Anda di halaman 1dari 35

2

Daftar Isi
Tegangan & Regangan: Beban Aksial
Regangan Normal
Uji Tarik
Diagram Tegangan-Regangan: Material Liat
Diagram Tegangan-Regangan: Material Getas
Hukum Hooke: Modulus Elastisitas
Perilaku Elastis vs. Plastis
Fatigue
Deformasi Akibat Pembebanan Aksial
Contoh 1
Ketaktentuan Statik
Contoh 2
Tegangan & Regangan:Beban Aksial

 Kecocokan sebuah struktur atau mesin tergantung kepada deformasi


 struktur yang diakibatkan tegangan karena adanya beban. Analisis statis saja
tidak mencukupi.
 Mengingat struktur dapat berdeformasi, maka gaya-gaya pada batang dan reaksi
tumpuan pada struktur statis tak tentu dapat ditentukan
 Penentuan distribusi tegangan pada batang juga perlu mempertimbangkan
.
deformasi pada batang tersebut
 Bab ini membahas tentang deformasi dari batang-batang struktur akibat beban
aksial. Bab-bab berikutnya akan membahas deformasi akibat beban torsi dan
beban lentur
Regangan Normal

2P P
  P  Tegangan normal  
2A A
A 

 
L
P
 regangan normal 
A
L
2 
 
•dimana : 2L L
σ = Tegangan normal (MPa)
P = Gaya normal (N)
A = Luas penampang (mm2)
Contoh 1
Suatu batang baja berpenampang lingkaran mempunyai panjang awal = 40 m dan
bertambah panjang menjadi = 40,5 m, diameter batang baja = 8 mm. Diujung
bawahnya dibebani suatu benda yang mempunyai berat 1,5 kN. Tentukan tegangan
yang terjadi pada batang baja

P = 1,5 kN = 1500 N
D = 8 mm  A =1/4πD2 = 0,25  3,14  82 = 0,785  64 = 50,24 mm2

1500
= = = 29,86 = 29,86 MPa
50,24
1 MPa = 1 N/mm2

− 40 − 40,5 0,5
= = = = = 0,0125
40 40

= 0,0125 × 100% = 1,25 %


Pengujian Tegangan-Regangan

Spesimen Uji

Mesin Uji Tarik


Diagram Tegangan-Regangan: Material Liat

Necking

Rupture

Baja Karbon Rendah Aluminium


Diagram Tegangan-Regangan: Material Getas

Material Getas

Material Liat

PERHATIKAN
BENTUK
PATAHAN

Diagram tegangan-regangan material getas


Hukum Hooke:
Modulus Elastisitas

σ
• Di bawah tegangan (yield)
  E
E  Modulus Young atau

2
Modulus Elastisitas

• Kekuatan dipengaruhi oleh paduan,


perlakuan panas dan proses
produksi, tetapi modulus
elastisitas tidak.

Kurva Tegangan-Regangan Berbagai Baja


Perilaku Elastis vs. Plastis

• Jika regangan hilang ketika


tegangan ditiadakan, maka material
disebut bersifat ELASTIS.

• Tegangan maksimum yang


terjadi pada kondisi elastis disebut
sebagai BATAS ELASTIS.

• Jika regangan tidak kembali


ke nol setelah tegangan dihilangkan,
maka material disebut bersifat PLASTIS.
Fatigue / kelelahan

• Perilaku Fatigue diperlihatkan


pada diagram S-N.
• Sebuah batang mengalami patah
lelah (fatigue) pada kondisi tegangan yang
masih berada jauh di bawah tegangan
ultimate, jika dibebani dengan beban siklus.

• Jika tegangan diturunkan sampai


berada di bawah endurance limit,
kegagalan fatigue tidak akan pernah
terjadi, meskipun jumlah siklus
Diagram S-N pembebannya tak berhingga.
Deformasi Karena Beban Aksial

• Berdasarkan hukum Hooke:


 P
  E  
E A E
• Berdasarkan definisi regangan:


L
• Persamaan deformasi,
P L

A E
• Deformasi akibat berbagai pembebanan
untuk berbagai penampang dan berbagai
modulus elasitisitas,
Pi  Li

i A i  Ei
Contoh 2

Batang kaku BDE ditahan oleh batang


AB dan CD.

Batang AB terbuat dari aluminium (E =


70 GPa) dan mempunyai luas
penampang 500 mm2. Batang CD
terbuat dari baja (E = 200 GPa) dan
mempunyai luas penampang 600
mm2.
Jika pada nodal E bekerja beban
sebesar 30-kN, seperti terlihat pada
gambar, tentukan lendutan
a) pada titik B,
b) titik D, dan
c) titik E.
JAWAB:
• Buatkan Diagram Benda Bebas batang BDE, sehingga dapat diketahui
gaya yang bekerja pada pin AB dan DC.

M B 0 MD 0
0    30 kN  0.6 m   FCD  0.2m 0    30kN 0.4m   FAB  0.2m
FCD  90kN tarik FAB  60kN tekan
• Hitung deformasi pada batang AB dan DC, sehingga perpindahan titik B
dan D dapat diketahui.

Deformasi batang CD:


P L
D 
A E


  90  10 N 0.4 m
3

 600  10 m  200  10
-6 2 9
Pa 

 300  106 m

D  0.300 mm  Tarik ke bawah


Deformasi batang AB:

P L
B 
A E


  60  103 N 0.3 m
 500  10 -6
m2  70  109 Pa 

 514  106 m

B  0.514 mm  Tekan ke atas


• Dengan menggunakan hubungan geometri akibat perpindahan pada
batang BDE, maka dapat ditentukan besar lendutan di titik E.

Perpindahan titik D:

BB BH

DD HD
0.514 mm  200 mm   x

0.300 mm x
x  73.7 mm

EE HE

DD HD
 E  400 73.7  mm

0.300 mm 73.7 mm
E  1.928 mm

E  1.928 mm 

CARI POSISI TITIK H


Ketaktentuan Statik
Struktur yang reaksi tumpuan dan gaya-gaya
dalamnya tidak dapat ditentukan dengan
persamaan statika saja, disebut STATIS TAK TENTU.
Sebuah struktur akan statis tak tentu, jika dia
mempunyai tumpuan yang melebihi kebutuhan
untuk mempertahankan keseimbangannya.
Gaya reaksi yang berlebih dapat digantikan sebagai
beban yang tidak diketahui (redundant) selama
deformasi akibat gaya ini kompatibel dengan yang
lainnya.

Deformasi akibat gaya aktual dan gaya


reaksi dapat ditentukan secara terpisah
dankemudian dijumlahkan atau
disuperposisikan.
  L  R  0
Contoh 3

Tentukan reaksi tumpuan di A dan B untuk


batang baja, seperti terlihat pada gambar.

JAWAB:
Buat reaksi di B sebagai gaya redundant, lepaskan
batang dari tumpuan dan hitung perpindahan di B
karena beban yang bekerja.
Hitung perpindahan di titik B karena gaya
redundant.
Karena titik B adalah tumpuan, maka
perpidahan total di titik B harus bernilai NOL.

Gaya redundant di B dapat ditentukan yang


kemudian digunakan untuk menghitung reaksi
tumpuan A.
• Hitung perpindahan titik B hanya karena beban luar,

P1  0 P2  P3  600  103 N P4  900  103 N


A1  A 2  400  106 m2 A 3  A 4  250 10 6 m 2
L1  L2  L3  L 4  0.150 m
1.125  109
L   AP L
i
E
i

E
i i i

• Hitung perpindahan titik B karena gaya redundant,

P1  P2  RB
A1  400 10 6 m2 A 2  250  106 m2
L1  L 2  0.300 m
1.95  10 R
 APi L
3

R  
i B

i i  Ei E
• Perpindahan karena gaya luar dan karena gaya
redundant harus kompatibel, atau lebih tepatnya
perpindahan total titik B harus NOL.

  L  R  0
1.125 109 1.95  10  RB
3

  0
E E
RB  577  103 N  577 kN

• Reaksi di tumpuan A dan di tumpuan B dapat


dihitung,

F y  0  R A  300 kN  600 kN  577 kN


R A  323 kN
R A  323 kN
RB  577kN
BEBAN AKSIAL
(Tegangan-Regangan)

Dipakai di lingkungan sendiri 2.2-1


Daftar Isi
Tegangan Termal
Rasio Poisson
Hukum Hooke-3D
Dilatasi dan Modulus Curah
Regangan Geser
Hubungan antara E, , dan G
Material Composite
Prinsip Saint-Venant
Konsentrasi Tegangan: Lubang
Konsentrasi Tegangan: Fillet
Contoh 3
Material Elastoplastis
Deformasi Plastis
Tegangan Sisa
Contoh 4
Tegangan Termal
• Perubahan temperatur mengakibatkan perubahan
panjang atau regangan termal. Tidak ada
tegangan yang berhubungan dengan regangan
termal, kecuali perpanjangan yang ditahan oleh
tumpuan.
• Perlakukan tumpuan tambahan sebagai redundant
dan gunakan prinsip superposisi.
P L
T     T   L P 
A E
  koefisien ekspansi termal
• Deformasi termal dan deformasi dari redundant
haruslah kompatibel.
P L
  T  L  0
A E
  T  P  0 P  A  E     T 

  P  E     T 
A
Rasio Poisson

• Batang langsing yang dibebani gaya aksial:


x
x   y  z  0
E

• Pemanjangan dalam arah-x akan disertai oleh


pemendekan dalam arah yang lain.
Diasumsikan material adalah isotropic:

y  z  0

• Rasio Poisson didefinisikan sebagai:

regangan lateral  
  y  z
regangan aksial x  x
Hukum Hooke - 3D

• Sebuah elemen mengalami pembebanan multi-


aksial, komponen regangan normal yang
dihasilkan oleh komponen-komponen tegangan
dapat dihitung dengan menggunakan prinsip
superposisi. Ini berlaku jika;
1) hubungan tegangan-regangan linear,
2) deformasi yang terjadi kecil.

• Dengan batasan ini, berlaku:

x y z
x    
E E E
 y z
y   x  E  E
E
 y z
z   x  
E E E
Dilatasi dan Modulus Curah
• Relatif terhadap kondisi tanpa tegangan,
perubahan volume adalah
e  [(1  x )(1  y )(1  z )] 1 [1  x   y   z ] 1
 x  y  z
12
 () x   y   z
E
 dilatasi
• Untuk elemen yang mengalami tekanan
hidrostatik seragam,
3 1 2  p
e  p 
E k
E
k  modulus curah
3 1 2
 tekanan seragam, dilatasi haruslah
• Dibebani
bernilai negatif, maka
0    12
Regangan Geser

• Sebuah elemen-3D dibebani tegangan geser


akan berdeformasi menjadi rhomboid.
Besarnya tegangan geser tersebut dapat diukur
dari perubahan sudut antara sisi-sisi elemen,

xy  f   xy 

• Kurva tegangan geser vs. regangan geser


analog dengan kurva tegangan normal vs.
regangan normal, kecuali harga kekuatannya
yang bernilai kurang-lebih separuhnya. Untuk
geseran kecil,

xy  G  xy yz  G  yz zx  G  zx

dimana G modulus geser dan γ regangan geser.


rhomboid
Hubungan antara E, dan G
• Sebuah batang yang dibebani secara
aksial akan bertambah panjang dalam
arah aksial dan akan memendek dalam
arah transversalnya.

• Sebuah elemen bujur sangkar, seperti


terlihat pada gambar pertama akan
berdeformasi menjadi empat persegi
panjang. Beban aksial akan menghasilkan
regangan normal.

• Jika elemen tersebut diorientasikan seperti pada gambar kedua, dia akan
berdeformasi menjadi belah ketupat. Beban aksial juga akan
menghasilkan regangan geser.
• Hubungan antara modulus elastisitas dan modulus geser adalah,
E
 1  
2G
Material Composite

• Fiber-reinforced composite materials


dibentuk dari lamina graphite, glass, or
polymers dalam bentuk resin matrix.

• Tegangan dan regangan normal


dihubungkan melalui hukum Hooke yang
tergantung kepada modulus elastisitas,
x y
Ex  Ey  E z  z
x y z

• Kontraksi transversal tergantung dari harga


rasio Poisson,
 
 xy   y  xz   z
x x

• Material sifat-sifat mekaniknya tergantung


pada arah, disebut anisotropic.
Prinsip Saint-Venant

• Beban yang diteruskan melalui pelat


kaku menghasilkan tegangan dan regangan
yang terdistribusi merata.
• Beban terkonsentrasi menghasilkan tegangan
yang cukup besar di sekitar titik beban
bekerja.
• Distribusi tegangan dan regangan menjadi
lebih rata pada daerah yang relatif jauh dari
tempat beban bekerja.
Prinsip Saint-Venant:
• Distribusi tegangan mungkin dapat dikatakan
tidak bergantung dari jenis beban bekerja
(gaya terpusat vs. terdistribusi), kecuali di
dekat titik tempat beban bekerja.
2.2-10
Konsentrasi Tegangan: Lubang

Pelat berlubang

Ketidak kontinuan penampang akan


menghasilkan tegangan lokal yang Faktor konsentrasi tegangan;
cukup tinggi atau lebih tepatnya terjadi 
konsentrasi tegangan. K  max
ave
Konsentrasi Tegangan: Fillet

Pelat fillet

max
K
ave
Contoh 3

Tentukan beban P maksimum yang dapat ditahan pelat baja


dengan tebal t=10 mm dan dimensi lainnya D=60 mm, d=40
mm dan r=8 mm. Tegangan maksimum yang diijinkan terjadi
adalah 165 MPa.
Tentukan rasio geometri • Dapatkan tegangan normal rata-rata
D 60mm dengan menggunakan tegangan
  1.50
d 40mm normal material yang diijinkan dan
r 8mm faktor konsentrasi tegangan.
  0.20
d 40mm
max 165MPa
ave    90.7MPa
K 1.82

• Berdasarkan definisi tegangan


normal rata-rata dapat dihitung
besar beban P yang diijinkan,

P  A  ave
  40 mm  10 mm    90.7MPa 
 36.3 103 N
Dan baca faktor konsentrasi
tegangan dari grafik. P  36.3kN
K  1.82

Anda mungkin juga menyukai