BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defleksi horizontal
Perubahan posisi suatu batang atau balok arah horizontal karena adanya
pembebanan yang diberikan pada batang atau balok. Suatu balok yang di berikan
gaya dari arah vertikal mengakibatkan pembebanan terhadap posisi balok yang
horizontal sampai membentuk suatu sudut defleksi seperti Gambar 2.2 (Munandar,
2011).
1. Kekakuan balok
Kekakuan adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan bentuknya
supaya tidak berdeformasi atau mengalami defleksi saat diberi gaya, semakin
kaku balok maka lendutan yang akan terjadi pada suatu balok akan semakin kecil,
sebaliknya semakin lunak balok tersebut akan semakin besar defleksi yang akan
terjadi. Kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus elastisitas yang mana
semakin kecil kekakuannya maka regangan akan semakin besar. Modulus
Elastisitas merupakan perbandingan antara beban per satuan luas dengan regangan
yang dapat dinyatakan dalam rumus berikut ini.
𝜎
E= Ɛ (2.1)
Dimana,
E = Modulus Elastisitas [Pa]
σ = Tegangan [N/m2]
ε = Regangan [%]
1. Tumpuan Engsel
Tumpuan Engsel dapat menahan gaya tekan, tarik dari berbagai arah dan
tumpuan ini dapat menerima gaya reaksi dari arah vertikal maupun gaya
horizontal. Tumpuan yang berpasak ini mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang seperti Gambar 2.4 berikut.
2.1.4Jenis-Jenis Pembebanan
Menurut Beer (2012), jenis pembebanan ada 3 jenis.
1. Pembebanan terpusat
Jenis pembebanan ini terjadi pada titik pada suatu balok karena beban yang
bekerja pada luasan pembebanan ini bekerja pada satu titik dengan arah dan besaran
tertentu. Beban terpusat pada batang seperti Gambar 2.7 berikut.
1. Deformasi Plastis
Adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun bebannya dihilangkan
karena deformasi plastis berada di atas tegangan yield dari benda yang di berikan
gaya. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom
dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom lainya.
Jadi jika beban dilepaskan atom ini tidak kembali ke ikatan awalnya.
2. Deformasi Elastis
Adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang bekerja, serta akan hilang
bila beban ditiadakan sehingga benda tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran
semula karena deformasi elastis berada di bawah tegangan yield. Bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Dimana:
Q: Gaya (N)
U: Energi Regangan (Nm)
qi: Perpindahan (m)
Menurut Negara dan Komaladewi (2009), lenturan pada batang dapat terjadi
akibat adanya beban gaya geser atau momen lentur. Disimpulkan bahwa persamaan
yang digunakan untuk perhitungan defleksi vertikal dari suatu material dinyatakan
sebagai berikut ini
𝑊𝑎 3 𝑊𝑅 𝜋𝑎2 𝜋𝑅2 𝑊
∆w = + [ 2 + + 2𝑎𝑅] + + [𝑎2 𝑏 + 2𝑎𝑏 2 + 𝑏𝑅 2 ] (2.4)
3𝐸𝐼 𝐸𝐼 4 𝐸𝐼
𝜋𝑊𝑅 3
∆w = (2.5)
4𝐸𝐼
Keterangan dari simbol pada Persamaan 2.4 dan 2.5 sebagai berikut.
∆w = defleksi vertikal [mm]
W= beban [N]
E= Modulus Elastisitas spesimen [Mpa atau N/mm2]
a= panjang lengan gaya horizontal spesimen [mm]
R= radius spesimen [mm]
b= panjang lengan gaya vertikal spesimen [mm]
I= Momen Inersia spesimen [mm4]
I= k. m. r2 (2.6)
Dimana,
I : Momen Inersia (Kgm2)
k : Konstanta inersia
m : Massa (Kg)
r : jari-jari objek dari titik pusat massa (m)
1
Batang silinder,poros melalui pusat. 𝐼 = 12 𝑚𝑙 2
1
Batang silinder, poros melalui ujung. 𝐼 = 3 𝑚𝑙 2
1
Pelat besi persegi panjang, poros melalui pusat 𝐼 = 2 𝑚(𝑎2 + 𝑏 2 )
1
Silinder berongga 𝐼 = 2 𝑚(𝑅1 2 + 𝑅2 2 )
1
Silinder pejal 𝐼 = 12 𝑚𝑅 2
2
Bola pejal 𝐼 = 5 𝑚𝑅 2
2
Bola tipis Berongga 𝐼 = 3 𝑚𝑅 2
Ix = y2 dA (2.6)
Iy = x2 dA (2.7)
Ip = r2 dA (2.8)
Ixy = xy dA (2.9)
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN
3.2.6 Spesimen
Bahan yang digunakan adalah karbon dan low alloy steel. Praktikum ini
menggunakan 4 spesimen. Gambar 3.6 merupakan spesimen yang digunakan
3.3 Metode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dilakukan proses pengujian
2. Rangkai alat-alat dan spesimen pada ragum, pastikan semuanya dalam keadaan
terpasang dengan benar agar praktikum dapat berjalan dengan baik. Sesuaikan
posisi dari spesimen dan dial indikator.
3. Pasang beban pada spesimen, lalu letakan dial indikator pada spesimen untuk di
ukur besarnya defleksi yang terjadi.
4. Catat besarnya defleksi yang terjadi pada spesimen. Tambahkan beban secara
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Metode Pengujian Eksperimental
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Metode Pengujian Eksperimental
W=m.g 1 1
𝐼= 𝑏ℎ3 = × 25,40 × 33 = 57,1 𝑚𝑚4
g = 9,8 m/s2 12 12
4.3.3. Spesimen 3
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Perbandingan 3 Metode Pengujian
5.1.1 Spesimen 1
Spesimen 1
Eksperimen Numerikal Komputasional
5
Defleksi Vertikal (mm)
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
5.1.2 Spesimen 2
Spesimen 2
Eksperimen Numerikal Komputasional
1.8
1.6
1.4
Defleksi Vertikal (mm)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
5.1.3 Spesimen 3
Spesimen 3
Eksperimen Numerikal Komputasional
2.5
2
Defleksi Vertikal (mm)
1.5
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
verikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, diikuti oleh metode
komputasional, dan yang terakhir metode numerikal. Grafik tersebut sesuai dengan
apa yang telah dijelaskan oleh Munandar (2011) bahwa semakin besar gaya yang
diberikan terhadap balok maka defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan
semakin besar dan sebaliknya.
Terjadinya perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode dapat
diakibatkan dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakakuratan dan Kesalahan pembacaan yang disebabkan oleh begesernya
tempat pengujian yang menyebabkan perubahan nilai pada dial indikator dan
jumlah dari pengujian hanya satu kali saat melakukan metode eksperimental.
Disamping itu karat pada benda kerja juga mempengaruhi perubahan nilai pada
dial indikator
2. Spesimen yang diuji pada metode eksperimental sudah digunakan berulang kali
dengan beban yang bervariasi sehingga kekakuan pada spesimen tersebut tidak
sama seperti keadaan awalnya. Menurut Munandar (2011) yang menyatakan
bahwa kekakuan batang berpengaruh pada nilai Modulus Elastisitasnya, karena
spesimen mengalami perubahan kekakuan, mengakibatkan nilai dari Modulus
Elastisitas dari berubah pula, sedangkan pada metode numerikal dan
komputasional, nilai Modulus Elastisitas spesimen selalu konstan. Semakin
sering spesimen digunakan, semakin kecil kekakuannya maka regangan akan
semakin besar dan mengakibatkan nilai dari defleksi vertikalnya semakin besar.
5.1.4 Spesimen 4
Spesimen 4
Eksperimen Numerikal Komputasional
0.5
0.45
0.4
Defleksi Vertikal (mm)
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
2.5
Defleksi Vertikal (mm)
1.5
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
5
Defleksi Vertikal (mm)
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
5
4.5
4
Defleksi Vertikal (mm)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Beban (gram)
Berdasarkan Gambar 5.4 – 5.7, menunjukan bahwa nilai defleksi vertikal pada
berbagai spesimen semakin besar seiring dengan bertambahnya beban yang di
berikan, dengan nilai defleksi vertikal tertinggi terdapat pada spesimen 1 diikuti 3,2
dan yang terakhir spesimen 4. Data tersebut sesuai apa yang disebutkan Munandar
(2011) bahwa ) bahwa semakin besar gaya yang diberikan terhadap balok maka
defleksi yang di alami oleh balok tersebut akan semakin besar dan sebaliknya.
Perbedaan nilai defleksi vertikal pada setiap spesimen disebabkan oleh dimensi
yang berbeda dari setiap spesimen, yaitu ukuran lengan horizontal (a) dan lengan
vertikal (b). Berdasarkan Persamaan 2.4, nilai dari a,b, dan R yang semakin besar
akan menghasilkan nilai defleksi verikal yang semakin besar pula (karena a,b, dan R
berbanding lurus dengan ∆w). Setiap spesimen memiliki unsur paduan dan nilai E
yang sama, yaitu Carbon and Low Alloy Steel dan E = 200 Gpa.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilalui, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Fenomena dimana terjadi perubahan bentuk dari sebuah benda yang diberikan
beban disebut juga sebagai Defleksi, pada praktikum ini kita dapat mengetahui
defleksi dari sebuah batang yang diberikan beban. Defleksi terjadi dikarenakan
adanya gaya dan pembebanan yang diberikan kepada elemen – elemen dari
batang tersebut, yakni ukuran, bahan yang digunakan, berat dari batang dan juga
gaya gravitasi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya defleksi adalah
kekakuan dari benda kerja, besar kecilnya gaya dan beban yang diberikan kepada
benda kerja, jenis beban yang diberikan kepada benda kerja dan jenis tumpuan
yang digunakan.
2) Mengetahui pengujian defleksi pada benda kerja , dari praktikum yang dilakukan
ini mahasiswa menjadi paham menghitung perubahan yang terjadi pada benda
kerja saat diberikan pembebanan yang berbeda, untuk mendapatkan nilai
perubahan bentuk pada benda kerja, sebelumnya dilakukan persiapan alat dan
bahan, kemudian rangkai peralatan dan juga specimen yang akan di uji, letakkan
dial indicator di bagian ujung pembebanan spesimen, catat besarnya setiap
perubahan yang terjadi pada pembebanan dengan tambahkan beban 50g secara
bertahap, dilanjut dengan pengujian metode numerik dan juga dengan ansys
untuk di analisis nilai dari defleksi yang dibandingkan dari metode numerik dan
juga ansys.
3) Hasil dari pengujian spesimen dari tiga metode, yakni eksperiment, numerik dan
menggunakan ansys, didapatkan ketiganya memiliki selisih yang disebabkan
kurang teliti pada saat pengujian dan ada kemungkinan kesalahan pembacaan
nilai dari dial indikator.
6.2 Saran
Saran dari kami, untuk pengujian yang telah dilakukan mengenai defleksi
vertikal dengan menggunakan berbagai metode adalah berikut.
1) Pastikan ukuran dari spesimen sesuai.
2) Gunakan alat dengan kondisi layak pakai, dengan nilai pengukuran yang masih
akurat.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN
32
DEFLECTION OF CURVED BARS
3) Spesimen yang digunakan harus keadaan baik, tidak ada dent atau kerusakan
pada spesimen tersebut.
4) Saat dilakukan pengujian, perhatikan dial indicator dengan cermat, agar hasil
yang diperoleh lebih akurat
5) Dilakukannya pengujian berulang dari ketiga metode tersebut untuk
meminimalisir kesalahan pembacaan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Beer, Ferdinand P., dkk. 2012. Mechanics of Materials 7th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Harianja, Binsar. 1996. Mekanika Teknik: Statika dalam Analisis Struktur Berbentuk
Rangka. Jakarta: Erlangga
Negara, Dewa Ngakan Ketut Putra dan Anak Agung Istri Agung Sri Komaladewi.
2009. Simulasi, Studi Eksperimen dan Analisis Defleksi pada Ujung Bebas
Curved Beam Akibat Beban Terkonsentrasi Tunggal. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Cakra M, 3 (1), 6-10.
Pytel, Andrew dan Jaan Kiusalaas. 2012. Mechanics of Materials 2nd Edition.
Pennsylvania: Cengage Learning.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.