Anda di halaman 1dari 55

Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department

Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang tidak bisa
dihentikan dan akan terus berlanjut selama kita masih berpikir dan penasaran
tentang apa yang terjadi pada dunia ini, terutama dalam bidang teknologi dan
pengetahuan umum. Dengan disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Seperti yang bisa dikatakan
defleksi. Defleksi merupakan suatu fenomena perubahan bentuk pada balok
dalam arah vertical dan horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan
pada balok atau batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan
kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban
terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Defleksi merupakan suatu fenomena perubahan bentuk pada balok dalam
arahverticaldan horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada
balokatau batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya
semulabila terperngaruhi gaya terpakai. Dengan kata lain, batang akan
mengalamipembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi
merata akanmengalami defleksi..Defleksi diukur darri permukaan netral ke
permukaan keposisi netral setelah terjadi deformasi. Persoalan yang perlu
diperhatikan dalam mendesaign rangka bangun adalahdefleksi yang terjadi
pada benda kerja. Yang perlu diperhtikan adalah kekakuandan kekuatan dari
material tersebut, dimana pada batng horizontal yang diberibeban secara
lateral akan mengalami defleksi. Dalam kehidupan sehari – hari fenomena
defleksi sudah seerig kita lihat, seperti pada jembatan atau rangka mesin. Jika
defleksi yang diterima oleh material sangat besar maka akan mempengaruhi
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

safety dari pengguna, kemampuan rangka dalam menerima tekanan tertentu


pada posisi tertentu.
Didalam kehidupan sehari hari kita sering kali berjumpa dengan defleksi,
baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu kita seorang
engineer harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan terjadi,
contohnya saja pada jembatan. Jika seorang engineer tidak
memperhitungkannya maka akan berakibat fatal bagi pengguna jembatan
tersebut, karena faktor lendutan yang lebih besar akan mengurangi faktor
safety pada struktur tersebut. Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena
apa saja yang akan terjadi pada defleksi ini. Namun banyak yang belum
mengerti terhadap fenomena-fenomena pada defleksi.
Maka daripada itu dalam percoobaan ini akan dilakukan perbandingan
antara hasil dari perhitungan dengan hasil percobaan. Sehingga kedepannya
dalam merancang suatu alat akan dapat digunakaan dengan rentang waktu
yang kuat serta kekuatan yang besar.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui jenis-jenis defleksi pada jenis-jenis batang.
2. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi defleksi pada jenis-jenis batang.
3. Membandingkan besar defleksi pada jenis-jenis batang dari praktikum
dengan perhitungan secara teori.
4. Membuktikan perhitungan defleksi pada jenis-jenis batang secara teori
dari hasil praktikum.

1.3. Manfaat Percobaan


1. Mampu membedakan jenis-jenis defleksi pada batang
2. Mampu mengidentifikasi pengaruh-pengaruh defleksi pada jenis-jenis
batang yang berbeda
3. Mampu menghitung besar defleksi pada jenis-jenis batang secara teoritis
4. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perhitungan
defleksi pada jenis-jenis batang, baik secara praktis maupun teoritis
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB II
TEORI DASAR

2.1. Deformasi dan Defleksi


2.1.1. Deformasi
Dalam ilmu material, deformasi adalah perubahan bentuk atau
ukuran objek diterapkan karena adanya gaya. Ini bisa menjadi hasil dari
tarik (menarik) kekuatan, tekan (mendorong) kekuatan, geser,
membungkuk atau torsi (memutar). Deformasi sering digambarkan
sebagai strain. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi elastis dan
deformasi plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi
atau perubahan bentuk yang terjadi pada suatu benda saat gaya atau
beban ini bekerja, dan perubanhan bentuk akan hilang ketika gaya atau
bebannya dihilangkan. Artinya, bila beban ditiadakan, maka benda akan
kembali ke bentuk dan ukuran semula. Sedangkan deformasi plastis
adalah deformasi atau perubahan bentuk yang terjadi pada benda secara
permanen, walaupun beban yang bekerja ditiadakan.

Gambar 2.1. Diagram Deformasi


Sumber : https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pembentukan-logam-
metal-forming/pengertian-deformasi-elastis-dan-plastis/

2.1.2. Defleksi
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat


adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang.
Defleksi merupakan lendutan atau lenturan yang terjadi pada balok
sebagai akibat dari bekerjanya gaya transversal (vektor gaya tegak lurus
dengan sumbu balok). Gaya ini akan menimbulkan momen bending dan
besar kecilnya lendutan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya momen
bending tersebut. Defleksi juga dipengaruhi oleh bahan/material serta
bentuk atau dimensi penampang dari balok tersebut.

2.1.3. Jenis-jenis Defleksi


Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat
adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang.
1. Defleksi Aksial
Merupakan defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus
terhadap penampang.

Gambar 2.2. Defleksi Aksial


Sumber :
https://www.academia.edu/19715267/1_Modul_Praktikum_Defle
ksi
2. Defleksi Lateral (lendutan)
Merupakan defleksi yang terjadi jika pembebanan lateral yang
sejajar dengan penampang atau tegak lurus terhadap sumbu batang.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.3. Defleksi Lateral


Sumber :
https://www.academia.edu/19715267/1_Modul_Praktikum_Defle
ksi
2.1.4. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Defleksi
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang
akan terjadi pada batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang
berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi.
Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang
maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-
beda. Jika karena itu besarnya defleksi pada penggunaan
tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari
tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan
pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya
memiliki kurva defleksi yang berbeda-beda. Pada beban
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang yang


paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya
terjadi pada beban titik tertentu saja.

2.2. Jenis-Jenis Tumpuan


1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada
umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam
arah vertical. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau
penghubung, maka perbandingan antara komponen-komponen reaksi
pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua
komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar 2.4. Tumpuan Engsel


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi
vertical. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi
yang spesifik. Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini
dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah
hanya dapat melawan beban vertikal. Sedang rol-rol hanya dapat
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.

Gambar 2.5. Tumpuan Rol


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX
3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua
penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap
arah dan juga mampu melawan suaut kopel atau momen. Secara fisik,
tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam
suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas
ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah
momen.

Gambar 2.6. Tumpuan Jepit


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX
2.3. Jenis-Jenis Batang
1. Batang tumpuan sederhana
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak


atau rol.

Gambar 2.7. Batang Tumpuan Sederhana


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/

2. Batang kantilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.8. Batang Kantilever


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/

3. Batang overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.9. Batang Overhang


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
4. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara
fisik.

Gambar 2.10. Batang Menerus


Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
2.4. Jenis-Jenis Pembebanan
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas
kontaknya kecil.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.11. Pembebanan Terpusat


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX

2. Beban Terbagi Merata


Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang
dinyatakan dalam qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2.12. Pembebanan Terbagi Merata


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX

3. Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang
besarnya tidak merata.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.13. Pembebanan Bervariasi Uniform


Sumber : https://www.scribd.com/doc/110310754/Bab-4-Defleksi-FIX

2.5. Tegangan dan Regangan


2.5.1. Tegangan
Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda tersebut
akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu sebanding dengan
gaya tersebut, yang berarti ada sejumlah gaya yang bekerja pada
setiap satuan panjang benda. Gaya yang bekerja sebanding dengan
panjang benda dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Besarnya gaya yang bekerja dibagi dengan luas penampang
didefinisikan sebagai tegangan (stress)
Gaya F
Tegangan= atau σ=
Luas Penampang A

Dimana, Tegangan (N/m² atau Pascal (Pa))


F= Gaya (N)
A= Luas penampang ( m2 )

Apabila gaya tersebut menyebabkan pertambahan panjang pada


benda, maka disebut tegangan tensil. Sebaliknya, jika gaya
menyebabkan berkurangnya panjang benda, maka disebut tegangan
kompresional.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.14.Tegangan
Sumber :
https://www.academia.edu/9070452/Tegangan_Regangan_dan_modulus

Jenis-jenis tegangan
1. Tegangan Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan
pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas
penampang dalam m2 , maka satuan tegangan adalah N /m2
atau dyne /cm2 .

Gambar 2.15. Tegangan Normal


Sumber :
https://www.academia.edu/9070452/Tegangan_Regangan_dan_modulus

2. Tegangan Tarik
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku


keling, dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami
tegangan tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.

Gambar 2.16 Tegangan Tarik


Sumber :
https://www.academia.edu/9070452/Tegangan_Regangan_dan_modulus

3. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya (F) yang
saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya,
terjadi pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan,
porok sepeda, dan batang torak. Tegangan tekan dapat ditulis:
Fa F
σd= =
A A

Gambar 2.17. Tegangan Tekan


Sumber :
https://www.academia.edu/9070452/Tegangan_Regangan_dan_modulus
4. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua
gaya yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi momen.


Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya:
sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.

Gambar 2.18. Tegangan Geser


Sumber :
https://www.academia.edu/9070452/Tegangan_Regangan_dan_modulus

Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang


bekerja pada penampang normal dengan jarak yang relatif kecil,
maka pelengkungan benda diabaikan. Untuk hal ini tegangan yang
terjadi adalah apabila pada konstruksi mempunyai n buah paku
keling, maka sesuai dengan persamaan dibawah ini tegangan
gesernya adalah

F
τ g=
π
× D2
4
F
τ g=
π
n × × D2
4

2.5.2. Regangan
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan
panjang dengan panjang awal. Contohnya benda yang menggantung
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali, sehingga tali memberikan
perlawanan berupa gaya dalam yang sebanding dengan berat beban
yang dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali
terhadap beban yang bekerja padanya akan mengakibatkan tali
menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran
internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang menyusun tali,
sehingga tali mengalami pertambahan panjang.
Jika tali mengalami pertambahan sejauh Δl dari yang semula
sepanjang maka regangan yang terjadi pada tali merupakan
perbandingan antara penambahan panjang yang terjadi terhadap
panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut

pertambahan panjang ∆
Regangan= atau ε= l
panjangmula−mula l0

dimana :
ΔL = perubahan panjang (perpanjangan)……………(satuan panjang)
L = panjang awal (panjang semula)……………(satuan panjang),
karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka
regangan adalah sebuah nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen
dan tidak mempunyai satuan.

2.6. Modulus Young


Modulus elastisitas sering disebut sebagai Modulus Young yang
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan aksial dalam
deformasi yang elastis, sehingga modulus elastisitas menunjukkan
kecenderungan suatu material untuk berubah bentuk dan kembali lagi
kebentuk semula bila diberi beban (SNI 2826-2008).
Modulus elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material, sehingga
semakin tinggi nilai modulus elastisitas bahan, maka semakin sedikit
perubahan bentuk yang terjadi apabila diberi gaya. Jadi, semakin besar nilai
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi atau semakin
kaku.
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika
merenggang adalah berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari
elastisitas bahannya. Sebagai contoh, akan lebih mudah untuk meregangkan
sebuah karet gelang daripada besi pegas. Untuk merenggangkan sebuah besi
pegas membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga yang dibutuhkan untuk
merenggangkan sebuah karet gelang.
Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang dan
mengakibatkan pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi
pegas. Besarnya pertambahan yang terjadi tergantung pada elastisitas
bahannya dan seberapa besar gaya yang bekerja padanya. Semakin elastis
sebuah benda, maka semakin mudah benda tersebut untuk dipanjangkan atau
dipendekan. Semakin besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka
semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi pada benda itu,
sehingga semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan dari benda
tersebut. Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan
mengalami pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa beban
tarik, maka benda akan mengalami perpanjangan.
Bisa disimpulkan bahwa regangan (ε) yang terjadi pada suatu benda
berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik terhadap ke
elastisitasannya. Ini dinyatakan dengan rumus

tegangan σ
Modulus Elastis= atau E=
regangan ε

Dengan penguraian :
F
σ A F ×l 0
E= = =
ε ∆l A × ∆l
l0
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

N
Dalam SI, satuan Modulus Young ialah 2
m

Gambar 2.19. Tabel Modulus Young


Sumber : http://fisikazone.com/tegangan-regangan-dan-modulus-elastisitas/

2.7. Momen Inersia


Momen inersia dapat disebut juga Momen Kedua atau Momen
Kelembaman. Data momen inersia suatu penampang dari komponen struktur
akan diperlukan pada perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan
geser, tegangan torsi, defleksi balok, kekakuan balok/kolom dan sebagainya.
Luasan A pada gambar merupakan bidang datar yang menggambarkan
penampang dari suatu komponen struktur, dengan dA merupakan suatu
luasan/elemen kecil.

Gambar 2.20. Momen inersia bidang datar


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Sumber : https://www.academia.edu/6137075/Paper-momen-inersia

Secara metematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-


persamaan berikut.
Momen Inersia terhadap sumbu x :

Momen Inersia terhadap sumbu y :

Momen Inersia kutub :

Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia) :

Momen inersia pada Persamaan x, Persamaan y, dan Persamaan p


selalu bertanda positif, sedangkan momen inersia perkalian pada
Persamaan xy dapat bertanda negatif.
Momen inersia pada keempat persamaan diatas penggunaannya
terbatas pada momen inersia bidang tunggal, sedangkan secara umum
banyak bidang/penampang merupakan gabungan dari beberapa
penampang tunggal. Misalnya penampang yang berbentuk L adalah
gabungan dari dua penampang segi empat. Untuk menyelesaikan
momen inersia pada penampang gabungan diperlukan pengembangan
dari Persamaan x, y, p dan xy yang disebut dengan Teori Sumbu Sejajar.
Teori Sumbu Sejajar
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Gambar 2.21. Momen inersia sumbu sejajar


Sumber : https://www.academia.edu/6137075/Paper-momen-inersia

Momen inersia terhadap sumbu x :

Sumbu xo melalui titik berat bidang A, maka ∫ ydA , sehingga :

Momen inersia terhadap sumbu y :

Sumbu yo melalui titik berat bidang A, maka ∫ xdA , sehingga :

Momen inersia polar :


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Sumbu xo dan sumbu yo melalui titik berat luasan A, maka

∫ xdA=0 dan ∫ ydA=0


Sehingga :

Momen inersia perkalian :

Sumbu xo dan sumbu yo melalui titik berat luasan A, maka

∫ xdA=0 dan ∫ ydA=0


Sehingga :
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2019 pada
pukul 08:00 sampai dengan pukul 11:00. Adapun tempatnya di Laboratorium
Mekanika Terpakai, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

3.2. Alat dan Bahan


a. Kunci L

Fungsi: melonggarkan dan


mengencangkan baut kepala
heksagonal.

b. Clamping plate
Fungsi: tempat menggantung
beban yang membebani
batang.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

c. Dynamometer

Fungsi: mengukur besar


defleksi atau lendutan pada
suatu titik dari batang.

d. Dynamometer with clamp


Fungsi: menjadi tumpuan
roll atau engsel dan
mengukur besar defleksi atau
lendutan pada titik tumpuan
tersebut.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

e. Meteran

Fungsi: mengukur panjang


batang.

f. Batang logam

Fungsi: sebagai spesimen


atau objek percobaan
defleksi.

g. Jangka sorong

Fungsi: mengukur ketebalan


batang logam.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

h. Rigid clamp

Fungsi: sebagai tumpuan


jepit.

i. Mass and Hanger

Fungsi: memberikan beban


pada objek percobaan.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3.3. Prosedur Percobaan


3.3.1. Percobaan Defleksi Pada Titik Pembebanan Batang Kantiliver
1. Memasang batang logam yang diuji pada rigid clamp di ujung
batang;
2. Mengukur panjang batang dari rigid clamp sampai ujung yang lain;
3. Memasang clamp pada titik 20 cm, 30 cm dan 40 cm dari tumpuan
jepit dari batang ;
4. Memasang ujung yang lain dari batang pada dynamometer with
clamp;
5. Memasang dynamometer pada masing-masing clamp yang telah
dipasang pada batang;
6. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
7. Menggantungkan beban pertama pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban yang kedua pada titik tengah batang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
9. Menggantungkan beban ketiga pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.2. Percobaan Beban Supportt Pada Batang Roll-Jepit


1. Memasang batang logam yang diuji pada rigid clamp di ujung
batang;
2. Mengukur panjang batang dari rigid clamp sampai ujung yang lain;
3. Memasang clamp pada 23,45 cm dari tumpuan jepit dari batang;
4. Memasang ujung yang lain dari batang pada dynamometer with
clamp;
5. Memasang dynamometer pada clamp yang telah dipasang pada
batang;
6. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
7. Menggantungkan beban pertama pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

8. Menggantungkan beban yang kedua pada clamp yang telah


dipasang kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang
diukur;
9. Menggantungkan beban ketiga pada clamp yang telah dipasang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.3. Percobaan Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di Satu


Titik
1. Mengukur panjang batang yang akan diuji;
2. Memasang kedua ujung batang logam yang diuji pada
dynamometer with clamp;
3. Memasang clamp pada titik tengah, dan 15 cm dari masing-masing
kedua ujung batang;
4. Memasang dynamometer pada masing- masing clamp yang telah
dipasang pada batang;
5. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
6. Menggantungkan beban pertama pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
7. Menggantungkan beban yang kedua pada titik tengah batang
kemudian dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur;
8. Menggantungkan beban ketiga pada titik tengah batang kemudian
dicatat besar defleksi pada setiap titik yang diukur.

3.3.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan 3 Titik
1. Mengukur panjang batang yang akan diuji;
2. Memasang kedua ujung batang logam yang diuji pada
dynamometer with clamp;
3. Memasang clamp pada titik tengah, dan 15 cm dari masing-masing
kedua ujung batang;
4. Memasang dynamometer pada masing- masing clamp yang telah
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

dipasang pada batang;


5. Mengkalibrasi skala dari setiap dynamometer;
6. Menggantungkan masing-masing beban pertama pada setiap clamp
yang dipasang kemudian dicatat besar reaksi pada setiap titik
tumpuan support;
7. Menggantungkan masing-masing beban pertama pada setiap clamp
yang dipasang kemudian dicatat besar reaksi pada setiap titik
support.
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB IV
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

4.1. Hasil Pengamatan


 Material : Aluminium
 Tebal beam (h) : 6,6 mm
 Lebar beam (b) : 20,5 mm
 Massa jenis : 2,7 kg/mm3
 Modulus Young : 70.000 N/mm2
4.1.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantiliver
a. Length Constant
Material = Tembaga
L = 1000 mm
a = 200 mm
l = 1000 mm
a = 200 mm
mm
F

x1 = 200 mm

x2 = 400 mm

x3 = 800 mm

Tabel 1: Data percobaan defleksi pada batang kantilever


Beban Defleksi (f)
(F) x1 = 200 mm x2 = 400 mm x3 = 800 mm
10 0,12 mm 0,21 mm 0,9 mm
15 0,41 mm 0,81 mm 1,1 mm
20 0,94 mm 2,09 mm 3,85 mm
25 1,42 mm 2,85 mm 4,26 mm

b. Load Constant
Material = Tembaga
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

L = 1000 mm
a1 = 200 mm
a2 = 400 mm
a3 = 600 mm

l = 1000 mm

a = 200 mm
F

x1 = 200 mm

x2 = 400 mm

x3 = 600 mm

Tabel 2: Data percobaan defleksi pada batang kantilever

Defleksi (f)
Beban (F)
x1 = 200 mm x2 = 400 mm x3 = 600 mm
7,5 0,32 0,31 0
7,5 0,4 0,81 0,55
7,5 1,2 4,1 7,91

4.1.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


l = 1000 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

a = 5000 mm
W

x = 1000 mm A

Tabel 3: Data percobaan beban support pada batang roll-jepit


Beban (F)
W (N) A (N)
10 3
15 5
20 7
25 9

4.1.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik l = 1000 mm

a = 500 mm
F

x = 500 mm

Tabel 4 : Data percobaan defleksi pada batang sederhana dengan


pembebanan di satu titik
Beban (F)
W (N) A (Engsel) A (Roll)
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

(N) (N)
10 5 6
15 7 8
20 9 10
25 12 13

4.1.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik

x3 = 800 mm

x2 = 500 mm
x1 = 200 mm
F1 F2 F3

l = 1000 mm
A B

Tabel 5 : Data percobaan reaksi tumpuan pada batang sederhana dengan


pembebanan di 3 titik
Beban (F) (N)
F1 F2 F3 A B
5 10 2,5 8 8
5 2,5 10 6 10
5 15 5 11 13
5 5 15 8 16

4.2. Analisa Percobaan Secara Teoritis


3 3
b h 20,5 × 6,6
Momen inersia planar : I y= = =491,139 mm 4
12 12
Modulus Young : E = 70000 N/mm2

4.2.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever


Titik pembebanan: a=¿ 200 mm
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

F a3
f= untuk x=a
3EIy
3 3
f=
Fa
6E I y ( x x
)
2−3 + 3 untuk x <a
a a

F a3 ( F a2
f= + x−a )
3EIy 2E Iy
F a2
¿ (3 x −a)untuk a< x <l
6EIy

a. Length Constant
1. Beban Masukan 10 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm
10 ×200 3
f= =0.775 mm
3 × 70000× 491.139
 Defleksi pada x2 = 400 mm
2
10 × 200
f= ( 3× 400−200 )=1,93 mm
6× 70000 ×491.139
 Defleksi pada x3 = 800 mm
10 × 2002
f= ( 3× 800−200 )=4,26 mm
6× 70000 ×491.139

2. Beban Masukan 15 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm
15 ×200 3
f= =1,16 mm
3 × 70000× 491,139
 Defleksi pada x2 = 400 mm
2
15 × 200
f= ( 3× 400−200 )=2,90 mm
6× 70000 ×491.139
 Defleksi pada x3 = 800 mm
2
15 × 200
f= ( 3× 800−200 )=6,39 mm
6× 70000 ×491.139
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

3. Beban Masukan 20 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm
3
20 ×200
f= =1.55 mm
3 × 70000× 491.139
 Defleksi pada x2 = 400 mmm
20 × 2002
f= ( 3× 400−200 )=3.87 mm
6× 70000 ×491.139
 Defleksi pada x3 = 800 mm
2
20 × 200
f= ( 3× 800−200 )=8.53 mm
6× 70000 ×491.139

4. Beban Masukan 25 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm
25 ×200 3
f= =1.93 mm
3 × 70000× 491.139
 Defleksi pada x2 = 400 mm
25 × 2002
f= ( 3× 400−200 )=4,487 mm
6× 70000 ×491.139
 Defleksi pada x3 = 800 mm
25 × 2002
f= ( 3× 800−200 )=10,66 mm
6× 70000 ×491.139

b. Load Constant
1. Penempatan beban 200 mm
 Defleksi pada x1 = 200 mm
7,5 ×200 3
f= =0.58 mm
3 × 70000× 491.139
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 Defleksi pada x2 = 400 mm


7,5 × 2002
f= ( 3× 400−200 )=1.45 mm
6× 70000 ×491.139
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 2002
f= ( 3× 600−200 )=2.32 mm
6× 70000 ×491.139

2. Penempatan beban 400 mm


 Defleksi pada x1 = 200 mm

7, 5 ×400 3 200 2003


f=
6× 70000 ×491.139 (
2−3 +
400 4003 )
=3.19 mm

 Defleksi pada x1 = 400 mm


3
7, 5 ×400
f= =4.65 mm
3 × 70000× 491.139
 Defleksi pada x3 = 600 mm
7,5 × 4002
f= ( 3× 600−400 )=8.14 mm
6× 70000 ×491.139

3. Penempatan beban 600 mm


 Defleksi pada x1 = 200 mm

7,5 × 6003 200 2003


f=
6× 70000 ×491.139 (
2−3 +
600 6003 )
=10.18 mm

 Defleksi pada x1 = 400 mm

7,5 × 6003 400 4003


f=
6× 70000 ×491.139 (
2−3 +
600 6003 )
=10.76 mm

 Defleksi pada x1 = 600 mm


7,5 ×600 3
f= =15.70 mm
3 × 70000× 491.139

4.2.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll - Jepit


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

Titik pembebanan a=¿ 500 mm


Panjang batang l=¿ 1000 mm
F 2 3
A= 3
(3 l a −a )
2l
1. Beban Masukan 10 N
10 2 3
A= 3
× ( 3 ×1000 ×500 −500 )=3,125 N
2 ×1000

2. Beban Masukan 15 N
15
A= 3
× ( 3 ×1000 ×5002−500 3 )=4,6875 N
2 ×1000

3. Beban Masukan 20 N
20
A= 3
× ( 3 ×1000 ×5002−500 3 )=6,250 N
2 ×1000

4. Beban Masukan 25 N
25
A= 3
× ( 3 ×1000 ×5002−500 3 )=7,8125 N
2 ×1000

4.2.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik
Panjang batang: l=1000 mm
x = ½ l = 500 mm

x
A=F ×
L
a. Engsel
1. Beban Masukan 10 N
500
A=10 × =5 N
1000
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2. Beban Masukan 15 N
500
A=15 × =7.5 N
1000

3. Beban Masukan 20 N
500
A=20× =10 N
1000

4. Beban Masukan 25 N
500
A=25× =12.5 N
1000

b. Roll
1. Beban Masukan 10 N
500
A=10 × =5 N
1000

2. Beban Masukan 15 N
500
A=15 × =7.5 N
1000

3. Beban Masukan 20 N
500
A=20× =10 N
1000

4. Beban Masukan 25 N
500
A=25× =12.5 N
1000
4.2.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan
Pembebanan Di 3 Titik
ΣM=0= A × L−F1 × x 1−F 2 × x 2−F 3 × x3
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

ΣM=0=B × L−F 1 × x3 −F 2 × x 2−F 3 × x 1

F 1 × x 1 + F2 × x 2 + F 3 × x 3
A=
L

F 1 × x 3+ F 2 × x 2+ F 3 × x 1
B=
L

1. F1 = 5 N, F2 = 10 N, F3 = 2,5 N
5 ×200+10 ×500+ 2,5× 800
A= =8 N
1000
5× 800+10 ×500+2,5 × 200
B= =9,5 N
1000
2. F1 = 5 N, F2 = 2.5 N, F3 = 10 N
5 ×200+2.5 × 500+ 10× 800
A= =10,25 N
1000
5× 800+2.5 ×500+10 × 200
B= =7,25 N
1000
3. F1 = 5 N, F2 = 15 N, F3 = 5 N
5 ×200+15 ×500+ 5× 800
A= =11,5 N
1000
5× 800+15 ×500+5 × 200
B= =12,5 N
1000
4. F1 = 5 N, F2 = 5 N, F3 = 15 N
5 ×200+5 × 500+ 15× 800
A= =15,5 N
1000
5× 800+5 ×500+15 × 200
B= =9,5 N
1000

4.3. Persentasi Kesalahan

PK ( )=| perhitunganteori−data praktikum


perhitungan teori |×100
4.3.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1. Length Constant
1. Beban Masukan 10 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|0.775−0.12
PK ( )=
0.775 |
× 100 =84.51

 Defleksi pada x2 = 400 mm

|1.93−0.21
PK ( )=
1.93 |
×100 =89.1

 Defleksi pada x3 = 800 mm

| 4.26−0.9
PK ( )=
4.26 |
×100 =78.87

2. Beban Masukan 15 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|1.16−0.41
PK ( )=
1.16 |
× 100 =64.65

 Defleksi pada x2 = 400 mm

|2.9−0.81
PK ( )=
2.9 |
× 100 =72.06

 Defleksi pada x3 = 800 mm

|6.39−1.1
PK ( )=
6.39 |
×100 =82.78

3. Beban Masukan 20 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|1.55−0.94
PK ( )=
1.55 |
×100 =39.35

 Defleksi pada x2 = 400 mm

PK ( )= |3.87−2,09
3.87 |
× 100 =45.99

 Defleksi pada x3 = 800 mm

|8.53−3.85
PK ( )=
8.53 |
× 100 =54.86
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4. Beban Masukan 25 N
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|1.93−1.42
PK ( )=
1.93 |
×100 =26.42

 Defleksi pada x2 = 400 mm

PK ( )= | 4.48−2.85
4.48 |
×100 =36.38

 Defleksi pada x3 = 800 mm

|10.66−4.26
PK ( )=
10.66 |
×100 =60.03

Tabel 6: Persentase kesalahan percobaan defleksi kantilever (Length


Constant)
Titik Defleksi (mm) Persentase
Beban
defleksi Data Perhitungan kesalahan
(N)
(mm) praktikum teori (%)
200 0,12 0.77 84.51
10 400 0,21 1.93 89.1
800 0,9 4.26 78.87
200 0,41 1.16 64.65
15 400 0,81 2.9 72.06
800 1,1 6.39 82.78
200 0,94 1.55 39.35
20 400 2,09 3.87 45.99
800 3,85 8.53 54.86
200 1,42 1.93 26.42
25 400 2,85 4.487 36.38
800 4,26 10.66 60.03

2. Load Constant
1. Penempatan 200 mm
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|0.58−0.32
PK ( )=
0.58 |
× 100 =44.82
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

 Defleksi pada x2 = 400 mm

|1.45−0.31
PK ( )=
1.45 |
×100 =78.62

 Defleksi pada x3 = 600 mm

|2.32−0
PK ( )=
2.32 |
× 100 =100

2. Penempatan 400 mm
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|3.19−0.4
PK ( )=
3.19 |
×100 =87.46

 Defleksi pada x2 = 400 mm

| 4.65−0.81
PK ( )=
4.65 |
×100 =82.58

 Defleksi pada x3 = 800 mm

|8.14−0.55
PK ( )=
8.14 |
×100 =93.24

3. Penempatan 600 mm
 Defleksi pada x1 = 200 mm

|10.18−1.2
PK ( )=
10.18 |
×100 =83.45

 Defleksi pada x2 = 400 mm

|10.76−4.1
PK ( )=
10.76 |
×100 =61.89

 Defleksi pada x3 = 800 mm

|15.7−7.91
PK ( )=
15.7 |
×100 =49.61

Tabel 7 : Persentase kesalahan percobaan defleksi kantilever (Load


Constant)
Penempata Titik Defleksi (mm) Persentase
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

defleksi Data Perhitungan kesalahan


n (mm)
(mm) praktikum teori (%)
200 0,32 0.58 44.82
200 400 0,31 1.45 78.62
600 0 2.32 100
200 0,4 3.19 87.46
400 400 0,81 4.65 82.58
600 0,55 8.14 93.24
200 1,2 10.18 83.45
600 400 4,1 10.76 61.89
600 7,91 15.70 49.61

4.3.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


1. Beban Masukan 10 N

PK ( )= |3,125−3
3,125 |
× 100 =4

2. Beban Masukan 15N

PK ( )= | 4,687−5
3,906 |
×100 =6,67

3. Beban Masukan 20 N

PK ( )=|6,25−7
5,468 |
× 100 =12

4. Beban Masukan 25 N

PK ( )=|7,8125−9
7,8125 |
× 100 =15,2

Tabel 8: Persentase kesalahan beban tumpuan roll-jepit


Beban support (N)
Beban Persentase
Data
masuka Perhitunga kesalahan
praktiku
n (N) n teori (%)
m
10 3 3,125 4
15 5 4,6875 6,67
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

20 7 6,25 12
25 9 7,8125 15,2

4.3.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik
a. Engsel
1. Beban Masukan 10 N

PK ( )= |5−55|× 100 =0
2. Beban Masukan 15 N

PK ( )= |7.5−7
7.5 |
× 100 =6.67

3. Beban Masukan 20 N

PK ( )= |10−9
10 |
× 100 =10

4. Beban Masukan 25 N

PK ( )= |12.5−12
12.5 |
×100 =4

b. Roll
1. Beban Masukan 10 N

PK ( )= |5−65|×100 =20
2. Beban Masukan 15 N

PK ( )= |7.5−8
7.5 |
× 100 =6.67

3. Beban Masukan 20 N
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

PK ( )= |10−10
10 |
× 100 =0

4. Beban Masukan 25 N

PK ( )= |12.5−13
12.5 |
× 100 =4

Tabel 9: Persentase kesalahan defleksi batang sederhana umtuk Engsel


Beban support (N)
Beban Persentase
Data
masuka Perhitunga kesalahan
praktiku
n (N) n teori (%)
m
10 5 5 0
15 7 7.5 6.67
20 9 10 10
25 12 12.5 4

Tabel 10: Persentase kesalahan defleksi batang sederhana untuk Roll


Beban support (N)
Beban Persentase
Data
masuka Perhitunga kesalahan
praktiku
n (N) n teori (%)
m
10 6 5 20
15 8 7.5 6.67
20 10 10 0
25 13 12.5 4

4.3.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik
1. F1 = 5 N, F2 = 10 N, F3 = 2,5 N

|8−88|×100 =0
A=

B=|
6,75 |
6,75−8
× 100 =18.51
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

2. F1 = 5 N, F2 = 2,5 N, F3 = 10 N

|10,25−6
A=
10,25 |
×100 =41.46

B=|
7,25 |
7,25−10
×100 =37.93

3. F1 = 5 N, F2 = 15 N, F3 = 5 N

|11,5−11
A=
11,5 |
×100 =4

B=|
12,5 |
12,5−13
×100 =4

4. F1 = 5 N, F2 = 5 N, F3 = 15 N

|15,5−8
A=
15,5 |
×100 =48.38

B=|
9,5 |
9,5−16
× 100 =68.42

Tabel 11: Persentase kesalahan reaksi tumpuan


Beban reaksi (N) Persentase
Ru
Tumpuan Data Perhitungan Kesalahan
n
praktikum teori (%)
A 8 8 0
1
B 8 9,5 18.51
A 6 10,25 41.46
2
B 10 7,25 37.93
A 11 11,5 4
3
B 13 12,5 4
A 8 15,5 48.38
4
B 16 9,5 68.42

4.4. Grafik
4.4.1. Percobaan Defleksi Pada Batang Kantilever
1. Length Constant
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4.5
4
3.5
3
Defeksi (mm)

2.5
2 Praktek
1.5 Teori
1
0.5
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
x (mm)

Grafik 1: Defleksi batang kantilever beban 10 N

5
Defeksi (mm)

3 Praktek
Teori
2

0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
x (mm)

Grafik 2: Defleksi batang kantilever beban 15 N


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

9
8
7
6
Defeksi (mm)

5
4 Praktek
3 Teori
2
1
0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
x (mm)

Grafik 3: Defleksi batang kantilever beban 20 N

12

10

8
Defeksi (mm)

6
Praktek
4 Teori

0
100 200 300 400 500 600 700 800 900
x (mm)

Grafik 4 : Defleksi batang kantilever beban 25 N

2. Load Constant
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

1.6

1.4

1.2

1
Defeksi (mm)

0.8
Praktek
0.6
Teori
0.4

0.2

0
150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
x (mm)

Grafik 5. Defleksi Batang kantilever penempatan 200 mm

9
8
7
6
Defeksi (mm)

5
4 Praktek
3 Teori
2
1
0
150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
x (mm)

Grafik 6. Defleksi Batang kantilever penempatan 400 mm


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

18
16
14
12
Defeksi (mm)

10
8 Praktek
6 Teori
4
2
0
150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
x (mm)

Grafik 7. Defleksi Batang kantilever penempatan 600 mm

4.4.2. Percobaan Beban Support Pada Batang Roll-Jepit


10
9
8
7
Beban Support(N)

6
5
4 Praktek
Teori
3
2
1
0
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Beban Masukan (N)

Grafik 8. Beban support pada batang roll-jepit


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4.4.3. Percobaan Defleksi Pada Batang Sederhana Dengan Pembebanan Di


Satu Titik (Engsel-Roll)
1. Engsel
14

12

10
Beban Support(N)

6 Praktek
Teori
4

0
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Beban Masukan (N)

Grafik 9. Beban support pada batang engsel-roll


2. Roll
14

12

10
Beban Support(N)

6 Praktek
Teori
4

0
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Beban Masukan (N)

Grafik 10. Beban support pada batang engsel-roll


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

4.4.4. Percobaan Reaksi Tumpuan Pada Batang Sederhana Dengan


Pembebanan Di 3 Titik
10

9.5

9
Beban Reaksi (N)

8.5
Praktek
8 Teori

7.5

7
A B
Ujung Batang

Grafik 11. Reaksi dengan pembebanan 3 titik run 1

12

10

8
Beban Reaksi (N)

6
Praktek
4 Teori

0
A B
Ujung Batang

Grafik 12. Reaksi dengan pembebanan 3 titik run 2


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

13.5

13

Beban Reaksi (N) 12.5

12

11.5 Praktek
Teori
11

10.5

10
A B
Ujung Batang

Grafik 13. Reaksi dengan pembebanan 3 titik run 3

18
16
14
12
Beban Reaksi (N)

10
8 Praktek
6 Teori
4
2
0
A B
Ujung Batang

Grafik 14. Reaksi dengan pembebanan 3 titik run 4


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan Umum

5.2. Pembahasan Khusus


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran
6.2.1. Saran Untuk Laboratorium

6.2.2. Saran Untuk Asisten


Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

DAFTAR PUSTAKA
Applied Mechanics Laboratory Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty Hasanuddin University

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai