Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

MODUL 08
PUTARAN KRITIS

Oleh:

NAMA : ROY AZMANDO

NIM : 1807111739

KELAS : S1 A

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan
suatu hal yang sangat menakutkan karena ketika hal tersebut terjadi maka struktur
yang dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau mengalami
kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan membahayakan jika itu merupakan alat yang
berfungsi untuk mengangkut orang atau ditempati banyak orang, oleh karena itu perlu
perencanaan yang sangat matang untuk membangun suatu struktur tertentu. Begitu
juga dengan poros, seperti poros turbin pada pembangkit daya (power plant) pada saat
operasi dengan putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat
dia sendiri. Defleksi yang paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang
disebut dengan putaran kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal
sehingga dalam operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu
perlu pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini dilaksanakan ialah:

1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi yang


terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan
yang telah ditentukan.
3. Menentukan putaran kristis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini dilaksanakan ialah:

1. Praktika dapat mengetahui karakteristik poros dengan cara membuat grafik


yang menyatakan hubungan antara defleksi dan rotor untuk berbagai
tegangan.
2. Praktikan mengetahui fenomena yang terjadi pada poros yang berputar pada
tengangan tertentu.
3. Praktikan dapat mencari putaran kritis yang terjadi pada poros yang berputar
pada variasi tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Sistem memiliki energi dalam sendiri, dimana bila diberi gaya gangguan pada
frekuensi pribadinya (natural frequency), akan menimbulkan getaran dengan
amplitudo yang besar. Setiap benda yang bergerak mempunyai energi kinetik dan
setiap pegas memiliki energi potensial. Mesin – mesin umumnya dibuat dari bahan
dengan modulus elastisitas tertentu, yang berarti mempunyai sifat elastis sehingga
dapat berperilaku seperti pegas. Setiap elemen mesin memiliki massa dan bergerak
dengan kecepatan tertentu, berarti elemen elemen mesin tersebut memiliki energi
kinetik. Ketika suatu sistem dinamik bergetar, terjadi perpindahan energi dari
potensial ke kinetik ke potensial dan seterusnya, berulang-ulang dalam sistem
tersebut. Poros sebagai elemen mesin yang sangat penting, juga bergerak/berputar
pada kecepatan tertentu dan mengalami lenturan (deflection) akibat momen puntir
(torsion) dan atau momen bengkok (bending).

Ketika suatu poros atau elemen mesin yang lain diberi beban yang berubah
terhadap waktu atau beban bolak – balik, poros tersebut akan bergetar. Apabila poros
menerima beban acak (transient), seperti ketukan palu, poros akan bergetar pada
frekuensi pribadinya. Contohnya pada bunyi bel, dimana bunyi dihasilkan dari
gangguan pada frekuensi pribadi bel. Hal-hal ini dinamakan dengan getaran bebas.
Jika poros menerima beban yang berubah terhadap waktu, seperti beban sinusoidal
secara terus menerus maka poros akan bergetarsesuai dengan frekuensi gaya ganguan
tersebut. Ketika frekuensi gaya ganguan sama (coincide) dengan salah satu frekuensi
pribadinya, maka simpangan atau amplitudo respons getarannya akan lebih besar dari
amplitudo gaya gangguan. Hal inilah yang disebut resonansi. Bila putaran mesin
dinaikkan maka akan timbul gtaran pada mesin tersebut.

Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan
putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis.hal ini
dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik daan lain-lain. Selain itu,
timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan
putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dariputaran kritisnya. Respons
amplitudo menunjukkan besaran tanpa dimensi dari perbandingan amplitudo
outputdan input. Setiap redaman, ditunjukkan dengan perbandingan redaman, akan
mengurangi rsaio amplitudo resonansi. Frekuensi pribadi tersebut disebut juga
frekuensi kritis atau kecepatn kritis.
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang
bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau
berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

A. Poros
Poros adalah suatu alat yang berfungsi untuk meneruskan daya melalui
putaran. Poros ini merupakan salah satu bagian yang terpenting yang terdapat pada
setiap mesin. Poros juga merupakan komponen untuk memindahkan tenaga mekanik
dari salah satu elemen mesin ke elemen mesin lainnya. Poros ini akan mendapat
tegangan punter, pada saat memindahkan daya oleh karena itu perlu diketahui ukuran
poros yang digunakan. Untuk menghitung ukuran poros, perlu diketahui berapa
besarnya daya yang akan dipindahkan dan putaran pada saat daya itu dipindahkan
(sularso,1997). Shigley, 1983menyatakan poros adalah suatu bagian stasioner yang
berputaar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti
roda gigi (gear), Pulley, Flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan,beban tekan atau beban puntiran
yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan yang lainnya.

B. Pembagian Poross
Adapun pembagian poros dapat dilihat dalam dua bidang yaitu, berdasarkan
pembebanan dan bentuk-bentuk poros yang digunakan. Dalam bidang pembebanan,
poros terbagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Poros Transmisi
Poros transmisi kan mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti
ataupun kedua-duanya. Pada poros, daya dapat ditransmisikan melalui gear,
belt pulley, sprocket rantai,dll.

2. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar tidak menerima beban punter dan hanya mendapat
beban lentur.

3. Poros Spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relative pendek , misalnya
pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban
puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur
(axial load). Poros spindle dapat digunakan secara efektif apabila deformasi
yang terjadi pada poros tersebut kecil.

Sedangkan berdasarkan bentuk-bentuk poros yang digunakan terdapat dalam


dua jenis bentuk poros, yaitu :

1. Poros Lurus
Poros lurus adalah poros yang mempunyai penampang lurus. Pada poros ini,
beban yang sering diterima adalah beban puntir.
2. Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin
Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan, poros
merupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil,
hal ini dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi pemilihan arah (arah
momen putar).

C. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Pada Poros


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemilhan poros yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur, ataupun
gabungan antara keduanya. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan
beberapa faktor, misalnya: Kelelahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi
tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alat pasak pada
poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan
beban-beban tersebut.

b. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup aman dalam
menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan
mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration)
dan suara (noise). Oleh karena itu selain memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan
ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
c. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka
dapat mengakibatkan korosi pada poros tersebut. Oleh karena itu pemilihan
bahan-bahan poros dari bahan yang tahan korosi perlu mendapat prioritas utama.

d. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat
pada umum nya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan
kulit sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom
nikel, baja, khrom, nikel, molybdenum dll. Dengan demikian perlu di
pertimbangkan dalam pemilihan jenis proses heat treatment yang tepat sehingga
akan diperoleh kekuatan yang sesuai.

Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban


berat umumnya dibuat dari baja paduan dengnan pengerasan kulit yang sangat
tahan terhadap kausan. Beberapa bahan yang dimaksud di antaranya adalah baja
khrom, nikel, baja khrom nikel molibdem, dan lain-lain. Sekalipun demikian,
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasanya hanya untuk
putaran tinggi dan beban berat saja. Hal ini perlu mempertimbangkan dalam
pengguanaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk
memperoleh kekuatan yang diperlukan.

e. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor
listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros
perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari
putaran kritisnya.

D. Putaran Kritis
Poros biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen seperti roda
gigi (gear). Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau
beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya. Jika putarannya dinaikkan maka terjadi getaran yang luar biasa besarnya.
Putaran ini disebut putaran kritis. Karena getaran memberikan efek beban yang
berulang-ulang yang menyebabkan terjadinya defleksi pada poros yang menyebabkan
poros transmisi menjadi tidak lurus lagi akibat material mengalami kelelahan akibat
pembebanan yang terjadi terus menerus yang terjadi (fatigue), di dukung dengan
panas yang di akibatkan gesekan antar roda gigi yang menyebaban material berubah
struktur namun itu hanya berpengaruh kecil karena panas tidak meningkat akibat
adanya pelumas (oli). Sebaliknya apabila poros transmisi tidak lurus lagi maka
memberikan efek getaran yang lebih besar lagi yang mengakibatkan kerugian energi
dan bisa menyebabkan kerusakan.

Poros pada dasarnya bersifat elastic, dan menunjukkan karakteristik-


karakteristik pegas, makauntuk mengilustrasikan pendekatan dan untuk menjelaskan
konsep-konsep darisuku-suku dasar yang dipakai maka digunakan analisa sebuah
sistem pegas dan massa yang sederhana.

1. Massa bergerak di bidang horizontal


Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W poundyang
diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangkastationer
melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan.Massa
dipindahkan sejauh x dari posisi keseimbangannya, dan kemudiandilepaskan. Jika
Ingin menentukan tipe dari gerakan massa, dapat digunakan persamaan-
persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. 1 Massa bergerak pada bidang horizontal

2. Massa bergetar di suatu bidang vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah
pegas vertical. Beban menyebabkan pegas melendut sejauh Xo.Bayangkan massa
ditarik kebawah pada suatu jarak Xo dari posisikeseimbangannya dan kemudian
dilepaskan dan ingin diketahui garaknyasebagai efek gravitasi.
Gambar 2. 2 massa bergetar pada bidang vertikal
Dari kedua sistem diatas, Massa yang bergetar secara vertical mempunyai
frekuansi yang sama sepertimassa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi
yang terjadi disekitar posisikeseimbangan.

3. Olakan Poros (Whirling)


Ketika suatu poros di beri putaran, maka akan selalu terjadi fenomena
whirling. Whirling adalah keadaan dimana poros berputar akan mengalami
defleksi yang besar akibat dari gaya sentrifugal yang di hasilkan oleh eksentrisitas
massa poros. Fenomena whirling ini terlihat sebagai poros berputar pada
sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar
relative mengelilingi sumbu poros.

Gambar 2. 3 Olakan poros (whiriling)


Dimana:

k: konstanta kekakuan poros (N/m)

δ: Defleksi (m)

m: massa (kg)

Konstanta (k) kekakuan poros merupakan suatu bilangan yang menyatakan


besarnya gaya yang digunakan untuk mempertahankan eksentrisitasporos terhadap
defleksi. Konstanta kekakuan poros dapat ditentukan dengan persamaan:

m. g P
k= =
δ δ

Dimana:

g = gravitasi (9,81 m¿ s2)

P = Gaya (N)

Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang dengan panjang L


yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X
(mm).Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada
posisi pembebanan, modulus elastisitas bahan (E), Inersia penampang (I), serta
panjang batang (L).Bentuk-bentuk defleksi yang diakibatkan oleh pemberian
beban pada batang dalam berbagai posisi dapat dilihat pada lampiran.Defleksi
dipengaruhi oleh Momen Inersia poros, dimana besarnya momen inersia poros
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Л . d4
I=
64

Dimana :

I = momen inersia

d = diameter penampang poros (mm)

Sehingga besarnya putaran kritis dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

N c = 60 k
2. Л √ m
Dimana :

k = konstanta kekakuan pegas (N/m)

m = massa rotor

Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu poros, maka dihitung
terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, …, dari masing-masing
benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
total dari sistem Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

1 1 1 1
2
= 2 + 2 + 2
N c , tot N c 1 N c 2 N c 3

Akan dibahas olakan poros untuk mengilustrasikan mengapa poros - poros


menunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi,
meskipun poros dapat berputar secara mulus pada kecepatan yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Gambar dibawah menunjukkan sebuah poros dengan panjang L
cm ditumpu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang dipandang
sebagai sebuah massa terpusat dan beratnya W Newton, aksi giroskop dari massa
akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasumsikan poros bergerak melalui sebuah
kopling yang bekerja tanpa menahan lendutan poros. Poros dipandang vertical
sehingga gravitasi dapat diabaikan, meskipun hasil-hasil yang didapatkan akan
sama apakah poros vertikal atau horizontal. Apabila titik berat dari massa ada
disumbu puntir, maka tidak akan ada ketakseimbangan macam apapun yang dapat
menyebabkan poros berputar disuatu sumbu lain diluar sumbu poros. Namun
dalam prakteknya, kondisi semacam ini tidak dapat dicapai, dan titik berat
piringan ada disuatu jarak eyang boleh dikatakan kecil, dari pusat geometri
piringan. Dengan titik beratyang diluar sumbu putar atau sumbu bantalan, terdapat
suatu gaya inersiayang mengakibatkan poros melendut, dimana lendutan pusat
porosdinyatakan dengan r pada gambar dibawah :
Gambar 2. 4 Gaya Inersia Yang Menyebabkan Poros Melendut

Pusat geometri dari piringan , O adalah sama dengan pusat poros


padapiringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap
sumbubantalan S. Gaya inersia piringan diseimbangkan oleh apa yang dapat
disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia,untuk
sebuah massa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah :

W
( r + e ) ω2
g

Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, dimana k adalah laju
pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per cm lendutan poros pada piringan.
Dengan menyamakan jumlah gaya-gaya pada gambar dengan nol, dengan
termasuk gaya inersia, maka didapatkan :

W
( r + e ) ω2−kr=0
g

Dengan menata kembali suku – sukunya :

W 2
ω
r g
=
e W
k − ω2
g

Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan dengan


kecepatan putaran kritis atau kecepatan olakan, yakni kecepatan dimana
perbandingan r/e adalah tak hingga. Operasi pada suatu kecepatan yang mendekati
kecepatan kritis juga tak dikehendaki karena besarnya perpindahan pusat piringan
dari sumbu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi dimana
persamaan diatas sama dengan nol :

W 2 k . g 0.5
k − ω =0 atau ω=( )
g W

Konstanta k dapat dinyatakan dalam bermacam cara, misalnya


sepertikonstanta yang diperoleh dari persamaan lendutan sebuah poros
dengantumpuan sederhana dibawah aksi suatu beban P :

P.a.b
r= ( L2−a 2−b2 )
6. L . E . I

Perbandingan P/r mendefinisikan laju pegas k menjadi

P 6. P . L . E . I
k= =
r a . b(L2 −a2−b2)

Khusus untuk poros yang sedang dibahas ini, kecepatan kritis dapat
dinyatakan dengan :

6. P . L . E . I g
ω=
√ 2 2
a .b ( L −a −b ) 2
W
rad /s

Sebuah metode alternative adalah dengan menulis laju pegas k dalamsuku-


suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang samadengan berat
piringan, yaitu P=W. Lendutan resultane akan berupa lendutanstatic dari poros
horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut dinamakan xst-
Jadi,

P W
k= = atau ω=¿
r Xst

4. Efek Gesekan Terhadap Kecepatan


Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnyamenunjukkan suatu
putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga padakecepatan kritis, namun
kondisi semacam ini secara praktek tidak mungkin.Menurut hasil-hasil yang
diperoleh dari persamaan teoritik, poros yangberputar pada putaran kritis tentu
saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi, kitatahu bahwa poros-poros yang berjalan
pada kecepatan kritis tidak perlupatah, dan mungkin berjalan dengan sangat kasar
tetapi tanpa distorsipermanent.

Gambar 2. 5 Grafik Getaran Kritis r/e


Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan maksimum dari r/e
tidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu daerah
pada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung dengan
tanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang agak jauh dari
kecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau tanpa gesekan.
Dalam praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakan dihitung
dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat kecil.

Gambar 2. 6Grafik kecepatan kritis

2.2 Aplikasi
Seperti poros turbin pada pembangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan
putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri.
Defleksi yang paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan
putaran kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam
operasi dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu pengetahuan
yang dalam mengenai putaran kritis ini.
Apabila suatu poros dengan diameter D dan panjang L diberi beban massa sebesar
M, kemudian diputar dengan kecepatan melebihi putaran maksimumnya akan
menimbulkan getaran. jika keadaan tersebut dibiarkan terus menerusnya maka poros
dapat mengalami kegagalan (fatigue), inilah yang dinamakan putaran kritis. Analisis
pembebanan dalam perancangan poros atau komponen mesin sangatlah penting,
karena jika beban telah diketahui maka dimensi, kekuatan, material, serta variabel
design lainnya dapat ditentukan sehingga menghasilkan suatu produk yang
berkualitas dan tahan lama.

2.3 Teori Dasar Alat Ukur


1. Tachometer

Digunakan untuk mengetahui kecepatan putaran dari suatu benda yang


berputar. Pada praktikum governor ini tachometer yang digunakan adalah
tachometer optik, diamana cahaya yang dihasilkan dari tachometer ditembakan
dengan arah tegak lurus terhadap sistem yang ingin diketahui berapa putarannya.
Selanjutnya cahaya tadi dipantulkan (direfleksikan) kesensor yang ada pada
tachometer sehingga tanpil berapa nilai dari putaran sistem yang diamati.

2. Regulator

Regulator merupakan salah satu alat yang digunakan dalam mengatur


kecepatan putaran mesin. Regulator ini dilengkapi dengan bandul bola, baik yang
mekanis maupun hirolis. Regulator mekanis biasanya dipakai pada mesin
dieselyang dayanya kecil, sedangkan untuk daya kerja yang besar dipakai
regulator hidrolis.

3. Mistar Ukur

Mistar ukur adalah suatu alat ukur panjang dengan satuan cm yang digunakan
untuk mengukur tinggi kenaikan sleeve,serta batang batang yang menghubungkan
flyball dengan sleeve.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Peralatan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan adalah:

1. Motor Listrik
2. Slide Regulator
3. Poros
4. Rotor/Massa

3.2 Prosedur Percobaan

1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk (dibantu asisten).

2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan, dan

peralatan lain dalam keadaan baik.

3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya.

4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator.

5. Hitung putaran - putaran rotor.

6. Ulangi percobaan di atas untuk tegangan regulator yang berbeda.

7. Tambahkan pembebanan dengan menambah 1 buah rotor .

8. Lakukan kembali prosedur 3-6 hingga semua data di peroleh.


9. Catatlah data pengujian pada table.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian

4.2 Pengolahan Data

4.3 Analisa Data


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diambil dari praktikum ini ialah:

a. Semakin besar tegangan yang dikeluarkan maka putaran dari poros semakin
besar.
b. Setiap tumpuan yang berbeda, persamaan defleksi yang digunakan bebeda ini
tergantung dari posisi beban dan tumpuan yang digunakan.
c. Semakin kecil defleksi yang dihasilkan maka semakin besar konstanta
kekauan dari poros.
d. Semakin besar kekauan suatu poros maka putaran kritis putaran yang
dihasilkan akan semakin besar karena kakakuan poros berbanding lurus
dengan putaran kritis.
e. Defleksi terbesar terjadi pada posisi beban yang terjadi, dan defleksi yang
terkecil ialah mendekati pada tumpuan.

5.2 Saran
Saran yang diberikan pada praktikum ini ialah :

a. Pada saat perhitungan teliti pada saat mengkonversi satuan.


b. Pada saat pengambilan data putaran, pambacaan tachometer harus hingga
pembacaan konstan.
c. Perhatikan pada saat mengukur beban dan posisi beban.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/46582157/putaran kritis/

Rao, S.S., Mechanical Vibrations, Addison-Wesley, 1986

Team Penyusun LKM. 2013. Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin Bidang
Konstruksi dan Perancangan. Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru

Tim Laboratorium Konstruksi Mesin, Modul Praktikum Fenomena Dasar.,


Laboratorium Konstruksi Mesin, Jurusan Teknik Mesin-Fakultas
Teknik-Universitas Riau,. Riau, 2020
William T. Thomson. 1998. Thori of Vibration with Application Practice. Hall int
:London

Anda mungkin juga menyukai