PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sebuah kapal terdapat beberapa system dalam pengoperasiannya, salah satunya
adalah system transmisi poros. Umumnya system poros pada sebuah kapal adalah jenis
system poros transmisi, dimana system inilah yang meneruskan daya dari mesin utama ke
propuler atau pendorong kapal. Dalam tugas ini penulis akan merencanakan system poros
pada kapal General Cargo berdasarkan gambar General Arrangement dari mata kuliah Desain
Sistem Permesinan 1 sebelumnya, sebagai salah satu syarat dari mata kuliah System
Transmisi Permesinan.
Sistem transmisi pada sebuah kapal meneruskan daya dari penggerak utama menuju
ke propeller. Sistem inilah yang berperan besar dalam menggerakkan kapal sesuai dengan
kecepatan yang diinginkan. Sistem transmisi tersusun atas penggerak utama, flywheel, thrust
block, poros antara, poros propeller dan propeller. Gaya dorong dari propeller diteruskan ke
kapal melalui sistem transmisi.
Sistem transmisi propulsi harus memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut:
Meneruskan daya dari mesin induk atau gear box menuju ke alat penggerak
Meneruskan gaya dorong yang dihasilkan oleh alat penggerak menuju ke body kapal
Mendukung putaran propeller.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami system tranmisi permesinan.
2. Agar mahasiswa dapat merancang sebuah system transmisi, terkhusus pada kapal.
3. Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah
C. Rumusan Masalah
1. Apa itu system transmisi ?
2. Apa saja perlengkapan suatu system transmisi ?
3. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan pada sebuah system tranmisi ?
4. Bagaimana sistematika perancangan sebuah system tranmisi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Transmisi Poros
Poros adalah bagian yang berputar ataupun tidak, yang meneruskan putaran. Peranan
utamanya adalah meneruskan daya. Pada poros tersebut ditempatkan penerus daya antara lain
rodagigi, puli, rantai, flywheel, engkol, cam, sprocket, bantalan. Beban yang bekerja pada
poros terdiri dari berbagai bentuk antara lain bending, torsi, beban kejut, beban aksial, normal
maupun silang.
Pada tugas ini penulis menggunakan poros transmisi. Poros ini merupakan poros yang
sering digunakan pada kapal. Poros jenis ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sprocket
rantai, dll.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan poros.
1. Kekuatan poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur
(bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam perancangan
poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya: kelelahan, tumbukan dan pengaruh
konsentrasi tegangan bila menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak
pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-
beban tersebut. Pada tugas ini penulis menggunakan baja khrom nikel molibden (JIS G 4103)
dengan kekuatan tarik 120 kg/mm2. Jadi batas kekuatan poros ini adalah 120 kg/mm2.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup aman dalam menahan
pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh
karena itu disamping memperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan
poros tersebut. Baja khrom nikel molibden (JIS G 4103) memiliki timgkat kekakuan yang
cukup baik yaitu 105 kN/mm.
3. Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka akan menimbulkan getaran (vibration) pada mesin
tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai jumlah putaran normal dengan putaran
mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada
turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan
poros perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari
putaran kritisnya. Putaran kritis sangat dipengaruhi oleh kekuatan dari material poros itu
sendiri dalam hal ini kekuatan tarik poros adlah 102 kg/mm2.
4. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat
mengakibatkan korosi pada poros tersebut, misalnya propeller shaft padapompa air. Oleh
karena itu pemilihan bahan-bahan poros (plastik) dari bahan yang tahan korosi perlu
mendapat prioritas utama. Pada perencanaan poros yang diperhatikan bukan hanya kekuatan
material poros namun ketanannya terhadap korosi, terutama poros yang akan digunakan pada
kapal karena kapal selalu akan bersentuhan dengan fluida korosif yaitu laut. Pemilihan bahan
akan mempertimbangkan sifat korosifnya, dalam perancanaaan ini bahannya adalah baja
khrom nikel molibden (JIS G 4103) dengan sifat korosif yang kurang karena tela di campur
dengan bahan aluminium.
5. Material poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case
hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel,
baja khrom nikel molebdenum, baja khrom, baja khrom molibden, dll. Sekalipun demikian,
baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan
pembebanan yang berat saja. Dengan demikian perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
proses heat treatment yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai. Material
poros yang digunakan adalah baja khrom nikel molibden (JIS G 4103)
3. Melunakkan
4. Mengembalikan pada kondisi normal akibat pengaruh pengerjaan sebelumnya.
F. Daya Poros
Dalam system transmisi daya terdiri atas komponen utama yaitu mesin utama,
gearbox, poros, dan baling – baling. Dari setiap komponen tersebut akan menghasilkan daya
sebagai berikut :
IHP (Indicated Horse Power) adalah daya yang terjadi dalam mesin.
BHP (Brake Horse Power) adalah daya yang digunakan pada saat pengereman mesin.
SHP (Shaft Horse Power) adalah daya dari poros baling – baling yang diterima dari
Brake Horse Power.
DHP (Delivery Horse Power) adalah daya yang ditransfer dari poros ke daun baling –
baling.
THP (Thrust Horse Power) adalah daya dorong yang dihasilkan akibat putaran baling
– baling.
EHP (Effective Horse Power) adalah daya yang dihasilkan akibat putaran baling –
baling.
RT adalah tahanan kapal.
v adalah Kecepatan kapal.
Daya poros baling – baling dapat dihitung dengan menggunakan formula (Edward V.
Lewis : 1988) Dimana : BHP = daya untuk pengereman mesin (HP)
SHP = daya pada poros (HP)
nm = efisiensi transmisi poros (0,98 jika posisi mesin di
belakang dan 0,97 jika posisi mesin di tengah)
G. Bantalan
Poros propulsi utama didukung oleh bantalan yang menjaga poros dalam keselarasan.
Bantalan poros penggerak ini secara umum terbagi atas dua kelompok yaitu bantalan di
dalam batas kedap air dari lambung dan bantalan di luar batas kedap air lambung.
Persyaratan yang dikenakan pada desain bantalan poros penggerak berbeda secara
signifikan. Bantalan diwajibkan untuk beroperasi pada kecepatan berkisar antara 0.1 rpm,
umumnya terjadi bila pada gigi pengankat, untuk 100 rpm atau lebih di kedua arah rotasi.
Dan, tidak seperti beberapa aplikasi, beban bantalan tidak berbeda dengan rpm tapi dasarnya
tetap konstan pada semua kecepatan. Keandalan sangat ditekankan dalam desain bantalan
karena tidak ada redundansi untuk bantalan, dan kegagalan bantalan tunggal dapat
melumpuhkan sistem propulsi.
Jenis-Jenis Bantalan yang digunakan pada tugas ini Menurut “Sularso dan kiyukatsu
Suga dalam elemen mesin“ bantalan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang
diam melalui elemen gelinding.
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
Bantalan Aksial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar tegak lurus sumbu poros.
H. Kopling / Flens
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan dayadari
poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft),dimana putaran
inputnya akan sama dengan putaran outputnya. Tanpa kopling sulit untuk menggerakkan
elemen mesin sebaik-baiknya. Dengan adanya kopling pemindahan daya dapat dilakukan
dengan teratur dan seefisien mungkin. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah
kopling adalah:
1. Mampu menahan adanya kelebihan beban.
2. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh gerakan dari
elemen lain.
3. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
4. Mampu mencegah terjadinya beban kejut.
Kopling kaku
Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu segaris, dan
dipakai pada poros mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Adapun bentuk dari kopling
kaku. Kopling ini terdiri atas:
a. Kopling bus
b. Kopling flens kaku
c. Kopling flens tempa
I. Gear Box
Gear box fungsinya untuk merubah kecepatan/jumlah putaran dari mesin utama yang
akan di transmisikan pada poros propeller. Prinsip kerja dari gearbox adalah sebagai berikut:
LWL = 82,451 m
LBP = 80,44 m
B = 14,5 m
= 6,8 m
= 6,8 m
T = 6,8 m
V = 12 knot 6,1728 m/s
Cb = 0,71
Cm = 0,99
Cwp = 0,80
= 5772,064706 m3
lcb = 0,283666699 %
ABT = 8,77780584 m2
hB = 5,032 m
AT = 7,166222222 m2
SAPP = 180,9395771 m2
Cstern = 10,0000000000
D= = 4,533333333 m
Dimana :
F = Faktor untuk tipe instalasi propulsi
= 100
k = nilai koefisien poros baling-baling
= 1.26 (untuk poros pelumasan minyak)
Pw = Pd = SHP = 551.39 kW
n1 = 276.9 rpm
(1 - (di/da)4) = 1 (poros yang direncanakan tidak memiliki lubang tengah di = 0)
Cw = 560 / (Rm + 160 ) Rm = Kekuatan tarik material
= 0.737 = ( 400~ 800 ) N/mm2
dipilih = 600 N/mm2
Berdasarkan peraturn BKI bahwa baja umum tempaan harus dengan kekuatan Tarik lebih dari 500
N/mm2. Namun, nilai Rm untuk perhitungan factor Cw tidak boleh melebihi 600 N/mm2, makadipilih
= 600 N/mm2.
Maka :
D = Ds = 292.269 mm
0.29 m diambil 0.3 m
D. Perencanaan Kopling Poros dan Baut Kopling ( Shaft Coupling and Coupling Bolts )
Dalam perencanaan ini, desainer menggunakan kopling tetap tipe flens. Kopling ini adalah elemen
mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros pengggerak ke poros yang
digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu
garis lurus atau sedikit berbeda tapi selalu. Sedangkan baut merupakan pengikat yang sangat
penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau kerusakan pada mesin atau poros. Pemilihan
baut harus dilakukan dengan seksama untuk mendapat ukuran yang sesuai
Ukuran kopling dan baut dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Tebal flens kopling Tf
Dari buku "BKI 1996" Vol III Sec.4.D.4.4 hal 4-4 diberikan formula :
Tf = 25% x ds
= 73.07 mm
2. Panjang flens kopling poros Lhub
Dari buku "Elemen Mesin (Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin)" hal 191 diberikan
formula : Lhub = ( 1,25 ~ 1,5 ) x ds
= 1,5 x ds
= 438.40 mm
3. Diameter taper bagian bawah du
Dari buku "BKI 1996" Vol III Sec.4.D.2 hal. 4-2 dijelaskan bahwa shaft taper ( C ) untuk
flens kopling berada diantara( 1/10 ~ 1/20)
C = ( ds - du ) / Lhub
Dimana : C = rasio taper = 0.067
Maka :
du = ds - (C x Lhub)
= 263.04 mm
Dari rules "BKI 1996" Vol.III Sec.4.D.2 hal. 4-3, nilai diameter taper du tidak boleh
kurang dari 60% ds.
4. Diameter nut (d1) dan diameter mur ass baling-baling (d2)
d1 = 60% ds d2 = d1 + ( 80% x d1 )
= 175.4 mm = 315.7 mm
5. Diameter hub (d3) dan diameter lingkar baut (d4)
d3 = ( 1,8 ~ 2,0 ) x ds d4 = ( 2,2 ~ 2,4 ) x ds
= 2,0 x ds = 2,4 x ds
= 555.3 mm = 701.5 mm
6. Diameter flens kopling df
Dari buku "Machine Design" hal 482 diberikan formula :
df = ( 2 x d4 ) - d3
= 847.6 mm
7. Diameter baut pada kopling flens dk
dk = 16 x {(106 x Pw)/(n1 x z x D x Rm)}1/2
Dimana :
Z = jumlah baut yang direncanakan
= 12 buah
D = d4 = diameter jarak lingkar baut
Maka :
dk = 10.05 mm
Momen torsi (Mt) yang terjadi pada pasak yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Mt = 13757.4 Kg.m
4. Tebal/Tinggi Mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah 0,8~1 diameter luar ulir, diambil 0,8.
sehingga:
H = 0,8 x d
H = 140.29 mm
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Poros adalah bagian yang berputar ataupun tidak, yang meneruskan putaran. Peranan
utamanya adalah meneruskan daya. Pada poros tersebut ditempatkan penerus daya antara lain
rodagigi, puli, rantai, flywheel, engkol, cam, sprocket, bantalan. Beban yang bekerja pada
poros terdiri dari berbagai bentuk antara lain bending, torsi, beban kejut, beban aksial, normal
maupun silang.
Pada tugas ini penulis menggunakan poros transmisi. Poros ini merupakan poros yang
sering digunakan pada kapal. Poros jenis ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sprocket
rantai, dll.
Sistem transmisi pada sebuah kapal meneruskan daya dari penggerak utama menuju
ke propeller. Sistem inilah yang berperan besar dalam menggerakkan kapal sesuai dengan
kecepatan yang diinginkan. Sistem transmisi tersusun atas penggerak utama, flywheel, thrust
block, poros antara, poros propeller dan propeller. Gaya dorong dari propeller diteruskan ke
kapal melalui sistem transmisi.
Sistem transmisi propulsi harus memenuhi beberapa syarat, sebagai berikut:
Meneruskan daya dari mesin induk atau gear box menuju ke alat penggerak
Meneruskan gaya dorong yang dihasilkan oleh alat penggerak menuju ke body kapal
Mendukung putaran propeller.
DAFTAR PUSTAKA
D091171503
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan dari tugas mata kuliah “Sistem Transmisi Permesinan” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan ini berisikan mengenai proses perhitungan perencanaan poros kapal yang
telah dibuat sebelumnya serta memberitahukan langkah-langkah penggambaran Shafting
Arrangement.
Walaupun terdapat berbagai macam hambatan dalam proses pembuatan tugas dari
perhitungan - perhitungan data hingga penggambaran serta keterbatasan waktu, materi dan
lain sebagainya namun semuanya dapat teratasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Dan
ucapan terima kasih kami tujukan kepada dosen pembimbing, teman-teman, sahabat dan
orang tua tercinta semoga Allah SWT membalasnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Transmisi Poros
B. Komponen Sistem Transmisi
C. Fungsi Poros
D. Getaran-getaran Pada Poros
E. Daya Poros
F. Bantalan
G. Kopling/Flens
H. Gearbox
BAB III PENYAJIAN DATA
BAB IV PERHITUNGAN POROS
A. Perencanaan Poros
B. Perencanaan Lapisan Pelindung Poros
C. Perancangan Bantalan Poros
D. Perencanaan Kopling Poros dan Baut Kopling
E. Perencanaan Spie Pada Kopling Flens
F. Perencanaan Stern Tube
G. Bentuk Ujung Poros Propeller
H. Perencanaan Pasak Propeller
I. Mur Pengikat Propeller
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA