BAB IV
STRUKTUR RANGKA BATANG
A. Pengertian Rangka
Suatu rangka didefinisikan sebagai suatu struktur yang dibuat dari beberapa
batang dan dikeling atau dilas bersama-sama. Ada dibuat dari baja siku atau profil
lainnya, dan dinamakan batang-batang rangka atau struktur rangka. Batang-batang ini
dilas atau dikeling secara bersama-sama pada titik buhulnya. Untuk maksud perhitungan
terlebih dahulu titik buhulnya dianggap sebagai tumpuan engsel (hinge) atau sambungan
pasak. Penentuan gaya-gaya pada sebuah rangka adalah suatu masalah yang penting
dalam ilmu teknik, yang dapat diselesaikan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip
statika atau grafis.
Rangka dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian, yakni rangka sempurna dan
rangka tidak sempurna. Suatu rangka sempurna adalah disusun dari batang-batang yang
cukup untuk menahan kesetimbangan apabila dibebani tanpa perubahan bentuk. Ranga
batang paling sederhana adalah sebuah segitiga, yang terdiri dari 3 batang dan
sambungan(buhul) seperti ditunjukkan gambar 1.
P Q
S
R
R1 R2
Gambar 56. Rangka Batang Sederhana
Dapat dicatat, jika sebuah struktur dibebani maka bentuknya tidak distorsi.
Jelaslah untuk rangka 3 buhul, maka ada 3 batang untuk mencegah distorsi. Selanjutnya
dapat dicatat, jika ingin menambah satu sambungan pada sebuah rangka segitiga, maka
dibutuhkan dua batangseperti ditunjukkan pada gambar 1. Jadi untuk penambahan setiap
buhul pada sebuah rangka segitiga, ada dua batang dibutuhkan, Jumlah batang pada
sebuah rangka batang sempurna dapat diungkapkan dengan rumus n = ( 2j – 3), dimana n
= jumlah batang dan j = jumlah sambungan.
Sebuah rangka tidak sempurna adalah yang tidak memenuhi persamaan n = (2j –
3). Dengan kata lain, sebuah rangka yang jumlah batangnya lebih atau kurang dari (2j –
3). Selanjutnya rangka tidak sempurna diklasifikasikan atas rangka kurang sempurna
(deficient frame) dan rangka yang berlebihan (redundant frame). Untuk rangka yang
kurang sempurna, maka jumlah batang kurang dari (2j – 3). Sedangkan rangka yang
berlebihan, jumlah batang lebih dari (2j – 3).
Pada buku ini hanya akan dibahas rangka batang sempurna. Namun sebelumnya
akan membahas tentang prinsip – prinsip statika, yang meliputi konsep tentang gaya,
momen dan aplikasinya, dan reaksi titik tumpuan.
c. Metode Grafis
Untuk menentukan besaran gaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan
metode grafis dapat diikuti langkah-langkah berikut ini:
(1) Lukislah diagram ruang untuk truss bersama-sama dengan beban dan
reaksi serta beri nama setiap batang dari truss menurut notasi Bow,
seperti ditunjukkan pada gambar 59 (a).
(2) Pilihlah skala yang sesuai, dan lukis (tarik) garis vertikal ab yang
menyatakan beban AB = 10 kN dengan menggunakan skala tersebut.
(3) Tandai bc = 2,5 kN (yakni sama dengan reaksi R2). Jadi ca menyatakan
reaksi R1.
(4) Lukis diagram vektor untuk titik 1. Melalui a tarik garis ad sejajar AD
dan melalui c tarik garis cd sejajar CD. Kedua garis akan berpotongan
pada titik d, seperti ditunjukkan pada gambar 59 (b). cad adalah segitiga
gaya untuk titik 1, dengan arahnya c – a, a - d, dan d – c, seperti
ditunjukkan pada gambar 59 (a) dan (b).
(5). Dengan cara yang sama, lukis diagram vektor untuk titik 2, dimana
arahnya harus nengikuti a - b, b - d, dan d - a seperti ditunjukkan pada
gambar 59 (b).
(6). Dengan cara yang sama, lukis diagram vector untuk titik 3, yang
arahnya harus mengikuti b-c, c-d, dan d-b, seperti ditunjukkan pada
gambar 59 (b).
(7). Ukurlah sisi-sisi dari diagram vector, maka diperoleh hasil-hasilnya.
b. Metode Seksi
Truss dibagi atas seksi, yakni seksi (1-1), seksi (2-2), seksi (3-3), dan seksi
(4-4). Perhatikan seksi (1-1). Seksi ini memotong truss menjadi dua bagian seperti
ditunjukkan pada gambar 62 (a). Arah gaya F AE, dan FED diasumsikan seperti
tergambar. Perhatikanlah kesetimbangan pada bagian kiri dan ambil momen
terhadap titik (5), persamaannya adalah:
FAE x 10 sin 60° = 30 x 10
30x10
FAE =
10 sin 600
FAE = 34,64 kN (tekan)
Gambar 68. Metode Seksi untuk Contoh Soal 4-2
Ambil momen terhadap titik (2) dan persamaannya adalah:
FED x 2,5 tg 60° = 30 x 2,5
30 x 2,5
FED = 2,5 xtg 600
D. Truss kantilever
Truss yang salah satu ujungnya dijepit pada dinding atau kolom dan sebagainya,
dan ujung yang lain bebas dinamakan truss kantilever. Pada bagian sebelumnya telah
dibahas bahwa untuk menentukan reaksi tumpuan salah satu metodenya dengan melukis
diagram vektor. Tetapi dalam kasus ini, penentuan reaksi tumpuan adalah tidak esensial,
karena dapat dimulai melukis diagram vektornya dari ujung bebas. Dalam kenyataannya,
prosedur ini menghasilkan reaksi ujung truss yang dijepit.
Contoh Soal 4-4
Tumpuan jepit seperti yang ditunjukkan pada gambar 66 dibebani sebuah
gaya pada ujung bebasnya. Tentukanlah gaya-gaya pada batang secara grafis.
Periksa nilainya (besar gaya) secara analitis.
Penyelesaian:
b. Metode Analitis
Nilai – nilai yang telah didapat pada metode grafis akan diperiksa dengan
menggunakan metode buhul.
E. Struktur Dengan Satu Ujung Tumpuan Engsel dan Satu Ujung Tumpuan Rol
Menerima Beban Horizontal.
Jika struktur diberi tumpuan engsel pada salah satu ujungnya dan ujung yang lain
diberi tumpuan rol dan hanya menerima beban vertikal, maka masaLah ini tidak
menyatakan suatu ciri-ciri yang khusus. Jadi masalah ini dapat diselesaikan dengan
struktur yang ditumpu secara sederhana.
Akan tetapi, Jika suatu masalah menerima beban horizontal (dengan atau tanpa
beban vertikal), reaksi tumpuan pada ujung yang ditumpu dengan tumpuan rol akan
menjadi vertikal, sedangkan reaksi tumpuan pada ujung yang ditumpu dengan tumpuan
engsel akan terdiri dari :
1. Reaksi vertikal dapat ditentukan dengan mengurangi reaksi tumpuan vertikal pada
ujung yang ditumpu dengan tumpuan rol dari beban vertikal total.
2. Reaksi horizontal (yang dapat ditentukan dengan menjumlahkan secara aljabar
semua beban horizontal)
Contoh Soal 4-7
Tentukanlah secara grafis gaya-gaya pada rangka seperti ditunjukkan
dalam gambar 73.
F. Struktur Dengan Satu Ujung Tumpuan Engsel dan Satu Ujung Tumpuan Rol
Menerima Beban Miring
Pada bagian sebelumnya telah dibahas, bahwa jika sebuah struktur diberi tumpuan
engsel pada satu ujungnya dan diberi tumpuan rol pada ujung yang lain, dan hanya
menerima beban vertikal maka hal (masalah) ini tidak merupakan ciri-ciri khusus. Jadi
masalah ini dapat diselesaikan sebagai suatu struktur yang ditumpu secara sederhana.
tetapi, jika suatu struktur menerima beban miring seperti yang ditunjukkan pada gambar
77, dangan atau tanpa beban vertikal, maka reaksi tumpuan pada ujung yang diberi
tumpuan rol akan vertikal saja, sedangkan reaksi tumpuan pada ujung yang diberi
tumpuan engsel akan miring dengan sudut tertentu terhadap bidang vertikal.
Gambar 83. Rangka Dengan Beban Miring
Contoh Soal 4-9
Truss atap seperti ditunjukkan pada gambar 78 ditumpu dengan tumpuan
ro1 pada satu ujungnya dan pada ujung lain dengan tumpuan engsel.
1,74
tg θ = 2,0 0,862
θ = 40° 46’
Selanjutnya gaya-gaya pada batang-batang pada truss akan ditentukan
dengan metode grafis seperti di bawah ini.
1. Buatlah diagram ruang dan beri nama bermacam-macam batang dari truss
menurut notasi Bow, seperti ditunjukkan pada gambar 79 (a).
2. Buatlah diagram vektor untuk truss seperti ditunjukkan pada gambar 79 (b),
dengan menggunakan skala gaya yang cocok.
3. Ukurlah sisi-sisi dari diagram vektor dan dikalikan dengan skala yang telah
ditetapkan maka diperoleh besaran gaya yang diinginkan.
2
7,5
AB = BC = CD = DE = m
4
Oleh karena truss ditumpu dengan tumpuan rol pada titik L, maka reaksi
pada L menjadi vertikal. AmbiL momen terhadap A, dan persamaannya sama
dengan:
7,5 15 22,5 30
VL x 12 = 1 x 0 + 2x + 2x + 2x + 1x
4 4 4 4
12 VL = 30
30
VL = 2,5kN
12
Reaksi horizontal pada L,
HL = 0
Apabila θ merupakan sudut pada AE yang miring terhadap horizontal.
4,5 3
tg θ = 12 x 0,5 4
4 3
cos θ = ; sin θ =
5 5
Gaya total yang miring = 1 + 2 + 2 + 2 + 1 = 8 kN
Komponen horizontalnya = 8 sin θ = 8 x 3/5 = 4,8 kN ( )
Reaksi horizontal pada A,
HA = 4,8 kN ( )
Komponen vertikalnya = 8 cos θ = 8 x 4/5 = 6,4 kN
Reaksi vertical pada L,
VL = 2,5 kN
Reaksi vertikal pada A,
VA = 6,4 – 2,5 = 3,9 kN
Selanjutnya, diagram vektor untuk titik A, B, dan H dapat digambar
seperti biasanya. Sedangkan diagram vektor untuk titik C tidak dapat digambar
secara langsung, karena pada titik C dan G ada 3 batang pada mana gaya –
gayanya belum diketahui. Seperti contoh sebelumnya, soal ini akan diselesaikan
dengan metode subsitusi.
Seterusnya, subsitusikan sebuah batang bayangan DG seperti ditunjukkan
dengan garis putus - putus dalam gambar 85 (a) setelah mengelilingi batang CF
dan DF pada cara yang sama dengan contoh sebelumnya.
Berikutnya (seperti contoh sebelumnya) dan lengkapkan diagram vektor
seperti ditunjukkan pada gambar 85 (b). Ukurlah sisi-sisi dari diagram vektor dan
tabulasikan hasilnya.
Gambar 91. Metode Grafis Untuk Contoh Soal 4-12
Batang Besaran Gaya kN Sifat Gaya
AB 5,2 Tekan
AH 8,3 Tarik
DE 5,2 Tekan
EF 5,0 Tarik
GK 3,3 Tarik
DF 2,0 Tekan
CD 5,2 Tekan
I. Soal-soal Latihan
1. Sebuah truss tiang raja dengan rentang 8 meter dibebani seperti pada
gambar 92 (a). Gambarkanlah diagram vektor dan tabulasikan hasilnya.
(Key : BH, EL = 53 kN (tekan)
HG, LG = 43 kN (tarik)
CJ, DK = 35 kN (tekan)
HJ, KL = 18 kN (tekan)
JK = 18 kN (tarik)
2. Tentukanlah secara grafis gaya pada bermacam – macam batang dari
rangka pada gambar 92 (b)
(Key : AD = 26,4 kN (tekan)
BF = 14,6 kN (tekan)
CG = 31,1 kN (tekan)
DE = 13,2 kN (tarik)
EF = 2,8 kN (tarik)
FG = 2,8 kN (tekan)
DG = 16 kN (tarik)
3. Tentukanlah gaya-gaya dan sifat –sifatnya pada semua batang dari struktur
pada gambar 93 (c).
EF = 20 kN (tekan)
CD = 60 kN (tekan)
DE = 57 kN (tarik)
EA = 20 kN (tarik)