Anda di halaman 1dari 34

DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman ini
berkembang sangat cepat dan mengalami kemajuan yang signifikan. Contoh
penerapannya adalah ilmu dalam bidang konstruksi pada dunia industri, pada bidang
ini banyak sekali aspek penting yang harus di perhatikan, seperti material konstuksi
yang digunakan. Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
mempengaruhi kebutuhan matrial konstruksi yang semakin meningkat dan
berkualitas, maka diperlukanlah suatu pembahasan mengenai fenomena-fenomena
yang berpengaruh langsung terhadap sifat yang ada pada bahan tersebut. Contoh
bahan yang banyak di gunakan bidang konstruksi pada dunia industri yaitu logam.
Logam merupakan suatu unsur yang memiliki berbagai sifat yang mana sangat
bermanfaat untuk manusia untuk berbagai macam produk. Logam memiliki sifat
mekanik yaitu mampu untuk menerima beban, gaya, energi tanpa merubah bentuk
dari logam tersebut. Ketahanan ini lah yang menjadikan logam sangat dibutuhkan
untuk kebutuhan manusia. Logam apabila tidak mampu menahan gaya, beban atau
energi logam dapat mengalami defleksi, deformasi dan lain-lain. Hal ini sangat
penting terutama dari kekuatan dan kekakuan dari logam itu sendiri, dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi
(Kusuma, 2015). Itulah mengapa perlu dilakukan suatu pembelajaran mengenai
fenomena dari suatu material.
Kegiatan Praktikum fenomena dasar mesin merupakan kegiatan yang sangat
diperlukan oleh setiap engineer teknik mesin. Praktikum ini, bagi seorang engineer
teknik mesin dapat mengetahui apa saja yang nantinya akan terjadi apabila suatu
benda dilengkungkan dan dapat memperhitungkan struktur dan dilaksanakan pada
saat praktikum fenomena dasar mesin saat melakukan praktikum bahan yang akan
digunakan adalah logam.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


1
DEFLECTION OF CURVED BARS

Deflection of curved bar merupakan praktikum yang mempelajari dan


mempraktekan apa yang terjadi jika benda atau bar yang melengkung diberi beban
baik diberi beban secara vertikal ataupun horizontal. Semakin banyaknya
penggunaan logam saat ini, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan agar saat
menggunakan dan memilih bahan yang ingin di pakai sesuai dengan kebutuhan agar
dapat hasilnya dapat bertahan lama dan tepat, disamping itu pengeluaran dapat di
minimalisir, maka dari itu pentingnya dilakukan praktikum fenomena dasar mesin
untuk mengetahui sifat defleksi maupun deformasi yang terjadi pada logam.
Sifat Defleksi itu sendiri sering kali terjadi di kehidupan kita sehari-hari, baik
pada logam maupun kayu, perlunya pengukuran defleksi pada kehidupan sehari-hari
sangatlah penting, seperti jembatan yang akan dibangun harus diperhitungkan agar
tidak berbahaya bagi pengguna jembatan tersebut. Defleksi diukur dari posisi awal
ke posisi setelah terjadi perpindahan bentuk, tanpa mengalami perubahan ukuran
(Skyciv, 2017).
1.1 Tujuan
Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui defleksi yang terjadi pada suatu specimen saat diberi
pembebanan yang berbeda.
b. Mengetahui cara menghitung defleksi yang terjadi dari setiap specimen yang
diuji.
c. Mengetahui dan menganalisis hasil dari tiga metode penelitian, yakni
eksperimen, analitis dan simulasi.
1.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui apa yang terjadi dari suatu benda atau specimen jika terjadi
defleksi.
b. Mengetahui cara untuk mengukur nilai dari defleksi yang terjadi pada suatu
benda atau specimen.
c. Mengetahui cara menganalisis data dari suatu benda atau specimen yang
terjadi defleksi.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


2
DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Definisi Defleksi
Defleksi atau lendutan adalah peralihan dalam arah y dari sembarang titik
di sumbu balok atau pergeseran titik pada arah y yang diukur dari sumbu x atau
perubahan bentuk pada balok dalam arah vertikal dan horisontal akibat pembebanan
yang diberikan pada suatu balok atau batang (Munandar, 2011). Suatu batang akan
mengalami pembebanan baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi, balok yang dirancang dengan baik tidak hanya mampu memikul
beban yang akan diterimanya tetapi juga harus mampu mengatasi terjadinya defleksi
sampai batas tertentu.

Gambar 2.1 (a) Sebelum Terdefleksi, (b) Setelah Terdefleksi


Sumber: Munandar (2011)
Gambar 2.1 memperlihatkan dimana balok berada pada posisi awal sebelum
terjadinya defleksi dan balok setelah terjadi defleksi akibat diberikan pembebanan,
Jarak pepindahan antara sebelum terjadinya deformasi dan sesudah terhadap sumbu
y ini lah yang didefinisikan sebagai defleksi balok. Hubungan ini dapat ditulis dalam
bentuk persamaan yang disebut sebagai persamaan defleksi kurva atau kurva elastis
dari balok (Pytel dan Kiusalaas, 2012).
Defleksi ada 2 macam:
1. Defleksi Horizontal
2. Defleksi Vertikal

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


3
DEFLECTION OF CURVED BARS

1. Defleksi horizontal
Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horizontal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok. Suatu balok yang di berikan
gaya dari arah vertikal mengakibatkan pembebanan terhadap posisi balok yang
horizontal sampai membentuk suatu sudut defleksi seperti Gambar 2.2 (Munandar,
2011).

Gambar 2.2 Defleksi Horizontal


Sumber: Munandar (2011)
2. Defleksi Vertikal
Sedangkan defleksi vertikal perubahan bentuk balok yang belum mengalami
perubahan ukuran lalu diberikan pembebanan dari arah vertikal terhadap posisi
balok yang vertikal juga yang nanti akan membentuk sudut seperti Gambar 2.3
berikut.

Gambar 2.3 Defleksi Vertikal


Sumber: Susanto (2015)
2.1.2 Hal-Hal yang Mempengaruhi Terjadinya Defleksi
Menurut Munndar (2011) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
defleksi seperti berikut.
1. Kekakuan balok
2. Besarnya gaya yang diberikan
3. Jenis tumpuan
4. Pembebanan pada balok

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


4
DEFLECTION OF CURVED BARS

1. Kekakuan balok
Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan bentuknya
supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat diberi gaya, semakin
kaku balok maka lendutan yang akan terjadi pada suatu balok akan semakin kecil,
sebaliknya semakin lunak balok tersebut akan semakin besar defleksi yang akan
terjadi. Kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus elastisitas yang mana
semakin kecil kekakuannya maka regangan akan semakin besar. Modulus
Elastisitas merupakan perbandingan antara beban per satuan luas dengan regangan
yang dapat dinyatakan dalam rumus berikut ini.
𝜎
E= Ɛ (2.1)

Dimana,
E = Modulus Elastisitas [Pa]
σ = Tegangan [N/m2]
ε = Regangan [%]

2. Besarnya gaya yang diberikan


Gaya yang di berikan terhadap balok akan berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang tejadi, semakin besar gaya yang diberikan terhadap balok maka
defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan semakin besar dan sebaliknya.
3. Jenis tumpuan
Besarnya defleksi yang terjadi pada setiap jenis tumpuan yang berbeda tidak
sama, karena perbedaan gaya reaksi pada setiap tumpuan mempengaruhi besarnya
defleksi
4. Pembebanan pada balok
Jenis beban yang diberikan pada batang karena pada beban yang berbeda akan
menghasilkan nilai defleksi yang berbeda pula. Saat balok terjadi beban
merata,maka beban yang di alami akan balok akan merata.
2.1.3 Macam-Macam Tumpuan
Menurut Wesli (2010) tumpuan adalah landasan dimana balok di letakan,
tumpuan dapat di bagi menjaditiga jenis, diantaranya sebagai berikut.
1. Tumpuan Engsel
2. Tumpuan rol
3. Tumpuan jepit

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


5
DEFLECTION OF CURVED BARS

1. Tumpuan Engsel
Tumpuan Engsel dapat menahan gaya tekan, tarik dari berbagai arah dan
tumpuan ini dapat menerima gaya reaksi dari arah vertikal maupun gaya
horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang seperti Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Tumpuan Sendi


Sumber: Meriam (2011)
2. Tumpuan Rol
Tumpuan Rol ini tidak dapat menahan gaya tarik dan tekan dari berbagai arah,
tumpuan ini hanya bisa menahan gaya tekan dan tarik dari arah vertikal saja. Gaya
reaksi dari tumpuan rol dapat di proyeksikan pada arah vertikal.

Gambar 2.5 Tumpuan Rol


Sumber: Meriam (2011)
3. Tumpuan Jepit atau Kantilever
Tumpuan ini membuat balok dalam keadaan kaku, tumpuan ini dapat
meneruskan gaya tarik dan tekan dengan sembarang arah, tumpuan jepit ini dapat
menahan gaya vertikal, reaksi horizontal dan mampu menahan kopel atau momen
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu
melawan suatu kopel atau momen.

Gambar 2.6 Tumpuan Jepit


Sumber: Meriam (2011)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


6
DEFLECTION OF CURVED BARS

2.1.4Jenis-Jenis Pembebanan
Menurut Beer (2012), jenis pembebanan ada 3 jenis.
1. Pembebanan terpusat
Jenis pembebanan ini terjadi pada titik pada suatu balok karena beban yang
bekerja pada luasan pembebanan ini bekerja pada satu titik dengan arah dan besaran
tertentu. Beban terpusat pada batang seperti Gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Pembebanan Terpusat


Sumber: Beer (2012)
2. Pembebanan merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang (kg/m
atau kN/m), besar gaya beban merata dihitung dengan cara mencari luasan beban
merata yang bekerja pada titik berat jenis beban merata. Beban terbagi merata pada
batang sederhana seperti Gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Pembebanan Merata


Sumber: Beer (2012)
3. Pembebanan Bervariasi
Disebut beban bervariasi karena beban sepanjang batang besarnya tidak
merata. Beban bervariasi merata seperti Gambar 2.9 berikut.

Gambar 2.9 Pembebanan Bervariasi


Sumber: Beer (2012).

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


7
DEFLECTION OF CURVED BARS

2.1.5 Perbedaan Defleksi dan Deformasi


Defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal dan horizontal pada
balok. Sedangkan deformasi pembebanannya tidak hanya terjadi karena
pembebanan vertikal saja, tetapi karena adanya berbagai macam perlakuan yang
dialami balok atau batang. Defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
(lendutan) pada balok tersebut atau perpindahan dari titik tertentu pada sebuah
balok akibat adanya gaya dari luar maupun dalam, Deformasi terjadi karena
adanya gaya/pembebanan yang bekerja dari berbagai arah, dengan kata lain tidak
tergantung dari sumbu suatu batang. Deformasi dapat merubah bentuk dan ukuran
balok tersebut akibat gaya dari luar maupun dalam (Beer, 2012).
Selain itu perbedaan antara defleksi dan deformasi juga dapat dilihat
berdaasarkan dimensi dari batang atau balok, defleksi maka batangnya hanya
memiliki satu dimensi (p/l), sedangkan deformasi memiliki lebih dari satu dimensi
(p, l, t).

Gambar 2.10 (a) Defleksi, (b) Deformasi


Sumber: (a) Munandar (2011), (b) Pytel dan Kiusalaas (2012)

2.1.6 Macam-Macam Deformasi


Deformasi dalam ilmu material merupakan perubahan bentuk atau ukuran
suatu objek dikarenakan adanya gaya. Gaya ini berasal dari gaya tarik, gaya tekan,
gaya geser dan torsi. Deformasi dibagi menjadi dua, yakni.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


8
DEFLECTION OF CURVED BARS

1. Deformasi Plastis
Adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan
karena deformasi plastis berada di atas tegangan yield dari benda yang di berikan
gaya. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom
dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom lainya.
Jadi jika beban dilepaskan atom ini tidak kembali ke ikatan awalnya.
2. Deformasi Elastis
Adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang bekerja, serta akan hilang
bila beban ditiadakan sehingga benda tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran
semula karena deformasi elastis berada di bawah tegangan yield. Bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.

Gambar 2.11 Diagram Tegangan dan Regangan


Sumber: Andi (2011)
Gambar 2.11 adalah diagram uji tarik. Batas elastisitas suatu bahan di
nyatakan dengan titik A (σE). Apabila suatu bahan diberikan beban sampai titik ini
lalu dihilangkan bebannya maka bahan tersebut akan kembali lagi ke titik 0,
selanjutnya ada titik proporsional (σp) yang mana biasanya titik ini disebut batas
elastis (Andi, 2011).

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


9
DEFLECTION OF CURVED BARS

Seperti yang sudah di bahas sebelumnya tentang deformasi plastis yaitu


perubahan bentuk bahan yang diberikan gaya yang tidak dapat kembali ke keadaan
semula dimana pada Gambar 2.11 apabila bahan sampai melawati batas
proporsional
Tegangan maksimum (σuy) adalah dimana bahan sebelum memasuki fase
daerah landing peralihan dari deformasi elastis ke plastis. Sedangkan (σly) adalah
tegangan rata-rata daerah landing yang mana sebelum memasuki deformasi plastis
titik ini juga biasa disebut sebagai tegangan luluh. Regangan luluh (ε y) adalah
regangan dimana bahan akan memasuki fase deformasi plastis. Regangan elastis
(εe) adalah regangan yang di akibatkan perubahan elastis pada bahan. Pada titik ini
apabila beban dilepas maka regangan akan kembali ke posisi semula (Andi, 2011).

2.1.7 Teori Castigliano


Teori castigliano merupakan teori yang digunakan untuk menentukan besarnya
perubahan bentuk yang dialami oleh suatu struktur linier elastis berdasarkan energi
regangan dari struktur tersebut ketika diberikan gaya (Gere, 2004).
Merupakan metode yang digunakan untuk menentukan perpindahan dari
sebuah sistem linear-elastis berdasarkan pada turunan parsial dari suatu prinsip
persamaan energi. Konsep dasar teori ini perubahan energy adalah gaya dikalikan
dengan perpindahan yang dihasilkan, sehingga gaya dirumuskan dengan perubahan
energy yang dibagi dengan perpindahan yang dihasilkan.
1. Teori Pertama Castigliano
Teori pertama ini merupakan teori yang digunakan untuk menghitung
gaya/pembebanan yang di berikan pada suatu struktur linear elastis,“Jika energy
regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan
perpindahan 𝑞𝑖 , maka turunan parsial dari energi regangan terhadap perpindahan
memberikan persamaan gaya 𝑄𝑖 ”Dirumuskan,
𝜕𝑈
𝑄𝑖 = 𝜕𝑞 (2.2)
1

Dimana:
Q: Gaya (N)
U: Energi Regangan (Nm)
qi: Perpindahan (m)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


10
DEFLECTION OF CURVED BARS

2. Teori Kedua Castigliano


Teori castigliano ini merupakan teori yang digunakan untuk menghitung
perpindahan yang terjadi pada suatu struktur linear elastis dengan kalimat“Jika
energi regangan dari suatu struktur elastis dinyatakan sebagai fungsi persamaan
gaya Qi, maka turunan parsial dari energi regangan terhadapl persamaan gaya
memberikan persamaan perpindahan qi,searah qi“
𝜕𝑈
𝑞𝑖 = 𝜕𝑄𝑖 (2.3)

2.1.8 Rumus Perhitungan Defleksi Vertikal

Menurut Negara dan Komaladewi (2009), lenturan pada batang dapat terjadi
akibat adanya beban gaya geser atau momen lentur. Disimpulkan bahwa persamaan
yang digunakan untuk perhitungan defleksi vertikal dari suatu material dinyatakan
sebagai berikut ini

𝑊𝑎 3 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅2 𝑊
∆w = + [ 2 + + 2𝑎𝑅] + + [𝑎2 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 ] (2.4)
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 4 𝐸𝐼

Atau dapat juga menggunakan rumus,

𝜋𝑊𝑅 3
∆w = (2.5)
4𝐸𝐼

Keterangan dari simbol pada Persamaan 2.4 dan 2.5 sebagai berikut.
∆w = defleksi vertikal [mm]
W= beban [N]
E= Modulus Elastisitas spesimen [Mpa atau N/mm2]
a= panjang lengan gaya horizontal spesimen [mm]
R= radius spesimen [mm]
b= panjang lengan gaya vertikal spesimen [mm]
I= Momen Inersia spesimen [mm4]

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


11
DEFLECTION OF CURVED BARS
2.1.9 Momen Inersia Luasan
Momen inersia luasan adalah suatu parameter geometri yang berguna untuk
menghitung momen inersia statis dan tegak lurus terhadap suatu luas penampang.
(Hibbeler, 2013). Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen
Kelembaman. Merupakan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada
porosnya. Momen inersia berperan untuk menentukan hubungan antara momentum
sudut dan kecepatan sudut.

I= k. m. r2 (2.6)
Dimana,
I : Momen Inersia (Kgm2)
k : Konstanta inersia
m : Massa (Kg)
r : jari-jari objek dari titik pusat massa (m)

Tabel 2.1 Bentuk Momen Inersia


Gambar Nama Momen Inersia

1
Batang silinder,poros melalui pusat. 𝐼 = 12 𝑚𝑙 2

1
Batang silinder, poros melalui ujung. 𝐼 = 3 𝑚𝑙 2

1
Pelat besi persegi panjang, poros melalui pusat 𝐼 = 2 𝑚(𝑎2 + 𝑏 2 )

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


12
DEFLECTION OF CURVED BARS

1
Silinder berongga 𝐼 = 2 𝑚(𝑅1 2 + 𝑅2 2 )

1
Silinder pejal 𝐼 = 12 𝑚𝑅 2

Silinder tipis berongga 𝐼 = 𝑚𝑅 2

2
Bola pejal 𝐼 = 5 𝑚𝑅 2

2
Bola tipis Berongga 𝐼 = 3 𝑚𝑅 2

Sumber: Beer (2012)

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


13
DEFLECTION OF CURVED BARS
Data momen inersia suatu penampang dari komponen struktur akan diperlukan
pada perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan torsi,
defleksi balok, kekakuan balok/kolom dan sebagainya. Luasan A pada Gambar 2.12,
merupakan bidang datar yang menggambarkan penampang dari suatu komponen
struktur, dengan dA merupakan suatu luasan/elemen kecil.

Gambar 2.12 Luasan A


Sumber: Hibbeler (2014)

Secara metematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-persamaan


berikut.
Momen Inersia terhadap sumbu x:

Ix =  y2 dA (2.6)

Momen Inersia terhadap sumbu y:

Iy =  x2 dA (2.7)

Momen Inersia polar:

Ip =  r2 dA (2.8)

Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia):

Ixy =  xy dA (2.9)

Momen inersia pada keempat persamaan diatas penggunaannya terbatas pada


momen inersia bidang tunggal, sedangkan secara umum banyak bidang/penampang
merupakan gabungan dari beberapa penampang tunggal. Misalnya penampang yang
berbentuk L adalah gabungan dari dua penampang segi empat.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


14
DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Flowchart Praktikum Fenomena Dasa Mesin

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


15
DEFLECTION OF CURVED BARS
Flowchart pada Gambar 3.1 menjelaskan tentang alur praktikum fenomena
dasar mesin dari awal hingga akhir proses. Praktikum diawali dengan persiapan alat
dan bahan, seperti pemilihan spesimen uji, merangkai alat uji, pemasangan spesimen
pada ragum. Lakukan praktikum menggunakan 3 metode pengujian yaitu eksperimen,
perhitungan, dan pemrograman sehingga akan didapatkan data dari masing-masing
metode. Selanjutnya, data dikumpulkan dan dianalisis dari masing-masing metode.
Kesimpulan dan saran dibuat setelah proses analisis data selesai, serta menjadi tahap
akhir dari praktikum fenomena dasar mesin .

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Ragum
Ragum digunakan untuk menjepit spesimen uji pada saat metode eksperimen.
Dengan tujuan agar benda kerja dalam posisi tetap dan tidak goyang saat dilakukan
proses penelitian. Seperti Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Ragum


Sumber: Laboraturium FDM UM
3.2.2 Dial Indikator
Digunakan untuk menentukan besarnya pergerakan secara vertikal dan
horizontal pada ujung bebas dari bermacam-macam batang lengkung yang tipis ketika
mendapat beban tunggal. Penggunaan dial indikator harus pada tempat atau meja yang
rata.

Gambar 3.2 Dial Indikator


Sumber: Laboraturium FDM UM

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


16
DEFLECTION OF CURVED BARS
3.2.3 Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur specimen, seperti mengukur panjang dan lebar
spesimen. Jangka sorong harus dikalibrasi terlibih dahulu untuk menghindari
ketidakpresisian.

Gambar 3.3 Jangka Sorong


Sumber: Laboraturium FDM UM
3.2.4 Pemberat
Digunakan untuk memberikan gaya eksternal pada specimen yang mana berat
1 pemberat adalah 50 gram. Pengujian ini menggunakan pembebanan yang bervariasi
mulai dari 10,20,50 gram.

Gambar 3.4 Beban


Sumber: Laboraturium FDM UM

3.2.5 Combination Wrench


Digunakan untuk mengencangkan penyangga seperti mur dan baut pada
penyangga. Berikut Gambar 3.5 variasi dari kunci pas.

Gambar 3.5 Combination Wrench


Sumber: Laboraturium FDM UM

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


17
DEFLECTION OF CURVED BARS

3.2.6 Spesimen
Bahan yang digunakan adalah karbon dan low alloy steel. Praktikum ini
menggunakan 4 spesimen. Gambar 3.6 merupakan spesimen yang digunakan

Gambar 3.6 Spesimen


Sumber: Laboraturium FDM UM

Spesifikasi dari spesimen, antara lain sebagai berikut.


a. Bahan = Carbon and Low Alloy Steel (ST30)
b. E = 200 Gpa
c. Tebal = 3 mm
d. Spesimen 1 : a = 150 mm; b = 150 mm; R = 0 mm; dan lebar = 25,40 mm
e. Spesimen 2 : a = 0 mm; b = 0 mm; R = 150 mm; dan lebar = 25,40 mm
f. Spesimen 1 : a = 75 mm; b = 75 mm; R = 75 mm; dan lebar = 25,40 mm
g. Spesimen 2 : a = 0 mm; b = 75 mm; R = 75 mm; dan lebar = 25,40 mm

3.3 Metode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dilakukan proses pengujian
2. Rangkai alat-alat dan spesimen pada ragum, pastikan semuanya dalam keadaan
terpasang dengan benar agar praktikum dapat berjalan dengan baik. Sesuaikan
posisi dari spesimen dan dial indikator.
3. Pasang beban pada spesimen, lalu letakan dial indikator pada spesimen untuk di
ukur besarnya defleksi yang terjadi.
4. Catat besarnya defleksi yang terjadi pada spesimen. Tambahkan beban secara

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


18
DEFLECTION OF CURVED BARS
bertahap dan catat perubahannya. Lakukan pada setiap spesimen.
5. Lakukan metode perhitungan menggunakan.

6. Lakukan metode pemrograman menggunakan software ansys yang terdapat


pada komputer.
7. Lakukan pengumpulan data dan bandingkan tiap metode.
8. Hasil dari data yang telah dibandingkan dianalisis, serta buat kesimpulan dan
saran untuk praktikum yang telah dilakukan.
3.4 Kesehatan dan Keselamatan kerja
1. Menggunakan wearpack saat dilakukannya proses pengujian.
2. Dilarang membawa makan dan minum ketika di dalam ruang laboraturium.
3. Hindari menekan dial indikator terlalu keras karena sangat sensitive.
4. Usahakan jangan sampai menyentuh meja yang digunakan untuk percobaan, hal
ini untuk menghindari simpangan nilai yang terjadi.
5. Lakukan komunikasi yang baik antar kelompok.
6. Gunakan peralatan laboraturium sesuai SOP

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


19
DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Metode Pengujian Eksperimental
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Metode Pengujian Eksperimental

No Beban Defleksi Defleksi Defleksi Defleksi


(gram) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4
X Y X Y X Y X Y
1 50 0,31 mm 0,11 mm 0,25 mm 0,05 mm
2 100 0,52 mm 0,26 mm 0,47 mm 0,09 mm
3 150 0,82 mm 0,46 mm 0,65 mm 0,13 mm
4 200 1,1 mm 0,61 mm 0,84 mm 0,2 mm
5 250 1,42 mm 0,75 mm 1,1 mm 0,22 mm
6 300 1,65 mm 0,93 mm 1,34 mm 0,27 mm
7 250 1,96 mm 1,11 mm 1,55 mm 0,32 mm
8 400 2,21 mm 1,27 mm 1,75 mm 0,37 mm
9 450 2,47 mm 1,42 mm 1,93 mm 0,43 mm
10 500 2,73 mm 1,58 mm 2,2 mm 0,47 mm

4.2 Metode Pengujian Numerikal

W=m.g 1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = × 25,40 × 33 = 57,1 𝑚𝑚4
g = 9,8 m/s2 12 12

Untuk mencari defleksi vertikal menggunakan rumus berikut.


𝑊𝑎3 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅 2 𝑊𝑅 2
∆𝑤 = + [ + + 2𝑎𝑅] + [𝑎 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 ]
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 2 4 𝐸𝐼
Dari rumus tersebut di substitusikan dengan nilai a,b, dan R dari setiap spesimen
yang di uji dan didapat hasil sebagai berikut.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


20
DEFLECTION OF CURVED BARS
Tabel 4.2 Hasil Praktikum Metode Pengujian Numerikal

No Beban Defleksi Defleksi Defleksi Defleksi


(gram) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4
X Y X Y X Y X Y
1 50 0,48 mm 0,113 mm 0,157 mm 0,032 mm
2 100 0,96 mm 0,227 mm 0,314 mm 0,064 mm
3 150 1,448 mm 0,341 mm 0,471 mm 0,096 mm
4 200 1,93 mm 0,454 mm 0,629 mm 0,129 mm
5 250 2,41 mm 0,568 mm 0,786 mm 0,161 mm
6 300 2,89 mm 0,682 mm 0,943 mm 0,193 mm
7 350 3,37 mm 0,796 mm 1,101 mm 0,226 mm
8 400 3,86 mm 0,909 mm 1,258 mm 0,258 mm
9 450 4,344 mm 1,023 mm 1,415 mm 0,290 mm
10 500 4,83 mm 1,138 mm 1,578 mm 0,323 mm

4.3 Metode Pengujian Komputasional


4.3.1. Spesimen 1

Gambar 4.1 Hasil Praktikum Metode Pengujian Komputasional pada


Spesimen 1

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


21
DEFLECTION OF CURVED BARS
4.3.2. Spesimen 2

Gambar 4.2 Hasil Praktikum Metode Pengujian Komputasional pada


Spesimen 2

4.3.3. Spesimen 3

Gambar 4.3 Hasil Praktikum Metode Pengujian Komputasional pada


Spesimen 3

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


22
DEFLECTION OF CURVED BARS
4.3.4. Spesimen 4

Gambar 4.4 Gambar 4.3 Hasil Praktikum Metode Pengujian Komputasional


pada Spesimen 4

Tabel 4.3 Hasil Praktikum Metode Pengujian Komputasional

No Beban Defleksi Defleksi Defleksi Defleksi


(gram) Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4
X Y X Y X Y X Y
1 50 0,448 mm 0,124 mm 0,160 mm 0,041 mm
2 100 0,897 mm 0,249 mm 0,321 mm 0,083 mm
3 150 1,345 mm 0,374 mm 0,481 mm 0,124 mm
4 200 1,794 mm 0,499 mm 0,642 mm 0,166 mm
5 250 2,242 mm 0,624 mm 0,802 mm 0,207 mm
6 300 2,691 mm 0,749 mm 0,963 mm 0,249 mm
7 350 3,139 mm 0,874 mm 1,123 mm 0,290 mm
8 400 3,588 mm 0,999 mm 1,284 mm 0,332 mm
9 450 4,037 mm 1,124 mm 1,445 mm 0,373 mm
10 500 4,490 mm 1,251 mm 1,607 mm 0,415 mm

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


23
DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan 3 Metode Pengujian
5.1.1 Spesimen 1

Spesimen 1
Eksperimen Numerikal Komputasional

5
Defleksi Vertikal (mm)

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defeksi Vertikal


Pada Spesimen 1 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.1, grafik menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal dari
spesimen 1 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring dari
bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen tersebut, dengan nilai defleksi
verikal tertinggi terdapat pada metode pengujian numerikal, diikuti oleh metode
komputasional, dan yang terakhir metode eksperimental. Grafik tersebut sesuai
dengan apa yang telah dijelaskan oleh Munandar (2011) bahwa semakin besar gaya
yang diberikan terhadap balok maka defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


24
DEFLECTION OF CURVED BARS

Terjadinya perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode dapat


diakibatkan dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakakuratan dan Kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh begesernya
tempat pengujian yang menyebabkan perubahan nilai pada dial indikator dan
jumlah dari pengujian hanya satu kali saat melakukan metode eksperimental.
Disamping itu karat pada benda kerja juga mempengaruhi perubahan nilai pada
dial indikator

5.1.2 Spesimen 2

Spesimen 2
Eksperimen Numerikal Komputasional

1.8
1.6
1.4
Defleksi Vertikal (mm)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defeksi Vertikal


Pada Spesimen 2 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.2, grafik menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal dari
spesimen 2 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring dari
bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen tersebut, dengan nilai defleksi
verikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, diikuti oleh metode
komputasional, dan yang terakhir metode numerikal. Grafik tersebut sesuai dengan
apa yang telah dijelaskan oleh Munandar (2011) bahwa semakin besar gaya yang
diberikan terhadap balok maka defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya.
Terjadinya perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode dapat
diakibatkan dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


25
DEFLECTION OF CURVED BARS

1. Ketidakakuratan dan Kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh begesernya


tempat pengujian yang menyebabkan perubahan nilai pada dial indikator dan
jumlah dari pengujian hanya satu kali saat melakukan metode eksperimental.
Disamping itu karat pada benda kerja juga mempengaruhi perubahan nilai pada
dial indikator
2. Spesimen yang diuji pada metode eksperimental sudah digunakan berulang kali
dengan beban yang bervariasi sehingga kekakuan pada spesimen tersebut tidak
sama seperti keadaan awalnya. Menurut Munandar (2011) yang menyatakan
bahwa kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus Elastisitasnya, karena
spesimen mengalami perubahan kekakuan, mengakibatkan nilai dari Modulus
Elastisitas dari berubah pula, sedangkan pada metode numerikal dan
komputasional, nilai Modulus Elastisitas spesimen selalu konstan. Semakin
sering spesimen digunakan, semakin kecil kekakuannya maka regangan akan
semakin besar dan mengakibatkan nilai dari defleksi vertikalnya semakin besar.

5.1.3 Spesimen 3

Spesimen 3
Eksperimen Numerikal Komputasional

2.5

2
Defleksi Vertikal (mm)

1.5

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defeksi Vertikal


Pada Spesimen 3 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.3, grafik menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal dari
spesimen 3 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring dari
bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen tersebut, dengan nilai defleksi

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


26
DEFLECTION OF CURVED BARS

verikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, diikuti oleh metode
komputasional, dan yang terakhir metode numerikal. Grafik tersebut sesuai dengan
apa yang telah dijelaskan oleh Munandar (2011) bahwa semakin besar gaya yang
diberikan terhadap balok maka defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya.
Terjadinya perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode dapat
diakibatkan dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakakuratan dan Kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh begesernya
tempat pengujian yang menyebabkan perubahan nilai pada dial indikator dan
jumlah dari pengujian hanya satu kali saat melakukan metode eksperimental.
Disamping itu karat pada benda kerja juga mempengaruhi perubahan nilai pada
dial indikator
2. Spesimen yang diuji pada metode eksperimental sudah digunakan berulang kali
dengan beban yang bervariasi sehingga kekakuan pada spesimen tersebut tidak
sama seperti keadaan awalnya. Menurut Munandar (2011) yang menyatakan
bahwa kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus Elastisitasnya, karena
spesimen mengalami perubahan kekakuan, mengakibatkan nilai dari Modulus
Elastisitas dari berubah pula, sedangkan pada metode numerikal dan
komputasional, nilai Modulus Elastisitas spesimen selalu konstan. Semakin
sering spesimen digunakan, semakin kecil kekakuannya maka regangan akan
semakin besar dan mengakibatkan nilai dari defleksi vertikalnya semakin besar.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


27
DEFLECTION OF CURVED BARS

5.1.4 Spesimen 4

Spesimen 4
Eksperimen Numerikal Komputasional

0.5
0.45
0.4
Defleksi Vertikal (mm)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defeksi Vertikal


Pada Spesimen 4 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.4, grafik menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal dari
spesimen 4 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring dari
bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen tersebut, dengan nilai defleksi
verikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, diikuti oleh metode
komputasional, dan yang terakhir metode numerikal. Grafik tersebut sesuai dengan
apa yang telah dijelaskan oleh Munandar (2011) bahwa semakin besar gaya yang
diberikan terhadap balok maka defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya.
Terjadinya perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode dapat
diakibatkan dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakakuratan dan Kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh begesernya
tempat pengujian yang menyebabkan perubahan nilai pada dial indikator dan
jumlah dari pengujian hanya satu kali saat melakukan metode eksperimental.
Disamping itu karat pada benda kerja juga mempengaruhi perubahan nilai pada
dial indikator.
2. Spesimen yang diuji pada metode eksperimental sudah digunakan berulang kali
dengan beban yang bervariasi sehingga kekakuan pada spesimen tersebut tidak

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


28
DEFLECTION OF CURVED BARS

sama seperti keadaan awalnya. Menurut Munandar (2011) yang menyatakan


bahwa kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus Elastisitasnya, karena
spesimen mengalami perubahan kekakuan, mengakibatkan nilai dari Modulus
Elastisitas dari berubah pula, sedangkan pada metode numerikal dan
komputasional, nilai Modulus Elastisitas spesimen selalu konstan. Semakin
sering spesimen digunakan, semakin kecil kekakuannya maka regngan akan
semakin besar dan mengakibatkan nilai dari defleksi vertikalnya semakin besar.

5.2 Perbandingan 4 Spesimen


5.2.1 Metode Pengujian Eksperimental

Metode Pengujian Eksperimental


Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4

2.5
Defleksi Vertikal (mm)

1.5

0.5

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.5 Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada


Berbagai Spesimen Dengan Metode Pengujian Eksperimental

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


29
DEFLECTION OF CURVED BARS

Metode Pengujian Numerikal

Metode Pengujian Numerikal


Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4

5
Defleksi Vertikal (mm)

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.6 Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada


Berbagai Spesimen Dengan Metode Pengujian Numerikal
5.2.2 Metode Pengujian Komputasional

Metode Pengujian Komputasional


Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4

5
4.5
4
Defleksi Vertikal (mm)

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)

Gambar 5.7 Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada


Berbagai Spesimen Dengan Metode Pengujian Komputasional

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


30
DEFLECTION OF CURVED BARS

Berdasarkan Gambar 5.4 – 5.7, menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal pada
berbagai spesimen semakin besar seiring dengan bertambahnya beban yang di
berikan, dengan nilai defleksi vertikal tertinggi terdapat pada spesimen 1 diikuti 3,2
dan yang terakhir spesimen 4. Data tersebut sesuai apa yang disebutkan Munandar
(2011) bahwa ) bahwa semakin besar gaya yang diberikan terhadap balok maka
defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan semakin besar dan sebaliknya.
Perbedaan nilai defleksi vertikal pada setiap spesimen disebabkan oleh dimensi
yang berbeda dari setiap spesimen, yaitu ukuran lengan horizontal (a) dan lengan
vertikal (b). Berdasarkan Persamaan 2.4, nilai dari a,b, dan R yang semakin besar
akan menghasilkan nilai defleksi verikal yang semakin besar pula (karena a,b, dan R
berbanding lurus dengan ∆w). Setiap spesimen memiliki unsur paduan dan nilai E
yang sama, yaitu Carbon and Low Alloy Steel dan E = 200 Gpa.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


31
DEFLECTION OF CURVED BARS

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilalui, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Fenomena dimana terjadi perubahan bentuk dari sebuah benda yang diberikan
beban disebut juga sebagai Defleksi, pada praktikum ini kita dapat mengetahui
defleksi dari sebuah batang yang diberikan beban. Defleksi terjadi dikarenakan
adanya gaya dan pembebanan yang diberikan kepada elemen – elemen dari
batang tersebut, yakni ukuran, bahan yang digunakan, berat dari batang dan juga
gaya gravitasi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya defleksi adalah
kekakuan dari benda kerja, besar kecilnya gaya dan beban yang diberikan kepada
benda kerja, jenis beban yang diberikan kepada benda kerja dan jenis tumpuan
yang digunakan.
2) Mengetahui pengujian defleksi pada benda kerja , dari praktikum yang dilakukan
ini mahasiswa menjadi paham menghitung perubahan yang terjadi pada benda
kerja saat diberikan pembebanan yang berbeda, untuk mendapatkan nilai
perubahan bentuk pada benda kerja, sebelumnya dilakukan persiapan alat dan
bahan, kemudian rangkai peralatan dan juga specimen yang akan di uji, letakkan
dial indicator di bagian ujung pembebanan spesimen, catat besarnya setiap
perubahan yang terjadi pada pembebanan dengan tambahkan beban 50g secara
bertahap, dilanjut dengan pengujian metode numerik dan juga dengan ansys
untuk di analisis nilai dari defleksi yang dibandingkan dari metode numerik dan
juga ansys.
3) Hasil dari pengujian spesimen dari tiga metode, yakni eksperiment, numerik dan
menggunakan ansys, didapatkan ketiganya memiliki selisih yang disebabkan
kurang teliti pada saat pengujian dan ada kemungkinan kesalahan pembacaan
nilai dari dial indikator.
6.2 Saran
Saran dari kami, untuk pengujian yang telah dilakukan mengenai defleksi
vertikal dengan menggunakan berbagai metode adalah berikut.
1) Pastikan ukuran dari spesimen sesuai.
2) Gunakan alat dengan kondisi layak pakai, dengan nilai pengukuran yang masih
akurat.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN
32
DEFLECTION OF CURVED BARS

3) Spesimen yang digunakan harus keadaan baik, tidak ada dent atau kerusakan
pada spesimen tersebut.
4) Saat dilakukan pengujian, perhatikan dial indicator dengan cermat, agar hasil
yang diperoleh lebih akurat
5) Dilakukannya pengujian berulang dari ketiga metode tersebut untuk
meminimalisir kesalahan pembacaan nilai.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


33
DEFLECTION OF CURVED BARS

DAFTAR PUSTAKA
Beer, Ferdinand P., dkk. 2012. Mechanics of Materials 7th Edition. New York:
McGraw-Hill.

Callister, William D. 2007. Materials Science and Engineering An Introduction 7th


Edition. New Jersey: John Wiley and Sons.

Gere, James M. 2004. Mechanics of Materials 6th Edition. Stanford: Thomson


Learning.

Harianja, Binsar. 1996. Mekanika Teknik: Statika dalam Analisis Struktur Berbentuk
Rangka. Jakarta: Erlangga

Hibbeler, R. C. 2013. Mechanics of Materials 9th Edition. New Jersey:


Pearson Education Inc.

Negara, Dewa Ngakan Ketut Putra dan Anak Agung Istri Agung Sri Komaladewi.
2009. Simulasi, Studi Eksperimen dan Analisis Defleksi pada Ujung Bebas
Curved Beam Akibat Beban Terkonsentrasi Tunggal. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Cakra M, 3 (1), 6-10.

Pytel, Andrew dan Jaan Kiusalaas. 2012. Mechanics of Materials 2nd Edition.
Pennsylvania: Cengage Learning.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN


34

Anda mungkin juga menyukai