Anda di halaman 1dari 27

MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

Disusun Oleh :
Urfan Ramadhan 14171015001

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI BUDI UTOMO
2016

A. Pengertian Defleksi dan Hal-Hal yang Mempengaruhi


Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada balok
secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya
sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke
posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan
deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1(a)
memperlihatkan balok pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1(b)
adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi
pembebanan.

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan,


kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok.
Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan
defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok. Sistem struktur yang di letakkan
horizontal dan yang terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban yang
bekerja tegak lurus sumbu aksial batang (Binsar Hariandja 1996).Beban semacam
ini khususnya muncul sebagai beban gravitasi,seperti misalnya bobot sendiri,beban
hidup vertical,beban keran(crane) dan lain-lain.contoh system balok dapat di
kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar jembatan,balok penyangga
keran,dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya
semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang
akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi
merata akan mengalami defleksi. Unsure-unsur dari mesin haruslah cukup tegar

untuk mencegah ketidakbarisan dan mempertahankna ketelitian terhadap pengaruh


beban dalam gedung-gedung,balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan
untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan
untuk memperkecil atau mencegah dengan 3 bahan-bahan jadi yang rapuh. Begitu
pun kekuatan mengenai karateristik deformasi dari bangunan struktur adalah paling
penting untuk mempelajari getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan stasioner
dan penerbangan.dalam menjalankan fungsinya,balok meneruskan pengaruh beban
gravitasi keperletakan terutama dengan mengandalakan aksi lentur,yang berkaitan
dengan gaya berupa momen lentur dan geser.kalaupun timbul aksi normal,itu
terutama di timbulkan oleh beban luar yang relative kecil,misalnya akibat gaya gesek
rem kendaraan pada gelagar jembatan,atau misalnya akibat perletakan yang di buat
miring. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :
1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang
maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi
yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva defleksi yang
berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian
batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang
mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu
saja

B.Jenis-Jenis Tumpuan
1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan gaya
reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja
dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan
seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang
lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada 5 perbandingan tumpuan rol atau
penghubung,maka perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan
yang terpasak tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah
komponen statika harus digunakan

2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical. Alat
ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Penghubung
yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam arah AB
rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol
hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp

3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok
ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke
dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

C.Jenis-Jenis Pembebanan
Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis
beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil

2. Beban terbagi merata


Disebut beban terbaf\gi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalm qm (kg/m atau KN/m)

3. Beban bervariasi unform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata

D.Jenis-Jenis Batang
1. Batang tumpuan sederhana Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan
pada pasak atau rol.

2. Batang kartilever

Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana

4. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

E.Fenomena Lendutan Batang

Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban
yang cukup besar. Lendutan batang untuk setiap titik dapat dihitung dengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya
yang digunakan load cell.Lendutan batang sangat penting dalam konstruksi terutama
konstruksi mesin,dimana pada bagian-bagian tertentu seperti poros,lendutan sangat
tidak diinginkan karena adannya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan
tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada
bagian lainnya.Pada semua konstruksi teknik,bagian-bagian pelengkap suatu
bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bagian-bagian tersebut
haruslah diukur dengan tepat untuk menahan gaya gaya yang sesungguhnya atau
yang mungkin akan dibebankan kepadanya.Jadi poros sebuah mesin haruslah
diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam. Demikian pula,bagian-bagian
suatu struktur komposit harus cukup tegar sehingga tidak akan melentung melebihi
batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban yang diizinkan

F.Aplikasi Lendutan Batang


aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat
luas,mulai

dari

perancangan

poros

transmisi

sebuah

kendaraan

bermotor

ini,menujukkan bahwa pentingnya analisa lendutan batang ini dalam perancangan.


Sebuah konstruksi teknik,berikut adalah beberapa aplikasi dari lendutan batang :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau kendaraan
diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang bergerak
diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau
defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi yang terjadi
secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada jembatang
tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan

2. Poros Transmisi

Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk mentransmisikan
gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini yang
menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang terjadi
pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan sumbu poros akan
menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain
itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
3. Rangka (chasis)
kendaraan Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar,memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun konstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat
tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang tinggi
namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan analisa lendutan
batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material atau batang-batang
penyusun pesawat tersebut,untuk mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan
yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-menerus
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan sedangkan
ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit pada
menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material kemungkinan untuk
terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya bebas
tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut

G. Tinjauan Pustaka

Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan


haruslah diberi ukuranukuran fisik tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar
dapat menahan gaya-gaya yang akan dibebankan kepadanya. Misalnya poros
sebuah mesin haruslah mempunyai ukuran yang cukup memadai untuk dapat
menahan tekanan dalam, begitu pula bagian dari suatu struktur komposit haruslah
cukup tegar untuk tidak melentur melebihi batas yang diizinkan di bawah kondisi
pembebanan yang diberikan. Kemampuan untuk menentukan beban maksimum
yang dapat diterima oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan,
kebutuhan tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan
pertimbangan teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan
(stability).
Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi teknik di
atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan. Pada kriteria kekuatan, desain beam
haruslah cukup kuat untuk menahan gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada
kriteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi
agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika
mengalami pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata,
maka

batang

tersebut

mengalami

defleksi.

Adapun

hal-hal

yang

dapat

mempengaruhi besar kecilnya defleksi adalah :


a. Besar dan jenis pembebanan.
b. Jenis tumpuan.
c. Jenis material.
d. Kekuatan material.

H. Metode-Metode Perhitungan Lendutan


Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalanpersoalan defleksi pada balok.terdiri dari:
1. metode integrasi ganda (doubel integrations)
2. metode luas bidang momen (Momen Area Method)
3. metode energy

4. serta metode superposisi.


Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui
defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen
sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui lendutan dalam satu tempat saja.
Asumsi yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah
hanyalah defleksi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegaklurus terhadap
sumbu balok,defleksi yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang
baloknya, dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar
walaupun berdeformasi.
Suatu

struktur

sedehana

yang

mengalami

lentur

dapat

digambarkansebagaimana gambar 12, dimana y adalah defleksi pada jarak x,


dengan x adalah jarak lendutan yang ditinjau, dx adalah jarak mn, d sudut mon, dan
r adalah jarijari lengkung.

Berdasarkan gambar 13 didapat besarnya


dx = r tg d.....(j.1)
karena besarnya d relatif sangat kecil maka tg d=d sajasehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi

.
Besarnya momen lentur dan gaya geser pada sembarang penampang
menentukan besarnya tegangan yang bekerja pada potongan tersebut. Penyajian
grafis dari gaya lintang dan momen lentur sangat menyederhanakan analisis, perlu
diketahui pada harga mana momen lentur mencapai maksimum atau minimum serta
pada titik mana gaya lintang berubah tanda.

Elastisitas merupakan sifat yang menyebabkan sebuah benda kembali ke


bentuk semula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Sebuah benda yang
kembali sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastis sempurna, sedang
benda yang tidak kembali sepenuhnya kepada bentuk semula dikatakan elastis
parsial. Dalam hal benda elastis sempurna, usaha yang dilakukan oleh gaya-gaya
luar selama deformasi sepenuhnya ditransformasikan menjadi energi potensial
regangan, sedangkan dalam hal benda elastis parsial sebagian dari usaha yang
dilakukan oleh gaya luar selama deformasi diubah ke dalam bentuk panas yang
timbul dalam benda tersebut selama berlangsungnya deformasi non elastis.
Sifat di atas dapat diamati melalui pengujian tarik, dimana tegangan
berbanding lurus dengan regangan yang terjadi sampai pada batas yang disebut
batas elastis dimana hukum Hooke masih berlaku, seperti ditunjukkan pada grafik
gambar 1.

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai


berikut :
2.1. Batang Jepit Dengan Beban Terpusat P Pada Rentang Batang dan Beban
Terbagi Merata Sepanjang Batang.

I. Metode Penelitian
Diagram alir pelaksanaan penelitian

J. Prosedur pengujian
Pengujian Tarik
Pengujian tarik dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
bahan/material yang digunakan dalam analisis defleksi yaitu modulus elastisitas
bahan dan untuk memeriksa jenis material yang digunakan dalam penelitian melalui
sifat-sifat mekanis bahan yang diperoleh dari pengujian tarik seperti tegangan
proporsional, yield, ultimate dan break. Prosedur pengujian tarikan :
a. Penjepitan spesimen tarik pada clamping upper dan clamping down dengan
mengatur naik turunnya spindle up dan spindle down.
b. Mensetnolkan jarum penunjuk beban sebelum mesin dihidupkan.
c. Mengatur kecepatan spindle pada kecepatan 1 mm/min.
d. Menjalankan mesin dan pencatatan besar beban tiap kenaikan 0,1 mm hingga
material uji patah.
e. Mengeluarkan material/spesimen yang sudah diuji.
f. Mengulang prosedur (a sampai e) sebanyak 3 kali untuk masing-masing material.
g. Pengulangan prosedur (a sampai f) untuk jenis spesimen lainnya.

K. Pengujian Defleksi.
Dalam pengujian defleksi ini yang diukur adalah besarnya defleksi yang terjadi
pada batang yang ditumpu pada berbagai jenis tumpuan. Prosedur pengujian
defleksi :
a. Tumpuan Jepit-Jepit.
1. Menjepit batang uji yang panjangnya 800 mm pada kedua ujungnya.
2. Meletakkan dial gauge pada jarak 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm, 70
cm, dengan berpatokan bahwa pada tumpuan, defleksi yang terjadi sama dengan
nol, dan menset dial gauge pada posisi nol
3. Memberikan beban sebesar 500 gram, 1000 gram, 1500 gram, 2000 gram, 2500
gram, pada jarak 20 cm dari tumpuan dan mencatat besarnya defleksi yang terjadi
untuk masingmasing beban yang diberikan.

4. Mengulang langkah (c) untuk meletakkan beban P pada jarak 40 cm dan 60 cm.
5. Mengulang langkah (a sampai d) untuk material yang berbeda.
b.Tumpuan Jepit-Rol
1. Batang uji sepanjang 800 mm dijepit pada salah satu ujungnya dan ditumpu
dengan tumpuan rol pada ujung lainnya.
2. Mengulang langkah A (b sampai e).
c. Tumpuan Engsel-Rol
1.Batang uji sepanjang 800 mm ditumpu dengan tumpuan engsel pada salah satu
ujungnya dan ditumpu dengan tumpuan rol pada ujung lainnya.
2. Mengulang langkah A (b sampai e).

L. Bahan dan alat yang digunakan


Bahan yang digunakan dalam pengujian ini merupakan bahan yang akan diuji
pada pengujian defleksi, yaitu Baja Karbon St.60, dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang awal (Lo) = 100 mm dengan diamater awal (Do) = 8 mm. Adapun alat yang
digunakan adalah seperangkat Mesin Uji tarik.

M. Pengujian defleksi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Baja Karbon ST. 60 dengan
bentuk segiempat dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang (L) = 800 m, Sisi (h)= 10 mm.
Seperangkat alat pengujian defleksi yang terdiri dari :
a. Dial gauge dengan skala terkecil 0,01 mm untuk mengukur besarnya
lendutan/defleksi yang terjadi.
b. Mistar sebagai pengukur jarak.
c. Tumpuan terdiri dari tumpuan jepit, engsel, dan tumpuan rol untuk menumpu
batang uji selama pengujian defleksi.

d. Pembebanan dengan berat 500 gram, 1000 gram, 1500 gram, 2000 gram dan
2500 gram.

O. Teknik analisis data


Fokus utama dalam analisa data pengujian tarik ini adalah untuk mengetahui
besarnya harga modulus elastisitas bahan.
Analisa data yang dilakukan dalam pengujian defleksi ini untuk mengetahui
besarnya momen yang terjadi, dan besarnya defleksi pada batang secara teoritis
yang diakibatkan oleh beban terbagi rata dan akibat beban terpusat P pada berbagai
kondisi tumpuan yang digunakan.

P. Hasil dan Pembahasan


Untuk menganalisa defleksi yang terjadi pada penelitian ini didasarkan pada
hasil perhitungan (tabel 1), hasil pengamatan (tabel 2) serta grafik hubungan antara
jarak (x) dengan defleksi yang terjadi (y) pada gambar 6, 7, 8, 9 dan 10 .

Dari hasil perhitungan defleksi secara teoritis (tabel 1) dan hasil pengamatan
(eksperimen) pada tabel 2 serta dari grafik hubungan antara jarak (x) dengan
defleksi yang terjadi diperoleh bahwa besarnya defleksi secara eksperimen yang
terjadi pada umumnya lebih besar jika dibandingkan dengan hasil perhitungan
secara teoritis. Hal ini disebabkan oleh karena :
1. Kekakuan material (modulus elastisitas) yang digunakan pada perhitungan secara
teoritis.
Dimana semakin kaku suatu batang maka akan semakin kuat menahan suatu
pembeban yang pada nantinya menyebabkan defleksi yang dihasilkan semakin kecil.
2. Terjadinya pergeseran material uji pada tumpuan rol dan engsel pada saat
pengujian. Kejadian ini timbul oleh karena dengan adanya pembebanan yang
diberikan menyebabkan batang mengalami pembengkokan sehingga batang
bergeser dari kedudukan semula.
3. Batang uji kurang terjepit secara kaku sempurna yang mengakibatkan momen
perlawanan pada jepitan lebih kecil sehingga defleksi yang terjadi menjadi lebih
besar.
Dari ketiga jenis tumpuan yang digunakan dalam penelitian ini, tumpuan
sederhana (engselrol) memberikan defleksi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan tumpuan jepit-jepit maupun tumpuan jepit-rol. Hal ini disebabkan karena
pada tumpuan engsel-rol tidak ada momen perlawanan yang terjadi terhadap aksi
gaya akibat pembebanan yang diberikan, baik beban terpusat maupun beban terbagi
rata. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan terjadinya defleksi yang lebih besar,
jika dibandingkan dengan tumpuan jepit-rol, dimana dengan adanya momen
perlawanan pada tumpuan jepitan menyebabkan terjadinya pergeseran defleksi ke
arah tumpuan rol. Sedangkan pada tumpuan jepit-jepit memberikan defleksi yang
paling kecil karena pada kedua tumpuannya terjadi momen perlawanan terhadap
aksi gaya. Pada ketiga jenis tumpuan yang digunakan, kecenderungan defleksi
maksimum terjadi pada pertengahan rentang batang.

Q. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa data, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Defleksi yang diperoleh secara eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan
defleksi teoritis baik pada tumpuan jepit-jepit, tumpuan jepit-rol, maupun pada
tumpuan engsel-rol.
2. Defleksi yang terjadi pada tumpuan engsel-rol memberikan nilai yang lebih besar
jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada tumpuan jepit-rol dan tumpuan
jepit-jepit, dengan urutan defleksi mulai yang terbesar sebagai berikut : Tumpuan
engsel-rol > tumpuan jepit-rol > tumpuan jepit-jepit. 3. Dari ketiga jenis tumpuan yang
digunakan, besarnya defleksi maksimum cenderung terjadi pertengahan batang.

R. Saran
Semoga penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti-peneliti berikutnya yang
tentunya akan menganalisis lebih jauh tentang perbandingan hasil yang diperoleh
dengan pengamatan dan perhitungan dengan menggunakan material berbentuk
balok segiempat dengan variasi tumpuan.

DAFTAR PUSTAKA
*Beumer, B.J.M. (1980). Pengetahuan Bahan Teknik. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
*Gere dan Timoshenko. (1987). Mekanika Bahan. Erlangga, Jakarta.
*Popov, E.P. (1993). Mechanics of Materials. Erlangga, Jakarta.
*Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. (1985). Kekuatan Bahan. Erlangga, Jakarta.
*Timoshenko, S. (1986). Dasar-dasar Perhitungan Kekuatan Bahan. Restu Agung,
Jakarta.
https://jurnalmektek.files.wordpress.com/2012/04/5_mustopha_naharuddin-soedit.pdf
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/446/BAB%20%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai