PROPULSI KAPAL
Oleh:
AGUS HERDIANTO
sebagai
adanya
peningkatan
pada
DAYA OUTPUT dari Main Engines (Motor Induk). Hal ini tentunya akan
merugikan pada nilai kompetisi ekonomis kapal.
Sistem Transmisi pada kapal sebenarnya adalah suatu system dimana daya
yang dikeluarkan dari mesin utama (prime mover) supaya dapat digunakan untuk
menggerakkan suatu kapal dengan thrust yang sesuai dengan diharapkan, dan
untuk memindahkan daya dari prime mover tersebut maka dibutuhkan suatu
system transmisi pada kapal. Transmission system pada suatu kapal terdiri
atas berbagai macam komponen dimana
komponen tersebut nantinya akan saling berhubungan satu dengan yang lain,
komponen komponen tersebut seperti shafting, coupling atau clutch , gearbox
dan bearings. Komponen komponen tersebut memiliki peranan masing masing
pada system transmisi pada suatu kapal. Perlakuan pada setiap komponen harus
diperhatikan dengan detail supaya transmisi daya yang dihasilkan maksimal dan
sesuai dengan kebutuhan.
Pada shafting misalnya, shafting pada main engine kapal berguna untuk
mengkonversikan daya rotasi yang dihasilkan dari main engine/prime mover
kapal menjadi thrust yang nantinya digunakan untuk menggerakkan suatu
kapal. Propeller juga termasuk salah satu komponen penting pada proses shafting
ini, dimana nantinya propeller inilah yang digunakan untuk menggerakkan
suatu kapal. Disini yang harus diperhatikan adalah bagaimana kita mengurangi
getaran getaran yang terjadi di poros yang dapat menghilangkan daya yang
dihasilkan dari suatu prime mover, bagaimana system pelumasannya dan
sebagainya dan untuk mendukung shafting maka diperlukan lah bearings atau
bantalan yang menjaga suatu shaft tetap pada porosnya. Sedangkan gearbox
disinilah tempat perubahan daya yang dihasilkan oleh suatu prime mover diubah
dan disesuaikan dengan putaran propeller yang dibutuhkan agar tidak terjadi
kavitasi dan daya dapat dipergunakan secara maksimal untuk menggerakkan
kapal. Didalam suatu gearbox pada kapal terdapat suatu reduction gear yang
digunakan untuk menurunkan putaran dari mesin utama. Perlu diperhatikan
desain
propeller digerakkan dengan sistim roda gigi dengan perbandingan reduksi yang
sesuai dengan karakteristik baling-baling. Sistim roda gigi adalah dari reversing
reduction gear type. Setiap roda gigi dilengkapi dengan pompa minyak
pelumas, thermometer, dan Thrust bearing yang dipasang menyatu dengan rumah
roda gigi, berapa rasio ukuran tiap gear yang tepat dan lain sebagainya.pada clutch
sebagai penghasil
daya
yang
berguna
untuk
menggerakan
yang
tinggi.
Beban
impulsif
akibat
kompresi
dan pembakaran
menyebabkan adanya beban kontak yang akan terjadi ketika engine beroperasi.
Batang penghubung (shaft) menjadi faktor yang sangat dominan dalam
penelitian ini karena berfungsi sebagai alat untuk memindahkan daya indikatur
Ni yang dihasilkan dalam cambustion chamber ke poros engkol. Daya ini akan
berubah
menjadi
daya
efektif
Ne
setelah
memperhitungkan
kerugian
Daya
Dorong
(PT)
adalah
besarnya
daya
yang
Daya
Yang
diserap
Disalurkan
oleh
PD
baling-baling
kapal
adalah
daya
yang
guna menghasilkan
Power
(Daya
Indicator).
Daya
ini
kehilangan di dalam motor, antara lain kehilangan gesekan pad bantalan, silinder
dan piston, untuk menggerakkan mekanisme gerak katup, pompa pendingin,
pompa pelumas. Dengan demikian daya bersih yang keluar dari motor adalah
daya yang telah mengalami kehilangan tadi, dan biasanya disebut dengan
Effective Brake Power (Daya Rem Efektif). Daya ini diukur pada flens motor di
ujung luar poros engkol.
mekanis
m.
Teknik
yang
untuk
digunakan
mendeteksi
bantalan
kondisi
keausan
termasuk
Daya Indicator (PI)
= gaya dorong ( N ; KN )
VA
knot )
Harga slip ratio nyata Sr menggambarkan usaha untuk mengerakan air
agar air bergerak kebelakang. Harganya selalu positif agar kapal bergerak maju
( ada usaha agar air bergerak kebelakang ). Harga slip ratio khayal / semu Sa
dipakai untuk mengetahui bekerjanya propeller apakah normal atau tidak.
Dari persamaan diatas bila tidak ada slip ( Sr = 0 ) nilai efisiensi ( menjadi
1 atau 100 % . Hhal ini tidak mungkin sebab bila tidak ada slip berarti tidak ada
percepatan air ditimbulkan oleh baling-baling untuk menghasilkan dorongan.
Disebabkan karena adanya kemungkinan nilai Sr dapat menjadi nol maka teori ini
tidak cocok dipergunakan untuk menerangkan fenomena baling-baling kapal.
Oleh karena itu dikembangkan teori lain.
2. Teori Momentum Propeller kapal
Teori ini menganggap bahwa propeller sebagai alat untuk mempercepat
pindahnya air sampai ketempatnya didepan daun baling-baling ( dibelakang
kapal ). Air akan mengalami percepatan aksial (a ) dan menimbulkan slip dengan
kecepatan kearah belakang kapal akibat gerak berputarnya daun baling-baling
dengan letaknya yang condong terhadap sumbu baling-baling.
Reaksi yang timbul akibat percepatan air kebelakang menimbulkan gaya
dorong . Air akan mengalami perlambatan yang teratur akibat gaya-gaya
dariviskositas air setelah melalui propeller. Hal ini menyebabkan energi propeller
terbuang sehinga ada kehilangan energi. Sumber lain yang menyebabkan
kehilangan energi :
Tahanan akibat gesekan daun baling-baling , dan
Baling-baling memberi putaran pada arus slip untuk mempercepat air.
Efisiensi propeller dinyatakan dengan sebagai perbandingan kerja yang
berguna untuk menggerakan kapal dengan kerja yang diberikan propeller. Dengan
adanya percepatan air a yang terdorong kebelakang kapal menyebabkan efisiensi (
= 100 % maka a = 0 . Berarti air tidak dipercepat yang menyebabkan tidak ada
gaya dorong yang diberikan oleh propeller kepada kapal.
Kemungkinan untuk memperbesar efisiensi adalah dengan memperkecil
percepatan arus slip. Hal ini dilakukan dengan mamakai propeller dengan
diameter besar dan diputar selambat mungkin. Dari segi teori momentum , balingbaling disamakan dengan jenis propulsi jet karena arus slip yang dipercepat
kebelakang merupakan arus jet.
= C1 p V 2 dA
Drag : dD
= Cd . p V
Diaman
C1
Koefisien lift ; CD
= Koefisien Drag;
Cd
densitas fluida ; V
Kemudian lift dan drag diuraikan kearah tranlasi ( ke arah maju kapal dan
kearah tegak lurus terhadap arah maju kapal ) menimbulkan gaya dorong / thrust (
sesuai arah maju kapal ) dan gaya torsi / torque ( arahnya tegak lurus arah gerak
maju kapal ).
Besarnya thrust dan torque propeller dinyatakan sebagai berikut.
DT
= dL . cos B dD . sin B
DQ
Thrust
:T
= Z S R rH dQ . dR
Torque : Q
= Z S R rH dQ . dR
rH
= jari-jari hub
= ( . V G . ( . dr
DD
= CD ( . ( . VG 2 ) c . dr
VG
Dr
= densitas fluida
= Koefisien drag;
THP
(1w)
t =
dari satu sebab untuk kapal kapal type biasa dan berbaling baling tunggal harga
w lebih dari t merupakan fungsi dari w.
6. Effisiensi Baling-baling / Propeller Effisiensi
Kerigian energi baling baling disebabkan oleh dua factor utama, yaitu :
didalam air. Hal ini disebabkan oleh viskositas air dan gesekan air pada
daun tersebut . Kerugian ini dikurangi denganmempergunakan daun
propeller yang sempit. Dengan mempersempit luas tiap daun maka luas
permukaan daun berkurang. Untuk mendapat luasan permukaan daun total
yang sama seperti sebelum daun dipersempit maka jumlah daun ditambah
tetapi effisiensi daun berkurang.
Menurut hasil percobaan ditangki percobaan, Hanya sedikit exit perbedaan
effisiensi pada propeller berdaun tiga dengan empat dan antara empat dengan
lima. Effisiensi akan berkurang dengan bertambahnya jumlah daun propeller Z.
Keuntungan daun propeller berdaun banyak untuk mengurangi getaran kapal
yang ditimbulkan oleh propeller terutama pada besar dengan propeller tunggal.
Propeller effisiensi didefinisikan sebagai berikut :
Ep
=THP
DHP
DHP ( Delivered horse power ) yaitu tenaga kuda yang ditranmisikan dari
poros kepropeller. DHP diukur dengan percobaan open water test. Propeller diciba
tanpa dipasang pada model kapal. Besarnya DHP ini berbeda dengan DHP
sesungguhnya./ Perbandingan antara kedua DHP yang berbeda tersebut
menghasilkan relative rotative efficiency ( err).
7. Propulsive Coefficient ( PC )
Propulsive coefficiency adalah harga perbandingan antara EHP ( dari
bahan kapal tanpa adanya tonjolan tonjolan dan kelonggaran kelonggaran lain)
dengan BHP untuk motor diesel dan SHP ( shaft horse power / daya yang
disalurkanmesin ke poros ) untuk kapal kapal turbin.
PC
= EHP ; PC = EHP
BHP
SHP
Harga PC
lebih besar dari nilai hasil perkalian eh dengan ep. Hal ini disebabkan timbunya
factor yang disebut Relative Rotative Efficiency ( err ) sehinga nilai PC menjadi
QPC , QPC = eh. Ep. Err.
Hal tersebut berlaku dalam percobaan self Propuled. Percobaan ini adalah
percobaan model kapal yang dilengkapi dengan model balong-baling dan dapat
bergerak sendiri ditangki percobaan sesuai kecepatan yang ditentukan. Model
kapal mempergunakan propeller tunggal. Harga propeller effisiensi pada open
water test ep, harga wake dan harga thrust deducation diikutsertankan dalam
perhitngan.
Dalam perencanaan propeller sebaiknya nilai err yang dipakai tidak lebih dari
1,03 dengan mengabaikan apakah ada tonjolan tonjolan ( tiang kemudi ; bagain
depan kemudi yang dipasang dibelakang atau dimuka propeller.
9. Kavitasi propeller
Secara singkat kavitasi adalha pembentukan gelembung gelembung pada
permukaan daun. Sering terjadi pada bagaian belakang permukaan daun / back
side. Kavitasi baru diketahui tahun 1890 oleh charles parson ( inggris ) dari
pengalamanya mengenai perahu-perahu kecepatan tinggi. Peristiwa itu ia buktikan
pada kapal turbin.
Apabila tekanan pada permukaan pungung daun dikurangi sampai suatu
harga dibawah tekanan statis fluida maka akan menyebabkan tekanan daun
menjadi negatif. Pada kenyataanya tekanan negatif tidak dapat terjadi. Hal ini
menyebabkan suatu reaksi lain. Fluida meninggalkan permukaan daun kemudian
membentuk gelembung-gelembung / kavitasi . Gelembung gelembung ini berisi
udara atau uap air.
Gelembung-gelembung terjadi ditempat puncak lengkungan tekanan
rendah. Gelembung gelembung yang terjadi akan melintasi dan menyusur
permukaan daun sampai kebelakang daun dan akan hancur pada daerah yang
tekananya tinggi disbanding tekanan yang terjadi pada permukaan punggung
daun. Gaya yang terjadi pada proses penghancuran gelembung-gelembung ini
kecil tetapi luas permukaan yang dipengaruhi oleh gaya ini lebih kecil disbanding
gaya yang mempengaruhinya sehingga akan timbul tekanan yang besar berwujud
letusan. Gaya letusan ini menyebabkan ratique / lelah pada daun.
Teori lain menyatakan bahwa peletusan atau penghancuran gelembnggelembung tidak terjadi. Hal ini terjadi adalah gelembung tdi mengecil sampai
sangat kecil dan bertekanan sangat tinggi. Tekanan yang sangat tinggi ini
menyebabkan ratique pada permukaan daun. Peletusan gelembng kavitasi dapat
dikurangi dengan menghindari adanya puncak tekanan rendah yang menyolok
pada punggung permukaan daun. Tekanan rendah yang terjadidapat diperbaiki dan
puncak yang menyolok dapat diratakan dengan mengurangi beban permukaan
daun. Jadi, dengan memperluas permukaan daun dapat mengurangi kavitasi.
-
gelembung-gelembung kavitasi.
Effisiensi turun. Hal ini disebabkan oleh sifat dari bentuk aerofil
dengan tekanan fluida yang dapat diatur sehinga model propeller seolah-olah
bekerja
sesuai
dengan
kerja
propeller
yang
sebenarnya.
Slip Ratio
Skew
Rake
Prosedur Desain
Geometri
Kinematis
Dinamis
-0,1418D2 /
(BT) + 0,0015 Cstern
15. Quasi Propulsif Coeficient (QPC)
QPC = o x R x H
Dimana :
o = 0,446
16. Koreksi QPC terhadap asumsi
Koreksi = {(asumsi QPC) / asusmsi} x 100%
17. Tekanan pada poros propeller, (Tahanan dan Propulsi Kapal hal.
199) :
Po Pv = 99,6 (10,005 x h)
18. Nilai Ae/Ao
Perbandingan luas daun dengan luas propeller dapat ditentukan dari
formula eq. Keller:
Ae/Ao = K + (1,3 + 0,3 Z) x T / (Dp2 x (Po + gh Pv))
Dimana :
= Gaya dorong
= Tekanan Uap
= (0 ~ 0,2)
= 0,2
edge
Leading edge : sisi daun propeller yang pertama menyentuh
baling-baling bervariasi.
Z.......... = Jumlah daun mulai dari 2 - 7 buah, dimana yang umum
efisiensi)
4. Clearence daun propeller
5. Bentuk boss, cone (hub)
6. Pitch daun propeller
Geometri konstruksi propeller, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Diameter (D)
Hub (Boss)
Leading Edge
Trailing Edge
Forward