Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Salah satu contoh penerapan
ilmukonstruksi dalam dunia industry dan juga dapat kita lihat dalam kehiduoan
sehari-hari yaitu, defleksi yang merupakan pengaplikasian pada jembatan
misalnya.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam
perencanaan- perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan
tegangan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini
sangat pentingterutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness),
dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami
defleksi.
Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang
mengalami pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika
melewati batas yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-
elemen tersebut ataupun pada elemen-elemen lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Pada praktikum defleksi batang ini memiliki beberapa rumusan
masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan percobaan defleksi batang dari berbagai
jenis balok dengan titik pembebanan yang berbeda?
2. Apa pengaruh tumpuan dan jenis material terhadap defleksi yang
dihasilkan?
3. Bagaimana hasil perbandingan besar kecilnya defleksi antara hasil
percobaan dengan perhitungan?
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam praktikum defleksi batang adalah:
1. Praktikum dilakukan menggunakan instalasi pengujian yang telah
disediakan laboratorium dengan alumunium, steel, dan kuningan
sebagai jenis material baloknya.
2. Tumpuan yang digunakan pada praktikum terdapat dua jenis, yaitu
tumpuan jepit dan tumpuan rol.
3. Pembebanan yang dilakukan pada balok sebesar 150 gram, 200 gram,
dan 250 gram.

1.4 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang hendak dicapai pada praktikum defleksi batang ini
yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya defleksi dari berbagai jenis balok dengan cara
memberikan pembebanan pada titik-titik tertentu.
2. Memahami prinsip defleksi pada batang dengan melakukan pengujian
dengan jenis tumpuan yang berbeda.
3. Mengetahui pengaruh tumpuan dan perbedaan jenis material terhadap
defleksi yang di hasilkan.
4. Membandingkan besarnya defleksi hasil percobaan dengan hasil
perhitungan.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun dalam penulisan laporan hasil praktikum ini terdapat
sistematika penulisan untuk mempermudah memahami isi dari laporan tersebut,
yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan praktikum, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas mengenai teori dasar tentang pengertian dan jenis-jenis
defleksi, deformasi dan klasifikasi, hubungan antara defleksi dan deformasi,
tumpuan dan jenis-jenisnya, pembebanan dan jenis-jenisnya, momen inersia,
metode perhitungan defleksi, keuntungan dan kerugian defleksi batang dan
contoh fenomena defleksi.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Membahas mengenai diagram alir, prosedur praktikum, serta alat dan
bahan yang digunakan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Membahas mengengenai tabel data praktikum, jawaban pertanyaan
tugas modul, dan tugas tambahan
BAB V : PENUTUP
Membahas mengenai kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

2.1.1 Pengertian dan Jenis Defleksi Batang


Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical
dan horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula
bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang
akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun
terbagi merata akan mengalami defleksi.
Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan
berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral
setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan
deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi defleksi antara lain adalah :
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan
terjadi pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding
lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain
semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi
pun semakin besar.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda.
Jika karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang
berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan
yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada
tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang
terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya
memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi
merata slope yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih
besar dari slope titik.Ini karena sepanjang batang mengalami beban
sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu
saja.
Adapun jenis-jenis defleksi yang bisa terjadi pada batang antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Defleksi Vertikal (Δw)
Defleksi vertikal adalah perubahan bentuk suatu batang akibat
pembebanan arah vertikal (tarik, tekan) menyebabkan batang
tertekan pada arah sumbu Y hingga membentuk sudut defleksi,
kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2.1 Defleksi Vertikal


(Sumber: www.etsworlds.id)
2. Defleksi Horizontal (Δp)
Defleksi horizontal adalah perubahan bentuk suatu batang
akibat pembebanan arah vertikal (bending) posisi batang horizontal,
hingga membentuk sudut defleksi, kemudian kembali ke posisi
semula.
Gambar 2.2 Defleksi Horizontal
(Sumber: www.etsworlds.id)

2.1.2 Deformasi dan Klasifikasi


Deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari suatu
material yang dikarenakan adanya gaya luar yang di kenakan pada
material tersebut. Deformasi umumnya bertujuan untuk mendapatkan
suatu produk logam sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Selain itu
pembentukan memungkinkan diperoleh sifat-sifat mekanik tertentu
sesuai dengan yang dibutuhkan atau yang dipersyaratkan. Perubahan
bentuk pada bahan/logam dapat dibedakan menjadi dua yaitu deformasi
elastis dan deformasi plastis.
a. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada
suatu benda saat gaya itu bekerja, dan perubahan bentuk akan
hilang ketika gaya ditiadakan. Artinya, bila beban ditiadakan,
maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
b. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang terjadi pada
benda saat diberi gaya, tetapi bentuk benda tidak kembali
seperti semula, walaupun gaya yang berkerja ditiadakan, dengan
kata lain benda akan berubah bentuk secara permanen.
Gambar 2.3 Grafik Tegangan Regangan
(Sumber: www.infometrik.com)
Dalam kasus deformasi elastis, fungsi respon yang tekait dengan
regangan terhadap regangan dijelaskan dalam eksperimen tensor hukum
Hooke.
Perbedaan deformasi elastis dan plastis akan lebih mudah
dipahami menggunakan diagram tegangan dan regangan dari hasil uji
tarik, adapun diagram tersebut diperlihatkan pada gambar.

2.1.3 Hubungan Deformasi dan Defleksi


Defleksi terjadi karena adanya pembebanan vertikal dan
horizontal pada balok atau batang yang ditinjau hanya pada satu dimensi.
Sedangkan deformasi tidak hanya terjadi karena pembebanan saja, tetapi
karena adanya berbagai macam perlakuan yang dialami balok atau
batang. Selain itu defleksi yang terjadi pada balok hanya merubah bentuk
pada balok tersebut seperti lendutan pada balok, sedangkan deformasi
dapat merubah bentuk dan ukuran serta volume balok tersebut.
Jadi, suatu benda yang mengalami deformasi sudah pasti
mengalami defleksi, tetapi suatu benda yang mengalami defleksi belum
tentu mengalami deformasi. benda yang di beri beban akan mengalami
defleksi dan ketika benda tidak mampu menahan beban yang di berikan
maka aka terjadi deformasi pada benda yang berujung benda menjadi
plastis.
2.1.4 Tumpuan dan Jenis - Jenisnya
Tumpuan ialah tempat perletakan konstruksi atau dukungan bagi
konstruksi dalam meneruskan gaya-gaya yang bekerja ke pondasi atau
benda yang dapat menahan suatu beban atau gaya. Tumpuan terbagi
menjadi tiga jenis yaitu:
1. Tumpuan engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima
gaya reaksi vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang
berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari
bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang
lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan
rol atau penghubung, maka perbandingan antara komponen-
komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan.

Gambar 2.4 Tumpuan Engsel


(Sumber: http://repository.unhas.ac.id)
2. Tumpuan rol
Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat bergeser ke arah
horizontal sehingga tumpuan ini tidak dapat menahan gaya horizontal.
Pada tumpuan rol terdapat roda yang dapat bergeser yang gunanya
untuk mengakomodir pemuaian pada konstruksi sehingga konstruksi
tidak rusak. Tumpuan rol hanya mampu memberikan reaksi arah
vertikal saja, artinya tumpuan rol hanya bias menahan gaya secara
vertikal saja dan tidak bisa menahan gaya horizontal dan momen.

Gambar 2.5 Tumpuan Rol


(Sumber: http://repository.unhas.ac.id)
3. Tumpuan jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertical, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua
penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap
arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik,
tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam
suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas
ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2.6 Tumpuan Jepit


(Sumber: http://repository.unhas.ac.id)
2.1.5 Pembebanan dan Jenis - Jenisnya
Pembebanan adalah salah satu faktor yang memengaruhi besarnya
defleksi batang, adapun jenis – jenis pembebanan yaitu:
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil

Gambar 2.7 Beban Terpusat


(Sumber: www.scribd.com)
2. Beban terdistribusi merata
Disebut beban terdistribusi merata karena bebannya merata
sepanjang batang, dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 2.8 Beban Terbagi Merata


(Sumber: www.scribd.com)
3. Beban Bervariasi Uniform
Beban distribusi variasi adalah beban yang bekerja gaya yang
berbeda pada luasan yang besar.

Gambar 2.9 Beban Bervariasi Uniform


(Sumber: www.scribd.com)
2.1.6 Momen Inersia
Momen Inersia merupakan suatu ukuran kelembaman/suatu benda
untuk berputar pada porosnya. Newton pernah menjelaskan ini dalam
Hukum Newton I. Dia berkata bahwa benda yang diam akan tetap diam,
dan yang bergerak akan tetap bergerak. Kecenderungan benda untuk
“mempertahankan diri” (diam tetap diam atau yang gerak tetap bergerak)
ini disebut dengan inersia. Satu hal yang perlu kamu ingat dari sifat
lembam adalah benda yang memiliki inersia besar, cenderung susah
diperlambat atau dipercepat. Rumus dari momen inersia yang umum
digunakan, yaitu:
𝐼 = 𝑘. 𝑀. 𝑅 2 ................................................................................ (2.1)
Keterangan:
I = Momen Inersia (kgm2)
k = Konstanta inersia
M= Massa (kg)
R = Jari – jari objek dari pusat masa
Dari sini dapat diketahui bahwa massa dan jarak berpengaruh
terhadap momen inersia. Semakin jauh jarak massa benda terhadap poros,
makin besar momen inersianya.
Untuk benda yang terdiri dari beberapa partikel, maka momen
inersianya merupakan jumlah dari semua momen inersia masing-masing
partikel. Begitu pula jika suatu benda memiliki bentuk yang kompleks atau
terdiri dari berbagai macam bentuk, maka besar momen inersianya adalah
jumlah momen inersia dari tiap bagian-bagiannya yang dirumuskan
sebagai berikut:

.......................................... (2.2)
Dimana, merupakan notasi penjumlahan sebanyak n (sebanyak
partikel atau bagian-bagian yang ada).
Untuk benda-benda yang bentuknya teratur dan telah diketahui
secara umum, rumus momen inersianya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 2.1 Rumus Momen Inersia
Sumbu Rumus Momen
Benda Putar Gambar benda Inersia
Di sebelah
partikel
dengan
Partikel jarak R
Tepat
melalui
pusat dan
tegak
Batang lurus
silinder batang

Melalui
Silinder titik pusat
pejal silinder
Melalui
Silinder titik pusat
berongga silinder

Silinder Melalui
pejal titik pusat
berongga silinder

Melintang
terhadap
Silinder titik pusat
pejal silinder

Tepat
Bola melalui
pejal titik pusat

Tepat
Bola melalui
berongga titik pusat
Melintang
terhadap
Cincin titik pusat
tipis cincin

Tepat
melalui
Plat titik pusat
datar plat

Melalui
Kerucut titik pusat
pejal silinder

2.1.7 Metode Perhitungan Defleksi


Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat
dihitung dengan berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984):
1. Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut
disebut kurva elastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut
memperlihatkan bagaimana menetapkan persamaan kurva ini, yaitu
bagaimana menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan
terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas
positif. Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan
panjang original balok dengan proyeksi panjang lendutannya.
Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan kemiringannya pada
setiap sangat kecil. Harga kemiringan, tan q =dy / dx , dengan
kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan q, oleh karena itu
  dy / dx ……………………………………….(2.6)
d dy
dan  ………………………………………….(2.7)
dx dx

Gambar 2.10 Metode Integrasi Ganda


(Sumber: http://repository.unhas.ac.id/)
ds   d ……………………….……(2.8)

Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena


kurva elastis sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx:
sehingga peroleh persamaan :
1 d d
  ……………….…….(2.9)
 ds dx
atau

1 d 2 y ……………………..(2.10)

 dx 2

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


1 M
 ……………………………(2.11)
 EI
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita

peroleh
d2y
EI  M ………………………(2.12)
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva
elastis balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya
tetap sepanjang balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan
EI diperoleh :
dy
dx 
EI  Mdx  C1 ………………(2.13)

Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang


menunjukkan kemiringan atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat
dicatat disini bahwa M menyatakan persamaan momen yang
dinyatakan dalam terminologi x, dan C1 adalah konstanta yang
dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang integrasi
persamaan diatas untuk memperoleh
EIy   Mdxdx  C1  C2 ………….(2.14)

Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang


dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C
adalah konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi
balok tertentu dan pembebannya. Apabila kondisi pembebanan
dirubah sepanjang balok, maka persamaan momen akan berubah pula.
Pengevaluasian konstanta integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan
ini dapat dihindari dengan menuliskan persamaan momen tunggal
sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk seluruh
panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.

2. Metode Luas Bidang Momen


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan
lendutan batang menyangkut luas diagram momen dan momen luas
adalah metode momen luas. Motode momen luas mempunyai batasan
yang sama seperti metode integrasi ganda. Kurva elastis merupakan
pandangan samping permukaan netral, dengan lendutan yang
diperbesar, diagram momen. Jarak busur diukur sepanjang kurva
elastis antara dua penampang sama dengan r ´dq , dimana r adalah jari-
jari lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari
persamaan momen lentur diperoleh:
1 M
 ……………………………..(2.15)
 EI
karena ds = r dq , maka
1 M d M
  atau d  ds ……………………..(2.16)
 EI ds EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga
tidak ada kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap
panjang ds = proyeksi dx. Dengan anggapan itu kita peroleh :
M
d  dx ………………………………(2.17)
EI

Gambar 2.11 Sketsa Metode Luas Momen


(Sumber: http://repository.unhas.ac.id/)
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva
pada dua titik sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-
sudut kecil tersebut:
B X
1 B
 AB   d   Mdx ………………….(2.18)
A EI XA

Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap


kedudukan balok original) yang akan memotong garis singgung yang
ditarik kekurva ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt
yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan.
Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang
dipisahkan oleh sudut dq :
Dt = xdq………………………………(2.19)
oleh karena itu
XB

tb / a   dt   x(Md ) ………………….(2.20)
XA

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh


XB
1
tb / a   dt   x(Md ) ………………….(2.21)
EI XA

Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis


singgung yang ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial
B terhadap A. Secara umum penyimpangan seperti ini tidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teori metode
momen luas dari diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdx
adalah luas elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari
ordinat melalui B karena integral M dx berarti jumlah elemen, maka
dinyatakan sebagai,
1
 AB  (luas ) AB …………………(2.22)
EI

3. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan
diferensial linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan
turunannya dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu,
penyelesaian persamaan untuk bermacam-macam kondisi
pembebanan boleh di superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa
beban yang bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi
dari defleksi akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri
M
w ''  
EIy
Q
w '''  
EIy
q
wIV  
EIy

w( x )  w1( x )  w2( x ) ……………..…...(2.23)

Berlaku analog
w '( x )  w '1( x )  w '2( x )
M ( x )  M 1( x )  M 2( x ) ……………...(2.24)
Q( x )  Q1( x )  Q2( x )

Gambar 2.12 Metode Superposisi


(Sumber: https://www.slideshare.net/)

2.2 Keuntungan dan Kerugian Defleksi Batang


Adapun keuntungan dan kerugian dalam defleksi batang, yaitu sebagai
berikut:
A. Keuntungan
1. Dapat mengetahui kapan material tersebut harus diganti atau diperbaiki
akibat adanya defleksi atau lendutan.
2. Mengantisipasi terjadinya defleksi pada suatu konstruksi maupun
kendaraan agar defleksi yang terjadi tidak begitu besar.
3. Dapat mengetahui keamanan pada suatu material (safety factor) ketika
menerima beban maksimal dari gaya luar.
4. Membuat kerja poros menjadi normal karena adanya fenomena
lendutan batang pada poros.
B. Kerugian
1. Defleksi pada batang yang terlalu besar dapat mengakibatkan material
rusak sehingga material akan mudah patah, dan umur material akan
lebih cepat akibat defleksi terus menerus.
2. Defleksi yang terjadi pada jembatan dapat menyebabkan jembatan
tersebut mengalami perpatahan, baik dalam sambungannya maupun
bata batang baja yang tanpa sambungan
3. Defleksi yang besar pada poros menyebabkan sumbu poros tidak lurus.
Hal ini dapat mengakibatkan kinerja pros menjadi tidak stabil
4. Sama halnya seperti jembatan, pada konstruksi bangunan, konstruksi
pesawat terbang, chasis kendaraan, maupun lain-lain yang berhubungan
dengan batang dan sambungan, tentu defleksi yang terjadi dapat
menyebabkan kelelahan material. Dari kelelahan material yang terus
menerus menerima beban lendutan, akan menyebabkan material
mengalami kegagalan.

2.3 Contoh Fenomena Defleksi


Di dalam bidang keteknikan, banyak sekali fenomena defleksi yang
terjadi, beberapa contoh fenomenan beserta penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Jembatan
Jembatan adalah suatu penghubung antarpulau atau penghubung dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Suatu jembatan juga perlu dilakukan
pemeliharaan agar bisa bertahan lama. Salah satu caranya adalah dengan
memantau pergerakannya, apakah pergeseran dan pergerakannya berbahaya
atau tidak. Dalam istilah keilmuan Geodesi, pergeseran ini disebut dengan
Deformasi. Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai
perananan yang sangat penting. Sebuah jembatan yang fungsinya
menyeberangkan benda atau kendaraan diatasnya mengalami beban yang
sangat besar dan dinamis yang bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan
mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau defleksi pada batang-batang
konstruksi jembatan tersebut. Defleksi yang terjadi secara berlebihan
tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada jembatan tersebut dan hal
yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.

Gambar 2.13 Jembatan


(Sumber: www.asdar.id)
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara
radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros
transmisi. Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak
lurus. Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada
pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu, benda dinamis yang
berputar pada sumbunya.

Gambar 2.14 Poros Transmisi


(Sumber: Pribadi)
3. Rangka (Chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar,
memiliki kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang
penyusun konstruksinya.
Gambar 2.15 Rangka Kendaraan
(Sumber: www.willycar.com)
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan
pesawat tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat
elestitas yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,
diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi
pada material atau batang-batang penyusun pesawat tersebut, untuk
mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang menyebabkan
perpatahan atau fatik karena beban terus-menerus.

Gambar 2.16 Konstruksi Badan Pesawat Terbang


(Sumber: www.aeroengineering.co.id)
5. Mesin Pengangkut Material

Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak


bertumpuan sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau
dapat dianggap dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu, saat
mengangkat material kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada
konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya bebas tak
bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut.

Gambar 2.17 Konstruksi Badan Pesawat Terbang


(Sumber: www.indonesiasafetycenter.org)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Adapun diagram alir praktikum yang digunakan dalam fenomena dasar
mesin, yaitu sebagai berikut:

Mulai Literatur:

1. Modul
Mempersiapkan Alat Dan Bahan Seperti 2. Browsing
Rangka Instalasi, Gantungan Beban dengan
Bebannya, Jangka Sorong dan Alat Uji

Percobaan Dan Pengambilan Data


Pada 3 Benda Uji yaitu Alumunium,
Besi, dan Kuningan

Penulisan Data Pada Blangko


Percobaan Defleksi Batang

Tidak
Analisa Data

Ya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum


(Sumber: Pribadi)
3.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum defleksi batang adalah sebagai berikut:
3.2.1 Pengujian I (Cantilever Beam)
Berikut adalah prosedur untuk pengujian I (cantilever beam):
1. Mengukur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan
menggunakan jangka sorong.
2. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk setiap
benda uji pada blangko percobaan.
3. Melepaskan satu penjepit dan semua tumpuan dari rangka instalasi.
4. Memasang benda uji dengan menjepitkan salah satu ujungnya pada
penjepit.
5. Mengatur digital dial indicator pada posisi diatas benda uji dengan
jarak tertentu kemudian kunci.
6. Menyetting dial indicator pada posisi nol menggunakan tombol
“origin”.
7. Menggantungkan beban-beban pada benda uji dengan menggunakan
gantungan beban seperti tergambar di bawah ini :

Gambar 3.2 Cantilever Set up dan Skematik


(Sumber: Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin)
8. Mencatat hasil pembacaan dari dial indicator (defleksi) untuk setiap
penambahan beban.
9. Mengulangi percobaan untuk setiap material benda uji.
3.2.2 Pengujian II (Defleksi pada batang dengan tumpuan
sederhana)
Berikut adalah prosedur untuk pengujian II (tumpuan sederhana):
1. Mengkur dimensi tebal dan lebar dari setiap benda uji dengan
menggunakan jangka sorong.
2. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel yang disediakan untuk
setiap benda uji pada blangko percobaan.
3. Melepaskan semua penjepit dari rangka instalasi kemudian setting
tumpuan dengan jarak tertentu, seperti digambarkan dibawah ini:

Gambar 3.3 Tumpuan Sederhana


(Sumber: Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin)
4. Memposisikan digital dial indicator tepat di tegah-tengah kedua
tumpuan.
5. Memposisikan sebuah gantungan beban seperti pada gambar
diatas.
6. Mensetting dial indicator pada posisi nol menggunakan tombol
“origin”.
7. Menggantungkan beban pada gantungan dengan jumlah beban
ditentukan pada tabel percobaan.
8. Mecatat defleksi yang terjadi pada beban per tiap penambahan
jumlah beban ke dalam tabel percobaan.
9. Mengulangi percobaan diatas untuk setiap material benda uji.
3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum defleksi
batang, antara lain sebagai berikut:
1. Gantungan Beban

Gambar 3.4 Gantungan Beban


(Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
2. Dial Indicator

Gambar 3.5 Sensor Defleksi


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
3. Tumpuan Rol

Gambar 3.6 Tumpuan Rol


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
4. Tumpuan Jepit

Gambar 3.7 Tumpuan Jepit


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
5. Balok Pengujian

Gambar 3.8 Kuningan


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
6. Kunci L

Gambar 3.9 Kunci L


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
7. Beban

Gambar 3.10 Beban


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
8. Jangka Sorong

Gambar 3.11 Jangka Sorong


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)
9. Rangka Instalasi

Gambar 3.12 Rangka Instalasi


(Sumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin FT UNTIRTA)

Anda mungkin juga menyukai