /m
ω n=
√ √m
=
0,039 kg
=√ 45384,36 rad / s=213,0361rad / s

ωn
f=

213,0361rad /s
f=

f =33,906 Hz

 Mencari nilai Rasio Redaman

x1
ln
x2
ζ=

26
0,015 m
ln
0,010 m
ζ=

0,4054651
ζ=

ζ =0,065

 Mencari nilai Koefisien Redaman

c=2. ζ . √ k . m

c=2. 0,065 . √1769,99 N / m.0,039 kg

c=1,072

 Mencari nilai Frekuensi Pribadi (Pengujian)

2
f D =f n √ 1−( ζ )

2
ω D =33,906 Hz √1−( 0,065 )

ω D =33,835 Hz

Didapatkan hasil perhitungan governor teoritis pada tabel di bawah

Tabel 4.3 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,039
kg

Frekuens Frekuensi
Panjang
Jumlah Massa Kekakua i Pribadi Kecepata Pribadi
Gelomban
pegas (kg) n (N/m) (teori) n (m/s) (pengujian)
g (m)
(Hz) (Hz)
1 1769,99 33,906 0,39 0,872 2,235
2 0,039 3539,98 47,950 0,08 0,433 5,415
3 5309,97 58,726 0,08 0,523 6,531

Tabel 4.4 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,064
kg

27
Frekuens Frekuensi
Panjang
Jumlah Massa Kekakua i Pribadi Kecepata Pribadi
Gelomban
pegas (kg) n (N/m) (teori) n (m/s) (pengujian)
g (m)
(Hz) (Hz)
1 1769,99 26,468 0,145 0,468 3,227
2 0,064 3539,98 37,431 0,21 0,631 3,005
3 5309,97 45,843 0,084 0,524 6,243

Tabel 4.5 Data Perhitungan Getaran Bebas dengan Redaman dengan Massa 0,039
kg

Frekuensi
Jumla
Massa Kekakua Redaman Pribadi
h X1 (m) X2 (m) Zeta
(kg) n (N/m) (c) (pengujian
pegas
) (Hz)
1 1769,99 0,015 0,01 0,065 1,072 33,835
2 0,039 3539,98 0,015 0,01 0,065 1,516 47,850
3 5309,97 0,018 0,013 0,052 1,857 58,648

Tabel 4.6 Data Perhitungan Getaran Bebas tanpa Redaman dengan Massa 0,064
kg

Frekuensi
Jumla
Massa Kekakua Redama Pribadi
h X1 (m) X2 (m) Zeta
(kg) n (N/m) n (c) (pengujian
pegas
) (Hz)
1 1769,99 0,01 0,011 -0,015 -0,323 26,465
2 0,064 3539,98 0,01 0,009 0,017 0,505 37,426
3 5309,97 0,012 0,012 0,000 0,000 45,843

4.3 Analisa

Percobaan dengan peredam dengan massa 0,039 kgdan 0,064 Kg, di tabel
4.3 dan 4.4 dapat dilihat pada perhitungan Zeta (ζ) berpengaruh terhadap jumlah
pegas (konstanta) dan massa benda. Zeta (ζ) sebanding dengan jumlah pegas
maupun massa bendanya Percobaan dengan peredam terbukti dapat menurunkan
getaran suatu benda sehingga frekuensi pribadi nya pun turun.Harga frekuensi
pribadi suatu system juga berbanding lurus dengan kekauan pegasnya yaitu,

28
semakin besar nilai kekakuan pegas maka semakin besar pula nilai frekuensi
pribadinya

Pada percobaan getaran bebas tanpa peredam, dengan massa 0,39 kg dan
0,64 kgdapat dilihat bahwa adanya perbedaan yang besar antara nilai frekuensi
secara teoritis dengan nilai frekuensi hasil pengujian.Hal ini menunjukkan hasil
pengujian yang tidak akurat dan disebakan beberapa faktor. Salah satu faktornya
adalah kondisi alat uji yang tidak bekerja dengan baik sehingga nilai konstanta
pegas tidak sesuai lagi dengan nilai yang sesungguhnya. Kalau dari segi
praktikan, kesalahan dalam pengukuran dan pengambilan data yang tidak akurat
sehingga pada saat perhitungan yang terjadi data tidak sesungguhnya.Selain itu
penggulungan kertas pada drum oleh praktikan yang tidak rapi, penggulung
kertas grafik tidak berputar dengan konstan dan tidak lurus terhadap drum
pembawa kertas, hasil dari pena pencatat kekertas pencatat tidak sejajar pada
simpangan yang diberikan sehingga grafik gelombang getaran bebas yang
didapat tidak beraturan. Antara penghitungan waktu dan drum pembawa kertas
tidak selaras sesuai dengan penghentian waktu stopwatch, maka panjang
gelombang yang tercatat tidak sesuai dengan penghentian waktu dan
mengakibatkan penghitungan data yang tidak akurat terhadap kecepatan dan
panjang gelombang.

29
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Frekuensi suatu sistem berbanding lurus dengan konstanta kekakuan
suatu pegas, yaitu jika konstanta kekakuan pegas dinaikkan makan akan
semakin besar pula frekuensi suatu sistem. Nilai dari redaman viskos
hasil menyatakan jika semakin besar nilai dari massa maka redamannya
jadi semakin kecil.
2. Nilai kekakuan dan koefisien redaman viskos dapat diketahui dengan
melakukan pengujian.
3. Hasil teoritik dan aktual (pengujian) memiliki hasil yang berbeda,
dimana perbedaan ini terjadi di karenakan salah satu faktor yaitu human
error.

5.2 Saran

Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.

30
DAFTAR PUSTAKA

William T. Thomson.1998. “Theori Of Vibration With Application Practice”. Hall Int:


London
Chan, Yefri. “Getaran Bebas”. 29 September 2013.
http://yefrichan.wordpress.com/2010/10/13/getaran-bebas.html

http://www.yekatria.com/produk-95-garputala.html (diakses : 10 Okteober 2015)

https://enhilmy.wordpress.com/2011/05/29/berkenalan-dengan-pegas/ (diakses :
10 Okteober 2015)

Team Asisten LKM.2004.Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin


Bid.Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-
UNRI:Pekanbaru
Salam, Aswin. “Getaran dan Aplikasinya”. 29 September 2013.
http://aswinsalam.blogspot.com/2011/05/17/getaran-dan-aplikasinya.html

31
LAMPIRAN

32
TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM
1. Turunkan solusi persamaan diferensial gerak sistem getaran bebas yang
dinyatakan di persamaan (3.7) untuk kondisi awal berupa simpangan
Jawab :

1
Diketahui : I 0= M L2
12

sin θ ≈ θ sin θ ≈ θ
x=a sin θ x=b sin θ
x=a θ C ẋ=Ca θ̇ x=b θ C ẋ=Kb θ̇
x=a θ̇ kx =b θ

ΣM =0
ML

[ 1 2
MPa .a+ M L +
12
2
2
∗L
]
θ+ ¿Ca θ̇ . a+¨ Kb θ˙ . b=0 ¿

M L2 M L2
[ 2
MP a +
12
+
4 ]
θ +¿ C a2 θ̇+¨ K b2 θ̇=0 ¿

M L2 +3 M L2
[ 2
MP a +
12 ]
θ+¿ C a θ̇+¨ K b θ̇=0 ¿
2 2

M L2
[ MP a2 +
3 ]
θ̈+C a2 θ̇ + K b2 θ̇=0

2. Turunkan asal-usul penentuan konstanta pegas di persamaan (3.6) dan (3.8).


Jawab :

k 1
Rumus ω n=
√ m
f=
T


ω n=2 πf →
T

2π k k 2π 2 4π2
T
=
m m√
→ =
T
→k
Tn
m ( )
33
3. Turunkan solusi pesamaan diferensial gerak sistem getaran bebas teredam
yang dinyatakan di persamaan (3.9) unutk kondisi awal berupa simpangan.
Dalam hal ini faktor redaman, ζ <1 (sistem teredam kurang atau underdamped
Jawab :

d2 x
Dari persamaan gerak newton ΣF=m. a=m → Percepatan Komponen
d t2
gaya diatas diuraikan menjadi gaya pemulih dan gaya hambatan, gaya
pemulih berbanding lurus dengan simpangannya.

F p=−kx
Gaya hambat adalah meredam gaya pemulih
dx
F h=−bv=−b
dt
Disubtitusikan.
d 2 x bdx
M + +kx=0
dt 2 dt

M ek θ̈+C ek θ̇+ k ek x=0

4. Dari pengolahan data, dapat dipastikan bahwa hasil uji akan mempunyai
perbedaan dengan solusi teoritik. Menurut anda, mana yang lebih bisa
dipercaya? Beri argumentasi secukupnya. Selain itu, coba anda uraikan
berbagia sumber yang berkontribusi terhadap perbedaan hasil tersebut.
Jawab :

Yang bisa dipercaya adalah solusi teoritik karena solusi teoritik telah
mempunyai rumus standar yang telah disepakati dibandingkan solusi hasil uji.
Kebanyakan praktikan mengalami kesalaha dalam pengambilan data ( Human
error )

34
LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA DASAR
TA 2020-2021

MODUL 04
PUTARAN KRITIS

Disusun Oleh
M.RAFI ABDI CAHYA
1807111710

LABORATORIUM KONVERSI
ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK

35
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan

Dalam konstruksi pemesinan banyak sekali ditemukan komponen-


komponen yang berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen-momen
disekitar batang atau poros.  Poros dalam hal ini mempunyai peranan penting
terutama sebagai media penambah gaya yang menghasilkan usaha (kerja).

Suatu poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada keadaan
yang lurus, melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada suatu putaran
tertentu lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum.

Putaran yang menyebabkan lengkungan poros mencapai harga


maksimum tersebut dinamakan dengan putaran kritis. Dan keadaan tersebut di
atas namakan efek Whirling Shaft. Fenomena whirling ini terlihat sebagai poros
berputar pada sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga
berputar relatif mengelilingi sumbu poros.

Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada sistem sudah seimbang. Pada
sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi terjadi sampai
keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang
melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi


yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang telah di tentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.

36
1.3 Manfaat percobaan

Adapun manfaat dari praktikum pengujian putaran kritis sebagai berikut:

1. Praktikan mampu menerapkan ilmu yang didapat dari praktikum ini ke


dunia kerja nantinya apabila diperlukan.

2. Praktikan mampu mengaplikasikan putaran kritis dalam kehidupan


sehari-hari.

3. Praktikan dapat menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi pada


putaran kritis.

37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar.

Putaran kritis adalah batas antara putaran mesin yang memiliki jumlah
putaran normal dan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik dan lain sebagainya.
Timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian yang lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan
putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kitisnya. Karena
pada dasarnya poros-poros memiliki sifat elasitis, dan menunjukkan karakteristik
pegas, maka untuk mengilustrasikannya konsep dari suku-uku dasar yang
dipakai dan digunakan analisa sebah system masa dan pegas yang sederhana.

Poros biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen seperti


roda gigi (gear). Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban
tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan
satu dengan lainnya. Jika putarannya dinaikkan maka terjadi getaran yang luar
biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Karena getaran memberikan
efek beban yang berulang-ulang yang menyebabkan terjadinya defleksi pada
poros yang menyebabkan poros transmisi menjadi tidak lurus lagi akibat
material mengalami kelelahan akibat pembebanan yang terjadi terus menerus
yang terjadi (fatigue), di dukung dengan panas yang di akibatkan gesekan antar
roda gigi yang menyebaban material berubah struktur namun itu hanya
berpengaruh kecil karena panas tidak meningkat akibat adanya pelumas (oli).
Sebaliknya apabila poros transmisi tidak lurus lagi maka memberikan efek
getaran yang lebih besar lagi yang mengakibatkan kerugian energi dan bisa
menyebabkan kerusakan.

38
Gambar 2.1 Model fisik poros dengan beban ditengah

Gambar 2.2 Model fisik poros dengan beban sembarang

m× g
k= …………………….........................................(2.1)
δ

60 k
Nc=
2π √ m
……………………………………………(2.2)

Dimana :

m = Massa beban (kg)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

δ = Defleksi (mm)

k = Konstnta kekakuan poros (N/m)

Nc = Putaran kritis poros (rpm)

39
Sumbu suatu poros akan terdefleksi dari kedudukan semulanya boila
dikenai beban. Poros harus kuat menahan defleksi yang berlebih sehingga
mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional
terhadap pengaruh beban. Digram bebda bebas yang dikenai beban dapat dilihat
dibawah ini:

Gambar 2.3 Struktur yang dikenai 1 bebaan

Defleksi maksimum yang dikenai 1 beban dapat dihitung menggunakan


persamaan berikut:

P × a× b
δ= ( L2−a2−b2)…………………………………(2.3)
6×E×I ×L

Gambar 2.4 Struktur yang dikenai 2 beban

40
Gambar 2.5 Struktur yang dikenai 3 beban

Defleksi maksimum untuk 2 pembebanan dan 3 pembebanan ditentukan


dengan metode super posisi.

Pa
Y max = (3 L2−4 a 2)………………………………………(2.4)
4 EI

πd 4
I= ……………………………………………….…………(2.5)
64

Dimana :

E = Modulus elastisitas poros (mm4)

I = Momen inersia poros (N/mm2)

Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound


yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka
stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan.
Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimbangannya, dan kemudian
dilepaskan. Jika Ingin menentukan tipe dari gerakan massa, dapat digunakan
persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2.6 Massa bergerak disuatu bidang horizontal

41
Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah
pegas vertical. Beban menyebabkan pegas melendut sejauh Xo. Bayangkan
massa ditarik kebawah pada suatu jarak Xo dari posisi keseimbangannya dan
kemudian dilepaskan dan ingin diketahui garaknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 2.7 Massa bergetar pada bidang vertical

Dari kedua sistem diatas, Massa yang bergetar secara vertical


mempunyai frekuansi yang sama seperti massa yang bergetar secara horizontal,
dengan osilasi yang terjadi disekitar posisi keseimbangan. Ketika suatu poros di
beri putaran, maka akan selalu terjadi fenomena whirling. Whirling adalah
keadaan dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang besar akibat dari
gaya sentrifugal yang di hasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena
whirling ini terlihat sebagai poros berputar pada sumbunnya, dan pada saat yang
sama poros yang berdefleksi juga berputar relative mengelilingi sumbu poros.

Fenomena ini dapat digambarkan sebagai berikut:

k.δ

42
Gambar 2.8 Olakan poros (whirling)
Dimana:

k = Konstanta kekakuan poros (N/m)

δ = Defleksi (m)

m = Massa (kg)

Konstanta (k) kekakuan poros merupakan suatu bilangan yang


menyatakan besarnya gaya yang digunakan untuk mempertahankan eksentrisitas
poros terhadap defleksi. Konstanta kekakuan poros dapat ditentukan dengan
persamaan:

m. g P
k= = ………………………………………….……(2.6)
δ δ

Dimana:

g = Gravitasi (9,81 m¿ s2)

P = Gaya (N)

Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang dengan panjang


L yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X
(mm). Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada
posisi pembebanan, modulus elastisitas bahan (E), Inersia penampang (I), serta
panjang batang (L). Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu poros,
maka dihitung terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, …, dari
masing-masing benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka
putaran kritis total dari sistem Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan
berikut:

1 1 1 1
2
= 2 + 2 + 2 ……………………………..(2.7)
N c , tot N c 1 N c 2 N c 3

43
2.1.1 Poros Yang Digunakan Pada Putaran Kritis

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya


berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),
pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bias
menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang
bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.

Ada beberapa pengklasifikasian poros yaitu :

1. Berdasarkan Pembebanan
a. Poros transmisi (transmission shafts)Poros transmisi lebih dikenal
dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban puntir berulang,
beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat
ditransmisikan melalui gear, belt pulley, procket rantai, dll.
b. Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur. Bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar.
c. Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatip pendek, seperti
poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban
puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

2. Bedasarkan Bentuk
a. Poros Lurus.
Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus umum.

b. Poros Engkol.
Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan sebagai
poros utama pada mesin torak.

3. Hal-hal penting dalam perencanaan poros


a. Kekuatan Poros.

44
b. Kekakuan Poros.
c. Korosi.
d. Material poros

Karena poros-poros pada dasarnya elastis, dan menunjukkan


karakteristik-karakteristik pegas, maka untuk mengilustrasikan pendekatan dan
untuk menjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan
digunakan analisa sebuah sistem massa dan pegas yang sederhana.

a. Massa Bergerak di Bidang Horizontal


Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound
yang diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka
stationer melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan.

Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimangannya, dan


kemudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan maa dapat
menggunakan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 3.9 Massa Bergerak di Bidang Horizontal

b. Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan
sebuah pegas vertical. Bobot menyebabkan pegas melendut sejauh xo.

45
Bayangkan massa ditarik kebawah pada suatu jarak x o dari posisi
keseimbangannya dan kemudian dilepaskan dan ingin diketahui geraknya
sebagai efek gravitasi.

Gambar 2.10 Massa Bergetar di Suatu Bidang Vertical

Massa yang bergetar secara vertical mempunyai frekuansi yang


sama seperti massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi yang terjadi
disekitar posisi keseimbangan.

c. Olakan Poros
Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros
menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi,
meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatankecepatan
yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L cm


ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang
dipandang sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksi
giroskop dari massa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasumsikan poros
bergerak melalui sebuah kopling yang bekerja tanpa menahan lendutan
poros. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat diabaikan,

46
meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan sama apakah poros vertikal atau
horizontal.

Apabila titik berat dari massa ada disumbu punter, maka tidak akan ada
ketakseimbangan macam apapun yang dapat menyebabkan poros
berputardisuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun dalam prakteknya,
kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu
jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri piringan. Dengan titik
berat yang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat suatu gaya inersia
yang mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan pusat poros
dinyatakan dengan r pada gambar dibawah :

Gambar 2.11 Olakan Poros

Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros pada
piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap sumbu
bantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat

47
disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia,untuk
sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :

W
(r  e) 2
g

Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah
laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada
piringan. Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol,
dengan termasuk gaya inersia, maka didapatkan

W
(r  e) 2  kr  0
g

Dengan menata kembali suku-sukunya:

W 2

r g

e k  W 2
g

Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan


dengan kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni kecepatan
dimana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu kecepatan yang
mendekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki karena besarnya
perpindahan pusat piringan dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat
diperoleh untuk kondisi dimana persamaan diatas sama dengan nol :

W 2
k  0
g

Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalam


suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang sama dengan
berat piringan, yaitu P=W. Lendutan resultan akan berupa lendutan static dari
poros horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut
dinamakan xst.

48
P W
k 
r X st

d. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis


Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya
menunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada
kecepatan kritis, namun kondisi semacam ini secara praktek tidak mungkin.
Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persamaan teoritik, poros yang
berputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi,
kitatahu bahwa poros-poros yang berjalan pada kecepatan kritis tidak perlu
patah, dan mungkin berjalan dengan sangat kasar tetapi tanpa distorsi
permanent.

Gambar 2.12 Efek Gesekan Terhadap Kecepatan Kritis

Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan maksimum dari r/e


tidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu daerah
pada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung dengan
tanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang agak jauh dari
kecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau tanpa gesekan.
Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakan dihitung
dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat kecil.

49
Gambar 2.13 Grafik Kecepatan Olakan/Kecepatan Poros

2.1.2 Kondisi Yang Dapat Diterapkan Pada Percobaan

Respon amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi (dimensionless


ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman,
ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo
resonansi. Frekuensi pribadi disebut juga frekuensi kritis atau kecepatan kritis.

Gambar 2.14 Model Fisik Poros Dengan Beban Ditengah

Gambar 2.15. Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang

50
mg
k

60 k
Nc 
2 m

Dimana :

m = Massa beban (kg)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2

 = Defleksi (mm)

k = Konstanta kekakuan poros (N/mm)

Nc = Putaran kritis poros (rpm)

Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung
lebih dahulu putarn-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3,…, dari masing-masing benda
tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
keseluruhan dari sistem Nc0 dapat ditentukan oleh :

1 1 1 1
2
 2  2  2 ....
N c 0 N c1 N c 2 N c 3

Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya


semula bila dikenai beban. Poros harus kuat untuk menahan defleksi yang
berlebihan, sehingga mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Persamaan-persamaan
diferensial untuk menentukan defleksi poros dicari dengan asumsi defleksi
kecil dibandingkan dengan panjang poros.

51
Gambar 2.16 Getaran Pada Poros
Diagram benda bebas struktur/poros yang dikenai beban, F dapat dilihat
pada gambar berikut :

Gambar 2.17 Struktur Yang Dikenai 1 Beban

Gambar 2.18 Struktur Yang Dikenai 2 Beban

52
Gambar 2.19 Struktur Yang Dikenai 3 Beban
Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :

P a b

6 E  I  L
 L2  a 2  b 2 

Defleksi maksimumpada poros yang dikenai 2 beban dan 3 beban


ditentukan dengan metode superposisi.

2.2 Teori Dasar Alat Uji

Ada beberapa alat standard yang bisanya digunakan dalam suatu putaran
kritis antara lain:

1. Tachometer
Digunakan untuk mengetahui kecepatan putaran dari suatu benda yang
berputar. Pada praktikum governor ini tachometer yang digunakan adalah
tachometer optik, diamana cahaya yang dihasilkan dari tachometer ditembakan
dengan arah tegak lurus terhadap sistem yang ingin diketahui berapa putarannya.
Selanjutnya cahaya tadi dipantulkan (direfleksikan) kesensor yang ada pada
tachometer sehingga tanpil berapa nilai dari putaran sistem yang diamati

53
2. Regulator
Regulator merupakan salah satu alat yang digunakan dalam mengatur
kecepatan putaran mesin. Regulator ini dilengkapi dengan bandul bola, baik
yang mekanis maupun hirolis. Regulator mekanis biasanya dipakai pada mesin
dieselyang dayanya kecil, sedangkan untuk daya kerja yang besar dipakai
regulator hidrolis.

3. Mistar Ukur
Mistar ukur adalah suatu alat ukur panjang dengan satuan cm yang
digunakan untuk mengukur tinggi kenaikan sleeve,serta batang batang yang
menghubungkan flyball dengan sleeve.

54
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum :


1. Seperangkat Alat Pengujian Putaran Kritis
2. Kunci 14
3. Slide Regulator
4. Motor Listrik
5. Bantalan
6. Rotor atau Beban
7. Poros
8. Kunci L
9. Tachometer

3.2 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur yang dilakukan pada saat praktikum yaitu :

1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk (dibantu asisten)

2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan,


dan peralatan lain dalam keadaan baik.

3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya.

4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator

5. Hitung putaran-putaran rotor

6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda.

7. Tambahkan pembebebanan dengan menambah 1 buah rotor

8. Lakukan kembali prosedur 3-6 hingga semua data diperoleh

9. Catatlah data pengujian pada tabel.

BAB IV

55
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian

Tabel 4.1 Data Pengujian Putaran Kritis


Nc
L (m) v a (m) b (m) M (kg)
(Rpm)
100 1426
125 0.18 0.46 1432
150 1436
100 1425
0.64 125 0.36 0.28 1466 1.65
150 1468
100 1470
125 0.54 0.1 1478
150 1480

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Dengan 1 beban

 Posisi 1

m = 1,65 kg

Panjang a = 0.18 m

Panjang b = 0.46 m

d = 0,02 m

E = 1,9x1011 pa

V = 100,125 dan 150 volt

56
 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m 4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=1,65 kg .9,81 m/s 2=16,1865 N

 Perhitungan defleksi

P a b
 ( L2  a 2  b 2 )
6 E  I  L
16,1865 N . 0,18m . 0,46 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,18 m)2−(0,46 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00003875 m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

P
k

16,1865 N
k= =417716,129 N /m
0.00003875m

 Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 417716,129 N /m
N c=
2. π √ 1,65
=4804,7408 rpm

 Posisi 2

m = 1.65 kg

Panjang a = 0,28 m

Panjang b = 0,36 m

57
d = 0,02 m

E = 1,9x1011 pa

V = 100,125,150 volt

 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m 4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=1,65 kg .9,81 m/s 2=16,1865 N

 Perhitungan defleksi

P a b
 ( L2  a 2  b 2 )
6 E  I  L
16,1865 N . 0,36 m. 0,28 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,36 m)2−(0,28 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00005743 m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

P
k

16,1865 N
k= =281847,466 N /m
0.00005743m

 Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 281847,4664 m
N c=
2. π √ 1,65
=3946,721rpm

58
 Posisi 3

m = 1,65 kg

Panjang a = 0,54 m

Panjang b = 0,1 m

d = 0,02 m

E = 1,9x1011 Pa

V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt

 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=1,65 kg .9,81 m/s 2=16,1865 N

 Perhitungan defleksi

P a b
 ( L2  a 2  b 2 )
6 E  I  L
16,1865 N .0,54 m. 0,1 m
δ= 12 2 −9 4
((0,64 m)2−(0,54 m)2 −(0,1 m)2 )
6 . 0,19 x 10 N /m . 7,85 x 10 m . 0,64 m
δ =0,00001648 m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

P
k

16,1865 N
k= =982190,533 N / m
0.00001648m

 Perhitungan putaran kritis

59
60 k
Nc 
2  m

60 982190,533 m
N c=
2. π √ 1,65
=7367,621rpm

4.2.1 Dengan 2 Beban


 Posisi 1

m = 3.3 kg

Panjang a = 0.18 m

Panjang b = 0.46 m

d = 0,02 m

E = 1,9x1011 pa

V = 100,125 dan 150 volt

 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m 4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=3.3 kg . 9,81m/s 2=32,373 N

 Perhitungan defleksi

P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I
32.373 N . 0,18 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0001367 m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

60
P
k

32,373 N
k= =236817,849 N /m
0.0001367 m

 Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 236817,849/m
N c=
2. π √ 3,3
=2558,124 rpm

 Posisi 2

m = 3.3 kg

Panjang a = 0,28 m

Panjang b = 0,36 m

d = 0,02 m

E = 1,9x1011 pa

V = 100,125,150 volt

 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=3,3 kg . 9,81m/s 2=32,373 N

 Perhitungan defleksi

P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I

61
32.373 N . 0,28 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0000292m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

P
k

3,373 N
k= =115513,698 N /m
0,0000292m

 Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 115513.698 m
N c=
2. π √ 3,3
=1786,615 rpm

 Posisi 3

m = 3,3 kg

Panjang a = 0,54 m

Panjang b = 0,1 m

d = 0,02 m

E = 1,9x1011 Pa

V = 100 volt, 125 volt, dan 150 volt

 Perhitungan inersia

  D4
I
64

3,14 .(0,02 m)4


I= =0,00000000785m 4
64

 Perhitungan gaya pada poros

P  m g

P=3,3 kg . 9,81m/s 2=32,372 N

62
 Perhitungan defleksi

P.a
Ymax= (3 . L2−4 . a2 )
24. E . I
32.373 N .0,54 m
Ymax= ¿
24 . 0,19 x 1012 N /m 2 . 7,85 x 10−9 m 2
Ymax=0,0000305 m

 Perhitungan konstanta kekakuan poros

P
k

32,373 N
k= =1061409,836 N /m
0,0000305 m

 Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 1061409,836 m
N c=
2. π √ 3,3 kg
=5415,717rpm

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data 1 Beban


1 Beban
Nc
Nc
L a Actua m(kg P I
V b (m) δ (m) K (N/m) Teoritis
(m) (m) l ) (N) (m4)
(rpm)
(Rpm)
0.6 10 0.0000387 4804.74
1426 417716.129
4 0 5 1
12 0.0000387 4804.74
0.18 0.46 1432 417716.129
5 5 1
15 0.0000387 4804.74
1436 417716.129
0 5 1
7.85x10-9
16.1865

10 0.0000574 3946.72
1.65

1425 281847.466
0 3 1
12 0.0000574 3946.72
0.36 0.28 1466 281847.466
5 3 1
15 0.0000574 3946.72
1468 281847.466
0 3 1
10 0.54 0.1 1470 0.0000164 982190.533 7367.62
0 8 1

63
12 0.0000164 7367.62
1478 982190.533
5 8 1
15 0.0000164 7367.62
1480 982190.533
0 8 1

Tabel 4.2 Hasil Hasil Pengolahan Data 2 Beban


2 Beban
Nc Nc
L P I
V a (m) b (m) Actual m(kg) δ (m) K (N/m) Teoritis
(m) (N) (m4)
(Rpm) (rpm)
0.000136
100 1426 2558.124
7 236817.849
0.000136
125 0.18 0.46 1432 2558.124
7 236817.849
0.000136
150 1436 2558.124
7 236817.849
0.000029
100 1425 115513.698 1786.615
2
7.85x10-9
16.1865

0.000029
1.65

0.64 125 0.36 0.28 1466 115513.698 1786.615


2
0.000029
150 1468 115513.698 1786.615
2
0.000030
100 1470 1061409.856 5415.717
5
0.000030
125 0.54 0.1 1478 1061409.856 5415.717
5
0.000030
150 1480 1061409.856 5415.717
5

4.3 Analisa

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat antara putaran percobaan


dengan putaran rpm sangat berbeda, perbedaan ini sangat jauh sekali, selain itu
perhitungan pada teoritik setiap tegangan nilai kecepatan dan nilai defleksinya
berbeda, ini mungkin yang menyebabkan perbedaan antara nilai putaran teoritis

64
dan nilai teoritik. Penyebab perbedaan ini ialah ada dari faktor error human dan
faktor alat, error human atau kesalahan manusia ialah penempatan rumus yang
tidak sesuai dengan yang telah ditentukan sehingga terdapat kesalahan dan juga
ketelitian pada saat perhitungan yang kurang akurat sehingga angka yang
didapat melenceng, selain itu pada saat pengambilan data putaran poros tidak
akurat, sehingga putaran yang terbaca tidak sesuai dengan nilai yang
sesungguhnya, selain itu penempatan beban yang tidak sesuai dengan ukuran
atau dengan kata lain pengukuran jarak beban dengan tumpuan tidak persisi atau
tidak akurat sehingga terjadi kesalahan pada saat pengukuran.

Selain human error yang menyebabkan perbedaan hasil ialah kesalahan


alat, putaran poros tidak sesuai dengan yang diharapkan kemungkinan putaran
poros tersedat karena ada bantalan yang sudah aus yang perlu diganti karena
bantalan yang digunakan sudah tidak dapat digunakan karena sering digunakan
sehingga umur dari bantalan sudah tua dan perlu diganti, penyebab dari bantalan
yang tua ialah kecepatan poros tidak konstan sehingga pembacaan pada
tachometer tidak konstan. Selain dari bantalan, alat ukur yang digunakan sudah
tidak persisi lagi, terutama alat ukur tachometer, tachometer sudah tidak persisi
lagi atau sudah melenceng dari data yang didapatkan sehingga data yang
diharapkan tida sesuai lagi dengan data yang didapat pada saat praktikum.

Kesalahan pada perhitungan teoritis yaitu tegangan tidak diperhitungkan


sehingga pada perhitungan teoritis putaran dan defleksinya tidak dipengaruhi
oleh tegangan sendangkan tegangan mempengaruhi putaran dari poros semakin
besar tegangan maka putaran poros yang dihasilkan semakin besar, akan tetapi
tidak dengan putaran teoritis, putaran teoritis dipengaruhi oleh konstanta
kekakuan poros dan massa sendangkan tegangan tidak mempengaruhinya alhasil
putaran poros teoritik untuk setiap tegangan sama. ini yang menyebabkan
perbedaan jauh antara hasil teoritik dengan hasil percobaan, pengaruh tegangan
tidak diperhitungkan pada perhitungan teoritik. Semakin tinggi tegagan semakin
cepat putaran percobaan sendangkan putaran teoritik semakin tinggi tegangan
yang dikeluarkan putaran teoritik sama karena pada perhitungan teoritik tidak
diperhitungkan tegangannya.

65
Putaran kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan
putarnya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini
dikarenakan rotor memiliki beban yang mempengaruhi batang poros. Jadi nilai
kecepatan teoritis semakin besar bila posisi rotor semakin jauh dari posisi
tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak ditengah maka defleksi
akan semakin besar dan putaran semakin tak imbang.

BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Putaran kritis maksimum terjadi pada saat rotor berada pada posisi
terjauh dari rotor.
2. Kekakuan maksimum terjadi pada saat pembebanan terletak di dekat
motor.
3. Frekunesi pribadi pada pembebanan yang jauh dari frekuensi pribadi
pada pembebanan pada tengah-tengah batang.
4. Defleksi maksimum maksimum terjadi pada saat rotor berada pada
posisi terjauh dari motor dan tumpuan

5.2 Saran

Agar praktikum kedepannya lebih baik lagi maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan :

66
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik agar hasil pada saat
pengujian lebih tepat dan teliti.
2. Lakukan praktikum dengan langkah-langkah yang benar.
3. Memahami material praktikum terlebih dahulu sebelum praktikum.
4. Perhatikan motor apabila sudah sampai pada putaran kritis, jangan
terlalu lama perputaran tersebut terjadi karena akan menyebabkan alat
jadi rusak
5. Setelah selesai melaukan percobaan, segera kembalikan alat-alat yang
telah dipinjam ketempat semula.

67
DAFTAR PUSTAKA

William T. Thomson.1998. “Theori Of Vibration With Application Practice”. Hall


Int: London

Team Penyusun LKM. 2013. Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin Bidang
Konstruksi dan Perancangan. Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru

Badri, Muftil.,Nazaruddin.2012.Panduan Praktikum Fenomena Dasar


Mesin.Pekanbaru

Team Asisten LKM.2004.Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin


Bid.Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-
UNRI:Pekanbaru
http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/12/cara-menentukan-putaran-kritis-pada-
poros/

http://blogmechanical.blogspot.com/2011/08/putaran-kritis-pada-poros
whirling.html

68

Anda mungkin juga menyukai